Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SENI BUDAYA & KETERAMPILAN

“MATERI PENCAK SILAT”

Nama : Rafif Hibatullah H


Kelas : X MIPA 5

SMA NEGERI 1 CILEGON


TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Definisi Pencak Silat
Pengertian Pencak silat secara umum adalah merupakan metode bela diri yang diciptakan untuk
mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup.

Pengertian Pencak silat di dalam kamus bahasa Indonesia, pengertian pencak silat diartikan sebagai
suatu permainan /keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang
dan membela diri dengan atau tanpa senjata. Ada juga yang mengatakan bahwa pencak silat adalah
gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan sehingga penguasaan gerak efektif dan
terkendali.

Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri
ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand
selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara.

Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang
tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak
Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei
Darussalam.

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya
Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia
mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran
Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai
Diri.

B. Perkembangan Pencak Silat Di Indonesia


1. Perkembangan Pada Zaman Kerajaan
Di zaman kerajaan, beladiri telah dikenal untuk keamanan dan memperluas wilayah kerajaan
melawan kerajaan lain. Negara seperti Kutai, Tarumanegara, Kediri, Mataram, Singasari,
Sriwijaya, maupun kerajaan Majapiht menyiapkan prajurit yang dibekali dengan ilmu beladiri
guna mempertahankan wilayahnya, di masa ini masih belum dikenal sebagai pencak silat.
Kemudian tahun 1019-1041 di zaman kerajaan Kahuripan pimpinan Prabu Erlangga yang
berasal dari Sidoarjo, telah mengenal beladiri pencak bernama “Eh Hok Hik”, berarti “Maju
Selangkah Memukul” (Notosoejitno, 1999).

2. Perkembangan Pada Zaman Penjajahan Belanda


– Pertumbuhan pencak silat tak diberi kesempatan pemerintah Belanda, dikarenakan
dipandang berbahaya untuk kelangsungan penjajahannya.
– Pencak silat cuma dilakukan secara sembunyi-sembunyi hanya pada kelompok-kelompok
kecil.
– Hanya memiliki kesempatan mengembangkan kesenian yang masih dipakai pada beberapa
daerah saja, berbentuk pertunjukan ataupun upacara.
– Pengaruh yang berasal dari penekanan pada zaman penjajahan Belanda yang banyak
mewarnai pertumbuhan pencak silat demi masa selanjutnya.

3. Perkembangan Pada Pendudukan Jepang


Di zaman penjajahan jepang pencak silat didorong serta dikembangkan guna kepentingan
Jepang sendiri, yakni mengobarkan semangat pertahanan untuk menghadapi sekutu.
Karena anjuran Shimitsu, maka banyak diadakan pemusatan tenaga dari aliran pencak silat.
Seluruh wilayah Jawa didirikan pencak silat yang telah diatur pemerintah serentak.
Meskipun Jepang memberi kesempatan menghidupkan unsur-unsur warisan dari kebesaran
bangsa tersebut, namun tujuannya ialah mempergunakan semangat yang menurutnya akan
berkobar lagi untuk kepentingan Jepang bukannya kepentingan nasional.
Walaupun demikian, masih ada keuntungan dimasa itu yakni masyarakat kembali sadar demi
mengembalikan ilmu tersebut ditempat semestinya. Bahkan masyarakat juga mulai menata
kembali ilmu pencak silat kemudian mengaplikasikan nilai-nilai yang ada pada kehidupan
sehari-hari.

4. Perkembangan Pada Zaman Kemerdekaan


Berikutnya adalah pada masa kemerdekaan RI. Periode ini merupakan perintisan didirikannya
organisasi pencak silat dengan tujuan untuk menampung perguruan-perguruan pencak silat
yang ada.
Tanggal 18 Mei tahun 1948 di Surakarta, ada beberapa pendekar berkumpul lalu membentuk
organisasi bernama Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia yang disingkat dengan IPSSI.
Yang menjadi ketua umum pertama dari organiasi IPSSI ialah Mr. Wongsonegoro. Lalu
namanya dirubah menjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), dengan tujuan untuk
menggalang lagi semangat juang rakyat Indonesia pada pembangunan.
Tujuan IPSI lainnya ialah untuk bisa memupuk persaudaraan serta kesatuan bangsa Indonesia
agar tidak gampang dipecah belah. Sekarang IPSI tercatat menjadi organisasi silat nasional
paling tua di dunia.
Tanggal 11 Maret tahun 1980, Persilat (Persatuan Pencak Silat Antarbangsa) didirikan oleh
prakarsa Eddie M. Nalapraya dari (Indonesia), dimasa itu menjabat menjadi ketua IPSI.
Dalam acara tersebut telah dihadiri berbagai perwakilan negara diantaranya negara Malaysia,
Singapura, maupun Brunei Darusalam. Dari keempat negara itu, termasuk Indonesa, telah
ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Organisasi silat diantaranya:
– IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) di Indonesia
– PESAKA (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia) di Malaysia
– PERSIS (Persekutuan Silat Singapore) di Singapura
– PERSIB (Persekutuan Silat Bruei Darussalam) di Brunei Darussalam.
Perguruan silat juga berkembang di negara Amerika Serikat serta Eropa. Sekarang silat sudah
resmi masuk menjadi cabang olahraga pada pertandingan internasional, terutama dalam
pertandingkan SEA Games.

C. 4 Elemen Pencak Silat


1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan
karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali
harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat
tertinggi keilmuannya.

2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang
sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat,
dengan musik dan busana tradisional.

3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu
bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis
bela diri pencak silat.

4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat
mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek
olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal,
ganda atau regu.

D. Ciri-Ciri Pencak Silat


a) Ciri-ciri umum pencak silat
1. Pencak silat mempergunakan seluruh tubuh dan angghota badan dari kuku pada ujung jari-
jari kaki,tangan sampai rambut.
2. Pencak silat dilakukan dengan tangan kosong atau dengan senjata.
3. Pencak silat tidak memerlukan senjata tertentu, benda apapun dapat di jadikan senjata.
4. Pencak silat lahir dan tumbuh serasi dengan alam sekitar, alat istimewa,adab sopan
santun,watak dan keperibadiaan suku bangsanya,agama atau kepercayaan dan kebatinannya.
b) Ciri-ciri khusus pencak silat
1. Sikap tenang , relex waspada.
2. Mempergunakan kelincahan , kelenturan,kecepatan,saat dan sasaran yang tepat disertai
gerak replek untuk mengatasi lawan bukan mengandalkan kekuatan tangan saja.
3. Mempergunakan pernsip,permainan posisi dengan perubahan pemindahan titik berat badan.
4. Memanfaatkan setiap serangan dan tenaga lawan.
5. Menghemat tenaga , mengeluarkan tenaga sedikit mungkin (ekonomis).

E. Sejarah Singkat ( Silat Bandrong, Silat Terumbu, dan Silat Cimande )


1. Silat Bandrong
Pada waktu Sultan Maulana Hasanudin dinobatkan menjadi sultan di Banten ( 1552-1570 ),
beliau mempunyai seorang patih yang bernama kiayi semar ( Ki semar ), beliau berasal dari
kampong kemuning Desa tegal luhur . Sang patih pada hari jum’at selalu izin kepada sultan
untuk kembali ke kampungnya karena pada hari tersebut ia berdagang daging kerbau di pasar
Balagendong Desa Binuangeun ( dulu Kecamatan ). Pada suatu hari ketika Ki semar sedang
berjualan dilapaknya tiba-tiba datanglah seseorang yang akan membeli dagangannya, orang
itu bernama Kiayi Asyraf ( Ki Sarap ) tujuannya untuk membeli limpa atau sangket. Tapi oleh
Ki Semar keinginan si pembeli di sepelekan karena dianggapnyaorang miskin tak akan
mampu membeli sangket yang harganya sangat mahal, padahal Ki sarap sebenarnya ingin
untuk membelinya. Karena Ki sarap memaksa untuk membeli sedangkan Ki semar tetap
bertahan tidak mau menjualnya, sehingga suasana menjadi tegang, kemudian terjadilah
pertangkaran mulut, dan akhirnya terjadilah bentrokan fisik.
Tangan Ki Sarap di kelit ditekuk dibelakang punggung, dan dengan angkuh serta melecehkan,
Ki Semar mengatakan “ tak mungkin orang miskin seperti kamu mampu membeli barang
daganganku ini”. Ki sarap sangat marah disebut sebagai orang miskin tapi diam saja menahan
amarah karena kejadian tersebut di tempat umum. Akhirnya dia pulang dengan tangan hampa
tanpa membawa sangket yang diinginkannya, saat pikirannya dipenuhi perasaan tersinggung
oleh ucapan Ki semar yang sangat menyakitkan hatinya, kemudian timbulah rencana untuk
menghadang Ki semar dalam perjalanan pulang kerumahnya nanti.
Sekitar pukul 10.00 siang ketika itu para pedagang dipasar mulai bubar dan Ki semar mulai
beranjak pulang menuju rumahnya di kampong kemuning, ia berjalan tergesa-gesa karena
pada hari itu ia harus mengejar sholat jum’at berjamaah. Di tempat yang sepi antara
Balagendong dan kampong kemuning, tiba-tiba muncul Ki Sarap di tengah jalan menhadang
Ki Semar, saat itu Ki Sarap yang hatinya sudah dipenuhi kemarahan tanpa basa - basi lagi
langsung menyerang Ki Semar berusaha membela dirinya sehingga terjadilah adu kekuatan
ilmu kemonesan / kesaktian.
Kemudian masing-masing mengeluarkan ilmu ketangkasan dan kehebatannya, memang
mereka berdua sama-sama kuat, tangkas dan sakti kanuragan. Perkelahian antara keduanya itu
berlangsung sejak jam 11.00 siang sampai jam 18.00 sore menjelang magrib. Ki sarap telah
mengeluarkan seluruh kemampuannya, semua jurus, kelit, seliwa kurung, lima pukul, sepak
kombinasi, sodok dan seribu satu langkah telah dikeluarkannya. Tapi Ki Semar juga sama
tangguhnya, setiap kali kena benturan pukulankeras Ki Sarap, setiap kali itu pula benturannya
mengeluarkan suara seperti gendring dan juga mengeluarkan kilatan api dari tubuh Ki Semar.
Begitu pula Ki sarap yang tangguh, beliau menguasai ilmu pencak silat bandrong, tubuhnya
sama sekali tak dapat di sentuholeh serangan-serangan Ki semar yang datang beruntun seperti
air bah. Pencak silat bandrong sangat ampuh sebab dalam langkah dan jurusnya terdapat
banyak versi dan variari pukulan, mampu berkelit dari pukulan atau tendangan musuh,
bacokan golok, tusukan pisau atau senjata apapun, seorang pesilat bandrong akan dapat
berkelit dengan sangat indah, licin dan gesit luar biasa. Bahkan serangan baliknya sangat
membahayakan bagi lawan-lawanya.
Semakin keras serangan musuhnya, semakin keras pula jatuhnya, bahkan pesilat bandrong
dapat menawarkan kepada musuhnya ingin jatuh terlentang atau telungkup bahkan
terpelanting, hal seperti ini akan membuat musuh-musuhnya kewalahan. Peristiwa itu
memang luar biasa, keduanya ternyata sama-sama sakti Ki semar sangat kebal pukulan, Ki
sarap sangat licin bagai belut dan tangkas menyerang seperti ikan bandrong yang melesat
terbang dan menukik. Ketika alam mulai gelap mendekati waktu magrib, tiba-tiba Ki sarap
menghadapkan tubuhnya kearah kiblat kepalanya menengadah kelangit bermunajat dan
istighosah kepada Allah SWT, setelah selesai berdo’a terlihat kakaknya yang bernama Ki
ragil sedang duduk di pelepah pohon aren yang tinggi, agaknya sudah lma dia memperhatikan
pertarungannya.
Melihat itu Ki Sarap pun berteriak “kakak ! sudah sejak pagi hingga sore aku bertarung
melawan orang ini, tapi belum ada yang kalah” . Ki Ragil pun bertanya : “Apa kamu sudah
lelah atau kewalahan ? , hai adikku, ini ambillah golokku tebaslah leher musuhmu“ ujar Ki
ragil sambil menjatuhkan goloknya. Kemudian Ki sarap mengambil golok itu dan menebas
leher Ki semar, dengan sekali tebas kepala Ki semarpun terpental puluhan meter, lalu kepala
itu berputar seperti gangsing kemudian menghujam kedalam tanah. Hingga saat ini tempat
kepala terkubur yaitu dipinggir sungai di tepi hutan antara balagendong dan kampung
kemuning menjadi tempat yang sepi dan kabarnya angker banyak gangguan mahluk halus
hingga sekarang ini.
Usai sudah pertandingan hebat itu yang dimenangkan oleh Ki sarap, kemudian masyarakat
yang menyaksikan adu kekuatan itu segera mengangkat tubuh Ki semar yang tanpa kepala
dibawa kekampung untuk di urus sebagaimana mestinya dan kemudian dimakamkan
dikampung kemuning desa tegal luhur. Ter siarnya kabar tentang kematian Ki semar yang
saat itu menjabat sebagai senopati tanah banten, merupakan berita yang menghebohkan dan
berita itu dibicarakan dihampir semua tempat orang berkumpul membicarakan tentang
kejadian tersebut dan sampailah berita tersebut kepada Sultan Maulana Hasanudin di Banten.
Mendengar berita tersebut Sultan sangat terkejut dan marah, kemudian memerintahkan
kepada punggawanya untuk menangkap Ki Sarap yang di anggap sebagai pembunuh Ki
Semar sang senopati Banten.
Sepasukan tentara lengkap segera di berangkatkan ke gudang batu untuk menangkap Ki Sarap
yang kemudian dihadapkan kepada sultan karena akan diadakan pengusutan lebih lanjut
tentang pembunuhan itu. Selanjutnya atas perintah Sulatan Banten, Ki Sarap di masukkan
kedalam penjara dan akan dihukum mati di tiang gantungan. Selama dalam penjara Ki sarap
selalu bermunajat kepada Allah SWT untuk mendapat perlindungan Nya, disamping itu juga
ia juga mengamalkan ilmu asihannya ( Aji-aji pengasih ) agar dia diampuni dan dikasihani
oleh Sultan Maulan Hasanudin. Berkat pertolongan Allah SWT, aji-aji pengasih Ki sarap
bukan hanya berpengaruh kepada sultan, tapi juga manjangkau hati sanubari permaisuri
Sultan Maulana Hasanudin.
Dalam suatu musyawarah mengenai hukuman yang akan dijatuhkan kepada Ki Sarap,
permaisuri Sultan mengemukakan pendapatnya bahwa hukuman mati untuk Ki Sarap sangat
tidak tepat dengan alasan :
1. Ki Sarap dan Ki semar bertarung mengadu kesaktian dan yang hidup adalah karena
membela diri sendiri berarti hal itu bukanlah pembunuhan.
2. Kerajaan Banten sangat membutuhkan orang-orang yang gagah berani, kuat dan
banyak ilmunya seperti Ki Sarap untuk menghadapi musuh yang lebih besar lagi, hal
ini jelas Ki Sarap lebih kuat dengan berhasilnya dia mengalahkan Ki Semar yang saat
itu menjabat Senopati Banten.
3. Dengan adanya usul permaisuri tersebut Sulatan tidak langsung menerima begitu aja,
tapi saran itu di renungkannya lagi dan dimusyawarahkan bersama para pembantu
Sultan yang lainnya, dan akhirnya pendapat permaisuri itu dapat di terima oleh
Sultan. Selanjutnya Ki Sarap dipanggil menghadap Sultan Maulana Hasanudin dan
dijelaskan oleh sultan bahwa hukuman mati untuknya dibatalkan kemudian Ki Sarap
diberi tugas untuk menggantikan Ki Semar sebagai senopati Kesultanan Banten
dengan syarat harus mau melalui ujian ketangkasan yaitu menembak anting-anting
( gegombel ) tudung permaisuri Sultan tanpa melukainya sedikitpun. Persyaratan
tersebut diterima oleh Ki Sarap, walaupun dia tahu resikonya sangat tinggi mengingat
dia bukanlah seorang ahli dalam hal menembak.
4. Ki Sarap meminta waktu selama tiga hari sebelum ujian tersebut dilaksanakan, ia
memohon izin agar dibolehkan pulang ke kampungnya di Gudang batu. Setelah
sampai di kampungnya, Ki Sarap segera menghadap kepada kakaknya yaitu Ki Ragil
dan memberi tahukan masalah yang sedang dihadapinya, maksud Ki Sarap
menceritakan tentang ujian dari sultan tersebut untuk meminta petunjuk atau bantuan
saran dari kakaknya. Ki Ragil mengatakan “pergilah dan bawalah benda ini, untuk
dimasukan kedalam senapan saat pelaksanaan ujian itu nanti”.
Kemudian Ki Ragil memberi beberapa petunjuk tata cara menembakkan senjata sebagai
berikut :
“Jika sang permaisuri berada di daerah timur menghadap ke arah barat, berbaliklah ke arah
yang sama dan arahkan senapanmu ke arah barat pula dan jika permaisuri di arah utara
menghadap keselatan, maka kamu pun harus demikian pula arahnya”. Setelah semua pesan
dari Ki Ragil dimengerti dengan sebaik-baiknya, maka Ki Sarap memohon doa dari kakaknya
untuk segera kembali menghadap Sultan Maulana Hasanudin di Banten. Sore hari itu Ki
Sarap telah sampai di Banten dan langsung menghadap Sultan, saat itu Sultan Maulana
Hasanudin tercengang kagum dan gembira menyaksikan Ki Sarap yang konsekwen dengan
permintaan izinnya untuk pulang hanya tiga hari, itupun ditepatinya dengan baik.
Pada hari yang telah ditentukan, tibalah saat yang dinanti-nantikan oleh seluruh masyarakat
Banten, karena pada hari itu sultan akan menguji ketangkasan seorang calon Senopati Banten.
Di alun-alun kesulatanan Banten, sejak pagi hari masyarakat sudah memenuhi arena tempat
pengujian, mereka sangat antusias untuk menyaksikan peristiwa yang sangat menegangkan
dan hal ini mereka anggap sebagai peristiwa langka dan belum pernah terjadi. Di tengah-
tengah alun-alun sang permaisuri duduk dikursi yang berada disebelah timur menghadap ke
arah barat, dengan jarak sekitar 30 meter, Ki Sarap berdiri berhadapan dengan permaisuri.
Kemudian Ki Sarap mulai membidikan senapannya ke arah sasaran, tapi secara tiba-tiba
dengan gerakan yang cepat Ki Sarap membalikan tubuhnya kearah barat, bidikan senapannya
ditujukan ketempat kosong, dengan hati hati dia menarik pelatuknya kemudian terdengarlah
letusan senapanya.
Dan apa yang terjadi ? ternyata peluru yang ditembakkan tepat mengenai “gegombel”
kerudung sang permaisuridan terdengar “pluk” suara gegombel yang jatuh ke tanah tetapi
permaisuri Sultan tetap ditempatnya semula tak tersentuh oleh peluru yang ditembakkan oleh
Ki Sarap.
Jatuhnya gegombel kerudung permaisuri diiringi oleh suara sarak sorai yang gemuruh dari
seluruh masyarakat yang menyaksikannya. Tepuk tangan yang berkepanjangan
menggambarkan kepuasan dan kegembiraan masyarakat karena telah memiliki senopati baru
yang gagah, hebat dan tinggi ilmunya. Permaisuri menitikkan air mata bahagia karena saran
pendapatnya sudah menjadi kenyataan bahwa kesultanan Banten Kini telah diperkuat oleh
seorang senopati sakti yang berasal dari daerah Gudang batu yaitu Ki Sarap. Kemudian Ki
Sarap diberi gelar kehormatan yaitu “SENOPATI NURBAYA”. Senopati Nurbaya yang
kemudian dikenal Ki urbaya menjalankan tugas utamanya untuk mengamankan wilayah laut
jawa terutama teluk banten dan pelabuhan karang antu.
Beliau bermarkas di “BOJO-NAGARA” untuk menghadapi para bajak laut yang mereka
sebut BAJAG-NAGARA, para bajak laut itu bermarkas di Tanjung Bajo dan biasanya hasil
rampokan mereka disembunyikan atau ditunda dulu di “Pulo tunda” sebelum dibawa
kedaerahnya masing-masing. Kini tempat-tempat tersebut menjadi terkenal dan namanya
dikekalkan dengan peristiwa yang terjadi disana kini menjadi nama yang mengandung
kenangan abadi. Selama bertugas di Kesultanan Banten, Ki Patih Nurbaya atau panggilan
lainnya Ki Jagabaya atau Ki Jagalaut menjaga wilayah yang dikuasainya sehingga wilayah
tersebut menjadi aman dan tentram tak pernah ada gangguan dari para pengacau terutama
para bajak laut yang dulu berkeliaran menguasai Laut Jawa dan Teluk Banten. Karena
tugasnya selalu menjaga laut, akhirnya nama k\Ki Sarap lebih populer dengan gelarnya : “KI
JAGABAYA” atau “KI JAGA LAUT. Dunia terus berputar sejarah berjalan sesuai dengan
kehendak tuhan, lama juga Ki Jagabaya menjalankan tugasnya mengamankan daerah yang di
amanatkan kepadanya.
Beliau memusatkan pertahanannya di PULO KALIH ( pulau dua ) apabila beliau mengintai
musuh dilakukannya dari puncak gunung Santri seban dari tempat ini mudah baginya untuk
melihat kearah laut lepas, dapat melihat kapal yang datang dan pergi dari bojonegara dan juga
dapat berkomunikasi dengan Pulo kalih dan menara Banten. Ki Jagabaya atau Ki Jaga laut
menggunakan isyarat-isyarat bahaya dengan cara sebagai berikut :
Apabila bahaya terjadi disiang hari mereka menggunakan sinar matahari yang dipantulkan
melalui cermin.
Apabila bahaya terjadi malam hari mereka menggunakan isyarat kobaran api unggun. Semua
itu dilakukan dari puncak gunung santri dan dapat dipantau dari Pulo kalih dan Menara
Banten.
Saat usianya menjelang senja, Ki Patih Nurbaya menyadari tentang pentingnya kaderisasi
atau generasi penerus. Beliau berniat menurunkan ilmunya terutama ketangkasan khusus yaitu
ilmu beladiri “Pencak Silat Banten” yang disebutnya “Bandrong” , ilmu itu secara khusus
diturunkan kepada putra Sultan Maulana Hasanudin, selanjutnya para punggawa dan prajurit
serta murid-muridnya yang berada di pulo kalih dan Gudang batu waringin kurung.
Selanjutnya pendidikan ketangkasan dan kedigjayaan itu dipusatkan di pulo kalih dan dibina
langsung oleh kedua kakak beradik Ki Sarap dan Ki Ragil. Disanalah mereka berdua
menghabiskan masa tuanya, kemudian setelah dipanggil menghadap Tuhan Nya, mereka
berdua dimakamkan di pemakaman umum di daerah Kahal wilayah kecamatan bojonegara.
Hingga sekarang tempat itu dikenal dengan sebutan “MAKAM KI KAHAL” dan
alhamdulillah sampai sekarang banyak masyarakat yang datang mengziarahinya terutama
para pesilat Bandrong yang saat ini sudah menyebar di lima propinsi di indonesia.
Asal Usul nama Silat Bandrong
Mengingat kesetiaan masyarakat di kawasan gunung santri, Gudang batu, dan Pulo kalih
terhadap Kesultanan Banten, maka diresmikanlah Bojonegara artinya Bojone Negara ( istri
negara ). Sedangkan silat asli banten diberi nama BANDRONG, diambil dari nama jenis ikan
terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang kerang
dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ia merupakan
ikan yang sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga laut
atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering
memperhatikan ikan tangkas gesit ini dan juga jangkauan lompatan jarak jauhnya dan hal itu
benar-benar mempesonanya. Sehingga akhirnya beliau mengambil nama ikan itu untuk
memberi nama ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya dengan nama “PENCAK SILAT
BANDRONG” karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan Bandrong.

2. Silat Terumbu
Kiyai Terumbu merupakan ulama besar Banten pada Abad 15 sebelum sultan Hasanudin
menjadi sultan di Kerajaan Banten dan pada masa tersebut kerjaan Banten belum menjadi
kerajaan islam dan beliau bermukim di suatu kampung, yang mempunyai 5 orang anak dan
anak pertama bernama Abdul Fatah.
Menjelang usia dewasa Abdul Fatah pernah mempunyai istri dari manusia dan usianya tidak
lama dan Abdul Fatah ingin mencari seorang istri lagi tetapi tidak ada yang mau di peristri
oleh Abdul Fatah karena takut usianya tidak lama seperti istri sebelumnya dan Abdul Fatah
mengembara dari satu kampung ke kampung lainnya tapi belum juga mendapatkan jodoh.
Akhirnya beliaupun menghadap kepada Ki Terumbu untuk meminta saran agar cepat
mendapatkan seorang istri. Ki terumbupun memberikan saran, agar menjadi seorang Aulia
Allah harus menikah dengan bangsa jin islam. Dan untuk menemukan jin islam perempuan
pun tidak mudah untuk menemukanknya dan untuk menemukannya Ki Terumbu
menyarankan untuk membuat suatu sumur pemandian di suatu kampung yang terdapat
alasnya ( hutan ) yang tidak jamah oleh manusia apabila sumur tersebut digunakan mandi
oleh jin perempuan islam, maka Abdul Fatah harus mengambil salah satu pakaian jin tersebut.
Beliau pun menjalankan saran Ki Terumbu untuk membuat suatu sumur pemandian pertama
di kampung kasemen, tapi setelah beberapa waktu dilihat ternyata belum ada tanda-tanda
adanya jin tersebut, Abdul Fatahpun membuat lagi sumur pemandian di kampung pontang
sekarang tirtayasa tetapi belum juga berhasil. Dan akhirnya beliau meminta saran Ki Terumbu
lagi dan Ki Terumbu menyarankan agar membuat sumur yang bernama sumur pulauan di
kampung yang ditempati oleh ki terumbu kp. Padadaran ( sekarang kp. Terumbu ), setelah
dibuat selang 3 hari akhirnya Abdul fatah menemukan tanda-tanda bahwa sumur pemandian
yang di buatnya terlihat keruh pada malam hari dan keesokan harinya beliau mengintip sumur
tersebut dan menemukan tiga jin perempuan sedang mandi pada sumur pemandian tersebut.
Dan beliaupun mengambil salah satu baju jin perempuan tersebut, tetapi kedua jin yang
lainnya langsung mengetahui dan langsung mengambil pakaiannya dan menghilang
sedangkan jin perempuan yang satunya lagi masih ada di sumur pemandian tersebut tidak bisa
menghilang karena pakaiannya dipegang oleh Abdul fatah dan di sembunyikan di lumbung
pari agar tidak ditemukan oleh jin tersebut.
Dan Abdul Fatahpun langsung memberikan pakaian manusia untuk di kenakan oleh jin
perempuan tersebut. Jin tersebut langsung dibawanya kerumah Ki Terumbu untuk langsung
dinikahkan dengan wali hakim. Dan dinikahkan oleh ki terumbu dan ki terumbu memberi
pesan bahwa kedua mempelai bisa hidup normal seperti manusia biasa dengan catatan jangan
sampai istri Abdul Fatah mengenakan baju jinnya kembali, apabila mengenakannya akan
langsung hilang. Dan Abdul Fatah pun mengikuti nasehat Ki Terumbu.
Hasil pernikahan ki beji dengan jin perempuan tersebut dikaruniai 3 orang anak diantaranya :
anak pertama bernama Tanjung anom, anak kedua. bernama Kudup melati, anak ketiga
bernama Dewi Rasa. Pada waktu syarif Hidayatullah akan rapat dewan walisongo membawa
anaknya sultan hasanudin ( sebelum menjadi raja Kesultanan Banten ) kepada Ki Beji untuk
dititipkan sementara syarif Hidayatullah Rapat dengan Walisongo di Demak beserta KH.
Abdul Fatah ( Ki Beji ). Perjalanan menuju Demak memakan waktu 3 hari 3 malam untuk
sampai lokasi Mesjid Demak dan pulangnya memakan waktu 3 hari 3 malam. Pada waktu
perjalanan menuju Demak ada beberapa kejadian penting diantaranya :
1. Pada hari pertama perjalanan Ki Beji menemukan burung dara mati didepannya dan Ki Beji
pun menangisi Burung dara tersebut dan berkata : “andai saja ya Allah burung ini hidup dapat
berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki
Beji. Burung dara itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “jika Ki Beji butuh
pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injrk bumi 3 kali” . dan Ki Beji
pun mengiyakan permintaan Burung itu, dan burung tersebut langsung menghilang.
2. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan belut putih mati didepannya dan Ki Beji
pun menangisi belut putih tersebut dan berkata : “andai saja ya Allah belut putih ini hidup
dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan
permintaan Ki Beji. belut putih itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “jika Ki
Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali”.
dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan belut putih itu, dan belut putih tersebut langsung
menghilang.
3. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan lalat besar mati didepannya dan Ki Beji
pun menangisi lalat besar tersebut dan berkata : “andai saja ya Allah lalat besar ini hidup
dapat berguna bagi anak dan keluarganya”, dan seketika itupun Allah mengabulkan
permintaan Ki Beji. lalat besar itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : “jika Ki
Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali “.
dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan lalat besar itu, dan lalat besar tersebut langsung
menghilang.
4. Pada malam terakhir perjalanan pulang menuju Kp. Terumbu Banten, Ki Beji menemukan
Burung Garuda mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Garuda mati tersebut dan berkata
: “andai saja ya Allah Garuda mati ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya” dan
seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung Garuda itupun langsung
hidup dan berkata kepada Ki Beji : “jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan
membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali” . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan
Garuda itu, dan Garuda tersebut langsung menghilang.
Sesampainya Ki Beji di rumahnya, beliau kaget karena mencari-cari istrinya tidak ada di
rumah, dan Ki Beji langsung kerumahnya Kiyai Terumbu menanyakan keberadaan istrinya
yang hilang. Ki terumbu mengingatkan kepada Ki Beji sebelum berangkat, agar kunci gudang
( lumbung ) tempat menyimpan baju jin istrinya agar tidak diberikan kepada istrinya Ki Beji,
Ki besus ( penjaga rumah Ki Beji ) yang di amanati Ki Beji agar menjaga kunci tersebut tidak
di berikan kepada siapapun termasuk istrinya. Ternyata ki besus hilaf akan tugasnya ketika itu
ki besus tertidur ketika menjaga rumah dan tanpa disadari istri Ki Beji mencurinya dan
langsung menghilang. Ki Beji seharusnya tahu isyarat pada waktu perjalanan pulang
menemukan Burung garuda mati tersebut bisa membawa Ki Beji ke negeri Jin menurut Ki
terumbu. Maka seketika itu Ki Beji langsung memanggil Garuda itu dan langsung datang, dan
langsung membawa Ki Beji ke negeri jin tempat istrinya tinggal. Sampailah Ki Beji ke negeri
Jin dengan Garuda, di pintu gerbang Ki Beji menemukan penjaga negeri jin dan melarang
manusia memasuki negerinya, tapi Ki Beji bersikeras akan membawa pulang ke dunia
istrinya. Penjaga itupun mempersilahkan Ki Beji membawa istrinya dengan beberapa syarat :
Ki Beji dikasih keranjang untuk mengangsu air ke negeri jin
Dalam pikirannya beliau berpikir bagaimana mengangsu air dengan keranjang sedangkan
keranjang itu bolong-bolong, dan beliaupun teringat pada belut putih yang hidup di air. Dan
dengan bantuan belut putih itu Ki beji dapat mengangsu air dengan cara keranjang tersebut di
lilit dengan tubuh belut putih tersebut.
Ki beji di suruh membawa kacang ijo sekarung dibuang oleh penjaga negeri jin ke dunia agar
membawanya kembali utuh menjadi satu karung kembali. Dan Ki beji meminta bantuan
kepada burung dara untuk memakan semua kacang yang bercecer dan memasukkan kembali
ke karung untuk di bawa ke negeri jin.
Ki Beji disuruh mencari istrinya berada sedangkan istana jin itu beratus lantai dan harus tahu
dimana lokasi tampat istrinya berada. Ki Beji pun meminta bantuan kepada burung dara agar
mencarikan lokasi dimana istrinya berada dan waktu itu burung dara itu langsung laporan ke
Ki Beji bahwa sudah menemukan istrinya berada.
Setelah ketemu dimana istrinya berada, sekarang Ki Beji harus menemukan dimana istrinya
sedangkan bangsa jin perempuan wajahnya sama mencapai ribuan. Ki Beji meminta bantuan
lalat besar agar ditemukan keberadaan istrinya. Ki Bji menyuruh lalat tersebut menghinggapi
wajah muka istrinya dan tebakan Ki Beji itu benar. Jin perempuan itu di Tanya oleh penjaga
negeri jin, “benar kamu sudah menikah dengan Ki Beji bangsa manusia?” dan jin tersebut
mengiyakan perkataan Ki Beji maka di bawalah istrinya kembali ke kp. Terumbu dan
menjalani hidup normal seperti manusia hingga mempunyai 3 orang anak ( Tanjung Anom,
Kudup Melati, Dewi Rasa )
Julukan Ki beji karena beliau berhati besi atau beji yang membangkang pada kompeni dan
tidak mau diusir oleh penjajah kompeni ( Belanda ) dari tanah kampung terumbu Banten.
Masyarakat dan keturunan Ki Terumbu diajari ilmu silat dari anak-anak hingga dewasa untuk
melawan penjajahan belanda hingga sekarang silat ini turum temurun masih terjaga
kelestariannya di kampung terumbu, Kasemen serang. Pada keturunan ke 4 atau cicit dari H.
Agus( anak ke 4 dari Ki Zunedil Qubro bin Ki Terumbu ) yaitu H. Mad sidiq mewarisi ilmu
silat Bandrong dan mempunyai istri di pulo ampel bojonegara - Serang serta
mengembangkannya aliran silat ini ke daerah cilegon dan sekitarnya untuk melawan
penjajahan belanda dan jepang sedangkan M. Idris mewarisi ilmu silat terumbu dan beliau
bermukim di kampung terumbu dalam pengembangannya aliran silat ini berkembang di
daerah serang dan sekitarnya untuk melawan penjajahan belanda dan jepang.

3. Silat Cimande
Pencak Silat Cimande untuk pertamakalinya disebarkan oleh Sakir penduduk Kecamatan
Mande Kabupaten Cianjur. Sakir adalah salah seorang tokoh Pencak Silat, serta ilmu
kebatinan Sakir dikenal luhung elmu nya. Karenanya, Sakir sangat disegani masyarakat.
Penduduk setempat menganggap Sakir sebagai orang tua mereka sendiri.
Banyak pula muridnya yang sengaja belajar Pencak Silat. Pada saat itu yang memerintah
Kabupaten Cianjur ialah Bupati R. Aria Wiratanudatar II sebagai Bupati yang ke V dari
keturunannya. R. Aria Wiratanudatar II juga dikenal dengan sebutan Dalem Enoh,
memerintah Kabupaten Cianjur antara tahun 1776-1813. Setelah diketahui Dalem,
diangkatlah Sakir menjadi guru Pencak Silat dan keamanan di Kabupaten. Diantara muridnya
yang termashur ialah putra dalem Enoh yang bernama R. Wiranaga yang mendapat julukan
Aria Cikalong.
Menurut para ahli sejarah di Kabupaten Cianjur, selain R. Wiranagara terdapat pula R. Obing
Ibrahim dan R. Haji Ipung Prawirasudibja. Merekalah yang menerangkan, bahwa pada tahun
1780 Sakir pernah dicoba kemahirannya dalam Pencak Silat dengan orang Cina dari Macao
bertempat dialun-alun Cianjur dan pada kesempatan itu Sakir yang menang.
Pada tanggal 2 April 1812 R. Aria Wiratanudatar II atau lebih dikenal dengan nama R. Enoh
meninggal dunia. Beliau meninggalkan 3 orang putra yakni : Aria Wiranagara yang lebih
dikenal dengan nama Aria Cikalong, R. Natanagara yang setelah menunaikan Ibadah Haji
lebih dikenal dengan nama R. Haji Muhamad Tobri dan Aom Abas yang kemudian menjadi
Bupati Limbangan.
Untuk selanjutnya, Sakir dibawa pindah oleh R. Aria Natanagara ke Bogor. Oleh Bupati
Bogor Sakir diangkat menjadi pengawal Bupati. Selama Sakir mengabdi pada Bupati Bogor,
beliau bertempat tinggal di Cimande (Kabupaten Cianjur). Karena itulah Pencak Silat yang
diajarkan dan disebarkan oleh Sakir disebut Pencak Cimande.
Menurut cacatat yang diperoleh, tersebarnya Pencak Cimande di Cianjur hanya sampai tahun
1813. Namun kemudian pada tahun 1819, pencak Cimande ini tersebar di Cianjur sebelah
Selatan. Penyebaran Pencak Cimande ini dilakukan oleh putra-putra dan murid-muridnya
Sakir. Mereka menyebar ke daerah Cianjur sebelah Selatan dan Garut Selatan khususnya di
daerah-daerah perkebunan sebagai sasaran operasionalnya. Hal ini berlangsung sampai tahun
1930. Setelah penyebaran Pencak Cimande, disusul pula dengan Pencak Cikalong dan
Syahbandar yang disebarkan oleh para putra dan murid R. Haji Ibrahim dari Cikalong.
Adapun yang menciptakan serta mengkreasikan Pencak Cikalong adalah . R. Haji Ibrahim
turunan ke 9 dari Dalem Cikundul, Majalaya Kecamatan Cikalong Kulon. Ayahnya adalah R.
Rajadireja, yang lebih dikenal sebagai Aom Raja, dan kakeknya adalah R. Wiranagara yang
lazim disebut Aria Cikalong.
R. Haji Ibrahim dilahirkan pada tahun 1816. Keahlian dalam Pencak Silat diperolehnya pula
dari leluhur kakeknya yang merupakan murid terpandai dari Sakir.
R. Haji Ibrahim mulai belajar Pencak dari R. Ateng Alimudin seorang putra Tubagus Kosim,
yang merupakan keturunan ke 13 dari Sultan Hasanudin (Banten). R. Alimudin menikah
dengan R. Siti Hadijah, ipar dari R. Haji Ibrahim. Sebenarnya R. Haji Ibrahim bukan hanya
berguru kepada R. Ateng Alimudin saja, tetapi berguru pula pada Abang Ma’rup, Abang
Madi, dan para pesilat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai