Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PENCAK SILAT DAN PERKEMBANGANNYA DI

INDONESIA

A. SEJARAH PENCAK SILAT


Pencak silat merupakan ilmu bela diri warisan budaya nenek moyang bangsa
Indonesia. Untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dari
ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya.
Cara membela diri dari suatu daerah, berbeda dengan daerah lainnya. Untuk daerah
pegunungan, pada umumnya, ditandai dengan sikap kuda-kuda yang kokoh dan gerak
lengan yang lincah, sedangkan untuk daerah-daerah datar ditandai dengan sikap kuda-kuda
yang ringan serta olah gerak kaki yang lincah. Perbedaan tersebut disebabkan karena
kondisi daerah dan bentuk ancamannya, termasuk jenis senjata yang digunakannya. Jurus-
jurus yang digunakan untuk membela diri banyak diilhami dari dari olah gerak binatang-
binatang, seperti macan, monyet, ular, dan bangau dan lain-lainnya.

B. PERKEMBANGAN PENCAK SILAT


Berbicara tentang Perkembangan, maka kita harus meletakkan dan melihat adanya
saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana deratan tersebut
dijajar menurut skala waktu. Kejadian sejarah tidak hanya terjadi pada seorang dan satu
tempat saja, akan tetapi selalu terjadi akibat adanya saling hubungan manusia dengan
sesamanya, yang kemudian dapat diperluas antara daerah bahkan antarnegara. Karena
ketiga faktor sejarah tersebut yaitu faktor manusia, faktor tempat, dan faktor waktu, harus
ada secara keseluruhan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara,
dibina, dan dikembangkan guna memprkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila,
meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga
diri dan kebanggan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuian bangsa serta
mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan. (TAP. MPR,
1987:109)
Pencak silat, merupakan salah satu jenis bela diri yang sudah cukup tua umurnya.
Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara pasti kapan dan oleh siapa pencak silat itu
diciptakan. Oleh karena itu biasannya perkembangan sejarah pencak silat, selalu
dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia. Bagaimana sejarah perkembangan
pencak silat di Indonesia, sejak dulu zaman penjajahan hingga setelah merdeka dan
melaksanakan pembangunan disegala bidang.

1. Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai
dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Orang yang hidup di dekat hutan-hutn
mempunyai cara membela diri yang khas untuk menghadapi binatang yang buas yang
ada di hutan. Bahkan mereka juga menciptakan bela diri dengan meniru gerakan
binatang tersebut, misalnya meniru hewan harimau, ular, burung. Orang-orang yang
hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan kaki
yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak
rata. Biasanya mnciptakan bela diri yang mempunyai cirri khas kuda-kuda yang kokoh
tidak hanya bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan
ampuh daya gunanya. Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang
rumput biasa berjalan bergegas, lari. Sehingga gerakan kakinya menjadi lincah.
Mereka menciptakan bela diri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat bela
diri. Akhirnya setiap daerah mempunyai bela diri yang khas dan berbeda dengan
daerah lainnya., sehingga timbullah aliran bela diri beraneka ragam. Pertemuan antara
penduduk daerah yang satu dengan yang lainnya menyababkan terjadinya tukar
mrnukar ilmu bela diri, sehingga dapat meningkatkan mutu bela diri di setiap daerah.

2. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Penjajahan


Pada zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh
punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pehuang, pahlawan yang berusaha
melawan penjajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat diajarkan secara rahasia,
sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh penjajah akan dilarang. Kaum
penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan untuk
melawan mereka. Kekhawatiran mereka memang beralasan, karena hamper semua
pahlawan bangsa seperti Tjik di Tiro, Imam bonjol, Fatahillah, Diponegoro, dan lain-
lain adalah pendekar silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahhui para penjajah,
bahkan sebagian menjadi semacam perkumpulan rahasia. Pencak silat dipelajari pula
oleh kaum gerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional. Secara
diam-diam prguruan-perguruan tersebut pencak silat berhasil memupuk kekuatan
kelompok-kelompok yang siap melawan penjajah sewaktu-waktu. Kaum pergerakan
yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang, secara diam-diam pula, menyebarkan ilmu
pencak silat tersebut di tempat pembuangan. Pasukan Pembela Tanah Air yang telah
dikenal dengan nama PETA, juga mempelajari pencak silat dengan tekun.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Pencak silat sebagai ilmu bela diri nasional, didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan pertahanan bersama menghadapi
sekutu. Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran
pencak silat di seluruh Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh
pemerintah di Jakarta, pada waktu itu tidak diciptakan oleh para Pembina pencak silat
suatuolahraga berdasarkan pencak silat yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan
olahraga pada setiap pagi di sekolah-sekolah. Akan tetapi usul itu ditolak oleh
Shimitzu, karena khawatir akan mendesak Tahayo Jepang. Sekalipun Jepang
memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsure-unsur warisan
kebesaran kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan
berkobar lagi untuk kepentingan Jepang, bukan untuk kepentingan nasional kita.
Namun haruslah kita akui bahwa keuntungan yang kita dapatkan dari zaman itu, kita
mulai insyaf lagi akan keharusan berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dari
masyarakat.
Walaupun di masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan
kesempatan untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari
dan mendalami melalui guru-guru dan pendekar pencak silat, atau secara turun-
temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional, semenjak
Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan
sebagai identitas nasional, para pelajar pada tahun duapuluhan atau bsebelumnya
mendalami pencak silat, ternyata di masa kemerdekaan telah terbentuklah wadah
nasional pencak silat Indonesia, pada tahun 1948.

3. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan


Kemahiran ilmu bela diri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa
Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya ada zaman
perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu perang, sibuk
sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat. Pesantren-pesantren disamping
mengajarkan agama, juga meningkatkan pendidkan bela diri pencak silat. Perang fisik
di Surabaya melawan Sekutu, pada bulan November tahun 1945, banyak menampilkan
pejuang yang gagah berani.; Hasil didikan pencak silat dari pondok Tebu Ireng Gontor
dan Jamsaren. Pondok pesantren dan perguruan-perguruan pencak silat tersebut bukan
hanya mengajarkan bela diri pencak silat saja melainkan juga mengisi jiwa ara calon
pejuang dengan semangat juang patriotisme yang berkobar-kobar. Semangat juang
demikianlah yang membuat mereka tak mempunyai rasa takut sedikiypun dalam
melawan penjajah tentara sekutu yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap
dan canggih, sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan perang
kemerdekaan secara gemilang. Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945,
Belanda melancarkan dua kali agresi untuk menguasai kembali Indonesia. Pencak silat
kembali dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kemahiran putra-putri
Indonesia guna menghadapi perang terhadap Belanda. Para pemimpin bangsa
Indonesia, dan para pendekar silat waktu itu, menyadari bahwa pengajaran pencak
silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat.
Pada awal kemerdekaan kita, Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia
dalam kelompok-kelompok kesukuan dengan dibentuknya Negara-negara bagian.
Bahkan kemudian terjadi pemberontakan politik PKI di Madiun, dan Darul Islam atau
DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk
menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara pagar
betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan rakyat yang telah
diajarkan kemahiran bela diri pencak silat.

4. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)


Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar
pencak silat berkumpul untuk membentuk organisasi pencak silat. Pada tanggal 18
Mei 1948, dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI), yang
kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Persatuan para pendekar
dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk menggalang kembali semangat
juang bangsa Indonesia, yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Yang lebih
penting, pencak silat dengan rasa persaudaraannya dapat memupuk rasa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang pada saat itu sedang terpecah belah.
IPSI berdiri pada tahun 1973 dengan dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun
Sudirohadiprodjo, dan Rachmad Surenogoro. Banyak regenerasi yang dilakukan oleh
IPSI dan seminar yang salah satunya dilaksanakan di Tugu Bogor pad tahun 1973.
Program olahraga bela diri pencak silat dtingkatkan dengan dilaksanakan program
pertandingan olahraga pencak silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahrag
Nasional (PON). Dengan seringnya kegiatan pertandingan olahraga pencak silat
dtingkat-tingkat daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan pencak
silat yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah. Usaha-usaha
pemerintah untuk menangani pencak silat akan lebih mendorong masyarakat untuk
ikut melestarikan penak silat. Pada beberapa tahun terakhir pencak silat memasuki
kawasan internasional, baik dari perkembangan pencak silat di negara-negara Eropa
dan Amerika, maupun hubungan silaturahmi dengan bangsa serumpun di kawasan
Asia Tenggara. Pada tahun 1980 terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa
(PERSILAT) yang didukung oleh Negara-negara Asean, ialah Indonesia, Malaysia,
Singapura. Tanggal 1 Januari 1983 diadakan pertemuan di Singapura.
Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di
bidang olahraga pencak silat meliputi :
a. Peraturan pertandinagn olahraga pencak silat.
b. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
c. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
d. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
e. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
f. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga

Pencak silat adalah ilmu bela diri asli Indonesia. Pencak silat adalah salah satu seni budaya
warisan nenek moyang atau leluhur bangsa Indonesia. Olahraga pencak silat mengandung
unsur-unsur nilai ketrampilan, budi pekerti, pembentukan kepribadian yang kuat dan
semangat kebangsaan dan patriotisme yang tinggi terhadap negara republik Indonesia.
Semangat itu berguna untuk membentuk dan membina manusia pembangunan yang
diperlukan oleh masyarakat.

Dalam olahraga pencak silat juga dikembangkan pembinaan hidup sehat, kebugaran jasmani,
pembentukan sikap dan kepribadian, kemampuan berinisiatif dan kemampuan mengambil
keputusan. Pencak silat sebagai seni bela diri berguna untuk melindungi diri atau
mempertahankan diri dari bahaya yang mengancam jiwanya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga pencak silat adalah:

1. Nilai olahraga
Pencak silat dapat dijadikan sarana untuk olahraga mengembangkan kebugaran
jasmani. Kegiatan dan gerakan-gerakannya semuanya mengandung unsur olahraga.
Karena dalam pencak silat itu sendiri yang dibutuhkan juga kesehatan, kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan kelincahan. Melakukan latihan pencak silat termasuk
melatih kebugaran jasmani.

2. Nilai Seni Budaya


Pencak silat adalah warisan leluhur bangsa indonesia. Pencak silat mengajarkan
seseorang untuk menjadi manusia beradap yang mengedepankan kepedulian kepada
orang lain. Olahraga pencak silat juga dipandang sebagai suatu seni untuk membela
diri namun tetap menghargai dan menghormati lawan. Pencak silat adalah termasuk
kekayaan seni dan kebudayaan bangsa indonesia.

3. Nilai bela diri


Olahraga pencak silat bertujuan untuk melatih diri dan membekali diri dengan
kemampuan beladiri. Pencak silat juga memupuk sikap keberanian seseorang untuk
menghadapi lawan. Memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan gerakan-gerakan
khusus untuk membela diri dan berprestasi.

4. Nilai Spiritual
Dalam olahraga pencak silat ditanamkan sikap percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sikap taat beragama, berbudi pekerti luhur, dan menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan. Sikap saling tolong menolong dalam kebaikan, Sikap jujur, Sikap
bijaksana, tulus dan iklas dalam beramal.

5. Nilai Persaudaraan
Semua manusia adalah makhuk Tuhan Yang Maha Esa, Pada hakikatnya semua
manusia adalah saudara, anak cucu Adam. Perintah Tuhan kepada manusia adalah agar
saling berbuat baik, termasuk saling bersaudara antar sesama manusia dan saling
tolong menolong.

Macam-macam Aspek Pencak Silat ; Mental Spiritual, Bela Diri, Seni, dan Olahraga

Selain untuk pembelaan diri, pencak silat juga mengadung beberapa nilai luhur, antara lain:
aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek seni, dan aspek olahraga.

a. Aspek mental spiritual


Aspek mental spiritual dalam pencak silat meliputi:
1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Tenggang rasa, percaya diri, dan disiplin
3. Cinta bangsa dan tanah air
4. Persaudaraan, pengendalian diri, dan tanggung jawab
5. Solodaritas sosial, jujur membela kebenaran dan keadilan

b. Aspek beladiri
Aspek beladiri dalam pencat silat, meliputi:
1. Berani dalam membela kebenaran dan keadilan
2. Tahan uji dan tabah
3. Tangguh dan ulet
4. Tanggap, peka, dan cermat
5. Tidak sombong
6. Menggunakan keterampilan garak perkelahian hanya dalam keadaan terpaksa
misalnya untuk keselamatan diri, bangsa, dan tanah air.

c. Aspek Seni
Aspek seni yang terkandung dalam pencak silat, meliputi:
1. Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur.
2. Mengembangkan pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai-nilai
kepribadian bangsa
3. Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif
4. Mampu menyaingi dan menerapkan nilai-nilai budaya dari luar yang positif
5. Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilaipencak silat yang bersifat
kedaerahan

d. Aspek olahraga
Aspek olahraga dalam pencak silat, meliputi:
1. Pantang menyerah
2. Meningkatkan prestasi
3. Menjujung tinggi solidaritas
4. Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari
PENUTUP

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pencak silat tidak hanya merupakan
sebuah bela diri yang tanpa tujuan, tapi mempunyai nilai- nilai luhur yang wajib dilaksanakan
untuk dihayati dengan baik dan benar, serta diamalkan secara konsisten dan konsekuen
sebagaimana yang terdapat dalam Tri Prasetya pesilat.

Pencak silat sebagai beladiri yang tumbuh dan mengakar dalam masyarakat Indonesia,
adalah merupakan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Sebagai hasil kreasi budaya bangsa
yang harus dilestarikan adanya nilai-nilai luhur yang terkandung dialamnnya, adalah bagian
penting dan merupakan jati diri beladiri pencak silat karena sangat bermanfaat bagi individual
maupun masyarakat. Penghayatan nilai-nilai luhur pencak silat secara keseluruhan merupakan
tugas pesilat dalam menjaga dan melestarikan pencak silat dari berbagai aspeknya.

Anda mungkin juga menyukai