Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

           Salah satu kebutuhan paling dasar manusia ialah keamanan dan kesejahteraan. Agar dapat
memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan
sarana, diantaranya ciptaan manusia yang menyangkut tentang kebutuhan keamanan, yakni cara
dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG), salah satunya adalah jurus dan senjata. Jurus adalah teknik gerak fisik berpola
yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa ataupun dengan senjata. Bentuk awalnya
sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan anatomi
manusia yang kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia, sama
halnya dengan senjata yang digunakan.

           Agar mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan


berbagai cara dan sarana, diantaranya dengan mengembangkan jurus menjadi bentuk seni dan
olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup mereka. Salah satu bentuk
pengembangan seni jurus tersebut ialah pencak silat.

1.2. Rumusan Masalah

           Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :

1.      Sejarah pencak silat

2.      Pengertian pencak silat

3.      Peraturan dalam permainan pencak silat

4.      Teknik-teknik dalam permainan pencak silat

5.      Media dalam permainan pencak silat

6.      Informasi lain seputar pencak silat

1.3. Tujuan

           Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :

1.      Mengetahui sejarah pencak silat


2.      Mengetahui pengertian pencak silat

3.      Mengetahui peraturan dalam permainan pencak silat

4.      Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan pencak silat

5.      Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan pencak silat

6.      Mengetahui informasi lain seputar pencak silat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pencak Silat

           Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke
mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan tertulis mengenai asal mula silat
sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah
ke daerah lain, misalnya asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang
perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan
tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang,
perisai, dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif
tidak tersentuh pengaruh luar.

           Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang
merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada
jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat
dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara
semenjak abad ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian, pencak
silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan
Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik lainnya yang
menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
dan lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa
Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

           Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India
dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang kebudayaan Melayu (termasuk
pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah
beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India,
Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi
dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir bersamaan dengan munculnya
kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan.
Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari
abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang
membanggakan Gajah Mada.

           Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada
abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak
silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan
bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar
ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi
penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual.

           Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan
memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman
kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional
dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan
Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di
Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga
dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

           Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan
sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis, serta
perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan
corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun.
Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia
yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi
pengembangan yang lebih teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau
kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diriBAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pencak Silat

Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke
mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan tertulis mengenai asal mula silat
sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah
ke daerah lain, misalnya asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang
perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan
tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang,
perisai, dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif
tidak tersentuh pengaruh luar.

Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang
merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada
jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat
dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara
semenjak abad ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian, pencak
silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan
Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik lainnya yang
menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
dan lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa
Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India
dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang kebudayaan Melayu (termasuk
pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah
beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India,
Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi
dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir bersamaan dengan munculnya
kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan.
Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari
abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang
membanggakan Gajah Mada.

Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada
abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak
silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan
bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar
ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi
penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual.

Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan
memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman
kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional
dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan
Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di
Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga
dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan
sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis, serta
perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan
corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan
unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun.
Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia
yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi
pengembangan yang lebih teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau
kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diri dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena
dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita
yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.

2.2. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan diri. Pencak silat
merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela diri ini secara luas
dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai
variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan
Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki
pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia),
sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah nama organisasi yang dibentuk
oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi
pencak silat di berbagai negara. Di dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak
dibentuknya Persilat di Jakarta pada tahun 1980.

Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada tahun 1973 di
Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa
Indonesia dengan nama “pencak silat” yang merupakan kata majemuk, karena tidak semua daerah
di Indonesia menggunakan istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan
nama pencak, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat merupakan
kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus, begitu pula dengan kata silat.
Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan, dan digunakan dalam belajar,
latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri
dari bencana. Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan.
Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia
untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap
lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3. Peraturan Pencak Silat

2.3.1 Ketentuan Umum

Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling berhadapan utuk
mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan), melakukan
serangan pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan.
Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat
antarbabak selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan lima
orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut.

1. Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan langkah, serta adanya
koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.

2. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah
sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.

3. Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak silat dan
ketentuan-ketentuan perwasitan pada umumnya.

2.3.2 Ketentuan Kemenangan

Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut.

1. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah satu pesilat
dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.

2. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena menyatakan diri tidak
dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.

Permintaan pelatih.

3. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar sampai hitungan
wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.

4. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2, atau lawan
melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan
pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas
keputusan dokter pertandingan.
5. Menang karena pertandingan tidak seimbang.

6. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri. dituturkan.
Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan
pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.

2.2. Pengertian Pencak Silat

           Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan diri. Pencak silat
merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela diri ini secara luas
dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai
variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan
Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki
pesilat-pesilat yang tangguh.

           Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia),
sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah nama organisasi yang dibentuk
oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi
pencak silat di berbagai negara. Di dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak
dibentuknya Persilat di Jakarta pada tahun 1980.

           Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada tahun 1973 di
Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa
Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan kata majemuk, karena tidak semua daerah di
Indonesia menggunakan istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan
nama pencak, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat merupakan
kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus, begitu pula dengan kata silat.
Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan, dan digunakan dalam belajar,
latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri
dari bencana. Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan.
Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia
untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap
lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.3. Peraturan Pencak Silat

2.3.1 Ketentuan Umum


           Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling berhadapan utuk
mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan), melakukan
serangan pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan.
Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat
antarbabak selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan lima
orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut.

1.    Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan langkah, serta adanya
koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.

2.    Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah
sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.

3.      Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak silat dan ketentuan-
ketentuan perwasitan pada umumnya.

2.3.2 Ketentuan Kemenangan

           Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut.

1.     Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah satu pesilat dengan
jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.

2.  Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena menyatakan diri tidak
dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.

permintaan pelatih.

3.   Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar sampai hitungan wasit
ke-10 dalam waktu 10 detik.

4.    Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2, atau lawan
melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan
pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas
keputusan dokter pertandingan.

5.      Menang karena pertandingan tidak seimbang.

6.      Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.

BAB III

PENUTUP

            3.1. Kesimpulan
               Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan olahraga bela
diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang baik. Permainan pencak silat
membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria
maupun wanita. Dalam permainan pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik,
mulai dari pukulan, sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang maksimal dan
sesuai harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak gugur.

            3.2. Saran

               Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara yang harus
senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak silat harus diperkenalkan
sedini mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya dan atlet yang berpotensi. Untuk itu,
atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat
sejak anak usia dini agar dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik bangsa
Indonesia. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau
melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia, serta
dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal (2016). 4 Perbedaan Pencak Silat, Karate, dan Taekwondo. 

     Dari http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html, 29 Juli 2017

Anonim (2014). Teknik Belaan Dalam Pencak Silat Hindaran Tangkisan. 

     Dari http://www.latarbelakang.com/2014/03/teknik-belaan-dalam-pencak-silat.html, 29 Juli 2017

Anonim (2014). Teknik Serangan Tangan dalam Pencak Silat. Dari 

     http://www.latarbelakang.com/2014/03/serangan-tangan-dalam-pencak-silat.html, 29 Juli 2017

Hartono, Juni (2017). Lapangan dan Perlengkapan Pencak Silat. 

     Dari http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2017/01/lapangan-dan-perlengkapan-pencak-
silat.html, 

     29 Juli 2017

Maryadi, Andi (2015). Makalah Pencak Silat. Dari http://andi-maryadi.blogspot.co.id/2015/04

     /makalah-tentang-pencak-silat.html, 29 Juli 2017

Rezot, Kang (2016). Teknik dan Peraturan Pertandingan Olahraga Pencak Silat. 


     Dari http://materiku86.blogspot.co.id/2016/03/teknik-dan-peraturan-pertandingan-olahraga-

     pencak-silat.html, 29 Juli 2017

Riyan, Dhee (2014). Makalah Pencak Silat. Dari http://makalahlengkap14.blogspot.co.id/2014/12

     /makalah-pencak-silat.html, 29 Juli 2017

Suhendar, Tatang (2014). Pencak Silat. Dari http://mp.ukm.unsoed.ac.id/pencak-silat/, 29 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai