Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan
menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal
tersebut, catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan.
Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari
satu daerah ke daerah lain, misalnya asal mula silat aliran Cimande
yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan
pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan
tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia
kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia
dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai,
dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang
hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya
kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di
kawasan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan
ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat
dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar
di kepulauan Nusantara semenjak abad ke-7 masehi, namun asal
mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian, pencak silat saat ini
telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah pesisir
pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas.
Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di
berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan
lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka
sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.
Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela
diri dari Cina dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung
benar karena memang kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat)
adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan
Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa
oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan
lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan
beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat
lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga
setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan.
Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka
meyakini bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang
terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan
Gajah Mada.
1. Kuda Kuda
Teknik dasar pencak silat yang wajib dikuasai pertama adalah kuda-
kuda. Kuda-kuda merupakan sebuah sikap menapakkan kaki yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat akan menyerang ataupun
bertahan.
- Kuda-kuda depan.
- Kuda-kuda tengah.
- Kuda-kuda belakang.
- Kuda-kuda samping
- Kuda-kuda silang.
2. Teknik Tendangan
3. Teknik Pukulan
4. Teknik Tangkisan