Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi
perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak
memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena
dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri
diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat
menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh
kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang
dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih
digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja.
Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.
Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai
perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi
sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak
Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh
Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat
suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan
olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya
adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi
kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita
mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang
semula didudukinya dalam masyarakat kita.
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui
guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan
semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur
warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia
Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta
terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat
di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan
pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Sampai saat ini Anggota Organisasi Pencak Silat yang sudah terdaftar/tercatat di
PERSILAT sebanyak 33 organisasi di seluruh dunia.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan,
yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu
Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar
ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia
dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk.
Langkah
Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan
silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah
tiga dan langkah empat.
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara
Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh
bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan
tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal
atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan
penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh
tubuh.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain,
sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya
dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah
contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri
dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat.
Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi
terkenal di Eropa.
Tingkat kemahiran
Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat
kemahiran, yaitu:
1. Pemula
diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan,
tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar
perguruan dan jurus standar IPSI
2. Menengah
ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar,
pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan
akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni
Budaya.
3. Pelatih
4.Pendekar
merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan
mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.
10 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Bela diri Pencak Silat bertujuan untuk mengembangkan aspek akhlak
rohani (pendidikan mental spiritual).
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur. Hal ini berarti
kewajiban untuk:
a) Beriman teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan ajaran-ajaran-
Nya, yakni melaksanakan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-
laranganNya.
b) Menghormati orang tua, orang yang lebih tua, guru, kakak seperguruan,
keinginan, harapan dan kepentingan.
c) Berprilaku sopan santun dalam pergaulan sosial sesuai dengan tata susila yang
berlaku.
2) Tenggang rasa, percaya diri sendiri dan berdisiplin, hal ini berarti kewajiban
untuk :
a) Tidak bertindak sewenang-wenang terhadap sesama manusia.
b) Mencintai dan suka menolong sesama manusia.
c) Berani dan tabah menghadapi segala bentuk tantangan hidup.
d) Sanggup berusaha dengan tidak kenal menyerah di dalam mencapai hal-hal positif
yang menjadi idaman dan cita-cita.
e) Patuh dan taat kepada norma-norma yang mengatur kehidupan pribadi maupun
sosial.
3) Cinta bangsa dan tanah air, hal ini berarti kewajiban untuk :
a) Memandang seluruh bangsa dan wilayah tanah air dengan kekayaan dan atribut
sebagai satu kesatuan.
b) Merasa bangga sebagai bangsa dan mempunyai tanah air Indonesia sendiri serta
berusaha untuk mengembangkannya.
c) Mencintai budaya dan bangsa sendiri serta berusaha untuk mengembangkannya.
d) Menyelamatkan keutuhan/persatuan, kepribadian, kelangsungan hidup dan
pembangunan bangsa yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
11 | M o d u l S i l a t S m a d a b
a) Menjamin kerukunan, keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup
bermasyarakat.
b) Mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul secara musyawarah dengan
semangat kekeluargaan.
c) Bergotong royong di dalam mewujudkan hal-hal yang merupakan kepentingan
sendiri maupun golongan.
d) Menempatkan kepentingan masyarakat/umum di atas kepentingan sendiri maupun
golongan.
5) Solidaritas sosial, mengejar kemampuan serta membela kejujuran, kebenaran dan
keadilan. Hal ini berarti mewajibkan untuk :
a) Memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan keadaan kehidupan dilingkungan
sosial.
b) Selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri sebagai sarana untuk
memperoleh kemajuan.
c) Berani mencegah dan memberantas kemunafikan, kepalsuan dan keserakahan
dengan cara-cara yang baik.
d) Melaksanakan pengabdian untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan
masyarakat. Keseluruhan materi aspek akhlak/rohani ini merupakan landasan
bagi aspek-aspek lainnya.
b. Pengembangan Aspek Bela Diri
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karateristik biologis,
sosial dan kebudayaan yang berbeda, namun mereka memiliki tradisi mempelajari
Pencak Silat sebagai alat membela diri ancaman alam, binatang maupun manusia.
Pencak Silat bela diri merupakan cikal bakal dari aspek pencak silat lainnya.
Pencak Silat bela diri bertujuan untuk mengembangkan aspek bela diri,
yaitu terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesempatan/kesiapsiagaan
fisik dan mental yang dilandasi sikap kesatria, tanggap dan mengendalikan diri.
Hal ini berarti adanya kewajiban untuk :
1) Berani menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan.
2) Tahan uji dan tabah didalam menhadapi cobaan dan godaan.
3) Tangguh/ulet dan dapat mengembangkan kemampuan di dalam melakukan usaha.
4) Tanggap, peka, cermat dan tepat di dalam menelaah permasalahan yang dihadapi
maupun dalam megatasinya.
12 | M o d u l S i l a t S m a d a b
5) Selalu melaksanakan “ilmu padi” dan menjauhkan diri dari sikap dan prilaku
sombong atau takabur.
6) Menggunakan keterampilan gerak efektifnya dalam perkelahian hanya karena
keadaan terpaksa untuk keselamatan diri dan harga diri menurut ukuran objektif
serta keselamatan bangsa dan Negara.
Pencak Silat sebagai bela diri mempunyai ciri-ciri umum mempergunakan
seluruh bagian tubuh dan anggota badan dari ujung jari tangan dan kaki sampai
kepala bahkan rambutnya dapat digunakan sebagai alat pembelaan diri, dapat
dilakukan dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, akan tetapi tidak
dapat terikat pada penggunaan senjata tertentu, benda apapun dapat dijadikan
senjata. Pencak Silat mempunyai pandangan bahwa kita boleh mempunyai lawan,
akan tetapi jangan mempunyai musuh, tidak dibenarkan untuk meyerang lebih
dahulu, bahkan harus sedapat-dapatnya menghindari kontak fisik.
c. Pencak Silat Untuk Pengembangan Seni
Pada dasarnya Pencak Silat dapat juga dikatakan sebagai Pencak silat bela
diri yang indah. Pada saat diperlukan, pencak silat seni dapat difungsikan kembali
ke asalnya menjadi pencak silat bela diri. Hal tersebut disebabkan karena pencak
silat seni memiliki struktur yang sama dengan pencak silat bela diri. Struktur
tersebut meliputi teknik-teknik sikap pasang, gerak langkah, serangan dan belaan
sebagai satu kesatuan.
Perbedaan Pencak silat seni terletak pada nilai, orientasi, papakem dan
ukuran yang diterapkan pada pelaksanaannya. Pelaksanaan Pencak silat bela diri
bernilai teknis, orientasinya efektif, praktis dan taktis. Pepakemnya logika, yakni
urutan tentang pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan penalaran atau
perhitungan akal sehat ukurannya adalah objektif. Sedangkan Pencak silat seni
bernilai estetis. Orientasinya keindahan dalam arti luas, yang meliputi keselarasan
dan keserasian. Pepakemnya estetika, yakni disiplin atau aturan tentang
pelaksanaan sesuatu secara indah. Ukurann pada estetika adalah subjektif relatif.
Berkaitan dengan nilai estetika tadi, maka Pencak silat seni dapat
dievaluasi berdasarkan ketentuan estetika sebagai berikut, yakni “wiraga, wirama
dan wirasa” (bahasa jawa) sebagai satu kesatuan. Kata ” Wi ” mempunyai arti
bermutu tinggi bagus dalam arti luas. Wiraga berarti penampilan teknik sikap dan
gerak dengan rapi dan tertib. Wirama berarti penampilan teknik dan sikap dengan
irama yang serasi, dan jika hal itu diiringi dengan musik, ia bersifat kontekstual.
13 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Wirasa berarti penampilan teknik sikap dan gerak dengan penataan (koreografi)
yang menarik.
Bela diri Pencak silat bertujuan juga untuk dapat mengembangkan aspek
seni, yaitu terampil dalam gerak yang serasi dan menarik dilandasi rasa cinta
kepada budaya bangsa. Hal ini berarti kesadaran untuk :
1) Mengembangkan Pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur guna memperkuat kepribadian bangsa,
mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa
kesatuan.
2) Mengembangkan nilai Pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai-nilai
kepribadian berlandaskan Pancasila.
3) Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai Pencak silat yang bersifat aliran
dan kedaerahan.
4) Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif.
5) Mampu menyaring dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif dan
memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.
14 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Pencak silat sebagai olahraga yang dapat baik dilombakan maupun
dipertandingkan.
Uji coba pertandingan pertama di adakan antar pendekar-pendekar di
Stadion Kalisari, Semarang tahun 1957. Pertandingan ini mengembirakan karena
berjalan dengan lancar tanpa adanya kecelakaan. Namun uji coba di tempat lain
tidak begitu berhasil, karena peraturan masih sangat longgar dan kontak antar
pesilat tidak dibatasi, yang banyak menimbulkan cedera, bahkan sampai
mengakibatkan kematian. Selanjutnya Pencak silat hanya dijadikan komoditi
demonstrasi di PON ke I di Solo tahun 1948 sampai PON ke VII tahun 1969.
Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan
dipertandingkan pada PON VIII.
Pencak silat olahraga bertujuan untuk mengembangkan aspek olahraga,
yaitu terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani
yang dilandasi hasrat hidup sehat. Hal ini berarti kesadaran untuk:
1) Berlatih dan melaksanakan olahraga Pencak silat sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari.
2) Selalu menyempurnakan prestasi jika latihan dan pelaksanaan olahraga tersebut
berbentuk pertandingan.
3) Menjunjung tinggi sportivitas.
15 | M o d u l S i l a t S m a d a b
1. Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut
dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan. Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar
Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad
17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung,
Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok, itu terjadi sampai
istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak menemukan istrinya ada
di rumah… padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya
meninggalkan rumah sampai sore. Beliau menunggu dan menunggu… sampai merasa jengkel
dan khawatir… jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang
tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga,
hilang rasa khawatir… yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada
istrinya… “ti mana maneh?” (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab,
melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar
dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah
Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul… tetapi semakin mencoba memukul
dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah
Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya… dan bertanya kembali ke istrinya
dengan halus “ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?” (Dari mana kamu?
Lalu dari mana kamu bisa “Main”?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan
mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet
memegang ranting pohon.) Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan
memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu
dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak
mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan.
Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang
ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir
sungai sampai betul-betul menguasai semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.
16 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat
dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta
istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu
kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu
waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir.
Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan
mulailah beliau membangun reputasinya di dunia persilatan.
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini,
dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur
panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya,
walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur
dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa
perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu
menjawab “ti indung” (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat,
jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo
Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya
Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
17 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan
Belanda), dll.
2. Versi Kedua
Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau
dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku
atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugissendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang
khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali
ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh
Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang
datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan
kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan “pengotoran” akan
kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk
meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati… Abah Khaer pun pergi meninggalkan
Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-
rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah
kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu
diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih… menunjukan pun
tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya,
sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan
memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-
guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya
kalau mereka memberi barang… misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud
bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali
untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat
(Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua
di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang
dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham
ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya
18 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sekarang diakui dan dipatenkan di USoleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga
mereka.
3. Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang “sedikit” ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi
ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor).
Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius
yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda
istilah Buyut dipakai sebagaimana “leluhur” dalam bahasaIndonesia. Jadi Abah Buyut sendiri
merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini… apakah hasil
perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut… tepatnya di
Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini… Abah Buyut, Abah Rangga,
Abah Khaer, dll.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering
bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak
semudah sekarang, bukan hanya perampok… tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan
Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah
Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan
beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang
matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan
keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer
sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-
1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah
Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai “pamuk” (pamuk=guru
beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI
memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara
(Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-
Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena
19 | M o d u l S i l a t S m a d a b
beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu
yang “menciptakan” aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur
mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau
tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat).
Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka
inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo
Cimande ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa
beliau: “selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu
memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau “ibing” di atas
panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot
yang berisi dan terlatih baik, ketika “ibing” (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat
bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya
ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang (“Nincak
kana kendang” – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus
diperbincangkan.” (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah
satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa
Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).
20 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sendiri, keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan yang terakhir
menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Mahaesa, dan kesemuanya itu dilengkapi dengan falsafah dari perguruan yaitu
MERsudi PAtitising TIndak PUsakane TItising Hening (Mencari sampai mendapatkan
tindakan yang benar dengan ketenangan) yang kemudian disingkat menjadi MERPATI
PUTIH. Gambaran awal dari perjalanan dari keilmuan dan perkembangan perguruan
berasal dari Keraton Mataram lama di Kartosuro yang berasal dari seorang wanita
bangsawan yaitu Nyi Ageng Joyorejoso yang kemudian mempunyai tiga orang putra
yaitu Gagak Handoko, Gagak Samudero, dan Gagak Seto masuk dalam Grat IV.
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng
Ing Kartosuro. Grat I : BPH Adiwidjojo Grat II : PH Singosari: BPH Adiwidjojo Grat III :
RA Djojorejoso – Ing Wadas Grat IV : RM Rekso Widjojo – Ing Baledono Grat V : R
Bongso Permono – Ing Ngulakan Wates Grat VI : RM Wongso Widjojo – Ing Ngulakan
Wates Grat VII : R Saring Siswo Hardjono – Ing Ngulakan Grat I, mempunyai saudara
BP Amangkurat Amral Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi
Demang Margoyoso Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan
oleh 3 orang puteranya atau keturunannya yaitu :
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di gunug Jeruk (Pegunungan Manoreh). Gagak
Samudero, mendirikan perguruan di daerah Bagelan, yang akhirnya pindah ke daerah
utara Pulau Jawa. Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah Magelang (Pulau Jawa
Bagian Tengah). Gagak Handoko mengembara ke dareh timur Pulau Jawa melalui pantai
selatan sehingga sampai di daerah gunung Kelud dengan tujuan mempelajari dan
mengetahui keadaan daerah itu, disamping sambil mencari dua saudaranya yang terpisah.
Di dalam pengembaraannya beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto. Sebelum beliau
mengembara, perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah
berkembang dengan cepat. Beliau sadar akan usianya yang semakin tua.
Beliau memberi mandat penuh dan amanat pada keturunannya yang pada silsilah
termasuk dalam Grat V, yaitu R Bongso Permono Ing Ngulakan Wates. Setelah Gagak
Handoko menyerahkan tampuk kepemimpinan perguruan, beliau lalu menyepi (bertapa)
mencari kesempurnaan hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk. Dari R. Bongso
Permono kemudian diturunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu RM. Wongso
Widjojo. Beliau lalu mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Pada masa
kepemimpinan RM. Wongso Widjojo, oleh karena beliau tidak mempunyai keturunan,
maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu,
21 | M o d u l S i l a t S m a d a b
yang bernama R. Sarengat Siswo Hardjono (Sarengat Hadi Poenomo), yang termasuk
dalam garis keturunan VII (Grat VII). Perlu diketahui bahwa ajaran tersebut belum
lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan /mengajarkan pada keturunannya,
akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut menuangkan dalam
gerak silat dan tenaga yang tersimpan yang ada di naluri suci.
Tidak berhenti disitu saja, beliau juga mencari kelengkapannya, yaitu dari ajaran
Gagak Samudero dan Gagak Seto. Akan tetapi beliau belum berhasil juga menemukan
langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang mempunyai materi yang sama
tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara Pulau Jawa. Hasil dari
pengembangan ilmunya itu lalu diturunkan kepada kedua putranya (2 orang kakak
beradik) yang bernama Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi
Poernomo (Mas Bud). Sekitar tahun 1960 R Sarengat Hadi Poernomo aktif membina
putranya untuk menguasai beladiri Mataram ini yang dinamakan Merpati Putih.
Pada tahun 1962 kedua putera R. Sarengat Hadi Poernomo mendapat amanat dari
Sang Guru, yang sekaligus ayahnya, agar ilmu beladiri yang sebelumnya milik keluarga
tersebut disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. Sejak saat itu beladiri
Mataram yang kita kenal dengan Merpati Putih dikenal oleh Masyarakat berkat usaha
keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru. Dalam menyampaikan latihan Sang Guru
tidak segan-segasn turun langsung dan memberi wejangan yang pada dasarnya untuk
membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih. Tahun 1968 kedua putera Sang
Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mengembangkan sayapnya, yaitu
dengan dibukanya cabang pertama di Madiun, Jawa Timur.
Selanjutnya pihak militer juga ditembus. Dari hasil peragaannya, Merpati Putih
mendapat kehormatan untuk melatih anggota Seksi I Korem 072 dan Anggota Batalyon
403/Diponegoro di Yogyakarta. Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya
dengan pihak AKABRI, Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian
dari segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian di bagian AKABRI Udara ini
ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM, antara lain Prof. Dr.
Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan ini mendorong pengembangan
wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.
Di Jakarta tahun 1976, setelah berhasil melakukan pendekatan, Merpati Putih
mendapat kehormatan untuk melatih para Anggota Pasukan Pengawal Presiden. Tahun
1977 Komisariat Jakarta dibentuk, dan pada tahun ini pula Merpati Putih mendapat
peluang untuk melatih pasukan Koppasandha (RPKAD) di Cijantung sampai mereka
22 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sanggup memperagakan keahlian mereka pada acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober
1978. Pada awal hijrahnya Mas Poeng dan Mas Bud ke Jakarta sejak Maret 1976, dengan
membina Pasukan Pengawal Presiden dan Koppasandha, maka secara mendadak pula
membina pelajar/mahasiswa di Jakarta.
Dengan kondisi tersebut perguruan merasa kedodoran, terutama dalam menyiapkan
kader pelatih dan masalah keorganisasian serta metode pendidikan dan latihan. Oleh
sebab itu sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1985, perguruan melakukan pembinaan
secara terus menerus ke dalam, guna persiapan menghadapi perkembangan perguruan
yang animo dan keinginan masyarakat begitu besar terhadap Merpati Putih. Persiapan
tidak hanya diarahkan pada penyedian kader pelatih saja, namun kesiapan metode dan
program yang teruji pun menjadi garapan perguruan.
Sejak tahun 1973, penelitian dengan nama SETA (Sehat dan Tangkas) yang dilakukan
bekerjasama dengan AKABRI Bagian Udara dan UGM. Uji coba dan penelitian terus
dilakukan pada kegiatan-kegiatan sejenis, seperti kerjasama perguruan dengan
Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di Cimahi tahun 1984, kerjasama dengan rumah sakit
Pertamina di Jakarta tahun 1984, bekerjasama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun
1985, bekerjasama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang tahun
1986. Dengan persipan perguruan, baik dari segi organisasi maupun keilmuan, maka
selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang
keseluruh pelosok tanah air. Data terakhir yang diperoleh telah terbentuk 62 cabang dan 3
cabang diantarannya di luar negeri.
Kendati perkembangan perguruan meliputi aspek beladiri dan olahraga berkembang
cukup pesat, namun perguruan tetap mencoba menyentuh aspek sosial, yakni melalui
Yayasan Merpati Putih Abadi membuat dan melaksanakan suatu program pembinaan bagi
tuna netra sejak tahun 1989. Program ini mendapat simpati dari pihak pemerintah dan
masyarakat luas, sehingga dalam perkembangannya sudah dibentuk beberapa
pusat/sentral pembinaan Merpati Putih di beberapa cabangnya. Tidak dapat disangkal lagi
bahwa Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih mendapat tempat
diberbagai kalangan sebagai salah satu aset kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan
dengan tidak menghilanglan jatidirinya sebagai perguruan pencak silat dengan bernaung
dibawah bendera IPSI
23 | M o d u l S i l a t S m a d a b
C. ALIRAN SILAT TAPAK SUCI
Tahun 1925, diriwayatkan dari 2 orang kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib berguru
kepada K.H. Busro di Binorong Banjarnegara. Bahwa K.H. Busro lebih menguasai ilmu
sifatnya pendiam dan tertutup, sedang M Wahib sifatnya pemberani, terbuka dan kesatria.
Karena sifat yang berbeda ini sering kali kedua kakak beradik ini bertengkar.
Pendekar K.H. Busro, menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana kebarat
sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar K.H. Busro. Sesuai dengan tradisi yang
berlaku bahwa Pendekar A. Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada K.H. Busro
tidak boleh berguru kepada pencak lainnya, untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan
adalah “adu kaweruh” (adu ilmu). Diriwayatkan bahwa Pendekar A. Dimyati berhasil
menguasai ilmu Cikalong, Cimande, Cibarosa dalam hal ini adalah Debus.
Ada satu literature pencak silat yang menyatakan bahwa perkembangan pencak
1. Geografis
24 | M o d u l S i l a t S m a d a b
2. Kultural
Dalam hal ini ada dua jalur besar, aliran bangsawan dan aliran rakyat.
1. Aliran Bangsawan
c. Disiplin
2. Aliran Rakyat
Dua definisi tersebut kalau dilihat dari aliran CIKAUMAN, kurang cocok
Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa-masa berkembang Aliran
Rakyat yang ada di Kauman selalu berdampingan dengan Aliran Bangsawan yang ada di
menerima murid di Kauman Utara (SERANOMAN). Dari sekian banyak murid, yang
dinyatakan selesai dan dibai’at adalah M. Zahid. Menurut riwayat M. Zahid adalah anak
25 | M o d u l S i l a t S m a d a b
murid SERANOMAN yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, pergaulannya
luas, perkembangan Pencak Kauman berkembang pesat. Keilmuan Pencak dikemas dan
Tahun 1942 adalah awal dari M. Barie Irsjad belajar Pencak kepada Pendekar M.
Zahid, tidak sebagaimana biasanya setelah selesai dibai’at, tetapi diserahkan kepada
Wahib. Baru pada tahun 1948, M. Barie Irsjad dinyatakan selesai dan dibai’at.
Pendekar M. Wahib untuk ”adu kaweruh” ke guru-guru pencak yang ditunjuk oleh
Pada waktu itu pengertian yang ada menyatakan bahwa pencak adalah seni bela
diri tangan kosong, sedang silat adalah seni bela diri bersenjata. Sedangkan CIKAUMAN
mengkhususkan diri pada tangan kosong. Untuk itu M. Barie Irsjad diarahkan untuk “adu
kaweruh” dengan Pendekar Abdul Rahman Baliyo yang menguasai beraneka macam
senjata, alirannya berasal dari Cina. Disinilah M. Barie Irsjad mendapat pengertian bahwa
“seseorang dapat melawan senjata kalau dapat main senjata”. Pada saat ini untuk bela diri
Tepat pada waktu tahun 1949 datang ke Kauman seorang Perwira AL Jepang,
bernama Omar Makino. Meskipun tujuan yang utama adalah bertemu kyai-kyai dalam
rangka belajar agama Islam, akan tetapi sempat juga menurunkan kemampuannya yaitu
permainan senjata pedang (samurai) kepada pemuda – pemuda termasuk M. Barie Irsjad.
26 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Dalam meriwayatkan kelahiran TAPAK SUCI, keberadaan Kampung Kauman
yang penduduknya terbagi menjadi 4 Blok, yaitu Blok Lor (Utara), Blok Wetan (Timur),
Blok Tengah, Blok Kidul (Selatan), sebetulnya sebagian administrasi dalam satu Rukun
Kampung (sekarang adalah Rw), akan tetapi itu sangat berpengaruh terhadap Paguruan
Diriwatkan pada tahun 1957 Pimpinan Pemuda Muhammadiyah wilayah DIY
Kauman ada Paguruan Pencak Silat CIKAUMAN (Kauman tengah), Paguruan Pencak
Silat SIRANOMAN (Kauman Utara) Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam (Kauman
Timur). Pada waktu itu Pimpinan Pemuda Wilayah DIY mengadakan kegiatan ke daerah-
olahraga yaitu pagelaran atau pertandingan Pencak Silat. Maksud dari pertandingan itu
adalah agar ada persatuan diantara pesilat-pesilat Kauman. Karena usaha itupun tak
berhasil, maka pada tahun 1958 Pemuda Muhammadiyah yanga berdomisili di Kauman
Selatan dengan niat agar ada persaudaraan sesama Pesilat Kauman, mendirikan Perguruan
Dengan mencantumkan nama Kauman, banyak protes dari orang – orang blok
lain. Untuk itu maka nama Perguruan dilengkapi ” KASEGU BADAI SELATAN”.
Diawal berdirinya Perguruan KASEGU sempat bentrok dengan Perguruan Pencak Silat
Aliran Hitam. Perguruan KASEGU dengan niat amar ma’ruf nahi mungkar,. Namun
Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam tidak terima, sehingga terjadi pertarungan Pencak
Silat Ragawi melawan Pencak Silat Kanarugan. Dengan taruhan siapa yang kalah keluar
dari kampung Kauman. Disinilah murid KASEGU yakin bahwa yang hak tidak akan
27 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Meskipun Pencak Silat CIKAUMAN, SIRANOMAN dan KASEGU adalah satu
sumber Aliran Banjaran. Disamping Guru KASEGU adalah murid CIKAUMAN dan
SIRANOMAN, akan tetapi karena penampilan keilmuan pencak silatnya berbeda, maka
tidak ada kecocokan. Untuk itu pada waktu murid-murid KASEGU berguru ke Perguruan
Dengan kenyataan ini, maka Perguruan KASEGU tidak berhasil sebagai perantara
bersatu para Pesilat di Kampung Kauman, justru antar kubu saling bersaing. Untuk itu
murid Perguruan KASEGU sebanyak 6 orang, 4 diantaranya yaitu Irfan Hadjam, Djakfal
Kusuma, M. Rustam, Sobri Achmad dapat dikatakan besar diluar sarang, karena banyak
bergaul dengan bela diri luar dan mempunyai wawasan ke depan, menyampaikan
pendapat kepada Pendekar M. Barie Irsjad untuk mendirikan perguruan yang tidak
berorientasi di kampung, diorganisir dengan Ad & ART, materi yang tersusun, latihan
(Perguruan Pencak Silat KASEGU Badai Selatan adalah embrio dan pemrakarsa
Kedua perguruan tersebut menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang diajarkan,
sedang keinginan Perguruan KASEGU adalah ”adu kaweruh” (wawasan) tanpa harus
kontak, karena kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginankan. Pertemuan keilmuan
bulan, karena berjalan tidak mulus. Dalam pertemuan keilmuan ini, KASEGU diwakili
oleh M. Barie Irsjad (Guru), M. Rustam (murid) untuk menghindari kejadian yang tidak
28 | M o d u l S i l a t S m a d a b
diinginkan, dalam penampilan dan pembuktian keilmuan Pencak Silat dilakukan antara
Pada satu pembuktian jurus Naga, murid mengawali serangan pengkalan Kuda
Liar kearah lambung kanan dengan telak, guru dangan kecepatan tinggi melontarkan
Tandukan Naga Jantan ke mata bersamaan dengan Naga Terbang ke paha. Hasilnya mata
kiri luka berdarah, paha kanan retak. Seorang murid CIKAUMAN dengan marah
Setelah terjadi pertarungan yang menegangkan, pada puncaknya secara bersamaan
melontar pukulan cangkol ke arah perut. Bersama – sama berhenti, Pendekar M. Wahib
Pada waktu M. Barie Irsjad menampilkan Jurus Harimau, Pendekar M. Wahib
sangat mengagumi dan mengatakan ”mengapa saya dahulu tidak berpikir bahwa kaki
lebih kuat dan lebih panjang daripada tangan,pembuktian cukup ”saya merestui TAPAK
SUCI didirikan dan diajarkan Pencak Silat Aliran KASEGU”. Pendekar A. Dimyati
memberi pesan dan petunjuk yaitu ”kalau bertemu dengan aliran pencak silat apapun,
nilailah kekuatannya”.
Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiksi
dengan sifat pendekar pada umumnya yang tidak ingin melihat kelebihan orang dan selalu
mengatakan yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A. Dimyati untuk
29 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Pada kenyataannya pendiri TAPAK SUCI masih diuji, pengurus Rukun Kampung
(Rw) Kauman tidak mengijinkan Perguruan TAPAK SUCI berdiri dan mengadakan
kegiatan di kampung Kauman. Karena penilaian pendirinya tidak sederajat (dalam sejarah
TAPAK SUCI dahulu disebut tidak berdarah biru), penilaian ini sebetulnya didorong oleh
seorang murid CIKAUMAN secara pribadi. Akan tetapi oleh pendirinya dihadapan
penguasa kampung dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung
Kauman, bahkan ketika itu dikatakan TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.
Pada malam Jum’at, tanggal 10 Rabi’ul awwal 1383 H/31 juli 1963 M, sekitar
Memang satu kenyataan sejarah, pendiri Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI
Sebutan Persatuan Pencak Silat dipakai untuk menunjukkan bahwa TAPAK SUCI
CIKAUMAN dan SIRANOMAN tidak menyatu atau membubarkan diri akan tetapi
mendirikan aktifitas, terus tidak menerima murid lagi dan menyerahkan murid yang
belum dibai’at kepada TAPAK SICI yaitu Ahmad Djakfar, M. Slamet dan M. Dalhar dari
SIRANOMAN.
30 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Pada waktu TAPAK SUCI diresmikan berdiri ditetapkan ketingkatan M. Barie
Irsjad menjadi Pelatih Kepala (Kader Biru 3), 7 Asisten Pelatih (Kuning 4 / Siswa Melati
Pada bulan Ramadhan 1383 Hijriyah / januari 1964 Masehi, tepat pada waktu
dunia.
pernah membubakarkan Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI tepat pada MILAD ke-I
tanggal 31 juli 1964 M tepat setahun setelah TAPAK SUCI lahir, dengan alasan TAPAK
diabaikan saja dan TAPAK SUCI berjalan terus sampai sekarang. Dengan kejadian ini,
Pada tahun 1964 M ibaratnya TAPAK SUCI lahir kembali(tanpa Guru dan
murid), hanya tinggal 3 Pelatih Muda yaitu M. Rustam, Drs. Irfan Hajam(kembali dari
Surabaya), M. Zundar Wisman. Sedangkan Guru M. Barie Irsjad atas kehendak pengurus
31 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Rukun Kampung Kauman di non aktifkan namun tetap diabaikan oleh murid-murid
Akan tetapi justru tahun 1964 inilah TAPAK SUCI mulai bangkit dan
berkembang. 3 orang Pelatih Muda membuka pendaftaran anggota untuk umum, sangat
mengejutkan yang mengikuti seleksi kurang lebih sebanyak 300 orang. Adapun yang
Dengan niat yang tetap dan sungguh-sungguh, kenyataan lapangan dijadikan
6. Lahir motto “Dengan Iman dan Akhlaq Saya Menjadi kuat, Tampa Iman dan
Keilmuan Pencak Silat TAPAK SUCI yang digunakan untuk materi pendidikan
dan latihan yang pertama adalah merupakan ilmu bela diri murni atau bela diri sebagai
ilmu berkelahi. Tetap pada jalur pengertian jurus dan kembangan akan tetapi dengan
Materi pendidikan dan latihan ini disusun atas dasar kebutuhan ilmu berkelahi pada saat
itu, dimana umat Islam selalu dipojokkan dimana-mana. Sehingga, orang masuk
Perguruan Pecak Silat adalah dengan tujuan membuat kelompok untuk konsentrasi
kekuatan.
32 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Bertepatan dengan jamannya, karena kebutuhan umat Islam membuat kelompok
untuk menghadapi Gerakan PKI. Maka berdiri juga Perguruan Pencak Silat di kampung-
TAPAK SUCI didirikan oleh putera Muhammadiyah dan tidak ada hubungan dengan
SUCI memakai nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan memasukan lambang
TAPAK SUCI dalam sinar matahari. Kemudian mendapat kecaman dari berbagai pihak
memang wajar, disebabkan nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bukan karena
Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam modern ini, sudah bukan jamannya orang belajar pencak silat untuk
mempertahankan hidup dari bahaya. Untuk itu TAPAK SUCI memantapkan diri sebagai
gerakan olahraga dan seni. Pencak silat TAPAK SUCI ditampilkan melalui 4 aspek
yaitu :
- olahraga
- seni
- beladiri.
Dalam Kejuaraan Nasional I tahun 1967 di Jember, Pertandingan Pencak Silat
33 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI dilaksanakan dengan pertarungan bebas (perkelahian bebas). Pencak Silat
Adapun Ilmu Pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh alat penyasar mulai
ditinggalkan, karena anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar
ilmu tersebut dihilangkan. Kalau itu memang ilmu yang hak (harus ada), akan tetapi itu
Merupakan daya tersendiri ketika itu adanya cita-cita Perguruan TAPAK SUCI
untuk mempersatukan Keilmuan Penak Silat dari semua aliran, banyak perguruan pencak
silat yang bergaung dan meleburkan diri kedalam Perguruan TAPAK SUCI. Itulah dasar
yang pertama Perguruan TAPAK SUCI cepat berkembang dan terwujudlah cita-cita
Banyak aliran pencak silat dilingkungan Muhammadiyah yang bergabung dengan
TAPAK SUCI. Adapun yang sangat berkesan adalah bergabungnya Perguruan Pencak
Silat Guntur yang memiliki nama besar di wilayah timur. Perguruan Guntur dipimpin
oleh H. Syeh Abussamad Alwi, Buchmad, Hadiningram dan mereka menyatakan “akan
bergabung kalau ilmu TAPAK SUCI ada kelebihan”. Kelebihan yang diuji pada waktu itu
adalah langkah panjang yang bertumpu pada kecepatan. TAPAK SUCI diwakili oleh
seorang Pelatih Muda dan 6 siswa, sedangakan Perguruan Guntur diwakili oleh 3
Pendekar tua dan 4 Pendekar dari Perguruan Pencak Silat yang ada di Jember.
Kalau dilihat dari kenyataan yang ada adalah sesuatu yang mustahil untuk dapat
memberi kepuasan. Tetapi ALLAH SWT. mengendaki lain, Perguruan Guntur telah
Guntur sudah tidak ada lagi (kejadian ini pada tahun 1965).
Tahun 1965 adalah tahun awal dari sejarah berkembangnya Keilmuan TAPAK
34 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI, masuklah aliran-aliran pencak silat seperti Silat Banten, Silat Cikalong
Cimande, Silat Balebet, Silat Bugis, Silat Sholat, Silat Minang, Sial Minang Liwung, dan
Aliran Kunthau yang kesemuanya hampir mewarnai aliran Pencak Silat di Indonesia.
Situasi politik ketika itu, TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang
menempatkan diri sebagai gerakan Islam banyak lawan dan musuh.oleh surat kabar PKI
“Harian Rakyat” dikatakan “TAPAK SUCI adalah Onderbow dan tukang pukul HMI”.
Dikarenakan Perguruan TAPAK SUCI membina KORBA HMI dan tampil dalam
kegiatan HMI.
Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan M.H. Hirmas sebagai
Sekretaris Umum Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah. Nama
35 | M o d u l S i l a t S m a d a b
1. Pimpinan Organisasi / Pimpinan Gerakan
(Dengan Dewan Pelaksana adalah Dewan Pendekar dan Dewan Pelatih)
Dalam KONFERNAS I ini sudah mulai ada sebutan PENDEKAR, PENDEKAR
adalah tingkat pendidikan atau strata tertinggi dalam pendidikan TAPAK SUCI. Pada
1. Murid :
2. Pelatih :
3. Pendekar
Pasca KONFERNAS I, predikat Pelatih Kepala M. Barie Irsjad dirubah menjadi
36 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Kepada Muhammad Rustam Djundab untuk dilakukan ujian, setelah
mempertanggungjawabkan karya tulis “Segi Praktis Prakis bela Diri TAPAK SUCI”.
Diputuskan Muhammad Rustam Djundab telah lulus dan menduduki tingkat Pelatih
Kepala juga mejabat sebagai ketau Lembaga Research Nasional. Tradisi Karya tulis atau
karya nyata sampai sekaang berlaku sebagai materi Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kader
Pada waktu itu Perguruan TAPAK SUCI harus dapat memilih dengan Induk
Organisasi yang mana Perguruan TAPAK SUCI harus bergabung / mengikat diri,
mengingat pada waktu itu di Indonesia ada 3 Induk Organisasi Pencak Silat Indonesia,
yaitu :
- IPSSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) yang digerakan dari Jakarta
- BAPENSI (Badan Pembina Pencak Silat Indonesia) yang digerakan dari Yogyakarta
Melalui Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 19-20 April
Dasar Rumah Tangga (AD / ART). Berketetapan hati memilih “IPSSI (Ikatan Pencak
Silat Seluruh Indonesia)” sekarang yang berubah dan dikenal dengan nama IPSI
(Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai Induk Organisasi Federasi. Untuk itu Perguruan
37 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI didaftarkan kepada Pusat Badan Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia
(P.B. IPSI) dan langsung diterima menjadi Anggota Nasional dengan nama :
TAPAK SUCI”
Pilihan Perguruan TAPAK SUCI dengan mengikatkan diri secara nasional kepada
IPSI adalah tepat. Pada MUNAS IPSI tahun 1968 (era Orde Baru) Perguruan TAPAK
SUCI diundang dan kemudian didudukan sebagai Perguruaan Historis. Perguruan yang
menjujung tinggi tegaknya berdirinya P.B. IPSI yang sedang kritis keberadaannya. Perlu
diketahui oleh seluruh jajaran TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bahwa sejak
TAPAK SUCI bergabung dengan IPSI (sampai sekarang) adalah sebagai Anggota
federasi dan tidak ada hubungan organisasi (AD / ART), keilmuan dan keanggotaan.
IPSI. Perguruan TAPAK SUCI dipercayai untuk menjadi partner IPSI dalam membina
Dengan kearifan, ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada waktu itu,
itu Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah mendapat status dan mendapatkan
hak sebagai Anggota TANWIR. Tujuan utama dalam TANWIR Muhammadiyah tahun
tidak mudah. Ketidak setujuan hampir semua peserta, terutama dari angkatan muda
38 | M o d u l S i l a t S m a d a b
dukungan K.H. Ahmad Badawi sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akhirya
Menurut kebutuhan jaman pada waktu itu Muhammadiyah memberikan status
Akan tetapi Organisasi Otonom yang lahir karena kebutuhan jaman tidak berumur
panjang dan hanyalah TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah masih tetep bertahan dan
KOMPERNAS I berjalan selama dua periode yaitu tahun 1966-1969 dan tahun 1969-
Kepempipian Organisasi / Gerakan sudah tidak perlu. Dengan fatwa Ketua Umum H.
Muhammadiyah ingin berkembang dengan baik, tidak perlu Organisasi Centris tetapi
Konsep Anggaran Dasar dibuat oleh H. Djarnawi Hadikusuma H. Wasthon Sujak.
Perubahan mendasar dalam Anggaran Dasar ini adalah pimpinan hanya ada di pusat,
39 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sedangkan wilayah adalah Komisariat Wilayah dan daerah adalah Komisariat Daerah.
1. Personalia Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat sendiri dan tidak
Dari konsep Anggaran Dasar tersebut yang berhasil menjadi keputusan MUNAS
hanya struktur pimpinan saja yaitu Komisariat Pusat, Komisariat Wilayah, Komisariat
Daerah. MUNAS tahun 1972 memutuskan nama Perguruan TAPAK SUCI menjadi :
Dengan pimpinan Ketua Umum dan Sekretaris jenderal, Pimpinan TAPAK SUCI
yang yang sudah padu ini menjadi satu bentuk Pimpinan Lembaga Perguruan Seni Bela
organisasi dan perguruan menjadi satu. Meskipun sudah digariskan organisasi semata-
mata hanya mengorganisir perguruan, ternyata tidak betul juga kalau dipandang dari
Silat. Sehingga memimpin TAPAK SUCI sebagai Organisasi Massa tanpa profesi yang
40 | M o d u l S i l a t S m a d a b
jelas, menambah kaburnya perguruan karena pimpinan yang tidak mempunyai wawasan
Dalam massa-massa perkembangan itu ada penilaian bahwa TAPAK SUCI sangat
- Kader Muda (sabuk biru, melati merah satu, berdasar biru) / KMa
- Kader Madya (sabuk biru, melati merah dua, berdasar biru) / KMda
- Kader Kepala (sabuk biru, melati merah tiga, berdasar biru) / KKa
- Kader Utama (sabuk biru, melati merah empat, berdasar biru) / KUa
- Pendekar Muda (sabuk hitam, melati hitam satu, berdasar merah) / PMa
- Pendekar Madya (sabuk hitam, melati hitam dua, berdasar merah) / PMda
- Pendekar Kepala (sabuk hitam, melati hitam tiga, berdasar merah) / PKa
- Pendekar Utama (sabuk hitam, melati hitam empat, berdasar merah) / PUa
41 | M o d u l S i l a t S m a d a b
- Pendekar Besar (sabuk hitam, melati hitam lima, berdasar merah) / PBr
sekarang ini sejak tahun 1985, baru Kurikulum Pendidikan Siswa TAPAK SUCI yang
Muhammadiyah di tahun 2001 telah ada di 25 Provinsi, 215 Daerah Tingkat II, dan
cabang di 10 negara di luar negeri. Sekarang ini Cabang Perguruan TAPAK SUCI Putera
periode tergantung dari bagaimana komposisi kepemimpinannya. Pasang surut adalah hal
biasa. Dalam dua periode dapat dikatakan Perguruan TAPAK SUCI berhenti. Periode
periode rekonsiliasi dimana Personalia Pimpinan berjumlah sangat besar , namun yang
Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah pernah beberapa kali berubah
struktur yaitu struktur Pimpinan Perguruan (Dewan Pendekar dan dewan pelatih) serta
42 | M o d u l S i l a t S m a d a b
struktur Pimpinan Organisasi, ada struktur MPO dan struktur Pimpinan Organisasi.
Tetapi sumua itu mengalami kegagalan. Sejarah telah mencatat bahwa yang paling efektif
adalah struktur Pimpinan TAPAK SUCI, dan yang lainnya disebut sebagai komposisi
cita-citanya. Meski tanpa dukungan moril dan materiil dari Organisasi Muhammadiyah,
melalui perjalanan yang sangat panjang dan rumit untuk menyatukan dan
mengembangkan pencak silat telah berhasil melahirkan Perguruan Pencak Silat Aliran
TAPAK SUCI.
Sejarah Singkat
Tradisi pencak silat sudah berurat berakar dikalangan masyarakat dunia khususnya
masyarakat Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Sebagaimana seni bela diri di
negara-negara lain, pencak silat yang merupakan seni bela diri khas Bangsa Indonesia
yang mempunyai ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan hakekat
Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM) salah satu varian seni bela diri
pencak silat juga memiliki ciri khas yang bisa menunjukan identitas ideologi yang kuat.
Ciri khas yang dimiliki oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) ini dalam
43 | M o d u l S i l a t S m a d a b
melalui proses yang sangat panjang serta sangat rumit dalam akar sejarah identitas
Berawal dari alira pencak silat Banjaran di Pesantern Binorong Banjarnegara pada
tahun 1872, aliran ini kemududian dikembangkan menjadi perguruan seni bela diri di
Syuhada, akibat dari gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga beliau
menjadi sasaran penangkapkan yang dilakukan oleh kolonial Belanda (VOC). Di Kauman
inilah K.H. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup
mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan
pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan Seni Pencak Silat Cikauman yang dipimpin
langsung oleh Pendekar M. Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua murid yang
tangguh dari K.H. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki landasan agama dan
kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari
mengembangkan cabang perguan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan
nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. perkembangan kedua perguruan ini
semakin hari semakin berkembang pesat dengan pertambahan murid yang makin banyak.
Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak yang menjadi Anggota Laskar
Angkatan Perang Sabil (LAPS) untuk melawan penjajah, dan anyak yang gugur dalam
Kasegu pada tahun 1951. atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah
mempunyai inisiatif untuk menggabungkan dan menyatukan semua aliran Perguruan Silat
44 | M o d u l S i l a t S m a d a b
yang sejalan dan sealiran serta seperguruan. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat
dari anak murid Perguruan Kasegu, maka atas Rahmad Alla SWT, lahirlah Perguruan
Tapak Suci secara resmi di Kauman Yogyakarta pada tanggal 31 juli 1963 bertepatan
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di
Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Pesilat
diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan
senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar yang mana
menghasilkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.
45 | M o d u l S i l a t S m a d a b
keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan
daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku
Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau
Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah
didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan
kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah
menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk
merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang
dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.
Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan
lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga
bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah
menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat.
Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada
kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya
adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara.
Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang.
Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum
merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon
setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan
kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain
itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
46 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang
beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San
adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan
sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan,
baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri
kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki
sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing
Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu
mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie
San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi
melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo,
Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil
mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup
bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa,
yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat
Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan
digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak
Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh
Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan
pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga
diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa
UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada
47 | M o d u l S i l a t S m a d a b
awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di
kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono yang saat
ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan
Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama
panggilan Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur,
Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM
maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan
Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni
mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia,
Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat
PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang
dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya
berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat
Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari
sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (Ketua Dewan Pendekar periode yang lalu)
menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari
AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama
48 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan
Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap
organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI
DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga
mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna
hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga
terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan
Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan
dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.
A. Periode Perintisan
Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa
Pilangbango, Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota
49 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah siswa kinasih dari Ki Ageng Soerodiwirjo
(pendiri aliran pencak silat Setia Hati atai dikenal sebagai aliran SH). Ia juga tercatat
sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia.
Di awal perintisannya, perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi
nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula, SH PSC lebih memerankan
diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang
penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini beberapa kali sempat
berganti nama, yakni, dari SH PSC menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. Perubahan
makna akronim ‘’P’’ dari ‘’ Pencak’’ menjadi ‘’Pemuda’’ sengaja dilakukan agar
pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH
PSC. Pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Seti Hati Terate.
Kabarnya, nama ini merupakan inisiatif Soeratno Soerengpati, siswa Ki Hadjar —-
yang juga tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI).
B. Periode Pembaruan
50 | M o d u l S i l a t S m a d a b
organisasi modern. Dan organisasi modern inilah yang kelak diharapkan mampu
menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks.
Alasan kedua; agar organisasi yang dibidaninya itu nantinya tidak dikuasai dan
bergantung pada orang-perorang sehingga kelangsungan hidup organisasi dan
kelestariannya lebih terjamin.
Makna kata persaudaraan dalam paradigma baru PSHT ini adalah persaudaraan yang
utuh. Yakni suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang
menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang
tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu. Persaudaraan yang tidak terkungkung
hegomoni keduniawian (drajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan
SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
C. Periode Pengembangan
51 | M o d u l S i l a t S m a d a b
adalah dengan mengentalkan komitmen pengembangan organisasi agar semakin maju,
berkembang dan berkualitas.
Melengkapi keberadaan PSHT, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan
Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil
menelorkan kinarya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah
Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP
52 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil
dibidang akomodasi perhotelan.
Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 200
cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan beberapa
Komisariat Luar Negeri. Total jumlah anggota mencapai 1,5 juta lebih.
D. Go International
Ketika Mas Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi,
kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi
merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji
berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban
dunia.
Tercatat ada beberapa komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-
masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda,
Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong ,Komisariat Moskow , Mesir ,
Australia , dan lain-lain.
53 | M o d u l S i l a t S m a d a b
SOAL EVALUASI BAB I
PILIHAN GANDA
(Berilah tanda (x) pada obsi jawaban yang anda anggap paling benar)
1. Seni bela diri pencak silat adalah seni bela diri yang berakar dari budaya...
a. Melayu
b. Asia
c. Indonesia
d. Betawi
e. Nusantara
3. Seminar Pencak Silat yang diadakan oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu,
Bogor menghasilkan keputusan...
a. Mengukuhkan pengurus IPSI tahun 1973 sebagai pengurus pertama nasional
cabang olahraga silat.
b. Mengesahkan AD/ART IPSI yang pertama sebagai landasan organisasi silat
nasional
c. Membuat aturan pertandingan silat nasional yang akan di pakai pada
pertandingan di seluruh nusantara
d. Mengukuhkan nama “Pencak Silat” yang menjadi istilah bagi seni pembelaan
diri bangsa Indonesia yang merupakan kata majemuk
e. Mengukuhkan dewan wasit yang akan bertugas di kejuaraan dunia pertama
sebagai perwakilan indonesia.
4. Gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,
latihan dan pertunjukan merupakan pengertian dari...
a. Silat
54 | M o d u l S i l a t S m a d a b
b. Jurus
c. Seni ganda
d. Pencak
e. Pencak silat
5. Gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni,
guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia
dari bela diri atau bencana, merupakan pengertian dari ...
a. pencak silat
b. silat
c. jurus
d. pencak
e. jurus
6. Asal muasal pencak silat menyebar ke nusantara pada abad ke 7 di mulai dari ...
a. Jawa
b. Sumatra
c. Sulawesi
d. Jawaban A dan C Benar
e. Tidak ada jawaban yang Benar
55 | M o d u l S i l a t S m a d a b
e. PERSIS
ESSAI !
Jawablah pertanyaan dibawah dengan lengkap, jelas dan tepat!
56 | M o d u l S i l a t S m a d a b