Anda di halaman 1dari 56

BAB I

MENGENAL PENCAK SILAT

A. Sejarah Pencak Silat dan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)

Pencak Silat atau Silat (berkelahi


dengan menggunakan teknik pertahanan
diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar
dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara
luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei,
dan Singapura tapi bisa pula ditemukan
dalam berbagai variasi di berbagai negara
sesuai dengan penyebaran suku Melayu,
seperti di Filipina Selatan dan Thailand
Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki
pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia). Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), adalah nama organisasi
yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk
mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara.
Suatu Seminar Pencak Silat diadakan oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu,
Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri
bagnsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa
lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa
daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut
Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata
silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada
peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.

1|Modul Silat Smadab


Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama,
menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat
mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat
selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai
berikut :
"Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya)
terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi,
akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah
diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, (yaitu penduduk daerah
pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka), berbagai kelompok etnik lainnya yang
menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional
mereka sendiri.
Ada yang berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India
dalam silat. Ini ada benarnya, bahkan bisa jadisesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat
dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah
kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi
dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India,
Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan
beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu
lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan
dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit
ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu
daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang
seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia
mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia
kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui
dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.

2|Modul Silat Smadab


Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi,
akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah
diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk
daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik
lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-
pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk
silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.
Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina
dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi
karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang
terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai
kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki,
dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan
kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan
munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh
persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung
Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang
terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama
Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah
perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala
itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau.
Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari
pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat
menjadi bagian dari latihan spiritual.
Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan
memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. .
Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi
silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia,
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat
Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB)
di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan

3|Modul Silat Smadab


Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan
internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang
sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan
etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat
dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan
corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat
merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya
yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah
pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung
jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara
turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan
diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di
masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara
selintas dapat dibagi dalam kurun waktu
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat
berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang
dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang
teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada
kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam
menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di
masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti
keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai
keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan
kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.
Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam
di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu
pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam
terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum
penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat
dan pembawaan bangsa Indonesia.

4|Modul Silat Smadab


Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda

Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi
perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak
memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena
dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri
diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat
menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh
kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang
dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih
digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja.
Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.
Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai
perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.

Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi
sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak
Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh
Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat
suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan
olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya
adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi
kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita
mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang
semula didudukinya dalam masyarakat kita.

5|Modul Silat Smadab


Prkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan

Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui
guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan
semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur
warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia
Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta
terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat
di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan
pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.

Berikut beberapa organisasi pencak silat :


* PERSILAT : Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa
* IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia
* FP2STI : Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia
* PESAKA Malaysia : Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
* PERSISI : Persekutuan Silat Singapore
* EPSF : European Pencak Silat Federation

Sampai saat ini Anggota Organisasi Pencak Silat yang sudah terdaftar/tercatat di
PERSILAT sebanyak 33 organisasi di seluruh dunia.

Adapun Bapak-bapak pendiri IPSI adalah :


 Wongsonegoro : Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
 Soeratno Sastroamidjojo  : Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
 Marjoen Soedirohadiprodjo: Pencak Silat Sumatra
 Dr. Sahar  : SHO
 Soeria Atmadja  : Pencak Silat Jawa Barat
 Soeljohadikoesoemo  : Padepokan Setia Hati Madiun
 Rachmad Soeronegoro  : Padepokan Setia Hati Madiun
 Moenadji  : Padepokan Setia Hati Solo
 Roeslan  : Padepokan Setia Hati Kediri

6|Modul Silat Smadab


 Roesdi Iman Soedjono  : Padepokan Setia Hati Kediri
 S. Prodjosoemitro  : PORI bagian Pencak
 Moh. Djoemali  : Padepokan Setia Hati Yogyakarta
 Margono  : Padepokan Setia Hati Yogyakarta
 Soemali Prawirosoedirjo  : Ketua Harian PORI
 Karnandi  : Sekretaris Kementerian Pembangunan dan Pemuda
 Ali Marsaban  : Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di
seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan
pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.

Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan,
yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu
Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar
ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia
dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk.

B. Unsur – unsur pencak silat


Sikap dan Gerak
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan).
Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah
mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan
kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan
suatu serangan yang cepat.

Langkah
Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan
silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah
tiga dan langkah empat.

Teknik atau Buah

Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara

7|Modul Silat Smadab


tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan
tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk
tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan
tulang sendi, dan lain-lain.

Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh
bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan
tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal
atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan
penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh
tubuh.

C.   Aspek pencak silat


1. Aspek Mental Spiritual:
Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia
seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus
melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat
tertinggi keilmuannya.

2. Aspek Seni Budaya:


Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting.
Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat,
dengan musik dan busana tradisional.

3. Aspek Bela Diri:


Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri
dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan
teknis bela diri pencak silat.

4. Aspek Olah Raga:


Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba
menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek

8|Modul Silat Smadab


olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk
tunggal, ganda atau regu.

Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain,
sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya
dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah
contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri
dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat.
Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi
terkenal di Eropa.

Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat


terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga.
Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional
atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang
ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

Tingkat kemahiran
Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat
kemahiran, yaitu:

   1. Pemula
diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan,
tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar
perguruan dan jurus standar IPSI

   2. Menengah
ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar,
pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan
akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni
Budaya.

  3. Pelatih

9|Modul Silat Smadab


hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula,
dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana
mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini
hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik
maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang
sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .

4.Pendekar
merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan
mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

TUJUAN MEMPELAJARI PENCAK SILAT

a.       Pengembangan Pendidikan Mental Spiritual


Pencak Silat juga merupakan suatu sarana yang ampuh untuk pembinaan
mental spiritual, terutama untuk mewujudkan budi pekerti yang luhur. Pencak
Silat telah menunjukkan jati dirinya dan telah terbukti membentuk karakter dan
kepribadian yang kokoh bagi para pengikutnya. Tidak hanya pembinaan terhadap
aspek olahraganya, seni dan bela diri semata-mata, melainkan dapat
mengembangkan watak luhur, sikap kesatria, percaya diri sendiri dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sentuhan pencak silat yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan yang
dimulai dari tingkat dasar akan sangat membantu pembentukan kader bangsa
yang berjiwa patriotik, berkpribadian luhur, disiplin dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sedangkan tugas ini berada dipundak para guru pada umumnya ,
khususnya guru Pendidikan Jasmani.
Seorang pesilat harus mampu menjaga, melestarikan dan mengembangkan
nilai-nilai dasar seperti ketekunan, kesabaran, kejujuran, kepahlawanan,
kepatuhan dan kesetiaan, dan memberikan landasan apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan kepada warga masyarakat. Hal ini juga tercermin dari tradisi
yang dilakukan oleh perguruan silat seperti upacara Talek (patalekan) dan upacara
pengucapan janji dari seorang calon murid yang akan berguru di suatu perguruan.

10 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Bela diri Pencak Silat bertujuan untuk mengembangkan aspek akhlak
rohani (pendidikan mental spiritual).
1)      Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur. Hal ini berarti
kewajiban untuk:
a)      Beriman teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan ajaran-ajaran-
Nya, yakni melaksanakan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-
laranganNya.
b)      Menghormati orang tua, orang yang lebih tua, guru, kakak seperguruan,
keinginan, harapan dan kepentingan.
c)      Berprilaku sopan santun dalam pergaulan sosial sesuai dengan tata susila yang
berlaku.

2)      Tenggang rasa, percaya diri sendiri dan berdisiplin, hal ini berarti kewajiban
untuk :
a)      Tidak bertindak sewenang-wenang terhadap sesama manusia.
b)      Mencintai dan suka menolong sesama manusia.
c)      Berani dan tabah menghadapi segala bentuk tantangan hidup.
d)     Sanggup berusaha dengan tidak kenal menyerah di dalam mencapai hal-hal positif
yang menjadi idaman dan cita-cita.
e)      Patuh dan taat kepada norma-norma yang mengatur kehidupan pribadi maupun
sosial.

3)      Cinta bangsa dan tanah air, hal ini berarti kewajiban untuk :
a)      Memandang seluruh bangsa dan wilayah tanah air dengan kekayaan dan atribut
sebagai satu kesatuan.
b)      Merasa bangga sebagai bangsa dan mempunyai tanah air Indonesia sendiri serta
berusaha untuk mengembangkannya.
c)      Mencintai budaya dan bangsa sendiri serta berusaha untuk mengembangkannya.
d)     Menyelamatkan keutuhan/persatuan, kepribadian, kelangsungan hidup dan
pembangunan bangsa yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

4)      Persaudaraan, pengendalian diri dan tanggung jawab sosial:

11 | M o d u l S i l a t S m a d a b
a)      Menjamin kerukunan, keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup
bermasyarakat.
b)      Mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul secara musyawarah dengan
semangat kekeluargaan.
c)      Bergotong royong di dalam mewujudkan hal-hal yang merupakan kepentingan
sendiri maupun golongan.
d)     Menempatkan kepentingan masyarakat/umum di atas kepentingan sendiri maupun
golongan.

5)      Solidaritas sosial, mengejar kemampuan serta membela kejujuran, kebenaran dan
keadilan. Hal ini berarti mewajibkan untuk :
a)      Memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan keadaan kehidupan dilingkungan
sosial.
b)      Selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri sebagai sarana untuk
memperoleh kemajuan.
c)      Berani mencegah dan memberantas kemunafikan, kepalsuan dan keserakahan
dengan cara-cara yang baik.
d)     Melaksanakan pengabdian untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan
masyarakat. Keseluruhan materi aspek akhlak/rohani ini merupakan landasan
bagi aspek-aspek lainnya.
b.      Pengembangan Aspek Bela Diri
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karateristik biologis,
sosial dan kebudayaan yang berbeda, namun mereka memiliki tradisi mempelajari
Pencak Silat sebagai alat membela diri ancaman alam, binatang maupun manusia.
Pencak Silat bela diri merupakan cikal bakal dari aspek pencak silat lainnya.
Pencak Silat bela diri bertujuan untuk mengembangkan aspek bela diri,
yaitu terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesempatan/kesiapsiagaan
fisik dan mental yang dilandasi sikap kesatria, tanggap dan mengendalikan diri.
Hal ini berarti adanya kewajiban untuk :
1)      Berani menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan.
2)      Tahan uji dan tabah didalam menhadapi cobaan dan godaan.
3)      Tangguh/ulet dan dapat mengembangkan kemampuan di dalam melakukan usaha.
4)      Tanggap, peka, cermat dan tepat di dalam menelaah permasalahan yang dihadapi
maupun dalam megatasinya.

12 | M o d u l S i l a t S m a d a b
5)      Selalu melaksanakan “ilmu padi” dan menjauhkan diri dari sikap dan prilaku
sombong atau takabur.
6)      Menggunakan keterampilan gerak efektifnya dalam perkelahian hanya karena
keadaan terpaksa untuk keselamatan diri dan harga diri menurut ukuran objektif
serta keselamatan bangsa dan Negara.
Pencak Silat sebagai bela diri mempunyai ciri-ciri umum mempergunakan
seluruh bagian tubuh dan anggota badan dari ujung jari tangan dan kaki sampai
kepala bahkan rambutnya dapat digunakan sebagai alat pembelaan diri, dapat
dilakukan dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, akan tetapi tidak
dapat terikat pada penggunaan senjata tertentu, benda apapun dapat dijadikan
senjata. Pencak Silat mempunyai pandangan bahwa kita boleh mempunyai lawan,
akan tetapi jangan mempunyai musuh, tidak dibenarkan untuk meyerang lebih
dahulu, bahkan harus sedapat-dapatnya menghindari kontak fisik.
c.       Pencak Silat Untuk Pengembangan Seni
Pada dasarnya Pencak Silat dapat juga dikatakan sebagai Pencak silat bela
diri yang indah. Pada saat diperlukan, pencak silat seni dapat difungsikan kembali
ke asalnya menjadi pencak silat bela diri. Hal tersebut disebabkan karena pencak
silat seni memiliki struktur yang sama dengan pencak silat bela diri. Struktur
tersebut meliputi teknik-teknik sikap pasang, gerak langkah, serangan dan belaan
sebagai satu kesatuan.
Perbedaan Pencak silat seni terletak pada nilai, orientasi, papakem dan
ukuran yang diterapkan pada pelaksanaannya. Pelaksanaan Pencak silat bela diri
bernilai teknis, orientasinya efektif, praktis dan taktis. Pepakemnya logika, yakni
urutan tentang pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan penalaran atau
perhitungan akal sehat ukurannya adalah objektif. Sedangkan Pencak silat seni
bernilai estetis. Orientasinya keindahan dalam arti luas, yang meliputi keselarasan
dan keserasian. Pepakemnya estetika, yakni disiplin atau aturan tentang
pelaksanaan sesuatu secara indah. Ukurann pada estetika adalah subjektif relatif.
Berkaitan dengan nilai estetika tadi, maka Pencak silat seni dapat
dievaluasi berdasarkan ketentuan estetika sebagai berikut, yakni “wiraga, wirama
dan wirasa” (bahasa jawa) sebagai satu kesatuan. Kata ” Wi ” mempunyai arti
bermutu tinggi bagus dalam arti luas. Wiraga berarti penampilan teknik sikap dan
gerak dengan rapi dan tertib. Wirama berarti penampilan teknik dan sikap dengan
irama yang serasi, dan jika hal itu diiringi dengan musik, ia bersifat kontekstual.

13 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Wirasa berarti penampilan teknik sikap dan gerak dengan penataan (koreografi)
yang menarik.
Bela diri Pencak silat bertujuan juga untuk dapat mengembangkan aspek
seni, yaitu terampil dalam gerak yang serasi dan menarik dilandasi rasa cinta
kepada budaya bangsa. Hal ini berarti kesadaran untuk :
1)      Mengembangkan Pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur guna memperkuat kepribadian bangsa,
mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa
kesatuan.
2)      Mengembangkan nilai Pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai-nilai
kepribadian berlandaskan Pancasila.
3)      Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai Pencak silat yang bersifat aliran
dan kedaerahan.
4)      Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif.
5)      Mampu menyaring dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif dan
memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.

d.      Pencak Silat Untuk Pengembangan Olahraga


Sebetulnya pertandingan Pencak silat sudah jauh hari sebelum diakui
secara resmi sebagai cabang olahraga. Di Jawa Timur pertandingan Pencak silat
diadakan pada acara pesta gilingan tebu, biasanya dimulai oleh anak-anak muda
yang pemula. Caranya naik ke atas pentas berputar dengan melangkah kembangan
dengan menunjukkan jari telunjuk dua, yang berarti pertandingan bersifat
persahabatan dengan menggunakan cara mengambil kopiah atau selendang lawan.
Siapa yang dapat mengambilnya adalah sebagai pemenang. Sayangnya pada
waktu itu sulit diterima oleh kalangan pendekar, karena dianggap berbahaya dan
bertentangan dengan falsafah Pencak silat.
Di lain pihak, para pendekar dan perguruan secara progresif
mengupayakan membentuk Pencak silat sebagai olahraga. Mereka berjuang keras
untuk meyakinkan bahwa Pencak silat perlu dikembangkan sebagai ilmu olahraga
agar tidak musnah di masyarakat. Alasannya bahwa dengan berakhir masa
peperangan, Pencak silat sudah kehilangan peran sebagai sarana bela diri. Dalam
upaya mencarikan peran baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman,

14 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Pencak silat sebagai olahraga yang dapat baik dilombakan maupun
dipertandingkan.
Uji coba pertandingan pertama di adakan antar pendekar-pendekar di
Stadion Kalisari, Semarang tahun 1957. Pertandingan ini mengembirakan karena
berjalan dengan lancar tanpa adanya kecelakaan. Namun uji coba di tempat lain
tidak begitu berhasil, karena peraturan masih sangat longgar dan kontak antar
pesilat tidak dibatasi, yang banyak menimbulkan cedera, bahkan sampai
mengakibatkan kematian. Selanjutnya Pencak silat hanya dijadikan komoditi
demonstrasi di PON ke I di Solo tahun 1948 sampai PON ke VII tahun 1969.
Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan
dipertandingkan pada PON VIII.
Pencak silat olahraga bertujuan untuk mengembangkan aspek olahraga,
yaitu terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani
yang dilandasi hasrat hidup sehat. Hal ini berarti kesadaran untuk:
1)      Berlatih dan melaksanakan olahraga Pencak silat sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari.
2)      Selalu menyempurnakan prestasi jika latihan dan pelaksanaan olahraga tersebut
berbentuk pertandingan.
3)      Menjunjung tinggi sportivitas.

ALIRAN-ALIRAN SILAT DI NUSANTARA

A. ALIRAN SILAT CIMANDE

Sejarah Silat Cimande sangat menarik untuk di


simak. Tepatnya cerita awal mula terciptanya jurus
silat cimande yang cukup fenomenal ini.

Semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang


siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah
kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher,
Kahir, Kair, Kaer dsb. Abah dalam bahasa Indonesia
berarti Eyang, atau dalam bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering
diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar
Maenpo. Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:

15 | M o d u l S i l a t S m a d a b
1. Versi Pertama

Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut
dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan. Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar
Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad
17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung,
Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok, itu terjadi sampai
istrinya menemukan sesuatu yang berharga.

Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak menemukan istrinya ada
di rumah… padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya
meninggalkan rumah sampai sore. Beliau menunggu dan menunggu… sampai merasa jengkel
dan khawatir… jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang
tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga,
hilang rasa khawatir… yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada
istrinya… “ti mana maneh?” (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab,
melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar
dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah
Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul… tetapi semakin mencoba memukul
dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah
Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya… dan bertanya kembali ke istrinya
dengan halus “ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?” (Dari mana kamu?
Lalu dari mana kamu bisa “Main”?).

Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan
mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet
memegang ranting pohon.) Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan
memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu
dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak
mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan.
Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.

Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang
ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir
sungai sampai betul-betul menguasai semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.

16 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat
dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta
istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu
kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu
waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir.
Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan
mulailah beliau membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih:

1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic”


dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan
suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya
gini).

2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini,
dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur
panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).

3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).

Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya,
walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur
dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa
perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu
menjawab “ti indung” (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat,
jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo
Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya
Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.

Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan


bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dll). Beberapa tokoh yang
sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak
(perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega

17 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan
Belanda), dll.

2. Versi Kedua

Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau
dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku
atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugissendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang
khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali
ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh
Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang
datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan
kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan “pengotoran” akan
kesucian tanah Badui.

Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk
meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati… Abah Khaer pun pergi meninggalkan
Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-
rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah
kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu
diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih… menunjukan pun
tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya,
sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan
memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-
guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya
kalau mereka memberi barang… misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud
bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali
untuk diuangkan.

Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat
(Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua
di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang
dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham
ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya

18 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sekarang diakui dan dipatenkan di USoleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga
mereka.

3. Versi Ketiga

Versi ketiga inilah yang “sedikit” ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi
ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor).
Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius
yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.

Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda
istilah Buyut dipakai sebagaimana “leluhur” dalam bahasaIndonesia. Jadi Abah Buyut sendiri
merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini… apakah hasil
perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut… tepatnya di
Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini… Abah Buyut, Abah Rangga,
Abah Khaer, dll.

Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering
bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak
semudah sekarang, bukan hanya perampok… tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan
Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah
Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan
beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang
matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan
keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer
sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.

Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-
1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah
Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai “pamuk” (pamuk=guru
beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI
memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara
(Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-
Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena

19 | M o d u l S i l a t S m a d a b
beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu
yang “menciptakan” aliran baru yang tak kalah dasyat.

Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur
mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau
tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat).
Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka
inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo
Cimande ke seluruh Jawa Barat.

Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa
beliau: “selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu
memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau “ibing” di atas
panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot
yang berisi dan terlatih baik, ketika “ibing” (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat
bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya
ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang (“Nincak
kana kendang” – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus
diperbincangkan.” (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah
satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa
Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).

B. ALIRAN SILAT MERPATI PUTIH

Seni Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih


yang organisasinya terbentuk pada tanggal 2
april 1963 di Yogyakarta, merupakan nilai
budaya bangsa Indonesia yang diturunkan
oleh Sang Guru Saring Hadi Purnomo kepada
kedua putranya yaitu Poerwoto Hadi Purnomo
dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Alm).
Dalam rangka pengembangannya, seni
beladiri ini didasarkan atas empat sikap, watak
dan perilaku sebagaimana yang diamanatkan
oleh Sang Guru yaitu : welas asih, percaya diri

20 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sendiri, keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan yang terakhir
menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Mahaesa, dan kesemuanya itu dilengkapi dengan falsafah dari perguruan yaitu
MERsudi PAtitising TIndak PUsakane TItising Hening (Mencari sampai mendapatkan
tindakan yang benar dengan ketenangan) yang kemudian disingkat menjadi MERPATI
PUTIH. Gambaran awal dari perjalanan dari keilmuan dan perkembangan perguruan
berasal dari Keraton Mataram lama di Kartosuro yang berasal dari seorang wanita
bangsawan yaitu Nyi Ageng Joyorejoso yang kemudian mempunyai tiga orang putra
yaitu Gagak Handoko, Gagak Samudero, dan Gagak Seto masuk dalam Grat IV.
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng
Ing Kartosuro. Grat I : BPH Adiwidjojo Grat II : PH Singosari: BPH Adiwidjojo Grat III :
RA Djojorejoso – Ing Wadas Grat IV : RM Rekso Widjojo – Ing Baledono Grat V : R
Bongso Permono – Ing Ngulakan Wates Grat VI : RM Wongso Widjojo – Ing Ngulakan
Wates Grat VII : R Saring Siswo Hardjono – Ing Ngulakan Grat I, mempunyai saudara
BP Amangkurat Amral Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi
Demang Margoyoso Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan
oleh 3 orang puteranya atau keturunannya yaitu :
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di gunug Jeruk (Pegunungan Manoreh). Gagak
Samudero, mendirikan perguruan di daerah Bagelan, yang akhirnya pindah ke daerah
utara Pulau Jawa. Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah Magelang (Pulau Jawa
Bagian Tengah). Gagak Handoko mengembara ke dareh timur Pulau Jawa melalui pantai
selatan sehingga sampai di daerah gunung Kelud dengan tujuan mempelajari dan
mengetahui keadaan daerah itu, disamping sambil mencari dua saudaranya yang terpisah.
Di dalam pengembaraannya beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto. Sebelum beliau
mengembara, perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah
berkembang dengan cepat. Beliau sadar akan usianya yang semakin tua.
Beliau memberi mandat penuh dan amanat pada keturunannya yang pada silsilah
termasuk dalam Grat V, yaitu R Bongso Permono Ing Ngulakan Wates. Setelah Gagak
Handoko menyerahkan tampuk kepemimpinan perguruan, beliau lalu menyepi (bertapa)
mencari kesempurnaan hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk. Dari R. Bongso
Permono kemudian diturunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu RM. Wongso
Widjojo. Beliau lalu mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Pada masa
kepemimpinan RM. Wongso Widjojo, oleh karena beliau tidak mempunyai keturunan,
maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu,

21 | M o d u l S i l a t S m a d a b
yang bernama R. Sarengat Siswo Hardjono (Sarengat Hadi Poenomo), yang termasuk
dalam garis keturunan VII (Grat VII). Perlu diketahui bahwa ajaran tersebut belum
lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan /mengajarkan pada keturunannya,
akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut menuangkan dalam
gerak silat dan tenaga yang tersimpan yang ada di naluri suci.
Tidak berhenti disitu saja, beliau juga mencari kelengkapannya, yaitu dari ajaran
Gagak Samudero dan Gagak Seto. Akan tetapi beliau belum berhasil juga menemukan
langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang mempunyai materi yang sama
tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara Pulau Jawa. Hasil dari
pengembangan ilmunya itu lalu diturunkan kepada kedua putranya (2 orang kakak
beradik) yang bernama Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi
Poernomo (Mas Bud). Sekitar tahun 1960 R Sarengat Hadi Poernomo aktif membina
putranya untuk menguasai beladiri Mataram ini yang dinamakan Merpati Putih.
Pada tahun 1962 kedua putera R. Sarengat Hadi Poernomo mendapat amanat dari
Sang Guru, yang sekaligus ayahnya, agar ilmu beladiri yang sebelumnya milik keluarga
tersebut disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. Sejak saat itu beladiri
Mataram yang kita kenal dengan Merpati Putih dikenal oleh Masyarakat berkat usaha
keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru. Dalam menyampaikan latihan Sang Guru
tidak segan-segasn turun langsung dan memberi wejangan yang pada dasarnya untuk
membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih. Tahun 1968 kedua putera Sang
Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mengembangkan sayapnya, yaitu
dengan dibukanya cabang pertama di Madiun, Jawa Timur.
Selanjutnya pihak militer juga ditembus. Dari hasil peragaannya, Merpati Putih
mendapat kehormatan untuk melatih anggota Seksi I Korem 072 dan Anggota Batalyon
403/Diponegoro di Yogyakarta. Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya
dengan pihak AKABRI, Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian
dari segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian di bagian AKABRI Udara ini
ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM, antara lain Prof. Dr.
Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan ini mendorong pengembangan
wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.
Di Jakarta tahun 1976, setelah berhasil melakukan pendekatan, Merpati Putih
mendapat kehormatan untuk melatih para Anggota Pasukan Pengawal Presiden. Tahun
1977 Komisariat Jakarta dibentuk, dan pada tahun ini pula Merpati Putih mendapat
peluang untuk melatih pasukan Koppasandha (RPKAD) di Cijantung sampai mereka

22 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sanggup memperagakan keahlian mereka pada acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober
1978. Pada awal hijrahnya Mas Poeng dan Mas Bud ke Jakarta sejak Maret 1976, dengan
membina Pasukan Pengawal Presiden dan Koppasandha, maka secara mendadak pula
membina pelajar/mahasiswa di Jakarta.
Dengan kondisi tersebut perguruan merasa kedodoran, terutama dalam menyiapkan
kader pelatih dan masalah keorganisasian serta metode pendidikan dan latihan. Oleh
sebab itu sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1985, perguruan melakukan pembinaan
secara terus menerus ke dalam, guna persiapan menghadapi perkembangan perguruan
yang animo dan keinginan masyarakat begitu besar terhadap Merpati Putih. Persiapan
tidak hanya diarahkan pada penyedian kader pelatih saja, namun kesiapan metode dan
program yang teruji pun menjadi garapan perguruan.
Sejak tahun 1973, penelitian dengan nama SETA (Sehat dan Tangkas) yang dilakukan
bekerjasama dengan AKABRI Bagian Udara dan UGM. Uji coba dan penelitian terus
dilakukan pada kegiatan-kegiatan sejenis, seperti kerjasama perguruan dengan
Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di Cimahi tahun 1984, kerjasama dengan rumah sakit
Pertamina di Jakarta tahun 1984, bekerjasama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun
1985, bekerjasama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang tahun
1986. Dengan persipan perguruan, baik dari segi organisasi maupun keilmuan, maka
selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang
keseluruh pelosok tanah air. Data terakhir yang diperoleh telah terbentuk 62 cabang dan 3
cabang diantarannya di luar negeri.
Kendati perkembangan perguruan meliputi aspek beladiri dan olahraga berkembang
cukup pesat, namun perguruan tetap mencoba menyentuh aspek sosial, yakni melalui
Yayasan Merpati Putih Abadi membuat dan melaksanakan suatu program pembinaan bagi
tuna netra sejak tahun 1989. Program ini mendapat simpati dari pihak pemerintah dan
masyarakat luas, sehingga dalam perkembangannya sudah dibentuk beberapa
pusat/sentral pembinaan Merpati Putih di beberapa cabangnya. Tidak dapat disangkal lagi
bahwa Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih mendapat tempat
diberbagai kalangan sebagai salah satu aset kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan
dengan tidak menghilanglan jatidirinya sebagai perguruan pencak silat dengan bernaung
dibawah bendera IPSI

23 | M o d u l S i l a t S m a d a b
C. ALIRAN SILAT TAPAK SUCI

Tahun 1925, diriwayatkan dari 2 orang kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib berguru

kepada K.H. Busro di Binorong Banjarnegara. Bahwa K.H. Busro lebih menguasai ilmu

kebatinan dari pada ilmu Kontho itu sendiri, sedang

adiknya H. Burhan yang ilmu Konthonya lebih baik.

            Menurut riwayat A. Dimyati dan M. Wahib

belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus, 5

Kembangan. Selanjutnya pulang ke Yogyakarta,

yang kemudian diikuti oleh K.H. Busro dan H.

Burhan. Dalam kesempatan inilah masyarakat

dilingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Pendekar A. Dimyati

sifatnya pendiam dan tertutup, sedang M Wahib sifatnya pemberani, terbuka dan kesatria.

Karena sifat yang berbeda ini sering kali kedua kakak beradik ini bertengkar.

            Pendekar K.H. Busro, menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana kebarat

sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar K.H. Busro. Sesuai dengan tradisi yang

berlaku bahwa Pendekar A. Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada K.H. Busro

tidak boleh berguru kepada pencak lainnya, untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan

adalah “adu kaweruh” (adu ilmu). Diriwayatkan bahwa Pendekar A. Dimyati berhasil

menguasai ilmu Cikalong, Cimande, Cibarosa dalam hal ini adalah Debus.

         

            Ada satu literature pencak silat yang menyatakan bahwa perkembangan pencak

silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal :

1.      Geografis

Dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Masing-masing berkembang berbeda-beda,

terutama dalam hal kuda-kuda.

24 | M o d u l S i l a t S m a d a b
2.      Kultural

Dalam hal ini ada dua jalur besar, aliran bangsawan dan aliran rakyat.

adapun yang sangat membedakan antara dua aliran ini adalah :

1. Aliran Bangsawan

a.       Tertutup tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniaanya.

b.      Daya gunanya pada Pencak Silat Seni

c.       Disiplin

2. Aliran Rakyat

a.       Terbuka mudah berasimilasi, tidak murni

b.      Daya gunanya pada Pencak Silat sendiri

c.       Tidak disiplin

            Dua definisi tersebut kalau dilihat dari aliran CIKAUMAN, kurang cocok

sepenuhnya, karena sifat CIKAUMAN adalah :

1. Tertutup akan tetapi mudah berasimilasi

2. Tidak disiplin tetapi patriotic

3. Daya gunanya sama kuat antara seni dan bela diri

                        Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa-masa berkembang Aliran

Rakyat yang ada di Kauman selalu berdampingan dengan Aliran Bangsawan yang ada di

Kraton Yogyakarta, Kampung Kauman adalah lingkungan Kraton Yogyakarta.

            Diriwayatkan bahwa Pendekar M. Syamsudin setelah dibai’at membuka dan

menerima murid di Kauman Utara (SERANOMAN). Dari sekian banyak murid, yang

dinyatakan selesai dan dibai’at adalah M. Zahid. Menurut riwayat M. Zahid adalah anak

25 | M o d u l S i l a t S m a d a b
murid SERANOMAN  yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, pergaulannya

luas, perkembangan Pencak Kauman berkembang pesat. Keilmuan Pencak dikemas dan

disajikan methodis kemudian berhasil mengembangkan dari lima menjadi 8 Kembangan.

            Tahun 1942 adalah awal dari M. Barie Irsjad belajar Pencak kepada Pendekar M.

Zahid, tidak sebagaimana biasanya setelah selesai dibai’at, tetapi diserahkan kepada

Pendekar M. Syamsuddin, demikian juga setelah selesai diserahkan kepada pendekar M.

Wahib. Baru pada tahun 1948, M. Barie Irsjad dinyatakan selesai dan dibai’at.

            Waktu dibai’at Pendekar M. Barie Irsjad berhasil mempertanggungjawabkan 11

kembangan. Sebelum menggunakan haknya untuk menerima murid, diarahkan oleh

Pendekar M. Wahib untuk ”adu kaweruh” ke guru-guru pencak yang ditunjuk oleh

Pendekar M. Wahib, dari yang ditujuk banyak aliran hitam.  

            Pada waktu itu pengertian yang ada menyatakan bahwa  pencak adalah seni bela

diri tangan kosong, sedang silat adalah seni bela diri bersenjata. Sedangkan CIKAUMAN

mengkhususkan diri pada tangan kosong. Untuk itu M. Barie Irsjad diarahkan untuk “adu

kaweruh” dengan Pendekar Abdul Rahman Baliyo yang menguasai beraneka macam

senjata, alirannya berasal dari Cina. Disinilah M. Barie Irsjad mendapat pengertian bahwa

“seseorang dapat melawan senjata kalau dapat main senjata”. Pada saat ini untuk bela diri

Kauman sudah bukan Kontho atau Pencak.   

            Tepat pada waktu tahun 1949 datang ke Kauman seorang Perwira AL Jepang,

bernama Omar Makino. Meskipun tujuan yang utama adalah bertemu kyai-kyai dalam

rangka belajar agama Islam, akan tetapi sempat juga menurunkan kemampuannya yaitu

permainan senjata pedang (samurai) kepada pemuda – pemuda termasuk M. Barie Irsjad.

Di Indonesia kemudian Omar Makino dikenal sebagai Bapak Judo.

KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN TAPAK SUCI

26 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Dalam meriwayatkan kelahiran TAPAK SUCI, keberadaan Kampung Kauman

yang penduduknya terbagi menjadi 4 Blok, yaitu Blok Lor (Utara), Blok Wetan (Timur),

Blok Tengah, Blok Kidul (Selatan), sebetulnya sebagian administrasi dalam satu Rukun

Kampung (sekarang adalah Rw), akan tetapi itu sangat berpengaruh terhadap Paguruan

Pencak Silat yang ada di Kauman, terutama terhadap murid-muridnya.

            Diriwatkan pada tahun 1957 Pimpinan Pemuda Muhammadiyah wilayah DIY

yang personilnya berdomisili di Kauman, sangat prihatin melihat keadaan Kampung

Kauman ada Paguruan Pencak Silat CIKAUMAN (Kauman tengah), Paguruan Pencak

Silat SIRANOMAN (Kauman Utara) Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam (Kauman

Timur). Pada waktu itu Pimpinan Pemuda Wilayah DIY mengadakan kegiatan ke daerah-

daerah termasuk Ranting Kauman, sebelum pengajian dilaksanakan pertandingan

olahraga yaitu pagelaran atau pertandingan Pencak Silat. Maksud dari pertandingan itu

adalah agar ada persatuan diantara pesilat-pesilat Kauman. Karena usaha itupun tak

berhasil, maka pada tahun 1958 Pemuda Muhammadiyah yanga berdomisili di Kauman

Selatan dengan niat agar ada persaudaraan sesama Pesilat Kauman, mendirikan Perguruan

Pencak Silat Kauman Serba Guna (KASEGU).

            Dengan mencantumkan nama Kauman, banyak protes dari orang – orang blok

lain. Untuk itu maka nama Perguruan dilengkapi ” KASEGU BADAI SELATAN”.

Diawal berdirinya Perguruan KASEGU sempat bentrok dengan Perguruan Pencak Silat

Aliran Hitam. Perguruan KASEGU dengan niat amar ma’ruf nahi mungkar,. Namun

Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam tidak terima, sehingga terjadi pertarungan Pencak

Silat Ragawi melawan Pencak Silat Kanarugan. Dengan taruhan siapa yang kalah keluar

dari kampung Kauman. Disinilah murid KASEGU yakin bahwa yang hak tidak akan

kalah dengan yang bathil.

27 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Meskipun Pencak Silat CIKAUMAN, SIRANOMAN dan KASEGU adalah satu

sumber Aliran Banjaran. Disamping Guru KASEGU adalah murid   CIKAUMAN dan

SIRANOMAN, akan tetapi karena penampilan keilmuan pencak silatnya berbeda, maka

tidak ada kecocokan. Untuk itu pada waktu murid-murid KASEGU berguru ke Perguruan

CIKAUMAN tidak akan diterima.

            Dengan kenyataan ini, maka Perguruan KASEGU tidak berhasil sebagai perantara

bersatu para Pesilat di Kampung Kauman, justru antar kubu saling bersaing. Untuk itu

murid Perguruan KASEGU sebanyak 6 orang, 4 diantaranya yaitu Irfan Hadjam, Djakfal

Kusuma, M. Rustam, Sobri Achmad dapat dikatakan besar diluar sarang, karena banyak

bergaul dengan bela diri luar dan mempunyai wawasan ke depan, menyampaikan

pendapat kepada Pendekar M. Barie Irsjad untuk mendirikan perguruan yang tidak

berorientasi di kampung, diorganisir dengan Ad & ART, materi yang tersusun, latihan

yang teratur dan memakai seragam.

           

            (Perguruan Pencak Silat KASEGU Badai Selatan adalah embrio dan pemrakarsa

lahirnya TAPAK SUCI).

           

            Desember 1962 Perguruan KASEGU melakukan silaturahmi kepada

CIKAUMAN dan SIRANOMAN untuk menyampaikan rencana mendirikan perguruan.

Kedua perguruan tersebut menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang diajarkan,

sedang keinginan Perguruan KASEGU adalah ”adu kaweruh” (wawasan) tanpa harus

kontak, karena kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginankan. Pertemuan keilmuan

dilaksanakan setiap malam Jum’at bertempat dipesantren ’Aisyiah Kauman selama 6

bulan, karena berjalan tidak mulus. Dalam pertemuan keilmuan ini, KASEGU diwakili

oleh M. Barie Irsjad (Guru), M. Rustam (murid) untuk menghindari kejadian yang tidak

28 | M o d u l S i l a t S m a d a b
diinginkan, dalam penampilan dan pembuktian keilmuan Pencak Silat dilakukan antara

Guru dan Murid KASEGU.

            Pada satu pembuktian jurus Naga, murid mengawali serangan pengkalan Kuda

Liar kearah lambung kanan dengan telak, guru dangan kecepatan tinggi melontarkan

Tandukan Naga Jantan ke mata bersamaan dengan Naga Terbang ke paha. Hasilnya mata

kiri luka berdarah, paha kanan retak. Seorang murid CIKAUMAN dengan marah

meloncat ke arena menantang Guru KASEGU.

            Setelah terjadi pertarungan yang menegangkan, pada puncaknya secara bersamaan

Guru KASEGU melontarkan Naga Terbang ke sasaran jidat, murid CIKAUMAN

melontar pukulan cangkol ke arah perut. Bersama – sama berhenti, Pendekar M. Wahib

mengatakan ”kalau diteruskan kepalamu pecah, perutnya Barie mulas”.

           

            Sudah takdir Illahi TAPAK SUCI lahir.

            Pada waktu M. Barie Irsjad menampilkan Jurus Harimau, Pendekar M. Wahib

sangat mengagumi dan mengatakan ”mengapa saya dahulu tidak berpikir bahwa kaki

lebih kuat dan lebih panjang daripada tangan,pembuktian cukup ”saya merestui TAPAK

SUCI didirikan dan diajarkan Pencak Silat Aliran KASEGU”. Pendekar A. Dimyati

memberi pesan dan petunjuk yaitu ”kalau bertemu dengan aliran pencak silat apapun,

nilailah kekuatannya”.

            Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiksi

dengan sifat pendekar pada umumnya yang tidak ingin melihat kelebihan orang dan selalu

mengatakan yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A. Dimyati untuk

selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.  

29 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Pada kenyataannya pendiri TAPAK SUCI masih diuji, pengurus Rukun Kampung

(Rw) Kauman tidak mengijinkan Perguruan TAPAK SUCI berdiri dan mengadakan

kegiatan di kampung Kauman. Karena penilaian pendirinya tidak sederajat (dalam sejarah

TAPAK SUCI dahulu disebut tidak berdarah biru), penilaian ini sebetulnya didorong oleh

seorang murid CIKAUMAN secara pribadi.   Akan tetapi oleh pendirinya dihadapan

penguasa kampung dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung

Kauman, bahkan ketika itu dikatakan TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.

            Pada malam Jum’at, tanggal 10 Rabi’ul awwal 1383 H/31 juli 1963 M, sekitar

pukul 21.00 bertempat di Pesantren ’Aisyiah Kauman DIY, di Deklarasikan

PERSATUAN PENCAK SILAT TAPAK SUCI. Pada waktu deklarasi di gariskan :

1.      TAPAK SUCI berjiwa ajaran KH. A. Dahlan

2.      keilmuan TAPAK SUCI Methodis Dinamis

3.      keilmuan TAPAK SUCI bersih dari syirik dan menyesatkan

           

            Memang satu kenyataan sejarah, pendiri Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI

adalah Guru dan Murid Perguruan KASEGU Badai Selatan.

           

            Sebutan Persatuan Pencak Silat dipakai untuk menunjukkan bahwa TAPAK SUCI

menyatukan perguruan, perguruan yang ada di Kauman meskipun dalam kenyataannya,

CIKAUMAN dan SIRANOMAN tidak menyatu atau membubarkan diri akan tetapi

mendirikan aktifitas, terus tidak menerima murid lagi dan menyerahkan murid yang

belum dibai’at kepada TAPAK SICI yaitu Ahmad Djakfar, M. Slamet dan M. Dalhar dari

Perguruan CIKAUMAN, M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto dari Perguruan

SIRANOMAN.

30 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Pada waktu TAPAK SUCI diresmikan berdiri ditetapkan ketingkatan M. Barie

Irsjad menjadi Pelatih Kepala (Kader Biru 3), 7 Asisten Pelatih (Kuning 4 /  Siswa Melati

4) yaitu M. Rustam Djundab, Sobri Achmad, Achmad Djakfar, M. Slamet, M. Dalhar, M.

Zundar Wiesman dan Anis Susanto.

           

            Pada bulan Ramadhan 1383 Hijriyah / januari 1964 Masehi, tepat pada waktu

Sholat Maghrib di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, Pendekar M. Wahib meninggal

dunia.

                       

            Dengan meninggalnya M. Wahib tersebut, marak sekali perongrongan (penggangu

/ perusak) secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi terhadap TAPAK SUCI,

sampai-sampai dalam riwayat dituliskan bahwa pengurus Rukun Kampung Kaumaan

pernah membubakarkan Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI tepat pada MILAD ke-I 

tanggal 31 juli 1964 M tepat setahun setelah TAPAK SUCI lahir, dengan alasan TAPAK

SUCI membawa kekejaman Jahilliah Kampung Kauman setelah terjadi perkelahian

massal antara Keluarga I dengan Keluarga II.

            Dihadapan MUSPIDA, seorang fungsionaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah

yaitu H. Djarnawi Hadikusuma menyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan

Muhammadiyah. Pembubaran oleh Pengurus Rukun Kampung Kauman tersebut

diabaikan saja dan TAPAK SUCI berjalan terus sampai sekarang. Dengan kejadian ini,

maka Keluarga I dengan Keluarga II dibubarkan.

            Pada tahun 1964 M ibaratnya TAPAK SUCI lahir kembali(tanpa Guru dan

murid), hanya tinggal 3 Pelatih Muda yaitu M. Rustam, Drs. Irfan Hajam(kembali dari

Surabaya), M. Zundar Wisman. Sedangkan Guru M. Barie Irsjad atas kehendak pengurus

31 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Rukun Kampung Kauman di non aktifkan namun tetap diabaikan oleh murid-murid

TAPAK SUCI.          

            Akan tetapi justru tahun 1964 inilah TAPAK SUCI mulai bangkit dan

berkembang. 3 orang Pelatih Muda membuka pendaftaran anggota untuk umum, sangat

mengejutkan yang mengikuti seleksi kurang lebih sebanyak 300 orang. Adapun yang

diterima sekitar 75 orang, semata-mata karena pertimbangan tenaga pelatih.

            Dengan niat yang tetap dan sungguh-sungguh, kenyataan lapangan dijadikan

pertimbangan untuk menentukan garis – garis  kebijakan,yaitu : 

1. Meningkatkan akhlaq kepemimpinan

2. Materi latihan dirumuskan kembali

3. Sebutan menjadi “TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah”        

4. Logo TAPAK SUCI dimasukan kedalam sinar matahari

5. Dibentuk KOSEGU (Komando Serba Guna) TAPAK SUCI

6. Lahir motto  “Dengan Iman dan Akhlaq Saya Menjadi kuat, Tampa Iman dan

Akhlaq Saya Menjadi Lemah”.

           

            Keilmuan Pencak Silat TAPAK  SUCI yang digunakan untuk materi pendidikan

dan latihan yang pertama adalah merupakan ilmu bela diri murni atau bela diri sebagai

ilmu berkelahi. Tetap pada jalur pengertian jurus dan kembangan akan tetapi dengan

istilah berbeda yang disebut ”Delapan Jurus Maut”.

Materi pendidikan dan latihan ini disusun atas dasar kebutuhan ilmu berkelahi pada saat

itu, dimana umat Islam selalu dipojokkan dimana-mana. Sehingga, orang masuk

Perguruan Pecak Silat adalah dengan tujuan membuat kelompok untuk konsentrasi

kekuatan.

32 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Bertepatan dengan jamannya, karena kebutuhan umat Islam membuat kelompok

untuk menghadapi Gerakan PKI. Maka berdiri juga Perguruan Pencak Silat di kampung-

kampung lain. Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkas di Kampung Suronatan,

Eka Sejati di Kampung Karangkajen.

            Kesemuanya menamakan diri sebagai Gerakan Pemuda Muhammadiyah, TAPAK

SUCI menamakan diri sebagai Putera Muhammadiyah. Berdasakan pada kenyataan

TAPAK SUCI didirikan oleh putera Muhammadiyah dan tidak ada hubungan dengan

organisasi Muhammadiyah atau Pemuda Muhammadiyah. Dengan keberanian TAPAK

SUCI memakai nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan memasukan lambang

TAPAK SUCI dalam sinar matahari. Kemudian mendapat kecaman dari berbagai pihak

dilingkungan Muhammadiyah terutama dari angkatan mudanya. Kecaman tersebut

memang wajar, disebabkan nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bukan karena

status ataupun hubungan organisasi dengan Muhammadiyah, semata-mata karena karena

kehendak pendrinya mencita-citakan TAPAK SUCI menjadi salah satu Gerakan

Persyarikatan Muhammadiyah.

            Dalam modern ini, sudah bukan jamannya orang belajar pencak silat untuk

mempertahankan hidup dari bahaya. Untuk itu TAPAK SUCI memantapkan diri sebagai

gerakan olahraga dan seni. Pencak silat TAPAK SUCI ditampilkan melalui 4 aspek

yaitu :

-    mental spiritual

-          olahraga

-          seni

-    beladiri.

            Dalam Kejuaraan Nasional I tahun 1967 di Jember, Pertandingan Pencak Silat

33 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI dilaksanakan dengan pertarungan bebas (perkelahian bebas). Pencak Silat

Seni dilombakan sebagai Kerapihan teknik Pemainan.

            Adapun Ilmu Pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh alat penyasar mulai

ditinggalkan, karena anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar

ilmu tersebut dihilangkan. Kalau itu memang ilmu yang hak (harus ada), akan tetapi itu

sesuatu yang dapat menimbulkan kesombongan di dunia.        

            Merupakan daya tersendiri ketika itu adanya cita-cita Perguruan TAPAK SUCI

untuk mempersatukan Keilmuan Penak Silat dari semua aliran, banyak perguruan pencak

silat yang bergaung dan meleburkan diri kedalam Perguruan TAPAK SUCI. Itulah dasar

yang pertama  Perguruan TAPAK SUCI cepat berkembang dan terwujudlah cita-cita

Pendiri TAPAK SUCI.

            Banyak aliran pencak silat dilingkungan Muhammadiyah yang bergabung dengan

TAPAK SUCI. Adapun yang sangat berkesan adalah bergabungnya Perguruan Pencak

Silat Guntur yang memiliki nama besar di wilayah timur. Perguruan Guntur dipimpin

oleh H. Syeh Abussamad Alwi, Buchmad, Hadiningram dan mereka menyatakan “akan

bergabung kalau ilmu TAPAK SUCI ada kelebihan”. Kelebihan yang diuji pada waktu itu

adalah langkah panjang yang bertumpu pada kecepatan. TAPAK SUCI diwakili oleh

seorang Pelatih Muda dan 6 siswa, sedangakan Perguruan Guntur diwakili oleh 3

Pendekar tua dan 4 Pendekar dari Perguruan Pencak Silat yang ada di Jember.

            Kalau dilihat dari kenyataan yang ada adalah sesuatu  yang mustahil untuk dapat

memberi kepuasan. Tetapi ALLAH SWT. mengendaki lain, Perguruan Guntur telah

bergabung dengan Perguruan TAPAK SUCI, disertai dengan pernyataan Perguruan

Guntur sudah tidak ada lagi (kejadian ini pada tahun 1965).

            Tahun 1965 adalah tahun awal dari sejarah berkembangnya Keilmuan TAPAK

SUCI. Melalui pendekar-pendekar TAPAK SUCI di daerah atau wilayah (cabang)

34 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI, masuklah aliran-aliran pencak silat seperti Silat Banten, Silat Cikalong

Cimande, Silat Balebet, Silat Bugis, Silat Sholat, Silat Minang, Sial Minang Liwung, dan

Aliran Kunthau yang kesemuanya hampir mewarnai aliran Pencak Silat di Indonesia.

            Situasi politik ketika itu, TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang

menempatkan diri sebagai gerakan Islam banyak lawan dan musuh.oleh surat kabar PKI

“Harian Rakyat” dikatakan “TAPAK SUCI adalah Onderbow dan tukang pukul HMI”.

Dikarenakan Perguruan TAPAK SUCI membina KORBA HMI dan tampil dalam

kegiatan HMI.

            Kegigihan pendiri Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah serta

dorongan dan dukungan  dari Ulama-Ulama Muhammadiyah, seperti H. Djarnawi

Hadikusuma, H.R. Haiban Hadjid memperjuangkan  Perguruan TAPAK SUCI untuk

dapat diterima sebagai gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.

            Dalam Konferensi Nasional I Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah

yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 November 1966 di Yogyakarta, dimasukan

fungsionaris Muhammadiyah seperti  H. Djarnawi Hadikusuma sebagai Ketua Umum

Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan M.H. Hirmas sebagai

Sekretaris Umum Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah. Nama

Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dirubah menjadi :

“TAPAK SUCI PTERA MUHAMMADIYAH

Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia”

            Dengan struktur Pimpinan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah lebih

ditekankan sebagai Organisasi Perguruan dengan pemisahan antara 2 struktur pimpinan

yang berbeda yaitu :

35 | M o d u l S i l a t S m a d a b
1.      Pimpinan Organisasi / Pimpinan Gerakan

2.      Pimpinan Perguruan / Lembaga Perguruan

      (Dengan Dewan Pelaksana adalah Dewan Pendekar dan Dewan Pelatih)

           

            Dalam KONFERNAS I ini sudah mulai ada sebutan PENDEKAR,  PENDEKAR

adalah tingkat pendidikan atau strata tertinggi dalam  pendidikan TAPAK SUCI. Pada

waktu itu tigkat pendidikan TAPAK SUCI adalah :

1. Murid :

-          Siswa Satu

-          Siswa Dua

-          Siswa Tiga

-          Siswa Empat

2. Pelatih :

-          Asisten Pelatih

-          Pelatih Muda

-          Pelatih Kepala

3. Pendekar

           

            Pasca KONFERNAS I, predikat Pelatih Kepala M. Barie Irsjad dirubah menjadi

Pendekar M. Barie Irsjad.

36 | M o d u l S i l a t S m a d a b
            Kepada Muhammad Rustam Djundab untuk dilakukan ujian, setelah

mempertanggungjawabkan karya tulis “Segi Praktis Prakis bela Diri TAPAK  SUCI”.

Diputuskan Muhammad Rustam Djundab telah lulus dan menduduki tingkat Pelatih

Kepala juga mejabat sebagai ketau Lembaga Research Nasional. Tradisi Karya tulis atau

karya nyata sampai sekaang berlaku sebagai materi Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kader

dan Pendekar TAPAK SUCI.

           

            Dalam massa perkembangan Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah

yang merambah / menyebar ke persada Nusantara, Perguruan TAPAK SUCI Putera

Muhammadiyah mencari Induk Organisasi Pencak Silat.

           

            Pada waktu itu Perguruan TAPAK SUCI harus dapat memilih dengan Induk

Organisasi yang mana Perguruan TAPAK SUCI harus bergabung / mengikat diri,

mengingat pada waktu itu di Indonesia ada 3 Induk Organisasi Pencak Silat Indonesia,

yaitu :

-          PPSI yang digerakan dari Bandung

-          IPSSI  (Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia) yang digerakan dari Jakarta

-          BAPENSI (Badan Pembina Pencak Silat Indonesia)  yang digerakan dari Yogyakarta

           

            Melalui Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 19-20 April

1967 bertempat di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran

Dasar Rumah Tangga (AD / ART). Berketetapan hati  memilih “IPSSI  (Ikatan Pencak

Silat Seluruh  Indonesia)” sekarang yang berubah dan dikenal dengan nama   IPSI 

(Ikatan Pencak Silat   Indonesia) sebagai Induk Organisasi Federasi. Untuk itu Perguruan

37 | M o d u l S i l a t S m a d a b
TAPAK SUCI didaftarkan kepada Pusat Badan Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia

(P.B. IPSI) dan langsung diterima menjadi Anggota Nasional dengan nama :

“Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia

TAPAK SUCI”

           

            Pilihan Perguruan TAPAK SUCI dengan mengikatkan diri secara nasional kepada

IPSI adalah tepat. Pada MUNAS IPSI tahun 1968 (era Orde Baru) Perguruan TAPAK

SUCI diundang dan kemudian didudukan sebagai Perguruaan Historis. Perguruan yang

menjujung tinggi tegaknya berdirinya P.B. IPSI yang sedang kritis keberadaannya. Perlu

diketahui oleh seluruh jajaran TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bahwa sejak

TAPAK SUCI bergabung dengan IPSI (sampai sekarang) adalah sebagai Anggota

federasi dan tidak ada hubungan organisasi (AD / ART), keilmuan dan keanggotaan.

Pengertian Anggota federasi tersebut adalah untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

IPSI. Perguruan TAPAK SUCI dipercayai untuk menjadi partner IPSI dalam membina

prestasi para atlet.

            Dengan kearifan, ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada waktu itu,

K.H. Ahmad Badawi memandang bahwa Perguruan TAPAK SUCI Putera

Muhammadiyah efektif untuk dijadikan pola pembinaan Kader Muhammadiyah. Untuk

itu  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah mendapat status dan mendapatkan

hak sebagai Anggota TANWIR. Tujuan utama dalam TANWIR Muhammadiyah tahun

1967 yang dilaksanakan di gedung ‘aisyiah Kauman Yogyakarta, Perguruan TAPAK

SUCI Putera Muhammadiyah diarahkan untuk mendapatkan status.

            Dalam usaha untuk mendapatkan status didalam Persyarikatan Muhammadiyah

tidak mudah. Ketidak setujuan hampir semua peserta, terutama dari angkatan muda

Muhammadiyah. Karena kegigihan utusan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan

38 | M o d u l S i l a t S m a d a b
dukungan K.H. Ahmad Badawi sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akhirya

telah mendapatkan status sebagai Organisasi Otonom ke-11.

            Menurut kebutuhan jaman pada waktu itu Muhammadiyah memberikan status

Organisasi Otonom seperti :

-          Ikatan Seniman Budayawaan Muhammadiyah (ISBM)

-          Ikatan Karyawan Muhammadiyah (IKM)

-          Ikatan Tani Muhammadiyah (ITM)

-          Ikatan Nelayan Muhammadiyah (INM)

-          Ikatan Guru Muhammadiyah (IGM)

           

            Akan tetapi Organisasi Otonom yang lahir karena kebutuhan jaman tidak berumur

panjang dan hanyalah  TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah masih tetep bertahan dan

berkembang hingga sekarang.

            Sistem Kepemimpinan  TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dalam

KOMPERNAS I berjalan selama dua periode yaitu tahun 1966-1969 dan tahun 1969-

1972. Melalui MUNAS tahun 1972 yang diselenggarakan di Malang, dipandang

Kepempipian Organisasi / Gerakan sudah tidak perlu. Dengan fatwa Ketua Umum H.

Djarnawi Hadikusuma berkata bahwa “kalau Perguruan TAPAK SUCI Putera

Muhammadiyah ingin berkembang dengan baik, tidak perlu Organisasi Centris tetapi

harus Operasional Centris”.

Peraturan Organisasi jangan sampai menghambat Operasional Perguruan.

            Konsep Anggaran Dasar dibuat oleh H. Djarnawi Hadikusuma H. Wasthon Sujak.

Perubahan mendasar dalam Anggaran Dasar ini adalah pimpinan hanya ada di pusat,

39 | M o d u l S i l a t S m a d a b
sedangkan wilayah adalah Komisariat Wilayah dan daerah adalah Komisariat Daerah.

Untuk lebih jelas sebagai berikut :

1. Personalia Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat sendiri dan tidak

memakai periode kerja

2. Personalia Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat

3. Personalia Pimpinan Daerah  ditetapkan oleh Komisariat Wilayah

           

            Dari konsep Anggaran Dasar tersebut yang berhasil menjadi keputusan MUNAS

hanya struktur pimpinan saja yaitu Komisariat Pusat, Komisariat Wilayah, Komisariat

Daerah. MUNAS tahun 1972 memutuskan nama Perguruan TAPAK SUCI menjadi :

“TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

 Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia”

           

            Dengan pimpinan Ketua Umum dan Sekretaris jenderal, Pimpinan TAPAK SUCI

yang yang sudah padu ini menjadi satu bentuk Pimpinan   Lembaga Perguruan Seni Bela

Diri Indonesia. Jabatan Sekretaris jenderal sebagai penanggungjawab operasional,

maksudnya agar Perguruan TAPAK SICI bercentral pada Operasional Perguruan.

            Keputusan MUNAS TAPAK SUCI 1972 dengan menggabungkan pimpinan

organisasi dan perguruan menjadi satu. Meskipun sudah digariskan organisasi semata-

mata hanya mengorganisir perguruan, ternyata tidak betul juga kalau dipandang dari

kepentingan Gerakan Perguruan semata.

            Masuklah personil-personil yang tidak mempunyai wawasan Perguruan Pencak

Silat. Sehingga memimpin TAPAK SUCI sebagai Organisasi Massa tanpa profesi yang

40 | M o d u l S i l a t S m a d a b
jelas, menambah kaburnya perguruan karena pimpinan yang tidak  mempunyai wawasan

perguruan tersebut diberikan jejang ketingkatan perguruan.

            Dalam massa-massa perkembangan itu ada penilaian bahwa TAPAK SUCI sangat

lemah kemampuan berorganisasinya. Maka perlu peraturan-peraturan dalam organisasi

yang disesuaikan dengan kedudukannya sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah.

MUKTAMAR 1986 mengembalikan aturan (peraturan-peraturan) dan struktur pimpinan

menjadi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayahdan  Pimpinan Daerah.

            Peraturan perguruan yang Tingkat pendidikan menjadi :

2.      Tingkat Siswa

-          Siswa Dasar (sabuk kuning polos)

-          Siswa Satu (sabuk kuning, melati cokelat satu) / SM1

-          Siswa Dua (sabuk kuning, melati cokelat dua) / SM2

-          Siwa Tiga (sabuk kuning, melati cokelat tiga) / SM3

-          Siswa Empat (sabuk kuning, melati cokelat  empat) SM4

3.      Tingkat Kader

-          Kader Dasar (sabuk biru polos)

-          Kader Muda (sabuk biru, melati merah satu, berdasar biru) / KMa

-          Kader Madya (sabuk biru, melati merah dua, berdasar biru) / KMda

-          Kader Kepala (sabuk biru, melati merah tiga, berdasar biru) / KKa

-          Kader Utama (sabuk biru, melati merah empat, berdasar biru) / KUa

4.      Tingkat Pendekar

-          Pendekar Muda (sabuk hitam, melati hitam satu, berdasar merah) / PMa

-          Pendekar Madya (sabuk hitam, melati hitam dua, berdasar merah) / PMda

-          Pendekar Kepala (sabuk hitam, melati hitam tiga, berdasar merah) / PKa

-          Pendekar Utama (sabuk hitam, melati hitam empat, berdasar merah) / PUa

41 | M o d u l S i l a t S m a d a b
-          Pendekar Besar (sabuk hitam, melati hitam lima, berdasar merah) / PBr

5.      Pendekar Kehormatan dan Pendekar Pelimpahan

-          Pendekar Kehormatan

      Pemberian penghargaan bagi orang-orang yang menjadi Anggota Kehormatan.

-          Pendekar pelimpahan

Pemberian penghargaan bagi orang-orang tidak menjalani pendidikan TAPAK SUCI.

           

            Karena jalannya organisasi terlalu berokratis, maka membawa akibat

pengembangan Keilmuan TAPAK SUCI terhambat dan dikesampingkan. Sampai

sekarang ini sejak tahun 1985, baru Kurikulum Pendidikan Siswa TAPAK SUCI yang

berlaku hingga saat ini.

            Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bertumpu pada

keberadaannya dalam Muhammadiyah. Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera

Muhammadiyah di tahun 2001 telah ada di 25 Provinsi, 215 Daerah Tingkat II, dan

cabang di 10 negara di luar negeri. Sekarang ini Cabang  Perguruan TAPAK SUCI Putera

Muhammadiyah semakin bertambah di seluruh Indonesia, dikarenakan di Indonesia

sekarang memiliki lebih dari 30 Provinsi.

            Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dari periode ke

periode tergantung dari bagaimana komposisi kepemimpinannya. Pasang surut adalah hal

biasa. Dalam dua periode dapat dikatakan Perguruan TAPAK SUCI berhenti. Periode

1991 – 1996 adadlah periode pertengkaran,sedangkan periode 1996 – 2001 adalah

periode rekonsiliasi dimana Personalia Pimpinan berjumlah sangat besar , namun yang

mampu mengurus hanya sekitar 10% saja.

            Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah pernah beberapa kali berubah

struktur yaitu struktur Pimpinan Perguruan (Dewan Pendekar dan dewan pelatih) serta

42 | M o d u l S i l a t S m a d a b
struktur Pimpinan Organisasi, ada struktur MPO dan  struktur Pimpinan Organisasi.

Tetapi sumua itu mengalami kegagalan. Sejarah telah mencatat bahwa yang paling efektif

adalah  struktur Pimpinan TAPAK SUCI, dan yang lainnya disebut sebagai komposisi

dalam satu struktur sesuai dengan fungsinya.

            Menurut Pendiri TAPAK SUCI ”perkembangan organisasi apapun tanpa

diimbangi dengan perkembangan keilmuan tidak ada artinya. Syukur Alhamdulillah,

ALLAH SWT selalu memberikekuatan lahir-batin dan kemampuan kepada Pendiri

Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah untuk tetap istiqomah mewujudkan

cita-citanya. Meski tanpa dukungan moril dan materiil dari Organisasi Muhammadiyah,

melalui perjalanan yang sangat panjang dan rumit untuk menyatukan dan

mengembangkan pencak silat telah berhasil melahirkan  Perguruan Pencak Silat Aliran

TAPAK SUCI.

Sejarah Singkat

Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM)

Tradisi pencak silat sudah berurat berakar dikalangan masyarakat dunia khususnya

masyarakat Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Sebagaimana seni bela diri di

negara-negara lain, pencak silat yang merupakan seni bela diri khas Bangsa Indonesia

yang mempunyai ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan hakekat

identitas ideologi Bangsa Indonesia.

            Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM) salah satu varian seni bela diri

pencak silat juga memiliki ciri khas yang bisa menunjukan identitas ideologi yang kuat.

Ciri khas yang dimiliki oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) ini dalam

perkembangannya dan perjuangannya tidak mudah. Perkembangannya dan perjuangannya

43 | M o d u l S i l a t S m a d a b
melalui proses yang sangat panjang serta sangat rumit dalam akar sejarah identitas

ideologi Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM).

            Berawal dari alira pencak silat Banjaran di Pesantern Binorong Banjarnegara pada

tahun 1872, aliran ini kemududian dikembangkan menjadi perguruan seni bela diri di

Kauman Yogyakarta kaerena perpindahan guru (pendekarnya) yaitu K.H. Busyro

Syuhada, akibat dari gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga beliau

menjadi sasaran penangkapkan yang dilakukan oleh kolonial Belanda (VOC). Di Kauman

inilah K.H. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup

mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan

pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan Seni Pencak Silat Cikauman yang dipimpin

langsung oleh Pendekar M. Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua murid yang

tangguh dari K.H. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki landasan agama dan

kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari

syirik dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.

            Peguruan Cikauman melahirkan Pendekar-Pendekar muda yang akhirnya

mengembangkan cabang perguan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan

nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. perkembangan kedua perguruan ini

semakin hari semakin berkembang pesat dengan pertambahan murid yang makin banyak.

Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak yang menjadi Anggota Laskar

Angkatan Perang Sabil (LAPS) untuk melawan penjajah, dan anyak yang gugur dalam

pertempuran bersenjata melawan penjajah.

            Lahirnya Pendekar-Pendekar muda hasil didikan Peguruan Cikauman dan

Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yaitu Perguruan

Kasegu pada tahun 1951. atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah

mempunyai inisiatif untuk menggabungkan dan menyatukan semua aliran Perguruan Silat

44 | M o d u l S i l a t S m a d a b
yang sejalan dan sealiran serta seperguruan. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat

dari anak murid Perguruan Kasegu, maka atas Rahmad Alla SWT, lahirlah Perguruan

Tapak Suci secara resmi di Kauman Yogyakarta pada tanggal 31 juli 1963 bertepatan

dengan 10 Rabiul Awwal 1383 H pukul 20:00.

D. ALIRAN SILAT PRISAI DIRI

Perisai Diri merupakan salah satu organisasi olahraga


beladiri yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia), induk organisasi resmi pencak silat di
Indonesia di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia). Perisai Diri menjadi salah satu dari
sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat
Perguruan Historis karena mempunyai peran besar
dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.

Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli


1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman
Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri
secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan
pamannya, Ki Hajar Dewantoro.

Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di
Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Pesilat
diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan
senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar yang mana
menghasilkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.

Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo)


lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan
Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe
Soedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau
telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan

45 | M o d u l S i l a t S m a d a b
keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan
daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku
Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau
Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah
didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan
kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah
menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk
merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang
dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.

Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan
lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga
bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah
menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat.
Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada
kakeknya, Ki Jogosurasmo.

Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya
adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara.
Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang.
Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum
merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon
setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan
kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain
itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya


membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti
mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin,
bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan
menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak
Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama
Eko Kalbu, yang berarti satu hati.

46 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang
beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San
adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan
sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan,
baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri
kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki
sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing
Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.

Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu
mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie
San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi
melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo,
Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.

Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil
mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup
bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa,
yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat
Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan
digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak
Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar


Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar
silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya
mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn
Meester di Pabrik Gula Plered.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh
Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan
pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga
diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa
UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada

47 | M o d u l S i l a t S m a d a b
awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di
kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono yang saat
ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan
Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama
panggilan Mas Wuk.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur,
Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM
maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan
Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.

Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni
mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia,
Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat
PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.

Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan


mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu
yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka
tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini
kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri,
sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini
menjadi mudah.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang
dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya
berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat
Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari
sebagai ilmu beladiri.

Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (Ketua Dewan Pendekar periode yang lalu)
menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari
AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama

48 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan
Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap
organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI
DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga
mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna
hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga
terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan
Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan
dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.

Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang


Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri
beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah
air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir
Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia
Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki
komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah
Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM
Soebandiman Dirdjoatmodjo.

E. ALIRAN SILAT PSHT/SETIA HATI

Sejarah PSHT saat periode perintisan , pembaharuan ,


pengembangan dan go internasional :

A. Periode Perintisan

Dalam kilas perjalanan sejarah, Persaudaraan Setia Hati


Terate (PSHT) merupakan sebuah organisasi
‘’Persaudaraan’’ yang bertujuan membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan
salah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal
abadi.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa
Pilangbango, Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota

49 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah siswa kinasih dari Ki Ageng Soerodiwirjo
(pendiri aliran pencak silat Setia Hati atai dikenal sebagai aliran SH). Ia juga tercatat
sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia.

Di awal perintisannya, perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi
nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula, SH PSC lebih memerankan
diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang
penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini beberapa kali sempat
berganti nama, yakni, dari SH PSC menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. Perubahan
makna akronim ‘’P’’ dari ‘’ Pencak’’ menjadi ‘’Pemuda’’ sengaja dilakukan agar
pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH
PSC. Pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Seti Hati Terate.
Kabarnya, nama ini merupakan inisiatif Soeratno Soerengpati, siswa Ki Hadjar —-
yang juga tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI).

B. Periode Pembaruan

Sementara itu, Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan Soekarno – Hatta


pada tanggal 7 Agustus 1945 membawa dampak perubahan bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Kebebasan bertindak dan menyuarakan hak serta menjalankan kewajiban
sebagai warga negara terbuka lebar dan dihargai sebagaimana mestinya. Atas restu
dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono
dan sejumlah siswa Ki Hajar, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama
Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati
Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di
rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati
Terate”.

Mengapa langkah pembaharuan itu ditempuh? Alasannya, pertama agar organisasi


tercinta kelak mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan
pergeseran nilai-nilai komunitas yang melingkupinya. Dengan mengubah organisasi
dari yang bersifat “paguron” menjadi organisasi yang bertumpu pada “sistem
persaudaraan”, berarti gaung pembaharuan telah dipekikkan dan proses perubahan
telah di gelar. Yakni perubahan daya gerak organisasi dari sistem tradisional ke sistem

50 | M o d u l S i l a t S m a d a b
organisasi modern. Dan organisasi modern inilah yang kelak diharapkan mampu
menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks.

Alasan kedua; agar organisasi yang dibidaninya itu nantinya tidak dikuasai dan
bergantung pada orang-perorang sehingga kelangsungan hidup organisasi dan
kelestariannya lebih terjamin.

Menyelaraskan perubahan era, dari era penjajahan ke era kemerdekaan, dalam


konggres pertama SH Terate yang digelar tahun 1948, tiga butir pembaharuan
dilontarkan.

1. Merubah sistem Organisasi dan Perguruan Pencak Silat (paguron) menjadi


“Organisasi Persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”
2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang
pertama.
3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua.

Makna kata persaudaraan dalam paradigma baru PSHT ini adalah persaudaraan yang
utuh. Yakni suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang
menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang
tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu. Persaudaraan yang tidak terkungkung
hegomoni keduniawian (drajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan
SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Soetomo Mengkoedjojo menyelesaikan masa bhaktinya sebagai Ketua PSHT pada


tahun 1974. Pada periode ini perkembangan PSHT mulai melebar keluar wilayah
Madiun. Tercatat, (5) cabang diluar Madiun berhasil didirikan. Antara lain di
Surabaya, Jogjakarta, dan Solo.

C. Periode Pengembangan

Gaung pembaharuan yang telah dipekikkan lewat konferensi (semacam musyawarah :


MUBES) SH Terate di Pilangbango, Madiun itu dengan arif diakui sebagai era baru
perjalanan roda organisasi. Era perubahan gerak organisasi dari tradisional ke
organisasi modern. Konsekuensi dari perubahan tersebut, salah satu diantaranya

51 | M o d u l S i l a t S m a d a b
adalah dengan mengentalkan komitmen pengembangan organisasi agar semakin maju,
berkembang dan berkualitas.

Kiprah Persaudaraan Setia Hati Terate dalam memvisualisasikan dirinya pada


komitmen itu bisa dilihat melalui salah satu upaya saat berusaha mengembangkan
sayapnya, merambah ke luar daerah. Dan masyarakat yang menjadi fokus
pengembangannya pun cukup heterogen, mulai dari masyarakat papan atas sampai
masyarakat di papan paling bawah. Tak heran, jika Persaudaraan Setia Hati Terate
lantas mendapat sambutan cukup hangat dari segenap lapisan masyarakat.
Kesepakatan menjadikan daya gerak organisasi bertumpu pada “sistem di P. Jawa,
tapi merambah ke luar jawa. Selama itu pula, cabang PSHT yang semula hanya 5
cabang bertambah menjadi 46 cabang.

Sepeninggal RM Imam Koesoepangat, tepatnya tanggal 16 November 1987, praktis


beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan PSHT beralih ke pundak Mas
Tarmadji. Ibaratnya dua tanggung jawab yang semula ditanggung berdua, kini harus
diemban sendiri. Meski begitu, ternyata Mas Tarmadji mampu. Terbukti berkat
solidnya sistem koordinasi antar jajaran pengurus dan kadang tercinta, PSHT berhasil
melesat ke kancah paradigma baru.

Selain memprioritaskan pengembangan sektor ideal, dia menggebrak lewat program


pembangunan sarana dan prasarana fisik organisasi. Ditengah kesibukan memimpin
banyak lembaga sosial kemasyarakatan —sebab, selain sebagai Ketua Umum PSHT
H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, juga tercatat sebagai ketua Hiswana Migas, Ketua
Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kota Madiun, Direktur Kelompok Bimbingan
Ibadah haji Al-Mabrur, dan masih banyak lagi organisasi yang dipimpin, Meski
begitu, terbukti Mas Tarmadji mampu memperkokoh eksistensi PSHT, tidak saja di
bidang pengembangan sarana dan prasarana phisik organisasi, tapi juga
pengembangan cabang.

Melengkapi keberadaan PSHT, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan
Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil
menelorkan kinarya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah
Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP

52 | M o d u l S i l a t S m a d a b
Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil
dibidang akomodasi perhotelan.

Sementara untuk mendukung kesejahteraan anggotanya Yayasan Setia Hati Terate


juga mendirikan lembaga perekonomian berupa Koperasi Terate Manunggal.
Disamping telah memiliki aset monumental berupa Padepokan PSHT yang berdiri di
atas tanah seluas 12.290 M2, di Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun, organisasi
ini juga terdukung sejumlah asset lain yang diharapkan mampu menyelaraskan diri
dengan era globalisasi.

Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 200
cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan beberapa
Komisariat Luar Negeri. Total jumlah anggota mencapai 1,5 juta lebih.

D. Go International

Ketika Mas Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi,
kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi
merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji
berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban
dunia.
Tercatat ada beberapa komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-
masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda,
Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong ,Komisariat Moskow , Mesir ,
Australia , dan lain-lain.

Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus juga amanat organisasi


sebagimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia
Hati Terate. Yakni : ……akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai
selubung hati nurani dimana “Sang Mutiara Hidup” bertahta

53 | M o d u l S i l a t S m a d a b
SOAL EVALUASI BAB I
PILIHAN GANDA
(Berilah tanda (x) pada obsi jawaban yang anda anggap paling benar)

1. Seni bela diri pencak silat adalah seni bela diri yang berakar dari budaya...
a. Melayu
b. Asia
c. Indonesia
d. Betawi
e. Nusantara

2. Induk organisasi pencak silat indonesia adalah...


a. IPNI
b. ISSI
c. IPSI
d. PSSI
e. PPSI

3. Seminar Pencak Silat yang diadakan oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu,
Bogor menghasilkan keputusan...
a. Mengukuhkan pengurus IPSI tahun 1973 sebagai pengurus pertama nasional
cabang olahraga silat.
b. Mengesahkan AD/ART IPSI yang pertama sebagai landasan organisasi silat
nasional
c. Membuat aturan pertandingan silat nasional yang akan di pakai pada
pertandingan di seluruh nusantara
d. Mengukuhkan nama “Pencak Silat” yang menjadi istilah bagi seni pembelaan
diri bangsa Indonesia yang merupakan kata majemuk
e. Mengukuhkan dewan wasit yang akan bertugas di kejuaraan dunia pertama
sebagai perwakilan indonesia.

4. Gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,
latihan dan pertunjukan merupakan pengertian dari...
a. Silat

54 | M o d u l S i l a t S m a d a b
b. Jurus
c. Seni ganda
d. Pencak
e. Pencak silat

5. Gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni,
guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia
dari bela diri atau bencana, merupakan pengertian dari ...
a. pencak silat
b. silat
c. jurus
d. pencak
e. jurus

6. Asal muasal pencak silat menyebar ke nusantara pada abad ke 7 di mulai dari ...
a. Jawa
b. Sumatra
c. Sulawesi
d. Jawaban A dan C Benar
e. Tidak ada jawaban yang Benar

7. Mengapa sejarah tertulis silat pada awalnya sangat sulit di temukan?


a. Karena pencak silat di sebarkan dari mulut ke mulut
b. Karena pada awalnya pencak silat adalah seni bela diri yang sangat
dirahasiakan untuk masyarakat luas.
c. Karena pencak silat diajarkan dari murid ke murid
d. Jawaban A dan C Benar
e. Tidak ada jawaban yang benar

8. Organisasi pencak silat untuk negara Brunei disebut....


a. PERSIB
b. PERSBD
c. FPSBD
d. PESAKA

55 | M o d u l S i l a t S m a d a b
e. PERSIS

9. Organisasi pencak silat untuk benua Eropa disebut...


a. European persilat Federation
b. European Pencak Silat Federation
c. European Pencak silat Assosiation
d. Intenational Pencak Silat Federation of Europe
e. Pencak Silat of Europe

10. Induk organisasi pencak silat internasional adalah...


a. Internastional Pencak Silat Assosiation (IPSA)
b. Persaudaraan Pencak Silat Antar Bangsa ( PERSILAT)
c. Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (PERSILAT)
d. Perkumpulan pencak Silat Antar Bangsa (PERSILAT)
e. International Pencak Silat of the Word (IPSW)

ESSAI !
Jawablah pertanyaan dibawah dengan lengkap, jelas dan tepat!

1. Jelaskan sejarah pencak silat dalam penyebarannya ke seluruh nusantara!


2. Jelaskan perkembangan pencak silat mulai dari zaman penjajahan belanda,
pendudukan jepang, dan setelah kemerdekaan!
3. Jelaskan unsur-unsur Pencak Silat!
4. Jelaskan aspek-aspek Pencak Silat!
5. Jelaskan tujuan memperlajari Pencak Silat!
6. Jelaskan Secara Singkat Sejarah Aliran Silat Tapak Suci!

56 | M o d u l S i l a t S m a d a b

Anda mungkin juga menyukai