Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan masyarakat islam diawali oleh turunnya Al-Qur’an pada tahun 601
M. Diturunkannya kitab Al-Qur’an, sekaligus sebagai pertanda pengangkatan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah. Al-Qur’an dan Rasul memiliki kedudukan
dan fungsi sentral dalam struktur kepribadian, sikap dan kehidupan social pemuluk islam.
Keduanya adalah referensi utama sikap, pandangan dan tindakan social kaum muslimin.
Setelah wafatnya Rasul dan berakhirnya kekholifahan (Kholifaurosidin) munculah
beberapa madzhab yakni madzhab Safi’I, madzhab Hanafi, madzhab Hambali, madzhab
Maliki. Pada dasarnya madzhab-madzhab tersebut bukanlah satu pemicu munculnya
banyak aliran , golongan maupun organisasi islam, namun elemen-elemen dasar umat
islam yang mengangap hal tersebut adalah pemicunya.
Disini kami akan membuka salah satu organisasi dari sekian banyaknya yanga ada
di muka bumi ini, bagai mana sejarah, profil serta etika dakwah dari organisasi Nahdlatul
Ulama. Dan bagai mana sejarah, profil Pondok Tebuireng
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Nahdlatul Ulama?
2. Bagaimana Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama?
3. Apa saja ajaran pokok / Etika dakwa yang ada di Nahdlatul Ulama?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Nahdlatul Ulama
2. UntukMengetahui Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama.
3. Untuk Mengetahui ajaran pokok / Etika dakwa yang ada di Nahdlatul Ulama.
2

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng

Jombang

Pondok Tebuireng berada di tepi jalan raya Jombang-Malang dan

Jombang-Kediri. Tebuireng juga merupakan wilayah administratif Desa Cukir,

Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pondok Tebuireng dulunya adalah nama

pedukuhan yang kemudian dijadikan nama pesantren yang didirikan oleh Kyai

Hasyim Asy’ari. Misi Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini adalah Pertama,

menjadikan Pondok Pesantren yang terkemuka penghasil insan pemimpin yang

berakhlak. Kedua, mencetak santri yang mampu memadukan ranah keagamaan

dan ranah sosial secara integral. Kemudian Visi Pondok Pesantren Tebuireng

Jombang adalah Pertama, memberi pengembangan dan inovasi bagi para santri

dalam kurikulum pendidikan Islam maupun umum guna memenuhi tantangan

zaman tanpa menghilangkan ciri khas dan nilai-nilai luhur pesantren. Kedua,

melahirkan figur Ulama sekaliber Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari yang

multi-talenta dan multi-dimensi. Ketiga, melestarikan cita-cita, keinginan, tujuan,

prinsip, metode dan pendidikan melalui perjuangan kemasyarakatan.55

Dalam perjalanan sejarahnya pondok pesantren telah mengalami 7 kali

periode kepimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemipinan pondok pesantren

tebuireng sebagai berikut: Periode I: KH. Muhammad Hasyim Asy’ari: 1899-1947

(48 tahun), Perode II: KH. Abdul Wahid Hasyim: 1947-1950 (3 tahun), Periode

55
M. Ali Haidar, Profil Pesantren Tebuireng, ( Jombang: Pustaka Tebuireng, 2011), 3
47

III: KH. Abdul Karim Hasyim: 1950-1951 (1 tahun), Periode IV: KH. Achmad

Baidhawi: 1951-1952 (1 tahun), Periode V: KH. Abdul Kholik Hasyim: 1953-

1965 (12 tahun), Periode VI: KH. Muhammad Yusuf Hasyim: 1965-2006 (41

tahun) dan Periode VII: KH. Salahuddin Wahid: 2005 –sekarang.

Pada penghujung abad ke-19, di sekitar Tebuireng bermunculan pabrik-

pabrik milik orang asing (terutama pabrik gula). Menurut penuturan (alm.) KH.

Ishomuddin Hadzik (Gus Ishom), nama Tebuireng berasal dari kata “kebo ireng”

(kerbau hitam). Konon, ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berbulu

kuning. Suatu hari, kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari, kerbau itu

ditemukan terperosok di rawa-rawa. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga

kulit kerbau semula berwarna kuning berubah menjadi hitam. Peristiwa ini

menyebabkan pemilik kerbau berteriak “kebo ireng....! kebo nireng...!” sejak saat

itu, dusun tempat yang ditemukannya kerbau tersebut dikenal dengan nama Kebo

Ireng.56

Pada perkembangan selanjutnya, ketika penduduk dusun mulai ramai,

nama Kebo Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui kapan perubahan

itu terjadi. Apakah hal itu ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan

dusun, mendorong masyarakat menananm tebu? Ada kemungkinan, tebu yang

ditanam berwarna hitam sehingga dusun tersebut dinamakan Tebu Ireng (tebu

yang berwarna hitam). Nama Tebu dan Ireng kemudian digabung menjadi

Tebuireng, tanpa pemisah spasi. Dalam terminologi Ilmu Nahwu, penggabungan

56
Ibid, 4
48

dua nama menjadi satu seperti itu, disebut Murokkab Majzi.57 Versi lain

menuturkan, nama Tebuireng merupakan pemberian dari seorang punggawa

kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sana.

Seiring dengan berjalannya waktu di sekitar Tebuireng bermunculan

pabrik-pabrik milik orang asing (terutama pabrik gula). Bila di lihat dari aspek

Ekonomi, keberadaan pabrik-pabrik tersebut memang menguntungkan karena

akan banyak membuka banyak lapangan kerja. Akan tetapi secara psikologi justru

merugikan, karena masyarakat belum siap menghadapi industrialisasi. Masyarakat

belum terbiasa dengan menerima upah sebagai buruh pabrik. Upah yang mereka

terima biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif-hedonis. Budaya

judi dan minum-minuman keras pun menjadi tradisi.

Ketergantungan rakyat terhadap pabrik kemudian berlanjut pada penjualan

tanah-tanah rakyat yang memungkinkan hilangnya hak milik atas tanah.

Diperparah lagi oleh gaya hidup masyarakat yang sangat jauh dari nilai-nilai

Agama. Kondisi ini menyebabkan keprihatinan mendalampada diri Kyai Hasyim.

Beliau kemudian membeli sebidang tanah milik seorang dalang terkenal di dusun

Tebuireng. Lalu pada tanggal 26 Rabiul Awal 1317 H (bertepatan dengan tanggal

3 Agustus 1899 M.), Kyai Hasyim mendirikan sebuah bangunan yang kecil yang

terbuat dari anyaman bambu (Jawa: Tratak), berukuran 6x8 meter.58 Bangunan

sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat

tinggal Kyai Hasyim bersama istrinya, Nyai Khodijah, dan bagian depan dijadikan

57
M. Ali Haidar, Profil Pesantren Tebuireng, ( Jombang: Pustaka Tebuireng, 2011), 6-7.
58
Tanggal pendirian Tratak ini dicatat sebagai awal berdirinya Pesantren Tebuireng.
49

tempat Sholat (Musholla). Saat itu santrinya berjumlah 8 orang,59 dan tiga bulan

kemudian menjadi 28 orang.

Kehadiran Kyai Hasyim di Tebuireng tidak langsung diterima dengan baik

oleh masyarakat. Intimidasi dan Fitnah datang bertubi-tubi. Tidak hanya Kyai

Hasyim yang diganggu, para santripun juga sering diteror. Teror itu dilakukan

oleh kelompok-kelompok yang tidak menyukai kehadiran pesantren di Tebuireng.

Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berupa pelemparan batu, kayu atau

penusukan senjata tajam ke dinding tratak. Para santri seringkali harus tidur

bergerombol ditengah-tengah ruangan, karena takut tertusuk benda tajam.

Gangguan juga dilakukan di luar pondok, dengan mengancam para santri untuk

meninggalkan pengaruh Kyai Hasyim. Gangguan-gangguan tersebut berlangsung

selama dua setengah tahun, sehingga para santri disiagakan untuk berjaga secara

bergiliran.60

Ketika gangguan semakin membahayakan dan menghalangi sejumlah

aktifitas santri, Kyai Hasyim lalu mengutus seorang santri untuk pergi ke Cirebon,

Jawa Barat, guna menemui Kyai Saleh Benda, Kyai Abdullah Panguragan, Kyai

Sansuri Wanantara, dan Kyai Abdul Jamil Buntet. Keempatnya merupakan

sahabat karip Kyai Hasyim. Mereka sengaja didatangkan ke Tebuireng untuk

melatih pencak silat dan kanuragan selama kurang lebih 8 bulan.dengan bekal

kanuragan dan ilmu pencak silat ini, para santri tidak khawatir lagi terhadap

gangguan dari luar. Bahkan Kyai Hasyim sering mengadakan ronda malam

sendirian. Kawanan penjahat sering beadu fisik dengan Kyai Hasyim namun dapat
59
Konon, kedelapan orang santri itu dibawa oleh Kyai Hasyim dari pesantren Keras (asuhan Kyai
Asy’ari).
60
M. Ali Haidar, Profil Pesantren Tebuireng, 6.
50

diatasi dengan mudah. Bahkan banyak diantara mereka yang kemudian meminta

diajari ilmu pencak silat dan bersedia menjadi pengikut Kyai Hasyim. Sejak saat

itulah Kyai Hasyim mulai diakui sebagai Bapak, Guru, sekaligus Pemimpin

masyarakat.61 Selain dikenal memiliki ilmu pencak silat, Kyai Hasyim juga

dikenal ahli di bidang pertanian, pertahanan, dan produktif dalam menulis. Karena

itulah, Kyai Hasyim menjadi figur bagi masyarakat sekitar yang rata-rata

berprofesi sebagai petani.

B. Letak Geografis dan Luas Wilayah Pondok Pesantren Tebuireng

Jombang

Tebuireng adalah nama dari sebuah padukuhan yang termasuk wilayah

administratif Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, berada pada

kilometer 8 dari kota Jombang ke arah selatan. Nama padukuhan seluas 25,311

hektar ini, kemudian dijadikan nama pesantren yang didirikan oleh KH. M.

Hasyim Asy’ari. Secara geografis, letak pesantren Tebuireng cukup strategis,

karena berada di tepi jalan raya Jombang-Malang dan Jombang-Kediri. Lalu lintas

yang melewati pesantren Tebuireng terbagi dalam tiga jalur, pertama jalur utara-

barat daya yang merupakan lintasan dari kota Jombang menuju Kediri-

Tulungagung-Trenggalek melewati Pare. Kedua adalah jalur utara-tenggara yang

merupakan lintasan dari kota Jombang menuju Malang melalui kota Batu. Ketiga

adalah melalui barat-timur yang merupakan lintasan dari Desa Cukir menuju

Kecamatan Mojowarno. Mencari kendaraan umum tidak terlalu sulit di desa ini,

karena hampir setiap 2-3 menit sekali, ada mikrolet yang lewat. Pada jalur yang

61
Ibid.
51

pertama dan kedua tidak hanya dilalui mikrolet (sebagaimana jalur yang

ketiga), melainkan juga dilewati bus dan truk angkutan barang dari

Surabaya-Kediri- Tulungagung-Trenggalek lewat Jombang dari Pare.62

Kondisi seperti ini sudah tampak sejak awal tahun 1990-an. Pada awal

tahun 1900-an, penduduk Tebuireng rata-rata berprofesi sebagai petani dan

pedagang.63 Namun keadaan sekarang berbeda. Mayoritas penduduk desa

Tebuireng kini bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintah dan swasta,

sebagian lagi berprofesi sebagai guru, jarang sekali yang berprofesi

sebagai petani.

Maraknya suasana Tebuireng dan sekitarnya karena adanya

keberadaan pesantren-pesantren yang tersebar disetiap sudut desa. Suasana

kehidupan pesantren sangat terasa di kawasan ini. Pesantren juga memiliki

peran besar sejak berdirinya pondok Tebuireng hingga saat ini. Dimulai

dari perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI,

perjuangan menyebarkan ajaran Islam dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, pengembangan Ekonomi masyarakat dan penguatan civil

society.64 Banyaknya kader-kader terbaik bangsa yang lahir dari pesantren,

juga merupakan bukti bahwa pesantren Tebuireng tidak pernah lelah

berjuang. Peran penting itu semakin dikukuhkan dengan keikutsertaan para

pengasuh dan alumninya dalam percaturan politik nasional.


52

62
Imron Arifin, Menurut hasil seorang peneliti Pondok Pesantren Tebuireng, 1993.
63
M. Ali Haidar, Profil Pesantren Tebuireng , 29.
64
Ibid, 30.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Apaitu Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama. Sebuah
organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H/ 31
Januari 1926 M di Surabaya.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama dan
pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, emngembangkan
dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah dan
menganut salah satu dari madzab empat masing-masing adalah :
1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Muhammad idris As-Syafi’i dan
4. Imam Ahmad bin Hanbal
Nahdlatul Ulama (NU) adalah merupakan gerakan keagamaan yang
bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat
yang bertaqwa kepada Allah swt, cerdas, terampil, berakhlaq mulia, tenteram, adil
dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkhaian
ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang membentk
kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
B. SEJARAH TERBNTUKNYA NAHDLATUL ULAMA
53

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari, bagian belakangnya juga sering


dieja Asy’ari atau Ashari, lahir 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) dan wafat
pada 25 Juli 1947 dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, adalah pendiri Nahdlatul
Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.
KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya
bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan
Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan
kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11
bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai
Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan
ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah
selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam
secara kokoh kepada Hasyim.KH Hasyim Asyari juga termasuk pahlawan
kemerdekaan indonesia. Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai
Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan
laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan
Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta
petunjuk kepada Kyai Hasyim.Merunut kepada silsilah beliau, melalui Sunan Giri
(Raden Ainul Yaqin) KH Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai
dengan Rasulullah.
Pendidikan KH.Hasyim Asyari
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang
sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai
pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-
santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan
kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke
pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo.
Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi
Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang
dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah
asuhan KH Cholil Bangkalan.
54

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya,


Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15
tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di
Sidoarjo.
Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di
pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar
menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama
yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun–
Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri
kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan
saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun,
dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah
menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah
haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya
meninggal.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di
Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim
Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid
Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi.
Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya,
Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang.
Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan
pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu,
biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-
sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil
pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi
keluarga dan pesantrennya.
Sejarah Nahdlatul Ulama dan Kebangsaan serta Komite Hijaz
55

Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh


Mahfudz At-Tarmasi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syaikh
ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga
menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau. Kepada dua guru
besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi,
antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru.
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk
organisasi pergerakan ,seperti Nahdhatul Wathan (Kebangkitan tanah Air) pada
tahun 1916.Kemudian tahun 1818 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga
dengan Nahdhatul Fikri (kebngkitan pemikiran).Sementara itu,
keterbelakangan ,baik secara mental ,maupun ekonimi yang dialami bangsa
Indonesia,akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi ,menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini,melalui
jalan pendidikan dan organisasi.gerakan yang muncul pada tahun 1908 tersebut
dikenal dengan kebangkitan Nasional.Semangat kebangitan memang terus
menyebar ,rakyat pribumi sadar terhadap pederitaan dan ketertinggalannya dengan
bangsa lain,sebagai jawabannya,muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.
Ketika Raja ibnu saudhendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab
wahabi di makkah,serta hendak menghancurkan semua oeninggalan sejarah islam
maupun pra-islam ,yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap
bid’ah.Gagasan kaum wahabi trsebut mendabat sambutan hangat dari kaum
modernis islam di indonesia,baik kalangan Muhammadyah dibawah pimpinan
Ahmad Dahlan ,maupun PSII dibawah pimpinan H.O.S. Tjikroaminoto.sebaliknya
alangan pesantren yang selama ini membela keberagaman,menolak pembatasan
bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.Sikapnya yang
berbeda,kalanan pesanteren dikeluarkan dari anggota konggres Al islam di
Yogyakarta 1925, akibat kalaangan pesantren juga tidak dilibatkaan sebagai
delegasi dalam Muktamar ‘Alam Islami (Kongres Islm internasional) dimekah
yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih
untuk menciptakan kebeasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian
56

warsan peradaban , maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri


yang dinamakan sdengan Komite Hejaz,yang diketuai oleh KH.Wahab Hasbullah.
Setelah itu raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya.Hasilnya hingga saat ini
di Makah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing –
masing.Seteah berkoordinasi bersama kiai, akhirnya muncul kesepakatan
membentuk sebuah oragnisasi yang bernama Nahdhotul Ulama pada 16 rajab
1344 (31 Januari 1926),dan KH Hasyim Asyari sebagai Rais akbar.Untuk
menegaskan prinsip dasar organisasi ini maka KH.Hasyim Asyari merumuskan
kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) , kemudian juga merumuskan kitab I’itiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudia diejawantahkan dalah
Khittah NU,yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial,keagamaan dan politik.Setelah jamiah NU didirikan
maka Comite Hejaz dibubarkan dan seluruh tugas tugas Comite hejaz yang belum
dilaksanakan dilimpahkan kepada jamiah Nahdhatul Ulama.Setelah para ulama
sepakat atas berdirinya Nahdhatul ulama,Kiai hasyim meminta kiai Ridwan
Nasyir untuk membuat lambangnya.melalui proses istikharah,Kiai RidwanNasyir
mendapat isyarat gambar bumi dan bintang sembilan.Setelah dibuat
lambangnya,Kiai ridwan menghadap Kiai Hasyim serya menyrahkan hasil
gambaran yang dibuatnya. “Gambar ini sudah bagus.Namun saya minta kamu
sowan ke Kiai Nawawi di Sidogiri untuk meminta petunjuk lebih lanjut,” pesan
Kiai hasyim
Dengan membawa sketsa gambar lambang NU ,kiai ridwan menemuai kiai
nawani di sidogiri .” saya oleh Kiai Hasyim diminta membuat gambang lambang
NU.setelah saya buat gambarnya,Kiai hasyim meminta saya untuk sowan keKiai
supaya mendapat petunjuk lebih lanjut, “papar Kiai Ridwan.Setelah memandang
gambar lambang NU; “saya setuju dengan gambar bumi dan bintang
sembilan,namun masih perlu tambah tali yang mengikat gambar bumi ikatannya
dibuat longgar .” selagi tali yang mengikat bumi itu masih kuat,sampai kiamat pun
NU tidak akan sirna,” papar Kiai Nawawi.
Kyai Hasyim yang saat itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil
menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini. Pada saat pendirian
57

organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia


(MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya Kyai Wahid Hasyim, diangkat sebagai
pimpinannya (periode tahun 1937-1942).
C. ajaran pokok / Etika dakwa yang ada di Nahdlatul Ulama.
Nahdhatul Ulama menganut paham Ahlussunnah waljamaah,sebuah pola pikir
yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli(easional) dengan kaum ekstrim
naqli (spiritualis).
Karena itu sumber hukum dan pemikiran NU adalah
1. Al Quran
2. Sunnah
3. Ijma’
4. Qiyas
Cara berfikir semacam itu dirunjuk dari pemikiran dalam bidang Aqidah
menurut :
1. Al imam Abu Hasan Al-Asyari
2. Al Imam Abu mansyur Al-Maturudi
Kemudian dalam bidang fiqih NU mengakui dan mengikuti salah satu dari empat
madzhab,yaitu :
1. Imam Abu Hanifah
2. Imam Maliki
3. Imam syafi’i
4. Imam Ahmad bin Hambal
Adapun alasan kenapa NU dalam bidang hukum islam lebih berpedoman kepada
salah satu dari empat mazhab :
Pertama ,al Qur’an sebagai dasar hukum Isalam yang pokok atau utama yang
bersifat Universal, sehingga hanya Nabi SAW yang tahu secara mendetail maksud
dan tjuan apa yang terkandung dalam al Quran. Nabi saw sendiri menunjukan dan
menjelaskan makna dan maksud dari al Quran tersebut melalui sunnah-sunnah
beliau, yatu berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir.
Kedua, Sunnah Nabi saw. Yang berupa perkataan , perbuatan dan taqrir yang
hanya diketahui oleh para sahabat yang hidup bersama (semasa) dengan beliau,
58

oleh karena itu perlu untuk memeriksa, menyelidiki, dan selanjutnya berpedoman
pada keterangan-keterangan para sahabat tersebut. Namun sebagian ulama tidak
memperbolehkan untuk emngikuti para sahabat dengan begitu saja. Maka dari itu
untuk mendapatkan kepastian dan kemantaban, amaka jalan yang ditempuh adalah
merujuk pada ulama mujtahidin yang tidak lain adalah imam mazhab yang empat,
artinya bahwa dalam mengambil dan mengunakan produk fiqh( Hukum islam)
dari ulama mujtahidin harus dikaji, diteliti dan dipertimbangkan terlebih dahulu
sebelum dijadikan pedoman dan landasan bagi Nahdlatul Ulama.
Oleh karena itu, untuk meneliti dan mengkaji suatu produk fiqh dalam NU ada
suatu forum pengkajian produk-produk hukum fiqh yang bisa disebut “Bahsul
Masail ad-Diniyah ( pembahasan masalah-masalah keagamaan)”. Jadi dalam
forum ini berbagai masalah keagamaan akan digodok dan diutuskan hukumnya,
yang selanjutnya keputusan tersebut akan menjadi pegangan bagi Nahdlatul
Ulama.
Sementara dalam idang tasawuf,mengembangkan etode yang mengintegrasikan
antara tasawuf dengan syariat menurut :
1. Imam al-Ghazali Al-baghdadi
2. Imam Junaidi Al-baghdadi
Untuk Kepentingan ini, yaitu membentuk sikap mental dan kesadaran batin yang
benar dalam beribadah bagi warga NU, maka pada tahun 1957 para tokoh NU
membentuk suatu badan “Jamiyah at-Tariqah al-Mutabarah” badan ini merupakan
wadah bagi warga NU dalam mengikuti ajaran tasawuf tersebut. Dalam
perekembangannya pada tahun 1979 saat muktamar NU di Semarang badan
tersebut diganti namanya “Jamiyah at-Tariqah al-Mu’tabrah an-Nahdliyah”
Dengan emlihat nama badan tersebut dimana didalam ada kata nahdliyin ini
emnunjukan identitasnya sebagai badan yang erada dalam lingkungan Nahdlatul
Ulama.
Selanjutnya, sejalan dengan derap langkah pembangunan yang sedang dilakukan,
maka NU sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa harus
mempunyai sikap dan pendirian dalam dan turut berpartisipasi dalam
pembangunan tersebut. Sikap dan pendirian NU ini selanjutnya menjadi pedoman
59

dan acuan warga NU dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara.


Sikap NU dalam bidang masyarakat diilhami dan didasari o;eh sikap dan faham
keagamaan yang dianut. Sikap kemasyarakat NU bercirikan pada sifat :
1. Sikap Tawasut dan I’tidal
Tawasut artinya tengah, sedangkan i’tidal artnya tegak. Maksudnya adalah sikap
tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan
berperilaku bersama. Dengan sikap dasar ini, maka NU akan selalu menjadi
kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersikap
membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatarruf
(ekstrim).
2. Sikap Tasamuh
Maksudnya adalah NU bersikap toleran teradap peredaan pandangan, baik dalam
masalah keagamaan terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau yang menjadi
masalah khilafiah maupaun dalam masalah yang berhubungan dengan
kemsyarakatan dan kebudayaan.
3. Sikap Tawazun.
Yaitu sikap seimbang dalam berkhidmad. Menyesuaikan berkhidmad kepada
Allah swt, khidmad sesama manusia serta kepada lingkungan sekitar.
Menserasikan kepentingan masa lalu, masa kini, da masa yang akan datang.
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Segenap warga NU diharapkan mempunyai kepekaan untuk mendorong berbuat
baik dan bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, serta mencegah semua hal
yang dapat menjerumuskan dan menrendahkan nilai-nilai kehidupan manusia.
Struktur Kepengurusan Nahdlatul Ulama
A. StrukturOrganisasi NU
1) PBNU (Pengurus Besan Nahdlatul Ulama) Pusat ,berkantor di Ibukota Negara.
2) PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) ,tingakat Provinsi.
3) PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama). Tingkat Kabupaten/Kota.
4) PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) untuk luar negeri
berkantor diibukota negara yang sudah dibentuk kepengurusan NU.
5) MWCNU (Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama) tingkat Kecamatan.
60

6) PRNU ( Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama) tingkat Desa.


7) PARNU (Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama) tingkat dukuhan/lingkungan.
B. Struktur Lembaga Kepengurusan NU
1) . Mustasyar (Penasehat)
2) Syuriah (Pimpinan Tertinggi) terdiri dari :
 Beberapa wakil Rais
 Katib
 Bererapa wakil katib
 A’wam
 Rais
3). Tanfidziyah (Pelaksana Harian ) terdiri dari :
 Beberapa Ketua
 Sekretaris
 Beberapa wakil Sekretaris
 Bendahara
 Beberapa wakil Bedahara
 Ketua
C. Struktur Organisasi Lahjah, Banom dan Lembaga
 PP (Pimpinan Pusat)
 PW (Pengurus Wilayah)
 PC (Pimpinan Cabang)
 PAC (Pimpinan Anak Cabang)
 Ranting untuk desa
 Komisariat untuk kepengurusan disuatu tempat terntu.
D. Perangkat Organisasi
1. Banom
a) Jamiyyah Ahli Tariqah Al Mu’tabarrah An-Nahdliyah ( JATMN)
b) Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh (JQH)
c) Muslimat
d) Fatayat
61

e) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)


f) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
g) Ikatan Pealajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
h) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
i) Sarikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi)
j) Pagar Nusa
k) PMII
2. Lajnah
a) Lajnah Falakiyah
b) Lajnah Ta’alif Nasyr (LTN)
3. Lembaga
a) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
b) Lembaga Pendidikan Ma’arif NU
c) Lembaga Perekonomian NU (LPNU)
d) Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LP2NU)
e) Lembaga kemaslahatan Keluarga (LKKNU)
f) Lembaga Pengkajian SDM (Lakpesdam)
g) Lembaga penyuluhan dan pemberian bantuan hukum (LPBHNU)
h) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi)
i) LAZISNU
j) Lembaga Waqaf dan Pertanahan (LWPNU)
k) Lembaga Bahtsul Masail
l) Lembaga Ta’miri Masjid Indonesia
m) Lembaga pelasana Kesehatan
Susunan Kepengurusan PBNU Periode 2015-2016 :
 Mustasyar :
KH. Maemun Zubair
KH. Ahmad Musthofa Bisri
Habib Lutfi bin Yahya
Habin Zein bin Smith
 Syuriah:
62

Rais Aam : Dr .KH. Ma’aruf Amin


Wakil Rais Aam : KH. Miftahul Ahyar
Katib Aam : KH. Yahya Cholil Staquf
 Tanfidziyah:
Ketua Umum : Prof Dr. KH. Said Aqil Siraj
Wakil : Drs. H. Slamet Effendy Yusuf

 Ketua:
Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum Machfoed, M.Sc
Dr. H. Marsudi Syuhud
 Sekretaris Jendral : Dr. H. Helmi Faizal Zaini
 Wakil Sekretaris Jendral : H. Andi Najmi Fuadi
 Bendahara Umum : Dr. Ing H.Bina Suhendra
 Bendahara : H. Abidin

Berikut susunan lengkap pengurus PBNU masa khidmah 2022-2027 berdasarkan


SK PBNU bernomor 01/A.II.04/01/2022 yang terdiri dari mustasyar (dewan
penasihat), pengurus harian syuriyah, a’wan (dewan pakar), dan pengurus harian
tanfidziyah:

SUSUNAN PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA


MASA KHIDMAH 2022 - 2027

MUSTASYAR

KH. A. Mustofa Bisri


AGH. Dr. Baharuddin HS, MA
Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin
KH. Jirjis Ali Maksum
KH. Nurul Huda Djazuli
63

KH. Bunyamin Muhammad


KH. Anwar Manshur
H. Hasanoel Basri HG
KH. Dimyati Rois
KH. As'ad Said Ali
Habib Luthfi Bin Yahya
Prof. Dr. KH. Machasin, MA
TGH. LM. Turmudzi Badaruddin
Prof. Dr. KH. Artani Hasbi
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA
AGH. Habib Abdurrahim Assegaf
Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz
KH. Muhammad Nuh Ad-Dawami
Nyai Hj. Shinta Nuriyah A. Wahid
KH. Abdullah Ubab Maimoen
Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid
KH. Zaky Mubarok
KH. Taufiqurrahman Subkhi
KH. Mustafa Bakri Nasution
KH. Fuad Nurhasan
KH. Abdul Kadir Makarim
KH. Muhtadi Dimyathi
Dr. Muhammad A.S. Hikam, MA, APU
KH. Ulin Nuha Arwani
Drs. KH. Ahmad Chozin Chumaidi
Habib Zein bin Umar bin Smith
KH. Muhammad Hatim Salman, Lc
KH. Muhammad Romli
H. Herman Deru, SH, MM

SYURIYAH
64

Rais 'Aam : KH. Miftachul Akhyar


Wakil Rais Aam : KH. Anwar Iskandar
Wakil Rais Aam : KH. Afifuddin Muhajir
Rais : KH. Muhammad Mushtofa Aqiel Siroj
Rais : KH. Abun Bunyamin Ruhiyat
Rais : KH. Ali Akbar Marbun
Rais : Prof. Dr. KH. Zainal Abidin
Rais : KH. Idris Hamid
Rais : KH. Adib Rofiuddin Izza
Rais : KH. Abdullah Kafabihi Mahrus
Rais : KH. Ubaidillah Faqih
Rais : KH. Masdar Farid Mas'udi
Rais : KH. Aniq Muhammadun
Rais : KH. Azizi Hasbullah
Rais : Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA
Rais : KH. Mudatsir Badruddin
Rais : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA
Rais : KH. A. Mu'adz Thohir
Rais : Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen, MA
Rais : KH. Bahauddin Nursalim
Rais : KH. Subhan Makmun
Rais : KH. Hambali Ilyas
Rais : KH. Imam Buchori Cholil
Rais : Prof. Dr. KH. Abd. A'la Basyir
Rais : KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc, MA, Ph.D
Rais : KH. Ahmad Haris Shodaqoh
Rais : KH. Moch. Chozien Adenan
Rais : KH. Abdul Wahid Zamas
Rais : KH. Abdul Wahab Abdul Gafur, Lc
65

Katib 'Aam : KH. Ahmad Said Asrori


Katib : KH. Nurul Yaqin Ishaq
Katib : Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi, Lc, MA
Katib : KH. Sholahudin Al-Aiyub, M.Si
Katib : Dr. KH. Hilmy Muhammad, MA
Katib : KH. Abu Yazid Al-Busthami
Katib : KH. Faiz Syukron Makmun, Lc, MA
Katib : KH. Athoillah Sholahuddin Anwar
Katib : KH. Muhammad Abdurrahman Al Kautsar
Katib : Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, MA
Katib : KH. Reza Ahmad Zahid
Katib : Habib Luthfi bin Ahmad Al-Attas
Katib : Dr. KH. Abdul Ghofar Rozin
Katib : KH. Maksum Faqih
Katib : Dr. KH. Nur Taufik Sanusi, MA
Katib : KH. M. Syarbani Haira
Katib : KH. Muhammad Aunullah A'la Habib, Lc
Katib : KH. Ahmad Muzani Al-Fadani
Katib : KH. Sarmidi Husna
Katib : H. Ikhsan Abdullah, SH, MH
Katib : KH. Muhyidin Thohir, M.Pd.I
Katib : KH. Ahmad Tajul Mafakhir
Katib : Dr. HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MA

A’WAN

Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf


H. Ahmad Sudrajat, Lc. MA
Habib Ahmad Al Habsyi
KHR. Chaidar Muhaimin
Dr. KH. Zaidi Abdad
66

KH. Najib Hasan


Dr. H. Endin AJ Soefihara, MMA
Dr. Ali Masykur Musa, M.Si, M.Hum
Dr. H. Imam Anshori Saleh, SH, MA
Dr. H. Anis Naki
Hj. Nafisah Ali Maksum
Dr. H. Agus Rofiudin
Hj. Badriyah Fayumi
KH. Matin Syarqowi
Hj. Ida Fatimah Zainal
H. Hamid Usman, SE
Hj. Dr. Faizah Ali Sibromalisi
KH. Muhammad Fadlan Asyari
Prof. Dr. Muhammad Nasir
Prof. Dr. Asasri Warni
Dr. H. Mochsen Alydrus
Dr. H. Muhajirin Yanis
KH. Masyhuri Malik
Masryah Amva
KH. Mahfud Asirun
H. Misbahul Ulum, SE
KH. Yazid Romli, Lc, MA
Prof. Dr. Ali Nurdin
KH. Ahmad Ma'shum Abror, M.Pd.I
Dr. Rahmat Hidayat
Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, M.Sc
Dr. Chaider S. Banualim, MA
Dr. H. Juri Ardiantoro, M.Si
KH. Abdul Muhaimin
Ir. H. Irsan Noor
H. Zainal Abidin Amir, MA
67

KH. Taj Yasin Maimun

TANFIDZIYAH

Ketua Umum : KH. Yahya Cholil Staquf


Wakil Ketua Umum : KH. Zulfa Mustofa
Wakil Ketua Umum : KH. Sayyid Muhammad Hilal Al Aidid
Wakil Ketua Umum : Prot. Dr. H. Nizar Ali, M.Ag
Wakil Ketua Umum : H. Nusron Wahid, SE
Ketua : Prof. Dr. KH. Moh. Mukri, M.Ag
Ketua : KH. Hasib Wahab Chasbullah
Ketua : Ny. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, MA
Ketua : H. Amin Said Husni, MA
Ketua : H. Aizuddin Abdurrahman, SH
Ketua : KH. Abdul Hakim Mahfudz
Ketua : H. Umarsyah, S.IP
Ketua : H. Ishfah Abidal Aziz, SHI, MH
Ketua : Dr. H. Miftah Faqih
Ketua : Ny. H. Alissa Qotrunnada Wahid, S.Psi
Ketua : Drs. H. Amiruddin Nahrawi, M.Pd.I
Ketua : Drs. H. Ulyas Taha, M.Pd
Ketua : H. Sarbin Sehe, S.Ag, M.Pd.l.
Ketua : Prof. Dr. H. Agus Zainal Arifin
Ketua : Drs. H. Abdullah Latopada, MA
Ketua : Dr. KH. Ahmad Fahrurrozi
Ketua : Drs. H. Muhammad Tambrin M.M.Pd
Ketua : Mohamad Syafi Alielha
Ketua : H. Arif Rahmansyah Marbun, SE, MM
Ketua : Padang Wicaksono, SE, M.Sc, Ph.D
Ketua : Ir. Fahrizal Yusuf Affandi, M.Sc, Ph.D
Ketua : H. Nasyirul Falah Amru, SE, MAP
68

Ketua : H. Choirul Sholeh Rasyid, SE


Ketua : Dr. H. Zainal Abidin Rahawarin, M.Si
Ketua : H. Mohammad Jusuf Hamka
Ketua : Dr. H. Eman Suryaman, SE, MM
Ketua : H. Robikin Emhas

Sekretaris Jenderal : Drs. H. Saifullah Yusuf


Wakil Sekretaris Jenderal : KH. Abdussalam Sohib
Wakil Sekretaris Jenderal : Prof. Dr. Ahmad Muzakki, M.Ag, SEA
Wakil Sekretaris Jenderal : H. S. Suleman Tanjung, M.Pd
Wakil Sekretaris Jenderal : Dr. H. Muhammad Aqil Irham, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal : Drs. H. Imron Rosyadi Hamid, SE, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal : Faisal Saimima, SE
Wakil Sekretaris Jenderal : Mas'ud Saleh
Wakil Sekretaris Jenderal : Ai Rahmayanti, S.Sos, M.Ag
Wakil Sekretaris Jenderal : H.M. Silahuddin, MH
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Rahmat Hidayat Pulungan, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal : Habib Abdul Qodir Bin Aqil, SH, MA, LLM
Wakil Sekretaris Jenderal : Dr. Najib Azca
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Syarif Munawi, SE, MM
Wakil Sekretaris Jenderal : Isfandiari Mahbub Djunaidi
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Taufiq Madjid, S.Sos, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal : Dr. H. Muhammad Faesal, MH, M.Pd
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Andi Sahibuddin, M.Pd
Wakil Sekretaris Jenderal : Drs. Lukman Khakim, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Nur Hidayat, MA
Wakil Sekretaris Jenderal : H. Lukman Umafagur, S.Hut, M.Si

Bendahara Umum : H. Mardani H. Maming


Bendahara : H. Dipo Nusantara Pua Upa, SH, MH, M.Kn
Bendahara : H. Sumantri Suwarno, SE
69

Bendahara : H. Gudfan Arif


Bendahara : Nuruzzaman, S.Ag, M.Si
Bendahara : Hidayat Firmansyah
Bendahara : Nashruddin Ali
Bendahara : H. Ahmad Nadzir
Bendahara : H. Burhanudin Mochsen
Bendahara : Dr. H. Ashari Tambunan
Bendahara : Dr. Faisal Ali Hasyim, SE, M.Si, CA, CSEP
Bendahara : H. Aswandi Rahman
Bendahara : H. Fesal Musaad, S.Pd, M.Pd
70

Daftar Pustaka :
- http://fimadani.com/kh-hasyim-asyari-sang-penjaga-islam-tradisional/
- http://masphi.blogspot.com/
-KH.Hasyim Asyari ,pengarang Sofwan Faisal Sifyan
-http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_%27Ulama
71

Karya Literer dan non-Literer (II)


(Pesantren Tebuireng,Organisasi NU,Karya literer)

Tugas untuk memenuhi Mata Kuliah : Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdullah Aminuddin Aziz, S.Pd.I, M.Pd.I.

Oleh

SYAMSUL HUDA (2197174041)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASIM ASY’ARI TEBUIRENG-JOMBANG
2023

Anda mungkin juga menyukai