PENDAHULUAN
KH. Hasyim Asy’ari adalah salah seorang ulama yang sangat disegani
oleh masyarakat, beliau disegani karena pemikiran-pemikiran beliau yang
sangat maju yakni dalam artian pemikiran yang sangat baik kedepannya di
berbagai bidang misalnya pada bidang ekonomi, social, politik, hukum serta
kependidikan.
KH. Hasyim Asy’ari juga merambah pada bidang ekonomi, guna
meningkatkan kualitas umat Islam. Pada tahun 1919 ketika bumi informasi
dan wacana tentang koperasi sebagai bentuk kerja sama ekonomi ditengah-
tengah masyarakat, maka Hasyim Asy’ari tampil dengan gagasan beriliannya.
Pada bidang ekonomi beliau bekerja sangat aktif guna produktif untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas perekonomian khusunya umat
Islam pada masa itu. Beliau juga membentuk sebuah badan organisasi
perekonomian yang salah satunya disebut dengan “Syirkatul Inan Li
Murabathi Ahli al-Tujjar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
D. Manfaat Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pun kembali ke Indonesia. Tiga bulam kemudian ia berangkat lagi ke arab Saudi
untuk belajar. Dari berbagai perjalanannya menuntut ilmu dari pesantren ke
pesantren, baik di Indonesia maupun luar negeri, kiranya pengetahuan Hasyim
Asy’ari semakin luas dan bertambah. Oleh karena itu, Mahmud Yunus, sepulang
dari Makkah, dada Hasyim Asy’ari di penuhi ilmu agama sehingga ia mendapat
gelar Kyai.
Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren Tebuireng, jombang, sepulangnya
dari makkah, Pesantren ini memiliki kontribusi yang besar bagi golongan
tradisonalis islam di Indonesia, terutama karena ia menjadi cikal bakal berdirinya
organisasi islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Selain mendirikan
sebuah pesantren beliau juga berkiprah dalam bidang ekonomi mewujudkan
kerjasama dengan pelaku ekonomi pedesaan.
4
keberhasilan dakwah Kiai Hasyim, masyarakat Tebuireng pun mencari
penghasilan dengan cara-cara yang baik dan halal, termasuk berdagang dan
bertani, meskipun pihak Belanda sering kali memaksa masyarakat untuk menjual
hasil pertanian atau panennya kepada mereka dengan harga murah. Namun
demikian, Kiai Hasyim juga mengajak masyarakat untuk bersikap tegas terhadap
penjajah. Dengan begitu, Kiai Hasyim menjadi orang yang begitu dibenci dan
dianggap berbahaya oleh kaum penjajah.
Hal itu menunjukkan bahwa para ulama dari kalangan pesantren mempunyai
mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengatasi problematika keumatan dan
kemanusiaan. Bahkan hingga dalam persoalan ekonomi masyarakat, para ulama
dan orang-orang dari kalangan pesantren turut memperjuangkan perekonomian
yang mandiri bagi masyarakat pribumi.
Pada akhir Rajab 1336 H atau 1918 K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
mendirikan koperasi yang dinamakan “Syirkatul Inan” atau disingkat (SKN) yang
beranggotakan 45 orang. Ketua dan sekaligus sebagai manager adalah K.H.
Hasyim Asy ‘ari. Sekretaris I dan II adalah K.H. Bishri dan Haji Manshur.
Sedangkan bendahara Syeikh Abdul WAhab Tambakberas dimana branndkas
dilengkapi dengan 5 macam kunci yang dipegang oleh 5 anggota. Mereka
bertekad, dengan kelahiran koperasi ini unntuk dijadikan periode “nahdlatuttijar” .
Proses permohonan badan hukum direncanakan akan diajukan setelah antara 2
sampai dengan 3 tahun berdiri. Berbagai ketentuan dan persyaratan sebagaimana
5
dalam ketetapan Raja no 431/1915 tersebut dirasakan sangat memberatkan
persyaratan berdiriya koperasi. Dengan demikian praktis peraturan tersebut dapat
( Raka.1981,h.42)
DR. J.H. Boeke yang dulunya memimpin “Komisi Koperasi” 1920 ditunjuk
sebagai Kepala Jawatan Koperasi yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1933
diterbitkan Peraturan Perkoperasian dalam berntuk Gouvernmentsbesluit no.21
yang termuat di dalam Staatsblad no. 108/1933 yang menggantikan Koninklijke
Besluit no. 431 tahun 1915. Peraturan Perkoperasian 1933 ini diperuntukkan bagi
orang-orang Eropa dan golongan Timur Asing. Dengan demikian di Indonesia
pada waktu itu berlaku 2 Peraturan Perkopersian, yakni Peraturan Perkoperasian
tahun 1927 yang diperuntukan bagi golongan Bumi Putera dan Peraturan
Perkoperasian tahun 1933 yang berlaku bagi golongan Eropa dan Timur Asing.
6
Zuhairi Misrawi (2010) mencatat bahwa pada tahun 1919, saat muncul ide
tentang koperasi pada masa-masa sebelum kemerdekaan, Kiai Hasyim tidak
berdiam diri. Dia justru menyambut inisiatif tersebut untuk meningkatkan
perekonomian umat. Dia mencoba menyintesiskan antara sistem ekonomi dan
nilai-nilai yang terdapat di dalam kitab-kitab kuning. Maka, Kiai Hasyim
kemudian mendirikan sebuah lembaga perekonomian yang menyerupai koperasi,
yang dikenal dengan nama Syirkah Al-Inan li Murabathati Ahl Al-Tujjar.
Nur Khalik Ridwan (2013) menambahkan bahwa Syirkatul Inan ini didirikan
oleh 45 orang dengan Kiai Hasyim dan Kiai Wahab sebagai sentrumnya. Mereka
yang ikut terlibat di sini adalah Kiai Hasyim, Kiai Wahab, H. Jusuf, H. Utsman,
dan lainnya sehingga berjumlah 45 orang.
Syirkatul Inan yang merupakan bagian dari Nahdlatut Tujjar ini menghimpun
gerakan untuk kebangunan perekonomian. Kondisi masyarakatlah yang menjadi
landasannya sehingga muncul keprihatinan. Sementara itu, kalangan ulama yang
merupakan kelompok terdidik, berpemikiran progesif, dan berwawasan luas pun
berusaha untuk membuat gerakan revolusioner agar perekonomian masyarakat
kelas bawah di desa-desa tidak semakin lemah daan buruk.
Meski Nahdlatut Tujjar tidak berhasil secara maksimal, paling tidak hal itu
membuktikan bahwa para ulama dan orang-orang dari kalangan pesantren
mempunyai komitmen keutamaan. Mereka memperhatikan umat yang terseok-
seok untuk sekedar bertahan hidup.
7
kemiskinan yang menjerat. Hal itu menunjukkan bahwa Kiai Hasyim adalah
seorang ulama yang mempunyai kepedulian social yang tinggi . Dia tidak hanya
berdakwah dan mengajar santri dan masyarakat tentang agama Islam, tetapi juga
sekaligus memerhatikan kondisi umat. Hal itu sekaligus melambungkan nama
Kiai Hasyim sebagai ulama yang mempunyai komitmen tinggi dalam masalah
keumatan.
Salah satu organisasi KH. Hasyim Asy’ari yakni Organisasi NU juga berperan
penting dalam pembangunan ekonomi pada masa itu.
Hal ini sesuai dengan salah satu khittah dalam statue NU fatsal 3 yaitu
“mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian perniagaan dan
perusahaan yang tidak dilarang oleh syara’ “sehingga jelas bahwa fatsal 3 tersebut
merupakan tugas NU dalam memajukan pertanian di pedesaan.
Nahdhatut Tujjar didirikan oleh 45 orang saudagar santri, serta 2 orang kiai
berpengaruh yaitu KH. Wahab Hasbullah dan KH. Hasyim Asy’ari. Diatas
permasalahan social ekonomi yang terjadi peda tahun 1918 M . Nahdhatut Tujjar
memiliki visi misi untuk mengangkat kualitas kehidupan masyarakat dalam
perekonomian serta memerangi kolonialisme yang telah melahirkan aneka bentuk
eksploitasi dan penindasan disisi lainnya.
8
memasarkan barangnya dengan nama “Nahdlatul Ulama”, dengan menggunakan
lambang resmi NU. Sebagai imbalannya mereka harus mamberikan persentase
keuntungannnya kepada organisasi, dan semua label harus dicetak di percetakan
milik NU sendiri. Kiai didorong madirikan toko sendiri, dengan logo NU, untuk
menjual barang-barang yang diperlukan di pesantren; departamen ini akan
membantu mereka mengembangkan keterampilan bisnis mereka, dan para
usahawan didorong menjual barang-barang mereka ke toko-toko ini dengan
persyaratan yang lebih mudah. Dalam perkembangannya di era reformasi, syirkah
mu’awwanah ini berkembang menjadi Baitul Maal wa ta’mil Syirkah
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang kami rinci tentang pemikiran pemikiran KH. Hasyim Asy’ari di
bidang ekonomi dapat kami simpulkan bahwa :
B. Saran
Menurut kami, sebaiknya kita harus mencontoh segala akhlak perilaku dalam
berekonomi yang dicontohkan beliau. Salah satunya dengan keberhasilan dakwah
Kiai Hasyim, masyarakat Tebuireng pun mencari penghasilan dengan cara-cara
yang baik dan halal, termasuk berdagang dan bertani.
10