Anda di halaman 1dari 5

MERAWAT DALAM MEMAAFKAN

KHUTBAH IDUL FITRI 1443 HIJRIYAH


MASJID ATTAQWA DAARUL MU’MIN

Di pagi yang sejuk ini, kita semua yang hadir di tempat ini - mudah-
mudahan- adalah termasuk orang-orang yang meraih kemenangan dan
orang-orang yang jiwanya kembali suci seperti saat baru dilahirkan
oleh sang Ibu. Amin ya rabbal alamin.

Kita menang, karena selama ramadhan tiada henti berjihad, di siang


hari kita berjihad dan bersusah payah menahan rasa lapar yang melilit
dan rasa haus yang mencekik, mengendalikan emosi, menjaga lisan
dari gibah, menuduh, memfitnah, mencela dan mencaci. Ini kita
lakukan, karena kita ingin mendapatkan ampunan dari Allah SWT
sebagai mana dijanjikan oleh Rasulullah SAW “ siapa saja yang
menunaikan ibadah puasa ramadhan dengan semangat keimanan dan penuh
keikhlasan maka dosa-dosa yang pernah dilakukan akan diampuni oleh Allah
SWT”.

Begitu juga di malam hari, saat kita merasa lelah dan letih, dan saat
diserang rasa ngantuk, kita bergegas ke masjid atau mushalla untuk
melaksanakan qiyamu ramadhan. Itu kita lakukan semata-semata
untuk meraih apa yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW “ siapa saja yang
melaksanakan qiyamuramadhan dengan semangat keimanan dan penuh
keikhlasan maka dosa-dosa yang pernah dilakukan akan diampuni oleh Allah
SWT”.

Ibnu Rajab Al Hanbali menjelaskan, bukan hanya menang dan kembali


suci, melainkan menjadi orang-orang yang terampuni dan terbebaskan
dari panasnya api neraka, sekalipun ada di antara kita pernah
melakukan dosa besar. Karena itulah setelah kita menyelesaikan ibadah
di bulan ramadhan dengan sempurna, kita diminta oleh Allah SWT
bertakbir mengingat dan menganggungkan kebesaran-Nya dan
mensyukuri ni’mat-Nya karena atas pertolongan-Nya kita dapat
menunaikan ibadah puasa, lantaran berpuasa dosa-dosa kita diampuni,
dan dengan puasa pula kita dibebaskan dari panasnya api neraka.

Di hari yang fitri ini, kita semua bergembira karena saat-saat yang kita
nantikan telah tiba dan ini sesuai dengan janji Rasulullah SAW, orang
yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan, pertama kita usai berpuasa dan
kedua ketika berjumpa dengan Allah SWT kelak di hari kiamat. Dalam
suasana yang gembira, maka tidak boleh ada lagi di antara kita yang
bersedih karena tidak punya makanan yang bisa dimakan, sebab
diakhir-akhir ramadhan saudara-saudara kita yang fakir, miskin dan
tidak mampu telah menerima hak-nya yaitu zakat fitrah untuk
menutupi kebutuhannya, untuk itu semua harus tersenyum
menyambut hari kemenangan ini.

Dalam suasana yang fitri ini memang ada kesedihan yang tidak dapat
kita hindari terutama saat-saat kita mengingat orang tua, isteri, suami,
anak dan sanak famili yang di tahun ini tidak ikut bersama kita
merayakan hari kemenangan karena mereka telah pergi menghadap
keharibaan Allah SWT. Kelembutan tangan-tangan mereka sudah kita
tidak rasakan lagi untuk selamanya, canda, senyum dan tawa mereka
sudah kita tidak lihat lagi, panggilan kasih sayang mereka sudah kita
tidak dengar lagi, harum semerbak parfum mereka sudah kita tidak
cium lagi. Namun, kesedihan kita jangan sampai membuat kita terlena
kemudian kita lupa dengan hari kemenangan kita saat ini. Mereka yang
telah pergi meninggalkan kita tidak butuh dengan kesedihan dan
cucuran air mata kita, melainkan memerlukan doa-doa kita. Karena itu
lazimkan doa-doa buat mereka selepas solat lima waktu.

Selama ini mungkin kita bertanya-tanya tentang wujud taqwa yang


sebenarnya, namun, dengan sifat rahim-Nya, Allah SWT tidak
membiarkan kita bertanya akan tetapi Allah SWT mengajari kita
tentang pengamalan taqwa seperti apa. Melalui kita puasa di bulan
ramadhan kita dikasih tau oleh Allah SWT akan makna taqwa yang
sebenarnya. Yaitu merasakan Allah SWT benar-benar melihat,
menyaksikan dan mengawasi kita pada saat puasa bukan hanya pada
saat kita kumpul bersama teman dan saudara kita, melainkan saat kita
sendiri. Pada saat kita puasa dan dalam keadaan sendiri di dalam
rumah, di dalam lemari es tersedia minuman segar, kala itu kita sedang
haus-hausnya, kita tidak berani meminumnya karena kita merasakan
Allah SWT melihat dan mengawasi kita. Begitu juga, kalau kita sedang
puasa, dalam keadaan sendiri di rumah, kita sedang lapar-laparnya dan
di meja makan ada hidangan lezat, kita tidak berani menyantapnya
karena kita merasakan Allah SWT hadir bersama kita saat itu. Pada saat
itulah kita membenarkan janji Allah SWT ketika mewajibkan kita puasa
yaitu agar kita menjadi peribadi-peribadi yang bertaqwa kepada-Nya.

Apabila prediket orang-orang yang terampuni dari dosa, terbebaskan


dari api neraka, kembali kepada kesucian fitrah dan orang-orang yang
bertaqwa telah kita sandang, maka tugas kita saat ini dan ke depan
adalah menjaga, memelihara dan merawat prediket tersebut. Jangan
sampai kita termasuk orang-orang yang menghentikan semua
perbuatan dosa dan maksiat hanya di bulan ramadhan saja, sementara
di luar bulan ramadhan kita kembali lagi berbuat dosa dan maksiat.
Salah seorang sahabat yang bernama Ka’ab RA pernah mengatakan :

‫من صام رمضان وهو يح ّدث نفسه أنه إذا أفطر بعد رمض ان أن ال يعص ي‬
‫ ومن صام رمضان وهو يح ّدث نفسه‬، ‫هللا دخل الجنة بغير مسألة والحساب‬
. ‫أنه إذا أفطر عصى ربّه فصيامه عليه مردود‬
Artinya : siapa saja yang berpuasa di bulan ramadhan dan dia bicara
kepada dirinya tidak akan berbuat maksiat kepada Allah setelah usai
ramadhan maka ia akan masuk surga tanpa hisab, sebaliknya siapa pun
yang berpuasa di bulan ramadhan dan dia berbicara kepada dirinya
akan kembali bermaksiat kepada Allah maka puasanya tidak diterima
oleh Allah SWT.

Begitu pula, jangan sampai kita termasuk orang-orang yang sudah


bersusah payah mengembalikan kesucian diri lalu dengan mudah
menodai dan mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan hina dan
tercela. Kalaupun kita terlanjur kembali melakukan perbuatan hina
segeralah memohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT agar noda
dan kotoran jiwa suci kembali. Karena Allah SWT mencintai orang-
orang suka bertobat dan mensucikan dirinya.

Ramadhan yang telah kita lalui benar-benar telah menyadarkan kita


bahwa kita ini bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa, kita tak
ubahnya seorang budak belian yang selalu menuruti apa kata majikan,
kita tak berdaya di bawah kebesaran Allah SWT. Kesombongan,
keangkuhan, kepongahan, ingin menang sendiri, serakah, merasa harus
dihormati, merasa hebat, merasa paling kuat dan berpengaruh, dan
sifat-sifat tercela lainnya yang selama ini tidak pernah kita sadari
menghinggapi diri kita semuanya terlihat dan terpampang dengan jelas
di depan mata hati kita. Hati kita pun berkata lirih ya Allah ampuni
kami atas semua ini, kami akui kami salah ya Allah, Tidak henti hati
kita mengucapkan kalimat-kalimat itu sampai mata kita berlinang air
mata.

Begitu pula, ucapan-ucapan kita yang kita nilai tidak melukai dan
menyinggung hati dan perasaan, sikap kita yang parku meminta dan
memberi maaf, saling membenci, saling berburuk sangka, dan
perbuatan-perbuatan zalim yang kita lakukan kepada saudara, teman
dan tetangga kita, dengan kita menjalankan ibadah puasa kita
tersadarkan dengan semua itu bahwa kita telah berdosa dan hati kita
pun berkata : ya Allah, ampuni kami atas semua ini, kami akui
kesalahan kami ya Allah, ampuni kami ya Allah.
Kesadaran-kesadaran itulah yang membangkitkan dan mendorong kita
ingin segera menemui orang tua, isteri, anak dan sanak saudara, teman-
teman dan tetangga untuk berpelukan, berjabat tangan dan saling
memaafkan satu sama lain. Dengan saling memaafkan berarti kita
membuka babak baru membina kembali hubungan yang selama ini
telah porak poranda. Apabila babak baru telah dibuka maka esok, lusa
dan hari-hari yang akan datang sudah tidak ada lagi di antara kita
saling menghina, saling membenci, saling menjatuhkan, bermarah-
marahan, saling merendahkan, saling menzalimi, saling berburuk
sangka, saling melukai perasaan, saling menyakiti hati, mengambil hak
orang lain dan perbuatan-perbuatan lain yang menjadi penyebab
rusaknya hubungan keluarga dan antar sesama.

Apabila saling memaafkan hanya berlaku pada hari raya idul fitri dan
setelah idul fitri kembali bermarahan, membuang muka bila bertemu
dan sebagainya maka ibadah puasa yang dilakukannya tidak diterima
oleh Allah SWT dan prediket orang-orang terampuni, terbebaskan dari
api neraka dan orang bertaqwa otomatis tercabut… na’uzubillahi min
zalik.

Oleh karena itu, marilah kita rekatkan kembali keharmonisan


hubungan antar sesama, kita sambung kembali hubungan tali
persaudaraan di antara kita, kita kubur dalam-dalam kebencian dan
ketidaksukaan kita dengan sesama dan menggantikannya dengan kasih
sayang dan kecintaan, kita sudahi kepura-puraan kita baik dengan
orang lain saat di muka mereka dan kita tunjukan bahwa kita baik
dengan mereka benar-benar tulus, kita akhiri ketidakpercayaan kita
dengan saudara-saudara kita yang mungkin selama ini sering
mengkhianati kita, kita bina kembali sikap saling menghargai di antara
kita, kita bangun kembali persatuan di antara kita.

Selain itu juga, marilah kita pertahankan kedekatan kita kepada Allah
SWT dengan terus menghidupkan ibadah yang kita lakukan dibulan
puasa seperti salat berjamaah, qiyamullail, tadarus Al Qur’an, salat
sunnah qabilyah dan bakdiyah, dan sebagainya. Janganlah kita menjadi
orang-orang yang taat kepada Allah SWT hanya pada bulan ramadhan
saja.

Demikianlah khutbah idul fitri ini khotib sampaikan, mudah-mudahan


kita semua dijadikan termasuk orang-orang yang ada dalam doa yang
kita panjatkan bersama saat usai salat tarawih, yaitu orang-orang yang
sempurna imannya, orang-orang yang taat melaksanakan kewajiban,
orang-orang yang senantiasa memelihara solatnya, orang-orang yang
senantiasa tergerak untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk orang-
orang yang tak mampu, orang-orang yang selalu mencari keridhoan
Allah, orang-orang yang selalu berharap penuh akan ampunan Allah
SWT, orang-orang yang selalu berpegang teguh pada petunjuknya,
orang-orang yang selalu meninggalkan segala hal yang sia-sia, orang-
orang yang selalu zuhud terhadap dunia, orang-orang yang selalu
mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia, orang-
orang yang selalu bersyukur atas ni’mat dari karunia Allah SWT,
orang-orang yang selalu sabar menghadapi segala cobaan, orang-orang
yang selamat dari panasnya api neraka dan orang-orang yang akan
masuk surga bersama para nabi, siddiqin, syuhada dan shalihin. Amin
ya mujibassaailin.

Anda mungkin juga menyukai