Mari kita merenung dan membuka mata hati kita yang paling dalam.
Benarkah, selama sebulan lamanya kita telah menjalankan ibadah puasa,
dengan penuh keta’atan dan kepatuhan, hanya mengharap ridha-Nya,
sebagai bukti meningkatnya kualitas ketaqwaan kita kepada Allah
SWT. ... .. ? Sebagaimana maksud dicanangkannya puasa itu sendiri;
Al-Baqarah : 183.2
Hari ini Ramadhan telah berlalu, meninggalkan kita ...., bulan suci, bulan
yang penuh rahmat dan maghfiroh, bulan pengampunan, apakah kita
sedih dan menangis atau bahkan kita senang karena tidak berpuasa
3
lagi?? Pernahkah kita berpikir bila tahun depan kita tidak bisa ikut puasa
lagi dan mati? Tidak ada yang menjamin hidup kita sampai dimana atau
mungkin setelah sholat Id ini kita mati?? Hari ini hari bersuka ria.
Namun adakah suka ria kita sedang mensyukuri kemenangan atas setan
dan melawan hawa nafsu ........?.
Dan Benarkah tahun depan kita bisa berpuasa lagi dan sholat ID bersama
lagi seperti ini, ataukah kita sudah didalam kubur, bersama cacing-
cacing dan hanya menggunakan kain kafan atau bahkan kita sudah
membusuk dimakan cacing dan belatung?
Kita Kaum muslimin memang berhak bergembira pada hari ini ketika
berbuka dan lebaran tiba, Kegembiraan kita atas datangnya lebaran ini,
tentunya menjadi hak milik bagi kita, yang telah dapat merampungkan
kewajiban melaksanakan ibadah puasa Ramadhannya dengan penuh
keikhlasan dan melaksanakan ibadah semata-mata karena mengharap
ridhoNya, disamping kita telah berhasil pula meraih pahala, dan dosa-
dosa kita yang telah lewat semoga diampuni oleh Allah SWT bukan bagi
orang-orang yang tidak puasa tanpa halangan yang syar’i sebab mereka
itu hanya meramaikan saja pada hari raya Idhul Fitri ini, sebagaimana di
jamin sendiri oleh Rasulullah SAW lewat sebuah haditsnya:
4
Dihari bahagia ini mari kita melihat kedepan dan memikirkan generasi
kita yang akan datang, bisa kita lihat sekarang dan dapat kita rasakan,
apabila kita mengajak kebaikan kadang kalah ada saja orang yang
meremehkan dan bahkan mencela, tetapi bila diadakan organ tunggal
walau tidak diundang banyak yang datang apalagi bila diundang dan
tahan sokongan untuk menambah jam tayang sampai malam atau esok
harinya, dan pernahkah kita terbayang bila Ulama’ atau Ustad sudah
meninggal siapa yang akan jadi penerus mereka-mereka itu, bila pemuda
kita tidak mau peduli dengan Islam atau mereka tidak mau belajar,
apakah kita tidak terpikir siapa yang akan jadi Khotib atau Imam setiap
jum’at,
siapakah yang akan memimpin imam tarawih, siapakah yang akan
memandikan jenazah, siapakah akan memimpin walimah atau syukuran?
Pernahkah kita berpikir? Ketika orang meninggal, siapakah yang akan
memandikan, mengkapani, menguburkan, apa bila mereka ulama’atau
ustadz, tidak ada lagi dan tidak ada penggantinya. Mari kita sama-sama
berpikir dan intropeksi diri masing masing.
Tidak kah kita takut? Mau kemana para remaja kita? Bukankah ini
sebuah proses menuju kehancuran??? Sejarah umat manusia
membuktikan, hancurnya sebuah bangsa dan peradaban bermula dari
rusaknya moral di kalangan pemudanya, kemudian masyarakatnya,
kemudian para pemimpinnya. Terkadang banyak orang yang salah bila
hewan ternaknya tidak pulang waktu maghrib itu dicari sampai ketemu
5
tetapi bila ada anak tidak pulang sampai larut malam dibiarkan saja
tanpa khawatir dan peduli, semoga kita tidak termasuk orang yang
demikian. Amin allahumma aamiin.
Mari kita ingat perjuangan mereka ketika kita masih kecil tak bisa
berbuat apa-apa. Dengan penuh cinta mereka menggendong kita,
merawat kita sampai kita bisa seperti sekarang ini. Bagaimana
sebaliknya ketika saat ini mereka tergeletak sakit sendirian dirumahnya?
Sempatkah kita menengoknya? Berapa kali kita mengusap keningnya,
menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit
diatas tempat tidurnya? Seringkah kita memeluknya dengan penuh cinta
sembari tersenyum sebagaimana ia lakukan saat kita kecil
dipangkuannya?
serta kemudahan dari Allah SWT dan Semoga mereka tetap terjaga
Iman Islamnya, Amin Ya Rabbal Alamin.
Namun hadirin rahimakumullah, jika mereka saat ini sudah tidak
bersama kita lagi di dunia. Marilah kita luangkan waktu untuk berdoa
atau mendoakannya selesai kita melaksanakan shalat lima waktu atau
waktu yang mustajab lainnya. Janganlah kita mendoakannya hanya
setahun sekali ketika pada bulan sya’ban atau bulan ruah atau acara
yang lainnya, karena hanya itulah yang mereka harapkan dialam sana.
لله اَك ْبَ ْر َو ِلل َّ ِه ال َْح ْم ُد
ُ َ لله اَك ْبَ ْر ا
ُ َ لله اَك ْبَ ْر ا
ُ َا
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri
rahimakumullah,
Selain menunjukkan pengabdian dan bakti kita kepada orang tua kita,
marilah pada momen Idul Fitri ini kita tebar aura positif kepada orang
yang ada disekitar kita. Binalah persahabatan kepada semua dengan
penuh kasih sayang. Perkuatlah kedekatan batin dengan sesama agar
tercipta suasana yang penuh kedamaian dan penuh cinta serta kasih
sayang. Hal ini dapat diwujudkan dengan saling mengulurkan tangan
seraya mengucapkan permohonan maaf kepada sesama. Bukakan pintu
maaf kepada sesama agar kesempurnaan ibadah kita dibulan Ramadhan
dan idul fitri ini akan semakin sempurna. Semogalah semua dosa kita
kepada Allah dan dosa kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan
menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan seperti
harapan dalam doa kita “Jaalanalahu Minal Aidin wal Faizin”.