Allahu akbar 9x
La ilaha illallah allahu Akbar, Allahu akbar walillahilhamdu
2
Namun di saat yang sama, hari ini juga menjadi hari kesedihan bagi orang-orang
yang beriman, sedih karena telah berpisah dengan ramadhan bulan yang mulia,
Sedih karena di tinggal oleh bulan yang penuh berkah, rahmah dan maghfirah
Allah SWT.
“ Aku melihat Ramadhan dari kejauhan, lalu kusapa ia...Hendak
kemanakah engkau duhai Ramadhan...?
Dengan lembut Ramadhan pun menjawab : “ Aku harus pergi, mungkin jauh dan
sangat lama. Tolong sampaikan pesanku terhadap orang-orang yang beriman,
Syawal telah tiba, maka ajaklah sabar menemani hari-hari dukamu, pakailah
Istiqomah saat ia kelelahan dalam perjalanan taqwa, bersandarlah pada
Tawadhu saat kesombongan menyerang, mintalah nasehat Qur’an dan sunnah
dalam setiap menghadapi masalah. Sampaikan salam dan terima kasihku untuk
orang beriman, karena mereka telah menyambutku dengan suka cita’ dan
melepasku dengan derai air mata, kelak akan kusambut mereka di surga’ dari
pintu Ar-rayyan, selamat meraih pahala terbaik, selamat berpisah’ dan semoga
kita berjumpa di tahun yang akan datang. Demikianlah seolah-olah Ramadhan
berpesan kepada orang-orang yang beriman.
3
Ada pula yang dengan susah payah melangkahkan kakinya menuju masjid
karena telah lanjut usia, ada yang terpaksa terbaring di rumah, bahkan ada yang
sampai terbaring di rumah sakit karena kesehatannya terganggu, sehingga tidak
dapat hadir bersama kita untuk sholat IED secara berjamaah. Dan bagi anggota
jamaah yang telah mendahului kita, kita doakan’ semoga mereka mendapat
tempat yang baik di sisi Allah SWT, mendapat limpahan nikmat karunia Allah,
serta di hindarkan dari siksa dan azab kubur.
Bagi anggota jamaah yang saat ini terbaring sakit, dari mimbar ini kami nyatakan
rasa simpatik dengan iringan doa, semoga di beri ketabahan dan kesabaran
dalam mengatasi musibah. Bagi mereka khotib kutipkan sebuah hadits Qudsi’
yang memberikan jaminan kebaikan kelak di akhirat, yaitu orang-orag yang di
berikan sakit berkepanjangan.
Allah SWT berfirman dalam hadits qudsinya :
“ sekiranya aku bebankan kesusahan kepada salah seorang hambaku pada
tubuhnya, pada hartanya, pada anak-anaknya, kemudian ia menerima dengan
penuh kesabaran, maka aku akan merasa enggan untuk menimbang amalnya di
yaumul hisab nanti, dan aku tidak akan membeberkan kekurangannya pada hari
kiamat”
Apabila orang yang sakit itu ridho, ikhlas, dan berusaha mencari jalanan
pengobatan dengan sebaik-baiknya, tidak pernah mengeluh, tidak mengadu’
apalagi sampai merintih, maka Allah akan memudahkan baginya urusan
4
Hari ini kita telah memasuki Hari raya Idul Fitri’ atau yang sering kita sebut
dengan istilah lebaran.
Lebaran artinya kita sudah siap melebarkan ruang hati kita’ untuk memaafkan
kesalahan-kesalahan orang lain.
Lebaran artinya kita sudah sanggup melebarkan jiwa kita’ untuk memohon maaf
atas kesalahan yang pernah kita perbuat.
Lebaran juga artinya kita mampu melebar dan meluaskan pikiran kita’ untuk
mengingat kebaikan serta jasa-jasa orang lain, terutama jasa kedua orang tua
kepada diri kita.
Lebaran juga artinya’ kita sudah siap melebarkan rasa kasih dan sayang kita
kepada sesama manusia, dan juga kita telah mampu melebarkan rejeki kita, asas
manfaat kita kepada orang lain, terutama fakir miskin, anak yatim dan dua’fa.
“KHAIRUNNAS ANFAUHUM LINNAS”
Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya
untuk orang lain.
Setelah kita di tempa oleh madrasah ramadhan kurang lebih sebulan lamanya,
dan jika dalam kurun waktu tersebut kita melaksanakan ibadah puasa dengan
sungguh-sungguh, serta penuh dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, mudah-mudahan hal itu akan menjadikan kita semua sebagai insan yang
fitri, sebagaimana bayi yang baru terlahir dari rahim ibunya.
Oleh karena itu’ di hari yang fitrih ini, Setidaknya ada 4 hal pokok yang harus
kita lakukan’ di dalam menjaga dan mempertahankan agar kefitrian kita tetaplah
suci...
1. Belajarlah selalu berbaik sangka kepada orang lain, di dalam kehidupan ini’
janganlah kita sering memupuk perasaan buruk sangka terhadap orang lain,
sebab jika pikiran kita sudah buruk, ucapan buruk, perilaku buruk, serta
perbuatan kita selalu buruk, di khawatirkan nasib yang buruk akan segera
menimpa kita. Sebaliknya, jikalau kita selalu berbaik sangka terhadap orang
lain, insya Allah pikiran kita akan selalu baik, ucapan kita baik, perbuatan
baik, dan mudah-mudahan akan memberikan nasib serta takdir yang baik
kepada kita
2. Janganlah kita menjadi orang yang pendendam’ serta selalu menyimpan
kesalahan orang lain di dalam hati kita, Karena hal tersebut hanya akan
membuat hidup kita terasa sempit.
Jikalau ada orang yang pernah berbuat salah kepada kita, maka maafkanlah
dia. Anggap saja saat itu dia sedang lupa, atau bahkan mungkin dia tidak
sengaja melakukannya. Karena itu, di hari yang fitri ini marilah kita selalu
melebarkan pintu hati kita, untuk senantiasa memaafkan kesalahan-
kesalahan orang lain terhadap diri kita.
Di saat Presiden Soekarno meninggal dunia, yang menjadi Imam sholat
jenazah adalah Buya Hamka, padahal Buya Hamka sendiri adalah orang
yang pernah di penjarakan selama 2 tahun oleh Presiden Soekarno, tanpa
ada alasan serta pengadilan yang jelas. Namun’ sambutan Buya Hamka saat
itu kepada anak-anak dan kaum kerabat Presiden adalah :
“ Hari ini, kalian tidak hanya kehilangan sosok seorang ayah, namun bangsa
Indonesia saat ini telah kehilangan sosok orang besar yang hebat luar biasa,
bahkan dunia pun menangis karena kehilangan orang seperti ayah kalian.
Bukankah Buya Hamka pernah di penjara oleh Presiden Soekarno...?
Biarlah itu semua sebagai masa lalu, karena penjara Soekarno memberikan
hikmah bagi Buya Hamka’ untuk menyelesaikan Tafsir Al-Azharnya.
Subhanallah....
7
4. Berusahalah selalu mengingat jasa dan kebaikan orang lain, untu apa....?
Agar kita bisa selalu berusaha membalas budi baik mereka kepada kita.
Ketika ingat kepada orang tua, cukup ingatlah selalu kebaikannya saja.
Orang tua yang telah mengurus dan membesarkan kita, mereka sering
beralaskan keletihan, serta selalu berselimut kesedihan.
Kenanglah kembali jasa Ayah kita, dia yang telah bersusah payah mencari
nafkah, peras keringat, banting tulang, pergi pagi pulang petang, bahkan
sampai-sampai ada sosok ayah yang jarang sekali tidak pulang kerumahnya
karena alasan bekerja di perantauan, bekerja di daratan, di pegunungan,
bahkan ada yang yang sampai rela mempertaruhkan nyawanya bekerja di
tengah lautan bebas’ dengan cuaca yang terkadang tidak menentu. Itu
semua rela ayah kita lakukan hanya dengan tujuan’ ingin mengais kepingan
rupiah untuk menghidupi serta membahagiakan kita’ anak-anak dan istrinya.
Bahkan seringkali ayah kita lupa, bahkan tak lagi memperdulikan hasil
usahanya itu di peroleh dengan jalan halal atau pun haram, karena yang
terlintas di benak ayah adalah ingin selalu melihat anak dan istrinya
tersenyum bahagia, serta merasa bangga bahwa kami bisa mengandalkan
dirinya sebagai tulang punggung’ serta Imam dalam keluarga. Meskipun di
dalam hatinya ayah sering merintih...
9
” biarlah nak....ayah sendiri yang akan menanggung semua dosa ini, karena
telah berani memilih memberikan nafkah yang haram kepada kalian anak-
anakku, satu yang ayah minta pada Allah, jangan pernah bebankan dosa ini
kepada kalian anak dan istriku, karena hanya ada satu hal yang ayah
inginkan di dunia ini, yaitu melihat kalian anak-anak dan istriku tersenyum
bahagia”
Kenanglah kembali jasa seorang Ibu terhadap diri kita, dia yang telah
mengandung kita 9 bulan lamanya, di lanjutkan dengan 2 tahun menyusui
kita, bersimbah darah, berurai air mata, hanya dengan tujuan ingin
menjadikan kita anak-anaknya menjadi orang yang berguna. Pertanyaan
yang terlintas di dalam benak kita, jasa dan budi baik apakah yang telah kita
berikan kepada ibu kita, kalau hanya sekedar pemberian THR, membelikan
baju yang baru, mukena yang baru, atau bahkan sampai membelikan
perabot serta perlengkapan rumah tangga yang baru, demi Allah....itu
semua belumlah cukup’ dan sebanding dengan jasa dan kebaikan yang telah
ibu berikan kepada kita selama ini. Satu kali putaran tubuh dan tendangan
kaki kita di dalam perut ibu, terkadang hanya di balas dengan sebuah
senyuman oleh sang Ibu, meskipun saat itu kita tidak pernah tahu bahwa
hal tersebut telah membangunkan dia dari tidur nyenyaknya. Saat akan
melahirkan kita kedunia ini, ibu di perhadapkan pada pilihan hidup atau
mati, dengan beribu rasa sakit’ ibu mencoba bertahan dan berbesar hati
untuk mengeluarkan kita dari dalam rahimnya, karena ibu sadar’ bahwa
beribu rasa sakit yang di rasakan, akan segera sirna di saat dia mendengar
tangisan yang keluar dari bibir mungil sang bayi, hal ini sebagai pertanda’
bahwa buah hati belahan jantungnya’ telah berhasil lahir dengan selamat ke
alam dunia ini.
10
Namun’ di jaman modern sekarang ini’ tak jarang kita jumpai fenomena
yang sering terjadi di dalam masyarakat kita, di mana anak tak lagi patuh
kepada perintah orang tuanya, ada anak yang tanpa rasa takut sedikit pun
memukul orang tuanya’ bahkan ada yang sampai tega membunuh orang
tuanya sendiri dengan suatu alasan yang tidak jelas.
Bukankah di dalam al-qur’an Allah SWT telah menegaskan :
dunia dan akhirat. Begitulah yang selalu ibu lakukan, setiap kali ibu
mengganti celanamu yang basah nak....
Sang direktur pun langsung tersungkur jatuh sambil mencium kedua kaki
ibunya : “ Astaghfirullahal-azim,,,baru semalam saja saya sudah tidak enak
tidur karena kebasahan, padahal mungkin 6 atau 7 tahun saya masih selalu
membasahi baju ibu dengan ompol saya...”
“ demikianlah nak,,,tak ada jasa orang tua di dunia ini yang sanggup di
balas oleh anaknya, namun dengan begitu engkau janganlah bersedih hati,
karena sejujurnya ibumu ini tak pernah sedikitpun mengeluh, bahkan sampai
timbul perasaan menyesal’ di dalam mendidik dan membesarkanmu’ hingga
kau bisa jadi orang sukses seperti sekarang ini. Ibu hanya meminta 1 hal
padamu’ duhai anakku,,,jikalau nanti jasad ini sudah tertimbun tanah,
pintaku padamu,,,sering-seringlah mendoakan ibu di dalam setiap sholatmu
“ROBBIGHFIRLI WALIWALIDAYYA WARHAMHUMA KAMAROBBAYANI
SHOGHIRO”
Itulah mengapa Rasulullah SAW mengatakan :
“ALJANNATU TAHTA AKDAMIL UMMAHA” surga itu di bawah telapak kaki
seorang ibu.
Itu artinya’ surganya anak-anak baik dunia atau pun akhirat terletak pada
keridho’an seorang ibu. Tak akan ada anak yang bakal sukses, jikalau dia
sering menyakiti hati ibunya. Namun betapa banyak anak-anak yang di
mudahkan hidupnya oleh Allah, karena sang anak mau berbakti serta selalu
mencari keridho’an ibunya.
Satu tetes air mata ibu karena di sakiti oleh kita, maka akan berakibat ribuan
bencana bagi seorang anak.
Tapi satu senyuman ridho seorang ibu, akan membuat ribuan kebahagiaan
buat seorang anak.
Dikisahkan’ ada seorang ibu yang sudah tua renta, hidup dalam kesendirian
selama bertahun-tahun’ tanpa di dampingi oleh anak kesayangannya’ yang
telah lama pergi meninggalkan ibunya seorang diri. Oleh karena rasa kangen
yang luar biasa dalam diri sang ibu, akhirnya’ dengan sangat terpaksa ia pun
berusaha menumpahkan rasa rindunya itu’ kedalam surat yang di tujukan
kepada anak kesayangannya. Berikut ini adalah bunyi kutipan surat sang Ibu
:
Duhai anakku,,,surat ini datang dari ibumu yang selalu di rundung sengsara,
surat ini kutulis di atas keraguan dan rasa malu, setelah berfikir panjang’ ibu
coba menggoreskan pena ini berulang-ulang kali, namun selalu terhalang
oleh tangisan, dan setiap kali air mata ini menetes’ maka setiap itu pula hati
ini merasa terluka.
Wahai anakku, 25 tahun telah berlalu’ dan tahun-tahun itu adalah tahun
kebahagiaan dalam hidupku. Di kala itu dokter datang memberi kabar
gembira tentang kehamilanku, dan semua ibu pun pasti tahu’ apa arti dari
14
Aku mengandungmu lemah di atas lemah, namun aku rasa bahagia ketika
setiap kali merasakan gerakanmu di dalam perutku. Aku gembira setiap kali
menimbang berat tubuhku kian bertambah, seiring dengan bertambahnya
berat tubuhmu, padahal semua itu’ hanya akan membuatku bertambah
sengsara. Penderitaan yang panjang itu hampir berakhir ketika fajar tiba,
yaitu ketika mata ini tak sanggup lagi aku pejamkan, karena merasakan
sakit yang tiada tertahankan’ serta rasa takut yang tak bisa di lukiskan.
Rasa sakit itu pun kian berlanjut’ hingga aku tak bisa lagi menangis, dan
selama itu pula’ aku melihat kematian membentang di hadapanku, sampai
semua penderitaan itu benar-benar berakhir, di saat kau memperdengarkan
tangisanmu di telingaku, sebagai tanda engkau telah terlahir kedunia ini
dengan selamat.
Wahai anakku, telah berlalu tahun dan usiamu’ aku sering membawamu
dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku,
memberikan sari pati hidupku untukmu. Aku tak bisa tidur demi menjaga
tidurmu, aku berletih demi kebahagiaanmu, harapanku di setiap harinya’
agar aku selalu bisa melihat senyumanmu, melihat kebahagiaanmu, dan
itulah hari-hari kebahagiaanku’ di masa kecilmu.
15
Waktu demi waktu pun telah berlalu, sementara aku tetap setia menjadi
pelayanmu yang tak pernah lalai, dayang-dayang yang tak pernah berhenti,
dan pekerja yang tak pernah mengenal lelah, yang selalu mendoakan
kebaikan dan taufiq untukmu.
Kini dirimu telah tumbuh dewasa, saat itu pula aku melirik kekiri dan
kekanan, agar engkau segera mendapatkan pasangan hidupmu. Aku selalu
mencari wanita-wanita dari keturunan yang baik, untuk ku sandingkan
dengan dirimu, serta menjadikan dia’ pendamping hidupmu. Kini datanglah
di hari pernikahanmu, dan itu berarti hampir dekat pula kepergianmu dari
sisiku.
Waktu pun kian berlalu, tak terasa kau bawa anak dan istrimu pergi dari
rumahku’ saat itu putaran waktu bagiku terasa lambat, dan sejak
perkawinanmu itu’ menyebabkan engkau seolah-olah tidak mengenal diriku
lagi.
Hari-hari yang kulewati hanya sekedar ingin melihat wajahmu, detik demi
detik kuhitung’ hanya sebatas untuk mendengar suaramu. Akan tetapi
penantian’ tinggallah penantian, aku selalu berdiri di depan pintu’ hanya
untuk melihat dan menanti kedatanganmu’ yang tak pernah kunjung tiba.
Ketika bel pintu berbunyi, aku menyangka itu adalah dirimu’ orang yang
selalu kunanti. Setiap kali telepon berdering’ aku merasa bahwa engkaulah
yang akan menelponku. Akan tetapi semua itu tak ada, penantianku sia-sia,
harapanku jadi hancur, yang ada hanyalah keputus asaan, dan yang tersisa
adalah kesedihan dari semua keletihanku selama ini.
Duhai anakku,,,satu yang ibu minta, satu yang ibu harapkan darimu,
sekiranya engkau rela’ jadikanlah ibumu ini sahabat, sekalipun dia hanyalah
16
sahabat yang jauh dalam hidupmu, dan janganlah engkau jadikan ibumu ini
sebagai musuhmu’ yang harus engkau jauhi.
Yang ibu pinta darimu’ duhai anakku,,, jadikanlah rumah ibumu ini seperti
terminal, sekali pun dia adalah terminal yang jauh, agar sekali-kali engkau
dapat singgah’ walau hanya sedetik saja. Janganlah sekali-kali kau anggap
rumah ibumu ini sebagai tempat sampah, yang tak pernah ingin kau
kunjungi.
Meskipun demikian’ cinta dan sayangku padamu masih sama seperti dulu,
masih seperti lautan yang tak pernah kering, masih seperti angin yang tak
pernah berhenti bertiup. Seandainya saat ini engkau di muliakan orang lain,
tentulah engkau pun akan membalas budi dan jasa mereka terhadapmu,
akan tetapi’ bagaimana dengan aku sebagai ibumu, yang telah banyak
berjasa kepadamu, yang telah bertahun-tahun berletih untukmu’
Mana upahku...??
Mana ganjaranku....??
9 bulan aku mengandungmu tanpa ada rasa lelah, tanpa ada rasa mengeluh
sedikitpun, inikah balasanmu pada ibumu...??
Duhai anakku, hatiku ini terasa teriris, air mataku teruslah mengalir’
sementara kudapati dirimu dalam kondisi sehat wal afiat. Banyak orang yang
berkata’ bahwa kau adalah orang yang supel dalam bergaul, engkau adalah
orang yang dermawan dalam pemberian, dan engkau adalah orang yang
berbudi di dalam bermasyarakat.
Apakah hatimu tak akan tersentuh melihat wanita tua yang lemah ini...???
yang telah binasa di makan rindu, berselimutkan kepedihan, dan selalu
berpakaian kedukaan,
18
“ celakalah bagi seseorang yang mendapati kedua orang tuanya, atau salah
satu diantaranya dalam usia lanjut, namun tak dapat memasukannya
kedalam surga”
Anakku,,,sungguh ibu tak akan mengangkat keluhan ini kelangit, ibu tak
akan adukan duka ini kepada Allah, karena ibu yakin’ sekiranya suara ini
sampai ke langit, dan jeritan ini membumbung menembus awan, maka yang
akan binasa adalah engkau,,,
Kebinasaan yang tak bisa di obati dengan ramuan obat, yang tak mungkin
dapat di sembuhkan oleh Tabib dan dokter, bagaimana mungkin aku akan
mengangkat permohonan ini kelangit, sedangkan engkau adalah jantung
hatiku, engkau adalah pelipur laraku, dan engkau adalah kebahagiaan
hidupku.
engkau pernah berbuat’ engkau pun akan di perlakukan hal yang sama oleh
anak-anakmu.
Ibu tak ingin engkau nantinya akan menulis surat yang sama’ kepada anak-
anakmu dengan berderai air mata, sebagaimana aku menulis surat ini
kepadamu dengan bermandikan air mata pula.
Terdapat 2 makna penting yang terkandung dalam risalah di atas, jika kita
kaitkan dengan fenomena kehidupan yang sering terjadi saat ini...
1. Seorang ibu yang senantiasa rindu menantikan kehadiran sang anak
yang jauh dari sisinya’ mungkin di sebabkan si anak yang bekerja jauh di
perantauan’ dan mengakibatkan jarangnya bertegur sapa serta bertatap
muka
2. Jikalau ibunya telah tiada, serta di sebabkan si anak yang jarang sekali
berziarah ke makam sang Ibu’ dan mungkin di alam sana sang Ibu
senantiasa menantikan kiriman doa dari si anak, namun karena
kesibukannya’ mengakibatkan sang anak jarang sekali berziarah atau
pun mengirimkan doa kepada si Ibu.
20
Untuk itu, Di hari yang fitri ini’ marilah kita senantiasa mengenang jasa-jasa
dan kebaikan orang tua kita, andai di hari ini mereka ayah dan ibu kita
masih hidup, datang serta ciumlah tangan keduanya dengan penuh kasih
sayang, mohonkanlah maaf pada mereka’ atas kesalahan-kesalahan yang
pernah kita perbuat, mintakanlah selalu doa kebaikan dari mulut mereka,
serta bertekadlah untuk siap menjadi anak yang berbakti, serta selalu
memuliakan orang tua.
Dan jika pada hari ini, salah satu atau mungkin keduanya telah di panggil
menghadap Allah SWT, setelah selesai khutbah ini, datang dan ziarahi lah
kubur mereka, mintakanlah ampun kepada Allah untuk mereka melalui doa-
doa kita, sambungkanlah tali silaturahmi kaum kerabatnya yang selama ini
sempat terputus, dan mudah-mudahan’ segala amal kebajikan yang kita
lakukan, akan memperoleh balasan pahala dari Allah untuk mereka di alam
kuburnya.
A’UDZUBILLAHIMINASYAITHONIRRAJIM
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM
ALLAHUMMASHOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN FIL AWWALIN,
ALLAHUMMASHOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN FIL AKHIRIN,
WASALLIM WARADIYALLAH TA’ALA ANGKULLI SAHABATI RASULILLAHI AJ’MAIN
Ya Allah ya Rahman ya Rahim, duhai Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang...di hari yang fitri ini’ kami semua yang berkumpul di Masjid yang
penuh berkah ini’ sengaja memuji serta memuja kebesaran nama-Mu, karena
kami sadar’ betapa kecilnya diri ini di hadapan-Mu ya Allah..
Duhai Allah...begitu banyak dosa yang telah kami lakukan selama ini, ampunilah
dosa mata kami dari melihat hal-hal yang haram, ampunilah dosa mulut kami
dari perkataan yang kotor’ ampunilah dosa tangan-tangan kami yang senantiasa
kami gunakan untuk bermaksiat, ampunilah dosa kaki kami yang senantiasa
kami langkahkan ke tempat-tempat yang maksiat yang tidak engkau ridhoi.
Jikalau engkau tidak mengampuni kami, lalu kepada siapa lagi kami memohon
pertolongan, kepada siapa lagi kami memohon perlindungan, sesungguhnya
kami termasuk orang-orang yang merugi.
Allahumma ya Allah, ampuni dan selamatkan orang tua kami, sayangilah ayah
dan ibu kami’ sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kecil, maafkanlah
segala kesalahan mereka ya Allah...sebagaimana mereka selalu memaafkan
kesalahan kami anak-anaknya, maklumi jauhnya mereka dari perintah-Mu ya
Allah...karena mereka selalu sibuk mengurusi kami anak-anaknya, sebagaimana
mereka memaklumi jauhnya kami dari mereka, balaslah mereka dengan surga
dan kasih sayang-Mu,
Allahumma Yaa Allah, yang maha Rahman dan maha Rahim, engkau pasti
mendengar apa yang kami pinta, engkau pasti tahu apa yang kami harapkan
untuk ayah dan ibu kami,
jikalau mereka masih hidup’ kami hanya memohon ya Allah... panjangkan umur
taat mereka, umur ibadah mereka, jangan susahkan mereka dalam kehidupan
ini’ karena mereka sudah susah dalam mengasuh dan membesarkan kami,
jangan biarkan kami membuat hati mereka terluka, bahkan sampai meneteskan
air mata,
22