Oleh :
NIP. 197312221999031001
Tahun 2021
ABSTRAK
banyak peran yang sangat krusial. Pada dasarnya semua organisasi memerlukan
adanya strategi dalam pelayanan, dengan adanya strategi di sebuah organisasi atau
rencanakan dapat sesuai rencana. Karena kinerja merupakan unsur penggerak serta
perwujudan determinasi diri agar dalam mengerjakan suatu pekerjan itu dilakukan
dimiliki dalam arti kata sesorang harus profesional dalam bekerja agar pekerjaan
Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah S.W.T. yang atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini dapat selesai disusun dengan baik.
Muhammad S.A.W. yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam.
Tulisan ini berjudul “Peran dan Fungsi Penghulu dan KUA: Upaya
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat arahan dan bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu Penulis sampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada
mereka semua yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat
Tulisan ini bertujuan ikut sumbang saran dan diskusi ilmiah dalam rangka
dalm rangka perbaikan diri sendiri. Harapan yang lebih luas, tulisan ini dapat
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan
pertolongan. Semoga sekelumit tulisan ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca,
Penulis
Judul ........................................................................................................ i
Abstrak ………………………………………………………………………………………………… ii
BAB 3 PEMBAHASAN……………….............................................................. 15
A. Kesimpulan ...................................................................................... 25
negara yang disebut dengan pemerintah dan pemerintahannya. Dalam hal ini
dan kreativitasnya.1
kegiatan yang rasional dan realistis dirasakan kurang memadai dan masih
negara merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yangmasih jauh dari
harapan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya yang lebih komprehensif dan
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang berasaskan pada: kepentingan umum,
adanya kepastian hukum, adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan
supaya ada batasan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban
publik dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
publik ini masih sering terjadi kesenjangan yang muncul antara penilaian masyarakat
Bisnis. Melalui KMA Nomor 153 tahun 2009 tentang Reformasi Birokrasi di
penyederhanaan dan pembakuan proses bisnis; Prinsip Program Proses Bisnis adalah
Dalam KMA Nomor 118 Tahun 2010 tentang Percepatan Layanan Unggulan
(Quick Wins) Kementerian Agama dinyatakan bahwa maksud dari layanan unggulan
tersebut untuk mewujudkan layanan yang berkualitas dan memenuhi hak-hak dasar
masyarakat yang memerlukannya dengan cara lebih baik, cepat, mudah, baru dan
Kementerian Agama. Jenis layanan unggulan ini yaitu: Pendaftaran Haji, Penerimaan
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Pencatatan Nikah, Sertifkasi Guru dan Dosen dan
Pemberian Beasiswa.
Sebagai layanan unggulan, layanan atau pencatatan nikah menjadi nilai
utama penjamin mutu dari sasaran strategi nasional yang diberikan oleh
peningkatan sarana dan prasarana harus menjadi perhatian Kantor Urusan Agama
yang selanjutnya disingkat KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh Kepala
peran yang sangat krusial. Peran tersebut dapat kita ketahui dari pelayanan yang
Nikah dan Rujuk), 2) Pendaftaran dan Penerbitan Akte Ikrar Wakaf, 3) Bimbingan
agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus
dicatat. Pencatatan perkawinan dalam bentuk akad nikah sangat diperlukan di dunia
2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan.
3 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, No: PER/62/M.PAN/6/2005. Tentang Jabatan
Fungsional Penghulu Dan Angka Kreditnya, pasal 4.
modern seperti sekarang ini, seseorang yang menikah tanpa dicatat, maka nikahnya
tidak sah sesuai undang-undang yang berlaku, dalam hal Pencatatan perkawinan
tersebut dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah. 4 Pegawai Pencatat Nikah diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Menteri Agama atau
kepenghuluan.5
legitimasi seorang pria dan wanita untuk bisa hidup dan berkumpul bersama dalam
salah satunya adalah bahwa pernikahan itu, selain sesuai dengan dengan tuntutan
syariat Islam (bagi orang Islam), juga mendapatkan kekuatan dan jaminan hukum.
negara, terutama sebagai upaya perlindungan terhadap isteri maupun anak dalam
melayani langsung masyarakat. Untuk tujuan inilah tulisan ini diarahkan, dengan
harapan dapat dijelaskan betapa vital peran dan fungsi Penghulu sebagai pejabat
fungsional, dan KUA sebagai institusi atau lembaga Kementerian Agama terdepan
dalam upaya mewujudkan layanan nikah yang profesional, bersih dan akuntabel.
B. Perumusan masalah
5 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No 208 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Penyesuaian/Inpassing, Uji Kopetensi Dan Penetapan Kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu,
hlm. 4.
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
2. Upaya apa saja yang harus dilakukan bagi KUA dan penghulu dalam rangka
1. Tujuan Penulisan
Dari paparan rumusan masalah di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk :
b. Menjelakan upaya apa saja yang perlu dan harus dilakukan Penghulu
2. Manfaat Penulisan
secara sistematis antara satu dengan yang lainnya. Bab pertama adalah
pendahuluan yang berisi uraian latar belakang tulisan ini dilakukan, pokok
penulisan.
dan KUA serta layanannya di lapangan, terutama layanan nikah sebagai layanan
pokok, dan dilanjutkan dengan analisis masalah kenapa fakta-fakta itu bisa
dalam layanan nikah dan kebutuhan teknis bagi penghulu sebagai pelaksananya.
A. Kajian Teoritis
masyarakat secara bermutu, akuntabel, mudah, murah, cepat, patut dan adil kepada
privatisasi;
4. Meningkatkan penerapan sistem terpadu dalam pelayanan;5.
pelayanan publik;
di masing-masing wilayah;
publik.
lain;
yang terpercaya;
konsumen;
konsumen.6
birokrasi dan tata kelola penyelenggaraan negara terus diupayakan, bahkan menjadi
prioritas utama dalam program kerja Kabinet. Reformasi birokrasi adalah suatu
proses dan prosedur birokrasi publik, dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk
sikap dan tingkah laku. Visinya adalah memantapkan birokrasi yang profesional dan
antara lain mencakup (8) delapan area, yaitu culture set dan mind set , birokrasi
yang berintegritas dan berkinerja tinggi; organisasi yang tepat ukuran dan fungsi;
proses kerja yang jelas, efektif, efisien terukur, yang menunjang prinsip good
excellent .
6 Sutopo dan Adi Suryanto, Pelayanan Prima (Jakarta: LAN, 2003), hlm. 67
yang dikehendaki dari pelayanan birokrasi negara adalah yang memenuhi kriteria:
profesional, bersih dan akuntabel. Ketiganya menjadi kata kunci perbaikan layanan
suatu keahlian.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesional diartikan sebagai hal-hal yang
Dalam Islam, sikap dan sifat profesional didasarkan pada prinsip dan norma-
kompetensi dan pemahaman yang luas serta kesadaran akan pengabdian profesi
profesi ini diangkat dalam jabatan-jabatan fungsional, salah satunya adalah Jabatan
Fungsional Penghulu.
good governance (pemerintahan yang baik), yaitu pelayanan publik yang berasaskan
pada kepentingan umum, adanya kepastian hukum, adanya kesamaan hak, adanya
khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan dan
publik atau pelayanan yang dilakkukan ole pemerintah sudah sesuai dengan norma
dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan apakah pelayanan publik tersebut
7 Wahyudi Kumorotomo, Akuntabilitas Birokrasi Publik: Sketsa Pada Masa Transisi, cet.
1 (Yogyakarta: Magister Administrasi Publik (MAP) UGM dengan Pustaka Belajar, 2005),
hlm. 2.
pelayanan publik adalah faktor-faktor yang bisa menghambat atau menggagalkan
tersebut meliputi: etika pelayanan, budaya paternalisme, dan kontrol publik. Dengan
memfokuskan pada kasus pelayanan pernikahan dan akta nikah ditemukan fakta
dari harapan dan banyak yang harus disempurnakan di sana sini. Hal ini terlihat dari
yang ada. Penarikan biaya administrasi yang lebih tinggi dari yang seharusnya dan
dan tidak menggunakan kebijakan lain seperti jika terdapat kekurangan persyaratan
maka dapat disusul kemudian hari. Sedangkan akuntabilitas profesional sudah cukup
pelayanan. Jika petugas yang bersangkutan tidak ada maka akan dibantu oleh
Akuntabilitas Politik, biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, yaitu
mandat yang diberikan masyarakat kepada para politisi yang menduduki posisi
legislative dan eksekutif dalam suatu pemerintahan. Mandat elektoral yang kuat
Akuntabilitas Finansial, fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat
waktu tentang penggunaan dana publik, yang biasanya dilakukan melalui laporan
yang telah diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan
bahwa dana publik telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif. Masalah pokoknya adalah ketepatan waktu dalam
menyiapkan laporan, proses audit, serta kualitas audit. Hasil dari akuntabilitas
fnansial yang baik akan digunakan untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan mobilisasi dan alokasi sumber daya serta mengevaluasi tingkat efisiensi
penggunan dana. Hasil tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat umum dan
untuk menjalankan tugas yang telah diberikan dan diterima dalam kerangka kerja
otoritas dan sumber daya yang tersedia. Dalam konsepsi yang demikian,
adalah yang tidak dipilih melalui pemilu tetapi ditunjuk berdasarkan kompetensi
teknis. Kepada mereka dipercayakan sejumlah sumber daya yang diharapkan dapat
yang pelaksana teknisnya adalah KUA secara institusi dan Penghulu sebagai person-
terutama dalam layanan nikah. Untuk kepentingan ini tulisan ini diarahkan, untuk
B. Kerangka Berfikir
sumber tulisan dan kajian yang ada dengan diolah secara filosofis dan reflektif.9
yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti, baik buku, dokumen,
dengan dua cara berpikir, yaitu induktif dan deduktif sekaligus. Berpikir induktif
kesimpulan dan karakteristik khusus yang tidak bisa dipersamakan dengan yang
9 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif , ed. 3, cet. 7 (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), hlm.
159
10
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982), hlm.36.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Masalah
Ada dua elemen penting dalam layanan nikah di Kementerian Agama: penghulu dan
KUA, penghulu sebagai person pegawai negara dan KUA sebagai institusi pelayan
kegiatan kepenghuluan11.
Sebagai Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang diberi tugas, tanggung jawab,
berlaku terutama melakukan pengawasan nikah dan rujuk menurut Agama Islam.
Perhatian khusus pada kompetensi dan kecakapan ini meliputi : Fungsi dan tugas
KUA adalah Pencatatan Nikah dan Rujuk, mengurus dan membina Masjid, Zakat,
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam dan peraturan yang
berlaku.12
___________________________
11
asal 4 Permenpan Nomor PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Petunjuk Jabatan Fungsional Penghulu
dan Angka Kreditnya.
12
KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA Kecamatan Pasal 3
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
administratif terkait dengan tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama (KUA)
kompetensi petugas dan payung hukum yang jelas agar dalam pelaksanaan tugas
tidak menyimpang dari tata aturan hukum dan pelayanan prima terhadap
berada di daerah yang menghadapi tantangan demografis dan nilai-nilai tradisi yang
ada di masyarakat. Secara umum, kendala yang dihadapi KUA tersebut secara
1. Demografi wilayah tugas dalam kecamatan yang relatif lebih luas dengan
kondisi alam yang sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain
2. Kondisi kantor yang masih jauh dari laik bahkan didapati masih menyewa
sehingga belum mempunyai kedudukan kantor tetap. Selain itu kondisi sarana
dan prasarana penunjang juga masih sangat minim sehingga menjadi kendala
3. Jumlah pegawai pelaksana yang ada di tiap KUA dirasakan sudah ideal, akan
tetapi masih sering dijumpai banyak KUA yang berisi pegawai-pegawai yang
jumlah pegawai sudah “ideal” akan tetapi masih jauh sekali dari ideal sebuah
kantor, bahkan ada KUA yang pegawainya hanya datang dan pulang tanpa
dikarenakan gagap teknologi dan kurang perduli dari pegawai untuk melengkapi
berakibat tidak dapat diimbangi KUA untuk memenuhi kebutuhan itu. Dan
akhirnya masyarakat modern yang serba cepat dan instan, efisiensi biaya dan
kepraktisan, seperti pendaftaran nikah online belum dapat KUA berikan atau
membantu tugas pelayanan masyarakat, di lain pihak mereka adalah pihak ke-3
6. Terbatasnya biaya operasional KUA yang kadang dijadikan alasan, padahal harus
diakui bahwa ada penambahan anggaran untuk KUA pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2018, sudah mencapai Rp. 30.000.000,- (dua puluh empat juta
angka Rp. 20.000.000,- an pertahun. Biaya ini digunakan untuk belanja ATK,
cetak blanko, perawatan kantor atau sewa kantor bagi yang belum memiliki dan
Nomor 39 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama,
memang dana yang ada dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan
operasional kantor, seperti pada tugas verifikasi tanah wakaf, pengukuran arah
sakinah serta kegiatan lintas sektoral yang semuanya itu mengharuskan adanya
sesingkat-singkatnya.
Penghulu sebagai Pegawai Negeri Sipil, terikat pada aturan main yang telah
ditentukan oleh Pemerintah yang tertuang dalam berbagai produk hukum yang ada.
Sebagai PNS tentunya berlaku ketentuan yang sama dengan PNS pada dinas instansi
lain baik dalam hal pelaksanaan tugas, hak dan kewajiban dan pertanggungjawaban
serta sanksi jika melakukan pelanggaran, sebagaimana secara umum tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
dan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 tentang
diatur tentang hari kerja senin sampai dengan jumat dengan ketentuan wajib
memenuhi jam kerja 7,5 (tujuh koma lima) jam per-hari. Di lapangan, Penghulu tidak
sama dengan guru, dosen atau jabatan fungsional lain dalam pelaksanaan tugasnya.
Hal ini sering terjadi karena masyarakat menghendaki pelayanan di luar dari waktu
hal pencatatan perkawinan sering kali pada hari Sabtu dan Minggu dan jam yang
PMA Nomor 11 Tahun 2007 Pasal 21 ayat (2) yang berbunyi : “atas permintaan calon
pengantin dan persetujuan PPN, akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA”.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 yang menentukan tarifatas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama sebesar Rp.
600.000,- (enam ratus ribu rupiah) dan dipertegas dengan edaran Irjen Kemenag RI
Nomor : IJ/1261/2012 tanggal 13 Desember 2012 butir (3) yang berbunyi agar tidak
menerima biaya pencatatan nikah lebih dari Rp. 600.000,- dan juga Undang-undang
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pasal 12 B ayat (1)
siklus kehidupan manusia, tidak hanya terkait peristiwa keagamaan biasa, tapi juga
menyangkut nilai-nilai tradisi dan budaya yang hidup dan dilestarikan. Peristiwa
nikah juga cermin dari prestise dan status sosial. Untuk itu, peristiwa nikah
tempat tertentu yang dihadiri keluarga besar, tokohtokoh sosial, dan relasi-relasi
Penghulu dan KUA dengan segala pelayan primanya demi memenuhi tuntutan
B. Analisis Masalah
Dari deskripsi masalah di atas, banyak upaya yang harus dilakukan dalam
pada sosok penghulu sebagai pelaksana langsung, dan KUA sebagai institusi yang
Vitalnya kedua unsur tersebut sangat menentukan kualitas layanan yang prima dan
memuaskan.
kerja. Sebagai Pegawai Pencatat Nikah, penghulu harus memiliki keahlian dan
bersifat teknis yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya. Latar belakang
dalam disiplin ilmu yang dimiliki jelas harus menjadi dasar rekrutmen pegawai
penghulu di tingkat kebijakan, lebih bisa disederhanakan lagi jangan asal comot.
Bimbingan dan peningkatan kemampuan teknis melalui Diklat dan Bimtek menjadi
ditetapkan;
______________________________________
13
Dann S. Sugandha, Pengantar Administrasi Negara (Jakarta: C.V. Intermedia, 1992), hlm.
38.
6. Kemampuan kreasi dan inovasi. Penghulu dituntut mencipta dan
Penghulu yang bersih dicerminkan dari pelayanan nikah yang sesuai undang-
undang tanpa pelanggaran, tanpa tekanan dan bebas suap, gratifikasi, tarif
biaya sesuai ketentuan, dan pelaporan yang transparan. Tujuan ini harus bisa
disurvei Badan Pusat Statistik (BPS) misalnya dalam indeks Kepuasan Layanan Haji
Dalam menilai pelayanan publik tersebut, terdapat beberapa ukuran atau dimensi
___________________________________________________
14
https://haji.kemenag.go.id/v3/content/ini-dia-indeks-kepuasan-jemaah-haji-indonesia-2018hasil-
survey-bps
6. Kredibilitas (ketulusan, kepercayaan dan kejujuran)
mendengarkan)
Ukuran-ukuran inilah yang harus dipakai oleh KUA dalam melayani public dan
yang belum ideal, akses lokasi dengan jarak tugas yang tidak semuanya ideal, dan
lain-lain. Namun demikian, keterbatasan kondisi itu, saat ini telah dimulai membuka
dengan SIMKAH (Sistem Informasi dan Manajemen Nikah) ada SIMKAH DESKTOP
(Sistem Informasi Wakaf), SIMAS (Sistem Informasi Masjid), dan yang terbaru adalah
SIMBI (Sistem Informasi Bimas Islam) serta aplikasi lain yang dibutuhkan.
Dengan upaya yang terus menerus dibangun ini, maka stereotype yang
sudah lama disematkan pada KUA akan berkurang atau bahkan hilang. Ini tentu
bagaimana agar publik tahu dan tertarik untuk melihat berbagai kebijakan strategis
nikah.
Dengan demikian, upaya yang harus dilakukan KUA dalam layanan yang
antaranya :
Agama.
sosial dan publik yang sedang berlangsung. Hal ini berangsur-angsur akan merubah
level, Kementerian Agama pasti bisa dengan mudah membagi informasi untuk
dilakukan, maka akan membawa dampak langsung dan tidak langsung bagi
Indeks kepuasan Layanan Nikah di KUA tahun 2018 bahwa skor indeks kepuasan
15 Alhamdulillah ...
15
http://www.nu.or.id/post/read/104758/tingkat-kepuasan-masyarakat-terhadap-layanan-kua2018
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Deskripsi dan analisis pada bab-bab terdahulu telah memberi gambaran peran dan
fungsi KUA dan Penghulu dalam upaya mewujudkan layanan nikah yang profesional,
sebagai berikut :
Penghulu dan KUA. Penghulu yang profesional dan bersih, ditunjang dengan
peristiwa nikah mengandung nilai yang sakral dan tradisi yang menjadi
2. Peran dan fungsi penghulu dan KUA sebagai garda terdepan (avant garde)
harus dilakukan. Bimbingan teknis yang berkala dan jangan asal tunjuk untuk
Agama pada umumnya dalam layanan public yang profesional, bersih dan
akuntabel.
2. Setiap melayani masyarakat mari kita layani sesuai dengan maksud dan
ahli di bidangnya.
data-data dan waktu yang terbatas. Diperlukan kajian yang lebih komprehensif dan
mendalam terutama yang bersifat lapangan (grounded research) yang lebih intensif
untuk menemukan fakta-fakta dan solusi yang lebih baik. Kajian lanjutan dalam
http://www.nu.or.id/post/read/104758/tingkat-kepuasan-masyarakat-
terhadap-layanan-kua-2018
https://haji.kemenag.go.id/v4/v3/content/ini-dia-indeks-kepuasan-
jemaah-hajiindonesia2018-hasil-survey-bps
KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA Kecamatan
Pasal 3