Anda di halaman 1dari 13

1

ABSTRAK

Nikmah, Baitun. 2017. Profil Berpikir Kritis Mahasiswa dalam Penyelesaian


Masalah Mikrobiologi. Tesis, Program Studi Magister Pendidikan Biologi,
Program Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing: (I) Dr.
H. Aminuddin. P. Putra. M.Pd. dan (II) Dra. Hj. Sri Amintarti, M.Si.

Kata Kunci: berpikir kritis, penyelesaian masalah, mikrobiologi

Berpikir kritis adalah proses intelektual yang dengan aktif dan terampil
mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan. Profil berpikir
kritis merupakan suatu gambaran dari segimana memandangnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil tingkat berpikir kritis dan
karakteristik tingkat berpikir kritis mahasiswa dalam penyelesaian masalah
mikrobiologi yang valid dan reliabel. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah
sebagian mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat tahun
ajaran 2014/2015 yang berjumlah 6 orang mahasiswa, yang diambil dari kategori
tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan nilai mata kuliah mikrobiologi. Teknik
analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profil tingkat berpikir kritis
mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat dominan berada
pada tingkat berpikir kritis dengan kategori kurang kritis, cukup kritis, kritis dan
sangat kritis. Berdasarkan karakteristiknya, pada tingkat kurang kritis mahasiswa
mampu memahami masalah dan menyusun rencana penyelesaian dengan memenuhi 2
elemen bernalar, tingkat cukup kritis mahasiswa mampu memahami masalah,
menyusun dan melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan memenuhi 4
elemen bernalar. Karakteristik pada tingkat kritis, mampu memahami masalah,
menyusun rencana, melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan memeriksa
kembali hasil penyelesaian masalah dengan memenuhi 6 elemen bernalar kecuali
elemen bernalar tujuan dan inferensi dan pada tingkat sangat kritis mahasiswa mampu
memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana penyelesaian masalah
dan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah dengan memenuhi 8 elemen
bernalar. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah mikrobiologi tentu memiliki
tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda pada setiap orang berdasarkan tugas tertulis
yang sudah diberikan.
2

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan utama pendidikan tinggi keahliannya melalui penalaran
ilmiah berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif. Namun
kenyataannya, pemberian mata kuliah oleh kebanyakan dosen kepada para mahasiswa
belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis (Nummedal & Halpern,
1995). Sesuai dengan tujuan mata pembelajaran biologi (BSNP, 2006), karakter
bangsa yang diharapkan muncul melalui pembelajaran biologi, diantaranya adalah
berpikir kritis dan sikap ilmiah, seperti objektif, terbuka, ulet, dan dapat bekerja sama
dengan orang lain. Berkaitan dengan hal ini, Depdiknas (BSNP, 2006), menyatakan
bahwa pendidikan IPA sebaiknya dilaksanakan dengan inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir seseorang tidak dapat
disamakan, karena setiap individu memiliki profil kemampuan yang berbeda-beda.
Profil berpikir suatu gambaran secara garis besar tergantung dari segimana
memandangnya. Hal ini sesuai dengan (Alwi, 2007) yang menyatakan bahwa profil
merupakan pandangan mengenai seseorang. Neufeld (1996) juga menjelaskan bahwa
profil adalah grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang
mengacu pada data seseorang/sesuatu. Karakteristik merupakan suatu ciri khusus
yang terlihat pada diri seseorang.
Menurut beberapa hasil penelitian, kemampuan berpikir siswa maupun
mahasiswa di Indonesia sebagian besar tergolong rendah. Penelitian oleh Kurniasih
(2010) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir mahasiswa Prodi Pendidikan
Matematika FMIPA UNNES dalam menyelesaikan masalah matematika belum
sampai pada tingkatan kemampuan berpikir 4 (sangat kritis) dan sebagian besar
mahasiswa masih berada pada kemampuan berpikir kritis rendah.
Penelitian Bempah, (2014) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis
mahasiswa jurusan pendidikan matematika pada mata kuliah kalkulus 1 materi limit
fungsi aljabar tergolong sedang. Penelitian oleh Fithriyah, (2016) menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX-D SMPN 17 Malang tergolong
rendah karena siswa kurang mampu memahami masalah dengan baik. Adapun
penelitian Hidayanti, (2016) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
juga masih tergolong rendah terutama pada indikator analisis, evaluasi, dan inferensi.
Penelitian Maguna (2016) menunjukkan bahwa masing-masing indikator berpikir
kritis yang diteliti berada pada kategori kurang kritis. Indikator menganalisis
memperoleh nilai tertinggi dari kelima indikator berpikir kritis yang digunakan.
3

Menurut Paul (2007) ada tiga komponen berpikir kritis yaitu 1) elemen
bernalar, 2) standar intelektual bernalar dan 3) karakter intelektual bernalar.
Hubungan antara ketiga komponen berpikir kritis disajikan pada Gambar 1.

Gambar 2.1. Skema Hubungan Komponen Berpikir Kritis

Penelitian ini mengacu kepada komponen berpikir kritis dari Paul dan El

Paul & Elder (1996) mengemukakan delapan elemen bernalar yakni 1)


purpose, 2) questions, 3) assumptions, 4) points of view,5) information, 6) concepts,
7) inferences, dan 8) implications.Standar intelektual bernalar meliputi 1) clarity,
2) accuracy, 3) precision, 4) relevance, 5) depth, 6) breadth, dan 7) logic.
Mengembangkan karakter intelektual bernalar melalui 1) intellectual
humility, 2) intellectual courage, 3) intellectual empathy, 4) intellectual integrity, 5)
intellektual perseverance, 6) faith in reason, 7) faith-mindedness.
Polya (1973) menyatakan penyelesaian masalah merupakan usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan, mencari tujuan yang lama didapat. Oleh karena itu
penyelesaian masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.
Memahami masalah berarti menemukan dengan tepat apa masalahnya. Ini
melibatkan tindakan menemukan informasi yang relevan dengan masalah itu dan
memisahkan elemen yang tidak relevan. Menyusun rencana penyelesaian masalah.
adalah kemampuan bergantung pada pengalaman subjek dalam menyelesaikan
masalah.Membuat rencana atau merencanakan solusinya berkaitan dengan strategi
umum untuk mengatasi masalah (strategi heuristik). Evaluasi hasil, yaitu memeriksa
jawabannya.
Universitas Lambung Mangkurat adalah salah satu perguruan tinggi terbesar di
Kalimantan Selatan. ULM memiliki beberapa program studi (Prodi), salah satu
diantara prodi lain adalah prodi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Mahasiswa prodi pendidikan biologi memiliki pengetahuan tentang
mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi dan mata kuliah wajib
bagi mahasiswa calon guru biologi di lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan
4

(LPTK) khususnya di Program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Ilmu


Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Mata kuliah Mikrobiologi ini memiliki
ciri materi yang sangat kompleks karena mempelajari dari asal usul mikrobia, dunia
mikroba prokariotik, dan eukariotik sampai aplikasi serta peranannya bagi kehidupan
manusia.
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah mikrobiologi tentu memiliki profil berpikir
kritis yang berbeda-beda berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh selama
perkuliahan.
Tingkat berpikir kritis (teori hipotetik) dalam penelitian ini diberi nama
dengan Berpikir Kritis Penyelesaian Masalah Bioteknologi (BKPMM) disusun secara
diskrit yaitu 1, 2, 3, dan 4. Hasil uji pendahuluan tergambar empat orang mahasiswa
tergolong BKPMB 2 (cukup kritis), dua orang BKPMB 3 (kritis). Hal ini dijadikan
patokan diadakan penelitian untuk menggali dan mengetahui lebih dalam mengenai
profil berpikir kritis mahasiswa ULM di Banjarmasin.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dilaksanakan selama
enam bulan (Januari-Juni 2017). Penelitian di tempat subjek berada, yakni FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Subjek penelitian mahasiswa program
S-1 Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat yang telah mengambil mata
kuliah Mikrobiologi.
Data diperoleh melalui tugas tertulis, wawancara, dokumentasi. Tugas tertulis
ada dua dan diberikan secara bertahap, hasil yang diperoleh mengacu pada penilaian
berdasarkan teori hipotetik berpikir kritis (BKPMM). Karakteritik Tingkat Berpikir
Kritis dalam Penyelesaian Masalah Mikrobiologi diperoleh melalui wawancara
mendalam.
Wawancara dilakukan sampai mereka memberikan penjelasan berdasarkan
tingkatan berpikir kritisnya. Apabila subjek penelitian tidak lagi dapat memberikan
penjelasan apapun setelah diwawancarai beberapa kali (data jenuh), maka hal ini
menjadi salah satu pertimbangan untuk menggambarkan karakteristik tingkat berpikir
kritis subjek penelitian tersebut. Wawancara mendalam dilaksanakan setelah
pemberian tugas tertulis 1 dan 2.
Dokumentasi dilakukan dengan meminta informasi RPS, hal ini bertujuan
untuk mempermudah peneliti dalam menentukan topik/isu-isu terkait mata kuliah.
Data nilai mahasiswa yang telah memprogram mata kuliah Mikrobiologi (data nilai
digunakan untuk pengkategorian mahasiswa yang diambil berdasarkan nilai).
Dokumentasi dilakukan langsung di FKIP ULM dengan dosen pengampu mata kuliah
Mikrobiologi. Selain itu dokumentasi yang dilakukan juga digunakan untuk
memperkuat temuan penelitian. Dokumentasi dapat berupa catatan lapangan,
rekaman suara, foto atau video. Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi akan
digunakan untuk memperkuat analisis data profil dan karakteristik tingkat berpikir
kritis. Ada 6 orang subjek penelitian berdasarkan kriteria yang telah dipenuhi.
Selanjutnya untuk mendapatkan data profil tingkat berpikir kritis (BKPMM) didapat
dengan pemberian tugas tertulis ke-1 dan ke-2 dan untuk data karakteristik dari
tingkat tersebut didapat dengan pemberian wawancara secara mendalam. Pemberian 2
tugas tertulis kepada mahasiswa bertujuan untuk triangulasi. Data yang sama dari
5

hasil pemberian tugas tertulis dan wawancara terhadap mahasiswa akan menunjukkan
data yang valid dan reliabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tingkat Berpikir Kritis Mahasiswa dalam Penyelesaian Masalah


Mikrobiologi
Ringkasan tugas tertulis terhadap penyelesaian masalah Mikrobiologi
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tugas Tertulis

Subjek Profil berpikir


kritis dalam
Dugaan
penyelesaian EB 1 EB 2 EB 3 EB 4 EB 5 EB 6 EB 7 EB 8
BKPMM
masalah
Mikrobiologi
RN - √ - √ - - - - 1
(TT 1)
RN √
- √ - - - - - 1
(TT 2)
RH √
- √ √ - √ - - 2
(TT 1)
RH
- √ √ √ - √ - - 2
(TT 2)
AF - √ √ √ √ √ √ - 3
(TT 1)
AF - √ √ √ √ √ √ - 3
(TT 2)
DS √ √ √ √ √ √ √ √ 4
(TT 1)
DS √ √ √ √ √ √ √ √ 4
(TT 2)

Keterangan: TT (tugas tertulis)

Tabel 2 menunjukkan ada seorang mahasiswa kategori kurang kritis, cukup kritis
,kritis dan kategori sangat kritis.

B. Pembahasan Tingkat Berpikir Kritis dalam Penyelesaian Masalah


Mikrobiologi
6

Profil berpikir kritis dalam penyelesaian masalah mikrobiologi pada penelitian


ini dilihat dari tingkatan berpikir kritis penyelesaian masalah mikrobiologi (BKPMM)
yang dicapai oleh subjek penelitian. Adapun komponen berpikir kritis yang
mencakup 8 elemen bernalar (EB) yaitu tujuan, informasi, pertanyaan, asumsi,
konsep/ide, sudut pandang, implikasi dan inferensi.
Berdasarkan data yang diperoleh dengan membandingkan hasil dua tugas tertulis
yang dikerjakan oleh empat orang mahasiswa, 1 mahasiswa berada pada tingkatan
BKPMM 1 (kurang kritis), satu orang berada pada tingkatan BKPMM 2 (cukup
kritis), satu orang yang berada pada tingkatan BKPMM 3 (kritis), dan satu orang
lainnya berada pada tingkatan BKPMM 4 (Sangat kritis) Dari kedua tugas tertulis
yang dikerjakan oleh mahasiswa menunjukkan hasil yang tetap, artinya hasil tingkat
berpikir kritis mahasiswa yang didapat valid dan reliabel.
Pada tingkatan BKPMM 1 (kurang kritis) mahasiswa mampu memahami
masalah dengan memenuhi elemen bernalar informasi, hanya saja mahasiswa yang
berada pada tingkat ini masih belum memenuhi elemen bernalar tujuan dan
pertanyaan. Menyusun rencana penyelesaian masalah dengan memenuhi elemen
bernalar asumsi, hanya saja mahasiswa yang berada pada tingkat ini masih belum
memenuhi elemen bernalar konsep/ide. Berdasarkan ketercapaian elemen bernalar,
mahasiswa pada tingkat ini hanya mampu menyelesaikan permasalahan sampai tahap
menyusun rencana penyelesaian masalah. Hal tersebut dapat dilihat pada saat
mahasiswa mampu menguraikan informasi tentang buruknya kualitas mikrobia yang
terkandung di dalam jajanan es anak sekolah yang disebabkan kurangnya higienitas
dan sanitasi PJAS yang rendah, sedangkan dalam melaksanakan rencana penyelesaian
masalah dan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah mahasiswa pada tingkat
ini masih belum mampu. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2010) yang
menjelaskan bahwa mahasiswa menyadari adanya kelemahan pada berpikirnya
namun tidak mengetahui dimana kelemahannya sehingga mahasiswa menerapkan
konsep-konsep secara tidak tepat, sudut pandang penyelesaian masalah tidak jelas,
penalarannya juga tidak jelas dan tidak logis.
Pada tingkat BKPMM 2 (cukup kritis) mahasiswa mampu memahami
masalah dengan memenuhi 2 elemen bernalar informasi dan pertanyaan. Mahasiswa
mampu menyusun rencana penyelesaian masalah dalam memberikan asumsi dan
mampu melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan elemen bernalar sudut
pandang namun masih belum mampu memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah.
Berdasarkan ketercapaian elemen bernalar, mahasiswa pada tingkat ini hanya mampu
menyelesaikan permasalahan sampai tahap melaksanakan rencana penyelesaian
masalah, namun belum mampu memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah
karena elemen bernalar masih belum terpenuhi dalam menjawab tentang dampak
positif, negatif dan memberikan kesimpulan dalam wacana yang diberikan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Fatmawati et al (2014) yang menyatakan bahwa dalam
melaksanakan rencana, mahasiswa mampu mengerjakan soal sesuai rencana tetapi
tidak mampu mengungkapkan argumennya yang logis.
Pada tingkatan BKPMM 3 (kritis) mahasiswa mampu memahami masalah,
menyusun rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian
masalah dan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah, hanya saja mahasiswa
pada tingkat ini belum mampu memenuhi elemen bernalar tujuan dan inferensi,
karena elemen bernalar mahasiswa pada tingkat ini masih belum terpenuhi dalam
7

memberikan tujuan yang tepat dari wacana dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut
dapat dilihat pada saat mahasiswa mampu menentukan konsep mikroorganisme
negatif, penyelesaian masalah dari konsep yang telah dibuat dengan cara lingkungan
harus bersih dan sehat supaya terhindar dari mikrobia.
Pada tingkat ini mahasiswa memang sudah mampu sampai memeriksa kembali hasil
penyelesaian masalah. Namun, pada tahapan memeriksa kembali hasil penyelesaian
masalah mahasiswa hanya mampu memenuhi satu elemen bernalar yaitu implikasi,
sedangkan untuk inferensi mahasiswa masih belum mampu menjelaskan dampak
negatifnya. Mampu dalam menyelesaikan permasalahan mikrobiologi dengan
memenuhi elemen bernalar berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniasih
(2010) yang memaparkan bahwa mereka yang berada pada tingkat 3 mampu berpikir
analitis terhadap elemen bernalar dan standar intelektual bernalar, serta menerapkan
pikiran analitisnya dalam menyelesaikan masalah. Mahasiswa mengetahui langkah-
langkah berpikir apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah, dalam hal
ini sudut pandangnya jelas. Mahasiswa juga mengetahui apa yang akan dilakukan
dengan standar intelektual bernalar sebagai standar penilaian sehingga elemen
informasi dan penyimpulan dipenuhi semua standarnya, elemen konsep dan ide serta
elemen sudut pandang sebagian besar standarnya juga dipenuhi.
Pada tingkatan BKPMM 4 (sangat kritis) mahasiswa mampu sampai
memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah dengan memenuhi ke delapan elemen
bernalar tujuan, informasi, pertanyaan, asumsi, konsep/ide, sudut pandang, implikasi
dan inferensi. Hal tersebut dapat dilihat pada saat mahasiswa mampu memberikan
solusi dalam mengatasi permasalahan mikrobiologi dengan mengajak siswa
berpraktikum dan menguji sampel- sampel es yang ada pada jajanan anak di sekolah
guna membuktikan kandungan mikrobia pada jajanan tersebut. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sadikin et.al (2013) yang menyatakan bahwa mahasiswa pada tingkat
ini dapat menyelesaikan masalah biologi dengan sangat kritis, hal ini terbukti dengan
mahasiswa mampu melalui semua tahapan penyelesaian masalah menurut Polya
(1968) mulai dari tahapan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan rencana sampai pada memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah.
Berdasarkan pembahasan di atas, mahasiswa yang memiliki tingkat berpikir kritis
berkategori tinggi, memiliki pemahaman konsep dan kemampuan penyelesaian
masalah yang baik. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Surachman (2010) yang
menunjukkan bahwa berikir kritis dan pemahaman konsep memiliki hubungan yang
kuat. Berpikir kritis merupakan alat yang digunakan peserta didik untuk
mengkonstruk pemahamannya. Mikrobiologi sebagai konsep yang dijadikan
permasalahan pada penelitian ini mampu menggali keberadaan tingkat berpikir kritis
mahasiswa. Seperti yang dijelaskan dalam penemuan Hasruddin, et al (2016) bahwa
penyusunan rencana tugas dapat mendorong mahasiswa untuk memperoleh
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada perkuliahan mikrobiologi.

C. Karakteristik Tingkat Berpikir Kritis Mahasiswa dalam Penyelesaian


Masalah Mikrobiologi

Karakteristik tingkat berpikir kritis mahasiswa terhadap permasalahan


mikrobiologi melalui penyelesaian masalah dilihat dari hasil wawancara mahasiswa
yang sudah menjawab dua tugas tertulis yang sudah diberikan. Wawancara dilakukan
8

terhadap satu orang mahasiswa dari masing-masing tingkat berpikir kritis.


Wawancara bertujuan untuk menggali lebih dalam kemampuan mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah mikrobiologi, agar terlihat karakteristik tiap tingkat berpikir
kritisnya.
Pada tingkat berpikir kritis 1, wawancara dilakukan terhadap mahasiswa RN.
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa RN Mahasiswa RN belum mampu
melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan memeriksa kembali hasil
penyelesaian masalah, karena elemen bernalarnya belum terpenuhi. Berdasarkan
karakteristik tersebut, mahasiswa yang berada pada tingkat ini sudah mampu
menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan informasi mikrobiologi. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban pada saat wawancara tentang “buruknya
kualitas mikroba yang terkandung didalam jajanan es anak sekolah. Hal ini
disebabkan kesadaran hieginitas dan sanitasi PJAS yang rendah, serta terbatasnya
air bersih, serana dan prasarana yang tidak memenuhi persyaratan kebersihan air
yang digunakan untuk air minum.
Keberadaan tingkat berpikir kritis mahasiswa RN, masih berada pada tingkat
berpikir kritis 1. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
pemahaman konsep. Nilai mata kuliah mahasiwa RN masih berkategori rendah,
sehingga tingkat berpikir kritisnya pun juga rendah. Hal ini sesuai dengan penilitian
K-Choa Yu, et al yang menyatakan bahwa pengetahuan teoritis yang salah ketika
dimiliki sesorang akan mempengaruhi kemampuan orang tersebut dalam
menginterpretasi informasi, sehingga juga mempengaruhi keputusan penilaian yang
mereka buat. Hal ini juga diperkuat oleh Synder dan Synder (2008) yang menyatakan
bahwa rendahnya berpikir kritis dikarenakan peserta didik belum mampu memahami
menerapkan konsep sains, meskipun telah mengetahui konsep tersebut.
Pada tingkat berpikir kritis 2, wawancara dilakukan terhadap mahasiswa RH.
Berdasarkan karakteristik tersebut, mahasiswa yang berada pada tingkat ini sudah
mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep mikrobiologi. Hal
tersebut dapat dilihat disaat RH menjawab langkah-langkah rumusan masalah
tentang” langkah-langkahnya dengan meningkatkan kesadaran higienitas dan
sanitasi PJAS, Meningkatkan ketersediaan air bersih serta meningkatkan serana dan
prasarana yang memenuhi syarat kesehatan, air untuk jajanan tersebut sebaiknya
dimasak terlebih dahulu sebelum digunakan oleh para pedagang agar air yang akan
digunakan tidak tercemar mikroba”. Hal tersebut dapat dilihat pada saat mahasiswa
mampu membuat asumsi dalam permasalahan mikrobiologi dengan memasak air
terlebih dahulu sebelum digunakan, supaya membunuh bakteri yang ada di dalam air
tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniasih (2010) yang menjelaskan bahwa
pada tingkat berpikir kiritis ini dapat disetarakan dengan berpikir permulaan karena
mahasiswa pada tingkat ini mulai memodifikasi kemampuan berpikirnya diantaranya
mengidentifikasi masalah, mengenali hubungan-hubungan, mencari konsep-konsep
yang relevan dan tepat, menggunakan analogi dalam menyelesaikan masalah namun
wawasannya terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan penalaran yang dilakukan masih
belum memenuhi standar jelas dan logis, serta sudut pandang tidak jelas dan tidak
luas (ditandai adanya penggunaan analogi yang tidak dikembangkan sesuai situasi
yang diberikan pada masalah yang diselesaikan).
Pada tingkat berpikir kritis 3, wawancara dilakukan terhadap mahasiswa AF.
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa AF mampu memahami masalah dengan
9

memenuhi elemen bernalar informasi, informasi yang diuraikan secara jelas, tepat,
teliti, relevan, dalam, luas dan logis, serta membuat pertanyaan dengan jelas, teliti,
relevan, luas, logis namun masih belum tepat dan dalam. Mahasiswa AF juga mampu
menyusun rencana penyelesaian masalah dengan memenuhi kedua elemen bernalar
asumsi secara jelas, teliti, relevan luas, logis namun masih belum tepat dan dalam
serta dalam menentukan konsep/ide secara jelas, teliti, relevan, dalam dan logis
namun masih belum tepat dan luas. Mahasiswa AF juga mampu melaksanakan
rencana penyelesaian masalah dengan memenuhi elemen bernalar sudut pandang
yang jelas, tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan logis. Mahasiswa AF juga mampu
memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah dengan memenuhi elemen bernalar
implikasi secara jelas, tepat, relevan, dalam dan logis namun masih belum teliti dan
luas, hanya saja pada tingkat ini salah satu elemen bernalar masih belum tercapai
yaitu inferensi. Berdasarkan karakteristik tersebut, mahasiswa yang berada pada
tingkat ini sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep
mikrobiologi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban pada saat wawancara
terhadap pertanyaan, “Kemungkinan nantinya anda menjadi seorang guru biologi,
bagaimana solusi anda dalam mengatasi minuman jajanan anak tidak sehat?’. AF
Menjawab “Saya akan memberikan arahan-arahan tentang bagaimana sih makanan/
minuman yang sehat untuk dikonsumsi dan memberikan tips-tips dalam
mengkonsumsi minuman misalnya dilihat dari bau, rasa dan warnanya.
Pada tingkat berpikir kritis 4, wawancara dilakukan terhadap mahasiswa DS.
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa DS mampu memahami masalah dengan
memenuhi elemen bernalar tujuan secara jelas, tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan
logis, menguraikan informasi secara jelas, tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan logis
serta dalam membuat rumusan pertanyaan terlihat jelas, teliti, relevan, luas, logis
namun masih belum tepat dan dalam. Mahasiswa DS juga mampu menyusun rencana
penyelesaian masalah dengan memenuhi kedua elemen bernalar asumsi secara jelas,
tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan logis serta menentukan konsep/ide dengan jelas,
tepat, relevan, dalam, luas dan logis namun masih belum teliti. Melaksanakan rencana
penyelesaian masalah dengan memenuhi elemen bernalar sudut pandang yang jelas,
tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan logis serta mahasiswa DS juga mampu
memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah dengan memenuhi kedua elemen
bernalar implikasi secara jelas, tepat, teliti, relevan, dalam, luas dan logis serta dalam
membuat kemsimpulan/inferensi terlihat jelas, tepat, teliti, relevan, dalam dan logis
namun masih belum luas.
Berdasarkan karakteristik tersebut, mahasiswa yang berada pada tingkat ini
sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep mikrobiologi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban pada saat wawancara terhadap pertanyaan.
“Konsep apa yang terkait pada materi mata kuliah mikrobiologi, kemudian
bagaimana cara penyelesaian masalahnya bisa anda jelaskan?” mahasiswa tersebut
menjawab, “konsep yang terkait adalah mikroba negatif atau yang sangat merugikan
bagi kesehatan, mikroba sangat tergantung pada lingkungan yang kotor, terutama
pada jajanan anak yang tidak sehat biasanya seperti e. coli yang suka terhadap
lingkungan kotor, maka dari itu harus dihindari dengan cara hidup sehat supaya
tidak meminum atau memakan makanan yang mengandung mikroba”.
Berdasarkan jawaban diatas dapat terlihat bahwa mahasiswa DS ini mampu
mengaitkan permasalahan jajan tidak sehat dengan konsep mikrobiologi yang ada di
10

lingkungan sekitar. Mahasiswa sebagai subjek pada penelitian ini telah mampu
menyelesaikan permasalahan mikrobiologi yang telah diberikan. Mahasiswa sudah
mampu mengaitkan permasalahan pada wacana dengan konsep mikrobiologi.
Mahasiswa dari masing-masing tingkat berpikir kritis menunjukan karakteristik yang
berbeda-beda, hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian elemen bernalar dan standar
intelektual bernalar mahasiswa dari masing-masing tingkat berpikir kritis. Mahasiswa
yang memiliki pemahaman konsep mikrobiologi yang baik, akan membuat mereka
mampu menyelesaikan permasalahan mikrobiologi dengan berpikir kritis. Hal ini
sejalan penemuan Bempah et al (2014) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi berpikir kritis mahasiswa adalah penguasaan konsep
permasalahan dan materi prasyarat (konsep awal), serta penerapannya. Artinya
mahasiswa yang mampu menyelesaikan permasalahan mikrobiologi dengan berpikir
kritis, memiliki pemahaman konsep mikrobiologi yang juga baik.
Konsep mikrobiologi diberikan sebagai salah satu mata kuliah kepada
mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat pada semester
V. Setelah menyelesaikan mata kuliah mikrobiologi, mahasiswa diharapkan mampu
menggunakan prinsip-prinsip mikrobiologi dalam menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi
maupun di lingkungan kerja yang berhubungan dengan pendidikan. Mahasiswa
pendidikan biologi sebagai calon pendidik di masa depan diharuskan memiliki
pemahaman konsep mikrobiologi yang baik, agar dapat memberikan prinsip-prinsip
dasar mikrobiologi kepada peserta didik. Prinsip dasar yang dterima peserta didik
terhadap pemahaman konsep mikrobiologi sangat menentukan kebiasaan pola hidup
yang higienis untuk menghindari mikroorganisme yang dapat menginfeksi tubuh. Hal
ini sejalan dengan penemuan Ardhi (2012) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan rendah terhadap prestasi
afektif, psikomotorik, dan kognitif (konsep/pengetahuan) mahasiswa pada materi
mikrobiologi. Artinya, mahasiswa yang memiliki tingkat berpikir kritis yang tinggi
dalam menyelesaikan permasalahan mikrobiologi, mereka juga akan memiliki
pemahaman konsep mikrobiologi yang baik.
11

SIMPULAN
1. profil tingkat berpikir kritis dalam penyelesaian masalah mikrobiologi terdiri dai
4 tingkatan yaitu: tingkat Berpikir Kritis dalam Penyelesaian Masalah
Mikrobiologi (BKPMM) 1 (Kurang kritis), tingkat Berpikir Kritis dalam
Penyelesaian Masalah Mikrobiologi (BKPMM) 2 (Cukup kritis), tingkat Berpikir
Kritis dalam Penyelesaian Masalah Mikrobiologi (BKPMM) 3 (Kritis), tingkat
Berpikir Kritis dalam Penyelesaian Masalah Mikrobiologi (BKPMM) 4 (sangat
kritis).
2. karakteristik dalam penyelesaian masalah mikrobiologi sebagai berikut :
BKPMM 1 (kurang kritis), keberadaan tingkat berpikir kritis mahasiswa RN,
masih berada pada tingkat berpikir kritis 1 tergolong kurang kritis. Salah satu
faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah pemahaman konsep. Nilai mata
kuliah mahasiwa RN masih berkategori rendah, sehingga tingkat berpikir
kritisnya pun juga rendah.
3. BKPMM 2 (cukup kritis), Berdasarkan ketercapaian elemen bernalar,
mahasiswa pada tingkat ini hanya mampu menyelesaikan permasalahan sampai
tahap melaksanakan rencana penyelesaian masalah, namun belum mampu
memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah. Hal tersebut dapat dilihat pada
saat mahasiswa mampu membuat asumsi dalam permasalahan mikrobiologi
dengan memasak air terlebih dahulu sebelum digunakan, supaya membunuh
bakteri yang ada di dalam air tersebut.
4. BKPMM 3 (kritis), mahasiswa yang berada pada tingkat ini sudah mampu
menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep mikrobiologi sampai
dengan memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah walaupun satu elemen
bernalar masih belum terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban
pada saat wawancara terhadap pertanyaan, “Kemungkinan nantinya anda menjadi
seorang guru biologi, bagaimana solusi anda dalam mengatasi minuman jajanan
anak tidak sehat?’. AF Menjawab “Saya akan memberikan arahan-arahan
12

tentang bagaimana sih makanan/ minuman yang sehat untuk dikonsumsi dan
memberikan tips-tips dalam mengkonsumsi minuman misalnya dilihat dari bau,
rasa dan warnanya.
5. BKPMM 4 (sangat kritis), mahasiswa yang berada pada tingkat ini sudah mampu
menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep mikrobiologi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil jawaban pada saat wawancara terhadap pertanyaan.
“Konsep apa yang terkait pada materi mata kuliah mikrobiologi, kemudian
bagaimana cara penyelesaian masalahnya bisa anda jelaskan?” mahasiswa
tersebut menjawab, “konsep yang terkait adalah mikroba negatif atau yang
sangat merugikan bagi kesehatan, mikroba sangat tergantung pada lingkungan
yang kotor, terutama pada jajanan anak yang tidak sehat biasanya seperti e. coli
yang suka terhadap lingkungan kotor, maka dari itu harus dihindari dengan cara
hidup sehat supaya tidak meminum atau memakan makanan yang mengandung
mikroba”. Berdasarkan jawaban diatas dapat terlihat bahwa mahasiswa DS ini
mampu mengaitkan permasalahan jajan tidak sehat dengan konsep mikrobiologi
yang ada di lingkungan sekitar

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. (2007). KBBI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Ardhi, Muh. Waskito. (2012). Pembelajaran Biologi Melalui Guided Inquiry Model
Menggunakan Teknik Mind Map dan Teknik Modified Roudhouse Diagram
ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains
Mahasiswa. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bempah, Haryati Octaviani, Sumarno Ismail dan Lailany Yahya. (2014). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika Pada Mata Kuliah Kalkulus I Materi Limit Fungsi. Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas MIPA. Universitas Negeri Gorontalo, hal. 3
Fatmawati, Harlinda, Mardiyana, dan Triyanto. (2014). Analisis Berpikir Kritis Siswa
dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok
Bahasan Persamaan Kuadrat. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.2 No.9
Fithriyah, Inayatul, Cholis Sa’dijah, dan Sisworo. (2016). Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D Smpn 17 Malang. Prosiding Konferensi
Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I)
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Hasruddin. Fauziah Harahap dan Mahmud. (2016). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Mikrobiologi berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa. Proceeding Biology
Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 509-514.
13

Hidayanti, Dwi, A.R. As’ari, dan Tjang Daniel C. (2016). Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Smp Kelas Ix Pada Materi Kesebangunan. Prosiding
Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP
I) Universitas Muhammadiyah Surakarta.
K-Chao Yu, K-Kyi Lin, S-chun Fan. 2014. An Exploratory Study on Application of
Conceptual Knowledge and Critical Thinking to Technological Issues.
Internasional Journal Technol.Des.Edu.
Kurniasih, Ary Woro. (2010). Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika. Yogyakarta, hal. 1-9.
Maguna, Amrullah, Darsikin, dan Marungkil Pasaribu. (2016). Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa Calon Guru pada Materi Kelistrikan (Studi Deskriptif pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tadulako Tahun
Angkatan 2014). Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 4 No. 3 hal.
1-5.
Numedal, S. G., & Halpern, D. F. (1995). Introduction: Making the Case for
“Psychologists Teach Critical Thinking”. Teaching of Psychology, 22, (1), 4-
5.
Paul, Richard. (2007). Critical Thinking in Every Domain of Knowledge and Belief,
Diakses melalui http://www.criticalthinking.org/pages/critical-thinking-in-
every-domain-of-knowledge-and-belief/698,
Polya, George. (1973). How To Solve It A New Aspect of Mathematical Method.
Princeton University Press, New Jersey.
Sadikin, Ali Kamid, dan Bambang Hariyadi. (2013). Profil Berpikir Kritis
Mahasiswa Tipe Phlegmatis dalam Pemecahan Masalah Mikrobiologi. EDU
SAINS Vol 2 No. 2, Jambi.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
Surachman, Yan. 2010. Hubungan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek mata Pelajaran Biologi Kelas Kelas X di
Malang. Skripsi, Jurusan Biologi Program Studi S1 Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Synder, L. G., dan Synder M. J. 2008. Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills. Spiring/Summer. (L2).
.

Anda mungkin juga menyukai