Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian II
Dosen Pengampu : Dr. Abdur Rahman As’ari
Disusun Oleh :
Yulia Fatmianeri Kelas Kemenag
PROGRAM PASCASARJANA STUDI PENDIDIKAN ATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
Beberapa Penelitian tentang Critical Thinking
Berpikir kritis adalah salah satu dari empat keterampilan yang
dibutuhkan pada abad -21 (Basri, Hasan : 2019). Keterampilan berpikir kritis telah menjadi kompetensi penting bagi orang-orang di era informasi baru dan masyarakat ekonomi global (As’ari, dalam Basri, Hasan: 2019). Pemikiran kritis juga melibatkan penalaran logis yang tepat dan kemampuan untuk memesahkan fakta dari pendapat (Chukwuyenum, 2013). Peserta didik dituntut menalar dengan benar dan mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan. Oleh karena itu, berbagai penelitian pun dilaksankan untuk mempersiapkan critical thinking bagi siswa, mahasiswa dan guru itu sendiri.
Beberapa penelitian mengenai Critical Thinking yang sudah pernah
dilakukan diantaranya Refiandari, dkk meneliti Probelm Base Learning to achieve Critical Thinking dengan metode Experiment (Post Test Only). Hasil penelitiannya bahwa menggunakan Problem Base Learning dapat meningkatkan Crtical Thinking siswa dari pada menggunakan konvesional. Kurniati, dkk meneliti apakah Contextual Teacing Learning (CTL) dapat meningkatkan Crtiical Thinking siswa. Metode penelitiannya Experiment (Pretest-Post Test), dengan hasil penelitian bahwa Critical Thinking siswa meningkat dengan menggunakan CTL.
Firdaus, dkk meniliti apakah Problem Base Learning dapat
meningkatkan Critical Thinking siswa? Metode yang digunakan Experiment Pretest-PostTest. Hasil penelitiannya adalah Problem base Learning dapat menigkatkan Critical Thinking siswa, seperti High, med, low sama meningkatnya. Perbedaan dari penelitian Refiandari, Refinadari menggunakan keals kontrol dan eksperimen. Terdapat perbandingan hasil antara kelas yang diberikan tindakan dengan yang tidak. Sedangkan penelitian yang dilakukan Firdaus lebih khusus dilihat dari peningkatan berpikir kiritis bagi siswa kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Abd. Rahman As’ari meneliti tentang kemampuan berpikir kritis guru
matematika. Penelitian ini merupakan studi kasus, yang menghasilkan bahwa keterampiran berpikir kritis guru matematika masih rendah. Danar Supriadi, dkk meneliti tentang bagaimana Proses berfikir berdasarkan Polya dapat meningkatkan critical thinking siswa. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner dan wawancara. Hasil penelitian bahwa Langkah Polya mampu meningkatkan 3 levet, High-medium, sedangkan low no effect.
Hasan Basri dkk, menyelidiki keterampilan berpikir siswa SMP dalam
menyelesaikan masalah Matematika. Metode penelitiannya deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini bahwa keterampilan berpikir kritis siwa SMP dalam menyelesaikan masalah Matematika masih rendah. Susriyati, dkk meneliti tentang RICOSRE to acheieve Crtical Thinking siswa. Metode penelitian ini Exkperiment (pretest-Posttest). Hasil penelitian bahwa RICOSTE meningkatkan Critical Thinking siswa. Muhamad Saleh meneliti tentang PMRI. Metode penelitiannya Experiment Pretest-Post Test. Hasil penelitian ini adalah tiga level berpikir meningkat. Sahika, UNLU melakukan sebuat studi pengembangan. Subanji, DKK meneliti tentang Proses berfikir polya (asimilasi-akomodasi). Metode penelitiannya berupa Study kasus (test wawancara). Hasil penelitian bahwa High, dikerjakan dengan asimilasi akomodasi, Med dengan asimilasi dan Low, 3 0f 4 dengan asimilasi incomplete, the fourth not asimilasi dan akomodasi.
Sahat Saragih, Dkk meneliti apakah pembelajaran berbasis budaya
lokal dapat meningkatkan critical thinking siswa? Metode penelitiannya adalah Comparison, test. Hasil penelitan bawah Pembelajaran berbasis budaya lokal “efektif” meningkatkan crtical thinking siswa. Hamdah Munawaroh, Dkk meneliti tentang Persepsi Guru. Metode penelitian berupa studi kasus. Hasil penelitian bawah siswa yg memiliki Critical Thinking yang tinggi butuh pembelajaran yg inovatif. Yusri meneliti probelm solving, Problem Base Learning, Verbal, dalam peningkatan Critical thinking. Metode yang digunakan eksperimen. Hasil penelitan bahwa dengan problem solving, Critical thinking siswa lmeningkat dari pada menggunakan problem base learning. Rasiman meneliti bagaimana proses berpikir mahasiswa. Metode yang digunakan Kualitatif exploratif. Hasil penelitiannya adalah Tahun I : tidak kritis hanya dapat mengidentifikasi fakta Tahun II : kurang, identifikasi fakta, dan tahu pengetahuan yang tepat Tahun III : kritis, identifikasi fakta, tahu pengetahuan yg tepat, dan dapat memecahkan soal, tapi kurang akurat Tahun IV : very kritis, identifikasi fakta, tahu pengetahuan yang tepat, dan dapat memecahkan soal dengan akurat Deniz Gurcay, Dkk meneliti Keterampilan berfikir siswa dg regulasi diri metakognitif, self-efficacy fisika. Metode yang digunakan Statistik deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya adalah ada korelasi positif antara regulasi diri dan self-efficacy fisika. Dari berbagai penelitian yang penulis paparkan di atas, bahwa penilitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya mengenai: 1. Meningkatkan kemampuan critical thinking siswa dengan PBL, CTL, dan RICORSE. 2. Proses peningkatan kemampuan critical thinking siswa dengan langkah Polya, PMRI, dan pembelajaran berbasis budaya lokal. 3. Bagaimana keterampilan berpikir kritis guru 4. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa SMP 5. Bagaimana keterampilan berpikir kritis mahasiswa 6. Bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan kritis siswa dalam pembelajaran 7. Bagaimana korelasi Keterampilan berfikir siswa dg regulasi diri metakognitif, self-efficacy fisika
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, menurut penulis ada beberapa
penelitian yang belum disinggung dalam penelitian tentang critical thinking ini, diantaranya : 1. Meningkatkan kemampuan critical thinking siswa dengan menggunakan pendekatan teori piaget dan vygotsky. 2. Bagaimana korelasi percaya diri, critical thinking serta hasil belajar matematika siswa? 3. Adakah korelasi motivasi dalam pembelajaran dengan critical thinking siswa? 4. Adakah korelasi siswa yang berpikir kritis tinggi mampu memecahkan masalah matematika di kelas juga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang ditemui? 5. Bagaimana perbedaan critical thinking siswa (high, med, low) dalam memecahkan masalah matematika dan masalah sehari-hari? 6. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi cara berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika? 7. Adakah perbedaan critical thinking siswa laki-laki dan perempuan pada SMP/MTs? 8. Adakah korelasi pengaruh budaya setempat dengan critical thinking siswa? 9. Adakah korelasi kebiasaan belajar atau gaya belajar terhadap critical thinking siswa? 10. Apakah pendekatan cara belajar multiple intellengences dapat meningkatkan critical thinking siswa? 11. Adakah perbedaan persepsi diantara siswa (high, med, low) critical thinking terhadap pembelajaran matematika? 12. Adakah pengaruh guru pada pembelajaran matematika dalam meningkatkan critical thinking siswa?
Diantara masalah-masalah yang penulis uraikan di atas, penulis tertarik
untuk meneliti salah satu diantaranya. Penulis tertarik dengan pertanyaan penelitian adakah korelasi siswa yang berpikir kritis tinggi yang memecahkan masalah matematika di kelas juga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan ini membuat penulis penasaran. Tujuan dari siswa mampu berpikir kritis agar mereka mampu menyelesaikan masalah baik di kelas maupun di kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Kemendikbud (2013). Apakah ada korelasi siswa berpikir kritis dalam pembelajarannya dengan masalah pada kehidupan seharinya? Daftar Pustaka
Chukwuyenum, AN (2013). Dampak pemikiran kritis terhadap kinerja
dalam amtematika di antara siswa skeolah menengah atas di negara bagian lagos. Journal of Research & Method in Education, 3.5(5), 18-25.
Thinking Skill of Junior High School in Solving Mathematical Problem. International Journal of Instruction, Vol.12, No.3 p-ISSN: 1694-609X, pp. 745-758.