Anda di halaman 1dari 32

Transkrip Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nadiem Makarim

Episode 1
Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia, Jakarta 11
Septermber 2019
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh salam sejahtera namo buddhaya
Om Swastiastu salam kebajikan.
Bapak-bapak ibu-ibu yang terhormat, apa kabar pagi ini?
Alhamdulillah Terima kasih sudah datang hari ini. Ini hari yang sangat penting
karena ini merupakan peluncuran pertama konsep Merdeka belajar. Pasti Bapak-
bapak juga ingin mengetahui apa saja yang akan kita lakukan hari ini akan kita
umumkan, tapi mohon Bapak-Bapak dan ibu-ibu ini hanya langkah pertama ya.
Pada hari ini saya waktu pertama kali serah terima jabatan, saya ada pidato,
dimana saya menyebut bahwa 100 hari pertama saya adalah untuk belajar, dan
akan rencana saya baru keluar setelah 100 hari melakukan evaluasi mendengar
dan belajar. Tapi karena ini Kabinet Indonesia maju, kami memutuskan untuk
segera melakukan hal-hal kerja nyata. Jadi bukan hanya merencanakan saja tapi
juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat dibutuhkan para guru-guru
dan siswa-siswa seluruh Indonesia. Jadi ini adalah hasil dari pada diskusi intensif
dengan ratusan stageholder, guru, kepala sekolah, Kepala Dinas, pengamat
pendidik, dosen-dosen dan pakar-pakar di Indonesia dan di luar Indonesia juga.
Ini adalah hasil daripada diskusi-diskusi tersebut. Saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada tim Kemendikbud yang juga telah membantu menyusun program-
program tersebut. Terima kasih, kita masuk saja kepada inisiatif nya.
Ada 4 inisiatif Merdeka belajar yang akan kita laksanakan. 4 jenis kebijakan
perubahan yang sangat penting.
yang satu topik pertama adalah mengenai USBN
yang kedua adalah mengenai UN (Ujian Nasional)
yang ketiga adalah mengenai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dan yang terakhir adalah mengenai zonasi
Bapak-bapak, ibu-ibu sebelum saya masuk kepada detailnya, sekedar
mengingatkan mengapa konsep Merdeka belajar ini begitu penting? Karena hanya
dengan kemerdekaan kelembagaan unit pendidikan, hanya dengan kemerdekaan
kreativitas dan inovasi dari pada guru, hanya dengan hal itulah pembelajaran di
dalam kelas bisa terjadi secara sungguh. Ini mohon diyakini, itu yang kita
butuhkan dan saya tidak akan, kami semua di Kemendikbud, tidak akan mungkin
bisa mencapai ini tanpa dukungan Bapak-bapak ibu-ibu di ruangan ini.
Oke kita masuk pada topik yang pertama. USBN
Bapak-bapak, ibu-ibu semangatnya undang-undang sisdiknas itu sudah jelas,
bahwa murid itu dievaluasi oleh guru dan kelulusan itu ditentukan melalui suatu
penilaian yang dilakukan oleh sekolah, oleh sekolah itu memang semangatnya
undang-undang Sisdiknas. Pada saat ini yang terjadi adalah dengan adanya USBN,
semangat kemerdekaan sekolah itu menentukan penilaian yang tepat untuk anak-
anak itu tidak terjadi atau tidak optimal, karena dia harus mengikuti soal-soal yang
berstandar, artinya kebanyakan pilihan ganda kebanyakan format yang hampir
sama seperti UN. Dan kurikulum 2013 itu sebenarnya semangatnya adalah
kurikulum yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi-kompetensi dasar yang ada
di 2013 dan standar pendidikan kita itu, sebenarnya sangat sulit hanya dites
dengan pilihan ganda, karena itu tidak cukup untuk mengetahui berbagai macam
kompetensi.
Jadi ke mana arahan kebijakan baru kita? Untuk 2020, USBN itu akan diganti,
dikembalikan kepada esensi undang-undang Sisdiknas. Kepada semua setiap
sekolah, untuk menyelenggarakan ujian kelulusan nya sendiri, dengan tentunya
mengikuti kompetensi kompetensi dasar yang sudah ada di kurikulum kita. Jadi
untuk step pertama
Ini tidak berarti Bapak ibu-ibu bahwa sekolah yang belum nyaman merubah tes
kelulusannya dari yang USBN sebelumnya harus berubah. Ini harus ditekankan.
Ini tidak memaksakan sekolah untuk harus berubah tes kelulusan ya. Kalau
sekolah itu masih belum siap untuk melakukan perubahan, kalau ingin
menggunakan format seperti USBN yang tahun lalu itu dipersilahkan. Tetapi bagi
sekolah-sekolah yang ingin melakukan perubahan, bagi sekolah-sekolah yang
ingin melakukan penilaian dengan cara lebih holistik itu diperbolehkan. Sehingga
bisalah ini menimbulkan, menciptakan kesempatan bagi sekolah-sekolah
melakukan penilaian di luar hal yang cuman pilihan ganda, seperti essay
portofolio dan penugasan penugasan lain, seperti tugas kelompok karya tulis dan
lain-lain. Jadinya ini kita memberikan kemerdekaan bagi guru-guru penggerak di
seluruh Indonesia untuk menciptakan konsep-konsep penilaian yang lebih holistik,
yang benar-benar menguji kompetensi dasar kurikulum kita, bukan hanya
pengetahuan atau hafalan saja.
Bagi Bapak-bapak di sini yang telah menganggarkan budget untuk USBN, ini bisa
digunakan untuk meningkatkan kapasitas guru dan kualitas pembelajaran, yang
memang di berapa daerah sudah ada. Tapi untuk 2020 bagi sekolah-sekolah yang
ingin menciptakan asesmen yang lebih holistik, ini adalah kesempatan jadinya
bagi guru-guru penggerak, kepala-kepala sekolah penggerak di luar, mohon ini
jangan disia-siakan kesempatan ini. Namun ini juga bukan pemaksaan bagi
sekolah-sekolah dan guru-guru yang belum siap, yang masih ingin mengikuti
format yang sebelumnya itu silahkan. Ini adalah kebijakan USBN kita.
Untuk yang kedua UN
Ada beberapa hal. Ada beberapa isu atau masalah dengan UN pada saat ini. Dan
ini berdasarkan survei dan diskusi dengan berbagai macam orang tua, siswa guru-
guru dan kepala sekolah, juga materi UN itu yang terlalu padat, sehingga
cenderung fokusnya adalah mengajarkan materi, menghafal materi dan bukan
kompetensi pelajaran.
Kedua isinya adalah ini sudah menjadi beban stres bagi banyak siswa, Guru dan
Orang Tua, karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa
sebagai individu. Padahal maksudnya Ujian Nasional berstandar nasional adalah
untuk mengakses sistem pendidikan yaitu sekolahnya, maupun geografinya,
maupun sistem pendidikannya secara nasional. Dan UN hanya menilai satu aspek
yaitu yang kognitifnya. Bahkan nggak semua aspek kognitif kompetensi dites
lebih banyak kepenguasaan materinya dan belum menyentuh karakter siswa secara
lebih holistik. Jadi apa perubahan yang akan kita lakukan?
Untuk 2020, UN akan dilaksanakan sesuai seperti tahun sebelumnya ya. Jadi
untuk 2020 bagi orang tua yang sudah investasi banyak untuk anaknya belajar
untuk mendapat angka terbaik di UN, itu silakan lanjut untuk 2020, tapi itu hari
terakhir UN seperti format sekarang diselenggarakan. Di tahun 2021 UN itu akan
diganti menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter.
Akan saya jelaskan :
Yang pertama adalah penyederhanaan Bapak-bapak, ibu-ibu kayaknya kita semua
di ruangan ini setuju secara nasional kita membutuhkan tolak ukur. Tidak bisa
sama sekali kita tidak punya tolak ukur, tapi apa yang diukur dan siapa yang
diukur? itu yang akan berubah.Asesmen kompetensi minimum adalah kompetensi
yang benar-benar minimum. Kita bisa memetakan sekolah-sekolah dan daerah-
daerah berdasarkan kompetensi minimum. Apa itu materinya? Materinya yang
bagian kognitif yaitu hanya dua, pertama adalah literasi dan kedua adalah
numerasi.
Literasi itu bukan hanya kemampuan membaca Bapak-bapak dan ibu-ibu. Literasi
adalah kemampuan menganalisa suatu bacaan, kemampuan mengerti atau
memahami konsep dibalik tulisan tersebut, itu yang penting. Kedua numerasi itu
adalah kemampuan menganalisa menggunakan angka-angka dan matematika ya.
Ini adalah dua hal yang akan menyederhanakan asesmen kompetensi yang
dilakukan mulai tahun 2021. Jadinya ini bukan berdasarkan mata pelajaran lagi,
bukan berdasarkan penguasaan konten atau materi. Ini berdasarkan kompetensi
minimum, kompetensi dasar yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar
apapun materinya. Ini adalah kompetensi minimum yang dibutuhkan murid untuk
bisa belajar apapun mata pelajarannya.
Dan yang terakhir adalah akan ada survei karakter. Ini luar biasa pentingnya
Bapak-bapak dan ibu-ibu. Nah, pada saat ini secara nasional hanya data yang kita
punya ini, hanya data kognitif. Kita tidak mengetahui mengenai kondisi ekosistem
di dalam sekolahnya murid kita. kita tidak mengetahui apakah asas-asas Pancasila
itu benar-benar dirasakan oleh siswa-siswa se-indonesia. Kita akan menanyakan
survei-survei untuk mengetahui Dekosistem sekolahnya. Bagaimana implementasi
gotong royong? Apakah level toleransinya sehat dan baik di dalam sekolah itu?
Apakah well-being atau kebahagiaan anak itu sudah mapan? Apakah ada bullying
yang terjadi kepada siswa-siswi di sekolah itu? Survei ini akan menjadi suatu
panduan buat sekolahnya, kami, Dinas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Survei karakter ini akan menjadi tolak ukur untuk bisa memberikan umpan balik,
memberikan feedback kepada sekolah-sekolah untuk melakukan perubahan-
perubahan yang akan menciptakan siswa-siswi yang lebih bahagia dan juga lebih
kuat azas-azas Pancasila di dalam lingkungan sekolah.
Yang pertama dari sisi materinya dan yang kedua adalah kapan asesmen
Kompetensi ini dilakukan? itu sangat penting. Yang tadinya di akhir jenjang, kita
akan ubah itu di tengah jenjang. Ya yang tadinya di akhir jenjang kita akan ubah
di tengah jenjang. Kenapa? Dua alasan, alasan pertama adalah kalau dilakukan di
tengah jenjang, ini memberikan waktu untuk sekolah dan guru-guru untuk
melakukan perbaikan sebelum anak itu lulus jenjang itu. Bayangkan Bapak ibu-
ibu sekarang kita memberikan asesmen, tapi itu guru dan kepala sekolah sudah
tidak bisa melakukan perbaikan kepada murid-murid yang benar-benar
membutuhkan bantuan ekstra, maupun juga peningkatan kualitas pembelajaran
mengikuti hasil asesmen tersebut. Kalau itu dilaksanakan di tengah jenjang, ini
memberikan waktu bagi semua unit pendidikan kita untuk melakukan perbaikan.
Dan yang kedua karena dilakukan ditengah jenjang, ini tidak bisa digunakan
sebagai alat seleksi untuk siswa-siswi kita. Tidak lagi menimbulkan stres di orang
tua dan anak-anak, karena ini adalah formative assessment. Formatif artinya harus
berguna bagi sekolah, berguna bagi guru untuk memperbaiki dirinya. Dan poin
ketiga yang terpenting ini kita asesmen kompetensi ini dan survei karakter ini,
bukan hanya kita mengikuti ide-ide kita sendiri saja. Kami dibantu berbagai
macam organisasi di dalam dan di luar Indonesia, dan banyak sekali bantuan
seperti organisasi seperti OICD dan Work Bank juga agar asesmen Kompetensi
ini kualitasnya sangat baik, agar kualitasnya setara dengan kualitas internasional,
tapi juga penuh dengan kearifan lokal kita ya. Jadi ini kita gotong royong untuk
menciptakan rasa senang kompetensi yang lebih baik.
Jadi ini sekedar menekankan saja bahwa numerasi dan literasi Itu bukan mata
pelajaran bahasa, bukan mata pelajaran matematika tapi kemampuan murid-murid
menggunakan konsep itu untuk menganalisa sebuah materi, seperti yang di
sebelah kiri Ini ada suatu paragraf dan diagram mengenai climate change
mengenai masalah lingkungan hidup kita dan dari situlah murid-murid akan harus
bisa menggunakan higer order thinking, menggunakan daya analisa dia untuk
menjawab pertanyaannya ya. Dan untuk yang contoh seperti yang matematika
kemampuan menganalisa itu berdasarkan kontekstual intelijen, bahwa dia bisa
mengaplikasikan konsep matematika itu di dalam suatu situasi, baik abstrak
maupun konkrit, yang ini contoh, untuk yang ini kita ambil contoh dari Pisa. Ini
sekedar memberikan gambaran apa perubahannya dari yang Ujian Nasional
sebelumnya.
Inisiatif ke-3, didedikasikan untuk para guru-guru. yang tadinya RPP ada 13
komponen yang begitu padat dan menjadi beban yang begitu berat bagi guru-guru.
Kita akan merubahnya menjadi format yang jauh lebih sederhana. Cukup satu
halaman saja untuk RPP. Cukup satu halaman saja jadi yang tadinya ada belasan
komponen, kita bikin tiga komponen saja, tiga komponen inti yaitu tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen atau penilaian pembelajaran.
Yang akan diberikan berbagai macam contoh-contoh contoh RPP yang cuman
satu halaman saja sudah cukup, karena Bapak-bapak dan ibu-ibu yang penting
mengenai RPP itu bukan hanya penulisannya, sebenarnya esensinya RPP atau
lesson plan adalah proses refleksi daripada guru itu. Pada saat dia menulis suatu
RPP dilaksanakan di kelas, besoknya dia kembali kepada RPP itu untuk
melakukan refleksi, tercapai nggak apa yang saya maksudkan. Dari situlah
pembelajaran terjadi bukan dengan nulis 10 halaman sekedar buat administrasi.
Mohon bantuan Bapak-bapak, ibu-ibu untuk mengkomunikasikan ini kepada
semua pengawas, di bawah Bapak-bapak dan ibu-ibu agar mengerti esensinya ini,
dan agar ini dilakukan tapi tidak menjadi beban yang terlalu berat, karena
esensinya adalah proses itu terjadi itu yang penting, yang tentunya kami akan
memberikan berbagai macam contoh-contoh RPP yang singkat, tapi kualitasnya
bagus juga. Jadi RPP cukup satu halaman.
Yang berikutnya zonasi. Zonasi Bapak-bapak dan ibu-ibu itu sangat penting, dan
kami di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung penuh inisiatif
zonasi. Tapi ada berbagai macam daerah yang mengalami kesulitan. Kami sadar,
nggak semua daerah itu siap untuk suatu pollesi zonasi yang sangat rigid.
Sebelumnya jalur zonasi minimal 80%, jalur prestasi hanya 15%, dan perpindahan
5%. Jadi kami ingin menciptakan suatu kebijakan yang bisa melaksanakan esensi
atau semangat zonasi yaitu pemerataan bagi semua murid untuk bisa mendapatkan
kualitas yang baik, tetapi juga mengakomodir perbedaan di situasi di daerah-
daerah. Jadi arahan kebijakan kedepannya adalah sedikit kelonggaran kita
memberikan zonasi. Yang tadinya jalur prestasi itu cuman 15%, sekarang jalur
prestasi kami perbolehkan sampai dengan 30%. Jadi bagi Ibu-ibu dan bapak-
bapak orang tua yang sangat semangat mempush anaknya untuk mendapatkan
angka yang baik, untuk mendapatkan prestasi yang baik, inilah menjadi
kesempatan untuk mereka untuk mencapai sekolah yang mereka inginkan. Tetapi
tetap 70% itu mengikuti tiga kriteria, yaitu minimum zonasi adalah 50%, jalur
afirmasi minimal 15%. Afirmasi adalah pemegang Kartu Indonesia Pintar. Dan
tentunya jalur perpindahan itu 5 % dan sisanya sampai 30 % adalah jalur prestasi.
Ini suatu kompromi diantara aspirasi kita untuk mencapai pemerataan, tapi juga
apresiasi orang tua yang juga ingin anaknya yang prestasi bisa mendapatkan
choice atau pilihan dimana sekolah yang diinginkan. Ya tentunya jangan lupa
Bapak-bapak dan ibu-ibu bahwa zonasi bukan berarti pemerataan, tidak cukup
hanya dengan zonasi.
Yang dampaknya lebih besar lagi adalah pemerataan kuantitas dan kualitas guru.
benar enggak Bapak? Itu yang lebih, lebih banyak dampaknya kepada pemerataan
pendidikan. Dan itu yang saya membutuhkan dukungan Bapak-bapak dan ibu-ibu
untuk segera melakukan evaluasi paling tidak dari jumlah kuantitas guru. Kalau
ada sekolah-sekolah yang banyak sekali guru berkumpul di sekolah itu, untuk
dilakukan distribusi yang lebih adil bagi siswa-siswa di dalam sekolah yang
kekurangan guru. Dan ini tentunya Kemendikbud tidak bisa melakukan ini tanpa
bantuan kepada Kepala-Kepala Dinas. Jadi mohon support-nya Bapak untuk ingin
menjadi prioritas nomor satu untuk sekolah-sekolah yang kekurangan guru,
mohon dilakukan distribusi yang baik, demi siswa-siswi kita .
Singkat jadi 4 topik tadi, mungkin kita samraise halaman tadi yang 1, 2, 3, 4.
Sekian presentasi saya Bapak-bapak dan ibu-ibu. Ini adalah ronde pertama Ya. Ini
adalah ronde pertama Merdeka belajar.Tidak ada perubahan yang nyaman-nyaman
saja. Semua perubahan itu pasti ada tantangannya. Semua perubahan pasti ada
ketidaknyamanannya, tetapi seperti yang kita tahu sudah waktunya Indonesia
melompat ke depan, bukan hanya melangkah. Sudah waktunya kita melompat ke
depan, saat kita memberikan kemerdekaan kepada guru-guru kita, dan kepada
kepala-kepala sekolah kita untuk bergerak. Dengan adanya perubahan di system
assessment kita, yaitu ujian sekolah dikembalikan lagi kepada sekolah, Ujian
Nasional tidak mengukur materi penguasaan materi tapi penguasaan kompetensi.
RPP disederhanakan jadi satu halaman dan zonasi masih bisa mengakomodir
anak-anak berprestasi. Kita memberikan langkah pertama kemerdekaan belajar di
Indonesia. Mohon dukungannya Bapak-bapak dan ibu-ibu. wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Episode 2
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar teman-teman? kayaknya kurang semangat ya? Apa kabar angkat tangan
kalau mahasiswa kalau dosen ada yang dosen dan mahasiswa! angkat tangan kalau
Rektor.
Terima kasih Bapak, ibu-ibu, terima kasih untuk kesempatan mempresentasikan
arahan kebijakan Kemendikbud episode ke-2.
Episode kedua yaitu kampus merdeka. Merdeka belajar episode ke-2, kampus
Merdeka .
Bapak, ibu-ibu ingat episode 1, yang mana waktu UN, USBN, RPP, zonasi, masih
ingat? Oke itu episode pertama.
Ini episode kedua kebijakan dan fokusnya adalah kepada perguruan tinggi,
makanya dinamakan kampus Merdeka. Pendidikan tinggi ini memiliki potensi
dampak tercepat untuk perubahan SDM unggul. Kenapa ? Karena jangka waktu
dari keluar dari perguruan tinggi sampai di dunia nyata untuk bisa membangun
Indonesia itu sangat yang tercepat. Potensi kalau kita bisa meningkatkan kualitas
perguruan tinggi kita, terutama S1 dimana kebanyakan mahasiswa kita itu ada di
S1. Ini adalah cara tercepat untuk membangun SDM unggul. Pendidikan tinggi di
Indonesia ini harus menjadi ujung tombak yang bergerak tercepat, karena dia
begitu dekat dengan dunia pekerjaan, dia harus yang berinovasi tercepat dari
semua unit pendidikan, karena harus adaptif dan selalu berubah dengan lincah.
Namun pada saat ini, itu tidak, situasinya tidak seperti itu. Inovasi yaitu tujuan
utama dari pada perguruan tinggi. Inovasi dalam pembelajaran, inovasi dalam
pembagian masyarakat, inovasi dalam research, itu tidak bisa dilakukan tanpa
ruang bergerak. Inovasi hanya bisa terjadi di dalam suatu ekosistem yang tidak
dibatasi. Dan ini adalah spirit atau esensi kebijakan kampus merdeka kita.
Marilah kita masuk ke dalam empat kebijakan program pokok kampus Merdeka!
yang pertama adalah pembukaan program studi baru
Bagi teman-teman yang tidak tahu program studi itu apa, atau prodi-prodi itu
adalah perkumpulan matakuliah yang dikerjakan oleh para dosen pada kepala
Prodi dalam satu departemen di perguruan tinggi, di mana nanti mahasiswa, kalau
mengambil Prodi tersebut dia lulus dengan sarjana Prodi tersebut ya. Jadi kalau
misalnya sarjana lulusan sarjana Teknik Sipil prodinya, itu namanya Teknik Sipil.
Kalau sarjana hukum prodinya itu namanya hukum, dan lain-lain bagi mungkin
yang belum mengenal Apa itu Prodi.
Sekarang membuka Prodi baru tantangan yang sangat besar perguruan tinggi
ditantang untuk menjawab semua kebutuhan industri, kebutuhan negara dan lain-
lain, tapi pada saat ingin berinovasi menciptakan mata kurikulum baru dan Prodi
baru, sejumlah proses untuk mendapatkan izin tersebut dari Kementrian itu sangat
berat. Kriterianya juga sangat berat, tapi mereka butuh ditantang untuk menjawab
kebutuhan industri yang selalu berubah. Nah ini menjadi suatu tantangan yang
sangat besar bagi perguruan tinggi.
Kedua, sekarang banyak sekali kurikulum dari Prodi-prodi di Universitas kita
sifatnya itu sangat teoritis, sangat teoritis dan tidak banyak yang bisa dibilang
100% link it match dengan kebutuhan di dalam dunia nyata.
Dan yang ketiga adalah banyak Prodi yang kurikulumnya bahan kontennya,
materinya itu belum bisa bersaing di panggung dunia, belum pada saat ini, banyak
yang bagus tapi dibilang bisa bersaing di panggung dunia Belum bisa dibilang
begitu. Jadi apa solusi kita apa kebijakannya? Kita ingin melakukan kolaborasi
atau bisa disebut juga pernikahan massal. Apa yang dimaksud dengan pernikahan
massal? Pernikahan massal antara universitas dengan berbagai macam pihak-
pihak di luar universitas untuk menciptakan Prodi-prodi baru. Perguruan tinggi
yang mempunyai akreditasi A dan B langsung diberikan izin untuk membuka
Prodi baru, asal mereka memiliki kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu organisasi
organisasi kelas dunia. artinya untuk universitas yang punya akreditasi A dan B
tidak perlu lagi melalui proses perizinan Prodi di Kementerian. Tidak usah lagi
dicocokan dengan rumpun ilmu yang mana ketetapan yang mana dan lain-lain,
asal mereka bisa membuktika,n mereka melakukan kerjasama dengan, ada 4 opsi
ini dan atau ya, pertama perusahaan berkelas dunia, kedua organisasi nirlaba
berkelas dunia contohnya seperti PBB, Bank dunia, USAID dan lain-lain, ketiga
BUMN maupun BUMD, dan yang keempat adalah top 100 Word University
berdasarkan QS ranking. Ini adalah 4 opsi yang bisa ada.
Bapak-bapak, ibu-ibu untuk yang 3 pertama tadi yang bukan Universitas top 100
ya 1, 2, dan 3. Prodi tersebut harus membuktikan kepada pemerintah
kerjasamanya nyata dan riil. Bagaimana cara membuktikannya?
Ada tiga kriteria artinya kerjasama baru, kalau tiga kriteria ini terpenuhi.
Pertama adalah harus menunjukkan kerjasama dengan Mitra pihak ketiga itu
dalam penyusunan kurikulum. Kedua ada program magangnya, dan ketiga ada
ujian kerjasama dari sisi rekrutmen artinya lulusan Prodinya harus ada perjanjian
kerjasama dari sisi rekrutmen perusahaan tersebut maupun NGO kelas dunia
tersebut maupun BUMN dan BUMD tersebut. Kalau Prodi ini bisa membuktikan
ada kerja sama ini, 3 dengan organisasi kelas dunia otomatis akan diberikan izin
membuka program studi.
Kenapa kita melakukan kebijakan ini? Apa hasil yang kita inginkan? Seperti yang
saya bilang tadi, yang kami inginkan adalah pernikahan massal, semua rektor-
rektor semua kepala Prodi, semua dekan-dekan akan berlomba-lomba meeting-
meeting dengan berbagai macam pihak universitas luar negeri, dengan berbagai
macam NGO kelas dunia, dengan berbagai macam perusahaan kelas dunia di
Indonesia maupun perusahaan dari luar negeri, untuk menciptakan Partnership
yang riil, berdasarkan tiga kerangka ini : kurikulum, magan, rekrutment. Dan
dengan ini kita melepaskan hak perizinan Prodi ini hanya sekedar registrasi saja
dan kami akan outo approve kalau perusahaan tertentu dengan kredibilitas yang
sangat tinggi, organisasi tersebut harus kredibilitas yang sangat tinggi. Ini yang
kita harapkan berbenturan, diskusi meeting yang terjadi dengan berbagai macam
instansi Civil Society masuk ke kampus-kampus pun keluar dari kampus.
Topik kedua, kebijakan kedua adalah sistem akreditasi perguruan tinggi.
Bagi Bapak, Ibu yang mungkin tidak mengenal baik nanti di masyarakat. Apa itu
proses akreditasi? Akreditasi itu adalah suatu proses penilaian yang dilakukan
pemerintah untuk menilai dua hal :
Pertama adalah perguruan tingginya sendiri, dan yang kedua adalah Prodi di
dalam perguruan tinggi itu. Mungkin Bapak, Ibu yang tidak mengenal, kadang-
kadang kalau kita sebut akreditasinya itu A, B, C, itulah angka hasil dari pada
sistem akreditasi tersebut. Apa tantangan yang dihadapi hari ini? Saat ini saya rasa
dosen-dosen dan Rektor di sini semua mengetahui bahwa proses dan persyaratan
akreditasi itu suatu beban yang cukup besar. Kenapa? Karena semuanya itu
dilakukan secara manual, tumpukan dokumentasi dan bukti bahwa Universitas itu
telah melakukan berbagai macam proses itu bertumpukan pada saat ancang-
ancang 2 tahun sebelum waktunya re-akreditasi itu banyak sekali. Mahasiswa pun
sampai komplain dosennya ke mana ya? Itu karena tantangan-tantangan daripada
tuntutan reakreditasi karena ingin mempertahankan (maintain) akreditasi tersebut.
Saat ini juga banyak sekali antrian perguruan tinggi dan Prodi yang belum
terakreditasi atau yang benar-benar ingin mengakreditasi, itu luar biasa
panjangnya bisa bayangkan karena semua Prodi dan semua perguruan tinggi Itu
diwajibkan akreditasi setiap 5 tahun, sehingga apalagi perguruan tinggi yang lebih
kecil yang tidak punya resource yang banyak, itu banyak enggak kedapatan proses
akreditasinya sampai maka harus menunggu kadang-kadang bertahun-tahun.
Hampir 20% dari permintaan akreditasi tidak terpenuhi di tahun yang itu,
sehingga multi year dia menunggu antrian Ini.
Dan yang terakhir adalah banyak sekali Prodi yang ingin standar yang lebih tinggi
lagi, mereka melakukan akreditasi level internasional, tapi mereka masih harus
melakukan Akreditasi Nasional juga dengan segala macam prosesnya.
Terjadi pada saat ini ada tiga isu dengan akreditasi sistem.
Satu adalah sifat sangat manual, dan menjadikan beban administratif yang benar-
benar mendistrek dosen dan Rektor keluar daripada fokus utamanya yaitu benar-
benar meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam universitasnya. Kedua cukup
deskriminatif sifatnya karena banyak sekali yang benar-benar membutuhkan
akreditasi tidak mendapatkan, sedangkan yang tidak mau direakreditasi atau tidak
merasa perlu dipaksakan. Dan yang ketiga adalah bagi yang sudah mengejar target
yang lebih tinggi lagi yaitu internasional akreditasi, bahkan harus mengulangi
proses nya di tingkat nasional, karena tidak, belum belum cukup diakui.
Kemana arahnya akreditasi? Kita akan menggunakan 3 prinsip ke masa depan,
kita akreditasi itu harus mengarah kepada sifat sukarela. Dimana, disamping
semua negara maju sekarang sistemnya adalah sukarela. Jadinya kalau saya mau
atau butuh diakreditasi saya akan diprioritaskan, tapi kalau saya tidak merasa
butuh, itu juga nggak papa. Kedua mengutamakan, bukan menekankan.
Mengutamakan peran masyarakat industri dan asosiasi profesi untuk
melaksanakan akreditasi tersebut dan bukan mengutamakan pemerintahan yang
melakukan akreditasi tersebut. Kenapa kita ke arah sini? karena semakin lama
semakin lebih spesifik semua disiplin-disiplin domain knowledge itu, tidak
mungkin pemerintah bisa mengetahui dan menguasai semua domain informasi
tersebut. Bagaimana akreditasi setiap Prodi-Prodi? Harusnya asosiasilah yang
bergotong-royong untuk melakukan ini bahkan lembaga-lembaga akreditasi
lainnya. Dan yang ketiga adalah prinsip, ketiga harus mengikuti best practice
internasional Standar, artinya semakin banyak akreditasi yang diberikan juga
diakui secara internasional semakin baik, dan kita akan mempush agar sebanyak
mungkin akreditasi kita itu, diakui di luar negeri bukan hanya di dalam negeri,
karena sekarang standar sudah Global dan knowledge sudah global, dan kita
menurut arahan Pak Presiden, harus menjadi SDM yang unggul di panggung
dunia bukan hanya di negara sendiri.
Jadi apa kebijakannya? Bagi yang tidak membutuhkan reakreditasi dan merasa
belum mau naik level ke akreditasi yang tinggi, akreditasi akan diperbarui secara
otomatis, akan diapprove secara otomatis jadi tidak harus melalui proses ini,
sementara kita transisi kepadatan standard Based practice internasional
Ke-2, sekarang reakreditasi karena sukarela, artinya bagi yang siap naik. Saya
misalnya B akreditasinya, saya mau siap. Maka dialah yang akan diprioritas oleh
Badan Akreditasi kami. Dialah yang akan jadi sifatnya adalah sukarela. Dan yang
terakhir adalah bagi misalnya prodi-prodi yang mendapatkan akreditasi
internasional di mana daftar menu itu akan kita share, dia akan secara otomatis
mendapatkan akreditasi A dari pemerintah dan tidak harus melalui proses lagi di
tingkat nasional. Kita akan memilih dan mengkurasi semua. Contohnya nih,
contohnya ada berbagai macam akreditasi-akreditasi yang sudah diakui di
panggung dunia, yang akan kami seleksi dan disebarkan, kalau mendapatkan
akreditasi ini, Itu otomatis dapat A dan tidak harus mengikuti proses nasional
akreditasi. Kita pinjam standar mereka, yang standar itu diakui dunia tidak perlu
mereka masuk. Nah, dengan sistem ini banyak sekali perguruan tinggi perguruan
tinggi dan prodi-prodi yang benar-benar butuh akreditasi bisa lompat diantrian
akreditasi seperti sekarang sekarang ini benar-benar untuk membantu mereka
juga. Tapi itu tidak berarti bahwa pemerintah tidak akan mengetatkan monitoring.
Kapanpun kalau pemerintah mendapatkan pengaduan dari masyarakat atau
pemerintah melihat data misalnya daftar yang masuk jadi menurun secara drastis,
atau contoh misalnya daftar pengangguran dari prodi tersebut ternyata meningkat
secara drastis, kapanpun itu dengan data apapun pemerintah boleh melaksanakan
reakreditasi kapanpun pemerintah mau. Ini sangat penting karena kalau sudah
diberikan oto extension untuk, bagi yang sudah ada, harus ada mekanisme di mana
pemerintah bisa melakukan secara ahok suatu reakreditasi untuk melindungi para
mahasiswa dan para student dan juga para dosen di dalam Prodi tersebut, untuk
memastikan kualitas ya. Jadi ini adalah komprominya kalau memang bagi yang
tidak membutuhkan reakreditasi atau kepengen di situ saja otomatis di extend, tapi
pemerintah berhak melakukan reakreditasi kalau ada dugaan penurunan kualitas.
Kita maju ke topik ketiga yaitu perguruan tinggi negeri perguruan tinggi negeri.
Sedikit penjelasan bahwa sebenarnya ada tiga jenis status dari perguruan tinggi
negeri di Indonesia. Status itu menentukan tingkat otonomi perguruan tinggi
tersebut. Ini hanya untuk negeri ya, ini bukan swasta. Yang paling tidak otonomi,
yang paling seperti bagian dari Kementerian saja, itu namanya perguruan tinggi
satker satuan kerja. Ini benar-benar seperti departemen di dalam suatu
Kementerian.
Format kedua adalah BLU, PTN BLU atau perguruan tinggi negeri Badan
Layanan Umum, di mana lebih ada otonomi, lebih ada kebebasan kemandirian,
tapi tidak full Seperti contohnya swasta, karena itu masih berstatus bagian dari
pemerintahan. Yang paling otonomi yang paling Merdeka statusnya adalah yang
namanya PTN BH, perguruan tinggi negeri badan hukum. PTN BH ini berfungsi
seperti hampir, seperti swasta walaupun didanai oleh pemerintah. Tapi dia
mendapatkan berbagai macam hak yang sama seperti swasta dan otonomi. Karena
tadi tuntutan masa kini adalah untuk semua perguruan tinggi bisa bergerak dengan
cara yang cepat, kita ingin memastikan bahwa sebanyak mungkin perguruan
tinggi bisa mencapai status PTN BH, agar semuanya bisa komplit di panggung
dunia. Ini adalah beberapa contoh-contoh benefit yang dinikmati oleh PTN BH,
yang tidak dinikmati satker dan BLU lainnya. Saat ini di Indonesia PTN BH itu
baru 11 Universitas, hanya 11 universitas yang mempunyai status PTN BH
perusahaan perguruan tinggi negeri. Sisanya adalah BLU dan satker. Contoh
satker itu tidak bisa ada, tidak ada fleksibilitas bermitra dengan industri
melakukan berbagai macam commercial Project dengan industri sangat sulit.
Kedua semua pengaturan keuangannya dan spendingnya itu harus sangat detil,
perlini dan dia tidak bisa melakukan perubahan secara cepat. Sulit sekali bagi
satker dan satker itu, misalnya menghigher misalnya dosen non PNS, Satker, dan
BLU, itu tidak diberikan kepemilikan terhadap aset-aset dia sendiri, sehingga
tidak bisa dimanfaatkan, contohnya untuk mengambil pinjaman, contohnya Untuk
memanfaatkan aset-aset dia. Ketiga adalah keleluasaan untuk mengembangkan
fasilitas akademik dan non akademik. Jadi berbagai macam hal kita menuntut
kecepatan yang sangat tinggi, tapi tidak memperbolehkan dia mendapat status di
mana, dia bisa meningkatkan kualitas sendiri. jadi ini merupakan hal apa yang
kebijakan kita.
Next kebijakan kita simple, yang tadinya persyaratannya itu sangat kuat dan regid,
kita malah akan secara drastis mempermudah syarat untuk menjadi PTN BH,
untuk seluruh perguruan tinggi negeri, bukan hanya itu, akan dibantu menjadi
PTN BH. Dan poin yang sangat penting di Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Bagi yang mau berubah menjadi PTN BH ini, jangan lupa Ini bukan pemaksaan
kalau memang tidak mau menjadi PTN BH silakan, nggak ada paksaan, ini hanya
yang mau saja. Tapi kami komit dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
bahwa bagi yang berubah menjadi PTN BH, tidak ada penurunan atau
pengurangan subsidi dari pemerintah. Itu hal yang sangat penting untuk diketahui
bahwa tidak ada kerugiannya dari sisi finansial dari sisi pertolongan pemerintah
pada saat pindah menjadi PTN BH.
Sekarang kita ke bagian favorit saya dan menurut saya ini dari semua
kebijakannya yang paling penting, karena dampaknya untuk negara kita bisa saya
rasa, bisa terasa secara cepat dan secara riil, dan secara masif. Ini adalah hak
belajar 3 semester di luar program studi, hak mahasiswa. Bayangkan semua
mahasiswa kita S1 kita, itu suatu hari harus berenang ke suatu pulau di laut
terbuka. Pada saat ini semua perenang-perenang kita itu hanya dilatih satu gaya
saja, gaya bebas misalnya. Satu gaya itu adalah prodinya dia, satu Prodi 100% dari
semuanya di satu prodinya. Dan juga dia hanya dilatih di kolam renang. Kolam
renang itu kampus. Saat ini semua mahasiswa kita hanya belajar satu disiplin, lalu
dia latihan berenang yang nantinya harus di laut, cuman di kolam renang yang
aman yang ada berbagai macam alat-alat keamanan, nggak ada ombak, nggak ada
arus, nggak ada cuaca. Bagaimana pada saat dia nanti nyebur di laut terbuka, dia
bisa survive? Kita ingin merubah program S1, itu adalah untuk dia belajar
berbagai macam gaya berenang, dia belajar gaya katak, dia belajar cara ngapung,
dia belajar berbagai macam ilmu berenang, dan jangan cuman berenang di kolam
renang, karena kondisi laut itu sangat bervariatif, sehingga kenapa nggak kita juga
sekali-sekali melatih dia di dalam laut yang bebas, di mana banyak sekali
variability, banyak sekali kondisi untuk melatih kemampuan adaptif dia. Inilah
sebenarnya tujuan dari 3 semester di luar Prodi ini, untuk merubah kepada sistem
S1 yang bisa benar-benar mempersiapkan mahasiswa kita untuk berenang di laut
terbuka yaitu dunia nyata.
Mana sih profesi zaman sekarang yang tidak akan, yang hanya menggunakan satu
rumpun ilmu saja? Apa profesi zaman sekarang yang hanya menggunakan satu
rumpun ilmu? Hampir tidak ada. Semua profesi di dunia nyata itu membutuhkan
kombinasi dari beberapa disiplin ilmu, contoh bagaimana kita menjadi insinyur
yang baik kalau kita tidak hanya mengerti ilmu teknik, tapi juga ilmu desain.
Bagaimana orang akan menggunakan produknya dia, mesinnya dia dan lain-lain,
bagaimana menjadi pengacara corporate lawyer yang baik, kalau kita cuman
mengerti hukum tapi tidak mengerti financial literacy yaitu akuntansi corporate
financial literacy? Bagaimana menjadi sutradara yang baik kalau kita jago bikin
film tapi nggak bisa memasarkannya ke berbagai macam pendanaan sumber
pendanaan produser memasarkan lewat channel online digital OTT, TV dan lain-
lain ? Bagaimana menjadi arsitek yang baik kalau kita tidak mengenal behavior
psychology yaitu sosial psikologi, cara orang berpikir ,cara para komunitas hidup
dan lain-lain
Kenyataannya sekarang sedikit sekali proporsi jadi mayoritas daripada anak-anak
lulusan S1 berkarier, akhirnya di tempat yang berbeda, mayoritas berkarir di
tempat yang berbeda.
Jadi apa kebijakan kita? Ini adalah delapan semester dari mahasiswa S1, dari
delapan semester itu kami sebagai Kementerian, memberi kebijakan untuk
perguruan tinggi memberikan hak 3 semester dari 8 semester, itu bisa diambil di
luar Prodi. Saya harus tekankan ini bukan pemaksaan, kalau mahasiswa itu ingin
100% di dalam Prodi itu, itu adalah hak mereka, ini hanya opsinya untuk
mahasiswa. Tapi adalah suatu kewajiban bagi perguruan tinggi untuk memberikan
opsi tersebut. Ngerti perbedaannya? Untuk mahasiswa ini merupakan kebebasan
mereka, boleh memilih mengambil sampai dengan 3 semester di luar Prodi dia,
tapi tidak dipaksakan. Itu opsi bagi mahasiswa terserah dia. Tapi untuk perguruan
tinggi wajib memberikan kesempatan mengambil 3 semester diluar Prodi. Dari 3
semester itu, 2 semester harus diberikan jaminan hak kepada mahasiswa 2
semester dari 3 semester di luar kampus, artinya di laut terbuka di open water.
Ada satu exception adalah hanya untuk bidang kesehatan, semua bidang kesehatan
mohon maaf tidak termasuk dalam ini, tapi untuk semua produk lainnya ketentuan
ini berlaku. Apa aja sih contoh-contoh kegiatan yang bisa dilakukan? Kementerian
beserta dengan Rektor dua-duanya boleh melampaui hijaukan atau mengappove
suatu program di luar kampus. Ya dua-duanya kementerian dan Rektor berhak
mengepprove program-program di luar kampus. Contohnya seperti apa? Magang
praktek kerja, bisa mengajar di salah satu sekolah di daerah terpencil, melakukan
riset membantu dosen melakukan proyek riset atau bahkan membantu mahasiswa
S2, S3, dan S3 melakukan P&G nya bisa juga penelitian. Mahasiswa itu bisa
bekerjasama dengan dosen untuk menciptakan satu salah kurikulumnya sendiri,
suatu proyek independen studi, mereka bisa berkontribusi di desa selama satu
semester bahkan satu tahun untuk melakukan proyek Desa, tukar belajar antara
universitas dan mancanegara satu semester abroad, satu tahun abroad bisa,
entrepreneurship siswa itu ingin merintis suatu start up dibina oleh dosen itu juga,
diperbolehkan. Jadi approve ini, dua pihak yang melakukannya, satu Rektor dan
yang kedua adalah Kementerian, yang kita akan membuka ini penting sekali.
Kayak gimana sih contoh-contoh permutasinya? Ada anak mungkin mau magang
6 bulan di Start up, lalu dia ingin mengajar di SD di Sulawesi 6 bulan lagi, lalu dia
ingin melakukan riset berdasarkan experience dia mengajar dengan satu dosen
favorit dia, ada anak magang di bank lalu dia melakukan pertukaran pelajaran di
universitas di Singapura yang khusus mengenai banking atau Finance, ada anak
yang melakukan pertukaran pelajar di Australia di situ dia jatuh cinta dengan
teknologi akhirnya dia kembali 6 bulan berikutnya, dia menggunakan merintis
suatu strata fintech tapi kurang sukses, tapi akhirnya dia kerja mau magang di
salah satu strata fintech untuk belajar dulu sebelum mungkin melanjutkan
terpenuhi suka dia. Ada berbagai macam permutasi yang bisa dilakukan dan ini
nggak semuanya harus nyambung ya bisa bolak-balik. Satu semester di kampus
lagi dan itu terserah Rektor bagaimana mengaturnya. Itu adalah prerogatif Rektor
Bagaimana mengatur nya. Jadi kita ingin menciptakan dunia baru, di mana yang
namanya S1 itu adalah hasil dari gotong royong seluruh aspek dari masyarakat,
bukan hanya perguruan tinggi yang sekarang bertanggung jawab atas pendidikan
anak-anak mahasiswa kita. Perusahaan harus berlomba-lomba melakukan join
kurikulum join rekrutmen dengan Universitas perusahaan, juga sekarang yang
tadinya susah sekali untuk mereka tertarik dengan intensif karena KKN tadi nya
cuman 1, 2 bulan sekarang dengan adanya 6 bulan bahkan bisa sampai 1 tahun,
tiba-tiba hampir semua industri yang saya berbicara mengenai palesi ini langsung
melek dan mereka ingin membuka untuk memasukkan anak-anak terbaik ke
dalam program-program management trainee mereka dan lain-lain. Organisasi
nirlaba kelas dunia yang punya misi-misi sosial visi misi SDG yang terpenting
bisa meluncurkan berbagai macam magang dan juga project-project di dalam
universitas. Perguruan tinggi kelas dunia pun harus berpartisipasi harus ada
perkawinan masal antara Q 100 dengan universitas kita, karena exchange program
ke luar negeri dan exchange program diantara kampus kampus Indonesia, itu
harus terjadi untuk mencapai hak mahasiswa itu.
Saya yakin setelah keluar dari presentasi ini begitu banyaknya Rektor bakal harus
ngumpul-ngumpul dengan rektor lain, untuk langsung melakukan berbagai
macam deal making untuk melakukan exchange program. Hal ini yang akan
memecahkan sailo-sailo dalam perguruan tinggi kita sekarang. Dan akhirnya
memecahkan paradigma bahwa pendidikan itu hanya tanggung jawabnya unit
pendidikan yaitu perguruan tinggi, karena itu salah, ini tanggung jawab kita semua
sebagai masyarakat. Dan inilah pembebasan SKS, ini adalah suatu kebijakan yang
akan memaksakan perbauran itu. Yang akan memaksakan berbagai macam
elemen masyarakat berkontribusi terhadap pendidikan mahasiswa Indonesia.
Video program KKN UGM di tahun 2018 di Papua
Itu adalah Project dua bulan yang terjadi di Papua. Djua bulan bayangkan apa
yang bisa dicapai dalam waktu enam bulan, bayangkan apa yang bisa dicapai
dalam waktu satu tahun, dengan arah anak mahasiswa terbaik dari seluruh
Indonesia gotong royong membantu belajar dan berdampak sosial langsung
memecahkan permasalahan, bukan teoritis tapi permasalahan yang benar-benar
ada dan juga berinteraksi dengan berbagai macam adat suku perspektif sosial
ekonomi Indonesia untuk memecahkan masalah yang rill.
Bapak-bapak dan ibu-ibu inilah yang namanya pendidikan. Ini adalah pendidikan
yang problem fokus, pendidikan yang secara otomatis akan melakukan penguatan
karakter. Ini adalah pendidikan yang akan mengekspos generasi pemimpin
pemimpin masa depan kita kepada Indonesia itu sebenarnya menjadi apa. Setiap
kali saya menonton video itu Saya terharu, karena saya bisa membayangkan
alangkah powerful nya mahasiswa kita kalau kita kerahkan memecahkan masalah
yang riil di luar situ. Itu adalah esensi dari pada kampus merdeka dan itu adalah
esensi dari merdeka belajar wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Episode 3
10 Februari 2020
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih ibu Menkeu,
Terima kasih Bapak Mendagri untuk kehadiran hari ini.
Pertama ingin saya ucapkan bahwa sebenarnya kebijakan-kebijakan hari ini tidak
akan bisa tercapai tanpa dukungan penuh dari ibu Menkeu sama Permendagri. Jadi
ini benar-benar salah satu produk kerjasama atau gotong royong antara tiga
Kementerian ini, untuk bisa menciptakan kebijakannya. Jadi Terima kasih Bapak
dan Ibu untuk dukungannya untuk bisa mencapai kebijakan hari ini. Terima kasih
teman-teman media juga sudah hadir.
Mungkin sedikit rekap, seperti yang Bapak Ibu ketahui apapun perubahan
kebijakan di Kemendikbud sekarang ada episodenya ya. Jadi kalau episode satu
kemarin adalah yang assessment Merdeka temanya yaitu UN, USBN, zonasi dan
RPP, itu episode satu. Episode dua adalah temanya kampus Merdeka, itu
mengenai buka Prodi baru, akreditasi, SKS yang dimerdekakan yang diluar
kampus, dan juga PTN BH itu episode dua.Hari ini, jadi kita ada di episode ke-3.
Episode ke-3 topiknya adalah bos ya. Bos, bos itu sebenarnya uang pendanaan
untuk sekolah ini digunakan untuk berbagai macam administrasi sekolah, alat
pembelajaran bahkan pembayaran honor, jadi dari sinilah guru honorer itu
dibiayai, pengembangan perpustakaan, sarana prasarana tenaga pendidik dan lain-
lain. Nah Jadinya sebenarnya diluar Bos itu yang enggak ada di sini yang besar itu
contohnya adalah gaji guru PNS, itu melalui DAU. Ya sekedar untuk pengenalan
aja itulah perbedaannya, kenapa dana BOS dan dana-dana yang lain DAK fisik
satu lagi adalah untuk bangun bangun gedung baru renovasi rehab itu dia DAK
fisik jadi bos adalah untuk itu.
Sekarang uang Bos itu sebelumnya di tahun 2019 itu ditransfer langsung dari
Kementerian Keuangan kepada dinas, kepada pemerintah provinsi yang ada di
rekening kas Umum Daerah (RKUD) pemerintah provinsi, baru dari situ
ditransfer ke masing-masing sekolah. Dan di tahun sebelumnya di tahun 2019 ada
beberapa aturan-aturannya seperti pembayaran honor yaitu untuk guru honorer
dibatasi untuk sekolah negeri hanya 15% dari total bos dan dimaksimalkan untuk
sekolah swasta 30% maksimal yang bisa digunakan untuk guru honorer, ini salah
satu contoh-contoh pembatasannya. Dan yang kedua juga pembatasan maksimal
20% dari dana BOS, itu yang boleh digunakan untuk pembelian buku-buku
textbook dan beberapa peralatan-peralatan kurikulum lainnya.
Jadi masalah yang dihadapi sekolah-sekolah kita? Nah setelah berbicara dengan
banyak sekali kepala sekolah, guru, dan Kepala Dinas mulai kelihatan ada
beberapa pola-pola isu yang dihadapi di lapangan. Yang karena mulai dari
sekarang Kemendikbud itu ingin benar-benar fokus kepada End User kita yaitu
sekolah-sekolah, jadi semua permasalahan yang mereka ajukan ke kita itu, ingin
kita hadapi, ingin kita berikan penyesuaian penyempurnaan.
Yang pertama adalah terjadi diawal tahun sering sekali terlambat menerima Bos.
Ada yang bisa terlambat sampai 3 bulan, 4 bulan bahkan ada yang lebih lagi dari
itu. Apa dampaknya kepada sekolah? Sekolah tidak punya uang untuk biaya
operasional. Jadi apa yang terjadi pada saat ini tentunya operasi harus terus
berjalan, kan biaya operasional harus terus berjalan, jadinya banyaknya Kepala
Sekolah yang terpaksa menalangi biaya operasional sekolah mereka. Ini ceritanya
luar biasa macam-macam, ada cerita-cerita kepala sekolah bahkan guru yang
menggadaikan motornya, yang menggadaikan barang-barang pribadinya untuk
bisa menalangi biaya operasional, ada cerita-cerita bahwa kepala sekolah harus
duduk sama semua orang tua murid untuk meminjam uang untuk biaya
operasional, karena memang tidak ada, karena ini sifatnya administratifnya makan
waktu dan makan lama dan karena uangnya itu tidak langsung, dan ini sangat
mengganggu proses pembelajaran siswanya karena gurunya dan Kepala
Sekolahnya sibuk untuk mencari jalan keluar bagaimana bisa mendanai.
Kedua ada beberapa masalah di alokasi penggunaan masalahnya adalah kita
memberikan satu aturan maksimal minimal alokasi Bos digunakan itu semuanya,
kita tidak melihat satu persatu sekolah itu butuh kebutuhannya apa dan sebenarnya
di setiap sekolah yang bisa mengetahui apa kebutuhan sekolah itu untuk biaya
operasionalnya. Itu sebenarnya guru guru dan kepala sekolahnya sendiri mereka
yang sudah mengenal sekolah itu butuh apa, sekolah di Papua, sekolah di Jakarta,
Sekolah di Maluku, semuanya berbeda-beda sekali kebutuhan biaya operasional
mereka berbeda-beda. Sekarang banyak sekali terjadi guru guru honorer yang
sebenarnya mengabdi dan bekerja begitu keras, mereka tidak bisa mendapatkan
penghasilan yang layak, dan salah satu alasannya adalah karena kita tidak
memberikan kebebasan untuk kepala sekolah untuk menentukan biaya bosnya ini
akan dikerahkan di mana. Nah seperti yang pembatasan maksimal 15% untuk
sekolah negeri dan 30%. Kami punya banyak sekali sekolah-sekolah di mana
mayoritas dari pada gurunya itu sebenarnya guru honorer. Dan seperti di sekolah
seperti ini, situasinya tidak kondusif untuk melimit segitu kecil tapi bisa
digunakan untuk guru honorer. Banyak sekali juga kepala sekolah tidak punya
dana yang cukup untuk membiayai tenaga kependidikan membayangkan di
banyak SD-SD kita, banyak sekali kepala sekolah dan guru itu mengerjakan
berbagai macam pelaporan dan tugas administratif yang kalau di level SMP dan
SMA itu bisa dihandle oleh kepala bagian Tata umum, kepala operasional
namanya operasional operatornya dan lainnya lain, nah ini kadang-kadang tidak
cukup biaya.
Apa pentingnya tenaga pendidik ini, bukan guru dia, tapi dia membantu kepala
sekolah untuk mengurus semua yang sifatnya administratif sehingga kepala
sekolah itu benar-benar bisa membantu guru-gurunya meningkatkan kualitas
pembelajaran di dalam sekolah, membina orang tua dan melakukan peningkatan
kapasitas dari pada pembelajaran di sekolah tersebut.
Jadi kita ada 4 perbaikan, 4 penyempurnaan mengenai dana BOS di tahun 2020
yang akan segera dilakukan melalui berbagai macam permen baik dari
Kemendikbud maupun juga kemenkeu dan kemdagri. Ya kita masuk satu persatu
seperti yang tadi ibu SMI bilang bahwa penyebaran Bos itu langsung sekarang ke
rekening sekolah ya. Jadi kita akan melakukan transfer cara langsung dari
kemenkeu langsung ke rekening sekolah yang tadinya empat kali setahun kita
ganti menjadi tiga kali setahun, sehingga lebih simple lebih sederhana
pelaporannya juga lebih sederhana.
Untuk verifikasi datanya, sebelumnya ini dilakukan dua kali setahun dan SK nya
itu ditetapkan perprovinsi, jadi bayangkan ada berbagai macam di 34 provinsi
kita, ada berbagai macam proses administrasi yang harus diselesaikan, menunggu
tanda tangan dari setiap Gubernur pun untuk melaksanakan ini. Nah ini kita
permudah, kita simplify menjadi penetapan SK itu dilakukan di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Namun datanya memang datang dari provinsi
maupun kabupaten dan kota lewat platform Dapodik kita yang sudah online.
Jadinya setiap tahun setiap Dinas Pendidikan baik di provinsi maupun di daerah
kabupaten dan ibu kota ada 1 kali per tahun yaitu deadline tanggal 31 Agustus
untuk memperbaiki data di Dapodik nya, tapi setelah tanggal itu, itu yang di, akan
digunakan untuk Kementerian Pendidikan Kebudayaan sebagai data finalnya, jadi
cuman sekali ini harus dilakukan ya. Jadi ini mempercepat proses penerimaan.
Harapan kedepannya enggak telat lagi diterimanya dan harapannya adalah
mengurangi juga beban administrasi sekolahnya, karena sekarang transfernya
semakin sedikit proses verifikasi nya hanya sekali dalam setahun.
Berikutnya untuk penggunaan Bosnya juga diberikan fleksibilitas ya bagaimana
kita ingin memberikan kemerdekaan kepada kepala sekolah, kepada sekolah-
sekolah kita untuk menjadi lebih baik. Kalau Kepala Sekolahnya tidak
diberdayakan untuk memberikan atau menggunakan anggarannya sesuai
kebutuhan sekolah itu, seperti yang saya bilang kemaren kebutuhan setiap sekolah
itu sangat berbeda dari satu sekolah ke lainnya. Jadi yang semua restriksi-restriksi
sebelumnya itu kita-kita sederhanakan. Untuk 2020 hanya ada satu constraint, 1
limit ya yaitu maksimal 50% daripada dana BOS itulah maksimal 50% yang boleh
digunakan untuk pembiayaan guru honorer ya. Ini adalah langkah pertama
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membantu menyejahterakan
guru-guru honorer yang memang layak mendapatkan upah yang lebih layak, yang
berkinerja dengan baik. Dan satu-satunya orang yang mengetahui siapa guru
honorer yang benar mengabdi itu adalah kepala sekolah. Jadi kita berikan
kewenangan ini kita berikan otonomi bagi kepala sekolah untuk menentukan jadi
yang tadinya cuma 15% dari dana BOS bisa digunakan sekarang naik menjadi
maksimal 50%. Ini juga memberikan kebebasan menggunakan dalam 50% ini bisa
untuk tenaga pendidik, seperti membiayai operator bagi Kepala Sekolahny,a agar
Kepala Sekolahnya bisa benar-benar berfungsi sebagai pemimpin pembelajaran
bukan pemimpin Operasional Sekolah Ya. Ini juga penting dalam 50% itu bisa
digunakan ya, yang tadinya juga ada pembatasan maksimal cuman 20% untuk
buku teks dan konteks alat multimedia sekarang itu diberikan kewenangannya
otonominya kepada kepala sekolah tidak ada limitnya. Jadi satu-satunya limit ini
adalah maksimal dari persentase dana BOS yang boleh digunakan untuk guru
honorer dan tenaga pendidik itu yang ditingkatkan sampai 50%. Dari luar itu itu
adalah kewenangannya kepala sekolah. Nah ini adalah esensi dari merdeka
belajar, ini juga esensi dari jawaban pertama Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terhadap banyaknya masukan baik dari guru non PNS maupun guru
PNS yang telah berbicara dengan say,a bilang banyaknya guru guru honorer yang
mengabdi luar biasa dan yang sebenarnya tidak mendapat upah yang layak. Ini
langkah pertama, ini bukan solusi, tapi ini adalah paling tidak langkah pertama
untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer.
Kabar gembira juga bahwa nilai satuan Bos itu meningkat, kenapa tadi, yang tadi
ibu-ibu SMI bilang mengenai peningkatan dari bos untuk tahun 2020 ini
breakdownnya seperti ini, bahwa yang meningkat itu seperti SD, satuan harga
satuannya untuk SD, SM,P dan SMA sudah naik yang untuk tahun ini perubahan
dari tahun 2019 ke 2020 ya. Jadi dari total unit cost nya itu naik. jadi akan
ditingkatkan berikutnya.
Nah, tidak berarti bahwa kalau kita memberikan otonomi kita memberikan
fleksibilitas bukan berarti akuntabilitas dan transparansi tidak menjadi penting,
malah menjadi lebih penting. Transparansi dan akuntabilitas menjadi lebih
penting, yang semakin besar semakin banyak diberikan kebebasan dalam alokasi
penggunaannya semakin tinggi harus transparansi dan akuntabilitasnya ya. Jadi
yang di mana 2019 itu kami hanya menerima sekitar 53% daripada sekolah itu
melaporkan lewat sistem online kita penggunaan Bosnya itu seperti apa yang
sampai di Kemendikbud. Mulai 2020 itu adalah suatu kondisi untuk penerimaan.
Jadinya kalau misalnya setelah kata Ibu Menkeu bahwa kalau kita ada 3 kali
penyaluran, kalau Kemendikbud tidak menerima Laporan Bos tersebut lewat via
online seperti di situ websitenya pada tahap pertama dan kedua, yang ketiga tidak
akan ditransfer bosnya. Jadinya kita harus ada 100% dari semua sekolah
melakukan pelaporan lewat online untuk bisa menerima yang kiriman terakhir
yang ketiga ya. Ini aturan yang kami perketat sehingga yang tadinya 53% saja
yang melapor kita ingin angka itu sampai 100%. Sekolah pun masing-masing
sekolah harus mempublikasikan penerimaan dan penggunaan data dana itu di
papan informasi sekolah yang mudah diakses oleh masyarakat. Ini bagian dari
kebijakannya. Jadinya bukan hanya Kementerian saja yang bisa melihat hasil
laporannya tetapi juga masyarakat di sekitar sekolah, komunitas orang tua bisa
melihat dana BOS itu digunakan untuk apa ya. Ini untuk meningkatkan
transparansi. Harapan kami adalah dengan memberikan fleksibilitas dan
kebebasan untuk kepala sekolah menentukan apa yang dia ingin biayai bahwa
pelaporannya pun lebih akurat. Apa yang dilaporkan untuk apapun itu lebih
akurat. Jadi kita bisa menganalisa mengevaluasi dan melakukan kebijakan lainnya
dengan cara yang lebih baik.
Ya saya kira dari sini saja dari yang perubahan-perubahan untuk episode ke-3 kita
kali ini. Ada mungkin beberapa poin terakhir adalah untuk sekedar mengingatkan
bahwa ke depannya sebenarnya arah yang kita inginkan untuk dana BOS ini
adalah melalui platform teknologi ini sangat penting. Kedepannya yang akan kami
lakukan juga sedang dalam proses perencanaan, itu adalah bagaimana kita bisa
menggunakan teknologi untuk meningkatkan transparansi daripada penggunaan
dana BOS dan teknologi inilah yang akan kami gunakan untuk juga meningkatkan
kualitas pengadaan transparansi pengadaan untuk semua sekolah-sekolah di
Indonesia untuk dana BOS nya. Jadi kedepannya tentunya solusinya yang terbaik
itu diteknologi, tapi itu yang sedang dirancang. Jadinya itu mungkin akan makan
lebih banyak waktu untuk mendesain tapi itu yang sedang kami lakukan di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dan yang kedua adalah kami sangat senang juga bahwa dari Dana Desa pun akan
melakukan transfer yang langsung karena salah satu ambisi dari pendidikan
kebudayaan dengan program kampus merdeka adalah untuk bisa sebanyak
mungkin mahasiswa dengan tim-tim yang mereka turun ke desa desa dan dengan
satu full semester maupun 2 semester bisa melakukan perbaikan perbaikan
infrastruktur perbaikan kualitas sdm project-project di desa untuk mendukung
project-project dana desa, untuk meningkatkan kualitas output daripada pendanaan
dana desa tersebut, dan juga menjadi pembelajaran bagi mereka dan juga
penguatan karakter agar mereka tahu seperti apa rakyat Indonesia di desa itu
hidup. Jadi sangat berkait dan akan sangat relevan sebenarnya untuk penguatan
jiwa kepemimpinan mahasiswa mahasiswa kita terima kasih assalamualaikum.

Episode 4
Oke kali ini adalah saksi yang pastinya sudah ditunggu-tunggu oleh kita semua
kita akan mendengarkan paparan langsung dari menteri pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia sekaligus peluncuran Merdeka belajar episode ke-
4 program organisasi penggerak dan tanpa perlu berlama-lama lagi langsung saja
kita sambut menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Mas menteri
nadiem Makarim.
Assalaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih teman-teman mohon maaf bahwa kita sebenarnya mau mengadakan
acara berkumpul rame-rame tapi karena berita-berita mengenai konfirmasi virus
Corona yang meningkat jadinya Menurut kami di Kementerian sebaiknya kita
aman-aman saja dan jangan berkumpul dulu sehingga bisa mencegah penyebaran
virus Corona ini jadi ya. Mohon maaf sekali tidak bertemu tapi alhamdulillah
karena ada teknologi kita bisa masih berkomunikasi.
Jadi teman-teman Selamat datang di episode ke-4 Merdeka belajar. Waktu itu saya
beserta tim menjanjikan bahwa paradigma Kementerian Pendidikan Kebudayaan
itu akan berubah menjadi jauh lebih gotong royong. Jadi inilah buktinya pada hari
ini apa yang kita masukkan dengan gotong-royong bukan hanya janji-janji palsu
gotong royong, tapi bahkan kita akan menggerakkan sekolah-sekolah dengan yang
namanya organisasi penggerak. Dan itu adalah episode ke-4 kita program
organisasi penggerak.
Teman-teman, kita tahu bahwa sudah hampir 20 tahun Indonesia masih belum
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan hasil kisah kita memang
belum memadai level peningkatan yang seharusnya terjadi. Walaupun positifnya
adalah jauh lebih banyak anak-anak kita sekolah, tetapi dari sisi pencapaian
pembelajaran masih belum memadai. Kita lihat dari hasil PISA tersebut.
Teman-teman, yang terpenting untuk diingat adalah seluruh perubahan kebijakan
dan Reformasi pendidikan ini tidak akan mungkin bisa sukses tanpa perubahan di
dalam sekolah tersebut. Itu adalah kuncinya apapun yang kita lakukan kalau tidak
rasakan oleh murid-murid di dalam kelas, di dalam kelas artinya tidak ada
perbaikan yang signifikan, artinya tidak ada perbaikan yang bermakna. Perubahan
itu harus dimulai di dalam sekolah.
Sekarang saya akan mengenalkan suatu konsep itu, konsep namanya sekolah
penggerak. Apa itu sekolah penggerak? Sekolah penggerak adalah suatu sekolah
yang dapat menggerakkan sekolah-sekolah lain. Apa itu ciri-cirinya sekolah
pengerat? Pertama dia mempunyai kepala sekolah yang benar-benar mengerti
proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan guru-guru di bawahnya
dia. Bukan hanya Kepala Sekolah yang bisa memenuhi secara operasional suatu
sekolah tapi dia mengerti benar Apa itu menjadi guru yang baik, dan bagaimana
bisa menjadi mentor untuk guru-guru di dalam sekolahnya itulah ciri-ciri sekolah
penggerak. Dia punya kepala sekolah penggerak yang menjadi mentor untuk guru-
gurunya. Kedua guru-guru di dalam sekolah penggerak selalu berpihak kepada
anak dan dia tahu setiap anak itu berbeda, sehingga dia mengajar pada level yang
tepat untuk anak itu yang pas untuk anak-anak itu. Itu ciri-cirinya guru, yaitu ciri-
cirinya guru penggerak dan tentunya dari siswanya mereka adalah siswa-siswa
yang suatu sekolah yang menghasilkan profil siswa yang berakhlak mulia,
independen dan mandiri, punya kemampuan bernalar, kritis, kreatif gotong-
royong dan punya rasa kebhinekaan dalam negara dan global. Dan yang terakhir
adalah ciri-ciri dari pada sekolah penggerak adalah komunitas di sekeliling
sekolah itu mendukung proses pendidikan di dalam kelas dari orang tua, sampai
tokoh masyarakat, pemerintah setempat semuanya mendukung kualitas belajar
siswa. Ini adalah ciri-ciri sekolah penggerak dan sekolah penggerak adalah
sekolah yang bisa menggerakkan di masa depan bisa menggerakkan sekolah-
sekolah lainnya, menjadi salah satu panutan, menjadi tempat pelatihan dan juga
menjadi inspirasi bagi guru guru dan kepala sekolah yang lainnya.
Tampilan slide vidio
SDN kebondalem sudah merintis program literasi sejak tahun 2000-an. saat itu
para siswa sudah diwajibkan membaca buku dan belajar di perpustakaan bersama
guru mereka. Pojok-pojok baca juga turut dibangun di tiap-tiap kelas. Gerak
literasi ini perlu kita kuatkan, Bagaimana ya merangsang supaya anak itu bisa
membaca Di mana tempat Itu yang awal menjadi pemikiran saya. nantinya
pertama saya buat ini sudut baca namanya. di sini di antara semua guru saya
perintahkan anak-anak silakan diadakan wajib baca. trus gurunya pun kalau bisa
bu gurunya juga kreatif bisa membuat buku, buku yang dibuat oleh guru apa yang
dilakukan anak itu dibukukan, diikutkan fotonya kan kepingin baca.
Sebenarnya untuk pelaksanaan literasi ini saya sudah mulai tahun 2003 sudah
melaksanakan literasi dan sudah menggunakan buku besar itu sebelum pemerintah
mencanangkan bahwa wajib membaca 15 menit. di SDN Kebon Dalem ini sudah
ada namanya pagi berkicau kegiatannya adalah anak-anak itu tetap membaca dan
saling menceritakan secara berpasangan. Selain dimasing-masing kelas, pojok-
pojok baca juga disediakan di kantin sekolah atau dikenal dengan istilah warung
pintar ,dan di area dekat toilet siswa atau toilet pintar .
SDN kebondalem juga merupakan salah satu pionir pengembangan pembelajaran
aktif kreatif, efektif dan menyenangkan atau Pakem. Sekolah ini menambahkan
Pakem dengan strategi mengalami interaksi komunikasi Inovasi dan refleksi atau
disingkat MIKIR. Hasilnya ke anak bagus sekali anak lebih kreatif melatih
keberanian menghargai pendapat orang lain. Saat ini pendekatan Paikem Mikir
juga telah diseminasikan kepada para mahasiswa yang berarti mengajar di sekolah
ini. Jadi SDN Kebondalem itu menggunakan pendekatn Paikem Mikir pada
pembelajarannya. untuk mendukung peningkatan kapasitas para guru sekolah
memiliki forum Kelompok kerja guru tingkat sekolah forum pertemuan setiap hari
Sabtu ini digunakan para guru untuk melakukan refleksi pembelajaran, saling
berbagi pengalaman mengajar atau memecahkan masalah pembelajaran secara
bersamaan. jika ada permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran Mari
kita laksanakan KKG mini di situlah akan terjawab pembelajaran sesulit apapun
kalau kita akan bersama akan dapat diselesaikan.
Apa yang kita lihat di video itu adalah suatu sekolah penggerak, bisa terlihat
bahwa pemimpin sekolah tersebut Kepala Sekolahnya yang mendorong berbagai
macam program program mengajar dengan cara yang partisipatif dengan hal-hal
yang unik dengan banyak Inovasi, dan guru-gurunya juga mendukung
pemimpinnya dengan berpartisipasi di dalam budaya literasi ataupun hal-hal
lainnya. Dan itu adalah kuncinya sekolah penggerak, sekolah penggerak terdiri
dari kepala sekolah penggerak dan guru-guru pengerak. dan Apa hasilnya seperti
yang kita lihat di video itu pelajaran itu tidak dilakukan satu arah saja tapi
merupakan suatu berbagai macam aktivitas yang menyenangkan bagi siswa, tapi
juga bermuat kompetensi kompetensi yang sangat penting untuk bisa bernalar
kritis, untuk bisa berkolaborasi dan untuk bisa menjadi kreatif. itulah yang terjadi
di dalam ruang kelas sekolah penggerak. seperti tadi dicoba di videonya suatu
ruang baca, bukan hanya Ruang Baca saja, bukan hanya di dalam perpustakaan
tapi bahkan kantinnya pun dijadikan perpustakaan juga jadi sama anak-anak itu
makan dia bisa membaca buku-buku yang dipilih bukan hanya buku-buku paket
saja bukan hanya buku-buku academy saja tapi buku-buku menyenangkan yang
akan menarik bagi anak-anak, karena yang terpenting itu adalah membaca. Guru-
guru tersebut aktif menciptakan berbagai macam inovasi di dalam kelas untuk
Khusus kebutuhan masing-masing Anak. Itulah ciri-ciri guru penggerak.
Jadi apa itu tiga hal yang kita selalu lihat di dalam sekolah sekolah penggerak,
baik buruknya maupun anaknya banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya.
Agar semua hal yang kita lakukan ke dalam empat setengah lima tahun ke depan
ini terus berjalan selama lamanya, kami membutuhkan ribuan sekolah penggerak
di seluruh daerah Indonesia. Sekolah-sekolah penggerak inilah yang mau apapun
kebijakan yang terjadi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mereka
akan menjadi pemimpin pemimpin gerakan Merdeka belajar di masing-masing
daerah. Mereka telah menjadi mercusuar, merekalah menjadi pusat pelatihan,
mereka menjadi inspirasi bagi guru guru dan kepala sekolah lainnya.
Kita selama ini sudah mencoba beberapa hal untuk menemukan formula daripada
sekolah penggerak ini. Ada beberapa yang sukses ada beberapa yang kurang
sukses, kita dulunya punya program binaan khusus sekolah inti sekolah imbas.
Jadi sekarang pertanyaannya, Apa sih yang beda dengan program ini dengan
dengan program ini? Beberapa hal yang kita ketemui dari berbagai macam
pengalaman di masa lalu adalah kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan.
Biasanya program-program seperti ini didorong oleh pemerintah dan pada saat
pemerintah program yang berubah atau mungkin kebijakan berubah, program itu
momentumnya mulai turun. Dan pada saat pendanaan misalnya selesai karena
program pemerintah selesai programme pun tidak berkelanjutan dan selama
program itu terjadi, terjadi banyak sekali pergeseran guru dan kepala sekolah yang
sebenarnya tidak bisa terjadi kalau kita ingin meningkatkan kemampuan sekolah
penggerak tersebut. Komunitas pun tidak terlalu banyak dilibatkan. Jadi
bagaimana program organisasi penggerak ini berbeda, yang berbeda adalah
organisasinya, yang berbeda adalah ini adalah suatu gerakan yang bukan
dilaksanakan oleh pemerintah, tapi dilaksanakan oleh berbagai macam organisasi
yang sudah beraktivitas di dunia pendidikan yang selama ini sudah bekerja keras
untuk mencoba meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bahkan sebanyak
banyak dari mereka yang tidak pernah meminta bantuan dari pemerintah pun, tapi
sekarang kita akan mendukung mereka. Selama berpuluh-puluh tahun pemerintah
mencoba melakukannya sendiri, tapi kali ini kita akan mencoba hal yang berbeda.
Kita akan melakukan penciptaan sekolah-sekolah penggerak dengan berbagai
macam metode dengan menghormati keberagaman metode yang ada di dalam
komunitas kita, yang ada di dalam masyarakat kita. Jadi inilah saantnya organisasi
organisasi penggerak untuk bangun dan membantu bukan hanya pemerintah tapi
membantu Indonesia. Organisasi penggerak inilah yang akan berada walaupun
nanti misalnya ganti menteri, ganti kebijakan, organisasi penggerak ini akan terus
bergerak. Ini adalah jawaban kami untuk banyaknya kritik bahwa kalau program
berhenti Bagaimana? Inilah pentingnya punya Civil Society, inilah pentingnya
punya organisasi penggerak, mereka akan kita bantu dengan pendanaan dengan
seleksi yang transparan dan fair untuk mentransformasi suatu sekolah menjadi
sekolah penggerak. Kedepannya mereka bisa mendapatkan dana juga dari
berbagai macam instansi bukan hanya pemerintahan. jadi dari sisi sustainability
daripada pendanaan pun ini akan jauh lebih efektif dan akan terus berjalan
walaupun ganti menteri walaupun ganti kebijakan.
Pada tahun 2000 dan 2022 program organisasi penggerak ini akan menargetkan
kira-kira 50.000 guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan di dalam 5.000
sekolah, yaitu paud, SD dan SMP. Kenapa kita memilih yang lebih muda ya,
kenapa tidak memilih SMA? Pertama, karena ya memang dari sisi sumber daya
kita punya constraint, kita bisa memilih mana yang bisa punya dampak lebih
transformasional terhadap masa depan bangsa yang semakin mudah, semakin
mudah semakin besar dampaknya dan semakin kelihatan perubahannya. Karena
menurut sains daripada pendidikan menurut berbagai macam research semakin
mudah kita melakukan intervensi semakin tinggi benefit untuk anak tersebut. Jadi
kita akan memberikan pendanaan dan monitoring terhadap tiga jenis program ya,
tiga jenis grup. Jadi tipe pendanaan ini ada tiga, kita kasih nama berdasarkan
binatang ada yang gajah, ada yang macan, sama ada yang Kijang. Yang Gajah itu
yang pendanaannya paling besar karena dia sudah punya skala yang besar dan
sudah bisa membuktikan bahwa dia bisa mengimplementasi dan membuktikan
hasil akhirnya dari sisi pelajaran siswa itu. Outcomenya sudah terbukti. Ini sekitar
program-program yang kita danai program Gajah itu bisa sekitar 100 lebih
sekolah yang mereka akan intervensi, 100 lebih sekolah yang akan mereka
improve. Program macan adalah yang lebih kecil mungkin belum bisa
membuktikan secara rinci dengan data apa hasilnya, tapi sudah ada mulai indikasi
awal bahwa program ini efektif ya. Dia akan mengejar sekitar dari 20 sampai 100
sekolah dan pendanaannya tentunya lebih kecil dan kijang. Kijang kijang ini yang
paling lincah lincah masih kecil mungkin belum 100% terbukti tapi timnya hebat
mereka punya konsep yang hebat dan mereka patut diberikan kesempatan. Kenapa
kita juga ingin memasukkan kijang-kijang ini dalam program ini yang kecil-kecil
yang mungkin belum terbukti? Alasannya adalah kita belum tahu siapa gajah
gajah di masa depan, kita belum tahu gajah-gajah. Jadi masa depan banyak sekali
konsep-konsep baru dan inovatif yang harus kita tes di Skala yang lebih kecil,
untuk mengetahui apakah mereka potensi untuk menjadi salah satu penggerak
yang besar ya. Siapa tahu Kijang menjadi macan, Siapa tahu macam menjadi
gajah di masa depan kita lihat.
Bagaimana kita mengukur kesuksesan dari pada masing-masing organisasi
penggerak ini? Tentunya kita harus fair. Semuanya akan diukur dengan cara yang
sama. Kita akan mengukur mengenai dengan tiga instrumen.
Yang pertama adalah bagi teman-teman yang sudah menonton episode 1 itu
adalah asesmen kompetensi minimum dan survei karakter Ya. Seperti yang
dibilang kemarin yang menggantikan UN sama sekali sama instrumennya yaitu tes
di numerasi, literasi dan juga berbagai macam survei karakter. Dan kita akan juga
ada instrumen pencapaian dan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ini mirip seperti asesmen kompetensi tapi lebih untuk PAUD ya. Jadi nggak bisa
gunakan tas yang sama untuk SD SMP SMA. Tentunya PAUD akan
menggunakan instrumen yang berbeda. Lalu bukan hanya itu, kita juga akan
mengukur lebih dalam dalam arti praktek praktek mengajar yang akan terjadi di
dalam sekolah itu seperti apa dan akan kami ukur. Jadinya memang benar
kemampuan bernalar kognitif adalah yang paling penting. Kalau organisasi itu
tidak menunjukkan perubahan dalam numerasi, literasi asesmen kompetensi
minimum, tentunya itu berarti tidak berhasil menjadi sekolah penggerak. Tetapi
dia bisa menambahkan dan meningkatkan poin-poin dia atau kinerjanya dia
dengan menunjukkan perubahan mindset, perubahan pola pikir melalui survei
karakternya. Jadinya ini adalah penilaian yang holistik bukan hanya kognitif. dan
yang tentunya dengan pengukuran peningkatan motivasi dan praktek praktek
mengajar dengan survei survei itu kita juga mengetahui apakah kultur atau budaya
pembelajaran dalam sekolah itu sudah meresap apa tidak. Dan itu akan sangat
penting sekali. Jadi kita harus menunjukkan bahwa sekolah yang diintervensi oleh
organisasi penggerak harus di atas rata-rata sekolah yang tidak diintervensi di
daerah yang sama dengan berbagai macam kontrol sistem yang saintifik. Semua
akan diukur dengan matriks yang sama. Caranya setiap organisasi penggerak
mencapai goal itu akan berbeda-beda. Dan dari situlah teman-teman kita akan
mengetahui apa strategi strategi-strategi organisasi-organisasi ini yang terbaik.
Sehingga itu bisa menjadi pembelajaran buat pemerintah dan yang lebih penting
lagi pembelajaran bagi sekolah-sekolah di sekelilingnya dia.
Nah, banyak yang menanyakan saya, “Mas menteri, mas menteri kalau saya punya
organisasi tapi kita bukan fokus kepada numerasi dan literasi. Jadi kita ini fokus
kepada misalnya menurunkan intoleransi di dalam sekolah, misalnya untuk
menurunkan wabah bullying dan lain-lain. kami ada konsep sekolah bermain
senang tapi belum tentu akan berdampak kepada kompetensi numerasi dan
literasi” Bagi organisasi-organisasi seperti itu masih bisa bergabung tapi harus
bergabung dengan cara koalisi harus gotong royong bergabunglah dengan 1
organisasi yang memang sudah ingin bergabung program ini dan bisa
bekerjasama, sehingga pendekatan kepada sekolahnya itu holistik ya. Jadinya
kami sangat menganjurkan organisasi-organisasi itu bergabung, bergabung untuk
menjadikan suatu koalisi yang holistik untuk melaksanakan intervensi intervensi
untuk mencetak sekolah-sekolah penggerak. Ini suatu hal yang sangat penting jadi
mohon, bukan hanya gotong royong atau pemerintahan dan organisasi di swasta
dan nonprofit tapi juga harus ada kolaborasi di antara organisasi juga.
Sebenarnya tujuannya ini apa? Semua ini kalau tujuan daripada sekolah penggerak
tidak terlihat hasilnya di dalam profil siswa-siswinya berarti itu di artinya tidak
berguna. Jadi kita sebenarnya mau menciptakan manusia seperti apa sekolah
penggerak ini harus menciptakan manusia seperti apa.
Ada enam profil pelajar Pancasila
Ada enam profil pelajar Pancasila. Yang pertama adalah berakhlak mulia dia
mengerti apa itu moralitas. Dia mengerti apa itu keadilan sosial, dia bisa mengerti
spiritualitas, dan dia mengerti apa, dan dia punya rasa cinta, cinta kepada agama,
cinta kepada sesama manusia, cinta kepada alam. Itu merupakan suatu hal yang
sangat penting berakhlak mulia,
Kedua adalah kreativitas. Dia punya kemampuan untuk bukan hanya memecahkan
masalah, tapi untuk menciptakan hal-hal secara proaktif, secara independen untuk
menemukan cara-cara yang lain dan berbeda, untuk bisa berinovasi dalam sehari
harinya.
Ketiga dia harus tahu cara gotong-royong. Dia harus tahu cara berkolaborasi dan
bekerjasama dengan sesama muridnya dan pada saat dia keluar di laut terbuka,
dengan sesama manusia, karena tidak akan ada pekerjaan atau aktivitas yang tidak
membutuhkan gotong royong, tidak membutuhkan kolaborasi. Apalagi di era
industri 4,0, kolaborasi menjadi jauh lebih penting lagi. Sekarang aja udah penting
bayangkan di masa teknologi yang semakin berubah cepat.
Keempat adalah kebhinekaan Global. Ini adalah perasaan menghormati
keberagaman. Ini adalah toleransi terhadap perbedaan. Ini juga artinya dia bisa
menerima dan menghormati perbedaan, tanpa rasa judment, tanpa menghakimi,
dan tidak merasa dirinya dia atau grupnya dia atau kelompoknya dia lebih baik
dari yang lain. Itu artinya kebhinekaan global dan bukan hanya di level Indonesia
sebagai negara dia tapi, juga dalam tingkat dunia dalam tingkat dunia, karena
dunia ini menjadi semakin kecil, informasi dan pengetahuan menjadi semakin
besar, bisa diakses dimanapun. Sehingga kebhinekaan global itu menjadi suatu hal
yang penting dan harus menjadi aspirasi sistem pendidikan kita, karena kita akan
bersaing dimasa kini dan masa depan kita akan bersaing di panggung dunia bukan
hanya di Indonesia .
Yang kelima adalah benar kritis, Ini adalah assessment kompetensi yang kita tes
kemampuan peran beranalisa, kemampuan memecahkan masalah-masalah yang
riil, kemampuan untuk berpikir secara kritis dan menimbang berbagai macam
solusi untuk suatu permasalahan.
Dan yang terakhir adalah kemandirian. Seberapa independen siswa-siswi kita.
Apakah mereka terdorong dengan motivasi di dalam hatinya dia? Apakah harus
terus didorong dari luar atau eksternal? Kemandirian bertumpu dari yang namanya
gross mindset yaitu suatu filsafat bahwa saya ini bisa menjadi lebih baik Kalau
saya terus berusaha, sehingga saya ingin terus mencari informasi lebih banyak
saya harus bekerja keras karena saya bisa menjadi lebih baik. ini adalah kunci dari
pada maindset untuk kemandirian siswa siswi kita. dinas pendidikan di masing-
masing daerah akan memiliki peran yang luar biasa pentingnya dalam
keberhasilan program organisasi penggerak ini. Ini tidak mungkin hanya gotong
royong pemerintah pusat dengan berbagai macam organisasi penggerak. Dinas
sebagai pemilik sekolah di semua daerah harus mendukung dan juga akan
memberikan berbagai macam informasi kepada organisasi penggerak, agar
program mereka sukses. Jadi dari sisi organisasi dan koordinasi di lapangan ini
yang harus dilakukan oleh dinas dan organisasi penggerak. Untuk
mengidentifikasi sekolah-sekolah yang paling punya potensi terbaik menjadi
sekolah penggerak juga membutuhkan informasi dari berbagai macam dinas.
Setiap organisasi penggerak dan dinas akan juga menandatangani suatu MOU
yang akan didukung oleh pemerintah pusat, agar ada formalitas, ada suatu janji
komitmen diantara dinas dan organisasi organisasi penggerak.
Dan salah satu hal yang terpenting, dinas bertanggung jawab untuk
mempertahankan guru dan kepala sekolah di dalam sekolah-sekolah yang
berpotensi menjadi sekolah penggerak. Kalau berbagai macam organisasi
penggerak ini sudah berusaha dengan begitu, dengan usaha yang begitu besar
untuk memberlakukan transformasi kepada sekolah itu. Kalau guru-gurunya di
pindah lagi, kalau kepala sekolah di pindah, ya semua itu akan sia-sia, kita tidak
akan bisa menciptakan budaya pembelajaran di dalam sekolah yang bisa nantinya
menjadi satu contoh untuk sekolah-sekolah lain. Jadi itu suatu harapan bagi semua
dinas untuk membantu melindungi guru guru dan kepala sekolah di dalam sekolah
penggerak tersebut, agar tidak diganti-ganti, agar tetap di sekolah itu. Dan juga
pengawasnya harus mendukung program ini dan memperbolehkan berbagai
macam inovasi di beberapa sekolah penggerak ini. Dan tentunya membangun
lingkungan yang inovatif untuk meningkatkan pembelajaran siswa ini, apa yang
dinas bisa lakukan juga untuk mendorong sekolah-sekolah lain untuk
mengunjungi untuk melihat aktivitas yang sedang terjadi dan juga motivasi.
Dari tanggal 16 Maret sampai 16 Mei itu lah waktu untuk pengajuan proposal dan
evaluasi proposal kita. Hari ini kita melakukan forum organisasi penggerak. Sekali
lagi mohon maaf kita tidak melakukannya secara langsung, tetapi mulai dari 16
Maret sampai 16 Mei itu adalah pengajuan proposal dan evaluasi, baru kita akan
dari 16 Mei sampai 30 Juni melakukan berbagai macam proses verivikasi setelah
itu. Seperti dilihat di sini ada websitenya : sekolah.penggerak.kemendikbud.go.id.
Website itu untuk mencari informasi mengenai kalender schedule dan rekrutment.
Banyak sekali teman-teman yang menanyakan kepada kita, “Saya nggak punya
organisasi, tapi saya ingin bantu!” Nah ini lah makanya kita membuka namanya
juga komunitas penggerak. Jadi bagi pegiat pendidikan yang kalau mereka bukan
bagian dari organisasi mereka bisa menjadi sukarelawan. Dan sukarelawan itu
akan kami bantu matchmaking dengan organisasi-organisasi pergerakan tersebut
untuk meningkatkan kapasitas mereka dan juga menemukan apa yang cocok
dengan passion mereka. Jadinya bagi teman-teman yang sudah meregistrasi terima
kasih kita senang banget mendapat begitu banyaknya sukarelawan nanti akan
kami bantu fasilitasi untuk menemukan organisasi yang tepat untuk anda agar
dampaknya bisa lebih besar.
Nah satu hal yang saya sangat sangat tertarik untuk bisa mengumumkan bahwa
sebenarnya setiap organisasi penggerak akan menjadi secara otomatis Salah satu
program yang disetujui oleh Kemendikbud untuk menjadi 1 semester ataupun 2
semester kampus Merdeka. Jadi bagi mahasiswa mahasiswa yang sedang mencari
program 1 semester atau 2 semester, sekarang semua organisasi penggerak yang
terpilih yang terpilih masuk program ini untuk mengerjakan sekolah penggerak,
boleh membuka programnya kepada mahasiswa dan akan mendapatkan full SKS
minimum 20 SKS. Jadi bayangkan bagi semua organisasi penggerak ini menjadi
peningkatan kapasitas mereka dengan cara yang sangat cepat dengan dengan
anak-anak muda terbaik se-indonesia.
Seleksi proses semua dipegang organisasi penggerak, tidak ada paksaan apapun
itu terserah mereka mau milih siapa mahasiswanya. Tapi pada saat Kemendikbud
sudah mengapprove organisasi penggerak itu semua mahasiswa se-indonesia
boleh meluncurkan aplikasi dan kalau mereka diterima oleh program 6 bulan atau
program 1 tahun tapi minimalkan 1 semester yaitu 5,6 bulan. Itu akan secara
otomatis kalau diterima oleh organisasinya mendapatkan full SKS 20 SKS. Ini
merupakan hal yang sangat menarik, tolong mahasiswa se-indonesia, tolong
tunggu pada saat organisasi pergerakan sudah terpilih, kalau anda punya passion
dalam menggerakan sistem pendidikan kita, inilah kesempatannya, jangan disia-
siakan. Bagi organisasi penggerak, jangan disia-siakan, punya pemimpin-
pemimpin muda terbaik di Indonesia membantu anda meningkatkan kapasitas. Ini
akan menjadi pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan kita. Jangan disia-
siakan mohon segera diterima mahasiswa-mahasiswa terbaik kita.
Organisasi penggerak ini akan disaring dengan suatu proses yang sangat ketat,
suatu proses dimana pemilihannya dari mulai dari registrasi evaluasi proposalnya
pun dilakukan tim independen ya, pemilihan itu dilakukan oleh tim independen di
luar daripada kementerian. Dan semua kontrak dan pelatihan teknis akan
dilakukan untuk memastikan organisasi-organisasi ini bisa menciptakan hasil
dengan sukses. Dan tentunya implementasi dan pengawasan akan terus berjalan.
Kita akan membutuhkan pelaporan yang ketat dan juga seperti tadi pengukuran
dari hasil juga akan dilakukan secara standar. Ini sangat penting dan kami harus
jujur kalau organisasi itu terbukti setelah beberapa waktu untuk tidak menciptakan
hasil tentu pendanaannya akan di stop. Kalau ada program yang ternyata
menunjukkan bukti hasil yang sangat berdampak sangat bermakna, lompatan hasil
pembelajarannya maupun dari matrix-matrix yang kita ukur itulah yang akan kita
masukkan kedalam pendanaan yang lebih besar untuk skala. Jadi ini adalah proses
seleksi itu bukan pada saat penerima aja, tapi secara berkala akan dilakukan
evaluasi dan bagi yang udah nggak lolos lagi tidak dilanjutkan, bagi yang sangat
baik akan dilanjutkan dan bahkan dikembangkan lagi. Jadi ini adalah proses yang
organik dan dinamis terus berjalan.
Alhamdulillah sampai saat ini kita sudah mendapatkan registrasi dari 3300
organisasi di seluruh Indonesia. Ini luar biasa, kami sangat terharu di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, begitu banyaknya organisasi yang sebenarnya ingin
membantu pendidikan di Indonesia. Dan lebih dari 12000 relawan, 12000 relawan
ini dalam waktu yang sangat pendek begitu banyaknya relawan yang ingin
berpartisipasi. Jadi ini mungkin menunjukkan suatu indikasi awal bahwa program
Merdeka belajar ini paling tidak menimbulkan suatu semangat yang baru, suatu
kesadaran bahwa ini bukan tugasnya pemerintah saja tapi ini tugasnya kita semua.
Dan karena itu saya ucapkan terima kasih bagi semua yang sudah meregistrasi.

Mari kita simak video berikut


Kenalkan ini Agustina Agustina dan teman-temannya tinggal di Wamena Papua
wilayah terpencil di Indonesia timur. Agustina ini anak yang ceria dan mandiri
Agustina sekarang duduk di kelas 3 SD. dia belum lancar membaca sehingga dia
sering kesulitan belajar. teman-temannya pun sama.
guru sering absen sehingga satu guru karena terpaksa mengurus beberapa kelas
sekaligus. sekolah juga kurang memiliki buku bacaan untuk anak seusia dia.
sebuah program baru mencoba mengatasi tantangan yang dihadapi Agustina.
dalam program guru dilatih untuk menggunakan lagu dan alat bantu ajar visual
saat mengajar. sekolah mendapatkan buku-buku bacaan yang cocok untuk
pembaca usia dini berisi cerita-cerita tentang anak Papu. dan guru didorong untuk
menata perpustakaan dan pojok baca. Hasilnya kemampuan baca tulis siswa
meningkat.
Pendidikan di tingkat masyarakat membuat orang tua makin sadar pentingnya
literasi. beberapa orang tua malah ikut belajar membaca. sekolah juga dibangun
dengan baik bagus, anak-anak belajar dengan baik kan Jadi kami orang tua sangat
bagga. tokoh adat pemuka agama Semuanya ikut peduli akan arti penting belajar
dan sekolah bagi anak-anak mereka. Sekarang guru lebih percaya diri di kelas.
siswa siswanya pun meningkat kemampuan baca tulisnya. dan Agustina sekarang
belajar mencintai buku, membaca membantu imajinasinya berkembang. mudah-
mudahan program ini bisa direplikasi di wilayah lain di Indonesia demi masa
depan yang lebih cerah untuk Agustina dan untuk setiap anak.
Sekarang bayangkan sekolah-sekolah penggerak ini tumbuh mekar di masing-
masing pulau di masing-masing daerah di Indonesia, menjadi panutan menjadi
mercusuar menjadi sumber inspirasi untuk sekolah-sekolah lain. inilah yang
namanya gotong royong, inilah yang namanya merdeka belajar.
Terima kasih wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kenapa merdeka belajar?


Education 4.0: Building Human Resources For the Future
Jakarta, 17 januari 2020
Kenapa yang muncul salah satu solusi gerakan awal itu adalah Merdeka belajar?
Hestegnya mereka belajar? Saya selama 5 bulan ke belakang, 3 bulan kementerian
dan 2 bulan sebelumnya itu, melakukan berbagai macam research berbicara
dengan semua pakar-pakar bicara sama guru kepala sekolah mahasiswa dan lain-
lain dan hal yang saya temukan, itu sesuatu yang sangat berbeda dari persepsi
saya. Sebenarnya dulu saya kira itu pendidikan itu seperti suatu sistem manajemen
yang bisa dikasih insentif sama disisventif, lalu kalau kita ada matrix matrix yang
jelas dan kita mengintifive matrix matrix itu secara otomatis, itu akan
menimbulkan sistem pendidikan yang baik. Tadi saya kira seperti itu very
manegerial approach gitu, bahwa ini kayak apa, kayak pabrik bisa, kayak call
center, go-jek gitu tapi enggak ini salah karena produknya ini bukan, bukan suatu
produk att, ini bukan suatu layanan, produk itu adalah manusia. Jadi tingkat
kompleksitas yang luar biasa tingginya dari pembentukan suatu manusia itu nggak
bisa menggunakan approach yang sama seperti di private Sector. Tapi satu hal
yang saya sadari adalah apa ciri-ciri sekolah-sekolah yang terbaik dan banyak
sekolah-sekolah baik di Indonesia, cuman kita jarang denger gitu tapi mereka
biasanya agak bandel-bandel nemuin sistem proses sendiri berinovasi sendiri gitu
keluar dari jalur jalur sendiri untuk menemukan titik temunya sendiri yang pas
buat siswa-siswinya. itu adalah organizational culturenya dan culture daripada
sekolah itu bukan kepada individu dalam sekolah itu, tapi culture dalam sekolah
itu adalah culture of learning dan culture of Innovation. jadi dia itu culture di
mana banyak tanya banyak coba banyak karya.
Nah ini yang sebenarnya sangat relevan seperti pengalaman saya di go-jek waktu
itu. Culure of Innovation dan culture of learning punya orang orang manusia yang
punya growth of mindset itu sebenarnya objektif dari pada sistem pendidikan kita
untuk menciptakan anak-anak yang punya growth mindset apapun poison dia gitu.
ini sedikit berbeda ini nggak bisa dilakukan dengan administrasi pendidikan. ini
harus melakukan melalui transformation of culture change. makanya ini harus di
Serang dari berbagai macam penjuru, dari pendidikan guru guru baru masuk,
pendidikan guru di dalam situ perubahan dan fleksibilitas daripada kurikulum,
perubahan dari sisi administrasi dan regulasi untuk melepaskan berbagai macam
kendala dan sekat-sekat. Merdeka belajar adalah seluruh solusi ini yang akan
memerdekakan unit pendidikan untuk melakukan Inovasi dan berubah mindset
culture kepada a learning culture bukan a administratif culture. jadi yang lebih
sering terjadi secara administrasi pendidikan bukan pembelajaran. pembelajaran
itu hanya bisa terjadi kalau ada psikological septi dalam sekolah itu. mereka
berani gagal mencoba hal yang baru. Kalau students to bukan hanya pasif
konsumtif daripada pendidikan tapi mereka berpartisipasi di dalam pendidikan
tersebut. Kalau tidak ada regiditas atau setumpuk birokrasi dengan administrasi
yang dilakukan guru yang mendistrek dia daripada melakukan convertionnya
yaitu mengajar dan berinteraksi dengan murid. jadi Merdeka belajar adalah 1 kata
kunci yang menjadikan call to action untuk masyarakat, untuk para guru kepala
sekolah orang tua companies semua agar kita meredefinisi Apa itu culture yang
tepat culture yang merdeka di dalam unit pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai