Anda di halaman 1dari 3

05.

Nama : Roni Kurniawan


NPM : 1501010312

Hipotesis
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan penelitian
maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk
melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian
penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah
satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Dengan dilakukannya penelitian, maka peneliti akan menemukan sebuah kebenaran yang mana
kebenaran tersebut akan dijadikan pedoman dalam penelitian.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Sebab dalam penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Berbeda
dengan penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, akan tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis atau teori. Penelitian yang menggunakan pendekatan
kuntitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada suatu objek yang akan diteliti.
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang dapat memberikan jawaban atas penelitian
(menguji). Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif sanga dominan dalam penugasan
suatu tugas karya ilmiah suatu mahasiswa. Pendekatan kuantitatif dapat memberikan keabsahan
dalam sebuah penelitian. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian tidak membutuhkan sebuah
teori/pemikiran. Begitu sebaliknya, penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif tidak begitu
digunakan oleh seorang peneliti. Pendekatan kualitatif dalam sebuah penelitian tingkat
kebenarannya perlu dipertimbangkan. Pendekatan kualitatif pada penelitian hanya mengedepankan
sebuah teori untuk pengujiannya. Pendekatan yang bersifat kualitatif tidak cocok/tidak dapat
digunakan dalam sebuah penelitian, yang mana dalam sebuah penelitian akan ditemukannya sebuah
kebenaran yang dapat dijadikan pedoman dalam pengujiannya.
Penulis dalam penelitian kali ini, meneliti tentang hipotesis yang berkaitan dengan pendidikan
karakter siswa dalam ranah pendidikan. Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hypo”
yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Dengan demikian hipotesis secara
sederhana dapat dipahami sebagai suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui
kebenarannya. Dalam sebuah penelitian, hipotesis umumnya dirumuskan untuk menjawab secara
sementara masalah yang akan diteliti. Jadi, hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang akan diteliti.1 Jawaban sementara terhadap sautu penelitian belum bisa
diambil kebenarannya untuk dijadikan acuan/pedoman dalam penulisan artikel/journal. Hipotesis
hanya berupa penelitian yang belum terlihat keabsahannya. Agar terjadi penelitian yang mempunyai
suatu kebenaran.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut, baik terhadap Allah, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil. Karakter adalah respon langsung yang dilakukan seseorang terhadap
setiap stimulus yang datang dalam keadaan sadar. Kata karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu
caracteer yang berarti tanda, ciri atau gambaran yang diukir. Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.2 Karakter yang dimiliki oleh generasi muda di bangsa
Indonesia tercinta kurang baik, banyak generasi muda dalam ranah pendidikan pada saat proses

I a Ma hali, Metode Pe elitia Kua titatif, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
1

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1 November 2016, 41.
Fah i Gu a a , Pe didika Karakter, Hipotesis “aphir Worf da Bahasa I telek Dala Media “osial,
2

Jurusan Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, Jurnal Al-Ta’di , Vol. No. Ju i : h. 5.
1
pembelajaran tidak memiliki karakter/sikap yang kurang sopan terhadap pendidik (Guru). Karakter
merupakan cerminan dalam kepribadian sehari-hari manusia terlebih khusus kepada siswa. Dalam
ranah pendidikan, pendidikan karakter/moral lebih di utamakan yang bertujuan untuk memperbaiki
sikap, perilaku, ataupun moral dari siswa. Moral (akhlak) dari siswa sangat menurun yang
disebabkan karena kurangnya perhatian atau kasih saying dari orang tua kepada anaknya. Selain itu,
penyebab paling utama dalam merosotnya karakter/moral dari siswa yaitu kehidupan dari
lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-hari. dalam ranah pendidikan, apabila karakter
siswa yang merosot begitu parah, maka penyebab utamanya yaitu lingkungan sekitarnya baik teman
seperjuangannya atau pun teman kakak senior. Semisal contoh merosotnya karakter siswa dalam
ranah pendidikan yaitu 1). Siswa berani melawan/membantah perintah guru, 2). Siswa berani tidak
berangkat sekolah (membolos) tanpa sepengetahuan orang tua, 3). Siswa berani melakukan
perbuatan - perbuatan yang tercela. Dengan demikian, moral/karakter siswa dalam menuntut ilmu
perlu diperhatikan atau di perbaiki. Agar setelah selesai mengenyam pendidikan, siswa menjadi
seorang warga Negara yang dapat bermanfaat untuk Negara. Selain itu, dengan diperbaiki karakter
siswa, maka siswa tersebut akan menjadi hamba yang mempunyai akhlaqul karimah dan dapat
menjadi contoh oleh orang lain.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat3
Didalam proses pembelajaran, optimisme siswa perlu di tingkatkan. Karena sifat optimesme
dapat membuat siswa menjadi semangat untuh sesuatu yang akan diinginkan atau di cita-citakan.
Optimisme adalah salah satu faktor dalam psikologi positif yang terbukti dapat mempengaruhi
eksistensi seseorang. Optimisme sangat berhubungan dengan hasil-hasil positif yang diinginkan
seseorang seperti kondisi moral yang bagus, prestasi yang bagus, kondisi kesehatan yang bagus, dan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang muncul.4 Dengan demikian, sifat optimisme siswa
sangat dibutuhkan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Dengan adanya motivasi tersebut, maka
siswa akan tidak terpengaruh dengan perilaku yang melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Optimisme akan merubah perilaku siswa dalam mengenyam pendidikan, yang mana pada
kurikulum pendidikan tahun ini yaitu pendidikan yang memngutamakan karakter atau disebut
dengna pendidikan karakter. Karakter siswa akan berubah baik, apabila yang merubah siswa
sendiri. Pada dasarnya pembelajaran di sekolah bukan hanya bertujuan mencari nilai atau hanya
sekedar mengisi kemampuan otak akan tetapi merupakan sarana belajar untuk kehidupan
bermasyarakat yang akan dialami peserta didik ketika telah beranjak dewasa ( mendidik karakter).5
Dengan mempunyai sifat optimisme, maka siswa akan dapat karakternya menjadi yang lebih baiak
atau berkarakter mulia (akhlaqul karimah).
Penulis dalam meneliti Hipotesis yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter Siswa, yaitu
mulai dengan hipotesis bahwa variabel bebas tertentu mempunyai pengaruh (effect) terhadap
variabel tergantung tertentu. Selanjutnya, peneliti melakukan eksperimen dimana sebanyak j sampel
rambang variabel diperoleh. Eksperimen ini menghasilkan rata-rata sampel ⎯X1….⎯Xj yang
merupakan perkiraan bagi rata-rata populasi μ1,…… μj. 6 Eksperimen yang di lakukan yaitu
meganalisis secara langsung dari penelitian yang di teliti. Maka dari penelitian tersebut, akan
ditemukannya sebuah jawaban atau sampul. Yang mana jawaban tersebut akan di jadikan acuan

Dedi Wahyudi, Pe ge a ga Multi edia Pe elajara I teraktif Pe didika Akhlak De ga Progra


3

Prezi, .d.,h. 9.
Ha ifah Latif Musli ah, Progra Pelatihan Motivasi Berprestasi Guna Meningkatkan Efikasi Diri dan
4

Opti is e, Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Vol. 2, No. 2,
(Desember 2014): 77.
Dedi Wahyudi da Ha i atul Azizah, “trategi Pe elajara Me ye a gka De ga Ko sep Lear i g
5

Revolutio , Attar iyah, Volu e :h. 6.


“u adi “urya rata, Pe gujia “ig ifika si Hipotesis Nol Dala Pe elitia Psikologis, Buletin Psikologi 2
6

Desember 2000 (n.d.):h. 24.


2
untuk menguji jawaban tersebut. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam
hipotesis yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter siswa, maka penelitian dengan jenis ini
sanagat tepat di gunakan untuk penelitian. Dengan demikian, pendekatan kuantitatif dapat
memberikan jawaban dalam penelitian terutama dalam penelitian Karakter siswa. Terhadap
hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal: Pertama, menerima keputusan
seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian). Kedua, mengganti
hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya
hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).7 Peneliti dengan ini harus mampu menerima dari hasil
penelitiannya.
Jenis pengujian hipotesis dalam penelitian kuantitatif ada dua yaitu hipotesis direksional
(hipotesis langsung), dan hipotesis non direksional (hipotesis tidak langsung). Hipotesis Direksional
adalah rumusan hipotesis yang arahnya sudah jelas atau disebut juga hipotesis langsung.
Sedangkan Hipotesis Non Direksional (hipotesis tidak langsung) adalah hipotesis yang tidak
menunjukkan arah tertentu.8 Dengan demikian, dapat dipahami bahwasannya Hipotesis Direksional
merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung oleh peneliti dan dapat di temeukan
kebenarannya dalam penelitian tersebut. Sehingga penelitiannya dapat dijadikan/digunakan untuk
kepentingan manusia. Sedangkan Hipotesis Non Direksional merupakan penelitian yang di lakukan
tidak secara langsung. Sehingga penelitiannya tidak ditemukan suatu kebenaran dalam penelitian
tersebut. Penelitian ini tidak dapat di gunakan/dimanfaatkan oleh manusia. Hipotesis Direksional
dalam penelitian pendidikan Karakter sangat memberi jawaban yang akan dijadikan bahan
pengawasan.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut, baik terhadap Allah, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil.9 Dalam dunia pendidikan maka perlu dilakukan evaluasi yang
menyeluruh terhadap perkembangan kepribadian siswa yang meliputi: perkembangan sikap,
pengetahuan, kecerdasan, perkembangan jasmani, serta ketrampilannya 10

Dengan demikian, hipotesis yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter siswa yang
menggunakan pendekatan kuntitatif akan memberikan jawaban yang sebenarnya. Dimana jawaban
tersebut akan dijadikan pedoman untuk pengujian dalam penelitian. dan penelitian tersebut dapat
digunakan untuk pengujian penelitian.
.

“utris o Hadi, Meru uska Hipotesis, Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni
7

Universitas Negeri Yogyakarta, n.d., 4.


I a Ma hali, Metode Pe elitia Kua titatif, .
8

Fah i Gu a a , Pe didika Karakter, Hipotesis “aphir Worf da Bahasa I telek Dala Media “osial, .
9

Dedi Wahyudi, Ko sepsi Al-Qur’a Te ta g Hakikat E aluasi Dala Pe didika Isla Dedi Wahyudi,
10

Institut Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro Lampung, HIKMAH, Vol. XII (n.d.): 255.
3

Anda mungkin juga menyukai