Pengertian Psikologi
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya Ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tentang
arti psikologi itu sendiri. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
jiwa. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang
tingkah laku atau perilaku manusia. (Mahfud)
Objek Psikologi
Objek psikologi adalah GEJALA-GEJALA KEJIWAAN/ PERILAKU, baik yang Kasat Mata
(Perbuatan: bisa dilihat/ didengar/ dirasa/ dicium/ diraba dengan panca indera) maupun
yang Tak Kasat Mata (Penghayatan/ hanya bisa dirasakan sehingga harus dipastikan melalui
gelaja-gejala yang ada).
Rangkuman Topik 1
1. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yakni Psyche dan Logos.
2. Secara etimologi, Psikologi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Hal ini
merupakan pengertian psikologi dari sisi…….
Sementara, perubahan yang muncul tersebut terjadi karena adanya pengalaman dan latihan.
Belajar bukanlah suatu hasil melainkan proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Proses belajar itu sendiri terjadi secara disengaja, yang timbul karena adanya suatu
niatan.
Secara umum, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik (guru ke murid,
dosen ke mahasiswa, pelatih/ instrusktur ke peserta) untuk membantu mereka agar dapat belajar
dangan baik. Proses pembelajaran ini memberi kesan adanya interaksi antara pengajar dengan
peserta didik.
Dalam artian bahwa, Psikologi belajar adalah sebuah disiplin ilmu yang memberfikan
wawasan kepada pendidik/ calon pendidik mengenai siapa anak didik dan bagaimana
belajarnya, apa saja aspek psikologis yang mempengaruhinya dan bagaimana menggali,
mengembangkan, mengoptimalkan aktualisasi potensi-potensi peserta didik, hal yang
menghambat proses belajar dan berbagai penyebab kesulitan belajar peserta didik
sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien.
Tujuan Mempelajari Psikologi Belajar
Psikologi belajar sangat diperlukan agar membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan
kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip-prinsip
psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
Menurut Mahfud (dalam Khairani, 2017), tujuan mempelajari psikologi belajar adalah:
· Agar para guru memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik,
sehingga murid bisa bertambah baik dalam cara belajamya.
· Agar para guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif den
gan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan
untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung, guna
meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian, psikologi belajar dapat membantu guru untuk memahami bagaimana
individu belajar, yang tercakup di dalamnya adalah pengertian dan ciri-ciri belajar
serta bentuk dan jenis belajar. Dengan mengetahui individu belajar maka kita dapat
memilih cara yang lebih efektif untuk membantu memberikan kemudahan,
mempercepat, dan memperluas proses belajar individu.
sementara proses pembelajaran tersebut adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap
sistem pendidikan. Manfaat dan kegunaan psikologi belajar juga membantu untuk
memahami karakteristik murid apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang
cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik ini diharapkan guru dapat
merancang dan melaksanakan pembelajaran secara optimal. Misalnya, ketika seorang
guru mengajar matematika pada siswa/siswi kelas I SD kemudian ada salah seorang
muridnya yang selalu jalan-jalan dan mengganggu temannya, maka seorang guru harus
tanggap dan menelusuri karakteristik muridnya, mengapa dia berbuat seperti itu,
apakah dikarenakan dia sudah faham dengan materi tersebut atau sebaliknya.
Rangkuman Topik 2
1. Psikologi belajar adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip perilaku manusia
dalam penerapannya bagi belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi belajar
memberi kontribusi bagi guru ketika ia menjalankan tugas mengajar di dalam kelas
sehingga tampak pada kinerjanya ketika mengajar dengan mempertimbangkan prinsip
psikologis murid.
2. Tujuan mempelajari psikologi belajar, antara lain (1) untuk membantu para
guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing
murid dalam proses belajar. (2) Agar para guru dan calon guru dapat
menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif dengan jalan
mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan untuk
kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung guna meningkatkan
ke arah yang lebih baik.
3. Fungsi psikologi belajar ada 4 yakni menjelaskan, memprediksikan, mengontrol
fenomena (dalam kegiatan belajar mengajar), dan rekomendasi.
4. Psikologi belajar dapat membantu guru untuk memahami bagaimana individu
belajar. Dengan mengetahui individu belajar, kita dapat memilih cara yang lebih
efektif untuk membantu memberikan kemudahan, mempercepat, dan memperluas proses
belajar individu.
5. Manfaat dan kegunaan psikologi belajar merupakan alat bantu bagi penyelenggara pemb
elajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi belajar dapat dijadikan
landasan berpikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga
profesional kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran.
Definisi Belajar
Pengertian tentang belajar sangat beragam. Beragamnya pengertian tentang belajar,
dipengaruhi oleh teori yang melandasi rumusan belajar itu sendiri. Banyak orang
beranggapan bahwa belajar semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang
terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Anggapan seperti itu mungkin tidak
sepenuhnya keliru, karena praktiknya banyak orang yang belajar dengan hanya menghafal.
Padahal, menghafal hanya salah satu bagian dari beberapa cara belajar. Sesungguhnya
konsep belajar tidak sesederhana itu.
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan
dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991: 2).
Barlow (1996: 61-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior
adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif). Di dalam Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan secara umum belajar
yaitu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk
peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir,
pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.
Contoh Belajar
Berikut contoh belajar yaitu
Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya
tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-
mobilan dengan baik dan sempurna.
Sehubungan dengan contoh ini, belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan
proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi
atas situasi atau rangsangan yang ada.
Menurut psikologi belajar yang inklusif gender, tidak membeda-bedakan jenis permainan
yang mengarah pada gender stereotype, agar anak laki-laki dan anak perempuan
mendapatkan pengalaman bermain yang sama. Pengalaman masa kecil akan berpengaruh
pada kesiapan keragaman peran di masyarakat.
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi
ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat,
mengucapkan.
Pembahasan tersebut menegaskan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar
menghasilkan perubahan perilaku dalam diri siswa/ siswi. Belajar menghasilkan perubahan
perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada diri siswa/
siswi. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan
yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.
Tujuan Belajar
Para ahli mengembangkan sejumlah skema untuk menggolongkan tujuan belajar sebagai
berikut ;
b. Taksonomi Tujuan Belajar Menurut Benyamin S. Bloom dalam Hidayah (2005) bahwa
tujuan belajar dinamai taxonomy mencakup tiga domain/ranah meliputi; kognitif, afektif,
dan psikomotorik
- Domain kognitif Belajar yang terkait dengan tujuan kognitif mencakup enam perilaku
khusus yang tersusun dari yang terendah sampai dengan tertinggi.
- Domain afektif berkaitan dengan kesadaran yang berasal dari diri individu untuk
menggunakan dan menerima sikap, prinsip, kode, dan sangsi yang mendukung keputusan
nilai dan mengarahkan perilakunya.
- Domain psikomotorik menekankan pada perilaku manusia yang mencakup empat
kategori, tanpa hirarki yang ketat sebagaimana kedua domain terdahulu.
Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsipi-prinsip belajar.
d. Pengulangan
e. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat
siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
Rangkuman
Belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku padadiri individu
karena adanya usaha. Belajar bukanlah suatu tujuan utama, tetapi merupakan suatu sarana
untuk mencapai tujuan. Belajar merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan
bermasyarakat akan adanya persaingan, khususnya dalam dunia usaha dan dunia
pendidikan.
Tanpa adanya belajar kita akan tertinggal, bahkan tersingkirkan dari persaingan, dengan
belajar ini akan menumbuhkan inovasi-inovasi yang melahirkan perubahan positif yang
diperlukan dalam usaha dan pendidikan.
Oleh karena itu, mengingat betapa pentingnya proses belajar dalam kehidupan, yang
nantinya akan menentukan dan membantu suatu keberhasilan individu di masa depan. Kita
selaku calon pendidik perlu mempersiapkan diri memperluas pengetahuan tentang belajar.
Perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses pembelajaran
diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang memiliki karakteristik pribadi
yang mandiri, murid yang efektif, dan pekerja yang produktif. pribadi yang mandiri adalah
pribadi yang mampu mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu
mengarahkan dirinya dan pada gilirannya dapat mewujudkan dirinya secara optimal.
Siswa/siswi yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan kegiatan belajar dengan
memperoleh hasil sebaik-baiknya dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupannya. Murid yang efektif akan mampu melakukan kegiatan belajar secara terus-
menerus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Jadi, bukan hasil kerja yang
dicapai, tetapi terjadi pengembangan dirinya dan lingkungan pekerjaannya.
Menurut Bruner dalam Saiful Sagala (2006: 35-37), dalam proses pembelajaran siswa
menempuh tiga tahap, yaitu (1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); (2)
tahap transformasi (tahap pengubahan. materi); (3) tahap evaluasi (tahap penilaian
materi).
6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
9. Tingkah laku afektif, yakni tingkah laku bersangkutan dengan perasaan takut, marah,
sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan. Manifestasi belajar perlu dicermati dengan menggunakan
analisis gender untuk mengetahui pengalaman, aspirasi, kebutuhan, minat, dan
kecenderungan antara laki-laki dan perempuan serta perbedaan sosial.
Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun
dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis
belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia
yang juga bermacam-macam.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana sarana pemecahan
masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya guru mengajar eksakta, seperti matematika
dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi
pada cara pemecahan masalah (Lawson, 1991).
3. Belajar Pengetahuan
Contoh: kegiatan siswa-siswi dalam bidang studi fisika mengenai "gerak" menurut hukum
Newton I. Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap
benda tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang
mempengaruhinya.
Rangkuman
Ciri khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan- perubahan yang bersifat (1)
intensional (disengaja); (2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); (3)
efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).
Manifestasi perilaku belajar tampak dalam (l) kebiasaan, seperti siswa belajar bahasa berkali-
kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga
akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar ; (2) keterampilan,
seperti menulis dan berolah raga yang sifatnya motorik keterampilan-keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang teliti; (3) pengamatan,
yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi rangsangan yang masuk melalui
indera-indera secara menyeluruh sehingga siswa mampu mencapai pengertian secara
benar; (4) berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya yang menggunakan daya ingat; (5) berpikir rasional dan kritis, yakni
menggunkapkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan
kritis seperti "bagaimana" (how) dan "menggapa (why); (6) sikap, yakni kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadaporang sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinan; (7) inhibisi, menghindari hal yang mubazi); (8)
apresiasi, menghargai kekuatan dari karya bermutu; 9) tingkah laku afektif, yakni tingkah
laku bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci,
was-was, dan sebagainya sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak- puasan yang
diperolehnya.Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.
Beberapa hal yang perlu diketahui dari pendekatan behavioristik/ tingkah laku, antara lain:
Faktor lingkungan mempengaruhi timbulnya perilaku tertentu (adanya proses kebiasaan).
Teori belajar komprehensif menjadi kekuatan baru yang dominan dalam psikologi karena:
5. Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar bukan sekedar ilmu terapan.
Dalam teori behavioristik, berpendapat bahwa (1) semua perilaku dapat dijelaskan oleh
sebab-sebab lingkungan, bukan kekuatan internal, (2) manusia hanya dianggap mesin
sehingga perilaku apa yang akan terjadi tergantung lingkungan yang membentuknya, (3)
fokus behaviorisme adalah perilaku yang dapat diamati.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di
antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu,
apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Nb: STIMULUS adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian,
alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa,
sedangkan RESPON adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru.
Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan)
atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut
dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk
berpikir dan berimajinasi. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat
negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan
respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena
melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka
hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.
Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya
bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah,
sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang
bila dikenai hukuman. Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa
pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik.
Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia, misalnya: di SD-
Perguruan tinggi yang menerapkan pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan)
disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Rangkuman Topik 5
Berdasarkan materi yang telah kami berikan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dalam teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
apakah pemberian pretes dan postes bagian dari implikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran?
jawabannya IYA, dengan adanya pretes diharapkan membuat anda memiliki proses belajar...
dengan harapan setelah baca materi dan mengulang postes, ada pengalaman terdahulu
(drill/latihan)..
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/
materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara
terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Perkembangan Kognitif
selanjutnya dibaca tentang hal ini ya!
Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-
2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstrak.
Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar
menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh
guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh
perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-
tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal
learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah
dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja
tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar
siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri
semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak
menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya.
Konsep akan pernghargaan yang tinggi atas manusia mampu melejitkan banyak orang
sukses dalam karier dan usaha. Banyak perusahaan dan enterpreur yang mengaplikasikan
teori needs dari Maslow untuk mendongkrak kinerja karyawan dan meningkatkan
produktivitas perusahaan. Upaya ini tentu bisa diadopsi dalam dunia pendidikan.
Syarat terbentuknya kreativitas dan etos kerja yang tinggi adalah terpenuhinya beberapa
kebutuhan. Kebutuhan yang pertama kali harus terpenuhi adalah kebutuhan dasar atau
kebutuhan fisiologis yang meliputi sandang, pangan dan papan sebagai syarat terpenuhinya
kebutuhan yang lebih tinggi.
Kebutuhan rasa aman akan dirasakan bila seseorang sudah terpenuhi kebutuhan
fisiologisnya. Memakai pakaian yang layak, tidak kekurangan makan, memiliki badan sehat
merupakan syarat agar seseorang merasa aman, terhindar dari kekawatiran kelaparan,
bebas dari ejekan teman-teman karena seragamnya kurang layak, terbebas dari kecemasan
karena penyakit. Sebelum kebutuhan tersebut terpenuhi, maka rasa aman akan jauh
dari jangkauan.
Dalam perkembangannya saat ini, tentu kebutuhan dasar tidak terbatas pada tiga aspek
tersebut namun bisa makin komplek sesuai tuntutan kehidupan. Membayar uang sekolah,
membeli buku-buku pelajaran, mengikuti les, tersedianya peralatan sekolah yang memadai,
memakai sepatu yang tidak robek, seragam yang tidak kumal, saat ini sudah dipandang
sebagai kebutuhan dasar. Bahkan sebagian memandang, memiliki alat transportasi dan
komunikasi sendiri merupakan kebutuhan dasar juga.
Saat ini bentuk dan jenis kebutuhan dasar menjadi makin berkembang dan sangat
subjektif. Itulah sebabnya rasa aman juga akan dirasakan secara subjektif. Rasa aman.; rasa
aman adalah perasaan terbebas dari ancaman, tidak dihantui ketakutan dan kekawatiran.
Merasa aman menjadi syarat terpenuhinya rasa sayang dan disayangi. Seseorang akan
kesulitan memberikan cinta pada orang lain bila dalam diri sendiri belum merasa aman.
Ketika diri seseorang sedang terancam atau mempunyai perasaan gelisah, umumnya
tidak terpikir untuk membantu orang lain, tidak muncul etiket dalam dirinya untuk
memikirkan orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain, karena pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup
lainnya, menyebabkan konsep diri seseorang berubah, bisa menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah, atau mendekati realita. Dalam hubungan menolong antara terapis-klien, perlu
diupayakan agar konsep diri seseorang mendekati realita atau mendekati ideal self. Ideal
self merupakan sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan individu, namun keadaan ini
umumnya tidak mudah diraih, karena kebanyakan manusia mempunyai ideal konsep yang
perfek.
Makin dekat ideal self dengan self konsep seseorang akan makin merasa bahagia, demikian
sebaliknya, makin jauh ideal self dengan self konsep, seseorang tidak akan merasa bahagia.
Langkah yang ditempuh mencapai keadaan tersebut adalah memahami internal frame of
reference (kerangka acuan internal) dari klien atau orang yang ditolong. Kerangka acuan
internal ini meliputi kehidupan batinnya dan pikiran-pikirannya. Dalam terapinya Rogers
berusaha merefleksikan kehidupan batin dan pikiran-pikiran klien sehingga membuat klien
makin memahami dirinya sendiri. Metode ini yang dipakai Rogers dalam menolong kliennya
Belajar yang berorientasi pada siswa memerlukan pengenalan terhadap kebutuhan siswa,
agar pengajaran benar-benar bermakna. Ketika siswa menyadari adanya masalah yang
memerlukan keharusan belajar, maka siswa akan mau belajar. Rogers menyarankan agar
guru tidak perlu menentukan tujuan pengajaran khususnya menentukan bacaan yang
dipelajari siswa, memberi pelajaran (kecuali diminta), memberikan ujian/tes formal, dan
menangani tugas-tugas siswa. Guru perlu menghindari bentuk kegiatan yang mengurangi
rasa tanggung jawab siswa serta membuat tergantung pada guru.
ASPEK PSIKOLOGIS YANG TERLIBAT DALAM
AKTIVITAS BELAJAR
Belajar bukan merupakan aktivitas tunggal, melainkan merupakan aktivitas komplek yang
melibatkan seluruh aktivitas jiwa manusia sebagai totalitas. Setiap aspek kejiwaan tidak berdiri
sendiri, masing-masing aspek membentuk hubungan interaktif, saling pengaruh mempengaruhi.
Aktivitas belajar akan melibatkan berbagai aspek kejiwaan. Belajar tidak terbatas kerja pikir saja,
namun seluruh aspek kepribadian akan terlibat dan mewarnai hasil belajar. Aktivitas kejiwaan
yang terlibat dalam proses belajar yaitu:
a. Persepsi
b. Perhatian
c. Mendengarkan
d. Mengingat
e. Readiness