Anda di halaman 1dari 24

Topik 1: Pengantar Psikologi Belajar

Pengertian Psikologi
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa  dan  “logos” 
yang  artinya  ilmu  pengetahuan.  Secara  etimologi psikologi artinya Ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam   gejalanya,   prosesnya 
maupun   latar   belakangnya. Namun,  para  ahli  juga  berbeda  pendapat  tentang
arti  psikologi  itu sendiri.  Ada  yang berpendapat  bahwa  psikologi  adalah  ilmu
jiwa. Tetapi  ada  pula   yang  berpendapat  bahwa  psikologi  adalah  ilmu tentang
tingkah laku atau perilaku manusia. (Mahfud)

Objek Psikologi
Objek  psikologi  adalah GEJALA-GEJALA KEJIWAAN/ PERILAKU, baik yang Kasat Mata
(Perbuatan: bisa dilihat/ didengar/ dirasa/ dicium/ diraba dengan panca indera) maupun
yang Tak Kasat Mata (Penghayatan/ hanya bisa dirasakan sehingga harus dipastikan melalui
gelaja-gejala yang ada). 

Cabang Ilmu Psikologi


Psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-
teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara
individu belajar atau melakukan pembelajaran. sementara Psikologi Pendidikan itu

memahami cara mengajar bagi individu/ pendidik.

Rangkuman Topik 1
1. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yakni Psyche dan Logos.

2. Secara etimologi, Psikologi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Hal ini
merupakan pengertian psikologi dari sisi…….

3. Yang menjadi objek psikologi adalah gejala-gejala kejiwaan/ perilaku. 

4. Ada banyak cabang ilmu psikologi, salah satunya adalah Psikologi Belajar. 


5. Psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi
mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan
pembelajaran. Sementara Psikologi Pendidikan itu memahami cara mengajar bagi individu/
pendidik. 

Topik 2: Hakikat Psikologi Belajar


Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang disepanjang hidupnya.
Secara sederhana, belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan keterampilan dll (Khairani, 2017).

Sementara, perubahan yang muncul tersebut terjadi karena adanya pengalaman dan latihan. 
Belajar bukanlah suatu hasil melainkan proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Proses belajar itu sendiri terjadi secara disengaja, yang timbul karena adanya suatu
niatan.

Secara umum, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik (guru ke murid,
dosen ke mahasiswa, pelatih/ instrusktur ke peserta) untuk membantu mereka agar dapat belajar
dangan baik. Proses pembelajaran ini memberi kesan adanya interaksi antara pengajar dengan
peserta didik.

Pengertian Psikologi Belajar


Dari dua pengertian terdahulu yakni psikologi dan belajar, kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa psikologi belajar adalah ilmu jiwa yang mempelajari tentang teori belajar, cara
individu belajar serta melakukan pembelajaran. Dalam psikologi belajar juga berorientasi
pada pendidikan. Psikologi belajar menggunakan pendekatan ilmiah untuk studi perilaku,
yang muncul dari hasil observasi yang tepat dan  objektif.

Dalam artian bahwa, Psikologi belajar adalah sebuah disiplin ilmu yang memberfikan
wawasan kepada pendidik/ calon pendidik mengenai siapa anak didik dan bagaimana
belajarnya, apa saja aspek psikologis yang mempengaruhinya dan bagaimana menggali,
mengembangkan, mengoptimalkan aktualisasi potensi-potensi peserta didik, hal yang
menghambat proses belajar dan berbagai penyebab kesulitan belajar peserta didik
sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien.
Tujuan Mempelajari Psikologi Belajar
Psikologi belajar sangat diperlukan agar membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan
kewibawaan dalam hal   mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip-prinsip
psikologi maupun dalam hal menilai cara   mengajarnya   sendiri.   

Menurut Mahfud (dalam Khairani, 2017), tujuan  mempelajari  psikologi  belajar  adalah:

·      Untuk  membantu  para  guru  agar  menjadi  lebih  bijaksana  dalam usahanya


membimbing murid dalam proses pertumbuhan belajar.

·      Agar   para   guru   memiliki   dasar-dasar   yang   luas   dalam   hal mendidik, 
sehingga   murid   bisa   bertambah   baik   dalam   cara belajamya.

·      Agar para guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif den
gan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku    murid    dalam    proses    pendidikan  
untuk    kemudian mengarahkan  proses-proses  pendidikan  yang  berlangsung,  guna
meningkatkan ke arah yang lebih baik.

Fungsi Psikologi Belajar dalam Pembelajaran


Menurut Gage & Berliner (2005), psikologi belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk 
menjelaskan, memprediksikan, mengontrol fenomena (dalam  kegiatan  belajar  mengajar),
dan dalam pengertiannya sebagai     ilmu terapan juga memiliki  fungsi merekomendasikan.

berikut keemapt penjelasan fungsi tersebut....

1. Psikologi  belajar  berfungsi  memberikan  pemahaman  mengenai sifat dan


keterkaitan berbagai aspek dalam belajar dan pembelajaran. Dalam  hal  ini
psikologi  belajar  mengkaji  konsep  mengenai  aspek perilaku manusia yang terlibat
dalam belajar dan pembelajaran, serta lingkungan   yang   terkait.   Sebagaimana
dijelaskan   bahwa   perilaku siswa/siswi  terkait  dengan  konsep-konsep  tentang
pengamatan  dan aktivitas psikis  (intelegensi,  berpikir,motivasi),  gaya  belajar,
individual defferencies,  dan pola perkembangan individu. Sedangkan perilaku
guru terkait dengan  pengelolaan  pembelajaran  kelas,  metode,  pendekatan, dan
model mengajar. Lebih lanjut, aspek lingkungan yang terkait dan berperan dalam
aktivitas belajar-pembelajaran yakni lingkungan sosial dan instrumental.
2. Psikologi   belajar   berfungsi memberikan   prediksi-prediksi   berkenaan   saling 
terlibatnya   aspek- aspek  dalam  belajar-pembelajaran.  Terjadinya  perubahan
dalam  satu aspek   akan   berpengaruh   pada   aspek   lainnya.   Misalnya,   tingkat
intelegensi    dan    motivasi    individu    dapat    dipergunakan    untuk
memprediksikan   prestasi   belajar   yang   akan   dicapai.   Selanjutnya, keadaan
fisik  dan  kondisi  psikologis  anak  dapat  memprediksikan kemungkinan  kesulitan
yang  akan  ditemui  dalam  proses  belajarnya. Dengan  demikian,  guru  dapat
melakukan  upaya-upaya  pemberian bantuannya.
3. Fungsi pengendalian atau mengontrol terkait dengan manipulasi yang mungkin di
buat. Tentu kita memahami bahwa pengetahuan anak tentang  lingkungan  tempat
tinggal  diperoleh  dari  mata  pelajaran Pengetahuan Sosial (PS). Bilamana ada di
antara topik-topik tertentu tidak  diajarkan,  maka  mereka  tidak  memiliki
pengetahuan  tentang topik-topik itu. Guru dapat merekayasa sekelompok anak
yang diberi perlakuan  tertentu (pembelajaran  PS),  sedangkan  sekelompok  yang
lain  tidak,  sehingga  dapat  diketahui  perbedaan  hasilnya. Dengan demikian,
pengetahuan murid mengenai pengetahuan sosial dikontrol dengan pembelajaran.
4. Fungsi  psikologi  belajar  rekomendatif.  Sebagai  ilmu  terapan, psikologi belajar
tidak hanya memberikan wawasan konseptual terkait dengan fenomena belajar-
pembelajaran, tetapi menyediakan sejumlah rekomendasi   untuk   praktik 
pembelajaran.   Meskipun   rekomendasi tersebut    berupa    rambu-rambu   
umum,    tidak    secara    akurat berkonsekuensi  dengan  masalah  yang  dihadapi 
guru.  Rekomendasi tidak  secara   langsung   ditujukan   pada   kasus   per   kasus 
mesalah pembelajaran,   tetapi   saran   dan  pertimbangan   rekomendatif   yang
diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan  pedoman bagi guru untuk mengambil
keputusan instruksionalnya.

Dengan demikian, psikologi belajar dapat membantu guru untuk memahami  bagaimana
individu  belajar,  yang tercakup  di  dalamnya adalah  pengertian  dan  ciri-ciri  belajar
serta  bentuk  dan  jenis  belajar. Dengan  mengetahui individu  belajar  maka  kita  dapat
memilih  cara yang   lebih   efektif   untuk   membantu   memberikan   kemudahan,
mempercepat, dan memperluas proses belajar individu.

Manfaat dan Kegunaan Psikologi Belajar


menurut Muhibbinsyah (dalam Khairani, 2017), secara  umum  manfaat  dan  kegunaan
psikologi belajar merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi  belajar dapat dijadikan landasan berpikir
dan bertindak  bagi  guru,  konselor,  dan  juga  tenaga profesional  kependidikan  lainnya
dalam  mengelola    proses pembelajaran.  

sementara proses pembelajaran  tersebut adalah  unsur utama  dalam  pelaksanaan  setiap
sistem  pendidikan. Manfaat  dan kegunaan   psikologi   belajar   juga   membantu   untuk 
memahami karakteristik  murid  apakah termasuk  anak  yang  lambat  belajar atau   yang 
cepat   belajar,   dengan   mengetahui   karakteristik   ini diharapkan  guru  dapat
merancang  dan  melaksanakan  pembelajaran secara  optimal.  Misalnya,  ketika  seorang
guru  mengajar  matematika pada  siswa/siswi  kelas  I  SD  kemudian  ada  salah  seorang
muridnya yang selalu jalan-jalan dan mengganggu temannya, maka seorang guru harus
tanggap  dan  menelusuri  karakteristik  muridnya,  mengapa  dia berbuat  seperti  itu,
apakah  dikarenakan  dia  sudah  faham  dengan materi tersebut atau sebaliknya.

Rangkuman Topik 2
1. Psikologi   belajar   adalah   ilmu   yang   mempelajari   prinsip-prinsip perilaku manusia
dalam penerapannya bagi belajar dan pembelajaran. Dengan  kata  lain,  psikologi  belajar
memberi  kontribusi  bagi  guru ketika ia menjalankan tugas mengajar di dalam kelas
sehingga tampak pada  kinerjanya  ketika  mengajar  dengan  mempertimbangkan  prinsip
psikologis murid. 
2. Tujuan   mempelajari   psikologi   belajar,   antara   lain   (1)   untuk membantu  para
guru  dan  calon  guru,  agar  menjadi  lebih  bijaksana dalam  usahanya  membimbing
murid  dalam  proses  belajar.  (2)  Agar para   guru   dan   calon   guru   dapat 
menciptakan   suatu   sistem pendidikan   yang   efisien   dan   efektif   dengan   jalan 
mempelajari, menganalisis  tingkah  laku  murid  dalam  proses  pendidikan  untuk
kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung guna meningkatkan
ke arah yang lebih baik.
3. Fungsi  psikologi  belajar ada 4 yakni menjelaskan, memprediksikan, mengontrol  
fenomena    (dalam kegiatan  belajar  mengajar),  dan rekomendasi. 
4. Psikologi  belajar  dapat  membantu  guru untuk  memahami  bagaimana  individu
belajar.  Dengan mengetahui individu  belajar,  kita  dapat  memilih  cara  yang  lebih
efektif  untuk membantu  memberikan kemudahan, mempercepat, dan memperluas proses
belajar individu. 
5. Manfaat dan kegunaan psikologi belajar merupakan alat bantu bagi penyelenggara  pemb
elajaran  untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran. Psikologi    belajar    dapat    dijadikan  
landasan    berpikir    dan bertindak   bagi   guru,   konselor,   dan   juga   tenaga 
profesional kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran.

Topik 3: Belajar dan Perilaku Belajar (1)

Definisi Belajar
Pengertian tentang belajar sangat beragam. Beragamnya pengertian tentang belajar,
dipengaruhi oleh teori yang melandasi rumusan belajar itu sendiri. Banyak orang
beranggapan bahwa belajar semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang
terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Anggapan seperti itu mungkin tidak
sepenuhnya keliru, karena praktiknya banyak orang yang belajar dengan hanya menghafal.
Padahal, menghafal hanya salah satu bagian dari beberapa cara belajar. Sesungguhnya
konsep belajar tidak sesederhana itu.  

Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.

Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan
dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991: 2).

Barlow (1996: 61-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior
adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif). Di dalam Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. 

Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan secara umum belajar
yaitu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk
peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir,
pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.

Contoh Belajar
Berikut contoh belajar yaitu 

Seorang anak balita (berusia di bawah, lima tahun) memperoleh mobil-mobilan dari


ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara  memutar kuncinya dan meletakkannya
pada suatu permukaan atau  dataran. Perilaku "memutar" dan "meletakkan" tersebut
merupakan  respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu (misalnya,
kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).

Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya
tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman
berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-
mobilan dengan baik dan sempurna. 

Sehubungan dengan contoh ini, belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan
proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi
atas situasi atau rangsangan yang ada.

Menurut psikologi belajar yang inklusif gender, tidak membeda-bedakan jenis permainan
yang mengarah pada gender stereotype, agar anak laki-laki dan anak perempuan
mendapatkan pengalaman bermain yang sama. Pengalaman masa kecil akan berpengaruh
pada kesiapan keragaman peran di masyarakat.

Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi
ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat,
mengucapkan. 

Adapun jenis dan manifestasi belajar yang dilakukan siswa/siswi, hampir dapat dipastikan


selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas penggunaannya tentu berbeda
antara satu peristiwa belajar dengan peristiwa belajar lainnya.

Identifikasi Ciri-Ciri Belajar


Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara
lain seperti dikemukakan berikut:
1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus
menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses
belajar.
4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku
secara, integral.
5. Belajar adalah proses interaksi.
6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks.
7. Belajar adalah membentuk inklusifitas sosial dan gender sebagai konstruktsi sosial di
masyarakat.

Pembahasan tersebut menegaskan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar
menghasilkan perubahan perilaku dalam diri siswa/ siswi. Belajar menghasilkan perubahan
perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada diri siswa/
siswi. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan
yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.

Tujuan Belajar
Para ahli mengembangkan sejumlah skema untuk menggolongkan tujuan belajar sebagai
berikut ;

a. Taksonomi tugas-tugas belajar ( a taxonomy of learning tasks ). Menurut Robert M.


Gagne, taksonomi tugas-tugas belajar bahwa tujuan pembelajaran adalah mengetahui
adanya perbedaan tipe belajar yang hendak dilakukan. Dapat dikatakan bahwa tugas belajar
dapat ditelaah dari tipe belajar. Kita telah meyakini bahwa dalam mempelajari perilaku
tertentu merupakan prasyarat mempelajari perilaku yang lain. Contoh, perilaku seorang bayi
sebelum berjalan diawali dahulu dengan perilaku duduk dan berdiri. Peserta didik tidak
mungkin dapat menguasai perkalian sebelum menguasai konsep penjumlahan

b. Taksonomi Tujuan Belajar Menurut Benyamin S. Bloom dalam Hidayah (2005) bahwa
tujuan belajar dinamai taxonomy mencakup tiga domain/ranah meliputi; kognitif, afektif,
dan psikomotorik

- Domain kognitif Belajar yang terkait dengan tujuan kognitif mencakup enam perilaku
khusus yang tersusun dari yang terendah sampai dengan tertinggi.

- Domain afektif berkaitan dengan kesadaran yang berasal dari diri individu  untuk
menggunakan dan menerima sikap, prinsip, kode, dan sangsi yang mendukung keputusan
nilai dan mengarahkan perilakunya.
- Domain psikomotorik menekankan pada perilaku manusia yang mencakup empat
kategori, tanpa hirarki yang ketat sebagaimana kedua domain terdahulu.

Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsipi-prinsip belajar.

Ada tujuh prinsip belajar yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah

a. Perhatian dan motivasi terkait dengan minat 

b. Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologis 

c. Keterlibatan langsung (berpengaIaman) dialami sendiri oleh siswa/siswi, seperti:


mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab terhadap
hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional) 

d. Pengulangan 

e. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat
siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya 

f. Balikan dan penguatan, dan 

g. Perbedaan individual misalnya: karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat yang


berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender.

Rangkuman
Belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku padadiri individu
karena adanya usaha. Belajar bukanlah suatu tujuan utama, tetapi merupakan suatu sarana
untuk mencapai tujuan. Belajar merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan
bermasyarakat akan adanya persaingan, khususnya dalam dunia usaha dan dunia
pendidikan.
Tanpa adanya belajar kita akan tertinggal, bahkan tersingkirkan dari persaingan, dengan
belajar ini akan menumbuhkan inovasi-inovasi yang melahirkan perubahan positif yang
diperlukan dalam usaha dan pendidikan.

Oleh karena itu, mengingat betapa pentingnya proses belajar dalam kehidupan, yang
nantinya akan menentukan dan membantu suatu keberhasilan individu di masa depan. Kita
selaku calon pendidik perlu mempersiapkan diri memperluas pengetahuan tentang belajar.

Topik 4: Belajar dan Perilaku Belajar (2)

Definisi Prilaku Belajar


Dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan,
dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan pendidikan  dapat dicapai secara efektif dan
efisien, sehingga prestasi atau hasil belajar dapat  ditingkatkan. Perilaku belajar sering juga
disebut kebiasaan belajar yaitu  merupakan proses belajar yang dilakukan individu secara
berulang-ulang sehingga  menjadi otomatis atau spontan. Perilaku ini yang akan
mempengaruhi prestasi  belajar (Rampengan, dalam Hanifah & Syukriy, 2001:65).  

Perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses pembelajaran
diharapkan mampu menghasilkan  manusia-manusia yang memiliki karakteristik pribadi
yang mandiri,  murid yang efektif, dan pekerja yang produktif. pribadi yang  mandiri adalah
pribadi yang mampu mengenal dan menerima  dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu
mengarahkan dirinya dan  pada gilirannya dapat mewujudkan dirinya secara optimal. 

Siswa/siswi yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan kegiatan belajar dengan
memperoleh hasil sebaik-baiknya dan dapat  diterapkan dalam berbagai aspek
kehidupannya. Murid yang efektif  akan mampu melakukan kegiatan belajar secara terus-
menerus sesuai  dengan tuntutan dan kebutuhan. Jadi, bukan hasil kerja yang
dicapai,  tetapi terjadi pengembangan dirinya dan lingkungan pekerjaannya.  

Pengembangan itu selanjutnya akan mendukung tercapainya karier sebagai perwujudan diri


yang bermakna dalam keseluruhan perjalanan  hidupnya.

Tahapan dalam Proses Belajar


Menurut Jerome S. Bruner
Belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-
perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu
dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. 

Menurut Bruner dalam Saiful  Sagala (2006: 35-37), dalam proses pembelajaran siswa
menempuh tiga  tahap, yaitu (1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); (2)
tahap  transformasi (tahap pengubahan. materi); (3) tahap evaluasi (tahap  penilaian
materi). 

Dalam tahap informasi, seorang murid yang sedang belajar memperoleh sejumlah


keterangan mengenai materi yang sedang  dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu
ada yang sama  sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi
menambah,  memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya
telah  dimiliki.

Menurut Pandangan Skinner

Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau


penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara  progressif. Belajar juga dipahami
sebagai suatu perilaku, pada saat  orang belajar, maka responsnya menjadi lebih balk.
Sebaliknya  bila la tidak belajar, maka responsnya menurun. Seorang anak  belajar sungguh-
sungguh dengan demikian pada waktu ulangan  siswa/siswi tersebut dapat menjawab
semua soal dengan benar.  Atas hasil belajarnya yang baik itu dia mendapatkan nilai
yang  baik. Karena mendapatkan nilai yang baik ini, maka dia akan belajar  lebih giat lagi.
Hal tersebut dapat merupakan "operant conditioning" atau  penguatan (reinforcement).

Menurut Robert M. Gagne

Gagne (1970) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam


kemampuan manusia yang terjadi  setelah belajar secara terns menerus, bukan hanya
disebabkan oleh  proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus  bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa  sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu  sebelum la mengalami situasi itu ke
waktu setelah ia mengalami  situasi tadi.

Manifestasi Perilaku Belajar


Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan  karena belajar, para ahli
sependapat atau sekurang-kurangnya  terdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-
hal yang prinsip.  Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa-siswi dan bagaimana
perwujudan atau manifestasinya, agaknya masih tetap  merupakan teka-teki yang sering
menimbulkan silang pendapat  yang cukup tajam di antara para ahli itu. 

Manifestasi perilaku belajar tampak dalam: 

1. Kebiasaan, seperti siswa-siswi belajar bahasa berkali-kali menghindari  kecenderungan


penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga  akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan  benar.

2. Keterampilan, seperti menulis dan berolahraga yang  sifatnya motorik keterampilan-


keterampilan itu memerlukan  koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang teliti

3.Pengamatan yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi  rangsangan yang masuk


melalui indera-indera secara menyeluruh  sehingga siswa mampu mencapai pengertian
secara benar.

4. Berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya yang


menggunakan daya ingat

5. Bberpikirrasional  dan kritis, yakni mengungkapkan prinsip-prinsip dan dasar-


dasar  pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti "bagaimana" (how) dan
"mengapa (why)

 6. Sikap yakni kecenderungan yang  relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk  terhadap orang sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Iinhibisi menghindari hal yang mubazir

8. Apresiasi, menghargai  kekuatan dari karya bermutu.

9. Tingkah laku afektif, yakni  tingkah laku bersangkutan dengan perasaan takut, marah,
sedih,  gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya sesuai  dengan
pengetahuan dan keyakinan. Manifestasi belajar perlu  dicermati dengan menggunakan
analisis gender untuk mengetahui  pengalaman, aspirasi, kebutuhan, minat, dan
kecenderungan antara  laki-laki dan perempuan serta perbedaan sosial.
Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun
dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis
belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia
yang juga bermacam-macam.

1. Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode


ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah
untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.

Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana sarana pemecahan
masalah. Untuk keperluan ini, guru  (khususnya guru mengajar eksakta, seperti matematika
dan IPA)  sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang  berorientasi
pada cara pemecahan masalah (Lawson, 1991).

(2) Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan


kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah,
teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.

Tujuannya agar siswa-siswi memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan. kebiasaan baru yang


lebih tepat dan positif  dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). 

3. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam


terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah
program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksprerimen (Reber, 1988).  
Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan  tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan
kiat khusus  dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat  laboratorium
dan penelitian lapangan. 

Contoh: kegiatan siswa-siswi dalam bidang studi fisika mengenai "gerak" menurut hukum
Newton I. Dalam hal ini siswa  melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap
benda  tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya  luar yang
mempengaruhinya. 

Rangkuman
Ciri khas perubahan dalam belajar meliputi perubahan- perubahan yang bersifat (1)
intensional (disengaja); (2) positif dan  aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); (3)
efektif dan  fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan  baru).

Manifestasi perilaku belajar tampak dalam (l) kebiasaan, seperti siswa belajar bahasa berkali-
kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga
akhirnya ia  terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar ; (2)  keterampilan,
seperti menulis dan berolah raga yang sifatnya  motorik keterampilan-keterampilan itu
memerlukan koordinasi  gerak yang teliti dan kesadaran yang teliti; (3) pengamatan,
yakni  proses menerima, menafsirkan, dan memberi rangsangan yang  masuk melalui
indera-indera secara menyeluruh sehingga siswa  mampu mencapai pengertian secara
benar; (4) berpikir asosiatif,  yakni berpikir dengan mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya  yang menggunakan daya ingat; (5) berpikir rasional dan kritis,  yakni
menggunkapkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian  dalam menjawab pertanyaan
kritis seperti "bagaimana" (how) dan  "menggapa (why); (6) sikap, yakni kecenderungan
yang relatif  menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadaporang sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinan; (7) inhibisi,  menghindari hal yang mubazi); (8)
apresiasi, menghargai kekuatan  dari karya bermutu; 9) tingkah laku afektif, yakni tingkah
laku  bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,  kecewa, senang, benci,
was-was, dan sebagainya sesuai dengan  pengetahuan dan keyakinan. 

Jenis-jenis belajar ragam belajar meliputi belajar pemecahan masalah, belajar kebiasaan dan


belajar pengetahuan.
Topik 5: Tinjauan Teori Belajar Behavioristik dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Konsep Dasar Teori Behavioristik


Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima
dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan melalui hukum-hukum belajar: (a) pembiasaan klasik, (b) pembiasaan operan, c)
peniruan.

Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak- puasan yang
diperolehnya.Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukan tingkah laku.

Beberapa hal yang perlu diketahui dari pendekatan behavioristik/ tingkah laku, antara lain:
Faktor lingkungan mempengaruhi timbulnya perilaku tertentu (adanya proses kebiasaan). 

Teori Belajar Behavioristik


Pendekatan behavioristik menitik beratkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah
manusia dan hewan, pendekatan ini melahirkan beberapa teori belajar. Dalam artian bahwa
dalam teori belajar behavioristik ini mempelajari proses pengkondisian (conditioning) yang
menghasilkan prilaku.

Teori belajar komprehensif menjadi kekuatan baru yang dominan dalam psikologi karena:

1.      Psikologi mengutamakan penelitian dan percobaan percobaan

2.      Tekanan studi psikologi menggunakan observasi perilaku

3.      Tekanan kepada pentingnya proses belajar

4.      Analisis S-R dalam studi perilaku

5.      Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar bukan sekedar ilmu terapan.
Dalam teori behavioristik, berpendapat bahwa (1) semua perilaku dapat dijelaskan oleh
sebab-sebab lingkungan, bukan kekuatan internal, (2) manusia hanya dianggap mesin
sehingga perilaku apa yang akan terjadi tergantung lingkungan yang membentuknya, (3)
fokus behaviorisme adalah perilaku yang dapat diamati.

 Belajar dalam Pandangan Teori Behavioristik


Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh,
siswa belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya
sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di
antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu,
apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.

Nb: STIMULUS adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian,
alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa,
sedangkan RESPON adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru.

Faktor Penting dalam Penerapan Teori Behavioristik


Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu
juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap 3 dikuatkan.
Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan
semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
(positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini
justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan
negatif (negative reinforcement) dalam belajar.

Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan)
atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons

Pandangan Tokoh-Tokoh Behavioristik terkait Belajar


Ada beberapa tokoh psikologi belajar behavioristik yang cukup menonjol,
diantaranya: Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner. berikut
penjelasannya..

Analisis Tentang Teori Behavioristik


Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pembelajar
dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut
disusun secara hierarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut
dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk
berpikir dan berimajinasi. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat
negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan
respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena
melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka
hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.
Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya
bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah,
sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

Implikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran


Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena
dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata.

Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang
bila dikenai hukuman. Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa
pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik.

Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia, misalnya: di SD-
Perguruan tinggi yang menerapkan pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan)
disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.

Rangkuman Topik 5
Berdasarkan materi yang telah kami berikan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dalam teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

apakah pemberian pretes dan postes bagian dari implikasi teori behavioristik dalam
pembelajaran?

jawabannya IYA, dengan adanya pretes diharapkan membuat anda memiliki proses belajar...
dengan harapan setelah baca materi dan mengulang postes, ada pengalaman terdahulu
(drill/latihan).. 

Topik 6: Tinjauan Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Belajar dalam Tinjauan Teori Kognitif


Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak.

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan
dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/
materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara
terpisah-pisah, akan kehilangan makna.

Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Perkembangan Kognitif
selanjutnya  dibaca tentang hal ini ya!

Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi


empat tahap:

 Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-
2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana. 
 Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstrak. 
 Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
 Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. 

Discoveri Learning Jerome Bruner


selanjutnya kita akan bahas tentang halmenurut bruner ya!

Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:

 Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity


(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman. 
 Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada.
Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan. 
 Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan
secara enaktif, ekonik, dan simbolik. 
 Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif. 
 Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.

Teori Belajar Bermakna Ausubel.


selanjutnya kita akan bahas tentang teori belajar bermakna ya

Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar
menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh
guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh
perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-
tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal
learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah
dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja
tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar
siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri
semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak
menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya. 

Topik 7: Tinjauan Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Implementasi Teori Need dari Maslow


Konsep terpenting dari Maslow adalah keyakinannya yang positif terhadap diri manusia.
Manusia pada dasarnya baik, kreatif, mempunyai potensi untuk maju dan mengembangkan
diri. Manusia dimotivasi oleh beberapa kebutuhan atau needs yang senantiasa
menggerakkan seseorang untuk berusaha mencapai tujuan. 

Konsep akan pernghargaan yang tinggi atas manusia mampu melejitkan banyak orang
sukses dalam karier dan usaha. Banyak perusahaan dan enterpreur yang mengaplikasikan
teori needs dari Maslow untuk mendongkrak kinerja karyawan dan meningkatkan
produktivitas perusahaan. Upaya ini tentu bisa diadopsi dalam dunia pendidikan.
Syarat terbentuknya kreativitas dan etos kerja yang tinggi adalah terpenuhinya beberapa
kebutuhan. Kebutuhan yang pertama kali harus terpenuhi adalah kebutuhan dasar atau
kebutuhan fisiologis yang meliputi sandang, pangan dan papan sebagai syarat terpenuhinya
kebutuhan yang lebih tinggi. 

Kebutuhan rasa aman akan dirasakan bila seseorang sudah terpenuhi kebutuhan
fisiologisnya. Memakai pakaian yang layak, tidak kekurangan makan, memiliki badan sehat
merupakan syarat agar seseorang merasa aman, terhindar dari kekawatiran kelaparan,
bebas dari ejekan teman-teman karena seragamnya kurang layak, terbebas dari kecemasan
karena penyakit. Sebelum kebutuhan tersebut terpenuhi, maka rasa aman akan jauh
dari jangkauan. 

Dalam perkembangannya saat ini, tentu kebutuhan dasar tidak terbatas pada tiga aspek
tersebut namun bisa makin komplek sesuai tuntutan kehidupan. Membayar uang sekolah,
membeli buku-buku pelajaran, mengikuti les, tersedianya peralatan sekolah yang memadai,
memakai sepatu yang tidak robek, seragam yang tidak kumal, saat ini sudah dipandang
sebagai kebutuhan dasar. Bahkan sebagian memandang, memiliki alat transportasi dan
komunikasi sendiri merupakan kebutuhan dasar juga. 

Saat ini bentuk dan jenis kebutuhan dasar menjadi makin berkembang dan sangat
subjektif. Itulah sebabnya rasa aman juga akan dirasakan secara subjektif. Rasa aman.; rasa
aman adalah perasaan terbebas dari ancaman, tidak dihantui ketakutan dan kekawatiran.
Merasa aman menjadi syarat terpenuhinya rasa sayang dan disayangi. Seseorang akan
kesulitan memberikan cinta pada orang lain bila dalam diri sendiri belum merasa aman.
Ketika diri seseorang sedang terancam atau mempunyai perasaan gelisah, umumnya
tidak terpikir untuk membantu orang lain, tidak muncul etiket dalam dirinya untuk
memikirkan orang lain.

Konsep Dasar Teori Rogers


Teori ini dicetuskan oleh Carl Rogers, tokoh yang membawa warna tersendiri dalam bidang
psikologi. Sebelum Rogers, bentuk hubungan dalam psikologi dan kedokteran dikenal
dengan dokter-pasien, terapis- klien. Dalam hubungan tersebut, dokter dan terapis
berusaha menyembuhkan orang yang ditolong yaitu pasien dan kliennya. Namun menurut
Rogers, klien atau orang yang ditolong pada dasarnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
Pandangan Rogers terhadap manusia, pada dasarnya manusia itu baik dan mempunyai
potensi untuk tumbuh dan berkembang, dapat memahami dirinya sendiri serta dapat
mengatasi masalah-masalahnya. Rogers memusatkan kajiannya pada potensi-potensi
individu, sehingga teorinya dinamakan “Client-Centered “ (Hergenhahn, 1997).

Interaksi seseorang dengan orang lain, karena pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup
lainnya, menyebabkan konsep diri seseorang berubah, bisa menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah, atau mendekati realita. Dalam hubungan menolong antara terapis-klien, perlu
diupayakan agar konsep diri seseorang mendekati realita atau mendekati ideal self. Ideal
self merupakan sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan individu, namun keadaan ini
umumnya tidak mudah diraih, karena kebanyakan manusia mempunyai ideal konsep yang
perfek. 

Makin dekat ideal self dengan self konsep seseorang akan makin merasa bahagia, demikian
sebaliknya, makin jauh ideal self dengan self konsep, seseorang tidak akan merasa bahagia.
Langkah yang ditempuh mencapai keadaan tersebut adalah memahami internal frame of
reference (kerangka acuan internal) dari klien atau orang yang ditolong. Kerangka acuan
internal ini meliputi kehidupan batinnya dan pikiran-pikirannya. Dalam terapinya Rogers
berusaha merefleksikan kehidupan batin dan pikiran-pikiran klien sehingga membuat klien
makin memahami dirinya sendiri. Metode ini yang dipakai Rogers dalam menolong kliennya

Implementasi Teori Rogers


Pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk mendorong siswa agar menjadi manusia
yang berkembang utuh sesuai yang diharapkan. Belajar siswa akan berguna bila sesuai
dengan kondisi pribadi siswa dan relevan dengan karakter, kebutuhan dan
perkembangannya. Semua aktivitas belajar disesuaikan dengan bakat minat anak. Semua
aktivitas belajar siswa diarahkan demi tercapainya pengalaman puncak (peak experiences)
dalam diri setiap anak, walau hal ini tidak mudah diraih, namun upaya-upaya pendidikan
perlu mengantarkan siswa kesana.

Belajar yang berorientasi pada siswa memerlukan pengenalan terhadap kebutuhan siswa,
agar pengajaran benar-benar bermakna. Ketika siswa menyadari adanya masalah yang
memerlukan keharusan belajar, maka siswa akan mau belajar. Rogers menyarankan agar
guru tidak perlu menentukan tujuan pengajaran khususnya menentukan bacaan yang
dipelajari siswa, memberi pelajaran (kecuali diminta), memberikan ujian/tes formal, dan
menangani tugas-tugas siswa. Guru perlu menghindari bentuk kegiatan yang mengurangi
rasa tanggung jawab siswa serta membuat tergantung pada guru.
ASPEK PSIKOLOGIS YANG TERLIBAT DALAM
AKTIVITAS BELAJAR
Belajar bukan merupakan aktivitas tunggal, melainkan merupakan aktivitas komplek yang
melibatkan seluruh aktivitas jiwa manusia sebagai totalitas. Setiap aspek kejiwaan tidak berdiri
sendiri, masing-masing aspek membentuk hubungan interaktif, saling pengaruh mempengaruhi.
Aktivitas belajar akan melibatkan berbagai aspek kejiwaan. Belajar tidak terbatas kerja pikir saja,
namun seluruh aspek kepribadian akan terlibat dan mewarnai hasil belajar. Aktivitas kejiwaan
yang terlibat dalam proses belajar yaitu: 

a. Persepsi 

b. Perhatian 

c. Mendengarkan 

d. Mengingat

e. Readiness

Anda mungkin juga menyukai