Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rifda Indraswari

Nim : 1906679
UAS LANDASAN PEDAGOGIK PRODI-PRODI S2 PASCA SARJANA
Smester Ganjil 2019/2020
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.

1. Pedagogik sebagai ilmu yang otonom dapat digunakan untuk pendekatan dalam
memecahkan permasalahan pendidikan di Indonesia. Masalah apa saja yang dapat di
pecahkan melalui pendekatan pedagogik?
2. Bagaimana anda melakukan kajian terhadap permasalahan pendidikan berdasarkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif? berikan contoh hasil-hasil penelitian dari kedua
pendekatan tersebut!
3. Bagaimana peranan lingkungan baik alam, sosial, dan kultural dalam rangka
mengembangkan kepribadian anak, selaras dengan tujuan pendidikan?
4. Mendidik, erat kaitannya dengan aspek-aspek normatif. Oleh karena itu, mendidik
berbasis pada nilai-nilai yang berkembang dan mendasari praktek pendidikan. Aspek-
aspek apa saja yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan baik di sekolah,
keluarga maupun di masyararakat? Jelaskan disertai landasan teorinya!
5. Coba jelaskan konsep pedagogik dari buku/jurnal yang anda kaji (laporan buku/jurnal
pedagogik dari tugas akhir perkuliahan). jelaskan kekurangan dan kelebihan dari isi
buku/jurnal tersebut!
6. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan guru untuk mencapai tahapan
professional, sehingga pencapaian tersebut menjadi budaya akademik dalam
pembelajaran di sekolah?
7. Apa pentingnya pedagogik mengkaji latar budaya baik pada masyarakat tradisional,
modern, dan era globalisasi serta bagaimana implementasinya dalam pelaksanakan
pendidikan !

JAWABAN

1. Dalam pembelajaran Anak Usia Dini ataupun anak kecil sering dikenal dengan
keilmuan pedagogik. Pedagogik berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu paedos yang
berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing, atau memimpin.
Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, cara
menghadapi anak didik, apa yang tugas pendidik dan tujuan mendidik anak itu
sendiri. Prof. Dr. J. Hoogveld salah satu tokoh pendidikan di Belanda mengungkapkan
bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah
tujuan tertentu agar ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Istilah
pedagogik dikaitkan dengan dua istilah lain, yakni pedagogia dan pedagogi. Namun
ketiganya memiliki perbedaan arti namun memiliki tujuan yang sama yakni ‘anak’.
Pedagogi terbentuk dari kata paedagogos yang berarti ‘Orang’, pada zaman Yunani
kuno Paedagogos adalah orang (pelayan atau pembantu) yang bertugas mengantar
dan menjemput anak majikannya ke sekolah selain itu paedagogos juga bertugas
membimbing anak majikannya. Namun istilah ‘pelayan atau pembantu’ tersebut
mengalami pergeseran makna menjadi ‘pendidik atau ahli didik’. Sedangkan
Pedagogia (Paedagogia) berarti pergaulan dengan anak-anak. Pedadogik memiliki
peranan penting dalam praktik pendidikan dengan alasan bahwa pedagogik
merupakan landasan bagi praktik pendidikan anak, pedagogik dipercaya menjadi
kriteria keberhasilan praktik pendidikan anak.( Syaripudin dan Kurniasih, 2014:2)
Dalam disimpulkan bahwasanya, pedagogik merupakan suatu ilmu tentang bagaimana
mendidik anak. Mendidik anak yang seperti apa?, mendidik anak yang sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki oleh setiap anak dan sesuai dengan perkembangannya baik
secara fisik maupun kejiwaan ( psikis ). Dimana dalam proses pendidikan memang
seyogianya haruslah tepat pada berbagai aspek. Pendidikan bagi anak memang sudah
seharusnya dilandaskan daripada pedagogik, karena di dalam pedagogik terdapat
berbagai unsur apa-apa saja yang seharusnya diberikan kepada anak, bagaimana
penerapannya, dan pemahaman terhadap karakteristik para peserta didik.
Pedagogik dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pedagogik teoritis dan pedagogik
praktis. Menurut M.J. Langeveld Madjid Noor dan J.M. Daniel (1987 : 27) dalam
Tatang Syaripudin dan Kurniasih (2014) struktur pedagogik dibagi menjadi :
a) Pedagogik teoritis. Pedagogik teoritis terdiri dari pedagogik sistematis dan
pedagogik historis. Pedagogik historis terdiri dari sejarah pendidikan (sejarah
teori pendidikan dan sejarah praktik pendidikan) dan pedagogik komparatif.
b) Pedagogik praktis, terdiri atas pedagogik dikeluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
2. Metode penelitian kualitatif
merupakan metode baru karena popularitasnya belum lama, metode ini juga
dinamakan post-positivistik karena berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta
sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola),
dan disebut metode interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan
interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan. Beberapa metodologi seperti
Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sedangkan menurut Bogdan dan
Taylor mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian
yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode
penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis),
yaitu mengkaji masalah secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif yakin
bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Macam-macam penelitian bidang kualitatif: Penelitian Fenomenalogis, Penelitian
Etnografis, Penelitian Antropologi
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan
gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Menurut Sugiyono, metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif
sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan
metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan
sebagai bebas nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat
menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Selain itu metode
penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek
pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan
pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen
masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan
memberikan simbol-simbol angka yang berbeda-beda sesuai dengan kategori
informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol-
simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di
lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam
suatu parameter.
Metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di
gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang teleh di tetapkan. Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di lakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga metode etnographi.
3. Pandangan sosio-kultural terhadap tujuan pendidikan, mencoba melihat bahwa
pendidikan menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi hal yang biasa dan selalu
dilakukan manusia. Oleh karenanya pendidikan menjadi suatu proses kultural di suatu
masyarakat yang terjadi secara berulang-ulang. Hanya manusialah yang memiliki
budaya. Kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang tetapi juga
dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa
pendidikan tidak lain dari proses pembudayaan.
Pendidikan merupakan sebagian dari proses kebudayaan artinya bahwa apabila
pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan maka tujuan pendidikan dapat
dimanipulasi kearah yang kurang jelas atau bahkan kearah yang salah dan dapat
direkayasa oleh kekuatan-kekuatan politik penguasa (Tilaar, 2004: 56). Jadi perspektif
sosio-kultural menjadi pedoman dalam pelaksanaan pencapaian tujuan pendidikan
yang juga menghasilkan manusia yang cerdas tetapi juga bermoral tinggi, berbudaya,
dan produktif dalam menghadapi tantangan kehidupan yang penuh persaingan dalam
era globalisasi saat sekarang.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 “Pendidikan ialah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.” Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk
sosial, jadi dalam kehidupannya manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Upaya humanisasi manusia melalui proses pendidikan, proses pendidikan tersebut
bisa kita dapatkan dari keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitar (masyarakat).
Keluarga merupkanan lingkungan pendidikan utama bagi manusia, karena manusia
pertama kali mendapatkan pendikan yaitu dari keluarga terutama dari orang tua.
Untuk itu orang tua memiliki peranan penting dalam membimbing dan mendampingi
anak dalam kehidupan keseharian mereka, sudah kewajiban bagi orang tua untuk
dapat menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar
potensi yang ada dalam diri anak dan juga dapat membentuk karakter anak, dan tak
lupa untuk tetap terus memperhatikan setiap perkembangan anak serta kebutuhan
pengembangan potensi mereka ditiap tahap, karna orang tua kita memiliki tanggung
jawab yang besar bagi kita baik secara moral, spiritual maupun sosial. Pendidikan di
sekolah, salah satu cara selain dari keluarga untuk mendapatkan pendidikan yaitu
disekolah. Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan formal yang dirancang
sedemikian rupa untuk melaksanakan pendidikan, kerane kemajuan jaman, dan juga
terdapat sebagian keluarga yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan anak.
Sekolah memiliki peran yang cukup penting bagi perkembangan anak, yaitu
mendidik, mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik
yang dibawa keluarganya. Perubahan perilaku pada dsarnya dipengaruhi oleh
pendidikan yang ia terima di sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas
formal seperti sekolah namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima
manusia melalui panca indra itu menjadi bagian dari pendidikan, melihat, medengar,
merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan dan itu sangat
mudah didapatkan dari lingkungan sekitar baik itu lingkungan formal maupun
lingkungan informal, jadi dengan kata lain pendidikan juga bisa didapatkan dari
lingkungan sekitar (masyarakat), karena kita banyak belajar dengan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan dan berbagi pengalama hidup di
lingkungan sekitar, seperti bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
5. Judul Jurnal: Urgensi Pedagogik dalam Pembelajaran dan Implikasinya dalam
Pendidikan
Abdurrahman. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, Indonesia
Hakikatnya, seorang pendidik harus memiliki pemahaman tentang
pembelajaran berbasis pedagogik. Pemahaman tentang pedagogik bertujuan agar anak
di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat
menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut
memuliakan kehidupan. Ketidak pahaman para pengajar dan pendidik tentang makna
perubahan mendasar dalam mengajar, mendidik dan memenej pembelajaran, membuat
mereka tetap bersikukuh pada praksis-praksis pendidikan yang dibangun berdasarkan
kaidah-kaidah lama, kaidah yang tidak pernah diperbarui berdasarkan tuntutan baru
yang muncul dalam masyarakat. Agar peserta dididik memahami dan menguasai
sejumlah pengetahuan yang penting dalam hidup, menguasai keterampilan tertentu,
dan memahami nilai-nilai kehidupan, pertama diajarkan melalui pembelajaran
pengetahuan, yang kedua diajarkan melalui latihan menguasai keterampilan nyata,
dan yang ketiga diajarkan melalui pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam usaha meningkatkan
pendidikan salah satu upayanya yaitu dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan itu sendiri seperti sumberdaya manusianya salah satunya yaitu guru,
tentunya potensi seorang guru perlu terus tumbuh dan berkembang agar dapat
melakukan fungsinya secara potensial. Profesionalisme menjadi salah satu tuntutan
dari setiap pekerjaan terutama bagi seorang guru, seorang guru dikesehariannya
mengajar ia menangani benda hidup yaitu anak-anak / peserta didik dengan berbagai
macam karakteristik yang berbeda, oleh karenanya pekerjaan mereka cukup menjadi
lebih berat takkala mereka dituntut harus bias meningkatkan kemampuan anak
didiknya, sedangkan kemampuan yang mereka miliki mengalami stagnansi Guru yang
profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru profesional
memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan,
disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial,
trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi,
karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan
rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan
mengembangkan kurikulum. Adapun dalam konteks yang aplikatif, kemampuan
professional guru dapat diwujudkan dalam penguasaan sepuluh kompetensi guru,
yang meliputi:
a) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi dalam
kurikulum, b) menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan
pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang
tepat, c) melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal kemampuan
anak didik.
c) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, b)
menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.
d) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan
menggunakan media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c) menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar-mengajar, d) menggunakan micro teaching
untuk unit program pengenalan lapangan.
e) Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar.
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi: a)
mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling, b)
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran (Suryasubrata 1997).

7. Tilaar dkk ( 2011 ; 51-56) yang menyatakan bahwa pedagogic tradisional bersifat
membelenggu kebebasan manusia, sehingga diperlukan adanya pedagogic
transformative sebagaimana digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan seperti Winarno
Surakhmat, yang menyatakan pendidikan agama di Indonesia lebih merupakan suatu
pelajaran agama yang perlu dihafal oleh peserta didik dan bukan untuk
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan Mochtar Buchori dalam
bukunya Pendidikan Tranformatif, menyatakan bahwa ilmu pendidikan di Indonesia
telah mati, pendidikan bukan semata-mata sekedar berfungsi sebagai transisi
kebudayaan yang ada tetapi mempunyai fungsi untuk menilai dan memilah apa saja
yang ada dalam kebudayaan yang dapat dipergunakan untuk menghadapi perubahan
sosial dalam era globalisasi, sementara H.A Tilaar sendiri berpendapat bahwa
perlunya pedegogik kritis dalam rangka merenungkan kembali fungsi pendidikan
yang guine dan tidak sekedar untuk memenuhi kepentingan kelompok dalam
masyarakat kita, dengan demikian dengan pengunaan pedagogic kritis akan dapat
mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik, kreatif serta sosial emosialnya dapat
berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmahn. (2018). Urgensi Pedagogik dalam Pembelajaran dan Implikasinya


dalam Pendidikan. Bengkulu: Jurnal Pendidikan Islam vol. 3 No. 1.
Husdarta & Kusmaedi Nurlan. (2014). Pertumbuhan & perkembangan perserta didik
(olah raga dan kesehatan), Bandung : alfabeta.
Imron, M (2009). Pentingnya Supervisi Pendidikan Sebagai Upaya Peningkatan
Profesionalisme Guru, Tersedia, [Online] :
https://mazguru.wordpress.com/2009/03/30/pentingnya-supervisi-pendidikan-
sebagai-upaya-peningkatan-profesionalisme-guru/
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tilaar, HAR. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Tilaar, Jimmy Ph Paat dan Lody Paat. 2011. Pedagogik Kritis. Perkembangan,
Substansi dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai