Anda di halaman 1dari 18

Pentingnya Pemahaman Landasan Pedagogik Dalam Pengembangan Model

Evaluasi PTK Untuk Kepentingan Peserta Didik Sebagai Lulusan


Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah
Landasan Pedagogik

Dosen Mata Kuliah :


PROF. DR. HJ. MELLY SRI SULASTRI RIFAI, M.PD.
DR. HJ. PUPUN NURYANI, M.PD.

Oleh
CHEPY PERDANA
1402610
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang Pentingnya Pemahaman Landasan Pedagogik
Dalam Pengembangan Model Evaluasi PTK Untuk Kepentingan Peserta Didik
Sebagai Lulusan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Landasan Paedagogik di Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia yang diampu oleh dosen Prof. DR. Hj. Melly Sri Sulastri
Rifai, M.Pd dan Dr. Hj. Pupun Nuryani, M.Pd..
Dalam pemenuhan makalah ini penulis menyadari banyaknya kekurangan,
sehingga menjadikan belum sempurnanya penulisan makalah ini sesuai dengan
seharusnya, karenanya penulis mengharap masukan yang membangun dalam
upaya menjadikan makalah ini menjadi karya yang lebih baik. Tak lupa penulis
menghaturkan ucapan terima kasih kepada Dosen pengampu dan segenap rekan
mahasiswa PTK 2014 serta pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan
penulisan karya ini.
Penulis berharap karya ini dapat memberikan banyak manfaat khusunya
bagi penulis, umumnya bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II MODEL MODEL EVALUASI ..................................................... 2
2.1 Model Evaluasi ....................................................................................... 2
2.1.1 Model Formatif Surmatif .................................................................... 2
2.1.2 CIPP ( Context, Input, Process, Product ) ........................................... 4
2.1.3 CIRO (Context, Input, Reaction, Output)............................................ 7
2.1.4 Kirkpatrick Model ............................................................................... 8
2.1.5 Provus Discrepancy Model................................................................. 10
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 12
3.1 Landasan Pedagogik dan Model Evaluasi PTK ...................................... 12
3.2 Pemahaman Landasan Pedagogik dalam Pengembangan Model Evaluasi
PTK ........................................................................................................ 13
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI ....................... 15
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15
4.2 Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN
Landasan pedagogik merupakan ilmu dan bidang studi yang menjadi dasar
bagi semua orang yang akan menjadi pendidik supaya para pendidik dapat
memahami dan menerapkan pendekatan pembelajaran di berbagai situasi
pendidikan dengan penuh tanggung jawab.
Tujuan penyusunan makalah ini merupakan pemenuhan tugas ujian akhir
semester pada mata kuliah Landasan Pedagogik di Program Studi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
yang diampu oleh dosen Prof. DR. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M.Pd dan Dr. Hj.
Pupun Nurhayati, M.Pd..
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

didalam menghasilkan lulusan

peserta didiknya memerlukan suatu model evaluasi yang tidak hanya


mengevaluasi

hasil pengetahuan dan keterampilan pada bidang tertentu saja

melainkan evaluasi dari penilaian sikap juga perlu diperhatikan guna


menghasilkan lulusan yang handal dan berpendidikan, oleh sebab itu landasan
pedagogik didalam pengembangan model evaluasi pendidika teknologi dan
kejuruan sangat perlu untuk dikaji lebih dalam.

BAB II
MODEL MODEL EVALUASI
2.1 Model Evaluasi
Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang bisa
digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan
lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan
data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya
menyediakan bahan bagi pengambil keputusandalam menentukan tindak lanjut
suatu program. Model model evaluasi ada yang dikategorikan berdasarkan ahli
yang menemukan dan yang mengembangkannya, serta ada juga yang diberi
sebutan sesuai dengan sifat kerjanya.
Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk
mengevaluasi program pendidikan.
2.1.1

Model Formatif Sumatif


Model Formatif Sumatif ini dikemukan oleh Michael Scriven. Menurut

Scriven, tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat keputusan.
Akan tetapi harus mengikuti peran dari penilaian yang bervariasi. Scriven
menunjukan dalam model formatif sumatif bahwa adanya tahapan dan lingkup
objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukn pada waktu program masih
berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau
berakhir (disebut evaluasi sumatif).
Dalam dunia pendidikan, maksud formatif dalam model ini adalah untuk
membantu dalam mengembangkan kurikulum, dan sumatif, yakni untuk menilai
manfaat dan kurikulum yang telah mereka kembangkan dan penggunaannya atau
penempatannya di sekolah sekolah.
Evaluasi formatif memberikan umpan balik secara terus menerus untuk
membantu pengembangan program, dan memberikan perhatian yang banyak
terhadap pertanyaan pertanyaan seputar isi validitas, tingkat pengusaan kosa
kata, keterbacaan dan berbagai hal lainnya. Secara keseluruhan evaluasi formatif

adalah evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan atau meningkatkan
hasil yang dikembangkan.
Evaluasi sumatif mengemukakan atau mengajukan pertanyaan
pertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif dan lebih kompetitif.
Evaluasi sumatif dilakukannya untuk menentukan bagaimana akhir dari program
tersebut bermanfaat dan juga keefektifan program tersebut.
Pada model formatif sumatif ini, seorang evaluator tidak dapat
melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan
tujuan evaluasi sumatif. Model formatif sumatif ini sendiri dilakukan dengan 4
tahap yaitu : needs assessment, program planning, formative evaluation, dan
summative evaluation.
Needs
Summative
Assessment
Evaluation
(1)

Program

Formative

Planning

(2)

Evaluation

(3)

(4)

Keterangan :
1. Needs Assessment
Dalam tahap ini, evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah.
Pertanyaan yang diajukan :
a. Hal hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
keberadaan program ?
b. Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksanaan
program ini ?
c. Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini ?
2. Program Planning
Dalam tahap kedua dari model ini, evaluator mengumpulkan data yang terkait
langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan
yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini
program pembelajaran dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah
rencana pembelajaran telah disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan.
Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan.
3. Formative Evaluation

Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan


program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul betul terlibat dalam
program karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari
pengembang program.
4. Summative Evaluation
Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan dapat
mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. Melalui
evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang
dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana
yang belum dan apa penyebabnya.
2.1.2

CIPP ( Context, Input, Process, Product )


Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan kawan

(1967) di Ohio State University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari :
Context evaluation

: evaluasi terhadap konteks

Input evaluation

: evaluasi terhadap masukan

Process evaluation

: evaluasi terhadap proses

Product evaluation

: evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran
evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.
Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program
yang dievaluasi dengan sebuah sistem. Dengan demikian, jika tim evaluator sudah
menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi
program yang akan ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus menganalisis
program tersebut berdasarkan komponen komponennya.
1. Evaluasi konteks (context evaluation) dimaksud untuk menilai kebutuhan,
masalah, asset, dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan
tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok pengguna lainnya untuk
mengetahui tujuan, peluang, dan hasilnya.
Ada 4 pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks,
yaitu :

Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis

makanan dan siswa yang belum menerima ?


Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh program,
misalnya peningkatkan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya

makanan tambahan ?
Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan
masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan

bergizi kepada anak anaknya ?


Tujuan tujuan yang mana sajakah yang paling mudah dicapai, misalnya

pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan ?


2. Evaluasi masukan (input evaluation) dilaksanakan untuk menilai alternatif
pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan
program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasaran serta mencapai tujuan
yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih
rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi sumber daya, pelaksana dan jadwal
kegiatan yang paling sesuai bagi kelangsungan program.
Pertanyaan pertanyaan yang diajukan untuk program pendidikan yang
berkenaan dengan masukan, antara lain :
- Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas bagi
-

perkembangan siswa ?
Berapa siswa yang menerima dengan senang hatiatas makanan tambahan

itu ?
Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan

tambahan?
Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan

?
3. Evaluasi proses (process evaluation) ditujukan untuk menilai implementasi
dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam
menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok
pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan
hasilnya. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan pertanyaan untuk proses
antara lain sebagai berikut :
- Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal ?

Apakah staf yang terlibat di dalam pelaksanaan program akan sanggup


menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika

dilanjutkan ?
Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara

maksimal ?
Hambatan hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan

program dan kemungkinan jika program dilanjutkan ?


4. Evaluasi hasil (product evaluation) dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
dan menilai hasil yang dicapai yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka
pendek dan jangka panjang baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat
memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna
lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok
sasaran. Menurut Stufflebeam, evaluasi hasil ini dapat dibagi ke dalam
penilaian terhadap dampak (impact), efektivitas (effectiveness), keberlanjutan
(sustainability), dan daya adaptasi (trasnportability). Dalam evaluasi hasil,
pertanyaan pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain :
- Apakah tujuan tujuan yang ditetapkan sudah tercapai ?
- Pertanyaan pertanyaan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan
-

antara rincian proses dengan pencapaian tujuan ?


Dalam hal hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi
selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan,

banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian) ?


Apakah dampak yang diperoleh oleh siswa dalam waktu yang relatif
panjang dengan adanya program makanan tambahan ini ?

2.1.3

CIRO (Context, Input, Reaction, Output)


Model ini dikembangkan oleh Warr, Bird, dan Rackman pada tahun 1970.

CIRO merupakan model yang paling banyak digunakan di dalam melakukan


evaluasi terhadap suatu pelatihan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui
dampak pelatihan terhadap tujuan organisasi. War, Bird, dan Rackman
berpendapat bahwa bagian pelatihan memiliki peranan yang cukup besar dalam
pencapaian tujuan organisasi. Jika bagian ini memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap organisasi secara tidak langsung dapat menyebabkan
6

peningkatan dan pengaruh terhadap organisasi tersebut. Dan untuk memberikan


kontribusi pengaruh perkembangan organisasi maka muncullah evaluasi model
CIRO ini.
Model ini didasarkan pada 4 tahap yaitu konteks, input, reaksi, dan hasil
(keluaran). Ada 3 pertanyaan mendasar ketika menjalankan model evaluasi ini,
yaitu :
-

Apa yang perlu diubah ?


Prosedur apa yang paling mungkin untuk membawa perubahan ini ?
Apa buktinya perubahan yang telah terjadi ?

Dua pertanyaan pertama harus dijawab sebelum pelaksanaan pelatihan sedangkan


pertanyaan terakhir harus dipertimbangkan sebelum pelatihan berlangsung, tetapi
hanya dapat dijawab setelah pelatihan selesai. Langkah langkah di dalam
melaksanakan model evaluasi ini adalah :
1. Konteks (context). Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan
pelaksanaan pelatihan dengan mengumpulkan informasi pada konteks
individu dan organisasi saat ini dalam rangka untuk menyusun tujuan pada
tiga tingkatan. Tiga tingkatan tujuan tersebut adalah :
- Akhir berupa masalah kinerja dari masing masing departemen.
- Menengah berupa perubahan perilaku peserta pelatihan yang akan
-

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan akhir.


Langsung yaitu pengetahuan baru, ketrampilan dan sikap peserta pelatihan

yang bertujuan untuk memperoleh perubahan perilaku peserta pelatihan.


2. Masukan (input). Pada tahap ini, evaluator mempertimbangkan sumber daya
yang tersedia dan kemudian memutuskan masukan (input) atau metode yang
paling mungkin digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, misalnya
pelatihan, kursus, atau e-learning.
3. Reaksi (reaction). Pada tahap ini, pelatih (evaluator) memberikan umpan balik
kepada peserta tentang reaksi yang diberikan peserta pelatihan terhadap
metode yang digunakan.

Metode yang paling umum digunakan untuk

memperoleh informasi adalah melalui metode kuisioner atau happy sheet .


4. Hasil/Keluaran (output). Pada tahap ini akan dilakukan analisa atas informasi
mengenai efektivitas pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas pelatihan
berikutnya. Pertanyaan mendasar pada tahap ini adalah apa bukti bahwa
perubahan telah terjadi?.
7

2.1.4

Kirkpatrick Model

Model ini dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick dan telah digunakan sejak
tahun 1950-an. Model ini dipergunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan
pelatihan. Model Kirkpatrick ini memiliki 4 tingkatan atau langkah-langkah
evaluasi, yaitu :
1. Tingkat I : Evaluasi - Reaksi
Pada tingkatan ini evaluasi dilakukan untuk mengukur reaksi peserta terhadap
pelaksanaan pelatihan. Pengukuran terhadap reaksi peserta pelatihan ini
meliputi instruktur, topik, presentasi, jadwal, dan lain sebagainya. Pada
tingkatan ini pengukuran sikap peserta pelatihan dilakukan melalui kuisioner
dimana pertanyaan dalam kuisioner tersebut tentang kelebihan dan
kekurangan dari pelatihan. Evaluator harus menetapkan standar kinerja pada
hasil, bila memungkinkan, sehingga keempat langkah dalam evaluasi
Kirkpatrick ini dapat dilaksanakan dan penilaian evaluatif dapat dilakukan.
Keuntungan dari pelaksanan evaluasi reaksi ini, adalah :
- Dapat diketahui bagaimana pendapat peserta terhadap pelaksanaan
-

pelatihan
Dapat diketahui kekurangan dari pelaksanaan pelatihan yang dilakukan
Dapat diketahui tentang keterlibatan peserta dalam pelaksanaan pelatihan
Memberikan informasi atas reaksi peserta secara keselurahan serta umpan

balik dari peserta dan mengevaluasi aspek aspek tertentu dari pelatihan.
Pada tingkatan ini dapat diketahui informasi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas pelatihan di masa mendatang.


2. Tingkat II : Evaluasi - Learning
Tingkatan ini dilakukan untuk menentukan apa yang peserta pelatihan pelajari
selama pelatihan. Hasil pelatihan dapat mencakup perubahan pengetahuan, sikap,
atau ketrampilan dari peserta. Evaluasi harus berfokus pada pengukuran apa yang
telah dibahas dalam pelatihan. Tingkat II : Evaluasi Learning ini memiliki
manfaat, antara lain :
-

Membantu di dalam mempromosikan pelatihan


Membantu dalam menafsirkan hasil evaluasi tingkat III, misalnya : jika
tingkat tiga hasil tidak terjadi, mungkin karena faktor tempat kerja dan bukan
karena kekurangan dalam program pelatihan.

Dapat memberikan informasi evaluasi formatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas pelatihan ke depannya.


3. Tingkat III : Evaluasi Perilaku
Pada tingkatan III, evaluasi perilaku bertujuan untuk mengetahui apakah
pelatihan telah mengubah perilaku peserta pelatihan, pasca pelaksanaan pelatihan.
Dan jika tidak terjadi perubahan terhadap perilaku, akan coba diketahui mengapa
tidak terjadi perubahan perilaku peserta setelah pelaksanaan pelatihan. Pada
tingkatan ini, akan dilakukan evaluasi secara khusus di dalam mengukur transfer
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta pasca pelatihan yang diaplikasikan
dalam lingkungan kerja. Intinya pada tingkat ini, evaluasi dilakukan untuk
mengukur pengaruh dari pelatihan yang telah dilakukan terhadap peserta pelatihan
di lingkungan kerjanya. Manfaat dari evaluasi perilaku ini adalah :
-

Diketahui pengaruh atau dampak pelatihan pada diri peserta pelatihan setelah

yang bersangkutan kembali ke lingkungan kerjanya.


Tingkat III merupakan variabel atau faktor untuk melaksanakan evaluasi

tingkat IV evaluasi hasil.


Secara intrinsik, hasil evaluasi tingkat III ini akan sangat mempengaruhi

pencapaian pada tingkat IV yaitu evaluasi hasil.


4. Tingkat IV : Evaluasi Hasil. Evaluasi hasil ini dilaksanakan untuk
mengetahui apakah program pelatihan menyebabkan hasil akhir, terutama
hasil bisnis yang berkontribusi terhadap keuntungan bisnis (bottom line).
Tingkat IV hasil tidak terbatas pengembalian investasi pelatihan (ROI).
Tingkat IV hasil dapat mencakup hasil besar lainnya yang berkontribusi
terhadap fungsi organisasi. Beberapa contoh dari evaluasi hasil, adalah :
peningkatan kualitas pekerjaan, produktivitas yang lebih tinggi, penurunan
omset, peningkatan tingkat scrap (yaitu, kurang sumber daya terbuang),
peningkatan kualitas kerja, peningkatan hubungan manusia, peningkatan
penjualan, sedikit keluhan, berkurangnya ketidak hadiran pekerja, moral kerja
yang lebih tinggi, berkurangnya kecelakaan kerja, kepuasan kerja yang lebih
besar, dan peningkatan keuntungan.
2.1.5

Provus Discrepancy Model

Kata discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia menjadi kesenjangan . Model yang dikembangkan
oleh Malcolm Provus ini merupakan model yang menekankan pada pandangan
adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang
dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap
komponen. Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini menekankan
pada kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua
kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya
dicapai dengan yang sudah riil dicapai.
Provus mengemukakan bahwa evaluasi kesenjangan (discrepancy model)
dilakukan untuk mengetahui ketidak sesuaian antara baku (standard) yang sudah
ditentukan dalam program dengan kinerja (performance) sesungguhnya dalam
program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah
hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam
program pendidikan meliputi :
1. Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program
2. Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang
benar benar direalisasikan.
3. Kesenjangan antara status kemampuan dengan standard kemampuan yang
ditentukan.
4. Kesenjangan tujuan
5. Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah
6. Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten.
Oleh karena itu, model evaluasi ini memiliki 5 tahap, yaitu desain, instalasi,
proses, produk dan membandingkan.

10

BAB III
PEMBAHASAN
LANDASAN PEDAGOGIK DALAM PENGEMBANGAN MODEL
EVALUASI PTK UNTUK KEPENTINGAN PESERTA DIDIK SEBAGAI
LULUSAN
3.1 Landasan Pedagogik dan Model Evaluasi PTK
Landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak
atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat
terbang);

dapat

pula bersifat

konseptual

(contoh:

landasan

pedagogi/pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan


asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi,
yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Penerapan mengenai pendidikan kejuruan, ada berbagai jenis landasan
pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya dapat diidentifikasikan
jenis landasan pendidikan menjadi:

11

1. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber


dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber
dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan.
3. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber
dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke
dalam landasan ilmiah pendidikan
pendidikan,

landasan

antara lain: landasan psikologis

sosiologis pendidikan, landasan antropologis

pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan


dikenal pula sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual
pendidikan.
4. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari
menjadi

titik

peraturan
tolak

perundang-undangan

yang

berlaku

yang

dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi

pendidikan.
Model Evaluasi PTK untuk kepentingan peserta didik sebagai lulusannya
seperti yang diungkapkan oleh (Soenarto:2010) adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu
meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan dirinya, memiliki keahlian
dan keberanian membuka usaha untuk meningkatkan penghasilan.
b. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif yakni (1). Memenuhi
keperluan tenaga kerja pada DUDI, (2). Menciptakan lapangan kerja bagi
dirinya dan orang lain, (3). Merubah siswa dari ketergantungan menjadi
mandiri dan berpenghasilan.
c. Menyiapkan siswa menguasai IPTEK sehingga : (1). Menguasai dan
Menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK, (2). Memiliki kemampuan dasar
dan mengembankan diri secara berkelanjutan, (3). Memiliki keahlian dan
menerapkan IPTEK bekerja dalam bidang dan tingkat keahlian.

12

3.2 Pemahaman Landasan Pedagogik dalam Pengembangan Model Evaluasi


PTK
Pemahaman Landasan pedagogik dalam pengembangan model evaluasi
pendidikan

kejuruan,

mempunyai fungsi

tidak

tertuju

kepada

pengembangan aspek keterampilan khusus mengenai pendidikan kejuruan


sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, melainkan tertuju
kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan
berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih
dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang
dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain,
dalam mengevaluasi peserta didik sebagai lulusan tidak hanya melakukan
penilaian pada pengetahuan dan keterampilan melainkan dalam penilaian
sikap terhadap perkembangan mental dan softskill peserta didik juga harus
diperhatikan.
Pentingnya Landasan Pedagogik di dalam pengembangan model
evaluasi PTK yang efektif dapat membangun manusia produktif, yaitu:
a. Menjadikan jiwa intelektual yang tinggi
b. Mendewasakan anak secara terarah dan sitematis
c. Memanusiaka manusia secara hakiki
d. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan bernegara
e. Menumbuh kembangankan potensi sosial, spiritual, mental dan emosianal

13

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Landasan Pedagogik didalam pengembangan model evalusi pendidikan
teknologi dan kejuruan memiliki fungsi mencitakan hasil lulusan peserta
didik yang tidak hanya menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang tertentu saja melainkan dapat menciptakan lulusan peserta didik yang
memiliki karakter sikap, mental dan softskill yang baik didalam persaingan
didunia pendidikan maupun didunia kerja / industri.
Landasan Pedagogik juga memiliki peranan

penting

didalam

perkembangan pendidikan anak terutama didalam pembentukan karakter


peserta didik PTK, yang nantinya disamping memiliki pengetahuan dan
keterampilan, memiliki juga karakter yang baik didalam mencapai tujuannya
sendiri
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya pengembangan model evaluasi PTK yang didalam
evaluasinya menerapkan landasan pedagogik untuk menciptakan lulusan
peserta didik yang memiliki karakter sikap, mental dan softskill yang baik.
2. Perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak pemerintah, sekolah
dan masyarakat serta dunia kerja/industri terkait model evaluasi PTK
untuk menciptakan lulusan peserta didik yang handal.

14

DAFTAR PUSTAKA
Eko

Maulijar

(2012).

Model

Evaluasi

[Online].

https://www.academia.edu/6370461/Model_Model_Evaluasi

Tersedia:
[

25

Desember 2014]
Ulfia Rahmi (2012). Model Model Evaluasi Pembelajaran [Online]. Tersedia :
http://tepenr06.wordpress.com/2012/10/02/model-model-evaluasiprogram/ [25 Desember 2014]
H. bin Irfan (2013). Standar Kompetensi lulusan 2013 [Online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/5612939/STANDAR_KOMPETENSI_LULUS
AN_2013 [25 Desember 2014]
Imam Malik (2014). Individu sebagai peserta didik [Online]. Tersedia :
https://imammalik11.wordpress.com/2014/04/11/pengertian-individusebagai-peserta-didik/ [25 Desember 2014]

15

Anda mungkin juga menyukai