Anda di halaman 1dari 42

Resume Buku

Educational Management Information System (EMIS)


And The Formulation of Education for All (EFA)
Prepared by:
Charles C. Villanueva

Disusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan

Dosen:
Dr. Dedi Rohendi, M.T.

Tim Penyusun:
Chepy Perdana
Rizki Hikmawan
Sony Miraj Effendi
Thasrimadhany
Wildan Mutaabidin
Sekolah Pasca Sarjana
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Profil Buku
Judul Buku
Pengarang
Kerja Sama

: Educational Management Information System (EMIS) and The


Formulation of Education for All (EFA), Plan of Action, 2002-2015
: Charles C. Villanueva
: UNESCO Almaty Cluster Office and Ministry of Education of

Tajikistan
Tahun Penyusunan : 2003
Jumlah Hal
: 61
B. Tujuan Penulisan Buku
1. Merasionalkan kebutuhan dan pentingnya membangun sebuah Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan (EMIS).
2. Mendeskripsikan berbagai konsep, struktur, dan pengembangan sebuah EMIS.
3. Mendeskripsikan fitur-fitur utama sebuah emis dalam hal tujuan, integrasi, dimensi,
4.
5.
6.
7.

kerangka kerja institusional, EMIS pusat dan daerah, dan alur informasi.
Mendiskusikan konsep, penurunan, penggunaan, dan perhitungan dari indicator prestasi.
Mendiskusikan proses perencanaan konsep dan pengembangan untuk Education for All.
Menguraikan esensi dari formula perencanaan penerapan Education for All.
Mendeskripsikan pentingnya membuat formula EMIS yang bersinergi dengan EFA Plan
of Action, 2002-2015.

BAB II
RESUME BUKU

Chapter 1 Konsep dan Struktur sebuah EMIS

A. Latar Belakang Masalah


Pentingnya kualitas pendidikan telah banyak disadari oleh pemerintah berbagai bangsa
terutama di daerah Asia dan Pasifik. Berbagai macam usaha telah diarahkan untuk
meningkatkan kesempatan, kualitas, dan relevansi pendidikan. Hal ini terlihat dari pesatnya
perkembangan pendidikan untuk level primer dan sekunder baik dari sektor negeri maupun
sektor swasta. Namun upaya ini mengalami kesulitan yang apabila digeneralisasi berasal
dari dua permasalahan umum yaitu kualitas data dan managemen sistem pendukung.
1. Kualitas Data
a. Ketidakmampuan managemen untuk menyediakan system pendukung yang
mencukupi karena survey yang tidak akurat mengakibatkan frekuensi perubahan
konsep dan definisi dari tujuan. Hal ini dikarenakan minimnya staff yang terlatih
dan berkualifikasi akibat buruknya pengarahan dan organisasi dan kekurangan
hardware dan software, lebih buruk lagi hal ini tidak ditujugan oleh manager dari
system informasi.
b. Pemerintah tidak

memprioritaskan

pengembangan

managemen

pendidikan

sehingga alokasi dananya rendah. Hal ini merupakan salah satu penyebab
mangemen system informasi tetap dikelola secara manual dan tidak terorganisir.
2. Managemen Sistem Pendukung
a. Sekolah dan pedesaan yang secara esensial merupakan sumber dari data dan
informasi sangat tersebar dan terisolasi. Hal ini diperburuk oleh fasilitas
transportasi dan komunikasi tidak memadai sehingga informasi yang disampaikan
tidak akurat dan up to date.
b. Situasi ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan pemerintah untuk mengurangi
pengeluaran nasional termasuk alokasi dana untuk bidang pendidikan, sementara itu
tuntutan dari bidang pendidikan formal dan non formal mangalami peningkatan.
Karena ketidakmampuan system untuk menyediakan fasilitas yang cukup dan
kurangnya SDM yang berkualifikasi sangat berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan. Hal ini mengakibatkan gap antara apa yang disediakan sekolah dengan
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Permasalahan akses, kesamaan, kualitas, dan relevansi dalam pendidikan dapat
dipecahkan oleh berbagai macam pendekatan yang memerlukan sistem pendukung
keputusan. Berdasarkan oleh latar belakang tersebut, maka pentingnya membuat sebuah
sistem informasi yang mampu menyediakan informasi membutuhkan sumber data akurat,

reliabel, dan sampai tepat waktu yang didapatkan secara efektif dan efisien untuk
membuat sebuah kebijakan dan keputusan yang tepat.
B. Pengertian EMIS
EMIS adalah

akronim

dari

Educational

Management

Information

System,

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Sistem Informasi Managemen Pendidikan.


EMIS didefinisikan sebagai sebuah grup pelayanan informasi dan dokumentasi yang
terorganisir untuk mengumpulkan, menyimpan proses analisis dan menyebarkan informasi
untuk perencanaan dan managemen pendidikan. Emis merupakan kumpulan komponen
meliputi proses input-output dan umpan balik yang terintegrasi untuk menyapai tujuan
khusus. Emis merupakan sebuah sistem yang mengontrol data dan informasi dalam jumlah
besar dimana keduanya dapat dengan mudah diakses, diproses, dianalisis, dan tersedia untuk
digunakan dan disebarkan.
Berdasarkan definisi tersebut, EMIS yang dikelola dengan baik akan sangat membantu
dalam mempercepat proses pengambilan keputusan yang tepat karena menyediakan sumber
data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu. Untuk dapat memanfaatkan EMIS,
dianjurkan agar semua pengguna untuk memiliki IT literatur yang kuat dan terbiasa bekerja
dengan menggunakan komputer.

C. Fitur-Fitur Utama EMIS


1. Objectives
Tujuan Utama dari sebuah EMIS yaitu untuk mengintegrasikan informasi yang
berhubungan dengan aktifitas managemen pendidikan dan untuk membuat informasi
tersebut tersedia secara komprehensif namun dapat dipahami dengan mudah oleh
berbagai macam variasi pengguna. Secara keseluruhan, konsep dari sebuah EMIS
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kapasitas proses, penyimpanan, analisis, dan supply data yang
diolah menjadi informasi yang reliabel dan tepat waktu untuk pengembang dan
pengelola pendidikan.
b. Mengkordinasikan dan meningkatkan lebih jauh upaya penyebaran informasi.
c. Memfasilitasi dan mempromosikan penggunakan informasi relevan oleh berbagai
macam user baik instansi maupun individu di semua level sehingga perencanaan,
implementasi, dan pengelolaan pendidikan menjadi lebih efektif.

d. Mempersingkat alur informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan


keputusan dengan mengurangi dan menghilangkan duplikasi serta mengisi gap
informasi.
e. Menyediakan informasi untuk pembuatan kebijakan dan scenario pengembangan
sistem pendidikan
2. Integration
Prinsip Integritas dan sinergi dapat dipahami dari 8 aspek atau dimensi yaitu:
Kebutuhan dari penyedia dan pengguna
Data
Penganganan informasi.
Penyimpanan data.
Pengambilan data.
Analisis data.
Prosedur secara manual maupun menggunakan komputer.
Jaringan antar EMIS Pusat.
Gambar 1.1 Integrasi dimensi dari sebuah EMIS

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa sesungguhnya emis merupakan sebuah sub
sistem dari berbagai peraturan dan organisasi untuk kebijakan, perencanaan, dan
pengelolaan pendidikan. EMIS diharapkan dapat mengintegrasikan beragam data dari

sumber yang berbeda-beda menjadi informasi dalam satu sistem yang terkordinasi untuk
melayani kepentingan seluruh negara.
3. Institutional Framework
Struktur jaringan sebuah EMIS berfungsi untuk memfasilitasi alur informasi dan
menghubungan setiap agensi dan individu yang terlibat dalam proses pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, analisis, penyebaran, dan penggunaan dari informasi
pendidikan. Hubungan tersebut lebih jelas dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1.2 Kerangka Kerja Institusional EMIS


4. EMIS Centre and Specialization
Jaringan sebuah EMIS terdiri dari satu atau lebih EMIS Centre yang beroperasi
dalam skala nasional, regional, dan lokal. Setiap EMIS Centre menyediakan informasi
yang berbeda-beda berdasarkan dari masukan data dari tempat EMIS Centre tersebut
beroperasi. Informasi tersebut kemudian dikumpulkan, disimpan, dan dianalisis di EMIS
Centre dengan level yang lebih tinggi sebagai basis dalam sebuah pengambilan
keputusan perencanaan pendidikan.
Berikut adalah beberapa agensi yang termasuk kategori EMIS Centre:
a. Kementrian (Pendidikan, Keuangan, Perencanaan, Tenaga Kerja, dll)
b. Departemen Pendidikan (Regional/ provinsi)
c. Badan pengelola pendidikan di setiap kota / kabupaten.
d. Sekolah dan institusi pendidikan yang disupervisi oleh kementrian pendidikan.
e. Sekolah dan institusi pendidikan lain (swasta, agama, berbasis komunitas) yang
tidak disupervisi oleh kementrian pendidikan.

Emis Centre terdiri dari tiga tipe yaitu:


a. Comprehensive area Emis Centre, setingkat provinsi/distrik dan kota.
Bertangung jawab dalam hal pengumpulan dan penanganan semua informasi
berkaitan dengan area geografis di wilayah masing-masing.
b. Specialized function EMIS Centre, fokus dalam menangani fungsi dan teknik
tertentu seperti hanya mengurusi proses dan analisis informasi atau publikasi
penyebaran informasi.
c. Specialized information EMIS Centre, bertanggung jawab dalam pengumpulan
dan penyimpanan informasi dalam aspek pendidikan yang spesifik, seperti
pendidikan non-formal, kejuruan, SLB, dll.
Sebuah jaringan EMIS biasanya dibuat dengan menghubungkan setiap komponen
seperti EMIS centre dengan database individu dan bank informasi yang dapat di update,
diperluas, dan dirawat secara terus-menerus.
5. Information Flow in the EMIS
Alur informasi dalam sebuah EMIS harus dapat mengidentifikasi duplikasi dan
redundansi data, dan informasi yang bertentangan dari agensi yang berbeda-beda.
Gambar berikut mengilustrasikan alur informasi dari sebuah EMIS ke pengguna dalam
tingkatan yang berbeda-beda:
Gambar 1.3 Alur Informasi

D. Desain dan Tahapan Pengembangan EMIS

Ada kebutuhan untuk Pemerintah dan sektor swasta untuk mengkoordinasikan kegiatan
pengumpulan data meminimalkan untukduplikasi dan tumpang tindih dan memaksimalkan
dampak dari hasil pengumpulan data. Sebuah EMIS komprehensif akan membantu dalam
proses ini. Mengelola pendidikan melalui informasi pengambilan keputusan membutuhkan
ketersediaan dantepat waktu informasiyang akurat yang menghubungkan bersama-sama
input sumber daya untuk kondisi belajar mengajar dan pendidikanproses dan indikator yang
tepat dari pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di beberapa negara meluasnya
penggunaan informasi berbasis pengambilan keputusan telah mengakibatkanyang lebih
efektif efisien perencanaandandan identifikasi informasi baru perlu.
Dalam orang lain namun gagal untuk memberikan informasi yang tepat waktu dan dapat
diandalkan telah berkontribusi inefisiensi manajemen dan keengganan pada bagian dari
pengambil keputusan untuk menggunakan informasi.
Beberapa Menteri Pendidikan tahu bahwa pengumpulan data tidak berfungsi dengan baik
dan dengan demikian mereka tidak percaya itu. Hal ini juga berlaku dari pengambil
keputusan senior lainnya dalam pendidikan dan kementerian lainnya.
Ya paradoks, kepala sekolah dan pengelola pendidikan lainnya kadang-kadang menderita
banyak informasi terlaluini tidak bisa digunakan atau tepat waktu. Misalnya, temuan
berharga dari sebuah tahunan sensus sekolahmungkin tidak sepenuhnya dieksploitasi karena
jumlah besar data yang dikumpulkan. Juga, datadapat dikumpulkan ditabulasi dan
disebarluaskan dalam bentuk yang sulit untuk menafsirkan dan menggunakan

untuk

terutamaorang dengan pemahaman yang terbatas dari statistik. Ada kebutuhan untuk
terorganisir dengan baik penyajian data dan standar interpretasi data untuk memberikan
manajer dengan informasi yang berguna dan relevan.
Idealnya desain dan pembentukan EMIS harus

didahului

oleh

undang-undang

pengembangan kebijakan yang tepat dan keputusan administratif yang relevan. Komitmen
pemerintah adalah sangat penting dalam contoh pertama oleh Departemen Pendidikan.
Situasi yang ideal prasyarat ini sangat diperlukan di mana EMIS harus dibentuk dengan
menyatukan dan memperluas struktur dan layanan informasi yang ada. Di beberapa negara,
layanan ini sudah kegiatan melakukaninformasi berkelanjutan independen yang mereka
memiliki tanggung jawab. Oleh karena

langkah-langkah serangkaianlegislatif dan

administratif dikoordinasikan dengan baik dan jelas akan menjadi pertama persyaratanuntuk
membawa layanan ini bersama-sama di bawah EMIS yang sama.

Hal ini bahkan diperlukan hari ini sebagai, di sebagian besar negara, sistem pendidikan
formal termasuktumbuh milik swastasektor yang didanai, yang sering beroperasi pada
tingkat nasional dan sub-nasional. Ini sering menangani informasi, beberapa di antaranya
juga relevan dengan tanggung jawab pemerintah pusat, misalnya, untuk pengembangan
kurikulum atau sertifikasi pelatihan guru.
Sebuah EMIS terencana dan dirancang akan memfasilitasi usaha kegiatan berurutan relatif
terhadap pengembangan fungsional EMIS, yang dapat ditelusuri dalam Gambar 2.1.
Deskripsi dan kegiatan untuk masing-masing area panggung juga disajikan dalam gambar
ini.
Tahap pertama : definisi tujuan pembangunan nasional; Pernyataan misi dan tujuan dari
sistem pendidikan; dan menetapkan target pendek dan jangka panjang. Ini biasanya
tercermin dalam rencana pembangunan nasional negara. Dari tujuan tersebut, tujuan
nasional pendidikan diformulasikan untuk menyinkronkan dengan visi nasional untuk
pembangunan dalam kerangka waktu tertentu. Mandat Konstitusi tentang pendidikan dan
undang-undang pendidikan lain yang relevan harus hati-hati Ulasan dengan mengacu pada
pengembangan sistem informasi manajemen.
Tahap Kedua : Keputusan kebijakan untuk tujuan pelaksanaan dan monitoring. Sumber
daya yang dibutuhkan untuk mendirikan EMIS diidentifikasi pada tahap pembangunan. Hal
ini penting untuk menentukan tenaga kerja yang tepat untuk mengoperasikan sistem, biaya
layanan dan kegiatan, struktur keseluruhan, jadwal kegiatan dan strategi keseluruhan
pelaksanaan.
Tahap Ketiga : Identifikasi kebutuhan data dan persyaratan. Data yang diperlukan yang
diperlukan untuk mendukung berbagai langkah dalam menentukan pencapaian tujuan dari
sistem harus diidentifikasi secara hati-hati melalui konsultasi dengan berbagai sektor, dan
kunci administrator pejabat sekolah dan pengguna data potensial lainnya. Ini akan
memastikan bahwa persyaratan data dan kebutuhan kebijakan dan pengambil keputusan dan
pengguna kunci lainnya yang diambil dari perawatan sementara pada saat yang sama
meminimalkan overload data yang tidak perlu. Tujuan khusus dan penggunaan data tersebut
harus dibuat jelas selanjutnya.

Tahap Keempat proses : pembentukan database. Database adalah koleksi terpadu dari data
dan informasi, terorganisir dan disimpan dengan cara yang memudahkan pengambilan.
Kedua database pengguna dan berbasis komputer menentukan sifat dari file atau sistem
pengarsipan. Pelabelan yang tepat dari database tersebut dan elemen data yang sesuai yang
diperlukan untuk melihat mudah dan akses ke hard / eksemplar dicetak.Label ini berpola
setelah sekelompok data yang sama atau terkait dengan komponen utama dari guru siswa
Program kurikulum, keuangan, fasilitas fisik dan peralatan, dan lain-lain.
Tahap kelima : desain bentuk monitoring / pengumpulan data. Formulir ini dirancang untuk
menangkap data yang dibutuhkan dan diperlukan diidentifikasi selama tahap ketiga
pembangunan. Perancang kuesioner memiliki pilihan untuk memilih mode dan saluran
pengumpulan data dari berbagai sumber yang tepat. Formulir diuji-coba untuk memastikan
bahwa instruksi, definisi data dan elemen data yang diminta dipahami oleh penyedia data
sebelum bentuk ini diberikan pada skala yang lebih luas atau nasional
Tahap Keenam : Data dan pengumpulan informasi. A Manual Operasi harus disiapkan
untuk menguraikan informasi penting tentang pengumpulan data dalam hal tujuan jadwal
kegiatan, pedoman untuk melakukan pengumpulan survey / data, tugas dan tanggung jawab
dari monitor / surveyor dan supervisor, yang spesifik petunjuk tentang cara untuk mengelola

kuesioner termasuk definisi istilah, dan koleksi atau penyerahan formulir kuesioner. Hal ini
juga pada tahap ini bahwa pelatihan berlangsung bagi mereka yang akan terlibat dalam
kegiatan pengumpulan data baik di tingkat nasional dan sub-nasional untuk tujuan
keseragaman dan istilah umum acuan.
Tahap Ketujuh : Pengolahan data. Sebuah sistem prosedur verifikasi data dan kontrol
harus diterapkan sebelum pengolahan berlangsung. Bentuk-bentuk yang telah diverifikasi
untuk akurasi dan konsistensi dari entri data. Semua elemen data dikodekan sesuai dengan
sistem yang dirancang oleh programmer.
Sebuah sesi latihan dapat terjadi pada tahap ini untuk melatih encoders data / operator entri
data untuk menafsirkan petunjuk, mendefinisikan elemen data dan menerapkan perangkat
lunak dengan cara yang seragam. dari Spesifikasi laporan yang akan dihasilkan dari data
yang diolah juga didefinisikan pada tahap ini
Tahap Kedelapan : Diseminasi data dan pembuatan laporan. Kemasan data ini ke dalam
statistik buletin, kompendium, laporan, profil dan lain-lain akan membantu memfasilitasi
penyebaran dan penggunaan data oleh pengguna. Di tingkat nasional, para Menteri,
legislator, para anggota Kabinet / Parlemen dan kepala badan-badan internasional
memerlukan informasi ini untuk pengambilan kebijakan, legislasi, pengembangan program
dan kekhawatiran nasional lainnya. Tengah tingkat mengelola, termasuk birokrat, perlu
untuk organisasi dan kontrol, pelaksanaan proyek, penyusunan anggaran, pemrograman,
pemantauan dan evaluasi. Pada tingkat operasional, koordinator, organisasi lokal / unit dan
kantor meja membutuhkan informasi untuk mereka sehari-hari operasi, pengawasan,
pelaporan, perencanaan tindakan, dan kegiatan advokasi dan mobilisasi. Masyarakat umum,
kelompok-kelompok seperti sektor bisnis masyarakat, para profesional, mahasiswa, media
dan lembaga akademis atau pendidikan dianggap bunga untuk konsumsi data dan informasi
pengguna yang berpartisipasi dalam mempertahankan proses pembangunan
Tahap Kesembilan : Evaluasi output . Tujuan akhir dari sebuah EMIS adalah untuk
menghasilkan informasi yang relevan dan tepat waktu berkualitas baik. Menjelang akhir ini,
mekanisme evaluasi harus dirancang untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi dalam pengembangan dan pengoperasian EMIS. Hasil dari proses evaluasi
merupakan dasar untuk penguatan sistem.
E. Informasi Pendidikan dan Perubahan Managemen Pendidikan
1. Perubahan dalam Managemen Pendidikan

System Pendidikan telah menjadi lebih kompleks dan tuntutan meningkat pada tingkat
berbagai sistem tersebut. Secara khusus, ada bukti bahwa partisipasi langsung dan
bermakna proses dalam pendidikan pengambilan keputusan mengarah ke peningkatan
kualitas. Akibatnya,

beberapa tahun dalamterakhir,minat yang lebih besar telah

ditunjukkan dalam desentralisasi pendidikan pengambilankeputusandan keterlibatan


masyarakat sebagai sarana yang sistem pendidikan mungkin menjadi lebih sadar dan
responsif terhadap kebutuhan pendidikan.
Pengajaran yang efektif dan pembelajaran berlangsung dalam lebih luas konteks
administratif dan sosial ekonomi yang harus mendukung apa yang guru dan dengan cara
lain membantu dalam menciptakan kondisi yang diperlukan untuk peningkatan kualitas
pendidikan. Ini adalah tugas manajemen pendidikan.
Misalnya, peningkatan literasi adalah signifikan dalam memutus siklus kemiskinan
beberapa daerah dipedesaan. Kualitas keputusan yang dibuat oleh orang lain di tingkat
kabupaten, regional dan nasional dapat mempengaruhi, oleh karena itu, apa yang terjadi
di kelas dan sekolah.
2. Kebutuhan Informasi
a. Orang Tua
Orang tua mayoritas terdiri dari kelompok warga sering disebut secara kolektif
sebagai "masyarakat" dalam diskusi pada penguatan "partisipasi masyarakat" dalam
pendidikan.
Orang tua ingin tahu seberapa baik sekolah sedang mempersiapkan anak-anak
mereka untuk pendidikan lebih lanjut, pekerjaan dan kewarganegaraan di umum.
Informasi ini perlu bahkan lebih penting bagi tua yang orangpunya pilihan, apakah
atau tidak untuk mengirim anak mereka (ren) untuk swasta membayar sekolah
biaya.
b. Guru
Pada tingkat ini juga, ada kebutuhan untuk informasi yang jelas terkait dengan
prosesbelajar-mengajar. Nilai tes secara keseluruhan yang mencakup bidang studi
seluruh sering tidak sangat berguna. Lebih bermanfaat adalah informasi yang
berfokus pada aspek-aspek tertentu dari bidang kurikulum individual.
Misalnya, informasi tentang kemajuan dalam bahasa asli seseorang mungkin
termasuk pengembangan sub-skill seperti ejaan, memahami kalimat sederhana dan
aturan dasar dari tata bahasa. Guru

tertarik akandalam kinerja seperti yang

ditunjukkan oleh profil dari masing-masing siswa, serta di kinerjasub-bidang dan

sub-keterampilan.

Indikator

seperti

pendidikan

akan

digunakan

untuk

mengidentifikasi

pengajaran aspekyang memerlukan perbaikan. Manajemen

pendidikan harus memastikan bahwa guru menerima informasi seperti ini, dan
membantu mereka untuk menggunakannya.
c. Kepala Sekolah
Kepala sekolah perlu beberapa titik perbandingan untuk mengetahui dimensi dan di mana
tingkat kelas nya / sekolahnya mengalami kemajuan dibandingkan dengan sekolah-sekolah
yang sama dan dengan semua di sekolah distrik sekolah.

Titik pertama perbandingan akan menjadi relatif ukuran kinerja difokuskan pada
tingkat kinerja sekolah sehubungan dengan sekolah lain. Yang kedua akan ukuran
mutlak menjadi kinerja ditujukan untuk memberikan indikasi dari jumlah kurikulum
dimaksudkan yang telah dikuasai oleh siswa.
Sebuah ukuran relatif kinerja dapat dibangun dengan membandingkan nilai ratarata sekolah dimensi pada yang sama dengan sekolah-sekolah lain yang sejenis
dalam distrik sekolah yang sama, atau di tempat lain.
Istilah"mirip" di sini mengacu pada sekolah lain yang melayani siswa dari jenis yang
sama sosial-ekonomi, latarbelakang memiliki standar yang sama staf dan peralatan,
dan mengajar kurikulum yang sama.
Perbandingan antara sekolah-sekolah ini dapat dilakukan dengan menggunakan
variabel kerusakan yang menentukan kelompok penting dari siswa di sekolahsekolah dalam hal jenis kelamin, usia atau faktor lainnya, misalnya jika
milikkelompok yang kurang beruntung.
d. Petugas Pendidikan tingkat Kota
Beberapa pejabat ini mungkin inspektur sekolah atau pengawas. Di negara-negara di
mana tingkat ini ada, OEOs biasanya peduli dengan monitoring input pendidikan dan
proses seperti pendaftaran dan absensi. Mereka juga cara lain membantu pekerjaan
tingkat berikutnya pendidikan pengambil keputusandan perencana. Di banyak negara
yang lebih besar ini personil provinsi atau tingkat negara bagian.
e. Petugas Pendidikan tingkat Provinsi
Ini manajer pendidikandan perencana terutama tertarik dalam penyebaran daya yang
efisien sumberdi bawah yurisdiksi mereka sehingga semua sekolah yang mereka
bertanggung jawab kesempatan untuk memilikimengoptimalkan kualitas lingkungan
pendidikan mereka.

Selain staf dan peralatan , sumber daya ini dapat terdiri dari sumber daya kurang
berwujud seperti informasi dan ide-ide inovatif yang meningkatkan hasil pendidikan
tanpa memerlukankeuangan input yang cukup besar. Contoh dari penyebaran tipe
yang terakhir dari sumber daya akan ditemukan

situasi di mana dalammateri

kurikulum guru-dibangun yang telah terbukti untuk meningkatkan pembelajaran


dibagi dengan sekolah lain sebagai bagian dari kolam alat peraga terbukti. Tugas
utama pendidikan manajer di tingkat provinsi adalah untuk mencari pola-pola hasil
untuk bidang studi yang luas (bukan dimensi tertentu) dalam rangka untuk mencari
peluang untuk Negara atau provinsi untuk menargetkan sumber daya dengan cara
yang lebih efektif dan efisien. Proses ini dapat mengungkap cluster (kelompok)
sekolah yang siswa berkinerja buruk, misalnya dalam bahasa asli mereka, tetapi juga
dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Adanya cluster tersebut harus meminta
penyelidikanalasan untuk perbedaan ini dalam kinerja.
f. Pengawas
Personil departemen kurikulum juga membutuhkan informasi tentang kemajuan akademik
siswa di bidang studi. Data tersebut juga diperlukan oleh tingkat provinsi, kabupaten dan
sekolah sehingga Inspektorat dapat memantau dan di mana membutuhkan bantuan
meningkatkan kinerja guru di bidang studi yang berbeda.

g. Petugas tingkat Nasional


Tugas resmi nasional adalah untuk mengatasi isu-isu tentang indikator kunci yang
akan digunakan untuk menilai kinerja sistem pendidikan secara keseluruhan. Di
masa lalu banyak negara telah mempekerjakan "kasar" indikator kinerja berkaitan
dengan tingkat partisipasi dan tingkat kelulusan. Baru-baru ini, telah ada kepentingan
yang lebih besar dalam indikator yang sangat spesifik berkaitan dengan hal-hal
seperti tingkat kehadiran, tingkat retensi, tingkat prestasi siswa dan masalah disiplin.
Pola umum informasi ini perlu, dan contoh, digambarkan dan diringkas dalam
Gambar 3.1

3. Bentuk Partisipasi dalam Managemen Pendidikan

Partisipasidalam manajemen pendidikan dan pengambilan keputusan dapat mengambil beberapa


bentuk.
manajemen Konsultatif: orang tua, profesional, pengusaha, perwakilan industri
dan anggota masyarakat yang berkonsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Mereka terlibat dalam
tidakpengambilan keputusan. Misalnya, direktur regional pendidikan dapat berkonsultasi
secara luas dengan para pemimpin industri di daerah mengenai perbaikan pendidikan kejuruan

kurikulumsebelum keputusan diambil untuk apa yang harus dilakukanpartisipatif.


manajemen Perwakilan kelompok yang tertarik dalam proses
berpartisipasipengambilan
Misalnya,dewan kota

keputusan

kadang-kadang

dengan

hak

suara

yang

sama.

komite pendidikanmungkin termasuk perwakilan dari serikat guru,orang tua


asosiasidan organisasi pemuda setempat. Dengan cara ini, "luar" kelompok memiliki
dapatpengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan manajemen dalam
pendidikantingkat:.
Keterlibatan langsung dalam manajemen pendidikan di "akar rumput" individu
Kelompokdi tingkat lokal, kabupaten atau tingkat regional mengidentifikasi masalah, terdengar
keluar pilihan dan
merencanakan strategi pendidikan. Misalnya, sekelompok kecil orang tua dan guru bekerja
dapatsama untuk meningkatkan pendidikan keaksaraan dengan mengembangkan bahan bacaan
berfokus pada
yangtradisi lokal atau acara khusus.

4. Informasi dan Managemen Pendidikan

Data untuk informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan pendidikan disediakan di dasarnya
salah satu dua
daricara,atau arus, arah.
Kedua vertikal dan horizontal penyebaran informasi yang penting jika semua yang terlibat dalam
keputusan yang
menjadi diinformasikan dan untuk pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.
komunikasi vertikal. Informasi yang sering diminta oleh orang tingkat kabupaten,

diregional dan nasional, dan aliran informasi seringkali salah satu cara -. Atas
Namun, aliran komunikasi dua arah sangat penting. Misalnya, kepala sekolah
memerlukan umpan balik tentang informasi yang mereka kumpulkan untuk Departemen
Pendidikan, khususnya
dalam survei khusus.
komunikasi horizontal. Informasi melibatkan komunikasi antara
daerahyang berbeda tetapi tumpang tindih pemerintah untuk memastikan bahwa layanan yang
diperlukan fungsi
untuksekolah yang disediakan dan dipelihara. Misalnya, pemberian
tentangpasokan air bersih ke sekolah, kepala sekolah mungkin harus berkomunikasi
langsung dengan kementerian terkait di tingkat regional kabupaten atau bukan melalui
distrikatau kantor propinsi Kementerian Pendidikan.
Setiap mode transmisi informasi diperlukan untuk manajemen pendidikan,
dalam situasi yang berbeda. Hal ini juga penting bahwa manajer pendidikan informasi
menerimasecara vertikal atau horizontal sebagai keadaan membutuhkan.
Pembentukan EMIS membutuhkan baik. Hal ini berlaku sehubungan dengan desentralisasi
di bidang pendidikan, juga di daerah penting lainnya dari manajemen pendidikan keuangan
-. Sepertipendidikan

5. Desentralisasi Managemen Pendidikan

Pembahasan sejauh ini difokuskan pada isu-isu yang berkaitan dengan memperluas dasar untuk
pengambilan keputusan pendidikan. Desentralisasi bertujuan untuk memiliki keputusan yang erat
mencerminkan "akar rumput" kebutuhan pendidikan - dan yang lebih mungkin untuk

menghasilkan perbaikan yang diinginkan dalam kualitas pendidikan - dibuat di tingkat


lokalmenguat.
Keterlibatan kelompok yang lebih luas di masyarakat juga dianggap lebih cenderung komitmen
untuk keberhasilan pelaksanaan keputusan dan komitmen untuk memulai perubahan yang
diperlukan di tingkat lokal. Dalam beberapa tahun terakhir banyak pendidik telah menjadi
semakin sadar akan kekurangan sifat terpusat sistem pendidikan di negara-negara berkembang.
Desentralisasi tercermin dalam bentuk yang berbeda.

a. Tipe Desentralisasi
b. Keuntungan Desentralisasi
c. Kerugian Desentralisasi
6. Strategi Peningkatan Partisipasi Komunitas

Masyarakatpendekatan berikut untuk partisipasi masyarakat memperkuat direkomendasikan:


Maksimalkan komitmen untuk utilitas
Meningkatkan orientasi untuk itu
Mengenali hambatan
Meningkatkan pelatihan kepemimpinan
Delegasi tanggung jawab
Meningkatkan penyebaran informasi
Meningkatkan kerjasama profesional
Meningkatkan komunikasi menggunakan istilah dan konsep yang tepat
Memfasilitasi partisipasi mengatur pertemuan di kali sesuai / di tempat yang tepat
(beberapa orang tua mungkin terintimidasi jika pertemuan terjadi di kantor kepala sekolah)
Meningkatkan sumber daya dan mendukung
Latihan kesabaran dan mengembangkan harapan yang realistis (perubahan membutuhkan waktu)

7. Hambatan

ini perlu dipertimbangkan oleh manajer pendidikan, termasuk implikasi informasi mengatasi
untukhambatan.
Tidak ada tradisi atau budaya partisipasi. Di beberapa negara nilai-nilai budaya menempatkan
paling penting pada keputusan yang dibuat di tingkat pemerintah. Ada sedikit atau tidak ada
pengalaman dalam jenis masyarakat partisipasi dan oleh karena itu atau tidak mau
mampuberpartisipasi.
terlibat di dalamnya. Selain itu, perbedaan kelas, agama atau etnis masyarakat
dalamdapat menyebabkan dominasi oleh elit lokal dan efektif membatasi
keterlibatanorang lain dalam pengambilan keputusan.
Resistensi terhadap perubahan. Individu, serta sistem pendidikan di mana
mereka bekerja, bisa menjadi resisten terhadap perubahan atau tidak berubah. Sebagai contoh,
selama
programkeaksaraan inovatif, di mana anak-anak yang diproduksi teks mereka sendiri untuk
sekolah
perpustakaanbeberapa guru yang bersangkutan hanya itu teks tidak mengganggu
akademik - aspek berorientasi kurikulum. Di beberapa negara, orang percaya bahwa
banyakguru lebih tahu dari orang tua, dan orang tua menawarkan sedikit penggunaan
kesumbersekolah..
Kurangnya daya Hal ini mengacu pada keuangan, personil, tenaga kerja sukarela dan
waktu.sibukdan
Guru orang tua berjuang untuk bertahan hidup tidak merasa mudah untuk dalam kegiatan
memakan waktu

Berpartisipasi seperti pertemuan atau membantu untuk mengumpulkan informasi untuk EMIS.
The pasif dan buta huruf di beberapa komunitas menambah masalah, dan di mana ada sedikit
dana yang tersedia untuk sekolah, ketika
ataubimbingan tidak datang dari pusat EMIS regional atau pusat, staf pendidikan mungkin
melihat partisipasi sebagai tidak layak usaha mereka.
Kurangnya keterampilan dan pengetahuan. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan
pengetahuan
membutuhkandan keterampilan tertentu sering tidak mudah bagi sistem pendidikan untuk
mendorong. orang tua
Misalnya,dianjurkan untuk terlihat lebih aktif di sekolah anak-anak mereka
harusdididik untuk melihat melampaui hasil pemeriksaan untuk melihat manfaat lain, pelatihan
keterampilan
sepertihidup,yang harus mendapat perhatian yang sama. Sehubungan dengan EMIS, penting
mereka yang
bahwaberpartisipasi dalam pengumpulan informasi atau analisis berkomitmen untuk itu,
dan juga menerima pelatihan yang sesuai untuk peran mereka dalam pengumpulan data.
Jarak dan waktu. Jarak fisik, serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan
antara masyarakat,membuat partisipasi untuk beberapa orang tua sangat sulit, jika tidak mustahil.
ini membuat lebih
Hal memberatkan oleh jalan yang tidak memadai dan kurangnya transportasi. budaya dan
Faktorkewajiban keluarga di banyak negara akan melarang partisipasi perempuan malam
dihari.
Kendala ini merupakan kendala penting untuk EMIS mana yang tepat dari
pelaporandata yang bersangkutan. Mungkin perlu, misalnya, untuk datang dengan yang lebih
cepat

cara-carabaruuntuk komunikasi data.

F. Identifikasi Indikator
Untuk lebih memahami sistem, terutama ketika sasaran dari sistem tersebut untuk
mencapai tujuan tertentu dengan batasan waktu, diperlukan deskripsi proses yang bersifat
dinamis. Pola interaksi dengan berbagai macam komponen dan proses monitoring harus
dideskripsikan. Beberapa indikator hanya dapat diidentifikasi per-tahun (drop out rate/
enrollmen-ratio), sedangkan indikator yang lain dapat diidentifikasi secara reguler. Bebearap
indikator lain harus dikomputasi dengan penelitian khusus menggunakan metode dan teknik
sampling, seperti sosio ekonomi dan pemetaan wilayah pendidikan.
1. Kerangka Kerja : Fungsi Pendidikan
Komponen sistem:
a. Input :
sumber data nyata yang

digunakan

dalam

pendidikan. Contohnya karakteristik siswa, guru dan staff,


kurikulum, buku, fasilitas dan sumber dana.
b. Process :
Interaksi antara siswa dengan input. Contohnya
proses belajar mengajar dan faktor administratif seperti presensi dan
absensi.
c. Output :

Hasil sebenarnya atau efek dari pendidikan seperti

lulusan dan kenaikan skor tes.


d. Outcomes
:
Hasil akhir dari efek pendidikan seperti
peningkatan gaji pegawai hingga kontribusi untuk peningkatan
kesehatan, penuruan tingkat kriminal dll.
Indikator biasanya diklasifikasi berdasarkan keempat jenis kategori di atas. Dalam
bebearapa kasus, input dan proses terkadang dapat digabungkan dan dideskripsikan
sebagai sumber data atau faktor penentu. Ilustrasi dari penjelasan diatas dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 1.6

2. Definisi dan Deskripsi


a. Tipe Indikator
1) Indikator Input
Indikator input merupakan sumber data aktifikas pendidikan dan merupakan
subjek dari manipulasi kebijakan pendidikan. Contohnya adalah

adalah

karakteristik siswa, sekolah, guru, fasilitas, materi dan alat pembelajaran, atau
dalam hal finansial seperti pengeluaran untuk gaji guru, perawatan peralatan dan
pembangunan kelas.
2) Indikator Proses
Indikator proses merupakan interaksi yang terjadi antar indikator input. Indikator
dapat dimanipulasi oleh managemen pendidikan dengan cara meningkatkan
proses belajar mengajar atau merubah waktu lamanya belajar.
Indikator proses memiliki peranan penting di level yang berbeda-beda dengan
beragam aplikasi pengukuran yang berbeda pula. Namun, indikator proses lebih
berperan penting di level rendah dalam sistem pendidikan. Kebanyakan dari
indikator proeses merefleksikan tentang apa yang terjadi di sekolah dan di dalam
kelas. Biasanya data dikumpulkan dengan cara observasi perilaku.
Contoh indikator proses di level regional / provinsi:
- Jumlah hari wajib sekolah per tahun
- Jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program studi

Jumlah lulusan per tahun


Ketidakhadiran guru
Ketidakhardiran siswa
Rasio drop out
Rasio mengulang

Contoh indikator proses di level sekolah:


-

Bentuk organisasi sekolah


Iklim sekolah
Kepemimpinan pendidikan

Contoh indikator proses di level kelas:


-

Proses belajar mengajar


Kehadiran
Waktu didalam kelas
Penggunaan literatur
Tugas

3) Indikator Output
Indikator output merupakan efek langsung atau perubahan yang siap untuk
diobservasi. Pengukuran indikator proses dilakukan untuk melihat efek langsung
dalam aktifitas pendidikan. Contohnya, efek pencapaian, efek prestasi, efek
tingkah laku, dan efek persamaan.
4) Indikator Kuantitatif
Indikator kualitataif mereflesiksikan kondisi secara numerik dalam waktu
tertentu. Ukuran statistik dari jumlah data, nilai dari input atau sumber data yang
tersedia. Indikator ini dapat tergolong sebagai dimensi input, proses, output, atau
outcome dari sistem pendidikan.
Contoh dari indikator kuantitatif:
Inputs:
Persentase pendaftaran siswa
Rasio penerimaan kotor
Rasio penerimaan bersih
Rata-rata kehadiran per hari
Cost
Pengeluaran per siswa berdasarkan tingkat dan daerah
Fasilitas dan peralatan berdasarkan tingkat dan daerah
Fasilitas
Ruangan kelas
Buku sumber berdasarkan tingkat dan daerah

Disebarkan untuk siswa


Tersedia di perpustakaan sekolah
Outputs:
Persentase Perkembangan siswa berdasarkan kelas, daerah
Persentase siswa berhasil melewati ujian
5) Indikator Kualitatif
Indikator Kualitatif ditujukan untuk mengukur kualitas dari hasil yang dicapai
oleh sebuah sistem atau sekolah. Indikator kualitatif sendiri dapat diukur secara
kuantitif sehingga terkadang mengakibatkan miskonsepsi. Konsep dari kualitas
disini berarti untuk merasakan atau mengukur peningkatan prestasi dari sasaran
dan tujuan pendidikan dari segi kefektifan dan penggunaan sumber daya dari segi
efisiensi.
Contoh dari indikator Kualitatif:
Input:
- Jumlah guru bersertifikasi berdasarkan level
- Kekurangan guru berdasarkan level dan mata pelajaran
- Kelebihan guru berdasarkan level dan mata pelajaran
- Rasio guru-siswa berdasarkan level, mata pelajaran, dan daerah
- Rasio kelas-siswa
- Rasio buku sumber-siswa
- Persentasi guru berkualifikasi
- Persentase ruang kelas dengan kondisi memadai
Process
-

Jam belajar di kelas


Presensi guru dan siswa
Penggunaan alat bantu mengajar

Output
-

Persentase keberhasilan ujian akhir


Status pekerjaan lulusan

Sebuah EMIS memerlukan baik indikator kuantitatif maupun indikator kualitatif


yang digunakan untuk mengukur target baik secara numerik maupun angka yang
merefleksikan kualitas dari sistem pendidikan. Indikator kuantitatif harus
dikembangkan terlebih dahulu, setelah ini indikator kualitatif diintegrasikan ke

dalam sistem untuk menginterpretasi lebih lanjut hasil dari angka yang tercantup
dalam indikator kuantitatif.
6) Indikator Efisiensi
Digunakan untuk memonitor pencapaian dari salah satu program atau sasaran
sistem yang menghasilkan hasil cepat dengan tenaga dan biaya minimum.
7) Indikator Persamaan
Digunakan untuk mengukur derajat pengeluaran untuk pendidikan yang
disediakan untuk populasi tanpa memandang status ekonomi, tempat tinggal, dan
kemampuan intelektual. Indikator ini juga digunakan untuk mengukur kualitas
akses tidak hanya untuk fasilitas fisik, seperti sekolah tapi juga kualitas dari
pendidikan yang diberikan.
b. Identifikasi Umum
Indikator merupakan tindakan pengukuran sebuah komponen, atau interkasi dan
hubungan antar komponen pendidikan. Indikator pendidikan merupakan sebuah
statistik yang memudahkan managemen untuk memonitor efektifitas dan efisiensi
dalam proses pelayanan pendidikan. Indikator sangat berguna untuk meidentifikasi
dan mengukur perubahan dalam sistem pendidikan dari waktu-waktu termasuk efek
dari rencana pencegahan masalah. Indikator diproduksi secara reguler diharapkan
dapat memperlihatkan kemungkinan perubahan yang menjadi patokan pengambilan
kebijakan pendidikan.
Indikator sendiri memiliki beberapa keterbatasan karena hanya memberikan
informasi umum dibandingkan dengan observasi yang lebih memberikan hasil
spesifik. Berikut adalah beberapa batasan dari indikator:
1) Indikator merupakan ikhtisar dari data dalam jumlah besar. Indikator tidak
merekomendasikan langkah untuk mencapai situasi yang diinginkan atau
mencegah situasi yang tidak diinginkan.
2) Indikator hanya menyediakan secara sekilas profil dari kondisi yang sedang
terjadi, sehingga memperlihatkan pengertian baru tetapi bukan ukuran yang
presisi atau pertimbangan keputusan.
3) Sebuah indikator dapat memperlihatkan status performa atau perilaku dari
sebuah sistem pendidikan. Namun, tetap membutuhkan interpretasi yang
handal dari manusia agar dapat mampu menghasilkan tindakan yang tepat.

Dalam beberapa kasus, indikator yang menjadi faktor penentu ternyata bukan
hanya dari sistem pendidikan tetapi juga dari faktor lain seperti perubahan populasi,
tingkat ekonomi negara, dan alokasi dana pemerintah. Hal ini merupakan tantangan
untuk membangun sebuah EMIS yang akan beroperasi dengan cakupan area yang
luas. Fokus awal dari pembangunan EMIS disarankan dalam indikator dengan
cakupan kecil namun dirasakan besar pengaruhnya untuk perencanaan pendidikan.
c. Kategori Indikator
Pemilihan indikator dimulai dari sasaran, strategi dan tujuan dari perencanaan
pengembangan pendidikan. Indikator sendiri terbagi menjadi beberapa kategori
yaitu:
1) Indikator Sederhana
Indikator sederhana tidak merefleksikan aspek tertentu dari kualitas pendidikan.
Indikator ini berguna untuk mengukur proses kuantitatif engukuran dilakukan
berdasarkan jumlah atau persentase. Contohnya jumlah dan persentase guru
terlatih secara keluruhan dalam materi belajar yang berbeda-beda.
2) Indikator Performa
Indikator performa didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu
komponen dalam sistem pendidikan dengan komponen lainnya. Indikator ini
merefleksikan nilai kualitatif atau efisiensi dimensi sumber data yang dapat
mengukur dinamika interaksi dari sebuah proses. Indikator performa terdapat
dalam hubungan input menuju proses atau output menuju input.
Nilai dari indikator performa dapat dikalkulasikan setelah pengumpulan data
yang dibutuhkan kemudian dilakukan proses perhitungan statistik sehingga
menghasilkan informasi. Indikator performa gabungan dapat diukur dengan
menggunakan analisis statistik minimal dua variabel.
3) Berdasarkan Alat Pengukuran
Setiap pengukuran selalu dapat dihitung dengan rumus matematik yang
tepat sehingga menghasilan angka yang dapat diinterpretasikan mengacu pada
prosedur yang telah ditentukan. Contoh dari alat ukur indikator adalah jumlah
total indikator yang sama yang diintegrasikan ke dalam data series, persentase,
dan rasio.
4) Indikator Tidak Langsung

Indikator tidak langsung merupakan faktor yang tidak berhubungan


langsung dengan pendidikan tetapi dapat mempengaruhi keberhasilan dan
keberlangsungan dari pendidikan itu sendiri. Contohnya adalah lingkungan
sosial, transportasi menuju sekolah, dan jarak antara sekolah dengan tempat
tinggal.
5) Berdasarkan Tahapan Waktu
Indikator dapat dikategorikan berdasarkan tahapan waktu seperti indikator
dari biaya pendidikan setiap siswa per tahun. Indikator kategori ini dapat
dibandingkan dengan nilai dari komponen lain sistem pendidikan, seperti
pengukuran pengeluaran per siswa dengan pengeluaran buku sumber per siswa
setiap tahunnya.
6) Berdasarkan Deskripsi Visual dan Naratif
Format standar harus dikembangkan untuk meringkas identifikasi khusus
dan ukuran dari setiap indikator. Interface yang dikembangkan, seperti penyajian
tabel berisi angka dan grapik, harus user-friendly dimana dapat dipahami oleh
banyak kalangan tanpa memandang kekuatan IT literatur.
d. Karakteristik dan Klasifikasi
1. Fitur Umum
Ketika pengukuran dilakukan, sebuah indikator yang bagus memiliki fitur
sebagai berikut:
1) Fokus pada variabel yang dikur
2) Mendeskripsikan fitur utama dari sistem pendidikan
3) Menghubungkan tujuan sistem dengan menyediakan pengukuran dari proses
atau perubahan
4) Relevan dengan kebijakan pendidikan
5) Berorientasi pada masalah
6) Memiliki nilai prediktif
7) Valid dan reliabel
8) Jangkauan dan elemen data mudah untuk didapatkan
9) Comprehensif dan berarti
10) Dapat dipahami oleh user
11) Mengikuti perkembangan terkini
12) Dapat diaplikasikan atau berguna di level yang berbeda-beda (nasional ke
sub-nasional, dari managemen ke sekolah)
Berikut adalah ilustrasi dari indikator spesifik dari pendidikan yang telah
dikarakteriasi berdasarkan deskripsi dari elemen yang digunakan:

Tabel 1.1
Karakteristik dan Deskripsi Indikator

G. Tahapan Pengembangan dari Indikator


H. Indikator Efisiensi Internal
1. Definisi
2. Input
3. Proses
4. Biaya Pendidikan
I. Indikator Efisiensi Eksternal
1. Definisi

2. Output
3. Hasil
J. Indikator Persamaan
1. Dimensi
2. Efisiensi Internal
3. Efisiensi Eksternal
K. Indikator Kualitas di setiap Tingkatan
1. Tingkat Lokal
2. Tingkat Negara
L. Batasan dalam Penggunaan Indikator
M. Teknik Komputer yang diaplikasikan dalam Indikator Performa Pendidikan

Chapter II : Formulasi dari Education for All Plan of Action, 2002-2015


Perang salib untuk mengejar mencapai tujuan universal pendidikan untuk semua berlanjut
setelah lebih dari dua dekade tindakan. Ada keberhasilan dan kegagalan dilaporkan di seluruh
dunia. Namun, secara umum, masih ada upaya yang perlu dilakukan agar tujuan dapat dicapai
pelajaran positif significantly.The dan keberhasilan perlu dipertahankan sementara kegagalan
perlu ditingkatkan atau diperkuat. Sejak Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua
(PUS) pada tahun 1990 yang diselenggarakan di Jomtien, Thailand, pelaksanaan rencana dan
program EFA membawa isu-isu baru dan tantangan sebagai akibat dari cepatnya perubahan yang
terjadi di masyarakat. Untuk negara-negara maju, strategi baru telah diadopsi dan lebih banyak
sumber daya telah disalurkan ke berbagai program pendidikan dan proyek yang dirancang untuk
mempertahankan, jika tidak untuk meningkatkan lebih lanjut kinerja sistem pendidikan. Di sisi
lain, negara-negara yang ditandai dengan kinerja yang buruk dan sumber daya yang terbatas
berkembang, terus berjuang dan nyata tertinggal di belakang negara-negara berperforma lebih
baik dalam hal mencapai tujuan dan sasaran EFA mereka. Layanan pendidikan miskin dan tidak
memadai. Lebih sering daripada tidak, layanan ini tidak tersedia. Sejumlah besar anak usia
sekolah-akan terus kehilangan akses ke pendidikan dasar. Mereka yang diberi kesempatan untuk

berada di sekolah tidak dapat terus bertahan dan menyelesaikan sekolah. Sejumlah alasan
konkret telah disebutkan menjadi penyebab penyelesaian sangat rendah dan tingginya insiden
putus.
Berbagai laporan negara rupanya yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya
memperoleh dan pengetahuan tangan pertama tentang situasi. Laporan berisi data yang tidak
akurat dan bertentangan, konsep dan definisi istilah dan langkah-langkah pendidikan tidak
konsisten dan standar, data tidak mewakili populasi keseluruhan, tingkat dan lokasi.
Kelengkapan updatedness dan tingkat kehandalan membuat beberapa ketidakseimbangan dan
distorsi dalam menggambarkan gambaran yang benar tentang situasi pendidikan.
Milenium baru sinyal imperatif baru, tuntutan baru, tantangan baru dan prioritas untuk
sektor pendidikan. Hal ini membutuhkan artikulasi yang lebih baik, koordinasi dan kolaborasi
dengan sektor-sektor lain. Untuk dapat meletakkan segala sesuatu dalam perspektif yang tepat
dan memperbaiki tindakan / langkah-langkah tertentu, rencana baru aksi perlu dirumuskan.
Tujuan PUS baru ditetapkan untuk dekade berikutnya becomethe titik fokus dari setiap
planningefforts.These hanya dapat realisticallytranslated ke dalam istilah yang lebih layak dari
tindakan dengan data dan informasi yang diperoleh dari sumber yang akurat dan dapat
diandalkan dan sistem diterima koleksi. Pendidikan Sistem Informasi Manajemen (EMIS) adalah
alat manajemen potensi untuk membawa tentang karakterisasi handal, akurat dan tepat waktu
dari kondisi pendidikan. Hal ini dapat memberikan jawaban komprehensif untuk pertanyaanpertanyaan seperti: apa itu? mengapa? dimana itu? bagaimana itu? kapan itu? dan oleh siapa itu?
Sebuah pemahaman menyeluruh tentang situasi pendidikan saat ini adalah penting untuk
perumusan perencanaan yang efektif.
A. KERANGKA PERENCANAAN
Fokus Perencanaan adalah Anak. Perhatian adalah akses ke sekolah, akses ke
pembelajaran, kualitas proses pembelajaran teachingand, relevanceof ajaran-proses
belajar, isi dan struktur kurikulum, prestasi belajar dan sistem pendukung untuk
mengaktifkan anak bertahan dan menyelesaikan pendidikannya.
Proses Perencanaan melibatkan tugas menganalisis / meninjau sektor dalam hal
struktur dan kinerja sistem berdasarkan indikator yang relevan, manajemen sistem
pendidikan, dan kebijakan, dan program-program yang memberikan arah dalam
pencapaian tujuan dan tujuan dari sistem. Secara khusus, sektor ini harus berusaha untuk
menganalisis berikut komponen sistem pendidikan: pengembangan siswa / klien, profil
guru / pelatih, isi kurikulum, bahan ajar, tanaman fisik dan fasilitas, sumber daya
keuangan, kemitraan sekolah-masyarakat dan pengiriman mode. Analisis harus kualitatif
dan kuantitatif di alam. Setelah mengidentifikasi masalah, masalah, kesenjangan,
kekurangan, ancaman, peluang dan kekuatan, kebijakan strategis, tujuan dan sasaran
dapat dirumuskan. Dalam rangka untuk membuat rencana yang lebih berorientasi
keluaran, target yang layak dan realistis harus ditetapkan. Ini dapat dinyatakan dalam hal
indicatorsor measureswhich akhirnya menjadi tolok ukur dari performance.The

aktualisasi tujuan dan target ini tergantung pada kesesuaian program dan proyek yang
dirancang untuk mewujudkan amanat dari rencana. Program-program / proyek / tugas
yang merupakan paket dari tindakan untuk mengatasi berbagai rencana perlu dijabarkan
untuk memastikan pemahaman yang lebih baik dari dasar-dasar dan imperatif aksi.
Elaborasi dapat memberikan perkiraan yang realistis dan akurat dari dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan rencana tersebut. Pelaksanaan rencana sinyal aktualisasi
rencana. Menggunakan berbagai taktik dan strategi, rencana harus memiliki persyaratan
yang jelas dan didefinisikan dengan baik dari referensi sehingga peran dan tanggung
jawab berbagai pelaksana atau pelaku dapat lebih dipahami dan dilaksanakan. Periode
activitiesduringthe pelaksanaan perlu monitoredto menentukan apakah activitiesare
proceedingaccordingto jadwal. Dalam pelaksanaan processof masalah atau hambatan
tertentu akan datang sepanjang jalan yang dapat menyebabkan keterlambatan atau
membatasi pengiriman yang efisien dan efektif dari rencana. Sistem pengawasan yang
efektif harus dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan ini. Hasil yang diharapkan akan
diperoleh dari proses pelaksanaan. Ini harus dinilai dan dievaluasi untuk menentukan efek
atau dampak terhadap target penerima manfaat dan tujuan keseluruhan rencana.
B. PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (EFA) TUJUAN UNTUK TAHUN 2015
Untuk dekade berikutnya dan setengah, tujuan berikut telah ditetapkan dan
disepakati selama Forum Pendidikan Dunia di Dakar, Senegal. Tujuan dan sasaran
lainnya dapat dirumuskan oleh negara-negara anggota masing-masing di samping tujuantujuan umum mencerminkan kondisi unik dan berbeda dan keprihatinan tentang
pendidikan.
Memperluas dan meningkatkan perawatan anak usia dini yang komprehensif dan
pendidikan bagi anak-anak yang paling rentan dan kurang beruntung
Memastikan tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak
dalam keadaan sulit dan mereka belongingto etnis minoritas, memiliki akses ke
dan pendidikan dasar gratis dan wajib lengkap berkualitas baik
Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa
terpenuhi melalui akses yang adil untuk program pembelajaran dan keterampilan
hidup yang tepat
Mencapai peningkatan 50% di tingkat keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015,
especiallyfor perempuan, dan akses yang adil untuk melanjutkan pendidikan dasar
dan untuk semua orang dewasa
Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun
2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam educ tahun 2015 dengan fokus pada
perempuan
Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan
terutama dalam keaksaraan, berhitung dan keterampilan hidup yang penting
C. DIAGNOSIS/ANALISIS SITUASI

Dalam melakukan diagnosis atau analisis situasi, pertanyaan-pertanyaan berikut


dapat menjadi panduan untuk membawa keluar gambar lebih realistis dan komprehensif
sistem pendidikan:
~ Apakah status saat ini dari program EFA? Sejauh mana yang tujuan dan sasaran
dari rencana sebelumnya telah dicapai? Apa yang dianggap sebagai kekuatan,
kelemahan, ancaman dan peluang dari sistem pendidikan.
~ Apa pelajaran dari pengalaman masa lalu kita dalam melaksanakan program ini?
~ Data apa yang diperlukan untuk perencanaan yang tepat dan bagaimana data ini
dikumpulkan?
~ Apa tujuan panjang dan jangka pendek dari program ini?
~ Apa yang harus sifat rencana perspektif makro serta rencana tingkat mikro
untuk mencapai target yang ditentukan?
~ Bagaimana seseorang memastikan bahwa rencana dikembangkan akan memadai
memenuhi kebutuhan dan aspirasi bagian yang kurang beruntung dari populasi?
~ Bagaimana untuk memvisualisasikan skenario alternatif tindakan dalam konteks
tujuan nasional, prioritas dan sumber daya yang tersedia di dalam negeri?
~ Strategi apa memfasilitasi partisipasi masyarakat?
~ Apa saja berbagai sumber dari mana yang dapat memobilisasi sumber daya
keuangan?
~ Apa strategi alternatif diadopsi untuk melaksanakan program?
~ Apa langkah-langkah yang terlibat dalam merumuskan dan melaksanakan
program-program dan proyek-proyek?
~ Bagaimana untuk memastikan aliran informasi?
D. MENGEMBANGKAN RENCANA PERSPEKTIF
Rencananya dapat dibuat sesuai dengan horizon waktu, tingkat / lingkup dan cakupan.
Tubuh perencanaan harus mempertimbangkan persyaratan diproyeksikan dan sumber
daya yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Sebuah lebih banyak waktu dibatasi
tindakan harus ditunjukkan dalam rencana untuk alokasi strategis dan pemikiran yang
lebih baik dari sumber daya.
Jangka panjang dan jangka pendek Rencana
Tingkat makro dan mikro-tingkat Rencana
Perlu untuk Capturinga Disaggregated Picture: geographic allocation, religious
minorities, kelompok etnis, kelompok terbelakang secara ekonomi, dan perbedaan
pria-wanita
E. BERKEMBANG TERPADU PERENCANAAN KERANGKA
Pertimbangkan hal berikut dalam mengembangkan rencana dengan mengintegrasikan
berbagai masalah:
1. Keputusan Kebijakan dan pengaturan sasaran
2. Terpadu perencanaan dan sumber daya mobilisasi
3. Meningkatkan pendaftaran
4. Mencegah / mengurangi drop-out
5. Meningkatkan Kualitas

6. Program-program khusus untuk kelompok yang kurang beruntung


7. Pendidikan non-formal untuk out-of-sekolah anak-anak
8. Fungsional kelas keaksaraan tingkat I, II dan III
9. Pelatihan Keterampilan
10. Pendidikan Melanjutkan
F. PERENCANAAN PROYEK DAN KELANGSUNGAN MANAJEMEN

G. SEBUAH KERANGKA KERJA YANG MEMPERLIHATKAN HUBUNGAN EFA


RENCANA DENGAN RENCANA DAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS LAIN

Inisiatif dari sektor lain, organisasi, dll dapat menjadi masukan untuk Rencana
EFA untuk datang dengan pendekatan yang lebih holistik dan terfokus dalam menangani
masalah EFA. Mekanisme yang layak harus diadopsi untuk mengidentifikasi masalah
umum dan meninggalkan keprihatinan sektor / organisasi masing-masing yang berbeda
dengan mereka.
H. APA PERENCANAAN PENDIDIKAN
Perencanaan pendidikan adalah proses Mempersiapkan seperangkat keputusan
untuk tindakan di masa depan diarahkan mencapai tujuan dengan cara yang optimal.
D Perencanaan pendidikan adalah penentuan sadar tindakan untuk mencapai tujuan praconcieved. Hal ini memutuskan di muka apa yang dilakukan oleh siapa e itu harus
dilakukan, bagaimana itu harus selesai. Ini berkisar dari rinci, spesifik dan kaku dengan
desain yang luas, umum dan fleksibel
I. MENGAPA ADA KEBUTUHAN PERENCANAAN PENDIDIKAN
Dasar untuk mengevaluasi / menilai kinerja sistem pendidikan,efek ekuitas dalam
distribusi dan pemanfaatan sumber daya,untuk peningkatan kualitas,untuk membutuhkan
perubahan, reformasi dan inovasi,memaksimalkan penggunaan sumber daya yang
terbatas,membawa tentang sistem pendidikan yang seimbang, berkorelasi upaya
pendidikan dengan kebijakan nasional,pengembangan keseimbangan baik untuk ekspansi
kuantitatif dan peningkatan kualitatif,memastikan bahwa investasi dalam pendidikan
membawa dividen yang baik atau kembali,meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pelayananpendidikan, mempersempit kesenjangan kekurangan pendidikan,dasar
intervensi yang tepat.

J. TAHAP DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

K. TINDAKAN ATAS SEMUA STRATEGI


Untuk membantu memastikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam rencana yang efisien dan efektif, strategi berikut
dapat diadopsi:
1. Penguatan Komitmen Nasional untuk mempromosikan pendidikan dasar untuk semua
1.1 Penyusunan rencana aksi nasional-.
1.2 Organisasi / daerah nasional Konferensi sub regional dan seminar
2..Meningkatkan Mencapai tidak tercapainya
2.1 Pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan
2.2 Ekuitas Pedesaan / daerah terpencil
2.3 kumuh perkotaan (penghuni liar)
2,4 kelompok khusus (minoritas, kelompok nomaden)
2,5 kelompok Disabled
3. Penggunaan media massa untuk mempromosikan pendidikan dasar
3.1 mobilisasi sosial dan advokasi
3.2 Meningkatkan kesadaran publik - berkampanye
3.3 Persiapan dan distribusi poster, pamflet
4. Mengkonsolidasikan kerjasama antara unit-unit pemerintah daerah, organisasi nonpemerintah

4.1 Mengatur kelompok kerja teknis


4,2 pengembangan proyek Joint dan implementasi
4,3 Terpadu berencana
4.4 Pertukaran pengalaman dan informasi
5. Pembentukan Dewan Penasehat Nasional, Kelompok Kerja Nasional, Kelompok Kerja
Sekretariat, Evaluasi Kelompok Ahli dan Teknis Subkelompok Statistik, Informasi,
Pengolahan dan Database, Keuangan, Analisis dan Pemantauan
L. PROBLEMS DIIDENTIFIKASI OLEH PESERTA SELAMA PELATIHAN
WORKSHOP DILAKUKAN UNTUK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
PEJABAT PERWAKILAN DARI BERBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL DAN
NASIONAL MENURUT EMPAT SASARAN UTAMA DARI EFA
1. Pelayanan Anak Usia Dini dan Pengembangan (ECCD)
a. Dari 1,3 juta anak usia pra-sekolah, hanya 4,2% berpartisipasi dalam ECCD
b. Ada tidak cukup pra-sekolah
c. Miskin kondisi sanitasi dan kebersihan
d. Kekurangan berkualitas / guru terlatih
e. Gaji Rendah guru yang tidak memadai dan
f. rendahnya kualitas materi pelatihan / pembelajaran dll buku, mainan,
g. Tradisional / tua metode kuno pengajaran
h. Tidak adanya pelayanan medis dan gizi
i. Rendahnya tingkat pendapatan keluarga
j. Kurangnya data yang sesuai untuk menggambarkan situasi ECCD
k. fasilitas miskin seperti jamban, pemanasan, olahraga, sistem air
2. Universalisasi Pendidikan Dasar (PDU)
a. Kekurangan ruang kelas, materi pembelajaran
b. kelas bobrok dan mengutuk masih digunakan
c. Tradisional / kuno dan tidak relevan isi kurikulum
d. Kekurangan guru yang berkualitas (sekitar 11 ribu guru berada di bawah
-qualified)
e. Kebutuhan dalam layanan pelatihan guru untuk meningkatkan kompetensimereka
f. Kelangkaan bahan pelatihan guru
g. moral rendahguru karena gaji rendah dan manfaat
h. Kurangnya dana untuk membiayai kegiatan sekolah
i. Rendahnya tingkat pendapatan keluarga
j. Komunikasi yang buruk atau hubungan antara sekolah dan masyarakat
k. keterampilan manajemen yang buruk dari kepala sekolah
l. Kesulitan karena jarak keterpencilan atau jauh dari sekolah
m. Kurangnya higienis / fasilitas sanitasi sekolah
n. ukuran kelas Big, angka putus sekolah yang tinggi, ketidakseimbangan buku: rasio
murid
o. mengajar Usang strategi dan materi pembelajaran
p. kebijakan yang tidak jelas pada penggunaan bahasa dan kategori sekolah
3. Pendidikan pada Gadis/Perempuan

a. kondisi hidup yang buruk dari keluarga; rendahnya partisipasi perempuan di


sekolah
b. tradisi yang ada dan keyakinan yang menghambat perempuan untuk pergi ke
sekolah
c. jumlah besar dari anggota keluarga yang perempuan dewasa dan anak-anak
perempuan diminta untuk mengurus orang-orang muda
d. Kurangnya pengakuan dan motivasi untuk anak perempuan untuk masuk sekunder
sekolah
e. Pernikahan dini di kalangan gadis-gadis
f. Kurangnya kesempatan kerja untuk anak perempuan
g. jarak jauh dari sekolah dan keterpencilan desa
h. Kurangnya dan fasilitas sekolah miskin dimaksudkan untuk anak perempuan
i. Tidak adanya pengalaman belajar untuk pengembangan kepribadian anak
perempuan dan bagaimana menjadi istri atau ibu
4. Pendidikan untuk Kehidupan
a. Kurangnya minat orang tua dan orang dewasa untuk mengikuti program
keaksaraan
b. Kurangnya kebijakan yang jelas pada wajib belajar 9 tahun pendidikan
c. Tidak ada peraturan atau kebijakan yang jelas mengenai siswa putus sekolah
d. Sistem pendidikan non formal ada atau tersedia
e. Tidak adanya data yang dapat dipercaya dan akurat tentang nomor buta aksara
f. Kurangnya kelas malam untuk bekerja dan orang dewasa bekerja non
g. Beberapa kelas non-formal diselenggarakan tetapi tidak ada siswa
h. Kekurangan bahan belajar mandiri
i. Tidak memadai jika tidak fasilitas miskin dari pusat pembelajaran untuk kelas
keaksaraan
j. Ketentuan yang tidak memadai untuk mata pencaharian dan pelatihan keterampilan
lainnya
M. Proposal Plan of Action
Permasalahan dalam ECCD
1. Kekurangan Dana

Penawaran Solusi Permasalahan


1.1 Melibatkan investor asing
1.2 Memanfaatkan budget swasta

2. Kekurangan program pendidikan ECCD

1.3 Pemakaian pajak untuk pendidikan


2.1 Mengembangkan materi belajar

dan

mengajar
2.2 Pelatihan untuk guru dalam rangka
meningkatkan kualitas pre-servise dan in3. Rehabilitasi / perbaikan pra-sekolah

service
3.1 Rekontruksi fasilitas
3.2 Mempersiapkan dan mempublikasi alat dan

bahan belajar mengajar.


3.3 Ketentuan standar kesehatan, sanitasi, dan
4. Buruknya pelayanan kesehatan

nutrisi
4.1 Ketentuan pra-sekolah yang berbasis klinik
dan keluarga

5. Perawatan oleh keluarga

4.2 Ketentuan pelayanan kesehatan


5.1 Memberlakukan pelatihan keluarga secara
masif tentang pentingnya dan keuntungan dari
ECCD
5.2 Sosialisasi secara berkelanjutkan dengan
melibatkan media dan tokoh masyarakat

N. Outline Usulan untuk EFA Plan of Action di Tajikistan, 2002-2015


Introduction
-

Deskripsi secara keseluruhan dari sistem pendidikan di Tajikistan


Struktur organisasi dan managemen sistem pendidikan
Mandat, kebijakan, target, dan tujuan dari pendidikan
Analisis kuantitatif dan kualitatif dari performa secara keseluruhan pada sector sistem
analisis untuk mengidentifikasi kekuatan, kesenjangan, kekurangan dsb

Chapter 1 Early Childhood Care and Development (EDDC)


1.1 Akses dan kesamaan: isu dan permasalahan
1.2 Ketersediaan layanan dalam bidang pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan penyuluhan
keluarga
1.3 Dukungan pemerintah dan swasta
1.4 Prioritas target dan tujuan
1.5 Usulan untuk intervensi dan aksi
Chapter 2 Univesalization of Basic Education
2.1 Akses, kesamaan dan kualitas: isu dan permasalahan.
2.2 Performa sektor pendidikan dasar.
2.3 Prioritas target dan tujuan
2.4 Antisipasi permasalah
Chapter 3 Pendidikan Wanita

3.1 Akses dan kualitas: isu dan permasalahan


3.2 Kekuatan hukum, mekanismu dukungan dan kesempatan
3.3 Masalah yang harus langsung diperhatikan
3.4 Usulan aksi dan pencegahan (program, proyek)
Chapter 4 Pendidikan berkelanjutan
4.1 Kualitas dan relevansi: isu dan permasalahan
4.2 Identifikasi dari penerima manfaat, klien, pelajar (siapa dan dimana)
4.3 Pelayanan dan prakiraan pelatihan yang harus disediakan
4.4 Pelayanan: literatur, penghidupan dan pelatihan pengembangan kemampuan, materi
pembelajaran dan fasilitas
4.5 Kekuatan hukum, kesempatan, dan mekanisme dukungan untuk berkelanjutan
4.6 Fokus dan target
4.7 Antisipasi untuk permasalahan
Chapter 5 Managemen Pendidikan dan EMIS
5.1 Efisiensi, efektivitas, dan pendekatan: isu dan permasalahan
5.2 Managemen sistem sekolah: partisipasi lembaga nasional dan lokal; supervisi dan
kontrol; kebijakan,

perencanaan, dan

perencanaan program,

implementasi,

monitoring, dan evaluasi.


5.3 Sistem pengumpulan data, proses, analisis, pembuatan laporan, penyebaran dan
penggunaannya
5.4 Penguatan dan desentralisasi EMIS
5.5 Tantangan dan target

5.6 Antisipasi untuk permasalahan


Chapter 6 Investasi dan Penggalangan Dana
6.1 Estimasi biaya
6.2 Alokasi dana nasional untuk pendidikan
6.3 Dukungan lembaga lokal
6.4 Kontibusi/inisiatif komunitas, NGOs, dan individu
6.5 Investasi domestik dan internasional: donasi, hibah, beasiswa, kredit/pinjaman

O. Identifikasi Elemen Data dari Partisipan


Siswa/ Pelajar MIS

Jumlah total siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia


Jumlah total siswa berdasarkan kelas
Jumlah total siswa berdasarkan kelas
Jumlah total siswa berdasarkan bahasa sehari-hari
Jumlah shift kelas
Jumlah dropout berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Jumlah siswa mengulang berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Jumlah siswa yang dipromosikan berdasarkan kelas dan jenis kelamin
Jumlah siswa pra-sekolah berdasarkan jenis kelaman dan usia
Jumlah siswa pindahan yang keluar / masuk berdasarkan kelas
Jumlah siswa yang memiliki kekurangan fisik
Jumlah lulusan

Guru/ Instruktur MIS

Jumlah total guru berdasarkan kelas dan jenis kelamin


Jumlah total guru berdasarkan kualifikasi pendidikan (menengah, tinggi)
Jumlah total guru berdasarkan kategori: pedagogi, secondary, high and level, dan

umum
Total jumlah siswa berdasarkan subjek wilayah materi belajar
Total jumlah guru berdasrkan tipe pelatihan
Total jumlah guru berdasarkan sertifikasi per tahun

Jumlah guru pensiun dan dibayar untuk mengajar kembali


Jumlah guru berdasarkan beban mengajar
Jumlah guru full-time dan part-time
Jumlah guru yang mengajar lebih dari 1 mata pelajaran
Jumlah guru berdasarkan tempat tinggal
Jumlah guru pensiun dan meninggalkan profesi mengajar

Kurikulum/pelatihan dan Materi Belajar MIS

Program pelatihan mengacu pada kurikulum


Program yang tersedia berdasarkan kelas
Jumlah mata pelajaran berdasarkan kelas
Jumlah jam mengajar setiap minggu
Pelatihan untuk guru
Kelas tambahan
Materi pilihan
Pelatihan kemampuan pedagogi
Aktivitas komite sekolah
Jumlah buku di perpustakaan berdasarkan mata pelajaran
Jumlah bantuan visual yang disiapkan oleh guru
Media pembelajaran
Jumlah materi pelatihan dan buku berdasarkan bahasa
Ketersediaan rencana pelatihan mandiri untuk guru
Ketersediaan kegiatan ekstrakurikuler
Jumlah materi tambahan berdasarkan mata pelajaran dan kelas
Jumlah guru pemandu berdasarkan mata pelajaran dan kelas
Ketersedian bahan pengujian berdasarkan mata pelajaran dan kelas
Jumlah siswa yang mengikuti ujian
Jumlah siswa yang lolos dan gagal ujian

Fasilitas dan Infrastruktur Sekolah

Tipe sekolah
Managemen sekolah (negeri, swasta)
Akreditasi sekolah
Profil sekolah: tahun didirikan, alamat
Tipe bangunan sekolah: permanen, semi permanen, kayu, daun dll
Area situs sekolah; kepemilikan tanah; dimiliki, donasi, sewa
Jumlah ruangan dan penggunaannya: ruang belajar mengajar, kantor, laboratorium,

perpustakaan, dapur, ruang kesehatan


Ketersediaan fasilitas: pemanas, air, listrik, gas, MCK

Jadwal perawatan dan renovasi sekolah

P. Definisi Istilah
1. Cohort Survival Rate
Persentase siswa terdaftar diawal tahun pembelajaran yang mencapai akhir masa studi.
2. Completion Rate
Persentase siswa terdaftar di awal tahun pembelajaran yang menyelesaikan masa studi.
3. Data
Unit terkecil atau item yang merepresentasikan sebuah fakta, contohnya nama, jenis
kelamin, status, umur, dll.
4. Database
Semua yang berkaitan dengan file yang dikompilasi atau digabungkan kedalam 1 grup.
5. Dropout-Rate
Persentase siswa yang tidak mencapai akhir masa studi atau tidak menyelesaikan masa
studi, dibandingkan dengan jumlah total siswa terdaftar di awal tahun pembelajaran.
6. Graduation-rate
Persentase siswa yang menyelesaikan masa studi dan lulus secara akademik,
dibandingkan dengan jumlah total siswa terdaftar di awal tahun pembelajaran
7. Gross Enrolment Ratio
Total siswa terdaftar di level pendidikan tertentu tanpa memertimbangkan faktor lain.
8. Net Enrollment Ratio/ Participation Rate
Jumlah siswa terdaftar berdasarkan usia spesifik resmi yang menyatakan sebuah
persentase dari total populasi berdasarkan grup usia tersebut
9. Repetition Rate
Persentasi siswa terdaftar di kelas / tahun yang sama, dimana siswa tersebut terdaftar
pada tahun sebelumnya.
10. Retention Rate
Persentase siswa terdaftar di suatu lembaga pendidikan dimana siswa tersebut tetap
berada di lembaga pendidikan yang sama pada tahun berikutnya
11. Teacher-student Ratio
Proporsi guru dan siswa dalam satu institusi
12. Transition Rate
Persentase siswa yang lulus dari satu tingkat pendidikan dan melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai