Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ISU KONTEMPORER PENILAIAN SIKAP ILMIAH DAN KARAKTER


DALAM PEMBELAJARAN IPA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan Pembelajaran IPA SD


” Dengan Dosen Pengampu Dr. Idam Ragil WA, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Retno Anjar Risnawati (S032302021)
Sri Sunarni (S032302025)

PASCASARJANA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk sikap ilmiah dan karakter peserta didik. Sikap ilmiah dan karakter
yang kuat merupakan landasan bagi pembelajaran IPA yang efektif dan dapat
membantu siswa menjadi warga negara yang berintegritas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa dalam upaya mendukung tujuan Pendidikan nasional,
perlu ditanamkan Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran ke dalam diri
anak-anak sebagai peserta didik yang bertujuan antara lain untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik. Salah satunya yakni melalui pembelajaran IPA. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran IPA selain terdapat aspek produk dan proses
juga terdapat aspek sikap (Sayekti, 2002). Saat ini, upaya pemerintah untuk
memaksimalkan pembentukan karakter individu melalui pendidikan karakter
makin gencar dilaksanakan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi. Beberapa upaya untuk mendorong keberhasilan dalam
membangun karakter siswa yaitu: 1) Tersedianya kurikulum dan modul yang
berbasis karakter. 2) Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. 3) Guru yang
kompeten dan berkarakter. 4) Mengimplementasikan pendidikan karakter dalam
pembelajaran seperti pada aspek sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA (Sole &
Anggraeni, 2017).
Namun, dalam era kontemporer ini, isu-isu terkait penilaian sikap ilmiah
dan karakter dalam pembelajaran IPA menjadi semakin kompleks. Penilaian sikap
ilmiah dan karakter bukanlah tugas yang mudah. Hal ini memerlukan pendekatan
yang cermat dan sistematis untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah
mengembangkan sikap ilmiah dan karakter yang diharapkan. Sikap ilmiah
meliputi rasa ingin tahu, jujur, bertanggung jawab, mempunyai sikap disiplin,
sikap ingin menolong, respek, percaya diri, dan bersikap logis. Dan juga sikap
yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan
hasil yang baik pula (Prastutiana, 2018). Sementara karakter melibatkan aspek-
aspek seperti moralitas, agama, dan psikologis (Maemonah Maemonah 2012).
Dalam konteks penilaian sikap ilmiah dan karakter, pendidik perlu
mempertimbangkan berbagai aspek. Wynne Harlen menguraikan Sembilan aspek
sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar yakni sikap
ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap
tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung
jawab, sikap berpikir bebas dan sikap kedisiplinan. Sedangkan, aspek karakter
yang dapat di kembangkan yakni cerdas, jujur, tangguh dan peduli (Sole &
Anggraeni, 2017).
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu
kontemporer penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA, kita
dapat merujuk kepada penelitian yang telah dilakukan oleh ahli pendidikan dan
ilmuwan dalam bidang ini. Pemahaman yang mendalam tentang isu kontemporer
penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA ini akan membantu
kita merancang pendekatan penilaian yang lebih efektif dan bermakna dalam
upaya membentuk siswa yang memiliki sikap ilmiah yang kuat dan karakter yang
baik. Dengan demikian, dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi isu
kontemporer penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah isu kontemporer tentang penilaian sikap ilmiah ?
2. Bagaimanakah isu kontemporer tentang penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
3. Bagaimanakah contoh instrumen sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA?
4. Bagaimanakah contoh instrumen penilaian karakter dalam pembelajaran IPA?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan isu kontemporer tentang penilaian sikap ilmiah dalam
pembelajaran IPA ?
2. Untuk mendeskripsikan isu kontemporer tentang penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
3. Untuk mendeskripsikan contoh instrumen sikap ilmiah dalam pembelajaran
IPA?
4. Untuk mendeskripsikan contoh instrumen penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Isu Kontemporer Tentang Penilaian Sikap Ilmiah
Sikap imiah merupakan suatu proses yang dinamik sehingga media dan
kehidupan seseorang akan mempengaruhinya. Sikap dapat membantu
personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat juga
merusak personal karena adanya perasaan intesitas rasa gagal( Ardiansyah
2020)
Menurut Muslich (2008:26), sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada
pada diri seorang seseorang ketika menghadapi persoalan-persoalan
ilmiah. Sikap ilmiah mengandung dua makna yaitu attitude toward
science dan attitude of science. Attitude toward science merupakan sikap
terhadap sains yang menjadi bagian dari hekekat IPA, sedangkan attitude
of science mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains
Selain itu, sikap ilmiah dapat diartikan juga sebagai cara pandang
seseorang terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode
keilmuan sehingga timbul kecenderungan untuk menerima atau menolak
terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan yang
dimanifestasikan di dalam kognitifnya, emosi, perasaan serta tingkah
lakunya( Ardiansyah : 2020)
Ardiansyah : 2020) Indikator sikap ilmiah dikelompokkan oleh para
ahli, ada tiga ahli menklasifikasikan indikator-indikator sikap ilmiah
yang disarankan dikembangkan di pembelajaran IPA di sekolah dasar
(SD).
Gega(1977)27, menyarankan empat sikap pokok yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada
siswa sekolah dasar yaitu sikap ingin tahu (curiosity), sikap
penemuan (inventiveness), sikap berpikir kritis (critical thinking), dan
sikap teguh pendirian (persistence).Selain itu American Association for
Advancement of Science (AAAS) 1993, mengemukakan empat aspek sikap
ilmiah yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar yaitu kejujuran
(honesty), keingintahuan (curiosity), keterbukaan (open minded), dan
ketidakpercayaan (skepticism).

Harlen(1996) mengemukakan pula pengelompokkan yang lebih lengkap


dan hampir mencakup kedua pengelompokkan yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut, yaitu: (a) sikap ingin tahu, (b) sikap objektif terhadap
data/fakta, (c) sikap berpikir kritis, (d) sikap penemuan dan kreativitas,
(e) sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, (f) sikap ketekunan, dan (g)
sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh
karena dalam pembelajaran sains berkaitan dengan kemampuan, sehingga
menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran. Sikap
mengandung tiga dimensi yakni kepercayaan kognitif, perasaan akfektif atau
evaluatif dan perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Penilaian hasil belajar
Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang
menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga
merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Anwar,dalam handayani:2014 menyebutkan bahwa Sikap ilmiah diukur
dengan bentuk penilaian non tes. Teknik penilaian non-tes yang sering
digunakan adalah pengamatan ( observasi), melakukan wawancara
(interview), menyebarkan angket (kuesioner), dan dokumen (dokumentasi)

Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak menerima


begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet , tekun, dan pantang
menyerah. Selain itu, kemampuan bekerjasama, bertukar pendapat,
mempertahankan pendapat, menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya
dapat juga dilakukan melalui pembelajaran IPA

Pengukuran sikap imiah juga dapat dilakukan dengan berbagai cara di


antaranya observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan penggunaan skala
sikap. Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar psikologi
untuk mengukur sikap di antaranya Skala Diferensiasi Semantik dan Skala
Likert. Petunjuk pengerjaan skala sikap harus selalu disertakan untuk
memudahkan peserta didik mengerjakan, termasuk pernyataan bahwa tidak
ada jawaban benar atau salah dan tidak memberi pengaruh terhadap nilai mata
pelajaran.(anwar :2009)
Model model pembelajaran yang digunakan dalam upaya mengukur sikab
ilmiah pada peserta didik antara lain dengan model inkuiri terbimbing hal ini
seperti yang dikatakan oleh suparno:2007 yaitu Melalui pembelajaran model
inkuiri siswa belajar berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga
siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran, sehingga dengan model tersebut
siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh
(Suparno, 2007: 68).
Selain model diatas model lain yang bisa digunakan untuk mengukur sikab peserta
didik dalam pembelajaran ipa adalah dengan model IA
Adapun isu kontemporer penilaian karakter dalam pembelajaran IPA
adalah sebagai berikut:
1. keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Pada saat mengajar, guru harus
membagi waktu antara penyampaian materi, pemberian tugas dan proses evaluasi.
Hal inilah yang menyulitkan guru dalam melakukan penilaian sikap siswa.
Sebagaimana diketahui bahwa penilaian sikap siswa harus dilakukan secara individu
dan langsung bertatap muka. Sehingga, keterbatasan waktu yang dimiliki menjadi
penghambat bagi guru.
2. jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas. Guru harus mengamati 30 siswa
dalam sekali pertemuan. Sehingga, guru harus benar-benar membagi waktunya.
Guru yang hanya berjumlah satu orang harus mengamati 30 siswa dalam waktu yang
bersamaan. 3. guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum memiliki sikap yang
baik. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang belum mencapai sikap yang
baik lebih acuh dalam pembelajaran. Sehingga, guru harus lebih bekerja keras dalam
memberikan motivasi kepada siswa tersebut.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru melakukan beberapa tindakan, yaitu
guru melakukan konsultasi dengan guru lainnya (guru di kelas sebelumnya) yang
sudah mengetahui banyak tentang siswa. Sehingga, guru mendapatkan informasi
yang rinci mengenai sikap siswa. Selain itu, guru juga melakukan kerjasama dengan
orang tua. Khususnya siswa yang memiliki sikap yang belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Siswa yang lebih tertutup dan tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan
orang tua dilakukan agar anak bisa mendapatkan bimbingan langsung dari kedua
belah pihak, baik guru maupun orang tua.

B. Isu Kontemporer Tentang Penilaian Karakter dalam Pembelajaran IPA


Isu merupakan permasalahan yang belum terselesaikan sehingga perlu
keputusan cepat untuk mengatasinya. Isu adalah sebuah kondisi atau peristiwa,
baik yang jika berlanjut akan memberi efek signifikan pada fungsi, performa, atau
pada kepentingan organisasi di masa datang (Kustiawati et al., 2019). Isu
kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang atau
menjadi trending topik pada saat ini jadi solusi penyelesaiannya harus sesuai
dengan masa sekarang yaitu masa modern (Wasiyem et al., 2023).
Adapun isu kontemporer penilaian karakter dalam pembelajaran IPA
adalah sebagai berikut:
1. Guru belum menerapkan instrumen penilaian karakter
Menurut Gaol et al. bahwa instrumen penilaian karakter khususnya
percaya diri belum tersedia di lapangan yang menyebabkan penilaian
karakter belum dapat dilakukan (Lestari & Harjono, 2021). Guru belum
menerapkan instrumen penilaian karakter dalam pembelajaran IPA (Rohmah et
al., 2022). Begitu pula, guru belum melakukan penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA karena belum dapat mengembangkan instrumen penilaian
karakter. Selama ini guru hanya menilai hasil belajar siswa dari segi kognitif dan
psikomotor saja (Paulina et al., 2014).
2. Guru kesulitan untuk menyusun instrumen penilaian karakter
Kendala guru dalam menyusun penilaian karakter dalam pembelajaran
IPA, yaitu kurangnya pemahaman dalam merancang penilaian non-tes, misalnya
penilaian untuk mengukur berbagai keterampilan peserta didik dan kesulitan
dalam membuat rubrik penilaian karakter (Ulfah et al., 2021). Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Zuliani et al. bahwa guru masih kesulitan untuk
menyusun instrumen penilaian pendidikan karakter (Lestari & Harjono, 2021).
Guru melakukan penilaian karakter tanpa mengembangkan instrumen secara
mandiri, akan tetapi hanya menggunakan instrumen penilaian sikap yang ada di
dalam buku guru. Beberapa guru mengembangkan instrmen penilaian
mengacu pada penilaian sikap yang ada di dalam buku guru dan cenderung
melakukan penilaian karakter menggunakan tabel pengamatan sikap bukan
instrumen khusus untuk menilai karakter. Pada beberapa kegiatan
pembelajaran guru dituntut untuk mengembangkan instrumen penilaian
karakter secara mandiri dikarenakan pada buku guru tidak terdapat penilaian
sikap. Akan tetapi pada kenyataannya guru cenderung memilih untuk
melaksanakan penilaian sesuai apa yang ada di buku guru, tanpa
menambahkan instrumen penilaian karakter (Lestari & Harjono, 2021).
3. Guru kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian karakter
Guru masih kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian karakter
dalam pembelajaran (Ulfah et al., 2021). Pelaksanaan penilaian karakter telah
dilakukan meskipun belum maksimal. Dalam pelaksanaannya guru
menggunakan instrumen penilaian yang ada di dalam buku guru. Guru
cenderung mengikuti instrumen penilaian yang sudah ada di buku guru dan
menggunakannya untuk menilai karakter siswa meskipun belum mencakup
seluruh aspek sikap yang ada dalam karakter Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) (Lestari & Harjono, 2021). Guru mengalami kesulitan untuk memberikan
kategori ini. Selain itu, guru tidak mengerti indikator yang menjadi tolak ukur
penilaian tentang aspek-aspek yang harus diberikan penilaian (Purawan, 2013).
Guru mengalami kesulitan untuk memberikan kategori penilaian karena tidak
memiliki kriteria untuk menetapkan kategori ini serta indikator yang menjadi
tolak ukur penilaian tentang aspek-aspek yang harus diberikan penilaian
(Khairunnisa et al., 2013).
C. Contoh Instrumen Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran IPA
Pengukuran sikap ilmiah siswa sekolah dasar dapat didasarkan pada
pengelompokan sikap sebagai dimensi atau aspek sikap yang selanjutnya
dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga
memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah.
Berikut ini contoh penilaian sikap yang dibuat oleh guru dan dicantumkan dalam
RPP.
Tabel . Format Penilaian Sikap
NO Sikab Belum Mulai Mulai Membudaya ket
terlihat Terlihat berkembang (5)
(1) (2) (3)

1 Sikab
ingin tahu
2 Sikap
Objektif
Terhadap
Data/Fakta
3 Sikap
Berpikir
Kritis
4. Sikap
Berpikiran
Terbuka
5. Sikap
Kerjasama

Contoh tabel penilaian sikab ilmiah dengan sub variable


Sikap ingin tahu ditandai dengan tingginya minat dan keingintahuan anak
terhadap setiap perilaku alam di sekitarnya (Usman Samatowa, 2010: 97). Sikap
ingin tahu dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu: (1) mengamati objek atau
peristiwa yang aneh, baru, dan menarik baginya; (2) mengajukan pertanyaan pada
guru apabila belum memahami materi yang sedang dibahas atau hal lain yang
ingin diketahuinya terkait materi yang dipelajari; (3) aktif mencari informasi yang
dibutuhkan dari buku pegangan atau sumber lainnya; (4) memperhatikan dengan
sungguh-sungguh penjelasan dari guru; dan (5) antusias dalam mengikuti
pembelajaran IPA
Nilai
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Sikab ingin tahu a. mengamati objek atau
peristiwa yang aneh,
baru, dan menarik
baginya;
b. mengajukan pertanyaan
pada guru
c. aktif mencari informasi
d. memperhatikan dengan
sungguh-sungguh
e. antusias dalam
mengikuti pembelajaran
IPA

D. Contoh Instrumen Penilaian Karakter Dalam Pembelajaran IPA


Penilaian diartikan sebagai tolak ukur siswa setelah melakukan dan
menerima materi yang telah dipelajari. Penilaian ini bisa dilakukan secara tes
maupun nontes. Karakter itu sendiri diartikan sebagai sebagai sifat manusia yang
bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Sedangkan karakter IPA diartikan
sebagai sebuah karakter yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungan, karakter IPA itu meliputi karakter rasa ingin tahu, mandiri, kreatif,
jujur, percaya diri, dan tanggung jawab (Rohmah, 2022).
1. Karakter rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda. Bagi
Sebagian orang, Rasa ingin tahu bisa dianggap penting dan menjadi sebuah
kebutuhan. Namun bagi sebagian lagi, Rasa Ingin Tahu ini hanya dianggap
sebagai sikap biasa saja. Menurut Carin rasa ingin tahu didefinisikan sebagai
keinginan dan kebutuhan seseorang untuk memperoleh jawaban dari suatu
pertanyaan atau hal-hal yang menimbulkan keingintahuan yang mendalam.
Dimensi rasa ingin tahu memiliki beberapa indikator diantaranya meliputi
indikator (1) antusias mencari jawaban, (2) perhatian pada objek yang diamati, (3)
antusias pada proses sains dan (4) menanyakan setiap langkah kegiatan
(Khumaedi & Rusilawati, 2016).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter rasa ingin tahu dalam
pembelajaran IPA (Khumaedi & Rusilawati, 2016).
Nilai
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Rasa ingin tahu f. Antusias mencari
jawaban
g. Perhatian pada objek
yang diamati
h. Antusias pada proses
IPA
i. Menanyakan setiap
langkah kegiatan
2. Karakter mandiri
Karakter mandiri merupakan sikap yang tidak bergantung kepada orang
lain. Menurut Kusuma mandiri merupakan sikap perilaku seseorang individu yang
tidak mudah bergantung kepada orang lain sekitarnya. Menurut Maimunnah arti
kemandirian yaitu kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan suatu
hal sampai tuntas tanpa bantuan dari pihak manapun (Suhadah et al., 2020).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter rasa ingin tahu dalam
pembelajaran IPA (Sitepu, 2022).
Skor Penilaian
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Mandiri a. Mengatur waktu dengan
efektif
b. Kreatif dan inovatif
c. Komunikasi yang baik
d. Mampu menyelesaikan
tugas dan tanggung jawab.
Keterangan:
 Jika nilai mandiri empat-empanya sangat sering dilaksanakan maka diberi
skornya empat.
 Jika hanya tiga yang sering dilaksanakan dari nilai mandiri maka diberi
skornya tiga.
 Jika nilai mandirinya hanya dua atau kadang-kadang saja dilaksanakan maka
diberi dua skornya.
 Jika hanya satu atau tidak pernah melaksanakan nilai mandiri sama sekali
maka diberi skor satu.
3. Karakter kreatif
Karakter kreatif merupakan salah satu karakter yang dapat dikembangkan
melalui proses pembelajaran IPA karena siswa harus memiliki karakter berpikir
yang fleksibel dalam pemecahan masalah, yang merupakan aspek karakter
kreatif (Sumarli et al., 2022).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter kreatif dalam pembelajaran
IPA, adalah:
No Faktor Indikator Rubrik Skor
.
1 Keterampilan Memberikan jawaban Siswa dapat menjawab 5
berpikir atau gagasan dengan soal dengan tepat.
lancar benar atas pertanyaan Disertai penjelasan
yang diajukan. Siswa menjawab 3
dengan jawaban
yang salah disertai
penjelasan
Siswa menjawab 1
dengan jaywaban
yang salah dan tidak
disetrai
penjelasan
2 Keterampilan Menghasilkan Siswa memberikan 5
berpikir Luwes jawaban yang jawaban
bervariasi dengan bervariasi dengan sudut
sudut pandang yang pandang
berbeda yang berbeda dengan
jawaban yang
tepat.
Siswa memberikan 3
jawaban
bervariasi dengan sudut
pandang
yang berbeda dengan
jawaban yang
kurang tepat
Siswa memberikan 1
jawaban
bervariasi dengan sudut
pandang
yang berbeda dengan
jawaban yang
tidak tepat.
3 Keterampilan Dapat memberikan Dapat memberikan 5
berpikir jawaban menurut jawaban menurut
orisinil pemikirannya sendiri pemikirannya sendiri
Siswa menjawab soal 3
dengan bahasa
dan hasil pemikiranya
sendiri namun
jawabannya tepat
Siswa menjawab soal 1
bukan dari
bahasa dan bukan hasil
pemikiranya
sendiri serta jawabanya
tidak tepat
4 Keterampilan Dapat memperinci Siswa dapat menjawab 5
memperinci/ suatu gagasan atau soal dengan
mengelaborasi. jawaban sehingga rinci dan jawabannya
lebih jelas tepat
Siswa dapat menjawab 3
soal dengan
tidak rinci dan
jawabannya tepat
Siswa menjawab soal 1
tidak rinci dan
jawabannya tidak tepat
5 Keterampilan Siswa dapat menjawab 5
menilai(meng soal dengan
evaluasi) tepat.
Siswa menjawab soal 3
dengan tepat
namun dari sudut
pandang orang
lain
Siswa menjawab dari 1
sudut pandang
orang lain dan
jawabannya salah.

4. Karakter jujur
Jujur adalah seseorang dalam hal ini khususnya siswa selalu berusaha
untuk menjadikan dirinya sebagai seorang siswa yang selalu dapat dipercaya baik
perkataan, tindakan maupun pekerjaannya. Kejujuran seseorang siswa dapat
dilihat melalui perkataan, Tindakan maupun pekerjaannya dalam kehidupan
sehari-harinya baik disekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Perkataan seorang siswa yang jujur dapat dipercaya karena perkataanya sesuai
dengan kenyataan yang terjadi.Tindakan dan pekerjaan seorang siswa yang jujur
selalu dilakukan sesuai aturan dan tidak melakukan kecurangan.Kejujuran siswa
juga dapat dilihat pada saat mengerjakan tugas tugas yang diberikan oleh guru dan
juga pada saat ujian. Sedangkan menurut Mustari, jujur bermakna keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Ada beberapa tingkatan kejujuran,
demikian Kong Fu Tse: (1) Li, ingin tampak benaruntuk kemampuan pribadi; (2)
Yi, mengatakan apa yang benar atas dasar bahwa kita akan diperlakukan secara
sama; (3) Ren, berdasarkan bentuk yang paling mulia dari empati terhadap yang
lain yang berbeda dari kita baik secara umur, jenis kelamin, budaya, pengalaman,
keluarga, dan sebagainya. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan yang ada pada batinnya (Riantoni, 2020).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter jujur dalam pembelajaran
IPA (Maryani et al., 2021).
Skor Penilaian
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Jujur dalam a. Mengerjakan soal atau
mengikuti ulangan secara mandiri
pembelajaran b. Menyampaikan informasi
di sekolah apa adanya.
c. Mengembalikan atau
menyerahkan barang
yang di pinjam atau
ditemukan

d. Mengakui kesalahan yang


dilakukan.

5. Karakter percaya diri


Rasa percaya diri adalah perasaan mampu untuk melakukan sesuatu
(William, 2002). Namun sebenarnya percaya diri itu bukan sekedar perasaan
mampu tetapi sebuah keyakinan kuat bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Rasa
percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri, yakin atas kemampuan mereka
sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan Ketika harapan mereka
tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Rasa
percaya diri berkaitan dengan sikap mental yang membuat seseorang yakin pada
dirinya bahwa ia mampu melakukan atau berbuat sesuatu. Orang yang percaya
diri memiliki konsep diri positif, memiliki keyakinan yang kuat pada dirinya, dan
memiliki pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimilikinya. Jadi,
percaya diri itu adalah kombinasi antara sikap mental dan pemilikan kemampuan.
Ini artinya orang yang memiliki rasa percaya diri itu bukan hanya ‘merasa’
mampu tetapi orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan
pengalaman dan perhitungannya (Priyatni, 2013).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter percaya diri dalam
pembelajaran IPA.
Skor Penilaian
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Percaya diri a. Siswa berani dalam
dalam menetapkan hasil
mengikuti percobaan.
percobaan di b. Siswa tidak terpengaruh
sekolah hasil percobaan
kelompok lain.
c. Siswa tidak meniru
jawaban teman.
d. Siswa berani mencoba
alat percobaan.

6. Karakter tanggung jawab


Karakter tanggung jawab merupakan karakter yang harus ada di dalam
diri siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung jawab
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal,
boleh dituntut, dipersalah-kan, diperkarakan dsb. Menurut Narwanti dalam
tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang
Maha Esa (Ardila et al., 2017).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter tanggung jawab dalam
pembelajaran IPA.
Skor Penilaian
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Tanggung a. Masuk kelas tepat waktu.
jawab dalam b. Menjaga kebersihan kelas
mengikuti c. Aktif mengikuti pembela-
pembelajaran jaran IPA
di sekolah d. Keaktifan mengerjakan
tugas.
e. Aktif belajar di rumah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh
karena dalam pembelajaran sains berkaitan dengan kemampuan, sehingga
menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran. Sikap
mengandung tiga dimensi yakni kepercayaan kognitif, perasaan akfektif atau
evaluatif dan perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Penilaian hasil belajar
Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang
menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga
merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Adapun isu kontemporer penilaian karakter dalam pembelajaran IPA adalah
sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru.
2. Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas.
3. Guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum memiliki sikap yang
baik. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang belum mencapai sikap
yang baik lebih acuh dalam pembelajaran. Sehingga, guru harus lebih bekerja
keras dalam memberikan motivasi kepada siswa tersebut.

Adapun isu kontemporer penilaian karakter dalam pembelajaran IPA adalah


sebagai berikut:
1. Guru belum menerapkan instrumen penilaian karakter
2. Guru kesulitan untuk menyusun instrumen penilaian karakter
3. Guru kesulitan dalam mengimplementasikan penilaian karakter
Instrument yang di gunakan untuk penilian sikab dan karakter adalah dengan
rubrik penuilai sikab, baiksecara mandiri ataupun oleh guru
.
B. Saran
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi
guru dalam penilaian sikab dan karakter bisa berikan solusi dengan rubrik
penilaian sibab dan karakter dengan pemberin rubrik baik secara mandiri
ataupun oleh observer dengan terlebih dahulu melakukan persiapan secara
matang
DAFTAR PUSTAKA

Ardila, Risma Mila, Nurhasanah, And Moh Salimi. 2017. “Pendidikan Karakter
Tanggung Jawab Dan Pembelajarannya Di Sekolah.” Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Pendidikan, 79–85.
Ardiansyah,Arda.2020." Peran Orang Tua Dalam Proses Belajar Anak Di Masa
Pandemi Covid-19 Dalam Menumbuhkan Sikap Ilmiah " Jurnal musawa
140-146

Arnidha, Yunni, And Fatahillah Fatahillah. 2021. “Membentuk Karakter Logis,


Kritis, Kreatif Dan Inovatif Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Saintifik.” Jurnal E-Dumath 7 (1): 35–41.
Https://Doi.Org/10.52657/Je.V7i1.1359.
Anwar,2009. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains.Jurnal Pelangi
Ernawati Khumaedi Ani Rusilawati, Duwi Nuvitalia Siti Patonah. 2016. “Dimensi
Rasa Ingin Tahu Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Berbantuan Alat Perga
Penjernihan Air.” Phenomenon : Jurnal Pendidikan Mipa 6 (2): 10–17.
Https://Doi.Org/10.21580/Phen.2016.6.2.1077.
Handayan.2014 Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Dengan Model Project Based
Learning Di Kelas Viii A Smp Negeri 8 Muaro Jambi. Universitas Jambi.
Khofifatun Rohmah, Nur Ngazizah, And Titi Anjarini. 2022. “Mengembangkan
Penilaian Karakter Sains Siswa Berbasis Metode Ilmiah Pada Kelas Iv
Sekolah Dasar.” Cendekia: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan 2
(4): 52–59. Https://Doi.Org/10.55606/Cendikia.V2i4.449.
Kustiawati, Kiki, Aan Setiadarma, And Anjang Priliantini. 2019. “Strategi Public
Relations Dalam Manajemen Isu Keamanan Pangan Di Pizza Hut
Indonesia.” Jurnal Komunika : Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika
8 (1): 53. Https://Doi.Org/10.31504/Komunika.V8i1.1876.
Maemonah Maemonah. 2012. “Aspek-Aspek Dalam Pendidikan Karakter.”
Forum Tarbiyah 10 (1).
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/135140-Id-Aspek-Aspek-
Dalam-Pendidikan-Karakter.Pdf.
Maryani, Maryani, Pardimin Pardimin, And Ari Setiawan. 2021. “Pengembangan
Instrumen Penilaian Sikap Kejujuran Siswa Sekolah Dasar Kecamatan
Wadaslintang.” Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan 9 (2): 107–20. Https://Doi.Org/10.30738/Wd.V9i2.11512.
Riantoni, Cicynarip Nurrahman. 2020. “Analisis Tingkat Hubungan Karakter
Jujur Siswa Terhadap Hasil Belajar Ipa Terpadu.” Jpe (Jurnal Pendidikan
Edutama) 7 (2). Http://Ejurnal.Ikippgribojonegoro.Ac.Id/Index.Php/Jpe.
Sayekti, Ika Candra. 2002. “Peran Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dalam
Membangun Karakter Anak.” Prosiding Seminar Nasional Dan Call For
Papers, No. 23: 218–26.
Sole, Ferdinandus Bele, And Desak Made Anggraeni. 2017. “Pengembangan
Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Sains Siswa Sekolah Dasar (Sd) Berbasis
Pendidikan Karakter.” Jurnal Penelitian Pendidikan Ipa 3 (2).
Https://Doi.Org/10.29303/Jppipa.V3i2.111.
Suhadah, Rahmawati, M. Dahlan R, Muhammad Fahri. 2020. “Implementasi
Pembelajaran Ipa Dalam Membangun Karakter Religius Dan Mandiri Siswa
Kelas V Di Sd/Mi.” Vox Edukasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 12 (2):
145 – 156. Http://Jurnal.Stkippersada.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Vox.
Sumarli, Sumarli, Insan Suwanto, And Wiwit Wiwit. 2022. “Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas V Sd Pada Tema Ekosistem Ditinjau Dari Tipe
Kepribadian.” Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 7 (2): 208–
24.
Tri Priyatni, Endah. 2013. “Internalisasi Karakter Percaya Diri Dengan Teknik
Scaffolding.” Jurnal Pendidikan Karakter 4 (2): 164–73.
Https://Doi.Org/10.21831/Jpk.V2i2.1437.
Wasiyem., Kalsum, U., Syahri, P., Abdi, W. T., Darussalim., Iskandar, T. 2023.
Isu-Isu Kontemporer. Jambi: Pt. Sonpedia Publishing Indonesia.
Winda Prastutiana. 2018. “Pengembangan Modul Berorientasi Poe
(Predict,Observe,Explain) Pada Materi Jamur Untuk Meningkatkan Sikap
Ilmiah Peserta Didik Di Sma Negeri 15 Bandar Lampung.” Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Purawan, W.Sudrajad, H.Nor, M. 2013. “Pengembangan Instrumen Penilaian
Karakter Secara Otentik Pada Pembelajaran Fisika Smp.” Universitas Riau.
Untari, R. 2023. “Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ipa Kelas
V Mi Badrissalam Sukorejo Musuk Boyolali Tahun Ajaran 2022/2023.”
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Yuni Zuhera, Sy. Habibah, Mislinawati:2017 “ Kendala Guru Dalam Memberikan
Penilaian Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 Di SD Negeri 14 Banda Aceh” Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Unsyiah

Anda mungkin juga menyukai