Disusun Oleh :
Kelompok 2
Retno Anjar Risnawati (S032302021)
Sri Sunarni (S032302025)
SURAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk sikap ilmiah dan karakter peserta didik. Sikap ilmiah dan karakter
yang kuat merupakan landasan bagi pembelajaran IPA yang efektif dan dapat
membantu siswa menjadi warga negara yang berintegritas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan bahwa dalam upaya mendukung tujuan Pendidikan nasional,
perlu ditanamkan Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran ke dalam diri
anak-anak sebagai peserta didik yang bertujuan antara lain untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik. Salah satunya yakni melalui pembelajaran IPA. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran IPA selain terdapat aspek produk dan proses
juga terdapat aspek sikap (Sayekti, 2002). Saat ini, upaya pemerintah untuk
memaksimalkan pembentukan karakter individu melalui pendidikan karakter
makin gencar dilaksanakan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi. Beberapa upaya untuk mendorong keberhasilan dalam
membangun karakter siswa yaitu: 1) Tersedianya kurikulum dan modul yang
berbasis karakter. 2) Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. 3) Guru yang
kompeten dan berkarakter. 4) Mengimplementasikan pendidikan karakter dalam
pembelajaran seperti pada aspek sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA (Sole &
Anggraeni, 2017).
Namun, dalam era kontemporer ini, isu-isu terkait penilaian sikap ilmiah
dan karakter dalam pembelajaran IPA menjadi semakin kompleks. Penilaian sikap
ilmiah dan karakter bukanlah tugas yang mudah. Hal ini memerlukan pendekatan
yang cermat dan sistematis untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah
mengembangkan sikap ilmiah dan karakter yang diharapkan. Sikap ilmiah
meliputi rasa ingin tahu, jujur, bertanggung jawab, mempunyai sikap disiplin,
sikap ingin menolong, respek, percaya diri, dan bersikap logis. Dan juga sikap
yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan
hasil yang baik pula (Prastutiana, 2018). Sementara karakter melibatkan aspek-
aspek seperti moralitas, agama, dan psikologis (Maemonah Maemonah 2012).
Dalam konteks penilaian sikap ilmiah dan karakter, pendidik perlu
mempertimbangkan berbagai aspek. Wynne Harlen menguraikan Sembilan aspek
sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar yakni sikap
ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap
tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung
jawab, sikap berpikir bebas dan sikap kedisiplinan. Sedangkan, aspek karakter
yang dapat di kembangkan yakni cerdas, jujur, tangguh dan peduli (Sole &
Anggraeni, 2017).
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu
kontemporer penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA, kita
dapat merujuk kepada penelitian yang telah dilakukan oleh ahli pendidikan dan
ilmuwan dalam bidang ini. Pemahaman yang mendalam tentang isu kontemporer
penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA ini akan membantu
kita merancang pendekatan penilaian yang lebih efektif dan bermakna dalam
upaya membentuk siswa yang memiliki sikap ilmiah yang kuat dan karakter yang
baik. Dengan demikian, dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi isu
kontemporer penilaian sikap ilmiah dan karakter dalam pembelajaran IPA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah isu kontemporer tentang penilaian sikap ilmiah ?
2. Bagaimanakah isu kontemporer tentang penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
3. Bagaimanakah contoh instrumen sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA?
4. Bagaimanakah contoh instrumen penilaian karakter dalam pembelajaran IPA?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan isu kontemporer tentang penilaian sikap ilmiah dalam
pembelajaran IPA ?
2. Untuk mendeskripsikan isu kontemporer tentang penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
3. Untuk mendeskripsikan contoh instrumen sikap ilmiah dalam pembelajaran
IPA?
4. Untuk mendeskripsikan contoh instrumen penilaian karakter dalam
pembelajaran IPA?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Isu Kontemporer Tentang Penilaian Sikap Ilmiah
Sikap imiah merupakan suatu proses yang dinamik sehingga media dan
kehidupan seseorang akan mempengaruhinya. Sikap dapat membantu
personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat juga
merusak personal karena adanya perasaan intesitas rasa gagal( Ardiansyah
2020)
Menurut Muslich (2008:26), sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada
pada diri seorang seseorang ketika menghadapi persoalan-persoalan
ilmiah. Sikap ilmiah mengandung dua makna yaitu attitude toward
science dan attitude of science. Attitude toward science merupakan sikap
terhadap sains yang menjadi bagian dari hekekat IPA, sedangkan attitude
of science mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains
Selain itu, sikap ilmiah dapat diartikan juga sebagai cara pandang
seseorang terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode
keilmuan sehingga timbul kecenderungan untuk menerima atau menolak
terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan yang
dimanifestasikan di dalam kognitifnya, emosi, perasaan serta tingkah
lakunya( Ardiansyah : 2020)
Ardiansyah : 2020) Indikator sikap ilmiah dikelompokkan oleh para
ahli, ada tiga ahli menklasifikasikan indikator-indikator sikap ilmiah
yang disarankan dikembangkan di pembelajaran IPA di sekolah dasar
(SD).
Gega(1977)27, menyarankan empat sikap pokok yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada
siswa sekolah dasar yaitu sikap ingin tahu (curiosity), sikap
penemuan (inventiveness), sikap berpikir kritis (critical thinking), dan
sikap teguh pendirian (persistence).Selain itu American Association for
Advancement of Science (AAAS) 1993, mengemukakan empat aspek sikap
ilmiah yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar yaitu kejujuran
(honesty), keingintahuan (curiosity), keterbukaan (open minded), dan
ketidakpercayaan (skepticism).
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru melakukan beberapa tindakan, yaitu
guru melakukan konsultasi dengan guru lainnya (guru di kelas sebelumnya) yang
sudah mengetahui banyak tentang siswa. Sehingga, guru mendapatkan informasi
yang rinci mengenai sikap siswa. Selain itu, guru juga melakukan kerjasama dengan
orang tua. Khususnya siswa yang memiliki sikap yang belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Siswa yang lebih tertutup dan tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan
orang tua dilakukan agar anak bisa mendapatkan bimbingan langsung dari kedua
belah pihak, baik guru maupun orang tua.
1 Sikab
ingin tahu
2 Sikap
Objektif
Terhadap
Data/Fakta
3 Sikap
Berpikir
Kritis
4. Sikap
Berpikiran
Terbuka
5. Sikap
Kerjasama
4. Karakter jujur
Jujur adalah seseorang dalam hal ini khususnya siswa selalu berusaha
untuk menjadikan dirinya sebagai seorang siswa yang selalu dapat dipercaya baik
perkataan, tindakan maupun pekerjaannya. Kejujuran seseorang siswa dapat
dilihat melalui perkataan, Tindakan maupun pekerjaannya dalam kehidupan
sehari-harinya baik disekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Perkataan seorang siswa yang jujur dapat dipercaya karena perkataanya sesuai
dengan kenyataan yang terjadi.Tindakan dan pekerjaan seorang siswa yang jujur
selalu dilakukan sesuai aturan dan tidak melakukan kecurangan.Kejujuran siswa
juga dapat dilihat pada saat mengerjakan tugas tugas yang diberikan oleh guru dan
juga pada saat ujian. Sedangkan menurut Mustari, jujur bermakna keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Ada beberapa tingkatan kejujuran,
demikian Kong Fu Tse: (1) Li, ingin tampak benaruntuk kemampuan pribadi; (2)
Yi, mengatakan apa yang benar atas dasar bahwa kita akan diperlakukan secara
sama; (3) Ren, berdasarkan bentuk yang paling mulia dari empati terhadap yang
lain yang berbeda dari kita baik secara umur, jenis kelamin, budaya, pengalaman,
keluarga, dan sebagainya. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan yang ada pada batinnya (Riantoni, 2020).
Berikut contoh instrumen penilaian karakter jujur dalam pembelajaran
IPA (Maryani et al., 2021).
Skor Penilaian
Tanggal Sub Variabel Aspek Yang Diamati
4 3 2 1
Jujur dalam a. Mengerjakan soal atau
mengikuti ulangan secara mandiri
pembelajaran b. Menyampaikan informasi
di sekolah apa adanya.
c. Mengembalikan atau
menyerahkan barang
yang di pinjam atau
ditemukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh
karena dalam pembelajaran sains berkaitan dengan kemampuan, sehingga
menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran. Sikap
mengandung tiga dimensi yakni kepercayaan kognitif, perasaan akfektif atau
evaluatif dan perilaku seseorang terhadap obyek sikap. Penilaian hasil belajar
Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang
menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga
merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Adapun isu kontemporer penilaian karakter dalam pembelajaran IPA adalah
sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru.
2. Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas.
3. Guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum memiliki sikap yang
baik. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang belum mencapai sikap
yang baik lebih acuh dalam pembelajaran. Sehingga, guru harus lebih bekerja
keras dalam memberikan motivasi kepada siswa tersebut.
Ardila, Risma Mila, Nurhasanah, And Moh Salimi. 2017. “Pendidikan Karakter
Tanggung Jawab Dan Pembelajarannya Di Sekolah.” Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Pendidikan, 79–85.
Ardiansyah,Arda.2020." Peran Orang Tua Dalam Proses Belajar Anak Di Masa
Pandemi Covid-19 Dalam Menumbuhkan Sikap Ilmiah " Jurnal musawa
140-146