Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM

MEMAHAMI KONSEP SUPRIMUM DAN INFIMUM


Annisa Mahendra1), Limutia Dilla2), Arnellis3)
1,2,3
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan self-efficacy mahasiswa FMIPA UNP dalam
memecahkan masalah soal suprimum dan infimum. Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan
pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 8 mahasiswa matematika FMIPA UNP. Instrumen yang
digunakan berupa angket self-efficacy. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek magnitude (Tingkat kesulitan tugas)
mahasiswa termasuk pada kategori positif, pada aspek strength (Tingkat kuat atau lemahnya keyakinan)
mahasiswa termasuk pada kategori positif dan pada aspek generality (Penguasaan bidang atau tugas
pekerjaan) mahasiswa termasuk pada kategori positif. Ini merupakan modal penting untuk memperoleh
hasil belajar yang lebih baik, karena keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan sesuatu tugas
tertentu akan mempengaruhi keberhasilannya menyelesaikan tugas tersebut.
Kata kunci: Analisis Self-Efficacy; Suprimum dan Infimum

Abstrak
This study aims to describe the self-efficacy of FMIPA UNP students in solving suprimum and infimum
problems. This research includes survey research with a qualitative approach. The subjects of the study
were 8 mathematics students of FMIPA UNP. The instrument used is a self-efficacy questionnaire. The
data collection method used is the questionnaire method. The results showed that in the aspect of
magnitude (level of difficulty of the task) students were included in the positive category, in the aspect
of strength (level of strength or weakness of confidence) students were included in the positive category
and in the aspect of generality (mastery of the field or work tasks) students were included in the positive
category. This is an important capital for obtaining better learning outcomes, because a person's belief
that he is able to do a certain task will affect his success in completing the task.
Keywords: Self-Efficacy Analysis; Suprimum and Infimum

1. PENDAHULUAN
Analisis real merupakan mata kuliah wajib yang diberikan di program studi Matematika
maupun pendidikan Matematika di sebuah perguruan tinggi. Mata kuliah ini biasanya memiliki
bobot 3 sks atau 4 sks bergantung pada profil lulusan yang diharapkan dari sebuah program
studi. Mata kuliah analisis real terdiri dari beberapa materi antara lain: 1) Sifat Terurut, 2)
Suprimum dan Infimum, 3) Nilai Mutlak, 4) Sifat Aljabar, dan 5) Sifat Kelengkapan. Materi
suprimum dan infimum analisis real tergolong memiliki tingkat abstraksi yang tinggi jika
dibandingkan dengan mata kuliah yang lain di Program Studi Pendidikan matematika
Universitas Negeri Padang (UNP). Oleh sebab itu, pemahaman mahasiswa terhadap mata
kuliah ini tergolong rendah. Ini disebabkan kurangnya rasa percaya diri mahasiswa dalam
menyelesaikan persoalan mengenai suprimum dan infimum. Karena keraguan ini, membuat
mahasiswa kurang mampu memberikan solusi yang baik dan tepat. Jika ini dibiarkan maka
akan berakibat terhambatnya perkuliahan mahasiswa dan tentunya mahasiswa akan terlambat
dalam menyelesaikan studinya di UNP.
Dari hasil observasi kelas yang telah dilakukan diperoleh bahwa selain kemampuan
mahasiswa terhadap materi prasyarat yang kurang optimal dan motivasi belajar yang rendah,
ternyata ada satu faktor lagi yang menyebabkan rendahnya hasil belajar mahasiswa yaitu rasa
kurang percayaan diri mahasiswa dalam mempelajari materi suprimum dan infimum. Beberapa
mahasiswa mengutarakan bahwa pada saat melakukan pembuktian atau menjawab soal,
mereka sering bingung dan masih ragu akan kebenaran jawaban mereka. Hal ini berdampak
pada menurunnya keinginan mempelajari Analisis Real secara mandiri. Kenyataan ini
menunjukkan self-efficacy yang dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran Analisis Real
cenderung rendah. Secara umum self-efficacy adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa
ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif. Menurut Schunck
(1995), untuk meningkatkan self-efficacy diantaranya dapat ditempuh dengan cara:
mengajarkan mahasiswa suatu strategi khusus sehingga dapat meningkatkan kemampuannya
untuk fokus pada tugas dan tujuan pembelajaran yang dilakukan. Terkait dengan matematika,
Sugiman (2010) mengatakan bahwa belief (keyakinan) matematik adalah kondisi struktur
kognitif seseorang yang berkenaan dengan pandangannya terhadap kemampuan diri, objek
matematika, proses pembelajaran matematika, dan kegunaan materi matematika yang
dipelajarinya.
Bandura (1997) mendefinisikan bahwa efikasi diri (self-efficacy) merupakan persepsi
individu akan keyakinan kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Konsep
dasar teori efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan dari setiap individu dengan kemampuan
untuk mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunnya. Efikasi diri (self efficacy) merupakan
masalah persepsi subyektif dalam artian efikasi diri (sel fefficacy) tidak selalu menggambarkan
kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki individu Bandura,
1986). Menurut Bandura dalam Santrock (2009) bahwa self efficacy seseorang dapat
menguasai situasi dan memproduksi hal positif. Sel fefficacy merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi mahasiswa. Self efficacy adalah sebuah factor yang sangat penting
dalam menentukan apakah peserta didik berprestasi atau tidak, seseorang yang memiliki efikasi
diri tinggi akan memiliki satu keyakinan bahwa ”saya dapat”, sedangkan seseorang yang
mempunyai efikasi diri rendah akan memiliki satu keyakinan bahwa “saya tidak dapat”. Untuk
itu membiasakan mahasiswa mengasah kemampuan self eficacy, perlu dibiasakan kepada
mahasiawa dalam proses pembelajaran untuk hasil lebih maksimal. Tujuan dilakukannya
penelitian ini dengan maksud untuk mendeskripsikan bagaimana analisis self efficacy
mahasiswa dalam memahami konsep suprimum dan infimum. Temuan ini diharapkan dapat
dijadikan referensi dalam memberdayakan kemampuan mahasiswa khususnya dalam hal
memahami materi suprimum dan infimum dengan self efficacy yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha menganalisis titik persoalan apa saja yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam memahami analisis real materi suprimum dan infimum
selanjutnya bisa diberikan solusi terhadap persoalan itu. Dalam kasus ini, sasaran utama adalah
konsep suprimum dan infimum sebagai materi analisis real dengan harapan bahwa jika
persoalan pada materi ini bisa diatasi maka materi selanjutnya bisa dipahami dengan baik.
Sebab setiap materi dalam analisis real telah disusun dengan sistematis dan runut, dan
merupakan satu kesatuan yang terpadu.
2. METODE.PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data yang diperoleh berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Margono, 2010).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Hal ini
disebabkan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi status suatu gejala yang ada (Arikunto, 2010). Pendekatan deskriptif
tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tertentu, namun hanya menggambarkan apa adanya
tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan, yakni keadaan menurut apa adanya pada saat
peneltian berlangsung.
Penelitian ini bertempat di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Padang (FMIPA UNP). Waktu penelitian pada semester genap Tahun Akademik 2023.
Sumber data penelitian ini adalah subyek dimana data diperoleh (Arikunto, 2010). Data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Data primer: Data diperoleh secara langsung di lokasi atau obyek penelitian. Sumber
datanya berasal dari mahasiswa pendidikan matematika semester II, yang mengambil mata
kuliah analisis real. Dalam hal ini berupa pemberian angket self-efficacy dalam memahami
konsep suprimum dan infimum.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik obervasi dan angket. Observasi dilakukan
untuk mengamati proses perkuliahan dengan segala aktivitas yang terjadi. Hal ini untuk
menguatkan data-data yang diambil dari hasil angket. Data yang dikumpulkan melalui angket
self-efficacy akan digunakan untuk menganalisis self-efficacy mahasiswa terhadap konsep
suprimum dan infimum. Angket yang diberikan menggunakan skala Likert dengan pilihan
jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), KS (Kurang Setuju) dan TS (Tidak
Setuju). Terdapat 24 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan konten
pernyataan mencakup ketiga dimensi self-efficacy yaitu magnitude, generality, dan strength.
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif naratif yang terdiri
atas tiga alur kerja, yakni: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Miles dan Huberman (1992) menyatakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing/verification.
Pada proses reduksi, peneliti akan merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada
hal penting, mencari tema, dan polanya agar data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang jelas dan dapat mempermudah peneliti untuk pengumpulan data berikutnya.
Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan data diorganisir dan
dikelompokkan sehingga ditemukan pola hubungan tertentu yang mengarah pada kejelasan
data untuk dipahami. Selain itu, tabel tersebut dilengkapi dengan uraian singkat untuk
mendeskripsikan data lebih jelas. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Penulisan kesimpulan berupa paparan
deskriptif tentang hasil penelitian yang ditemukan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Angket yang disusun sebagai instrumen pengukuran self-efficacy mengacu pada tiga
dimensi yaitu yaitu magnitude, strength, dan generality. Dimensi magnitude berhubungan
dengan tingkat kesulitan yang diyakini oleh individu untuk dapat diselesaikan. Dimensi
strength berhubungan dengan tingkat kekuatan atau kelemahan keyakinan individu tentang
kompetensi yang dipersepsinya. Sedangkan dimensi generally menunjukan apakah keyakinan
efficacy akan berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas
dan situasi .
Kisi-kisi angket yang diberikan ke mahasiswa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisi-kisi Angket Self Efficasy
Dimensi No Item Pertanyaan Jumlah
Positif Negatif
Magnitude 1,4,7,8 2,3,5,6 8
Generality 9,10,11,12 13,14,15,16 8
Strength 17,20,22,21 18,19,23,24 8
Total 24

Berdasarkan hasil pemberian angket terhadap 14 orang mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Analisis Real pada materi Suprimum dan Infimum diperoleh informasi seperti yang
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tiap Dimensi Self Efficasy
Dimensi Rata-Rata
Magnitude 3,2
Generality 3,8
Strength 3,3

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata ketiga dimensi self-efficacy bernilai positif
karena nilainya lebih dari nilai skor netral = 3 (Sunaryo, 2017). Rata-rata magnitude lebih dari
3 sehingga termasuk kategori positif yang artinya keyakinan mahasiswa terhadap suatu tugas
yang diberikan termasuk kategori positif. Pada dimensi/aspek ini mahasiswa memilih perilaku
yang akan dicoba berdasarkan pemahamannya terhadap tingkat kesulitan tugas pada materi
suprimum dan infimum. Mahasiswa akan berupaya melakukan tugas yang dianggap dapat
dilaksanakan dan bersedia menghadapi situasi dan perilaku yang di luar batas kemampuannya.
Artinya mahasiswa tidak terlalu cemas, tidak terlalu optimis atau percaya diri, tetapi tetap
dalam keadaan tenang.
Rata-rata generality termasuk kategori positif karena nilai reratanya lebih dari 3 sehingga
tingkah laku dan keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya termasuk kategori positif.
Mahasiswa yakin atas kemampuannya pada materi suprimum dan infimum. Mahasiswa merasa
bahwa pemahaman kemampuan dirinya pada suatu aktivitas/situasi tertentu/terbatas atau
serangkaian aktivitas/situasi yang lebih luas dan bervariasi termasuk kategori positif.
Rata-rata strength termasuk pada kategori positif karena memiliki rerata lebih dari 3
sehingga dapat diartikan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan keyakinan yang positif terhadap
kemampuan yang dimiliki pada materi suprimum dan infimum. Mahasiswa memiliki
pengharapan yang kuat dan mantap yang dapat mendorong untuk gigih dalam berupaya
mencapai tujuan, sekalipun mungkin belum memiliki pengalaman yang menunjang.
Mahasiswa memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pekerjaannya, dan mereka gigih dalam
berusaha menyelesaikan tugas dengan baik meskipun mereka tidak memiliki banyak
pengalaman. Dorongan ini memudahkan mahasiswa untuk gigih dalam bekerja.
Analisis terhadap skor skala self-efficacy menunjukkan bahwa mahasiswa secara umum
memiliki self-efficacy yang positif terhadap matematika. Ini merupakan modal penting untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik, karena keyakinan seseorang bahwa ia mampu
melakukan sesuatu tugas tertentu akan mempengaruhi keberhasilannya menyelesaikan tugas
tersebut. Hal ini pun selaras dengan efikasi diri siswa dalam kemampuan spasial tinggi
merupakan dasar penguasaan geometri (Fajri et al., 2017) maka ini akan menumbuhkan sikap
yang positif. Sikap yang tidak terlepas dari bentuk digital hasil belajar siswa, hasil belajar siswa
juga dapat berupa konfrontasi percaya diri dengan masalah kehidupan nyata (Widyanti et al.,
2017)

4. KESIMPULAN
Hasil analisis terhadap skor skala self-efficacy memberikan kesimpulan bahwa baik secara
umum maupun untuk tiap aspek yang mempengaruhi self-efficacy, mahasiswa memiliki self-
efficacy yang positif terhadap matematika. Hal ini merupakan bekal yang bermanfaat bagi
mahasiswa. Karena self-efficacy yang positif akan mempengaruhi mahasiswa dalam
pengambilan keputusan, dan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukannya. Seseorang
cenderung akan menjalankan sesuatu apabila ia merasa kompeten dan percaya diri. Selain itu
akan menentukan seberapa jauh upaya yang dilakukannya, berapa lama ia bertahan apabila
mendapat masalah. Makin tinggi self-efficacy seseorang, makin besar upaya, ketekunan, dan
fleksibilitasnya.

5. REFERENSI
Arikunto, S. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman
Company.
Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.
New Jersey: Prentice Hall, Inc. Engglewood Cliffs.
Margono. (2010). Metodologi penelitian pendidakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI Press.
Santrock, W. J. 2009. Educational Psychology. Jakarta: Salemba Humanika.
Schunck, D.H. (1995). Self-Efficacy and Education and Instruction. In J.E. Maddux (Ed,.),
Self-Efficacy, Adaptation, and Adjusment: Theory, Research, and Application
(pp.281-303) New York: Plenum.
Sugiman. “Dampak Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Keyakinan Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama di
Kota Yogyakarta , Disertasi, UPI, Tidak diterbitkan, 2010.
Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai