Anda di halaman 1dari 5

Tiga-kata pertama judul ....

(Nama Penulis) 1

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS MELALUI INKUIRI TERBIMBING


DISERTAI BUZZ GROUP DISCUSSION PADA SISWA KELAS X SMA
IMPROVING CRITICAL THINKING THROUGH GUIDED INQUIRY WITH BUZZ DISCUSSION
OF X GRADER

Oleh: Mahadatwa Mustika Agni Mahanto (agniazula@gmail.com) mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS, Sri
Dwiastuti (dwiastuti54@gmail.com) dosen Pendidikan Biologi FKIP UNS, Yudi Rinanto (rinanto61@yahoo.co.id)
dosen Pendidikan Biologi FKIP UNS

Abstrak
Tujuan dari penelitian adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui model pembelajaran inkuiri
terbimbing disertai buzz group discussion pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Purworejo. Penelitian merupakan
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Metode penelitian menggunakan tes, observasi, interview, dan
dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Validasi
data menggunakan metode triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa pada setiap aspek 1) menginterpretasi 64,37%, 2) menganalisis 71,25%, 3) mengevaluasi 68,12%, 4)
menyimpulkan 66,87%, 5) menjelaskan 70,62%, 6) pengaturan diri 63,75%. Siklus pertama meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 53,75% dan siklus kedua meningkatkan sebesar 67,49%. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 2
Purworejo dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai buzz group discussion.

Kata kunci: berpikir kritis, inkuiri terbimbing, buzz group discussion

Abstract
The purpose of the research is improving students critical thinking skill through guided inquiry with buzz
group discussion of X grader in SMA Negeri 2 Purworejo. This Class Action Research consists of 2 cycles, with
each cycle consists of 4 phases which is planning, acting, observing, and reflecting. Research methods are test,
observation, interview, and documentation. Collected data then analyzed by qualitative descriptive technique, and
validated by triangulation method. The result showed an increase of students critical thinking skill in each aspect
1) interpretation skill by 64.37%, 2) analysis skill by 71.25%, 3) evaluation skill by 68.12%, 4) inference skill by
66.87%, 5) explanation skill by 70.62%, 6) self-regulation skill by 63,75%. The first cycle resulted increasing
students critical thinking by 53.75% then 67.49% in second cycle. Based on the result of the research, we can
conclude that the critical thinking skill of X grader can be improved by guided inquiry with buzz group discussion.

Keywords: critical thinking, guided inquiry, buzz group discussion

PENDAHULUAN Berdasarkan observasi proses pembelajaran di


kelas X-1 SMA Negeri 2 Purworejo
Perkembangan kemajuan IPTEK telah menunjukkan bahwa 15,62% siswa berani
mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. mengemukakan pendapatnya terhadap pertanyaan
Hal ini akan menyebabkan munculnya masalah yang diberikan dan 9,37% siswa mengajukan
baru di masa depan. Untuk menghadapinya, pertanyaan. Menurut Afrizon, et al. (2012)
Roekel (2013) berpendapat bahwa generasi muda sedikitnya siswa yang bertanya, berpendapat,
yang sedang belajar perlu menguasai kemampuan berkomentar, dan menjelaskan menunjukkan
4C, yaitu critical thinking, effective bahwa kemampuan berpikir kritis kurang terlatih.
communication, collaboration, and creativity. Hal ini diperkuat melalui observasi lembar kerja
2 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
siswa didapatkan bahwa sebanyak 31,25% siswa 2006). Menurut Scott (2010) sintaks
dapat menjawab soal bertipe analitis, sementara pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5
soal latihan masih dalam ranah kognitif C1 fase, yaitu menampilkan permasalahan (state the
(mengingat) hingga C3 (mengaplikasikan). problem), merumuskan hipotesis (formulate
Kemampuan berpikir kritis merupakan proses hypothesis), merencanakan percobaan (plan and
untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu conduct the investigation), menganalisis data
pengetahuan melaui kegiatan evaluasi dan (analyze data), dan menarik kesimpulan (make a
penilaian (Moore & Parker, 2007). Berpikir kritis conclusion). Kelima fase tersebut belum pernah
menurut Fascione (2011) terdiri dari enam aspek diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu interpretasi (interpretation), analisis sehingga diperlukan sebuah metode untuk
(analysis), evaluasi (evaluation), kesimpulan mempermudah pelaksanaan setiap fasenya.
(inference), penjelasan (explaination), dan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pengaturan diri (self-regulation). penelitian adalah diskusi buzz group yang
Tes yang dilaksanakan di kelas X-1 SMA merupakan salah satu teknik belajar diskusi.
Negeri 2 Purworejo memberikan hasil bahwa Diskusi buzz group menurut Roestiyah (2005)
kemampuan berpikir kritis siswa di kelas tersebut dilaksanakan dengan membagi kelas menjadi dua
masih dalam kategori rendah di setiap aspeknya hingga delapan kelompok dengan posisi setiap
dengan persentase kemampuan 1) anggota saling berhadapan untuk mempermudah
menginterpretasi 41,25%, 2) menganalisis komunikasi dan interaksi antar anggota. Dalam
41,87%, 3) mengevaluasi 45,62%, 4) kegiatan diskusi, siswa bertukar pengalaman
menyimpulkan 41,87%, 5) menjelaskan 43,12%, untuk menentukan keputusan secara bersama-
dan 6) pengaturan diri 41,87%. Demikian pula sama.
dengan persentase rata-rata kelas yang masih METODE PENELITIAN
dalam kategori kurang, yaitu 42,60%. Kategori Berisi jenis penelitian, waktu dan tempat
kemampuan berpikir kritis dikatakan baik apabila penelitian, target/sasaran, subjek penelitian,
prosedur, instrumen dan teknik analisis data serta
> 60% (Purwanto, 2005). Dengan demikian, hasil
hal-hal lain yang berkait dengan cara
observasi menunjukkan bahwa kemampuan penelitiannya. target/sasaran, subjek penelitian,
berpikir kritis siswa kelas X-1 SMA Negeri 2 prosedur, data dan instrumen, dan teknik
Purworejo perlu ditingkatkan. pengum-pulan data, serta teknik analisis data
serta hal-hal lain yang berkait dengan cara
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
penelitiannya dapat ditulis dalam sub-subbab,
dapat dilakukan melalui pembelajaran yang dengan sub-subheading. Sub-subjudul tidak perlu
berpusat pada siswa (Overby, 2011). Salah satu diberi notasi, namun ditulis dengan huruf kecil
berawalkan huruf kapital, TNR-12 bold, rata kiri.
model pembelajaran yang berpusat pada siswa
Sebagai contoh dapat dilihat berikut.
adalah pembelajaran inkuiri dan diketahui dapat Penelitian dilaksanakan di kelas X-1
meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Ernst SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran
& Monroe, 2006) karena dalam pelaksanaannya 2014/2015. Sekolah beralamat di Jalan Mayjend.
S. Parman Kutoarjo, Kabupaten Purworejo
membutuhkan keingintahuan siswa (Savery,
54212. Subjek penelitian adalah 32 siswa dengan
Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) 3
10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan oleh guru, sementara peneliti Hasil penelitian menunjukkan adanya
melakukan observasi terhadap subjek penelitian peningkatan berpikir kritis siswa kelas X-1 SMA
dengan bantuan 3 observer lain. Negeri 2 Purworejo setelah menerapkan model
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pembelajaran inkuiri terbimbing disertai buzz
terdiri dari empat tahap dalam satu siklus, yaitu grouop discussion. Hasil penelitian disajikan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan dalam grafik perbandingan persentase aspek
refleksi. Data penelitian dikumpulkan melalui kemampuan berpikir kritis pada prasiklus, siklus I
teknik tes, observasi, wawancara, dan dan siklus II yang dapat dilihat pada gambar 1.
dokumentasi. Tes dan wawancara dilakukan pada
setiap akhir siklus, sementara observasi dan
dokumentasi dilaksanakan selama kegiatan Keterangan:
1. Menginterpretasi

pembelajaran berlangsung. Tes dilaksanakan 2. Menganalisis


3. Mengevaluasi
4. Menyimpulkan
5. Menjelaskan
dengan menggunakan soal bertipe essay sebanyak 6. Pengaturan diri

enam soal yang menguji setiap aspek berpikir


kritis, observasi dilakukan menggunakan lembar
observasi kemampuan afektif, psikomotor, dan
keterlaksanaan sintaks, wawancara dilakukan Gambar 1. Grafik perbandingan capaian
kemampuan berpikir kritis siswa
menggunakan lembar pedoman wawancara, dan setiap siklus
dokumentasi dilakukan dengan pengambilan
Grafik pada gambar 1 menunjukkan
gambar dan video yang diperlukan pada saat
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran.
prasiklus berkisar antara 41,25% hingga 45,62%
Teknik yang digunakan untuk memeriksa
dengan seluruh aspek dalam kategori kurang.
validitas data dalam penelitian adalah triangulasi,
Pada siklus I terdapat adanya peningkatan
menurut Sugiyono (2012) dilakukan dengan
sehingga persentase kemampuan berpikir kritis
mengecek data kepada sumber yang sama dengan
berkisar antara 50% hingga 57,50% dengan
teknik yang berbeda, yaitu teknik tes, observasi,
seluruh aspek masih dalam kategori kurang. Pada
dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis
siklus II terdapat adanya peningkatan sehingga
yang digunakan menggunakan teknik deskriptif,
persentase kemampuan berpikir kritis berkisar
yaitu membandingkan hasil hitung statistik secara
antara 63,75% hingga 71,25% dengan seluruh
deskriptif. Teknik analisis yang digunakan
aspek sudah termasuk kategori baik.
mengacu pada model analisis Miles dan
Huberman yang dilakukan dalam 3 komponen Peningkatan persentase kemampuan
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan berpikir kritis siswa dari capaian skor prasiklus,
kesimpulan (Sugiyono, 2012). siklus I, dan siklus II dapat terjadi karena
Indikator keberhasilan penelitian adalah pembelajaran inkuiri mampu menciptakan
adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa,
siswa kelas X-1 SMA Negeri 2 Purworejo. memberikan fasilitas kepada siswa untuk
Peningkatan yang diharapkan mengacu pada berkontribusi dalam pembelajaran, dan
perhitungan kategori berpikir kritis menurut meningkatkan interaksi siswa dalam bertukar
Purwanto (2005) dimana kategori baik adalah informasi sehingga menstimulasi siswa untuk
apabila persentase kemampuan berpikir kritis berpikir kritis. selain penggunaan model
>60%. pembelajaran inkuiri terbimbing, metode diskusi
buzz group discussion juga memberikan pengaruh
pada pada peningkatan persentase kemampuan
berpikir kritis, yaitu memberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan teman dalam bertukar
informasi dan pendapat, sehingga seluruh pelaku
4 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
interaksi dalam grup diskusi akan menggunakan Tabel 2. Kenaikan Persentase Kemampuan
kemampuan berpikir kritisnya dalam menentukan Berpikir Kritis Dari Siklus I ke siklus
diterima atau tidaknya informasi tersebut sebagai II
Siklus 1 Siklus II Peningkatan
solusi dari masalah yang dihadapi (Moore & Aspek (%) (%)
Kategori
(%)
Parker, 2007). Menginterpretasi 50 64,37 Baik 14,37
Menganalisis 51,25 71,25 Baik 20
Kenaikan persentase setiap aspek berpikir Mengevaluasi 55 68,12 Baik 13,12
kritis dari prasiklus ke siklus I disajikan dalam Menyimpulkan 57,50 66,87 Baik 9,37
Menjelaskan 53,75 70,62 Baik 16,87
tabel 1. Pengaturan diri 55 63,75 Baik 8,75
Tabel 1. Kenaikan Persentase Kemampuan
Berpikir Kritis Dari Prasiklus ke Tabel 2 menunjukkan bahwa
Siklus I peningkatan persentase kemampuan berpikir
Aspek
Prasiklus Siklus 1
Kategori
Peningkatan kritis telah mencapai target yang ditentukan, yaitu
(%) (%) (%)
Menginterpretasi 41,25 50 Cukup 8,75 >60% sehingga pemberian perlakuan berhenti
Menganalisis 41,87 51,25 Cukup 9,38 pada siklus II.
Mengevaluasi 45,62 55 Cukup 9,38
Menyimpulkan 41,87 57,50 Cukup 15,63
Selain peningkatan per aspek, capaian
Menjelaskan 43,12 53,75 Cukup 10,63 rata-rata kelas kemampuan berpikir kritis siswa
Pengaturan diri 41,87 55 Cukup 13,13 juga mengalami peningkatan dari prasiklus
hingga siklus II. Capaian rata-rata kelas pada
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa prasiklus adalah 42,60% dan pada siklus I
keenam aspek mengalami peningkatan yang meningkat 11,15% menjadi 53,75%. Peningkatan
berbeda-beda, namun kategori kemampuan ini belum mencapai target penelitian, serta belum
berpikir kritis masih kurang, sehingga target dapat mengubah kategori kemampuan berpikir
penelitian belum tercapai. Peningkatan pada kritis dari kurang menjadi baik. Pada siklus II
siklus I dapat diamati melalaui aktivitas siswa capaian rata-rata kelas meningkat 13,74%
yang sudah mulai mengenal pembelajaran yang menjadi 67,49%. Dengan persentase tersebut,
memerlukan keaktifan siswa. Siswa mulai target penelitian telah tercapai dan kategori
mengenal bagaimana melakukan penyelidikan kemampuan berpikir kritis termasuk baik.
untuk menemukan solusi dari suatu masalah.
Peningkatan persentase kemampuan
Meskipun telah mengenal pembelajaran yang
berpikir kritis siswa juga diiringi dengan
berpusat pada siswa, siswa masih belum terbiasa
peningkatan kemampuan afektif dan psikomotor.
melatih kemampuan analisisnya melalaui tugas
Melalui hasil observasi selama pembelajaran
dan ulangan harian yang diberikan. Selain itu,
sedang berlangsung, didapatkan data persentase
dalam pengumpulan informasi siswa masih
kemampuan afektif siswa pada siklus I adalah
banyak yang belum menggunakan sumber
66,75% dan meningkat pada siklus II menjadi
informasi yang relevan. Pada penyusunan
81,87%. Demikian pula dengan persentase
langkah penyelidikan juga masih memerlukan
kemampuan psikomotor siswa yang pada siklus I
banyak bimbingan dari guru. Persentase
adalah 52% dan meningkat pada siklus II menjadi
keterlaksanaan sintaks oleh guru pada siklus I
67,18%.
adalah 75%. Untuk meningkatkan persentase
hingga mencapai target, makan dilakukan Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa
perlakuan lanjutan yaitu pelaksanaan siklus II. kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan
melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kenaikan persentase kemampuan berpikir
disertai buzz group discussion. Hal ini sesuai
kritis dari siklus I ke siklus II disajikan pada tabel
dengan pernyataan Ernst & Monroe (2006)
2.
bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan
menggunakan inkuiri, kegiatan pembelajaran
menjadi berpusat kepada siswa sehingga siswa
Tiga-kata pertama judul .... (Nama Penulis) 5
dituntut untuk belajar aktif dengan menggunakan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan bertanya, berpikir kritis, dan
Afrizon, R., Ratnawulan, & Fauzi, A. (2012).
memecahkan masalah (Savery, 2006). Selain itu,
Peningkatan Perilaku Berkaratker dan
metode diskusi buzz group memberikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas
kesempatan kepada siswa untuk aktif berinteraksi IX MTsN Model Padang pada Mata
dengan teman. Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model
Problem Based Instruction. Jurnal
Penggunaan model pembelajaran inkuiri
Penelitian Pembelajaran Fisika, 1, 1-16
disertai buzz group discussion juga telah
memperkenalkan guru kepada pembelajaran aktif Ahmad, K. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.
Jurnal Pendidikan Penabur, 50-56
yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat dilihat
pada peningkatan persentase keterlaksanaan Ernst, J., & Monroe, M. (2006). The Effects of
sintaks di setiap siklus. Pada siklus I guru Environment-Based Education on
Students Critical Thinking Skills and
melaksanakan sintak inkuiri terbimbing sebesar
Disposition toward Critical Thinking.
75% dan meningkat pada siklus II menjadi 83%. Environment Education Research 12, 249-
Dengan demikian, ketercapaian target penelitian 443
tidak hanya tergantung oleh peserta didik namun
Facione, P.A (2011). Critical Thinking: What it is
juga tergantung pada penguasaan guru dalam and why it Counts. Insight Assessment
menerapkan penelitian tindakan kelas (PTK)
Moore, B., & Parker, R. (2007). Critical
(Ahmad, 2009).
Thinking. New York: McGraw Hill
Overby, K. (2011). Student-Centered Learning.
SIMPULAN DAN SARAN ESSAI 9, 32
Simpulan Purwanto, E. 2005. Evaluasi Proses dan Hasil
Dari seluruh hasil pengamatan selama dalam Pembelajaran Aplikasi dalam
penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bidang Studi Geografi. Malang: UM Press
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis Roekel, D.V. (2013). An Educators Guide to The
sebesar 24,89% melalui model pembelajaran Four Cs. Preparing 21st Century Students
inkuiri terbimbing disertai buzz group discussion for Global Society. USA: National
pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 2 Purworejo Education Awareness

Saran Roestiyah, N. K. (2005). Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dengan penelitan ini, peneliti
mengharapkan penggunaan inkuiri terbimbing Savery, J. R. (2006). Overview of Problem-based
Learning: Definitions and Distinctions.
dapat dilakukan oleh guru sains untuk
The Interdisciplinary Journal of Problem
meningkatkan berbagai kemampuan siswa
Based Learning
sehingga siswa terbiasa dengan pembelajaran
aktif yang berpusat pada siswa. Scott, C., Tomasek, T., & Matthews, C. E.
(2010). Thinking Like a Scientist! Science
and Children, 38-42
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai