Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DAN DIPLOMASI

EKONOMI DALAM GAGASAN ‘POROS MARITIM DUNIA’

Dosen Pengampu:
Tino Rila Sebayang, S.IP., M.Si.

Disusun Oleh :
Tasya Alifia 192030147
Dinasirajua Sasa Mafaida 192030325
Mega Febriyani 192030146
Vadya Valencia 202030155
Aimee Nathania Prana R 202030193
Elisabeth Putri 202030097

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
ABSTRAK .................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 11
2.1. Global Maritime Fulcrum (Poros Maritim Dunia) ................................................... 11
2.2. Diplomacy Economic.................................................................................................... 12
2.3. Decision Making and Rational Choice ....................................................................... 13
2.4. Foreign Policy Analysis................................................................................................ 16
2.5. Framework of Analysis ................................................................................................ 18
3.1. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 19
3.2. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 19
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................................ 12
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................................. 13
5.1. Opportunity and Challange on World Maritime Fulcrum Indonesia .................... 14
5.2. The Role of Infrastructure on Maritime Sector ........................................................ 16
5.3. Maritime Sector Program and Foreign Investment.................................................. 19
5.4. Maritime Silk Road and Indonesia-China Relations ................................................ 23
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...29

ii
ABSTRAK

Gagasan ‘Poros Maritim Dunia’ merupakan suatu gagasan yang sangat kontroversial pada
penerapannya sebagai kebijakan luar negri oleh presiden Jokowi. Meningat Indonesia yang sangat
luas dengan wilayah perairannya dan sumber daya kelautan yang sangat melimpah, tentu
mengherankan jika wilayah pesisir Indonesia hidup dalam tingkat kemiskinan. Oleh karena itu,
kebijakan ‘Poros Maritim Dunia’ hadir dengan harapan yang sangat tinggi dalam upaya
pembangunan ekonomi maritimnya demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam tulisan ini,
penulis akan mencoba menganalisis lebih dalam terkait kebijakan luar negeri tersebut. Analisis ini
dilakukan dalam upaya untuk memberikan informasi terkait bagaimana implementasi kebijakan
luar negeri Indonesia khususnya dalam gagasan ‘Poros Maritim Dunia’, penulisan akan dilakukan
secara eksploratif dan juga teoritis dalam merasionalisasi keputusan-keputusan pembuat
kebijakan. Beberapa teori yang dipakai untuk menjadi landasan dalam penelitian ini, diantaranya:
Diplomacy Economy, Decision Making and Rational Choice, Foreign Policy Analysis.

Kata kunci: Analisis Kebijakan Luar Negeri, Poros Maritim Dunia, Rational Choice,
Pembangunan, Diplomasi Ekonomi.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara dengan total garis pantai sepanjang 95.181 km dan juga memiliki
luas perairan laut yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi diakui sebagai suatu negara kepulauan
terbesar di dunia (Aria Jati Kusuma, 2021). Mengingat fakta itu, tentu tampak sebagai langkah
yang sangat ambisius ketika Presiden Indonesia yang baru dilantik Joko Widodo menjabat dan
menetapkan gagasan 'Poros Maritim' sebagai perangkat kebijakan luar negeri baru. Sebagaimana
yang tercantum dalam visi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), dimana negara Indonesia
memeiliki visi nasional untuk “Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang
Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional” (Sentra Kelautan Dan Perikanan
Terpadu (SKPT), n.d.). Kebijakan ini tentu menjadi suatu harapan bagi perkembangan sektor
maritim Indonesia.

Saat berpidato di hadapan para anggota DPR dan Dewan Perwakilan Daerah atau DPD, 14
Agustus 2015, Jokowi mengatakan, “Kita harus mampu menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa maritim yang menjaga dan mendayagunakan lautnya dengan penuh
kesungguhan” (Suhartono & Icha Rastika, 2015). Alih-alih melanjutkan agenda pemerintahan
sebelumnya yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pemain global melalui aktualisasi. Dimana
Jokowi menekankan identitas material tentang karakteristik geografis Indonesia. Pendekatan ini
berbeda dengan pemerintahan sebelumnya yang menganggap bahwa keterlibatan global sangat
penting bagi Indonesia untuk mencapai status sebagai kekuatan besar. Dengan kata lain, kebijakan
luar negeri Jokowi mengadopsi pendekatan ‘tujuan internasional dan strategi domestik’
(Mastanduno et al., 1989).

Pada saat Jokowi terpilih sebagai presiden, ia juga memperkenalkan kebijakan luar negeri
baru untuk mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Diantaranya: 1) Membangun
kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari 17.000 pulau, bangsa ini harus
menyadari bahwa masa depannya sangat ditentukan oleh bagaimana mengelola lautan; 2)
Memelihara dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan atas produk
pangan berbasis laut; 3) Negara akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan
konektivitas maritim dengan membangun tol laut dan pelabuhan laut dalam serta meningkatkan

1
industri perkapalan, logistik, dan pariwisata maritim; 4) Melalui diplomasi maritim, Indonesia
harus mengakhiri sumber-sumber konflik di laut seperti illegal fishing dan pencurian ikan,
pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran; 5) Sebagai negara yang
menjadi jembatan antara dua samudra, Indonesia wajib membangun kekuatan pertahanan
maritimnya. (Rendi A. Witular, 2014)

Di era modern, di mana globalisasi menyebabkan peningkatan saling ketergantungan


antara negara dan aktor non-negara di tingkat global, dimensi hubungan sosial yang lebih luas di
tingkat global secara signifikan membentuk dan mempengaruhi hubungan sosial di dalam
masyarakat. (Drezner, 2001). Globalisasi juga mendorong kerjasama ekonomi yang baik seperti
yang terjadi saat ini antara China dan Indonesia. Arah politik luar negeri dan ekonomi Indonesia
terhadap China sejak di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menerapkan kerjasama
strategis untuk mencapai keuntungan bersama. Hal itu juga tampaknya tetap konsisten di bawah
Presiden Indonesia saat ini. Arah kebijakan politik dan ekonomi Indonesia ke arah China terus
melakukan kerja sama strategis dengan upaya peningkatan volume kerja sama kedua negara. Hal
ini juga terlihat dari model kebijakan luar negeri Presiden Jokowi yang menekankan pada empat
prioritas utama yakni: Menggunakan identitas maritim dalam kerja sama dan diplomasi
internasional; Meningkatkan peran global melalui diplomasi kekuatan menengah; Memperkuat
diplomasi publik; Memperluas keterlibatannya di kawasan Indo-Pasifik (Edelweis Lararenjana,
2021).

Indonesia telah bangkit dan sedang dalam perjalanan untuk menjadi aktor utama regional
dan global. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Presiden Jokowi, tetapi kebijakan ini
tentu membawa harapan yang besar bagi negara Indonesia. Maka dari itu, penulisan ini akan
mencoba untuk menjawab pertanyaan terkait “Bagaimana implementasi Kebijakan Luar
Negeri Indonesia khususnya dalam gagasan Poros Maritim Dunia yang dibawa oleh
Presiden Jokowi?”

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Presiden Joko Widodo dalam membuat kebijakan Poros Maritim Dunia merupakan
suatu upaya mewujudkan negara Indonesia sebagai pusat Poros Maritim Dunia dengan
menempatkan posisi geografis yang sangat strategis, di mana hal ini akan berdampak pada
peningkatan investasi di produksi, menurut jurnal yang ditulis oleh Aaron Connelly yang mengkaji
kebijakan presiden Jokowi, dimana ia menuliskan bahwa kebijakan ini mengutamakan
nasionalismenya (Connelly, 2015). Indonesia hanya ingin meningkatkan standar ekonominya, dan
Jokowi telah menegaskan bahwa dia akan memprioritaskan masalah dalam negeri sebagai bagian
dari rencana reformasi yang komprehensif, dengan fokus pada penguatan infrastruktur maritim
Indonesia dan membangun kembali otoritas negara. Connelly berpendapat, meski kebijakan poros
maritim internasional Jokowi berujung pada kebijakan kepentingan nasionalnya, hal ini justru akan
menambah friksi, khususnya di sektor maritim. karena kepentingan laut dan ekonomi negara
sangat erat kaitannya dengan kepentingan tetangganya (Connelly, 2015).

Pada satu sisi, ketika Presiden Indonesia, Joko Widodo menerapkan dan meluncurkan
agenda pembangunan baru yang dimulai dengan kebijakan Poros Maritim Dunia, dalam jurnal
yang ditulis oleh Junef, gagasan Poros Maritim Dunia selama ini lebih ditujukan untuk
membangkitkan identitas Indonesia sebagai negara maritim dengan membuat kebijakan Poros
Maritim Dunia (Junef, 2019). Selain itu, dalam penerapan kebijakan ini, alih-alih menambah friksi
atau perpecahan, Indonesia mulai kembali membangun hubungannya dengan negara-negara lain,
salah satunya adalah China, dimana dalam beberapa tahun terakhir pertemuan antara pemimpin
Indonesia dan China tercatat telah terjadi selama empat kali (Feri Ansori, 2017)

2.1. Global Maritime Fulcrum (Poros Maritim Dunia)

Poros Maritim Dunia merupakan konsep bangsa Indonesia yang bersumber dari kondisi alam
di mana sebagian besar wilayahnya adalah laut. Gagasan ini pada dasarnya sejalan dengan realitas
geografis Indonesia yang berdampak dan mempengaruhi dinamika Samudera Hindia dan Pasifik.
Konsep Poros Maritim Dunia sebetulnya didasarkan pada potensi Indonesia sebagai negara yang
memiliki wilayah laut yang luas. Selain itu, dari segi geopolitik, sejarah dan budaya, Indonesia
merupakan negara maritim karena memiliki pulau terbanyak dan salah satu garis pantai terpanjang

11
di dunia. Luas daratan adalah satu kesatuan yang dikelilingi oleh lautan, sedangkan dua pertiga
wilayahnya adalah laut.

Poros Maritim Dunia juga dianggap sebagai formula dasar untuk merebut kembali predikat
bangsa bahari, dalam arti konsep maritim menjadi visi bagaimana bangsa ini akan dibangun di
masa depan. Poros maritim merupakan suatu terobosan besar untuk kembali kepada jati diri bangsa
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas. Konsep poros maritim juga
dimaknai sebagai arus utama pembangunan nasional di laut. Poros tersebut harus dilaksanakan
dalam pembangunan kelautan untuk mewujudkan negara maritim yang adil dan makmur. Dalam
dimensi pembangunan, poros maritim ini bertujuan untuk mengembangkan kawasan pesisir yang
penduduknya miskin memanfaatkan potensi laut yang ada. Pemanfaatan wilayah laut Indonesia
secara intensif akan membentuk sumbu silang timur-barat dan utara-selatan. Sumbu ini tidak hanya
berupa dua garis silang, tetapi banyak jalur untuk membuat grid atau jaring di wilayah laut.
Keberhasilan pembangunan poros maritim akan memudahkan pepindahan dari satu titik ke titik
lain di wilayah Indonesia. Munculnya gagasan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia berangkat dari asumsi dasar bahwa politik luar negeri harus disesuaikan dengan geografi
suatu negara.

2.2. Diplomacy Economic

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, suatu bentuk diplomasi ekonomi mulai didominasi
oleh para pejabat tetap dari beberapa pemerintahan. Itu dibentuk oleh kendala persaingan Timur-
Barat. Pada langkah-langkah yang diambil, diplomasi ekonomi semakin berkembang dan
memengaruhi kebijakan dalam negeri. Selain daripada itu, telah terjadi kecenderunganmenuju
pasar yang lebih terintegrasi ke dalam sistem ekonomi tunggal yang menjangkau seluruh dunia,
dengan banyak negara beroperasi di dalamnya.

Konsep klasik diplomasi mendefinisikan diplomasi ekonomi sebagai: “pelaksanaan


hubungan antara negara dan entitas lain dengan kedudukan dalam politik dunia oleh agen resmi
dan dengan cara damai” (Bull, 2002). Definisi yang lebih baru mengatakan bahwa “diplomasi
berkaitan dengan manajemen hubungan antar negara dan antara negara dan aktor lain” (R. P.
Barston, 2013). Diplomasi ekonomi hadir sejak awal dalam kebijakan luar negeri. Ini adalah
mekanisme utama dari pencapaian yang bermanfaat dari hubungan perdagangan dan ekonomi

12
berdasarkan pada tingkat bilateral dan multilateral. Ini adalah instrumen untuk pengembangan
kerja sama yang efektif antara negara dan kawasan di tingkat global.

Memprioritaskan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari kerja sama antar negara, bahkan
jika ada perbedaan di antara mereka yang disebabkan oleh mode pembangunan ekonomi yang
berbeda, hal ini secara efektif mengatasi dan mendorong pembangunan, mengembangkan
hubungan sosial, ekonomi dan politik yang lebih kuat di dunia. Peran diplomasi ekonomi tidak
tergantikan dalam proses ini. Diplomasi ekonomi berurusan dengan masalah ekonomi
internasional. Pada prinsipnya, ini akan menyederhanakan analisis. Ada banyak alasan untuk
memperhatikan pengambilan keputusan ekonomi internasional, yang kita sebut diplomasi
ekonomi. Pertama, ini mengisi celah dalam penelitian terkini tentang hubungan internasional.
Yang membedakan diplomasi ekonomi dengan ekonomi politik internasional adalah bahwa
ekonomi politik internasional seringkali lebih menitikberatkan pada faktor struktural, seperti
kekuatan relatif negara atau struktur pengaruhnya dalam perekonomian nasional, bukan pada
proses hubungan ekonomi antar negara.

Proses globalisasi disertai dengan penguatan persaingan internasional dan sangat


membutuhkan partisipasi aktif dalam kemajuan negara dan perlindungan kepentingan nasional di
pasar dunia. Dukungan negara dapat dalam berbagai bentuk, saat ini berfungsi sebagai faktor
terpenting dari keberhasilan aktivitas perusahaan domestik dan negara secara keseluruhan. Dalam
sistem modern sikap ekonomi internasional didorong oleh banyak faktor konkrit, salah satunya
adalah ekspansi ekonomi pasar yang cepat, liberalisasi ekonomi nasional dan interaksinya melalui
perdagangan internasional.

2.3. Decision Making and Rational Choice

Theory of Rational Choice adalah teori yang dikemukakan oleh Graham T. Allison
(Graham T. Allison, 1999). Buku ini memuat tiga model pilihan rasional. Yang pertama adalah
Aktor Rasional, yang kedua adalah Proses Implementasi, dan yang ketiga adalah Politik
Pemerintahan. Dalam model proses organisasi, pengambil keputusan yang rasional dikendalikan
oleh pemerintah lalu di implementasikan. Pemerintah menentukan alternatif, mengantisipasi hasil,
dan memprosesnya melalui strategi dan implementasi kebijakan. Dalam model kebijakan
pemerintah, salah satu aktor politik mengoordinasikan tindakannya melalui orang-orang yang

13
berperan penting di bidang tersebut, dalam hal ini pemerintah hadir sebagai pengambil keputusan
dab menentukan suatu kebijakan. Dalam pengambilan keputusan, masing-masing elite politik
saling mempengaruhi untuk mengambil keputusan.

Manusia ekonomi klasik dan manusia rasional dari teori keputusan formal modern dan teori
permainan membuat pilihan yang optimal dalam situasi yang terbatas dan terdefinisi dengan rapi.
Dalam situasi ini, rasionalitas mengacu pada gagasan Hobbesian yang pada dasarnya konsisten,
perhitungan atau adaptasi yang memaksimalkan nilai dalam batasan tertentu (Carl Joachim
Friedrich, 1963) Dalam ilmu ekonomi, memilih secara rasional berarti memilih alternatif yang
paling efisien, yaitu alternatif yang memaksimalkan output untuk mendapatkan manfaat pada
jumlah tertentu, dan meminimalkan input untuk output yang dikeluarkan aktor.

Tolak ukur rasionalitas ialah kemampuan aktor untuk memperkirakan atau mengukur
kemungkinan yang akan terjadi atas keinginan aktor tersebut. Sehingga, apa yang menjadi
keinginannya dapat terwujud dengan perkiraan yang telah ia lakukan. Maka dari itu, rasionalitas
seperti yang dikatakan oleh Itzak dalam bukunya yang berjudul Rational Choice (Itzhak Gilboa,
2010), bahwa rasionalitas adalah suatu koherensi atau stabilitas dalam gagasan pembuat keputusan
tersebut. Apa yang rasionalitas manusia tambahkan kepada konsepsi terkait keputusan adalah
konsistensi: konsistensi antara tujuan dan sasaran relatif terhadap tindakan tertentu; konsistensi
dalam penerapan prinsip untuk memilih alternatif yang optimal. Rasionalitas "menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan tujuan tertentu dalam konteks situasi tertentu”. Maka dalam definisi
ini rasionalitas tidak ditentukan oleh seorang ahli teori keputusan atau kebijakan terhadap aktor
melainkan bagaimana keputusan aktor tersebut dapat terwujud sesuai dengan keinginannya dalam
praktik yang dilakukan aktor tersebut.

Keputusan mengandaikan seorang penentu dan pilihan di antara alternatif dengan mengacu
pada beberapa tujuan. Kebijakan berarti realisasi dalam sejumlah contoh tertentu dari beberapa
tujuan aktor. Konsep-konsep ini mengidentifikasi fenomena sebagai tindakan yang dilakukan oleh
aktor yang memiliki tujuan. Identifikasi ini melibatkan perluasan sederhana kepada pemerintah
dari asumsi sehari-hari yang meresap bahwa apa yang dilakukan manusia setidaknya
"dimaksudkan untuk rasional." Asumsi sehari-hari tentang tujuan manusia ini umum dalam ilmu
sosial. Seperti yang dicatat oleh Lipset (Lipset, 1959), “Asumsi utama dalam ilmu sosial pada

14
umumnya... adalah bahwa orang mencari pemuasan ego bahwa ini adalah tujuan atau akhir
mereka.”

Jadi ekonomi, ilmu politik, dan, untuk sebagian besar, sosiologi dan psikologi mempelajari
perilaku manusia sebagai kegiatan yang bertujuan dan diarahkan pada tujuan Konsep inti dari
model tindakan rasional ini adalah:

1) Pertama, tujuan dan sasaran. Kepentingan dan nilai agen diterjemahkan ke dalam
fungsi "imbalan" atau "utilitas" atau "preferensi", yang mewakili keinginan atau
utilitas rangkaian konsekuensi alternatif. Pada awal masalah keputusan, aktor
memiliki tugas mengukur semua rangkaian konsekuensi yang mungkin dalam
kaitannya dengan nilai dan tujuannya (Geoffrey Vickers, 1995). Setiap kumpulan
konsekuensi juga akan mengandung sejumlah efek samping. Namun demikian,
paling tidak, aktor diharapkan mampu mengurutkan urutan preferensi setiap
rangkaian konsekuensi yang mungkin dihasilkan dari tindakan tertentu. Beberapa
teori memberi penekanan lebih besar pada peringkat formal semacam itu daripada
yang lain.
2) Kedua, alternatif, dimana aktor yang rasional harus memilih di antara serangkaian
alternatif yang ditampilkan di hadapannya dalam situasi tertentu. Dalam teori
keputusan, alternatif ini direpresentasikan sebagai pohon keputusan. Tindakan
alternatif mungkin mencakup lebih dari tindakan sederhana, tetapi spesifikasi
tindakan harus cukup tepat untuk membedakannya dari alternatif lainnya.
Meskipun banyak model memberi alternatif seperti pilihan kebijakan, aktor harus
dapat melakukan pemeriksaan lebih dekat terhadap komponen kebijakan tersebut
dengan mengidentifikasi banyak lapisan perhitungan dan pilihan, lalu
menerjemahkan kepentingan menjadi tujuan operasional.
3) Ketiga, memahami konsekuensi. Pada setiap alternatif dilampirkan serangkaian
konsekuensi atau hasil pilihan yang akan terjadi jika alternatif tertentu itu dipilih.
(Variasi dihasilkan pada titik ini dengan membuat asumsi yang berbeda tentang
seberapa akurat pembuat keputusan memperkirakan konsekuensi yang mengikuti
dari pilihan setiap alternatif.)

15
Maka dari itu penulis menggunakan teori Decision Making and Rational Choice sebagai
landasan untuk menganalisis kebijakan Poros Maritim Dunia yang dicetuskan oleh presiden
Jokowi pada tahun 2014 untuk merasionalisasi kebijakan tersebut.

2.4. Foreign Policy Analysis

Foreign Policy Analysis (FPA) adalah studi tentang perilaku dan praktik hubungan antara
berbagai aktor, terutama negara, dalam sistem internasional. Diplomasi, intelijen, negosiasi
perdagangan, dan pertukaran budaya merupakan bagian dari substansi kebijakan luar negeri antar
aktor internasional. Inti dari Foreign Policy Analysis (FPA) adalah penyelidikan terhadap
pengambilan keputusan, para pembuat keputusan individu, proses dan kondisi yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri dan hasil dari keputusan tersebut. Karena penting
bahwasannya memahami apa yang menjadi landasan kebijakan luar negeri tersebut.

Hubungan internasional adalah perjuangan antara negara-negara untuk menetapkan atau


melindungi hasil (Outcome) yang diinginkan. Negara menginginkan hal yang berbeda dan
bervariasi dalam kemampuan mereka untuk mendapatkan hal tersebut. Negara sering
mengartikulasikan, memperdebatkan, dan melegitimasi tindakan berdasarkan apa yang mereka
yakini sebagai tempat yang tepat dalam ranah hubungan internasional. Beberapa membangkitkan
kekuatan material sebagai dasar klaim tersebut, sementara yang lain melihat identitas etnis, agama,
atau politik mereka. Fenomena ini masuk ke inti dalam Hubungan Internasional mengenai dampak
material dan struktur ideasional pada negara, serta bagaimana agensi penting baik dalam retorika
maupun tindakan negara.

Holsti pada pengamatannya menemukan bahwa negara menyuarakan lebih banyak peran
secara signifikan daripada yang diharapkan dari perspektif struktural murni (Holsti, 1970). Selain
itu, kebijakan luar negeri yang dituangkan dalam kerangka kepentingan nasional, adalah kebijakan
yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam berhubungan dengan negara
lain dan badan politik internasional lainnya untuk mencapai tujuan nasional dalam bentuk strategi
atau rencana aksi yang dikelola. Saat ini didasarkan pada keyakinan bahwa pengembangan teoritis
daro teori peran — lebih khusus, konseptualisasi yang lebih baik dari proses politik dalam negeri
di mana peran nasional dapat dipertimbangkan — akan memungkinkannya memberikan kontribusi
yang kuat untuk pertanyaan mengenai analisis Foreign Policy Analysis (FPA) dan para sarjana

16
hubungan internasional. Selain itu, Rosenau juga mengemukakan pendapat bahwa politik luar
negeri adalah usaha dan upaya pemerintah untuk memperoleh keuntungan eksternal melalui segala
sikap dan aktivitasnya. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup negara di masa
depan. Mengutip argumen Rosenau tentang politik luar negeri. Ini memiliki dasar atau konsep
dasar untuk mewujudkan hubungan antara negara Anda dan peristiwa di lingkungan luarnya
(Rosenau, 1976).

Menurut Holsti (Kalevi Jaakko Holsti, 1983), ada faktor internal dan eksternaldapat
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Faktor eksternal meliputi: 1) Struktur sistem,
yang berdampak signifikan pada bagaimana suatu negara merumuskan kebijakan luar negerinya;
2) Struktur ekonomi global: Untuk memajukan kepentingan nasionalnya, negara telah
mengarahkan tujuan, yang merupakan tanggapan terhadap tujuan dan tindakan aktor lain. 4)
Masalah wilayah atau kawasan; jika suatu negara mengalami masalah di satu wilayah, mereka
akan menyebar ke negara lain. Sedangkan faktor internalnya adalah: 1) Kebijakan sosial ekonomi
dan keamanan, kebijakan luar negeri sangat bergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan
keamanan dalam negeri suatu negara; 2) Letak geografis, yang mempengaruhi reputasi suatu
negara di dunia internasional dan berkaitan dengan daya tarik suatu negara; 3) Struktur
pemerintahan, yang berkaitan dengan bagaimana pemerintahan itu diselenggarakan; dan (4)
Birokrasi, terkait dengan bagaimana pemerintah mengambil kebijakan luar negeri untuk
kepentingan nasionalnya.

Analisis pengambilan keputusan kebijakan luar negeri harus dimulai dengan berbagai
faktor yang menyebabkan mereka memainkan peran yang menentukan dalam membentuk hasil
kebijakan luar negeri. Di mana pengambilan keputusan eksekutif jelas merupakan elemen kunci
dari proses pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Maka dari itu, dari dua paparan yang
telah dijelaskan di atas, khususnya Holsti dan Rosenau (Kalevi Jaakko Holsti, 1983; Rosenau,
1976), dapat disimpulkan bahwa keputusan negara dalam melakukan kebijakan luar negeri tidak
akan terlepas dari unsur-unsur dalam suatu negara yang meliputi unsur keuangan, unsur politik
dalam negeri, unsur geografi, unsur sosial dan unsur budaya, kepentingan perusahaan, dan lain-
lain. Selain itu, unsur eksternal juga tetap berpengaruh dalam menciptakan kebijakan luar negeri
suatu negara, melalui pengkondisian secara kolektif unsur dalam dan luar negeri, di mana suatu
kebijakan dapat dibentuk sesuai dengan impian nasional setiap negara. Selanjutnya, Foreign Policy

17
Analysis ini dimanfaatkan penulis untuk meneliti unsur-unsur apa saja yang membuat Indonesia
menginisiasi gagasan Poros Maritim Dunia sebagai suatu kebijakan luar negeri.

2.5. Framework of Analysis

POROS MARITIM

Diplomasi Decision Making and


Foreign Policy Global Maritime Fulcure
Ekonomi Analysis Rational Choice

output

Foreign investment Hubungan Tiongkok-


Indonesia (Maritime
Maritime Economy Silk Road)
Diplomacy

18
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian

Poros Maritim Dunia merupakan gagasan yang sangat penting untuk menjadi bahan
penelitian mengingat Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya laut dan wilayah
kelautannya. Pemanfaatan geografis Indonesia oleh Jokowi melalui gagasan Poros Maritim Dunia
merupakan hal yang sangat menarik bagi para akademisi dalam ruang lingkup studi Hubungan
Internasional dalam konteks diplomasi ekonomi dan kontribusinya terhadap pembangunan dalam
sektor maritime Indonesia. Penelitian ini tentu saja tidak terbatas pada ruang lingkup studi HI dan
dapat dilakukan dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Namun, yang menjadi fokus dalam
penelitian ini tentu saja akan berada dalam ruang lingkup studi hubungan internasional dalam
konteks diplomasi ekonomi dan outputnya terhadap pembangunan sektor maritim Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merasionalisasi kebijakan-kebijakan Jokowi dalam
gagasannya terkait ‘Poros Maritim Dunia’ khususnya dalam konteks urgensi pembangunan
infrastruktur maritim dan diplomasi ekonomi. Sehingga melalui penelitian ini, diharapkan
informasi dan hasil analisis yang telah dituangkan oleh penulis melalui penelitian ini dapat
berkontribusi dalam studi Hubungan Internasional dan khususnya kepada para akademisi yang
sedang menjalankan studi Hubungan Internasional.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk para akademisi
mengenai kebijakan ‘Poros Maritim Dunia’ khususnya dalam hal diplomasi ekonomi dan
pembangunan di sektor maritim, melalui rasionalisasi kebijakan tersebut.
2. Dapat bermanfaat secara praktis bagi para praktisi dalam hal pembuatan kebijakan dan
menjadi acuan dalam pembangunan khususnya pada sektor maritim Indonesia.

19
BAB IV
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam konteks Kebijakan Luar
Negeri Indonesia, pendekatan dilakukan dengan mengasumsikan produksi pengetahuan melalui
interpretasi institusi, politik, ekonomi, dan masyarakat. Metode ini relevan untuk mengungkap
informasi yang biasanya tersembunyi dari pengetahuan umum tentang pembangunan ekonomi dan
politik. Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu studi pustaka dan analisis wacana.
Studi pustaka dan arsip dilakukan terhadap dokumen kebijakan, arsip dan laporan penelitian
mengenai hal tersebut. Analisis wacana dilakukan terhadap berita-berita di media dan pidato
pembuatan kebijakan yang mewakili gagasan dan preferensi praktik para pembuat kebijakan di
Indonesia, China, dan negara-negara terkait lainnya.

Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan berbagai output diplomasi ekonomi dari
Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam gagasan ‘Poros Maritim Dunia’-nya yang dicetuskan oleh
Presiden Jokowi. Selain itu, penulis juga mencoba untuk merasionalisasi gagasan tersebut dalam
kaitannya dengan pembangunan perekonomian Indonesia dengan menggunakan berbagai data
yang kredibel yang didapat dari sumber-sumber empiris sebagai justifikasi atas rasionalitas
kebijakan tersebut. Data-data yang dikumpulkan disusun sesuai dengan kebutuhan penelitian,
dalam prosesnya dilakukan pemilahan data yang relevan dan tidak relevan. Sehingga, data-data
yang dianggap tidak relevan dan tidak valid diabaikan oleh penulis dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sumber-sumber yang sesuai dengan tema dan
landasan dari penelitian ini, dengan cara seperti itu penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi yang tepat, jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Untuk menganalisis kebijakan tersebut, penulis menggunakan beberapa teori yang relevan
untuk dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian,
diantaranya adalah: Global Maritime Fulcrum, Diplomacy Economics, Decision Making and
Rational Choice, Foreign Policy Analysis. Dengan menggunakan teori-teori tersebut diharapkan
penelitian ini dapat memberikan penjelasan yang komperhensif dan analitis terkait kebijakan
‘Poros Maritim Dunia’.

12
BAB V
PEMBAHASAN

Dilihat dari wilayah perairan yang luas, perekonomian Indonesia seharusnya terbantu oleh
sumber daya kelautan dan perikanan. Namun, orang-orang di wilayah pesisir Indonesia hidup
dalam tingkat kemiskinan. Ini adalah bukti kurangnya dalam mengelola sumber daya kelautan.
Oleh karena itu, dalam gagasan Poros Maritim Dunia Indonesia pada 2014, Presiden Jokowi ingin
mengembangkan infrastruktur dan fasilitas guna meningkatkan pembangunan ekonomi berbasis
maritim pada periodenya. Peranan sektor kelautan dan perikanan Indonesia dalam pembangunan
nasional khususnya dapat mendorong pertumbuhan agroindustri melalui ketersediaan bahan baku,
peningkatan devisa negara melalui peningkatan ekspor produk kelautan dan perikanan,
peningkatan kesempatan dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
nelayan, serta mendukung pembangunan di seluruh nusantara melalui pajak dari transaksi berjalan.

Pada gagasan tersebut tentu saja diperlukan pengembangan kawasan kelautan dan
perikanan yang lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas, peningkatan peluang kegiatan
usaha dan efisiensi usaha niaga, serta peningkatan keuntungan bisnis di kawasan kelautan dan
perikanan. Demi tercapainya tujuan dalam gagasan ‘Poros Maritim Dunia’, Indonesia memerlukan
kebijakan terintegrasi dan memuat seluruh lapisan masyarakat. Tridoyo Kusumastanto
menyatakan bahwa ada 7 (tujuh) sektor kelautan yang terkait erat dengan pembangunan moneter
negara, sektor tersebut adalah pertambangan, perikanan, jasa kelautan, usaha kelautan, wisata
bahari, rumah bahari, dan transportasi laut. Menurut perhitungannya, biaya kelautan sekitar 22,5
persen dari produk rumah bruto (PDB). Hal ini membuat pihak berwenang, masyarakat, dan
perusahaan aktor harus memberikan perhatian khusus pada sektor-sektor tersebut (Chapsos &
Malcolm, 2017).

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan mengembalikan jati diri
Indonesia sebagai negara maritim, menjunjung tinggi keamanan dan kepentingan maritim, serta
memfasilitasi pemerataan potensi ekonomi kelautan Indonesia, Poros Maritim Dunia berupaya
mengembalikan Indonesia menjadi negara maritim yang besar, kuat, dan makmur. Inisiatif utama
pemerintahan Presiden Jokowi di Indonesia antara lain menegakkan kedaulatan wilayah maritim
Indonesia, membangun kembali perekonomian negara yang terpuruk, meningkatkan dan

13
memperluas konektivitas maritim, memperbaiki lingkungan dan memulihkan keanekaragaman
hayati, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, tentunya sudah menjadi kewajiban Indonesia untuk memiliki strategi
kemaritiman yang baik. Hal ini meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, keamanan dan
pertahanan. Dalam rangka menjamin kepentingan nasional di laut, Tata Kelola Maritim merupakan
hal yang sangat penting di era maritim modern.

Jika diukur dari keamanan kondisi maritim Indonesia, terdapat beberapa permasalahan
seperti illegal fishing. Seperti yang dinyatakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
Indonesia (KKP), yang memperkirakan bahwa penangkapan ikan secara ilegal merugikan negara
30 triliun rupiah setiap tahunnya (Hendra Cipta, 2021). Sebagai salah satu negara kepulauan
terbesar, Indonesia juga memiliki beberapa titik konflik di perbatasan pesisir. Namun sebagaimana
tertuang dalam Kebijakan Pertahanan Negara 2014, isu maritim menjadi salah satu perhatian
utama untuk dikembangkan. Penegakan sektor maritim seperti yang diharapkan oleh Joko Widodo
diwujudkan dengan diplomasi maritim. Diplomasi maritim ingin mengundang kemitraan dari
negara-negara lain untuk meningkatkan keamanan sektor maritim. Diplomasi maritim diharapkan
dapat mengurangi konflik laut seperti illegal fishing, pencemaran air, dan sengketa perbatasan.
Kerjasama yang lebih kuat antar negara dipandang sebagai cara konkrit untuk memperkuat kondisi
strategi maritim. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan budaya maritim masyarakat
Indonesia, dimana masyarakat dapat mengenal identitas Indonesia sebagai negara kepulauan. Pada
akhirnya perwujudan identitas ini diharapkan dapat membawa Indonesia memiliki orientasi
kesejahteraan bahari dan mengembangkan sumber daya maritim.

5.1. Opportunity and Challange on World Maritime Fulcrum Indonesia

Untuk mendukung rencana pemerintah membangun Indonesia sebagai Poros Maritim


Dunia, Visi Poros Maritim Dunia harus ditindaklanjuti dengan prosedur yang matang dan sesuai.
Oleh karena itu, Poros Maritim Dunia harus dipahami secara menyeluruh. Poros Maritim Dunia,
secara konseptual, merupakan penegasan sederhana dari geopolitik dan geoekonomi bangsa
Indonesia yang terletak di persimpangan global dan memiliki ciri geografis negara kepulauan.
Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemain penting dalam perdagangan dan politik
internasional. Wawasan Nusantara yang selama ini hanya ada dalam kerangka retoris,
diaktualisasikan atau diberi bentuk praktis oleh gagasan ‘Poros Maritim Dunia’. Kedua interpretasi

14
Wawasan Nusantara adalah wujud integral wilayah Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari
daratan, laut, dan perairan di atasnya, serta fungsi strategis nusantara sebagai jembatan dunia atau
poros dunia. Modal ini perlu dipertahankan dengan pengelolaan yang terpadu dan terkoordinasi
agar Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.

Secara khusus unsur kekuatan maritim, terdapat enam unsur penting kekuatan maritim,
yaitu letak geografis, konformasi fisik, luas wilayah, jumlah penduduk, karakter bangsa dan
karakter pemerintahan (Roosevelt & Mahan, 1894). Menurut pengertian di atas, kekuatan laut
meliputi seluruh unsur kekuatan maritim nasional dan bukan hanya angkatan laut. Ini juga
mencakup penggunaan dan penguasaan sumber daya laut, serta kemampuan untuk mengatur
perdagangan internasional dan ekonomi melalui laut, penggunaan kekuatan angkatan laut dan
industri kelautan sebagai alat diplomatik, pencegahan konflik, dan pengaruh politik di masa damai.
Dengan begitu, kekuatan laut Indonesia menjadi sangat penting karena merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dan akan digunakan untuk menumbuhkan dan memanfaatkan kekuatan
maritim nasionalnya. Dari pemaparan di atas, tampak bahwa gagasan Wawasan Nusantara, Poros
Maritim Dunia, dan Kekuatan Laut memiliki keterkaitan yang pada prinsipnya mencapai satu
tujuan: keutuhan dan kekuatan sebagai bangsa maritim. Tujuan ini dipasarkan tidak hanya
membutuhkan angkatan laut yang kuat tetapi juga faktor terkait pertahanan lainnya, seperti
ekonomi maritim yang kuat. Untuk menciptakan kondisi terbaik bagi keamanan lingkungan laut,
elemen kekuatan maritim berkolaborasi.

Konsep ‘Blue Economy’ dalam pengembangan potensi laut secara berkelanjutan sangat
penting bagi Indonesia. Ketahanan ekonomi Indonesia ke depan tidak lepas dari munculnya
eksistensi negara-negara di dunia dalam bidang kelautan seperti yang dilakukan Indonesia dengan
bergabung dalam Forum Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia (Kementerian
Komunikasi Dan Informatika, n.d.). Komponen-komponen tersebut akan menentukan posisi peran
Indonesia dalam sektor ekonomi kelautan dunia, khususnya di Samudera Hindia, selain itu juga
berupaya membangun integrasi ekonomi global melalui lautan, interaksi kekuatan ekonomi, sosial,
klimatologi, dan teknis sebagai wujudnya. pengembangan sumber daya dan kegiatan bisnis.

Pada dasarnya, industri kelautan dan perikanan Indonesia harus terintegrasi ke dalam siklus
produksi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah

15
Indonesia dalam hal menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Pengembangan teknologi tidak
diragukan lagi diperlukan untuk memungkinkan inovasi, sedangkan kapasitas sumber daya
manusia yang berkualitas dan terampil diperlukan untuk kreativitas. Perpaduan antara kapasitas
sumber daya manusia dan rekayasa teknologi menjadi krusial dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi kompleks dengan menggunakan paradigma ekonomi biru. Pengembangan ekonomi yang
berjuang dengan menggunakan gagasan "ekonomi biru" dengan demikian akan bergantung pada
integrasi hulu dan hilir untuk memanfaatkan sumber daya laut dengan lebih baik sambil juga
menambah nilai, meningkatkan daya saing produknya, dan menghasilkan pendapatan inklusif.

Industri perikanan dengan efisiensi alam adalah salah satu contoh penerapan ekonomi biru,
yaitu pemanfaatan sumber daya alam melalui peningkatan nilai tambah, komoditas (ikan atau
udang), dan diversifikasi produk untuk dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang lebih
banyak tetapi dengan penggunaan yang hemat sumber daya. Sumber daya alam pada akhirnya
dapat dieksploitasi secara lebih efektif karena seluruh bagian penyusunnya dimanfaatkan tanpa
meninggalkan limbah. Dalam arti seluruh produk diolah untuk meningkatkan nilai ekonomisnya,
yang terkadang lebih tinggi dari nilai harga komoditas daging.

Pengembangan usaha dan investasi industri perikanan dengan model Blue Economy
melalui penggabungan Indonesia dalam Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia
merupakan bagian penting dalam meningkatkan sistem pengelolaan laut yang baik, karena laut
menjadi terkendali dan alami, dengan meningkatkan keuntungan ekonomi sumber daya laut
termasuk perikanan (laut yang dikuasai), dan menjaga laut dari kerusakan, bahkan pencemaran.
Melalui model ekonomi biru. Setiap komponen yang terdapat pada bahan baku dapat dimanfaatkan
oleh pengusaha dan investor sebagai bahan baku untuk menciptakan barang yang memiliki nilai
tambah. Alhasil, berbagai barang dan jasa dapat tercipta, meningkatkan kegiatan produktif,
meningkatkan prospek lapangan kerja, dan mendukung pembangunan sektor maritim bangsa.

5.2. The Role of Infrastructure on Maritime Sector

Infrastruktur merupakan faktor yang sangat penting dalam merencanakan pembangunan,


termasuk pekerjaan di sektor kemaritiman. Satu-satunya cara pembangunan infrastruktur yang
paling efektif untuk mendukung pertumbuhan sektor jasa dalam negeri adalah dengan membangun
dan mendukung fungsi tenaga kerja di pusat-pusat ekonomi lokal. Pelabuhan dapat menciptakan

16
keseimbangan laut yang berfungsi sebagai saluran interaksi ekonomi dan lainnya. Oleh karena itu
sinergi program pembangunan dan pengembangan sektor maritim dengan program penguatan
konektivitas antar wilayah harus dilakukan untuk memanfaatkan posisi Indonesia sebagai negara
yang terhubung dengan ekonomi regional dan global. Selain menumbuhkan industri pendukung,
hal ini juga berlaku untuk mempercepat pembangunan sektor maritim, dengan begitu, beberapa
masalah berulang di bidang kelautan dapat diselesaikan.

Karena teknologi yang kurang memadai, terutama infrastruktur dan produktivitas nelayan,
sektor kelautan dan perikanan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangganya. Program
hebat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi adalah program pengembangan
dan pengembangan sektor kebakaran. Untuk mensukseskan program prioritas pemerintah ini,
berbagai langkah lain harus dilakukan, antara lain penguatan sumber daya manusia dan pemajuan
iptek di bidang industri maritim.

Kebijakan pengelolaan maritim yang transparan, bertanggung jawab, dan profesional


diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Tata kelola maritim
diperlukan untuk menangani masalah maritim yang sangat rumit. Agar pembangunan kemaritiman
mampu menghasilkan kesejahteraan masyarakat, diperlukan keterlibatan para pemangku
kepentingan di berbagai tingkatan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Di sinilah konsep
“good governance” diperlukan dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia. Oleh karena itu, untuk mengimplementasikan “Poros Maritim Dunia” sebagai kebijakan
luar negeri Indonesia, diperlukan konsep yang tepat. Konsep ini dapat dipahami dengan tiga cara,
yaitu:

1) Pertama, Indonesia bertujuan untuk tumbuh sesuai dengan visi atau keinginan yang
dikenal dengan poros maritim. Dalam konteks ini, konsep poros merupakan tuntutan kuat
untuk merebut kembali identitas Indonesia sebagai negara kepulauan, yang diantisipasi
Indonesia sebagai kekuatan maritim yang bersatu, kaya, dan bermartabat.
2) Kedua, poros maritim juga dapat dilihat sebagai gagasan yang menawarkan panduan
menuju tujuan bersama (common purpose/collective concsiousness). Jokowi harus bisa
mendorong masyarakat Indonesia untuk melihat diri mereka sebagai "Poros Maritim
Dunia, Kekuatan Antara Dua Samudera" sebagai bagian dari platform politiknya.

17
3) Ketiga, gagasan Poros Maritim Dunia Presiden Jokowi harus bergerak melampaui
abstraksi dan konseptualisasi dan mengambil bentuk nyata sebagai bagian dari inisiatif
konkret lainnya yang merupakan bagian dari platformnya dan akan dilakukan oleh
pemerintahannya di masa depan.

Gagasan bahwa Poros Maritim Dunia sangat penting bagi agenda pertumbuhan nasional.
Pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan untuk membangun infrastruktur maritim, seperti
pelabuhan, pembangunan penunjang pelabuhan, infrastruktur penghubung pelabuhan dan kota,
serta pelabuhan mutakhir yang terletak di pulau-pulau terluar. sehingga komunikasi antar pulau
Indonesia dapat terjalin. Untuk memastikan lalu lintas dan mobilitas antar pulau yang lebih cepat,
lebih murah, dan lebih praktis, produk, orang, dan layanan, sangat penting untuk membangun
infrastruktur maritim. Selain itu, Keamanan Maritim membutuhkan pertahanan dan pertahanan,
dan TNI Angkatan Laut harus mampu memberikan keamanan di wilayah perairan, laut, dan laut.
TNI Angkatan Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta instansi terkait lainnya harus
bekerja sama untuk mengatasi berbagai kejahatan transnasional seperti illegal fishing, illegal
logging, illegal mining, drug trafficking, dan kejahatan lintas negara lainnya. Setiap pulau harus
mengizinkan kehadiran TNI AL dan menjamin perlindungan nelayan dan pihak lain yang terlibat
dalam kegiatan maritim. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa kejahatan internasional tersebut
telah menghancurkan negara Indonesia, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya laut yang luar
biasa yang perlu dijaga dengan baik. Oleh karena itu, pembangunan tidak hanya harus
berkonsentrasi pada ekonomi tetapi juga pertahanan.

Maka dari itu dalam sub-bab selanjutnya penulis akan merasionalisasi dan menjelaskan
terkait beberapa program yang berkaitan dengan gagasan ‘Poros Maritim Dunia’-nya. Dimana
program-program ini diberlakukan selama periode kepemimpinan presiden Jokowi dalam rangka
pembangunan di sektor maritim Indonesia. Keseriusan mewujudkan Indonesia sebagai Poros
Maritim Dunia ditunjukkan dengan inisiatif seperti program pembangunan “jalan tol laut” untuk
menjamin konektivitas antar pulau, pertumbuhan industri pelayaran dan perikanan, pembangunan
pelabuhan, peningkatan transportasi laut, dan fokus pada keamanan maritim. Selain itu, dalam
strategi politiknya di ruang lingkup Hubungan Internasional, ia juga melakukan berbagai praktik
diplomasi pada pembangunan sektor maritim ini – khususnya diplomasi ekonomi – untuk menarik

18
berbagai investor dan juga kerja sama antar negara (bilateral) yang dapat berkontribusi terhadap
pembangunan Indonesia pada sektor maritim.

5.3. Maritime Sector Program and Foreign Investment

Perluasan pelabuhan fisik dan konektivitas ekonomi adalah contoh implementasi gagasan
‘Poros Maritim Dunia’. Membangun sistem fisik untuk memenuhi tuntutan sosio-ekonomi
kelautan membutuhkan infrastruktur pelabuhan. Pembangunan pelabuhan, khususnya, merupakan
proses yang rumit karena melibatkan banyak pemangku kepentingan dan proyek lainnya.
Pembangunan pergudangan, jalan tol/tol, komunikasi, dan kabel akan terus berjalan seiring dengan
pembangunan pelabuhan. Sepanjang terkait langsung dengan bisnis utamanya, investasi
infrastruktur umumnya merupakan kepentingan terbaik sektor swasta. Misalnya, sementara
penyedia layanan komunikasi biasanya berinvestasi dalam infrastruktur komunikasi, bisnis
pelayaran biasanya terlibat dalam perluasan pelabuhan.

Gambar 1 Tol Laut


https://twitter.com/kemenhub151/status/913204341648920576?lang=id

Presiden Jokowi menegaskan, perluasan pelabuhan dan peningkatan kapasitas seharusnya


selesai dalam kurun waktu lima tahun pemerintahannya. Namun karena memiliki banyak kendala
– khususnya dalam keuangan negara– oleh karena itu salah satu program yang ada adalah Public
Private Partnership (PPP). Badan Kerjasama Penanaman Modal berhasil meyakinkan investor baik
domestik maupun internasional untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur, termasuk yang
menggunakan model Public Private Partnership (PPP).

19
Kunjungan Presiden Jokowi ke China pada APEC CEO Summit misalnya, bertujuan juga
untuk mengajak investor berpartisipasi membangun pelabuhan laut dan deep seaport dalam
mendukung konektivitas maritim (Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Remarks by
Indonesian President Joko Widodo at the APEC CEO Summit on November 10, 2014, in Beijing,
China., n.d.). Semangat Jokowi membangun jalur pelayaran laut mendapat sambutan hangat dari
Xi Jinping, yang juga berkeinginan untuk membangun konektivitas di ASEAN melalui Master
Plan on ASEAN Connectivity (MPAC). Skema ini perlu memiliki sistem pendukung infrastruktur
maritim untuk menopang pertumbuhan dan kesejahteraan yang merata di negara ini. Namun,
semua pelabuhan ini perlu didukung oleh industri perkapalan untuk memperbesar permintaan
investasi modal. Indonesia telah mendirikan pelabuhan-pelabuhan internasional yang berada pada
posisi yang menguntungkan untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas perdagangan dan
pelayaran global. Karena sifatnya yang memakan waktu, proyek infrastruktur tol laut (Gambar 1)
menarik investasi besar dengan siklus keuntungan yang relatif lebih panjang. Perlu ditekankan
bahwa infrastruktur fisik sangat penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia bagian
timur dan barat serta untuk integrasinya. Sabuk ekonomi maritim yang strategis digunakan untuk
membangun infrastruktur maritim. Sabuk ekonomi kelautan merupakan rencana perluasan
ekonomi berbasis maritim yang menitikberatkan pada penciptaan jaringan pusat perdagangan dan
industri yang menghubungkan pulau-pulau kecil dengan kota-kota pesisir.

Selain itu, kegiatan perdagangan ekspor-impor dipermudah oleh Indonesia dengan


perjanjian dan kerjasama regional dan internasional, seperti Trans-Pacific Partnership (TPP),
Regional Comprehensive Economic Partnership, dan ASEAN Maritime Security (RCEP).
Ketersediaan berbagai fasilitas seperti pelabuhan, kapal kargo dan penumpang, serta industri
pengolahan sangat diperlukan untuk mendukung potensi maritim Indonesia yang sangat besar.
Transportasi, penyimpanan, dan pengemasan logistik hanyalah beberapa dari operasi ekonomi
yang terjadi di pelabuhan dan fasilitas maritim lainnya yang melayani kepentingan lokal, nasional,
dan dunia.

Sebagai strategi maritim jangka panjang, Poros Maritim Dunia memiliki relevansi yang
signifikan, mengemukakan paradigma baru bagi pembangunan Indonesia. Ketepatan tersebut
dapat ditegakkan dengan menetapkan strategi terukur untuk mengamankan kedaulatan politik
nasional, wilayah maritim dan perairan nasional, mengoptimalkan diplomasi ekonomi, serta

20
membangun infrastruktur yang mendukung konektivitas dan interkoneksi antar kepentingan di
laut, darat, dan udara. Sehingga Indonesia dapat memaksimalkan potensi sumber daya laut dan
ekonominya di sektor maritim, dan terciptanya kegiatan ekonomi yang lebih masif di sektor
maritim Indonesia.

Diplomasi ekonomi penting sebagai keuntungan ekonomis dan juga kemakmuran


Indonesia ke depan. Dengan mengoptimalkan kekuatan maritim Indonesia melalui diplomasi
ekonomi, Indonesia dapat memperkuat kekuatan domestik maupun kerjasama internasional, baik
di tingkat bilateral, regional maupun multilateral. Gagasan Poros Maritim Dunia sebagai kebijakan
meningkatkan konektivitas dan infrastruktur maritim dengan mulai membangun tol laut (Gambar
1), membangun pelabuhan laut dan jaringan logistik, serta mengembangkan pariwisata maritim,
perikanan, dan industri pelayaran. Hal itu juga berupaya menjaga dan mengelola sumber daya laut
untuk mengamankan “kedaulatan pangan” negara (Rendi A. Witular, 2014).

Dalam upaya mencapai diplomasi ekonomi melalui Poros Maritim Dunia, masih banyak
sektor yang harus ditingkatkan Indonesia, tentunya sektor maritim. Jokowi telah menyatakan
bahwa sektor maritim merupakan salah satu sektor yang dilupakan dan dipinggirkan dalam agenda
pembangunan nasional (Darmansjah Djumala, 2015) sedangkan sektor lainnya seperti pertanian
dan Pertambangan merupakan sektor yang mendapat perhatian lebih di Indonesia. Diplomasi
Ekonomi Indonesia menurutnya harus difokuskan pada infrastruktur maritim, navigasi,
pembangunan galangan kapal dan perikanan. Jokowi bertujuan untuk merevitalisasi perdagangan
antar pulau yang menghubungkan konektivitas, melindungi dan memodernisasi industri perikanan,
dan mengembangkan industri galangan kapal.

Dengan terbentuknya hub maritim Indonesia, diplomasi ekonomi harus menjelma menjadi
langkah konkrit yang akan memperkuat seluruh kerjasama internasional yang dapat mendorong
pemanfaatan potensi dan kekayaan maritim Indonesia seutuhnya. Mengingat industri perikanan
merupakan salah satu penopang perekonomian nasional, diplomasi ekonomi perlu ditekankan
untuk meningkatkan nilai tambah industri perikanan Indonesia. Di tingkat internasional, efek
diplomasi ekonomi dapat membuat Indonesia diakui sebagai negara yang andal dan stabil. Dengan
demikian, selain keberhasilan Indonesia memperkuat diplomasi ekonominya, hal ini juga akan
mendorong Indonesia menarik investasi asing. Presiden Jokowi menyatakan bahwa Indonesia

21
harus fokus untuk membawa lebih banyak investasi asing ke Indonesia (Rachmadea Aisyah,
2019).

Jokowi sudah menjalankan rencananya untuk menarik investasi asing masuk untuk
pengembangan infrastruktur maritim dan industri pertahanan negara. Dalam rencananya ia tidak
hanya berhasil mendapatkan komitmen dari China namun ia juga berhasil mendapatkan komitmen
dari pemerintah Jepang untuk membantu Indonesia membangun infrastruktur maritimnya. Dia
juga telah mengindikasikan bahwa pembangunan infrastruktur maritim akan menjadi prioritas
utama bagi pemerintahannya dan untuk alasan itu dia akan bekerja untuk mendapatkan komitmen
serupa dari negara-negara besar lainnya yang akan semakin memperkuat kerja sama (Desca
Natalia & Uyu Liman, 2022).

Dalam kerangka ini ‘Poros Maritim Dunia’, salah satu lokomotif yang mendukung
pembangunan ekonomi diharapkan adalah sektor maritim. Oleh karena itu, industri perikanan akan
mampu menarik pertumbuhan ekonomi yang berbobot jika berkembang. Dengan mengingat hal
ini, masuk akal jika perkembangan ekonomi akan menjadi kekuatan pendorong di balik industri
ini. apakah manusia mampu memanfaatkan dan mengelola hasil laut seefektif mungkin, tentunya
perekonomian laut akan meningkat drastis dari sebelumnya. Berdasarkan gambar di atas (Gambar
1), dapat kita asumsikan bahwa tol laut membawa banyak dampak bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Beberapa manfaat yang sangat mungkin dapat dirasakan oleh masyarakat, yaitu:
pertama, tol laut dapat menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat Indonesia; Kedua, tol laut
membuat kemerdekaan, dan jumlah pendapatan nelayan Indonesia meningkat; Ketiga, tol laut
dapat meningkatkan pembangunan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia dan mengurangi
pengangguran di Indonesia.

Dengan potensi wilayah laut, sumber daya alam, dan sumber daya manusia Indonesia yang
sangat besar, laut berpotensi menjadi industri unggulan dalam kemajuan pembangunan nasional
di masa mendatang. Ini juga memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif, dan
keunggulan kompetitif. Tentu saja perlu adanya kesadaran bersama akan pentingnya pengelolaan
dan pengembangan sumber daya laut tersebut untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia yang
lebih baik. Karena proyeksi untuk pengembangan ekonomi maritim mutlak harus dilengkapi
dengan perhitungan matematis yang meyakinkan tentang potensi kontribusinya untuk sistem

22
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, dapat dicapai solusi bagi upaya-upaya untuk
meningkatkan pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kesejahteraan manusia.

5.4. Maritime Silk Road and Indonesia-China Relations

Visi Presiden Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
berpengaruh bagi hubungan dan kerja sama Indonesia-China. Hal ini terlihat dari hasil kunjungan
Presiden Jokowi untuk memulai beberapa kesepakatan penguatan kerja sama ekonomi dengan
China, khususnya di bidang perdagangan, infrastruktur, keuangan, dan industri. Selain itu,
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan melalui interdependensi antara Indonesia-
China adalah melalui persetujuan China atas gagasan Poros Maritim dan 21st Century Maritime
Silk Road (Gambar 2). Hubungan interdependensi Indonesia dengan China atas persetujuan Poros
Maritim berimplikasi dan kerjasama strategis untuk konektivitas maritim guna mewujudkan
kepentingan ekonomi kedua belah pihak. Terwujudnya Poros Maritim dapat meningkatkan kerja
sama strategis melalui pembangunan infrastruktur yang akan memfasilitasi perdagangan ekonomi
antara Indonesia dan China. Kerja sama strategis pemerintah Indonesia dengan China dituangkan
dalam Pernyataan Bersama Kemitraan Strategis Komprehensif antara Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat China (Eka Yudha Saputra, 2022).

Gambar 2 Maritime Silk Road


https://www.merics.org/en/tracker/mapping-belt-and-road-initiative-where-we-stand

23
Hubungan bilateral Indonesia dengan China senantiasa mengedepankan prinsip saling
menghormati, menghargai dan kedua negara berperan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas
kawasan sehingga terjalin kemitraan strategis yang komprehensif untuk meningkatkan saling
menguntungkan dan mencapai kesejahteraan masyarakat (Rini Utami, 2015). Terkait dengan
politik luar negeri Indonesia terhadap China, kerjasama ekonomi saat ini memang menjadi
keuntungan bagi kedua belah pihak, terutama dalam realisasi gagasan Poros Maritim Dunia
dimana pemerintah China sebagai mitra utama akan berbagi keuntungan Poros Maritim Indonesia
(Joint Statement on Strengthening Comprehensive Strategic Partnership between the People’s
Republic of China and The Republic of Indonesia, 2015).

Jadi pada titik tertentu, agenda Jokowi untuk membangun infrastruktur maritim di
Indonesia juga terlibat dengan China untuk melakukan strategi Poros Maritim dengan melengkapi
tujuan China untuk menciptakan ‘Maritime Silk Road’ (Error! Reference source not found.). Salah
satu pilar utama strategi Jokowi adalah membangun infrastruktur maritim (Fachri Pramuja &
Fredy Buhama L. Tobing, 2020) seperti pelabuhan dan industri perikanan. China telah berjanji
untuk mendukung prakarsa ini melalui Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) atau Bank
Investasi Infrastruktur Asia (di mana Indonesia adalah salah satu anggota pendirinya) dan China
Silk Road Fund. Selain itu, China juga telah menjanjikan investasi di luar domain maritim,
misalnya dalam proyek kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan Jakarta dan Bandung,
dan dalam proyek energi dan jalan tol.

Meskipun jalur darat juga dibangun kembali untuk pertukaran produk, teknologi, dan
informasi, jalur air berfungsi sebagai dasar pengembangan Maritime Silk Road bagi China.
Sumber daya untuk pembangunan berkelanjutannya adalah lautan. China merasa perlu mendorong
pertumbuhan koneksi dengan tetangga dekat dan jauhnya serta membuka wilayah pesisirnya.
Pengembangan Maritime Silk Road abad ke-21 didanai melalui pendirian Asian Infrastructure
Investment Bank (AIIB).

Alasan Cina dalam pendekatan ini tidak diragukan lagi saling terkait. Pilihan ini diambil
secara rasional setelah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian China dalam menjalankan
tujuannya, terutama dalam mendukung Indonesia di Poros Maritim Dunia. Menurut Waltz (Kahler,
1994), negara membuat keputusan yang masuk akal untuk memajukan kepentingannya sendiri

24
sejauh mungkin. Singkatnya, ini merupakan suatu bentuk pilihan rasional yang ditujukan untuk
memaksimalkan kepentingan China itu sendiri dalam kerjasamanya dengan Indonesia. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kepentingan China sangat mempengaruhi dukungan China
terhadap kebijakan Poros Maritim Indonesia. Banyak akademisi China berpendapat bahwa untuk
mencapai kepentingan nasionalnya, China harus terlibat dalam diplomasi ekonomi yang luas
dengan negara-negara tetangganya.

Kebijakan luar negeri seringkali ambigu dan sangat-sangat dinamis dalam upaya mencapai
kepentingan nasionalnya. Perumusan kebijakan luar negeri juga dipengaruhi oleh keadaan internal
dan eksternal, serta pengaruh yang datang dari negara itu sendiri. Kebijakan luar negeri, oleh
karena itu, menurut Holsti dan Waltz (Kahler, 1994; Holsti, 1983), dapat dipahami sebagai
langkah-langkah yang dilakukan untuk berinteraksi dengan negara lain atau menghadapi keadaan
dalam sistem internasional untuk mencapai tujuan nasional negara tersebut. Selain itu, ia
menganggap sumber daya sosial sebagai elemen internal. Partai politik, pendapat umum, dan
kondisi domestik adalah beberapa komponennya. Sebagai elemen internal yang membentuk opini
publik pada konteks China, lingkungan memiliki kapasitas untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan China. Sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan China untuk mendukung kebijakan
poros maritim Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, faktor struktur pemerintahan
atau sumber daya pemerintah yang memprovokasi pemerintah untuk mengambil keputusan ini
sebagai akibat dari pertimbangan kondisi sistem internasional yang ada. Kedua, tampaknya ada
faktor sosial atau sumber sosial yang menjelaskan kondisi pasar domestik China, investasi, dan
kebutuhan ekonomi lainnya.

Sebagai contoh, menurut Yan Xue Tong, ada tiga alasan mengapa China perlu
mengembangkan kebijakan luar negerinya dan diplomasi ekonomi. Salah satu alasannya agar
China mampu menjadi kekuatan global, pertama-tama ia harus meningkatkan kekuatan
regionalnya. Kedua, dengan membina hubungan baik dengan negara lain, China akan memperoleh
banyak dukungan yang diperlukan untuk mengimbangi tekanan AS yang dipandang terus
membayangi kemajuan China. Terakhir, dengan menjalin hubungan luar negeri yang baik, China
melalui investasinya yang masif dalam implementasi kebijakan One Belt One Road (OBOR) dan
Maritime Silk Roadnya yaitu untuk memperluas dan mendukung kegiatan perdagangannya dan

25
juga dapat mengkomunikasikan kepada negara lain pentingnya kerjasama dengan China (Pradhan,
n.d.).

Kebijakan Maritime Silk Road abad ke-21 China dan tujuan RI untuk Poros Maritim
Global menunjukkan bahwa Jalur Sutra Maritim bersifat internasional. Di sisi lain, Poros Maritim
Dunia Republik Indonesia adalah politik luar negeri yang lebih menitikberatkan pada
pembangunan dalam negeri daripada hubungan luar negeri. Konektivitas merupakan salah satu
aspek utama kerja sama China-Indonesia dalam implementasi kebijakan Maritime Silk Road dan
Poros Maritim Dunia. Maritime Silk Road berusaha membangun hubungan China dengan Eropa
melalui Asia Tenggara dan Afrika. Sementara itu, Indonesia dan Poros Maritim Dunia-nya sedang
berusaha menjalin hubungan antar pulau dan pembangunan dalam negeri melalui diplomasi
ekonomi.

26
BAB VI
KESIMPULAN

Secara keseluruhan, visi Presiden Jokowi terhadap kebijakan luar negeri Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia adalah salah satu pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang
berkelanjutan. Karena Indonesia memiliki potensi geografis untuk lebih mengembangkan visi
maritim ini. Berdasarkan temuan analisis, dapat disimpulkan bahwa Indonesia sangat spesifik
dalam tujuan diplomasinya untuk melakukan pembangunan dengan memanfaatkan potensinya
sebagai negara. Dalam konteks ini, Indonesia harus mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan diplomasi ekonomi untuk pembangunannya. Diplomasi ekonomi juga dimaksudkan
untuk mendorong upaya pemerintah dalam mewujudkan perekonomian nasional yang lebih
mandiri dan berdaya saing melalui pembangunan konektivitas dan infrastruktur. Dapat dikatakan
bahwa konektivitas dan infrastruktur dalam konteks ‘tol laut’ memiliki dua fungsi. Pertama, agar
roda perekonomian nasional tetap berjalan lancar dan merata. Kedua, memberikan kontribusi pada
jaringan rantai pasokan global dan regional. Agar perekonomian nasional lebih efisien dan merata,
kesenjangan antara wilayah timur dan barat Indonesia harus ditutup.

Untuk meningkatkan taraf hidup di Indonesia, sektor perikanan dan perdagangan harus
mencapai tingkat pengelolaan yang setinggi-tingginya. Selama negara ini menginvestasikan
waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk mengelola potensi sumber daya maritimnya, tujuan ini
dapat dicapai. Alhasil, setidaknya di Asia Tenggara, Indonesia berpotensi tumbuh menjadi negara
adidaya atau episentrum global. Karena pengelolaan potensi maritim Indonesia yang efektif sama
pentingnya untuk kemajuan negara. Untuk mengelola sektor perikanan dan perdagangan, negara
harus memainkan peran pengaturan tata kelola bersama dengan sektor swasta, masyarakat, dan
khususnya nelayan kecil.

Tidak dipungkiri, membangun infrastruktur maritim membutuhkan anggaran yang tidak


sedikit. Perluasan dan peningkatan pengelolaan infrastruktur laut Indonesia akan sangat dibantu
dengan menyambut keterlibatan asing di bidang infrastruktur maritim dan pelonggaran
pembatasan. Pembangunan infrastruktur pelabuhan dan maritim Indonesia tampaknya
menawarkan peluang besar bagi industri dan investasi. Indonesia harus bekerja dengan
tetangganya untuk menegakkan perdamaian dan keamanan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain

27
kerjasama bilateral antar negara ASEAN, mekanisme ASEAN harus tetap berjalan demi
kepentingan terbaik Indonesia. Saat membuat struktur regional yang sesuai, pertimbangan harus
diberikan pada berbagai sistem hukum dan kepentingan nasional masing-masing negara terkait
dengan masalah maritim.

Pengembangan kepemimpinan Indonesia di berbagai posisi di tingkat bilateral, regional, dan


multilateral diharapkan dapat difasilitasi oleh diplomasi kelautan yang mengacu pada pengelolaan
hubungan internasional di tingkat maritim dan pemanfaatan aset maritim. Semua tujuan tersebut
sangat penting bagi terciptanya dan terpeliharanya perdamaian dan keamanan dunia melalui sektor
maritim.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aria Jati Kusuma. (2021, April 12). Pentingnya Penguatan Aspek Penyadartahuan Mitigasi
Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Masyarakat Pesisir di Kabupaten Sumba Timur,
Provinsi NTT. DIREKTORAT PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.

Bull, H. (2002). The anarchical society : a study of order in world politics. Palgrave.

Carl Joachim Friedrich. (1963). MAN AND HIS GOVERNMENT: An Empirical Theory
Politics.

Chapsos, I., & Malcolm, J. A. (2017). Maritime security in Indonesia: Towards a


comprehensive agenda? Marine Policy, 178–184.

Connelly, A. L. (2015). Sovereignty and the sea: President joko widodo’s foreign policy
challenges. Contemporary Southeast Asia, 37(1), 1–28. https://doi.org/10.1355/cs37-1a

Darmansjah Djumala. (2015, January 2). Revisiting economic diplomacy. The Jakarta Post.
https://www.thejakartapost.com/news/2015/01/02/revisiting-economic-diplomacy.html

Desca Natalia, & Uyu Liman. (2022, July 27). Japan to further support Indonesia’s maritime
improvement: PM. https://kalsel.antaranews.com/berita/336933/japan-to-further-support-
Indonesias-maritime-improvement-pm

Drezner, D. W. (2001). Globalization: A Critical Introduction by Jan Aart Scholte. Political


Science Quarterly, 116(3), 480–482. https://doi.org/10.2307/798044

Edelweis Lararenjana. (2021, April 8). Mengenal Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia yang
Wajib Diketahui. Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-tujuan-politik-luar-
negeri-Indonesia-yang-wajib-diketahui-ini-selengkapnya-kln.html

Eka Yudha Saputra. (2022, July 27). Indonesia-Cina Teken 7 Kesepakatan dalam Pertemuan
Jokowi dengan Xi Jinping. TEMPO.CO. https://bisnis.tempo.co/read/1616309/Indonesia-cina-
teken-7-kesepakatan-dalam-pertemuan-jokowi-dengan-xi-jinping

29
Fachri Pramuja, & Fredy Buhama L. Tobing. (2020). GLOBALISASI DAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MARITIM INDONESIA DI BIDANG
KONEKTIVITAS DAN SISTEM LOGISTIK. Journal of International Studies, 5(1), 31–46.
https://doi.org/10.24198/intermestic.v5n1.3

Feri Ansori. (2017). Refleksi dan Proyeksi Hubungan Sosial Budaya China-Indonesia. Al
Azhar Indonesia, 4(1). https://jurnal.uai.ac.id/index.php/SH/article/view/246/231

Geoffrey Vickers. (1995). The Art of Judgment: A Study of Policy Making (3rd ed.). SAGE.

Graham T. Allison. (1999). Essence of Decision (1999) (Zelikow Philip, Ed.). Longman.

Hendra Cipta. (2021, April 12). Negara Merugi hingga Rp 30 Triliun Tiap Tahun akibat
Pencurian Ikan di Natuna. Kompas.Com.
https://regional.kompas.com/read/2021/04/12/172819478/negara-merugi-hingga-rp-30-triliun-
tiap-tahun-akibat-pencurian-ikan-di?page=all

Holsti, K. J. (1970). National Role Conceptions in the Study of Foreign Policy. International
Studies Quarterly, 14(3), 233. https://doi.org/10.2307/3013584

Itzhak Gilboa. (2010). Rational Choice.

Joint Statement on Strengthening Comprehensive Strategic Partnership between the People’s


Republic of China and The Republic of Indonesia. (2015, March 27). Ministry of Foreign Affairs
of The People Republic of China.
https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/wjdt_665385/2649_665393/201503/t20150327_679397.htm
l

Junef, M. (2019). Implementasi Poros Maritim dalam Prespektif Kebijakan. Jurnal Penelitian
Hukum De Jure, 19(3), 303. https://doi.org/10.30641/dejure.2019.v19.303-322

Kahler, M. (1994). Rationality in International Relations. International Organization, 66,


919–941.

Kalevi Jaakko Holsti. (1983). International politics : a framework for analysis. In 1983.
https://archive.org/details/internationalpol0004hols

30
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (n.d.). Retrieved December 17, 2022, from
https://www.kominfo.go.id/content/detail/9435/presiden-samudera-hindia-masa-depan-ekonomi-
dunia/0/berita

Lipset, S. M. (1959). Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and


Political Legitimacy. American Political Science Review, 53(1), 69–105.
https://doi.org/10.2307/1951731

Mastanduno, M., Lake, D. A., & Ikenberry, G. J. (1989). Toward a Realist Theory of State
Action. International Studies Quarterly, 33(4), 457. https://doi.org/10.2307/2600522

Pradhan, S. (n.d.). China’s Maritime Silk Route and Indonesia’s Global Maritime Fulcrum:
Complements and Contradictions. www.icsin.org

R. P. Barston. (2013). Modern Diplomacy (4th ed.). Routledge.

Rachmadea Aisyah. (2019, March 15). Jokowi wants regions to upgrade investment climate.
The Jakarta Post.

Rendi A. Witular. (2014, November 14). Presenting Maritime Doctrin. The Jakarta Post.
https://www.thejakartapost.com/news/2014/11/14/presenting-maritime-doctrine.html

Rini Utami. (2015, April 13). Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi.
ANTARA NEWS. https://www.antaranews.com/berita/490460/hubungan-Indonesia-tiongkok-dari-
soekarno-hingga-jokowi

Roosevelt, T., & Mahan, A. T. (1894). The Influence of Sea Power upon History. 1660-1783.
Political Science Quarterly, 9(1), 171. https://doi.org/10.2307/2139927

Rosenau, J. N. (1976). International Studies in a Transnational World. Millennium: Journal


of International Studies, 5(1), 1–20. https://doi.org/10.1177/03058298760050010101

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Remarks by Indonesian President Joko Widodo at


the APEC CEO Summit on November 10, 2014, in Beijing, China. (n.d.). Retrieved December 17,
2022, from https://setkab.go.id/remarks-by-Indonesian-president-joko-jokowi-widodo-at-the-
apec-ceo-summit-on-november-10-2014-in-beijing-china/

31
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). (n.d.). Retrieved December 3, 2022, from
https://kkp.go.id/SKPT/page/981-visi-dan-misi

Suhartono, & Icha Rastika. (2015, August 14). Jokowi Ingin Buktikan Indonesia sebagai
Negara Maritim yang Tangguh. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2015/08/14/11233711/Jokowi.Ingin.Buktikan.Indonesia.sebag
ai.Negara.Maritim.yang.Tangguh

32

Anda mungkin juga menyukai