Anda di halaman 1dari 46

SEMINAR PROPOSAL

Geopolitik Indonesia dalam Doktrin ‘Poros Maritim Dunia’


pada Masa Kepemimpinan Presiden Joko Widodo Tahun
2014-2016

Disusun Oleh :
Juan Maichel Tumilaar

6211191107

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
BAB I............................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................2
1. 1. Latar Belakang...................................................................................................2
1. 2. Rumusan Masalah............................................................................................12
1. 3. Tujuan Penelitian.............................................................................................12
1. 4. Manfaat Penelitian...........................................................................................12
1. 5. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................13
1. 6. Teknik Analisa Data........................................................................................13
1. 7. Sistematika Penulisan......................................................................................13
BAB II.........................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................14
2. 1. Studi Terdahulu...............................................................................................14
2. 2. Kajian Teoritis.................................................................................................17
2. 2. 1. Konsep Geopolitik...................................................................................17
2. 2. 2. Definisi Operasional.................................................................................35
2. 4. Kerangka Pemikiran........................................................................................39
2. 5. Hipotesis..........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Terpilihnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2014

memberikan terobosan baru bagi arah kebijakan luar negeri Indonesia yaitu

dengan doktrin ‘Poros Maritim Dunia’. Hal ini berbeda dengan pendahulunya

yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY merupakan figure

pembuat kebijakan yang tegas karena pengalamannya di karir militer1. Presiden

SBY juga memposisikan dirinya sebagai negarawan yang ahli dan seorang yang

intelek dalam pembuatan kebijakan luar negeri. SBY mendefinisikan Indonesia

di dunia internasional sebagai negara dengan “a thousand friends and zero

enemies” dan “all directions foreign policy”. Pada masa pemerintahannya SBY

menjalin ikatan baik dengan Amerika Serikat dan Cina, selain itu juga menjalin

hubungan baik dengan Iran dan Korea Utara. SBY juga menjalin hubungan

yang hangat dengan Australia, Singapura, dan Malaysia.

Indonesia pada masa pemerintahan SBY dipandang sebagai negara rising

power karena kekuatan ekonomi yang cukup kuat dan penghargaan yang

diberikan kepada Indonesia. Tetapi SBY juga cenderung menjauhi

pilihanpilihan yang sulit dalam kebijakan luar negerinya sesuai dengan visinya

“a thousand friends and zero enemies”. Visi ini digunakan oleh SBY sebagai

ajang promosi mengenai profil Indonesia terhadap masalah-masalah yang ada di

dunia internasional seperti keikutsertaan Indonesia dalam G-20 summits dan

1 Aaron L. Connely, (2014), Indonesian Foreign Policy Under President Jokowi, Diakses dari
http://www.lowyinstitute.org/files/indonesian-foreign-policy-under-president-jokowi_0.pdf.,
Pada 10 November 2022.

2
cochairing di High Level Panel di Sekretariat PBB dalam the Post-2015

(Millenium Development Goals) Development agenda dan banyak lagi2. Selama

sepuluh tahun menjabat sebagai presiden dalam kebijakan luar negerinya,

Indonesia seakan kekurangan arah dalam melakukan proyeksinya dan minim

akan dampak terhadap politik domestiknya. Hal ini juga terlihat dalam

penyelesain isu Laut Cina Selatan yang tidak pasti. Meskipun SBY telah

meningkatkan anggaran untuk militernya akan tetapi kapabilitas militer

Indonesia tetap kekurangan dana3.

Doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ yang dicetuskan oleh Jokowi pada masa

kepemimpinannya memiliki arah yang lebih jelas dibandingkan pendahulunya.

Doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ sejalan dengan politik ‘bebas aktif’ Indonesia.

Politik ‘bebas aktif’ pada masa SBY diartikan sebagai “a thousand friends and

zero enemies” dan “all directions foreign policy”, Jokowi mengartikan politik

‘bebas aktif’ sebagai “making friends with countries that can provide Indonesia

benefits”, hal ini ditegaskan oleh Jokowi dalam pernyataannya “What’s the

point of making friends if we are always on the losing end?” 4. Jadi, dalam

menjalin

hubungan dengan negara lain tidak hanya menunjukkan peran di dunia

internasional akan tetapi juga bagaimana hubungan tersebut mampu

2 Ted Piccone dan Bimo Yusman, (2014), Indonesian Foreign Policy: ‘A Million Friends and
Zero Enemies’, Diakses dari
http://www.brookings.edu/research/articles/2014/02/14indonesian-foreign-policy-piccone-
yusman, Pada 10 November 2022.
3 The Conversation, (2014), Indonesia Farewells SBY and His Years of Wasted Opportunities,
Diakses dari http://theconversation.com/indonesia-farewells-sby-and-his-years-of-
wastedopportunities-32561, Pada 10 November 2022.
4 Phuong Nguyen, (2015), Indonesia’s Foreign Policy under Jokowi: A Giant Comes
Knocking, Diakses dari http://cogitasia.com/indonesias-foreign-policy-under-jokowi-a-giant-
comesknocking/, Pada 9 November 2022.

3
menguntungkan domestik Indonesia. Mengedepankan keuntungan domestik

yang diraih tidak berarti bahwa pada pemerintahan Jokowi cenderung

inwardlooking, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Indonesia akan

tetap aktif dalam dunia internasional terutama peran Indonesia sebagai

penggerak ASEAN5.

Presiden Jokowi untuk pertama kalinya mengenalkan ‘Poros Maritim

Dunia’ pada dunia internasional pada East Asia Summit (EAS) yang

diselenggarakan di Naypyidaw pada November 2014 tentang lima pilar konsep:

1) pembangunan kembali budaya maritime Indonesia sebagai identitas; 2)

peningkatan managemen sumber daya yang fokus pada food security terutama

industry perikanan; 3) prioritas pada infrastruktur maritime dan konektivitas

dengan meningkatkan fasilitas pelabuhan, logistik, pengiriman, dan pariwisata

maritim; 4) mengedepankan diplomasi maritim dalam penyelesaian

perselisihan wilayah, pembajakan, dan polusi laut: dan 5) pengembangan

kekuatan pertahanan maritim untuk mendukung kedaulatan Indonesia dan

kesejahteraan serta memelihara keselamatan navigasi dan keamanan maritim6.

Kunci ide dari doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ terletak dari identitas

Indonesia sebagai negara maritim. Presiden Jokowi melihat adanya nilai

ekonomi dan kekuatan nasional di laut yang mengelilingi kepualuan Indonesia7.

5 Phuong Nguyen, Ibid.


6 Natalie Sambhi, (2015), Jokowi’s ‘Global Maritime Axis’: Smooth Sailing or Rocky Ahead?,
Security Challenge, Vol. 11, No. 2, Hal. 39-55, Diakses dari
http://www.regionalsecurity.org.au/resources/Documents/SC%2011-2%20SAMBHI.pdf, Pada
9 November 2022.
7 Lis Gindarsah dan Andhi Priamarizki, (2015), Indonesia’s Maritime Doctrine and Security
Concerns, Diakses dari
https://www.rsis.edu.sg/wpcontent/uploads/2015/04/PR150409_Indonesias-Maritime-
Doctrine.pdf., Pada 9 November 2022..

4
Oleh karena itu untuk mendukung berjalannya doktrin ini perlu adanya

infrastruktur yang memadai untuk menghubungkan pulau satu dengan lainnya.

Adanya infrastruktur yang memadai ini mampu untuk menunjang distribusi

sumber daya serta menjaga ketahanan pangan Indonesia. Karena wilayah

Indonesia berada di persimpangan dua benua dan dua samudera yang besar dan

rentan terhadap konflik maupun masalah keamanan baik tradisional maupun

non-tradisional. Presiden Jokowi melihat Indonesia perlu memposisikan ulang

dalam dunia internasional. Secara spesifik Presiden Jokowi berorientasi pada

lima area utama: 1) “Maritim Diplomasi” untuk mempromosikan resolusi dari

perselisihan perbatasan wilayah; 2) memlihara intergritas wilayah, kedaulatan

maritime dan kesejahteraan sosial bagi wilayah pulau terluar; 3) perlindungan

terhadap sumber daya nasional dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE); 4)

intensivitas diplomasi pertahanan; dan 5) pengurangan persaingan maritime

terhadap major power dan promosi perdamaian atas perselisihan wilayah8.

Pemerintahan Jokowi mempromosikan konsep ‘Poros Maritim Dunia’

bertujuan untuk memproyeksikan Indonesia sebagai “Indo-Pasisfic power”.

Meningkatnya aktifitas di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dimanfaatkan

Indonesia sebagai arena politik luar negerinya di laksanakan9. Hal ini

dipengaruhi oleh meningkatnya perselisihan dan kepentingan negara-negara

seperti Cina, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Taiwan, Brunei Darussalam,

Vietnam, Thailand, dan Filipina 10. Hal ini diperburuk dengan adanya tumpang

8 Lis Gindarsah dan Andhi Priamarizki, Ibid.


9 Lis Gindarsah dan Andhi Priamarizki, Ibid.
10 Masyithoh Annisa Ramadhani, (2015), An Indonesia Perspective Toward Maritime Vision:
is Pursuing National Interest While Maintaining Neutrality in South China Sea Possible?,
http://eujournal.org/index.php/esj/article/download/6546/6271., Pada 9 November 2022.

5
tindih klaim wilayah yang terjadi di wilayah Laut Cina Selatan dan Laut Cina

Timur yang tidak kunjung selesai. Tidak hanya perselihan wilayah, perselisihan

di Laut Cina Selatan juga melibatkan kepentingan akan energi yang ada di

dalamnya. Wilayah yang diperebutkan diantaranya adalah Pulau Pratas di

sebelah timur laut, Pulau Paracel di utara, Pulau Spratlys di selatan, dan

Scarborough. Masing-masing saling mengklaim wilayahnya berdasarkan

hukum laut yang telah ditetapkan United Nations Convention on the Law of the

Sea (UNCLOS) oleh negara-negara pengklaim dan Nine-dashed line sebagai

dasar sejarah wilayah laut Cina.

Gambar 1. 1. Diakses dari sumber: European Scientific Journal, Diakses dari


http://eujournal.org/index.php/esj/article/download/6546/6271.

Bertepatan dengan momentum ini Presiden Jokowi mengarahkan doktrin

‘Poros Maritim Dunia’ dengan melakukan kerjasama maritim dan diplomasi

maritim terhadap Cina. Kerjasama maritim ini disambut baik oleh Presiden

Cina Xi-Jinping karena sesuai dengan jalur maritime Silk Road yang akan di

buat oleh Cina. Kerjasama ini dapat menguntungkan Indonesia sebesar

6
US$ 40 milyar dollar dalam pembangunan dua pelabuhan internasional di Kuala

Tanjung dan Bitung11. Selain untuk mendapatkan keuntungan ekonomi penulis

melihat adanya keuntungan dalam bidang keamanan yaitu berupa keamanan

wilayah dari klaim Cina atas pulau Natuna. Meskipun tidak ada jaminan pasti

mengenai hal ini karena pada hakikatnya di dunia internasional yang anarki

negara merupakan entitas tertinggi dan tidak ada yang dapat mengikatnya akan

tetapi dengan adanya kerjasama maritim Indonesia dengan Cina mampu

meredam serta mendorong adanya diplomasi mengenai penyelesaian sengketa

ini dengan penandatanganan perjanjian Code of Conduct (COC) di Laut Cina

Selatan.

Meskipun Indonesia merupakan negara yang tidak mengklaim adanya

perselisihan atau sengketa wilayah di Laut Cina Selatan tidak menjamin Cina

tidak melanggar wilayah teritori Indonnesia. Berita Pada bulan Mei yang lalu

memberitakan tentang nelayan Cina yang sedang mencari ikan di wilayah

perairan ZEE Indonesia. Hal ini tentunya melanggar wilayah perbatasan

Indonesia. Insiden ini terjadi ketika kapal KP Hiu 11 milik kementerian

perikanan dan kelautan Indonesia menangkap kapal nelayan Cina seberat 300

Kway Fey 10087 dan menahan 8 awak kapal pada 19 Maret 2016 12. Setelah

beberapa pemeriksaan dan penggeledahan akhirnya Kway Fey dibawa ke

pelabuhan Indonesia di Natuna. Di saat perjalanan tiba-tiba kapal penjaga

pantai Cina datang dan melakukan pengejaran dan memaksa KP Hiu untuk

mengembalikan Kway Fey. Tidak lama kemudian pada tanggal 20 Mei 2016

11 Lis Gindarsah dan Andhi Priamarizki, Op. Cit.


12 Ristian Atriandi Supriyanto, (2016), Breaking the Silence: Indonesia Vs. China in the
Natuna Islands, Diakses dari http://thediplomat.com/2016/03/breaking-the-silence-indonesia-
vs-chinain-the-natuna-islands/, Pada 10 November 2022.

7
Akhirnya Kway Fey diperintahkan untuk dikembalikan kepada Cina untuk

menghindari eskalasi konflik yang terjadi dengan Cina. Tentunya berita ini

membuat geram Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti yang

kemudian menelepon Kementerian Luar Negeri Indonesia. Segera setelah itu

Kementerian luar negeri Indonesia memanggil duta besar Cina dan

menyampaikan nota protes kepada Cina.

Gambar 1. 2. Diakses dari sumber: The Diplomat,


http://thediplomat.com/2016/03/breakingthe-silence-indonesia-vs-china-in-the-natuna-islands/

Jauh sebelum insiden ini terjadi Cina juga pernah melakukan klaim wilayah

Natuna dengan meletakkannya di peta passport Cina13.

Di lain sisi Indonesia juga mulai memproyeksikan kekuatannya di

wilayah Samudera Hindia yang merupakan wilayah strategis baik dari segi

keamanan dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari usaha Indonesia untuk

menjadi pemain aktif di wilayah Samudera Hindia dengan menjadi tuan rumah

sekaligus IORA Maritime Cooperation Declaration di Padang pada tanggal 23


13 Jakarta Globe, (2016), Editorial: It’s Time to Clear Up China’s Natuna Claim, Diakses dari
http://jakartaglobe.beritasatu.com/opinion/editorial-time-clear-chinas-natuna-claim/, Pada 10
November 2022..

8
Oktober 201514. Wilayah Samudera Hindia yang terbentang dari Tanjung

Harapan, Terusan Suez dan Selat Malaka yang membentang dari benua Afrika

hingga Australia dengan menjadi tuan rumah IORA Maritime Cooperation

Declaration di Padang pada tanggal 23 Oktober 2015.

Gambar 1. 3. Diakses dari sumber: http://www.kas.de/wf/doc/kas_41590-544-230.pdf?


160304135644.
Jalur ini dilalui oleh 30% perdagangan dunia dan 20% export minyak dunia

sepanjang tahun dan akan terus meningkat karena permintaan bahan mentah.

Selain keuntungan ekonomi wilayah Samudera Hindia juga memiliki tantangan

tersendiri karena negara-negara yang dilaluinya beberapa tidak stabil karena

konflik di Yaman, failed state Somalia, konflik India Pakistan dan turut

sertanya pemain global seperti Cina, Amerika Serikat dan Uni Eropa 15. Selain

14 IORA, (2015), IORA Maritime Cooperation Declaration Padang, 23 October 2015, Diakses
dari http://www.iora.net/media/160000/iora_maritime_cooperation_declaration_2015.pdf. Pada
5 November 2022.
15 Carlo Masala, Konstantinos Tsetsos, dan Tim Tepel, (2015), Maritime Security in the
Indian Ocean for Greater german Engagement in the Ocean of the 21 st Century, Diakses dari

9
itu tantangan baru lainnya adalah meningkatnya kejahatan transnasional yang

melewati jalur ini seperti terorisme, pembajakan, perdagangan senjata, narkoba,

dan human trafficking16. Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi

Indonesia dengan doktrin ‘Poros Maritim Dunia’.

Menurut penulis kebijakan kerjasama maritim Indonesia-Cina dan

Indonesia-IORA (the Indian Ocean Rim Association) merupakan langkah awal

Indonesia untuk memproyeksikan kekuatannya berdasarkan nilai dan peristiwa

geografis yang belum terjadi sebelumnya. Berbeda dengan masa kepemimpinan

sebelumnya yang tidak jelas kemana arah kebijakan luar negeri ini akan dibawa

serta keuntungan yang akan didapat. Meskipun pada masa presiden Susilo

Bambang Yudhoyo sudah ada pernyataan mengenai pentingnya kawasan

Samudera Hindia di Shangri La Diaologue pada tahun 2012 yaitu,

“there is every likelihood that in the 21st century, the Indian Ocean

will grow in geostrategic importance. We must make sure that the

Indian Ocean does not become an area of new strategic contest and

rivalry. Indeed, now is the time to cultivate the seeds for long-term

cooperation, based on common interests in that part of the world.”16

Akan tetapi belum ada pelaksanaan yang jelas mengenai kebijkan luar negeri

berdasarkan geopolitik Indonesia. Doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ diharapkan

http://www.kas.de/wf/doc/kas_41590-544-2-30.pdf?160304135644., Pada 5 November 2022..


16
Carlo Masala, Konstantinos Tsetsos, dan Tim Tepel, Ibid.
16 Premesha Saha, (2016), Indonesia’s New Maritime Policy towards the Indian Ocean:
Implications for China, Diakses dari
http://www.icsin.org/uploads/2016/04/13/eb903b15d09433a69ee96f602e03ad90.pdf., Pada 5
November 2022.

10
mampu untuk menunjang keamanan dan perekonomian domestik serta menjadi

leader baik indo-pacific maupun di wilayah Hindia17.

17 Awidya Santikajaya, (2014), Indonesia: A Potential Leader in the Indian Ocean, Diakses
dari http://thediplomat.com/2014/12/indonesia-a-potential-leader-in-the-indian-ocean/, Pada 5
November 2022.

11
1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telahh penulis paparkan mengenai kerjasama

maritim Indonesia-Cina dengan memperhatikan nilai-nilai dari bentuk wilayah

Indonesia, maka penulis merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan:

 Bagaimana penerapan geopolitik Indonesia dalam doktrin ‘Poros Maritim

Dunia’ pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada tahun

2014-2016?

1. 3. Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana penerapan nilai geopolitik Indonesia dalam doktrin

‘Poros Maritim Dunia’ pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada

tahun 2014-2016.

1. 4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan tambahan wawasan kepada akademisi yang bergerak pada

bidang studi keamanan dan perdamaian internasional dalam kajian geopolitik

mengenai penerapan geopolitik Indonesia dalam doktrin ‘Poros Maritim

Dunia’ pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada tahun

20142016.

2. Menemukan kesesuaian nilai geopolitik Indonesia yang diimplementasikan

dalam doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ pada masa kepemimpinan Presiden Joko

Widodo pada tahun 2014-2016.

1. 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penilitian kali ini penulis melalui studi

pustaka dan dokumen. Metode studi pustaka dilakukan oleh penulis dengan

12
mengumpulkan data dari buku, jurnal, website resmi, berita dari surat kabar

cetak maupun elektronik yang mendukung penulis dalam penelitian mengenai

geopolitik Indonesia dalam doktrin ‘Poros Maritim Dunia’ pada masa

kepemimpinan Presiden Joko Widodo tahun 2014-2016.

1. 6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis pada penelitian kali ini

dilakukan secara kualitatif. Penulis berusaha mengintepretasikan sebuah

fenomena yang didukung dengan observasi melalui studi pustaka. Data yang

didapat oleh penulis dari berbagai sumber kemudian dikombinasikan guna

membangun kerangka intepretasi secara kualitatif.

1. 7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian kali ini penulis menulis sebagai

berikut:

Bab I menjelaskan tentang garis besar penelitian yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II memuat tinjauan pustaka melalui studi terdahulu, kajian teoritis,

kerangka berpikir, operasionalisasi konseptual, definisi konseptual, dan definisi

operasional.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Studi Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada studi terdahulu James Rogers di Egmont

Paper no. 33 The Values of Power, the Power of Value: A Call for an EU

Grand Strategy. Dalam paper-nya James Rogers menulis To Rule The Waves:

Why a Maritime Geostrategy is Needed to Sustain European Union yang

menjelaskan tentang pentingnya geopolitik terutama wilayah laut bagi bagi Uni

Eropa18. Selama hampir 50 tahun Uni Eropa memproyeksikan kekuatannya

lewat daratan yang digunakan hanya untuk mengendalikan masalah

domestiknya. Uni Eropa seakan-akan lupa akan jati dirinya sebagai pelaut

handal seperti armada laut Inggris dan pelaut-pelaut handal seperti Christopher

Columbus dan John Cabot yang telah mengendalikan politik dan ekonomi dunia

pada masa lalu. Dalam tulisanya Uni Eropa seakan-akan lupa akan nilai-nilai

geografisnya terutama lautnya. Uni Eropa sejatinya dikelilingi oleh lautan

Artik, Samudera Atlantik, Laut Hitam, Laut Merah dan Laut Mediterania.

Meskipun Uni Eropa banyak mengendalikan perekonomian dan perdagangan

dunia melalui laut sebagai warisan di masa lalu akan tetapi Uni Eropa tidak

memiliki kebijakan khusus untuk mengamankan jalur perdagangan tersebut.

Oleh karena itu melalui tulisan ini James Rogers mendorong Uni Eropa untuk

meningkatnkan kapabilitas militer untuk mengamankan jalur perdagangan dan

ekonominya yang semakin

18 James Rogers, (2010), To Rule The Waves: Why a Maritime Geostrategy is Needed to
Sustain European Union, The Values of Power, the Power of Value: A Call for an EU Grand
Strategy, Egmont Paper, No. 33.

14
terintegrasi di kawasan.

Gambar 2. 1. Diambil dari sumber: James Rogers, (2010), To Rule The Waves: Why a
Maritime Geostrategy is Needed to Sustain European Union, The Values of Power, the
Power of Value: A Call for an EU Grand Strategy, Egmont Paper, No. 33.
Studi terdahulu kedua dari penelitian ini merujuk pada tulisan Thomas

Daniel dalam tulisannya Project Mausam: India’s Grand Maritime Strategy

(Part I) yang menceritakan mengenai strategy maritim India yang hadir sebagai

counter dari New Maritime Silk Road oleh Cina19. Doktrin ini dikembangkan

pada masa kepemimpinan Perdana Menteri Modi. Tujuan dari Project Mausam

ini bertujuan untuk membangkitkan jalur maritime, budaya, dan perdagangan

India yang menghubungkan beberapa komunitas, kebudayaan, negara, dan

19 Thomas Daniel, (2015), Project Mausam: India’s Grand Maritime Strategy (Part I),
Institute of Strategic and International Studies (ISIS), Malaysia, Diakses dari
http://www.isis.org.my/files/IF_2015/IF2/ISIS_Focus_2_-_2015_1.pdf,

15
kawasan. Nama ‘Mausam’ merujuk pada angina muson yang berhembus

mengantarkan pelaut-pelaut India mengarungi Samudera Hindia.

Gambar 2. 2. Diambil dari sumber:


http://www.isis.org.my/files/IF_2015/IF2/ISIS_Focus_2_-_2015_1.pdf
Doktrin ini muncul untuk menyaingi pengaruh Cina di wilayah Samudera

Hindia seperti Maladewa, Sri Lanka, Bangladesh, dan Pakistan dengan

kerjasama infrastruktur pelabuhan. Selain itu kerjasama Cina dengan negara-

negara di wilayah Samudera Hindia juga melibatkan kerjasama militer seperti

latihan bersama yang mengadirkan kapal tempur, Jet, dan Kapal Selam Cina

serta membangun fasilitas militer di negara-negara tersebut. Tentunya hal ini

menjadi ancaman tersendiri bagi India. Kesadaran akan ancaman dari laut ini

membentuk sebuah doktrin yaitu Project Mausam yang disebarluaskan hingga

Ibid.

16
negara-negara ASEAN terutama negara-negara yang memiliki kerjasama

dengan Cina20.

2. 2. Kajian Teoritis

2. 2. 1. Konsep Geopolitik

Geopolitik dalam tulisan Jakub J. Grygiel di dalam tulisannya “Great

Powers and Geopolitical Change” didefinisikan sebagai distribusi sumber daya

yang dilakukan oleh manusia di dalam suatu wilayah geografi tertentu yang

memiliki nilai-nilai penting bagi mereka. Hal ini berkaitan dengan pentingnya

nilai distribusi dari pusat sumber daya dan jalur komunikasi yang telah

ditetapkan menurut letak geografis yang ada. Situasi geopolitik sendiri

dihasilkan melalui interaksi teknologi yang didefinisikan secara luas terhadap

geografi yang mampu memunculkan nilai-nilai baik itu secara ekonomi,

politik, dan strategi wilayah21. Misalnya adanya penemuan rute baru yang

didukung dengan adanya pengembangan teknologi dan implementasi dalam

teknologi komunikasi yang mampu menembus atau memotong jalur serta

memepengaruhi nilai geopolitik suatu negara. Begitu juga adanya perbedaan

pertumbuhan ekonomi tiap negara dapat mengubah distrinbusi power di dunia,

sementara itu pengenalan mengenai teknologi baru tentang produksi dapat pula

mengubah kebutuhan akan sumber daya alam.

Geopolitik bersifat tidak konstan karena variable yang ada di dalamnya

dapat berubah tapi tidak secara radikal. Perubahan geopolitik dipengaruhi oleh

20 Thomas Daniel,
21 Jakub J. Grygiel, (2006), Great Powers and Geopolitical Change, Maryland, the John
Hopkins University Press, Hal. 21-39.

17
naik turunnya pusat dari sumber daya dan pergeseran rute. Perubahan

geopolitik suatu negara terjadi secara lambat, tanpa disadari, dan membutuhkan

beberapa dekade bahkan abad. Pada akhir abad ke-15 penemuan rute baru di

sekeliling Afrika yang menghubungkan Eropa ke Asia melalui Samudera

Atlantik merupakan contoh adanya perubahan geopolitik yang terjadi beberapa

dekade serta mengubah peta dunia. Contoh lainnya adalah pertumbuhan

ekonomi di Asia Timur terutama Cina juga merupakan peruabahan geopolitik.

Geopolitik secara keseluruhan menggambarkan distribusi dari pusat sumber

daya dan rute, dimana keduanya ditentukan dengan kombinasi dari teknologi

dan geografi.

Secara sederhana geopolitik adalah dunia yang dihadapi oleh setiap

negara. Dunia tentang “out-side”, lingkungan yang mengelilinginya, dan

respon terhadapnya, serta bagaimana negara harus bertindak berdasarkan hal

tersebut. Lebih tepatnya realita geopolitik dapat di definisikan melalui jalur

komunikasi atau “Line of Communication” dan disposisi dari ekonomi dan

sumber daya. Dua variabel ini ditentukan oleh interakasi antara fitur geologi

dan tindakan manusia, keduanya menciptakan kesatuan objek dan fokus

geografi untuk kebijakan luar negeri suatu negara23.

Karakter pertama geopolitik adalah objektifitas. Objektifitas ini berarti

situasi geopolitik terbebas dari motivasi dan kekuatan suatu negara serta tidak

bergantung pada persepsi politisi dan ahli strategi. Negara tidak bisa merubah

geopolitiknya agar sesuai dengan kepentingannya atau posisi yang bisa

menguntungkan negara tersebut. Perubahan dalam geopolitik mencakup

Jakub J. Grygiel, Ibid.

18
perubahan di dalam rute atau lokasi dari sumber daya dan negara tidak bisa

mengendalikan perubahan tersebut. Adanya pergeseran geopolitik selalu

disertai dengan perubahan pada teknologi produksi dan transportasi yang

terjadi dalam 23

19
kurun waktu yang lama dan jarang sekali hanya di kendalikan oleh satu negara

saja24.

Geopolitik sangat jelas bediri sendiri terbebas dari persepsi dari seorang

yang ahli strategi. Persepsi, kebijakan, dan tindakan suatu negara tidak dapat

membentuk realita geopolitik tapi negara hanya bisa merespon geopolitik

tersebut. Geopolitik merupakan bentuk dari intepretasi dari geografi suatu

negara. Sejatinya menemukan dan merumuskan geostrategi sangatlah sulit. Ada

dua kesulitan yaitu pertama, karena tidak ada seorang ahli geopolitik yang

benarbenar bisa melihat situasi geopolitik tanpa adanya kepentingan atau ide

yang melingkupi visinya. Faktor-faktor tersebutlah yang menengahi geopolitik

dan geostrategi.

Tidak berarti bahwa persepsi individu terhadap geopolitik tidak relevan.

Faktanya beberapa persepsi membentuk kebijakan luar negeri suatu negara,

mengarahkan perhatian dan kekuatan negaranya terhadap suatu wilayah yang

dianggap penting. Nicholas Spykman menyatakan bahwa “Every Foreign

Office, whatever may be the atlas it uses, operates mentally with map of the

world”. Tantangannya adalah kapan mental map dirusak dengan prinsip-

prinsip ideologi, politik domestik, atau pengambil keputusan yang tidak

kompeten yang memproyeksikan kekuatanya di wilayah yang dianggapnya

penting akan tetapi pada kenyataannya tidak relevan. Dengan kata lain,

subjective map membentuk kebijakan luar negeri suatu negara tapi bukan

realita geopolitik sebenarnya.

Jakub J. Grygiel, Ibid.

20
Kesulitan kedua dari merefleksikan geopolitik dalam merumuskan

geostrategic adalah dipengaruhi oleh perubahan alami dari geopolitik itu

sendiri.

24

Berbeda dengan geografi, geopolitik memiliki perubahan yang konstan secara

terus-menerus dengan rute sama yang menjadi lebih penting dari yang lainnya,

sementara pusat sumber daya yang lama digantikan dengan yang baru.

Perubahan itu disebabkan oleh kekuatan tektonik dan lebih dikategorikan

sebagai tren jangka panjang daripada perubahan musiman. Hasilnya geopolitik

sangat sulit untuk ditaksir. Seorang ahli strategi mungkin bisa menentukan

prinsip dari line of communication dan menemukan kekayaan sumber daya di

suatu kawasan tapi perubahan arah geopolitik harus berlandaskan

pertimbangan sejarah yang cukup panjang25.

Pada pembahasan mengenai konsep geopolitik di atas ada dua variabel

yang menentukan adanya perubahan nilai geopolitik suatu wilayah yaitu lokasi

sumber daya (distribusi kekuatan) dan jalur komunikasi yang

menghubungkannya (line of communication). Kedua variabel ini akan lebih

detail penulis bahas sebagai berikut:

1) Line of Communication

Line of Communication atau rute merupakan jalur penghubung dari satu

negara dengan yang lainnya. Hubungan antar negara ini biasanya terdiri dari

hubungan pertukaran ekonomi, bentrokan militer, pertukaran informasi. Semua

Jakub J. Grygiel, Ibid.

21
aktifitas ini melibatkan jalur penghubung yang ditentukan berdasarkan geografi

dan teknologi yang dimiliki oleh negara terkait. Banyak pertukaran

internasional seperti perdagangan minyak hingga pertukaran informasi

terhubungkan oleh geografi. Seperti contoh 1/3 total perdagangan Amerika

Serikat dengan negaranegara G-7 terjadi di laut. Selain itu perdagangan

maritim global selau tumbuh

25

dan terus meningkat setiap tahunnya dari 3-4 % di laut, hal ini membuat jalur

laut menjadi sangat penting.

Jalur komunikasi sangat penting untuk dipertahankan karena dari jalur

inilah negara memproyeksikan kekuatannya dan akses terhadap sumber daya.

Sebagian besar kekuatan militer masih terproyeksikan melalui jalur laut,

sementara itu beberapa abad yang lalu bantuan logistik yang dibutuhkan oleh

tentara selalu meningkat. Pada tahun 1914 pasukan infanteri menggunakan 100

ton bantuan logistik di salurkan melalui laut. Hampir seluruh bantuan logistik

selama perang dunia I disalurkan melaui laut.

Ketika suatu negara memiliki kontrol penuh terhadap jalur komunikasi

akan memiliki strategi penuh dalam mengendalikan kebutuhan akan sumber

dayanya, memproyeksikan kekuatan dimana negara itu inginkan, dan

mengendalikan hubungan dagang dengan semua negara yang negara yang

diinginkan. Sebaliknya negara yang tidak memiliki kontrol terhadap jalur

Jakub J. Grygiel, Ibid.

22
komunikasinya negara tersebut akan cenderung di bawah pengaruh negara

yang memiliki kontrol penuh terhadap akses sumber daya26.

Selain itu penting adanya klarifikasi mengenai jalur laut bukanlah

satusatunya rute vital bagi suatu. Sejak abad ke-16 jalur laut selalu menjadi

penghubung utama perdagangan karena biaya yang murah dalam

pengirimnannya. Seperti yang dikatakan oleh A. T Mahan mengenai

costeffective pengiriman melalui laut, ia selalu menekankan pada sea power,

negaranegara yang mampu mengontrol jalur lautnya akan lebih superior

dibandingkan jalur darat. Poin yang dikemukakan oleh A. T Mahan tidak

sepenuhnya dapat

26

Jakub J. Grygiel, Ibid.

23
diaplikasikan secara ekstrem, selain itu jalur darat merupakan hal yang vital

untuk dikuasai pula. Jalur sutera yang muncul di abad pertengahan

menghubungkan Eropa dengan Asia Timur merupakan contoh yang penting

dalam rute yang menghubungkan antar benua melalui jalur darat. Selain itu

jalur pipa minyak, jalur kereta, dan jalan tol mewakili pentingnya jalur darat

atau continental route dan perlu untuk diperhitungkan dalam mengaplikasikan

realita geopolitik.

Selain itu fokus pada jalur laut dapat meminimkan pentingnya kontrol

pada rute secara umum, sebagian besar jalur laut tidak berada pada wilayah

kedaulatan suatu negara, dan sebagai hasilnya hal ini selalu diasumsikan

sebagai jalur yang bebas dan dapat diakses oleh semua negara, terutama selama

periode yang dikarateristikan dengan hegemoni maritim seperti Great Britain

dan Amerika Serikat. Bagaimanapun, kekuatan maritime memiliki kemampuan

untuk mengkontrol jalur laut dan menyangkal atau mengancam masuknya

kapal asing ke suatu negara. hal ini pernah dilakukan oleh Amerika Serikat

dalam menyangkal masuknya kapal asing yang dianggap sebagai ancaman

untuk masuk ke wilayahnya.

Terakhir, Perubahan rute biasanya dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu

temuan dan penciptaan rute baru, perubahan teknologi transportasi, dan

perubahan lokasi sumber daya22. Ketiga variabel ini berbeda satu dengan

lainnya namu salng terkait karena teknologi baru transportasi membuat

kemungkinan dalam menemukan rute baru yang mampu mengubah distribusi

kekuatan yang ada di dunia. Poin utamanya adalah rute dapat ditentukan tidak

22 Jakub J. Grygiel, (2006), Great Powers and Geopolitical Change, Maryland, the John
Hopkins University Press, Hal. 21-39.

24
hanya dengan faktor geografi saja namun juga dengan human action meskipun

tidak konstan dan dapat berubah sepanjang sejarah.

Penemuan dan penciptaan rute baru mendorong adanya perubahan yang

cepat dalam konfigurasi rute. Salah satu peristiwa yang penting adalah

pergesran rute yang terjadi di era modern ini yang terjadi sejak akhir abad ke-

15 dengan penemuan jalur atlantik yang menghubungkan Eropa Barat dengan

Amerika dengan berlayar mengitari Afrika dan Asia. Beberapa penemuan rute

ini melemahkan pentingnya jalur darat yang memotong Asia Tengah karena

jalur laut lebih menawarkan biaya yang lebih murah dan kemajuan teknologi

dalam pengiriman lebih dapat diandalkan dalam hal transportasi. Contoh

lainnya adalah penemuan terusan Suez dan terusan Panama mampu

menghubungkan dua lautan yang terpisah. Hal ini membuat pengembangan

teknologi dan lokasi baru yang mampu memperpendek rute pengiriman dan

menurunkan biayanya28.

Rute juga mampu berubah sepanjang penemuan dan implementasi dari

teknologi transportasi baru. Teknologi baru mampu membuat penggunaan rute

baru menjadi mungkin. Penemuan pesawat terbang yang mampu

menggemparkan dunia transportasi dan mampu untuk menemukan jalur udara

yang tidak diketahui sebelumnya. Penemuan teknologi kapal dari bahan bakar

batu bara yang berat dan hanya mempu mencapai rute yang sedang dapat

digantikan denga kapal berbahan bakar minyak yang mampu menempuh rute

yang cukup jauh dan dapat mencapai rute baru. Perubahan rute juga terjadi

akibat penemuan rute kereta api di abad ke-19. Sebelum berkembangnya rute

Jakub J. Grygiel, Ibid.

25
kereta api, kapal merupakan alat transportasi yang murah untuk mengirimkan

barang

28

ke Jerman melalui selat Gibraltar, Dardanellsa dan Danube. Inggris mengambil

keuntungan belum majunya transportasi antar benua. Inggris dapat mengontrol

jalur laut sepanjang Eropa dan mampu memblokade jalur ekonomi antar benua.

Di pertengahan abad ke-19 meningkatnya sistem kereta menggeser jalur

internal perdagangan Eropa terutama perdagangan Jerman dari laut melaui

darat.

Jalur komunikasi merupakan hal yang penting untuk tetap dipertahankan

karena jalur ini dapat menghubungkan suatu negara kepada wilayah yang

memiliki akses sumber daya yang melimpah. Ketika resource-rich area seperti

batu bara atau zona industrialisasi menjadi tidak penting lagi maka rute yang

menghubungkannya pun menjadi tidak terpakai karena sudah tidak ada lagi

kebutuhan akan pengiriman dari wilayah tersebut atau untuk memproyeksikan

kekuatan. Hal yang sama juga terjadi ketika muncul adanya resource-rich area

baru yang mendorong pencarian rute baru. Runtuhnya Uni Soviet telah

membuka investasi lading minyak di Laut Kaspia. Setelah perang dingin

selesai membuka kemungkinan pentingnya area ini yang mendorong untuk

penemuan rute baru untuk mengaksesnya. Amerika Serikat, Rusia, dan Turki

berlombalomba untuk membangun rute baru seperti untuk jalur pipa untuk

mendapatkan akses penuh terhadap sumber daya di Laut Kaspia. Oleh karena

Jakub J. Grygiel, Ibid.

26
itu jalur komunikasi harus selalu disesuaikan dengan link terhadap pusat dari

sumber daya baru dan rute yang ada di seluruh penjuru dunia karena rute yang

menghubungkan dua wilayah yang tidak relevan hubungan mereka juga tidak

relevan29.

29

2) Centers of Resources

Sumber daya hal penting yang tidak diragukan lagi dan harus dimiliki

oleh suatu negara. Sumber daya dapat mewakili kekuatan suatu negara karena

kemudahannya untuk dihitung tapi berlimpahnya sumber daya alam juga

berkorelasi dengan negara yang powerful. Sumber daya alami dan ekonomi

dapat menggerakkan industrialisasi dan kapasitas militer serta konsekuensi

dalam memegang kontrol power dan pengaruhnya. Negara yang memiliki

sumber daya yang lebih cenderung memiliki nilai lebih dibandingkan negara

lain. Sederhananya, ekonomi dan sumber daya yang dimiliki oleh Hong Kong

dan Kuwait membuat mereka diperhitungkan secara geopolitik dibandingkan

dengan Crete dan Mongolia30.

Nicollo Machiavelli dengan ringkas menjelaskan tentang pentingnya

sumber daya ketika dia menulis “it is necessary in founding of a city to avoid

sterile country. On the contrary, a city should be placed in a region where the

fertility of the soil affords the means of becoming great, and of acquiring

Jakub J. Grygiel, Ibid.

27
strength to repel all who might attempt to attack it, or oppose the development

of its power”. Makna dari tulisan ini adalah suatu negara akan aman dan

powerful ketika dia menjadi autarki. Seperti yang dikemukakan oleh Hans

Morgenthau yang menekankan tentang kepemilikan sumber daya yang

berkaitan dengan usaha suatu negara untuk berdikari tanpa bergantung kepada

negara lain. Hal ini

30

dicontohkan dengan perang dunia I, tujuan Jerman adalah mengancurkan sea

power Inggris yang mengancam suplai makanan Berlin. Hal yang menjadi

penting pula selain sumber daya adalah akses terhadapnya.

Muncul debat mengenai keuntungan politik dan ekonomi yang di dapat

dari kontrol akan sumber daya dan ekonomi. Sementara ini belum ada

kesepakatan mengenai hal ini, akan tetapi argument ini berasal dari

kepercayaan akan globalisasi ekonomi yang membuat negara-negara dapat

membeli apapun yang diinginkan dengan konsekuensi menurunnya kontrol

politik akibat dari pasar bebas. Terutama pada kapasitas industrialisasi modern,

kontrol langsung terhadap sumber ekonomi bukan berarti dihasilkan melalui

kekayaan dan power suatu negara melainkan ekspansi pasar yang

Jakub J. Grygiel, Ibid.

28
menggantikan ekspansi territorial untuk menguasai kekayaan suatu sumber

daya di era modern ini. Tujuan baru dari empires adalah membangun serta

menegakkan peraturan untuk menciptakan pasar global atau regional dimana

sumber daya itu berada. Kepemilikan sumber daya alam juga dapat digunakan

sebagai daya tawar politik seiring berkembangnya globalisasi di mana negara

yang tidak memiliki sumber daya yang cukup mampu membeli atau mengakses

sumber daya tersebut dari negara yang memiliki sumber daya melimpah31.

31

Selain kepemilikan, sangkalan terhadap kepemilikan sumber daya

tertentu juga penting untuk dilakukan guna menghindari agresi maupun

tuduhan dari negara lain terkait sumber daya yang membahayakan kemanan

negaranya. Klaus

Knorr meneliti bahwa “Economic power is used coercively by threatening to

deny some sort of economic advantage to another state, often but by no means

necessarily for the pupose of gaining economic benefit.” Sangkalan ini

digunakan agar persepsi negara lain berubah terhadap kekayaan sumber daya

yang dimilkinya. Sangkalan terhadap kepemilikan sumber daya dianggap pula

lebih powerful dibandingkan penguasaanya32.

Jakub J. Grygiel, Ibid.

29
Dua tipe sumber daya yaitu sumber daya alami dan ekonomi. Sumber

daya alami ini berupa batu bara, minyak, air, dan lain sebagainya. Semuanya

adalah kekayaan geologi yang ada di wilayah kekuasaan suatu negara.

Sedangkan sumber daya ekonomi berupa industri barang berupa besi, mesin,

dan barang manufaktur lainnya. Semua itu adalah kekayaan yang dibuat oleh

manusia yang ada di wilayah suatu negara. Sumber daya ekonomi tidak harus

berhubungan dengan sumber daya alami. Suatu negara dengan sumber daya

alami yang terbatas bisa jadi negara dengan kekuatan industrialisasi yang besar

seperti Hong

32

Kong. Begitu pula sebaliknya negara yang memiliki sumber daya yang

melimpah memiliki ekonomi yang rendah seperti Iran.

Dua sumber daya ini perlu untuk dibedakan karena keduanya berubah

dengan arah yang berbeda. Bagaimana perubahan sumber daya tersebut

memberikan efek pada perubahan geopolitik. Meningkat dan menurun

pentingnya suatu sumber daya spesifik seperti batu bara dan minya, mengubah

nilai geopolitik suatu kawasan di mana sumber daya itu berasal. Misal kawasan

Jakub J. Grygiel, Ibid.

30
di Teluk Persia memilki nilai yang strategis karena kepemilikan cadangan

minyak dan gasnya. Negara-negara Atlantik berlomba untuk berinvestasi di

negara-negara Teluk Persia. Adanya perubahan nilai sumber daya ini

memberikan efek ganda yaitu merubah nilai geopolitik kawasan tersebut dan

jalur yang menghubungkan mereka. Kasus mengenai perubahan sumber daya

alam memang mudah untuk diterapkan akan tetapi susah untuk diprediksi

perubahannya. Berbeda dengan jalur komunikasi dengan penemuan dan

eksploitasi sebaai kunci perubahan nilai geopolitik. Peningkatan teknologi

produksi juga dapat merubah distribusi geografi terhadap sumber daya alami.

Penemuan teknologi seperti mesin disel menciptakan akan sumber daya baru

dan meningkatkan kepentingan di negara yang memiliki sumber daya

tersebut33.

33

Naik-turunya pusat sumber daya ekonomi merupakan subjek yang

kompleks yang menekankan pada area aktifitas manusia yang dipengaruhi oleh

beberapa pennyebab. Hal ini memerlukan penelitian mendalam dan tentunya

memunculkan banyak pertanyaan terkait mengapa suatu negara bisa lebih kaya

dibandingkan dengan negara lainnya? Mengapa negara Eropa Barat lebih kaya

Jakub J. Grygiel, Ibid.

31
di bandingkan dengan negara di Eropa Tengah?. Pertanyaan-pertanyaan ini

dapat dijawab dengan berbagai jawaban yang bervariasi. Beberapa

menfokuskan pengaruh dari kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi atau masalah yang menghambatnya. Dalam menjelaskan hal ini

setidaknya diperlukan empat penjelasan baik dari geografi, budaya, state-

centric atau institutional, dan

fatalistic34.

Pertumbuhan ekonomi (dan penurunan) suatu negara atau kawasan dapat

dikaitkan dengan keadaan geografis wilayah tersebut. Sederhananya,

kepemilikan dan eksploitasi sumber daya alami menfasilitasi terjadinya

pertumbuhan ekonomi. Misal, Amerika Serikat telah membangun basis

industrialisasi berdasarkan sokongan dari geologinya. Sebaliknya kondisi iklim

tropis di wilayahnya membuat penyebaran penyakit menular dan letaknya yang

land lock menghambat pertumbuhan ekonominya.

34

Budaya suatu negara atau regional secara luas dan samar-samar mampu

menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dicontohkan melalui budaya

Jakub J. Grygiel, Ibid.

32
Confucian yang menerapkan sistem hirarki sosial yang ketat dan isolasi. Hal ini

membuat Cina mengalami penurunan ekonomi.

Peran negara terutama interaksinya dengan institusi negara dan pasar

adalah faktor pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar dapat berkembang

apabila negara membentuk institusi untuk menyediakan akses bagi kelas

menengah untuk membuat inovasi, produksi dan komersil dalam meningkatkan

kesejahteraannya yang berimplikasi pada perkembangan ekonomi suatu negara.

Ketika suatu negara memaksa rakyatnya untuk fokus pada kepentingan politik

suatu negara maka secara ekonomi negara tersebut akan dapat bersaing dengan

pasar35.

“Fatalistic” menjelaskan mengenai keterkaitan tentang pandangan dunia

yang diwarnai dengan penjelasan-penjelasan yang telah dijelaskan di atas dan

bagaimana mereka menjelaskan diri mereka sendiri. Mereka dikarakteristikkan

dengan structural fatalism, terkadang mendorong adanya putaran perubahan.

Variasi variabel domestik dan variabel struktur internasional terbebas dari aksi

individu yang menentukan bangkit dan jatuhnya kekuatan suatu negara. Pada

35

Jakub J. Grygiel, Ibid.

33
level internasional, difusi teknologi dan overextension dari suatu negara, dan

beban negara terhadap pertahanannya dapat mengemukakan bagaimana

bangkit dan jatuhnya suatu negara. Pada level domestik, strukur ekstraksi

sumber daya internal dan susunan moral masyarakat mempengaruhi kekuatan

suatu negara. Kedua variabel memuat beberapa hal yang memang tidak bisa

terelakkan yang memaksa negara itu masuk ke dalam lingkaran bangkit dan

jatuhnya ekonomi.

Keempat kategori secara luas menjelaskan perubahann geografi sumber

daya ekonomi dengan mendalam. Kompleksitas dari perubahan distribusi

sumber daya ekonomi dapat lebih dijelaskan kembali melalui multicausal

argumen yang dapat mengindikasi kondisi suatu negara mampu bangkit

ataupun terhalang ekonominya. Dalam memprediksi pergeseran ekonomi

sangatlah sulit karena alasan apapun yang membuat negara itu jatuh yang

disebabkan oleh karakter nasional ataupun biaya anggaran pertahanan, lokasi

power ekonomi akan berbeda dari waktu ke waktu. Sederhananya pusat

perekonomian dunia berada di kawasan Mediterania hingga abad ke-15

bergeser ke barat atau Atlantik Eropa36.

Terakhir Jakub J, Grygiel ingin menekankan sekali lagi bahwa geopolitik

tidak menentukan kebijakan luar negeri suatu negara. Geopolitik membatasi

Jakub J. Grygiel, Ibid.

34
36

Jakub J. Grygiel, Ibid.

35
spectrum pada opsi yang tersedia bagi suatu negara. Faktanya kita tidak bisa

memprediksikan kebijakan luar negeri suatu negara hanya dengan melihat

variabel geopolitik yaitu rute perdagangan dan pusat sumber daya. Di belakang

kebijakan luar negeri terdapat motivasi dari pembuat kebijakan tersebut dan

harus benar-benar diperhitungkan ketika ingin menentukan arah dari

geostrategi suatu negara.

Tabel 2. 1. Tabel Indikator Geopolitik Indonesia


Konsep Variabel Indikator
1. Penemuan Teknologi Baru
Line of 2. Penemuan Rute Baru
Communication 3. Perubahan Lokasi Sumber Daya

Geopolitik 1. Peningkatan Aktifitas Ekonomi


(Geografi, Budaya, Peran Negara,
Source of
dan Fatalistic)
Resource
2. Peningkatan Eksploitasi Sumber
Daya Alami dan Penemuan
Teknologi Produksi Baru

2. 2. 2. Definisi Operasional

2. 2. 2. 1. Konsep Geopolitik

Dalam karakter geopolitik yang bebas dari motivasi apapun seperti

kelompok kepentingan, partai, dan lain sebagainya, Doktrin “Poros Maritim

Dunia” merupakan doktrin yang objektif muncul untuk mendefinisikan kembali

letak geografis wilayah Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di

36
Napydaw tahun 2014 lalu bahwa ia ingin mengangkat kembali budaya maritim

sebagai identitas Indonesia23. Penulis juga berusaha untuk

mengoperasionalisasikan doktrin “Poros Maritim Dunia” sebagai geopolitik

Indonesia melalui dua variabel sebagai berikut:

1) Line of Communication

Beberapa tahun terakhir Laut Cina Selatan mengalami peningkatan

intensitas persilishan wilayah terkait klaim wilayah laut. Laut Cina Selatan

selain kaya akan sumber daya alamnya merupakan jalur yang sangat strategis

dan ekonomis bagi negara-negara yang memilikinya. Pertahunnya saja jalur

ekonomi Laut Cina Selatan mampu menghasilkan $5.3 triliun dollar 24. Laut

Cina Selatan merupakan line of communication yang perlu dijaga, oleh karena

itu Cina tidak segan-segan melakukan reklamasi dan menempatkan radar satelit

untuk membuat killing zone25. Selain negara yang ikut berkonflik seperti

Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina, negara extra regional

power seperti Amerika Serikat juga ikut andil didalamnya. Kabar terbaru

Amerika Serikat telah membangun basis angkatan udara di Filipina26.

23 Natalie Sambhi, (2015), Jokowi’s ‘Global Maritime Axis’: Smooth Sailing or Rocky
Ahead?,
Security Challenge, Vol. 11, No. 2, Hal. 39-55, Diakses dari
http://www.regionalsecurity.org.au/resources/Documents/SC%2011-2%20SAMBHI.pdf, Pada
27 April 2016.
24 Council on Foreign Relations, (2016), Territorial Disputes in the South China Sea, Diakses
dari http://www.cfr.org/global/global-conflict-tracker/p32137#!/conflict/territorial-disputes-
inthe-south-china-sea, Pada 1 Mei 2016.
25 Michael Forsythe dan Jane Perlez, (2016), South China Buildup Brings Beijing Closer to
Realizing Control, Diakses dari http://www.nytimes.com/2016/03/09/world/asia/south-
chinasea-militarization.html?_r=0, Pada 1 Mei 2016.
26 Dan Lamothe, (2016), these are the Bases the U.S. will Use Near the South Cina Sea. China
isn’t Impressed, Diakses dari
https://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/2016/03/21/these-are-the-new-u-
smilitary-bases-near-the-south-china-sea-china-isnt-impressed/, Pada 1 Mei 2016.

37
Peningkatan teknologi militer dan aktor yang ikut bersengketa perlu menjadi

perhatian bagi Indonesia.

Beberapa kali Cina telah menunjukkan agresifitasnya di wilayah laut Natuna

Indonesia dan tentunya Indonesia harus menjaga line of communication yang

terhubung langsung dengan Laut Cina Selatan. Pergeseran sengketa dan

teknologi militer mampu mempengaruhi stabilitas wilayah kedaulatan

Indonesia.

Selain jalur Pasifik yang ramai dengan konflik Laut Cina Selatan, Jalur di

sepanjang Samudera Hindia juga semakin meningkat intensitas dan interaksi di

dalamnya. Cina semakin aktif melakukan pembangunan pelabuhan-pelabuhan

yang berstandart militer di negara-negara seperti Bangladesh, Sri Lanka,

Maladewa, dan Pakistan meningkatkan kewaspadaan India akan keamanan

wilayahnya27. Sebaliknya India juga mengeluarkan strategi maritimnya untuk

menghalau pengaruh dari Cina. Ketegangan ini semakin bertambah dengan

meningkatnya kejahatan transnasional di wilayah tersebut. Hal ini karena jalur

laut yang murah juga dan lebih ekonomis sehingga jalur ini tiap tahunnya

dilewati oleh 30% perdagangan dunia dan 20% export minyak dunia 42. Adanya

peningkatan aktifitas militer dan konflik mampu mengancam kedaulatan

Indonesia.

Karena Indonesia terletak diantara dua benua yang semuanya merupakan

jalur perekonomian maka Indonesia perlu mendefinisakan ulang posisinya di

27 Thomas Daniel, (2015), Project Mausam: India’s Grand Maritime Strategy (Part I),
Institute of Strategic and International Studies (ISIS), Malaysia, Diakses dari
http://www.isis.org.my/files/IF_2015/IF2/ISIS_Focus_2_-_2015_1.pdf, 42 Carlo Masala,
Konstantinos Tsetsos, dan Tim Tepel, (2015), Maritime Security in the Indian Ocean for
Greater german Engagement in the Ocean of the 21 st Century, Diakses dari
http://www.kas.de/wf/doc/kas_41590-544-2-30.pdf?160304135644..

38
dalam peta dunia maupun peta ekonomi. Doktrin “Poros Maritim Dunia”

merupakan hal yang tepat untuk memanfaat jalur komunikasi yang terbentuk

serta menjadi aktor yang berdikari yang dapat mengakses jalurnya tanpa adanya

campur tangan asing.

2) Centers of Resources

Sengketa Laut Cina Selatan selain merebutkan wilayah kekuasaan juga

melibatkan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Laut Cina Selatan

mengandung 11 milyar barrel minyak dan 190 triliun kubik gas alam 28.

Tentunya wilayah Laut Cina Selatan sangat menguntungkan perekonomian

negara yang menguasainya terutama negara berkembang yang sedang

mengembangkan industrialisasinya. Meskipun Indonesia tidak termasuk negara

pengklaim adanya sengketa Laut Cina Selatan akan tetapi wilayah Natuna

termasuk yang berbatasan langsung dengan wilayah sengketa. Wilayah Natuna

merupakan daerah yang kaya akan gas alam dan kekayaan biota laut yang

melimpah29. Tentunya wilayah Natuna sangat strategis bagi Indonesia dan

negara yang terlibat sengketa. Beberapa kali Cina telah menunjukkan

agresifitasnya, dan apabila Natuna jatuh di tangan Cina maka Indonesia akan

kehilangan sumber dayanya dan akan mengakibatkan kerugian yang besar.

Kepentingan ekonomi Indonesia di Kawasan Samudera Hindia adalah

mengamankan jalur perdagangan, import, dan keamanan tradisional serta non

tradisional. Jalur kawasan Samudera Hindia merupakan jalur ekonomi terutama

import Indonesia akan mineral dan energi dari Timur Tengah serta jalur

28 Council on Foreign Relations, (2016), Territorial Disputes in the South China Sea, Diakses
dari http://www.cfr.org/global/global-conflict-tracker/p32137#!/conflict/territorial-disputes-
inthe-south-china-.
29 GlobalSecurity.org, (2016), Natuna Islands,

39
perdagangan agrikultur. Selain itu meningkatnya kejahatan transnasional

seperti pembajakan dan penyelundupan membuat Indonesia perlu

memproyeksikan kekuatannya di kawasan ini30. Hal ini ditambah dengan

minimnya leadership yang ada di Kawasan ini membuat Indonesia berpeluang

untuk menjadi leader di dua kawasan ini31.

Karena letaknya yang berada diantara dua jalur ekonomi maka Indonesia

perlu aktif dalam menjadi tempat transit bagi negara-negara yang melewatinya serta

membuat pelabuhan yang berstandard internasional. Doktrin “Poros Maritim Dunia”

benar-benar menyadari akan kondisi maritim Indonesia dan berusaha untuk

mengembalikan kembali budaya maritime yang ada.

30 Sergei DeSilva dan Ranasinghe, (2011), India’s Strategic Objectives in the indian Ocean
Region, Diakses dari http://www.futuredirections.org.au/publication/ndias-strategic-
objectivesin-the-indian-ocean-region/,
31 Awidya Santikajaya, (2014), Indonesia: A Potential Leader in the Indian Ocean, Diakses
dari http://thediplomat.com/2014/12/indonesia-a-potential-leader-in-the-indian-ocean/,

40
2. 4. Kerangka Pemikiran

INDONESIA
Penemuan Teknologi Baru

LINE of
COMMUNICATION
GEOPOLITIK Penemuan Rute Baru

PERUBAHAN LOKASI
SUMBER DAYA

Peningkatan Aktifitas
Ekonomi
CENTER of RESOURCE
Peningkatan Eksploitasi
Sumber Daya Alami

Penemuan Teknologi
Produksi Baru

DOKTRIN POROS MARITIM DUNIA PADA MASA KEPEMIMPINAN


PRESIDEN JOKO WIDODO 2014
-2016

2. 5. Hipotesis

Berdasarkan pembahasan mengenai konsep dan fenomena yang terjadi

penulis menyimpulkan bahwa:

Indonesia mulai menerapkan geopolitiknya melalui doktrin “Poros

Maritim Dunia” yang berusaha mengangkat kembali Identitas Indonesia

sebagai negara maritim. Karena doktrin “Poros Maritim Dunia” telah

memenuhi syarat-syarat terbentuknya geopolitik Indonesia melalui line of

communication dan center of resources.

41
DAFTAR PUSTAKA

Connely, A. L. (2014). Indonesian Foreign Policy Under President Jokowi. Diakses

dari http://www.lowyinstitute.org/files/indonesian-foreign-policy-

underpresident-jokowi_0.pdf..

Council on Foreign Relations. (2016). Territorial Disputes in the South China Sea.

Diakses dari http://www.cfr.org/global/global-conflict-

tracker/p32137#!/conflict/territorial-disputes-in-the-south-china-sea.

DeSilva, S dan Ranasinghe. (2011). India’s Strategic Objectives in the indian Ocean

Region. Diakses dari

http://www.futuredirections.org.au/publication/ndiasstrategic-objectives-in-the-

indian-ocean-region/.

Daniel, T. (2015). Project Mausam: India’s Grand Maritime Strategy (Part I).

Institute of Strategic and International Studies (ISIS). Malaysia. Diakses dari

http://www.isis.org.my/files/IF_2015/IF2/ISIS_Focus_2_-_2015_1.pdf.

Forsythe, M dan Perlez. J. (2016). South China Buildup Brings Beijing Closer to

42
Realizing Control. Diakses dari

http://www.nytimes.com/2016/03/09/world/asia/south-china-

seamilitarization.html?_r=0.

Gindarsah, L dan Priamarizki, A. (2015). Indonesia’s Maritime Doctrine and


Security

Concerns. Diakses dari https://www.rsis.edu.sg/wp-

content/uploads/2015/04/PR150409_Indonesias-Maritime-Doctrine.pdf.

.
GlobalSecurity.org. (2016). Natuna Islands. Diakses dari

http://www.globalsecurity.org/military/world/war/natunas.htm.

Grygiel, J. J. (2006). Great Powers and Geopolitical Change. Maryland. the John

Hopkins University Press.

IORA. (2015). IORA Maritime Cooperation Declaration Padang. 23 October 2015.

Diakses dari

http://www.iora.net/media/160000/iora_maritime_cooperation_declaration_20

15.pdf.

Jakarta Globe. (2016). Editorial: It’s Time to Clear Up China’s Natuna Claim.

Diakses dari http://jakartaglobe.beritasatu.com/opinion/editorial-time-clear-

chinasnatuna-claim/.

Lamothe, D. (2016). these are the Bases the U.S. will Use Near the South Cina Sea.

China isn’t Impressed. Diakses dari

https://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/2016/03/21/these-

arethe-new-u-s-military-bases-near-the-south-china-sea-china-isnt-impressed/.

43
Masala, C, Tsetsos, K, dan Tepel, T. (2015). Maritime Security in the Indian Ocean

for Greater german Engagement in the Ocean of the 21 st Century. Diakses dari

http://www.kas.de/wf/doc/kas_41590-544-2-30.pdf?160304135644.

.
Nguyen, P. (2015). Indonesia’s Foreign Policy under Jokowi: A Giant Comes

Knocking. Diakses dari http://cogitasia.com/indonesias-foreign-policy-

underjokowi-a-giant-comes-knocking/.

Piccone, T dan Yusman, B. (2014). Indonesian Foreign Policy: ‘A Million Friends

and Zero Enemies’. Diakses dari

http://www.brookings.edu/research/articles/2014/02/14-indonesian-

foreignpolicy-piccone-yusman.

Ramadhani, M. A. (2015). An Indonesia Perspective Toward Maritime Vision: is

Pursuing National Interest While Maintaining Neutrality in South China Sea

Possible?. http://eujournal.org/index.php/esj/article/download/6546/6271..

Rogers, J. (2010). To Rule The Waves: Why a Maritime Geostrategy is Needed to

Sustain European Union. The Values of Power. the Power of Value: A Call for

an EU Grand Strategy. Egmont Paper. No. 33.

Sambhi, N. (2015). Jokowi’s ‘Global Maritime Axis’: Smooth Sailing or Rocky

Ahead?. Security Challenge. Vol. 11. No. 2. Hal. 39-55. Diakses dari

http://www.regionalsecurity.org.au/resources/Documents/SC%2011-

2%20SAMBHI.pdf.

Supriyanto R. A. (2016). Breaking the Silence: Indonesia Vs. China in the Natuna

Islands. Diakses dari http://thediplomat.com/2016/03/breaking-the-

silenceindonesia-vs-china-in-the-natuna-islands/.

44
Saha, P. (2016). Indonesia’s New Maritime Policy towards the Indian Ocean:

Implications for China. Diakses dari


http://www.icsin.org/uploads/2016/04/13/eb903b15d09433a69ee96f602e03ad9

0.pdf.

Santikajaya, A. (2014). Indonesia: A Potential Leader in the Indian Ocean. Diakses

dari http://thediplomat.com/2014/12/indonesia-a-potential-leader-in-the-

indianocean/.

The Conversation. (2014). Indonesia Farewells SBY and His Years of Wasted

Opportunities. Diakses dari http://theconversation.com/indonesia-farewellssby-

and-his-years-of-wasted-opportunities-32561.

45

Anda mungkin juga menyukai