Anda di halaman 1dari 24

PRAMUKA SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN DALAM PELAKSANAAN

DIPLOMASI TOTAL INDONESIA

KARYA ILMIAH
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Persyaratan Pemilihan
Mahasiswa Berprestasi Tahun 2010

Oleh
Ari Wijanarko Adipratomo
Nrp : 2008231002

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA


JAKARTA 2010
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan oleh Dosen Pendamping Karya Tulis dari Ari Wijanarko Adipratomo
(2008231002) dari Jurusan Hubungan Internasional IISIP Jakarta dengan Judul:

“PRAMUKA SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN DALAM PELAKSANAAN


DIPLOMASI TOTAL INDONESIA”
Sebagai Karya Tulis yang akan diajukan pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi

Disahkan di : Jakarta

Pada Tanggal :

Mengetahui :

Ketua Jurusan Ilmu Hubungan internasional Dosen Pendamping

Netik Indarwati, SS Drs.Sugeng Astanto, M.A.

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Dra. Enny Suryanjari, M.Si

ii
KATA PENGANTAR
Pemilihan mahasiswa berprestasi adalah suatu even prestisius yang tidak mampu
saya lewatkan begitu saja. Even ini merupakan suatu ajang pembuktian dan aktualisasi
diri bagi diri saya sendiri. Keikutsertaan saya dalam even ini selain sebagai kesempatan
menampilkan diri juga merupakan ajang saya mewujudkan maksud terpendam saya,
yakni lebih menamiplakn sisi-sisi lain tentang dunia kepramukaan yang saya geluti
kepada khalayak umum. Dalam karya tulis ini saya ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan YME, Allah Azza Wa Jalla, dan juga Rasulullah Muhammad SAW.
2. Orangtua saya, Drs.Zainal Arifin, S.H. S.Sos dan Ny. Wiwik Prihatin Widjiastuti.
3. Ibu Rektor Maslina W. Hutasuhut , Rektor IISIP Jakarta .
4. Dra. Enny Suryanjari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, Bapak Drs. Sugeng Astato, M.A. dan
Ibu Netik Indarwati, SS, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan internasional
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
5. Kasubdit Pengawasan Kekonsuleran pada Direktorat PWNI BHI Depeartemen Luar
Negeri , Diplomat Republik Indonesia, sekaligus sebagai Andalan Nasional Bidang
Hubungan Luar Negeri Gerakan Pramuka, Drs. Fachry Sulaiman, SH.
6. Inspirator dan Pendukung, Hana Fauziyah, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.
7. Mr.Abdullah Rasheed, APR Regional Director dan segenap staf Biro Kepramukaan
Asia Pasifik.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan kerja samanya bagi penulisan karya tulis ini.

Atas perhatian, masukan, dukungan dan kerja samanya sehingga penulisan karya tulis
ini dapat terselesaikan. Dalam laporan ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam karya tulis ini. Namun, kami berharap karya tulis ini dapat memberikan sebuah
khasanah baru terhadap ilmu pengetahuan di Indonesia.

Jakarta, Mei 2010


Penulis

Ari Wijanarko Adipratomo

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………… i


Halaman Pengesahan …………………………………… ii
Kata Pengantar …………………………………… iii
Daftar Isi …………………………………… 1
Ringkasan
a. Dalam Bahasa Indonesia ……………………… 2
b. Dalam Bahasa Inggris ……………………… 3

BAB I Pendahuluan …………………………………… 4


1. Latar Belakang Masalah ……………………………… ….. 4
2. Rumusan Masalah ………………………………….. 7
3. Tujuan ………………………………….. 8
4. Manfaat ………………………………….. 8

BAB II KERANGKA TEORI ……………..…………………… 8


1. Diplomasi ………………………………….. 8
2. Pembangunan Bangsa …………………………………. 9
3. Kepentingan Nasional …………………………………. 9
4. Gerakan Kepanduan ………………………………… 11
BAB III Metode Penulisan …………………………………… 12
1. Metode Penelitian dan Analisis Data …..……….……………………… 12
2. Teknik pengumpulan data ………………………………….. 12
3. Sistematika penulisan ………………………………… 13

BAB IV Pembahasan …………………………………… 14

BAB V Penutup …………………………………… 19


DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 20

1
A. Ringkasan Bahasa Indonesia

Datangnya era globalisasi memberikan sebuah tantangan dan kesempatan bagi seluruh negara
di dunia untuk dapat berpartisipasi dalam sistem global dan menikmati keuntungan demi
kemakmuran bersama. Namun keuntungan tersebut hanya mampu dicapai apabila Indonesia
mampu menguasai informasi dan mempergunakannya untuk melindungi kepentingan
nasional Indonesia.

Pelaksanaan diplomasi Indonesia harus mengedepankan kesatuan dan keterlibatan setiap


komponen bangsa dalam menyampaikan dan menerima informasi. Setiap komponen bangsa
berada di belakang pemerintah dan bekerja sama dengan pemerintah dalam memetakan
sebuah konsep diplomasi di era informasi yang membingkai isu nasional dan isu luar negeri
dalam sebuah bingkai yang sama, atau sering disebut dengan diplomasi total. Meskipun
dalam peta politik dalam negeri Indonesia adalah negara yang amat plural dan terfragmen,
setidaknya harus dibangun suatu strategi bersama, suatu rencana yang disepakati oleh semua
pihak, untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Artinya, ketika memasuki arena politik
luar negeri, semua komponen di dalam negeri adalah satu kesatuan dalam menghadapi
negara-negara lain.

Salah satu komponen yang mampu dijadikan alat penting dalam diplomasi total Indonesia
adalah Gerakan Pramuka. Gerakan kepanduan ini telah ikut berperanserta aktif dalam masa-
masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Mereka telah menelurkan tokoh-tokoh terbaik
bangsa Indonesia, semisal Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Sri Sultan HB IX dan lain lain.
Potensi yang amat besar dimiliki gerakan pramuka sebagai komponen diplomasi Indonesia
karena Gerakan Pramuka Indonesia adalah organsiasi kepanduan terbesar di dunia sehingga
memiliki segnifikansi yang mencolok. Melalui pramuka, diplomasi Indonesia juga akan
mudah melewati cultural barier yang biasanya menjadi permasalahan dalam dunia
komunikasi dan diplomasi. Melalui pramuka diplomasi Indonesia akan berbicara bahasa yang
universal, dan memiliki kekuatan lintas batas yang mengagumkan.Namun untuk mencapai
hal ini, pemerintah harus lebih memperhatikan gerakan pramuka yang saat ini seolah
kekurangan peminat dan hanya mendapatkan perhatian setengah-setengah dari pemerintah.

B. Summary

2
The coming of globalization era provides both challenge and opportunity for all countries
in the world to be able to participate in and enjoy the benefits of the global system for a
further interest of reaching shared prosperity. However, these gains could only be
achieved if Indonesia was able to master the information and use it to protect its national
interests.

Implementation of Indonesian diplomacy should promote unity and involvement of each


component of the nation in delivering and receiving information. Each component of the
nation should stand behind the government and cooperate with the government to map
out a concept of diplomacy that could be utilize in the era of information which can frame
national issues and foreign issues in one frame, or often referred to as total diplomacy.
Despite the domestic political map of Indonesia which is rich, plural and fragmented,
there should be a common strategy, a plan that could be agreed by all parties, to defend
the national interests in the world level. Which require all the components within the
country is united when facing other countries.

One component that could be used as an important tool in total diplomacy is the
Indonesian Scout Movement. This scouting movement has participated actively in the
days before the independence up until now. They have spawned the best figures of the
Indonesian nation, such as General Sudirman, Bung Tomo, Sri Sultan HB IX, and others.
Gerakan Pramuka held huge potential as a vital component of the diplomacy because
Indonesian Scout Movement is the world's largest scouting organization so it has a
striking significant. Through scouting, Indonesian diplomacy will also easily pass through
the cultural barrier that usually comes in a way when the communication and diplomacy
was about to be established. Through Indonesian Scouts diplomacy, will speak a universal
language, and has an overwhelming cross-border power .in order to achieve this, the
government should pay more attention to the scout movement which is currently lack of
attention from the government as well as lack of enthusiasts and only given half-measures
attention from the government.

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dan demokratisasi memberikan sebuah tantangan sekaligus peluang


bagi seluruh negara untuk ikut berpartisipasi dalam sistem global. Proses globalisasi dan
demokratisasi itu sendiri telah memunculkan banyak aktor baru dalam dunia hubungan
internasional. Dewasa ini, ranah Hubungan internasional itu sendiri menjadi suatu hal yang
sangat kompleks, baik dilihat dari aktor maupun dari isu yang dibahas. Saat ini, negara
bukanlah aktor utama dan tidak hanya isu politik dan keamanan militer saja yang menjadi
bahasan utama dalam dunia Hubungan internasional. Seiring berjalannya waktu, terutama
setelah ditandai dengan berakhirnya perang dingin maka sifat hubungan internasional baik
sebagai ilmu maupun sebagai fenomena telah berubah. Hubungan internasional bukanlah
semata-mata hubungan antar-negara, tetapi juga termasuk aktor-aktor non negara, misalnya
saja organisasi internasional, kelompok subnasional, bahkan individu. Isu-isu yang dibahas
dalam Hubungan internasional pun telah merambah berbagai dimensi atau multidimensional.
Eugene Brown dan Donald M,Snow juga mendukung pendapat bahwa indikator terjadinya
perubahan aktor dan isu dalam Hubungan internasional salah satunya dapat dilihat dari
bentuk diplomasi yang dilakukan oleh negara-negara, tidak hanya first track diplomasi yang
"murni" negara, tetapi juga second track bahkan multitrack diplomacy yang menggabungkan
aktor negara dan non negara terlibat di dalamnya ( Snow dan Brown:2000. H 30).

Dampak yang paling mudah kita rasakan dari timbulnya proses globalisasi adalah makin
kuatnya ketergantungan antar negara. Perubahan besar pada bidang informasi telah membuat
dunia seolah makin menyusut atau lebih dikenal dengan “dwindling world”. Dunia terasa
semakin kecil dengan mudahnya kita mengakses dan menerima informasi dari seluruh
penjuru dunia, seolah menyempitkan jarak ruang dan waktu yang selama ini membatasi
hubungan antar orang dari wilayah yang berbeda.

Sebagai salah satu bangsa besar didunia, Indonesia akan dapat mengambil banyak manfaat
dan sekaligus menghidari dampak buruk dari globalisasi dengan syarat Indonesia mampu
lebih mendekatkan atau bahkan menggabungkan faktor domestik dan faktor internasional
dalam suatu bingkai kajian kebijakan. Selain itu, peran diplomasi Indonesia di luar negeri

4
wajib untuk mampu melindungi kepentingan nasional Indonesia sekaligus mampu
mengkomunikasikan perkembangan yang ada di Indonesia ke luar negeri dan juga
sebaliknya, mengabarkan perkembangan di luar Indonesia ke dalam negeri.

Revolusi teknologi dan telekomunikasi telah mendorong transformasi dari informasi yang
awalnya hanya berupa pesan, menjadi sebuah kekuatan. Dengan menguasai informasi, aktor
dalam dunia hubungan internasional akan mampu memiliki kekuatan yang signifikan, dan
mampu mempergunakan informasi yang ada untuk memuluskan segala keinginannya. Joseph
Nye menyatakan: “A plentitude of information leads to a poverty of attention. Attention
becomes the scarce resource, and those who can distinguish valuable signals from
background noise gain power”1

Nye mengungkapkan bahwa banyaknya informasi membuat tidak mudahnya seseorang


menaruh perhatian pada hal yang penting. Perhatian menjadi hal yang langka. mereka yang
mampu memilah dan memilih informasi yang sangat berguna dari jutaan informasi yang
tersedia akan mampu memiliki kekuatan.

Dikarenakan banyaknya informasi dan keterbatasan yang dimiliki oleh negara, maka jalan
terbaik untuk melakukan diplomasi di era informasi ini adalah dengan melibatkan setiap
komponen bangsa dalam seuatu gerakan diplomasi yang tersingkronisasi. Pelaksanaan “Total
Diplomacy” yang diinisiasi oleh Hassan Wirajuda sewaktu menjabat sebagai Menteri Luar
Negeri adalah jawaban yang tepat untuk menjawab tantangan diplomasi yang muncul di era
informasi ini. Dalam sejarah diplomasi dunia, Dean Acheson, Menlu Amerika Serikat antara
tahun 1949 hingga 1952, atau pada masa Presiden Harry S. Truman, pernah memaknakan
“total diplomacy” sebagai “diplomacy that views domestic and foreign issues as
inseparable.”Dengan mampu menguasai setiap inci dunia informasi, dan tidak memisahkan
antara isu domestik dan nasional, maka Indonesia dapat mempergunakannya untuk mencapai
kepentingan nasional dan akhirnya akan mendorong semakin bertambahnya tingkat
kemakmuran.

Dalam khasanah dan sejarah diplomasi Indonesia, sesungguhnya diplomasi total justru sudah
diungkapkan sebelum itu. Bung Hatta dalam pidato radio tanggal 15 Desember 1945,
mengatakan bahwa “Politik luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintah mestilah sejalan
dengan politik dalam negeri. Seluruh rakyat harus berdiri tegapnya dan rapatnya di belakang

1
http://ics.leeds.ac.uk/papers/pmt/exhibits/2419/Nye.pdf

5
Pemerintah Republik Indonesia. Persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah
Pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dari diplomasi yang dijalankan.”2

Pidato Bung Hatta tersebut telah menggambarkan bagaimana idealnya diplomasi di Indonesia
harus dilakukan, diplomasi yang sejalan antara diplomasi sesuai kemampuan pemerintah
dengan dukungan rakyat, dimana setiap komponen masyarakat mampu memberikan
sumbangsih langsung dalam bidang diplomasi melalui caranya masing-masing.

Oleh karena itu, politik luar negeri dan pelaksanaannya melalui diplomasi memang harus
menyertakan semua komponen bangsa --- meskipun dalam peta politik dalam negeri
Indonesia adalah negara yang amat plural dan terfragmen. Setidaknya harus dibangun suatu
strategi bersama, suatu rencana yang disepakati oleh semua pihak, untuk memperjuangkan
kepentingan nasional. Artinya, ketika memasuki arena politik luar negeri, semua komponen
di dalam negeri adalah satu kesatuan dalam menghadapi negara-negara lain.

Salah satu komponen bangsa yang memiliki peluang terbesar dalam membantu pelaksanaan
diplomasi total Indonesia adalah Gerakan Pramuka. Gerakan kepanduan sendiri telah
memiliki akar yang cukup mendalam di Indonesia. Tercatat Gerakan kepanduan telah ikut
serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga sekarang. Dalam lagu kebangsaan
Indonesia Raya, bahkan terdapat dua kali pengulangan kata “pandu.” Kata “pandu” pertama
dapat ditemui di stanza pertama “…di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku…” dan kata
“pandu” kedua dapat ditemui pada stanza ketiga “…majulah negerinya, majulah pandunya,
untuk Indonesia Raya…” Adalah Wage Rudolf Supratman yang memasukkan kata tersebut
dalam lagu kebangsaan kita. Kebanyakan dari kita selama berpuluh-puluh tahun
menyanyikannya tanpa mengetahui makna kata tersebut. Kata pandu merujuk pada gerakan
kepanduan, sebuah gerakan yang saat ini lebih dikenal dengan nama Pramuka di Indonesia,
walaupun sebenarnya salah kaprah, karena Pramuka adalah “…sebutan khusus bagi pandu-
pandu yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, Pramuka identik dengan Pandu Indonesia dan
Gerakan Pramuka adalah nama perkumpulan dari para Pramuka atau dari pandu-pandu di
Indonesia.”3

2
http://www.indonesianembassy.org.uk/nnv_2003_02_20.html
3 Johan Suwignjo, Apakah Kata Pandu Masih Punya Makna ?
http://cikal.webnode.com/news/apakah-kata-pandu-masih-punya-makna-/

6
W.R. Supratman mencantumkan kata tersebut bukan tanpa alasan.. Sebagai orang yang
tumbuh dan besar sebagai pandu/pramuka, ia merasa semangat dan jiwa nasionalismenya
dipupuk karena menjadi pandu Padvinder pada masa itu. Bukan hanya WR Supratman saja
yang rasa nasionalismenya terpupuk oleh kepanduan, sebutlah nama tokoh-tokoh
kemerdekaan semisal Agus Salim, Jenderal Besar Soedirman, Brigjen Dr.Azis Saleh, Bung
Tomo, Sri Sultan Hamengkubhuwono IX, dan tak lupa pendiri Paskibraka sekaligus tokoh
sesepuh di Pramuka dan juga pencipta lagu-lagu nasional, Husein Mutahar, semuanya pernah
bergabung dengan gerakan kepanduan saat itu.

Nasib gerakan kepanduan di masa pra-kemerdekaan berkembang dengan baik dan berhasil
menelurkan banyak pandu yang memiliki karakter kuat dan berjasa besar bagi negara ini.
Demikian pula pada masa pasca kemerdekaan, dimana tokoh-tokoh kepramukaan mengisi
kemerdekaan dengan sumbangsih positifnya. Namun saat ini, di dunia yang penuh dengan
dinamika globalisasi dan makin mengecilnya dunia, semakin ditinggalkan pula gerakan
kepemudaan yang mampu membentuk karakter bangsa ini. Kebanyakan kaum muda saat ini
menganggap bahwa pramuka adalah kegiatan yang ketinggalan jaman, kuno dan tidak lagi
menarik diikuti. Padahal gerakan pramuka menyimpan segudang potensi. Gerakan Pramuka
Indonesia adalah organsiasi kepanduan terbesar di dunia4 sehingga memiliki segnifikansi
yang mencolok. Melalui pramuka, diplomasi Indonesia juga akan mudah melewati cultural
barier yang biasanya menjadi permasalahan dalam dunia komunikasi dan diplomasi. Melalui
pramuka diplomasi Indonesia akan berbicara bahasa yang universal, dan memiliki kekuatan
lintas batas yang mengagumkan.Namun untuk mencapai hal ini, pemerintah harus lebih
memperhatikan gerakan pramuka yang saat ini seolah kekurangan peminat dan hanya
mendapatkan perhatian setengah-setengah dari pemerintah.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam permasalahan ini, saya akan mengangkat sebuah pertanyaan: Bagaimana peranan
Gerakan Pramuka?

1.3.Tujuan Penulisan Karya Ilmiah

Tujuan dari penulisan karya ilmiah mengenai kepramukaan dan peranannya sebagai salah
satu komponen dalam pelaksanaan diplomasi total indonesia adalah untuk mengetahui lebih

4
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=62779:pramuka-indonesia-
terbesar-di-dunia&catid=77:fokusutama&Itemid=131

7
dalam peranan Gerakan Pramuka melakukan komunikasi mengenai Indonesia melalui bahasa
universal pramuka; mengapa pramuka adalah organisasi yang tepat sebagai komponen
diplomasi total indonesia; dan bagaimana pramuka mampu membentuk calon-calon diplomat
Indonesia yang mumpuni.

1.4.Manfaat Karya Ilmiah

Penulis mengharapkan penelitian ini mampu memperkaya pengetahuan mahasiswa


jurusan Hubungan internasional dan juga memperkaya khasanah dalam dispilin Ilmu
Hubungan internasional. Khususnya, terhadap topik yang berkaitan dengan peranan non state
actors dan individual actors dalam dunia Hubungan internasional. Selain itu juga penulis
mengharapkan karya ilmiah ini mampu memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
sisi lain dari Gerakan Kepramukaan yang selama ini dianggap kuno, terbelakang dan tidak
mampu mengikuti perkembangan jaman.

BAB II - Kerangka Teori

Untuk menguji suatu kajian ilmiah, maka dibutuhkan teori dan konsep yang relevan dengan
peristiwa yang diteliti, maka berikut adalah beberapa konsep yang akan digunakan untuk
menelaah bahasan diatas.

A. Diplomasi.

Pengertian Diplomasi
- Menurut Oxford Dictionary : Diplomasi adalah pengelola dalam masalah-masalah
Hubungan Internasional yang dilakukan melalui negosiasi dan dilaksanakan oleh para duta
besar, utusan (papa nuncios/delegation) khususnya melalui cara-cara perundingan
(bargaining).
- Menurut Chamber’s Dictionary : Diplomasi adalah seni bernegosiasi yang meliputi
perjanjian-perjanjian antar negara, khususnya berkaitan dengan keterampilan-keterampilan
publik.

8
- Menurut Sir Ernest Satow : Diplomasi adalah pengaplikasian kemahiran dan kebijaksanaan
untuk mengatur hubungan luar negeri antara dua negara yang independen.5

- Menurut Harold Nicholson : Diplomasi menyangkut lembaga-lembaga/departemen-


departemen/ orang-orang yang mengurusi kebijaksanaan politik luar negeri, negosiasi, dan
mekanisasi jalan keluar dalam perselisihan ataupun konflik serta badan-badan yang melayani
urusan-urusan atau masalah-masalah luar negeri.6

- Menurut K.M Panikkar : Diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional adalah
seni memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara dalam hubungannya dengan negara
lain.7

B. Pembangunan Bangsa.

Pembangunan bangsa dapat didefinisikan sebagai strategi nyata yang diusulkan oleh

pemimpin dan juga dipengaruhi oleh perubahan sosial sebagai alat untuk mendeteksi,

mendesripsikan dan menganalisa sejarah secara umum dan merancang sebuah taktik untuk

menghadapi masa depan dengan kondisi yang ada saat ini. 8

C. Konsep Kepentingan Nasional oleh Morgenthau

Pada awalnya, Morgenthau menggunakan istilah “kepentingan nasional” dalam banyak cara

untuk mengcover bermacam-macam arti yang membingungkan. Morgenthau membedakan

kepentingan nasional menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Kepentingan nasional dari satu negara, terdiri dari :

a. Kepentingan Primer

5 th
Sir Ernest Satow, Guide to Diplomacy Practice,5 Edision Revised (London : Longman, 1959), hlm.1.

6
Harold Nicholson, Diplomacy, 3rd edition (USA : Oxford University Press, 1964), hlm. 15.

7
K.M Panikkar, The Principle and Practice of Diplomacy, (Bombay : Ranjit Printers & Publisher , 1957), hlm. 1.
8
http://folk.uio.no/palk/ch02.htm

9
Kepentingan ini meliputi perlindungan menyangkut fisik bangsa, politik, identitas

budaya serta menanggulangi pelanggaran dari luar. Kepentingan primer tidak pernah

dapat dikompromikan atau diperdagangkan.semua negara menjaga kepentingan yang

sama dan harus mempertahankannya berapapun harganya.

b. Kepentingan Sekunder

Kepentingan ini merupakan kepentingan-kepentingan di luar dari point a di atas tetapi

memberikan sumbangan pada point a tersebut. Contohnya. Melindungi warga negara

di luar negeri dan mempertahankan imunitas (kekebalan) untuk diplomat bangsa

merupakan kepentingan sekunder.

c. Kepentingan Permanen

Adalah kepentingan yang secara relatif tetap di atas periode yang lama. Kepentingan

tersebut berbeda menurut waktu tetapi berjalan amat lambat. Contohnya, Inggris

selama berabad-abad mempunyai kepentingan untuk babas melayani lautan dan

perairan pantai.

d. Kepentingan Variabel

Kepentingan ini merupakan fungsi dari : kepribadian dari seorang pemimpin, opini

publik, kepentingan golongan serta politik dan moral bangsa. Dengan kata lain

kepentingan variabel adalah apa yang diberikan oleh masyakarat pada waktu tertentu

dan menganggap bahwa hal itulah kepentingan nasional. Kepentingan variabel bisa

saja berbeda dengan kepentingan primer dan kepentinga permanen. Contohnya,

Inggris pada tahun 1938 memilih untuk menghormati peristiwa tertentu yang

berhubungan dengan keamanan Czechoslovakia bukan bagian dari kepentingannya.

e. Kepentingan Umum

10
Kepentingan umum ini merupakan kepentingan bangsa yang dapat dipergunakan

dengan cara yang positif untuk memperluas kedaulatan bangsa atau dalam beberapa

bidang spesifik (seperti : ekonomi, perdagangan, hubungan diplomatik, hukum

internasional, dll). Contohnya, kepentingan Inggris memelihara Balance of Power di

benua Eropa.

f. Kepentingan Spesifik

Merupakan kepentingan positif yang tidak termasuk dalam point e. kepentingan

spesifik pada umumnya digambarkan pada waktu atau ruang dan sering menjadi hasil

yang logis dari kepentingan umum. Contohnya, Inggris menurut sejarah menganggap

kemerdekaan yang diberikan kepada negara-negara lemah merupakan bagian dari

prasyarat untuk mempertahankan Balance of Power di Eropa.

D. Gerakan Kepanduan Dunia

Gerakan Kepramukaan Dunia (World Organization of Scout Movement-WOSM) merupakan


sebuah NGO, sesuai dengan konsititusi WOSM bab II pasal 4 ayat 1 yang menyatakan “The
organization of the Scout Movement at world level is governed by this Constitution under the
title of „The World Organization of the Scout Movement‟…, as an independent, nonpolitical,
non-governmental organization.” (WOSM:2007.H 11). WOSM didirikan oleh Lord Robert
Stephenson Smyth Baden-Powell (of Gilwell) , 1st Baron (untuk selanjutnya disebut sebagai
Baden Powell atau disingkat BP-Penulis) pada tahun 1907. Gerakan kepramukaan berangkat
dari keprihatinan Baden Powell yang melihat efek negatif dari perang yang membuat banyak
keluarga menderita. Tema yang paling sering muncul dalam buku-buku dan pidato-pidato BP
adalah ide untuk menjadikan gerakan keppramukaan sebagai sebuah Wordwide Brotherhood,
sebuah organisasi yang mampu menginspirasikan kepada generasi muda untuk menciptakan
rasa toleransi, kebersamaan, kesatuan, pengertian, kesetaraan dan keadilan di dunia ini. BP
melalui tulisannya dalam buku “Aids to Scoutmastership” menekankan betapa pentingnya
nilai persaudaraan, sebuah nilai yang tidak mengindahkan perbedaan kelas, kepercayaan,
kewarganegaraan dan warna kulit. BP menulis “Scouting is a brotherhood-a scheme which in
practice, disregards differences of class, creed, country and color”.

11
Jumlah anggota pramuka yang terhimpun dalam WOSM saat ini berjumlah 28 Juta orang
yang tersebar di 160 negara (WOSM:2004.H4) yang terbagi kedalam 6 region manajemen
kepramukaan. Kegiatan manajemen Pramuka dunia terdiri dari 6 region yakni -Afrika, Arab,
Asia-Pasifik, Eurasia, Eropa & Interamerica. Setiap daerah memiliki Kantor Regional Biro
Pramuka Dunia. Untuk wilayah Asia pasifik, dimana Indonesia menjadi anggotanya, Kantor
Regional Biro Pramuka Dunia ada di Manila, Filipina.

BAB III Metode Penulisan

3.1 Metode Penelitian dan Analisis Data


Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan adalah metode eksplanatif, dimana
penulis menggunakannya untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat
antar berbagai variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian
eksplanatif bertolak dari suatu hipotesis yang dibangun dari suatu teori. 9 Sedangkan metode
analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dilakukan secara ekspalnatif-
kualitatif.

3.2 Teknik pengumpulan data


Untuk dapat memperoleh data pada penulisan data pada skripsi ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (Library research) yaitu
teknik pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku, jurnal, majalah, koran, internet,
hasil-hasil penelitian terdahulu dan publikasi lainnya yang memfokuskan diri pada masalah
yang akan dibahas dalam kajian ilmiah ini.

3.3. Sistematika Penulisan

9
Umar S Bakry, Pedoman Penulisan Skripsi : Bidang Studi Hubungan internasional, (Bekasi, 2002) hal 17.

12
Untuk memperjelas dan mempermudah dalam penyusunan penulisan ini, maka
penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I

Bab ini merupaakan pendahuluan dalam pembuatan skripsi ini, yang tercakup
didalamnya berupa penjelasan mengenai latar belakang masalah oleh penulis, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, kerangka analisis, hipotesa, definisi
konseptual, metode penelitian secara sistematika penulisan.

Bab II

Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang digunakan untuk membantu
menjawab pertanyaan atau masalah pokok

Bab III

Pada bab ini akan dibahas metode penulisan beserta penjelasan mengenai metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data dan bahan penelitian.

Bab IV

Pada bab ini akan dijelaskan masalah hubungan gerakan pramuka sebagai alat
diplomasi total Indonesia

Bab V

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dikaji pada
bab-bab sebelumnya.

13
BAB IV PEMBAHASAN

Diplomasi adalah Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, menehi tanpo kelangan, lan
sugih tanpo bondo1011.

Pentingnya peranan diplomat dalam diplomasi tidak dapat dipungkiri lagi. Namun,seiring
dengan perkembangan jaman yang makin maju dan semakin mengerucutnya dunia, peranan
diplomat seakan dikerdilkan dengan makin mudahnya pemerintah suatu negara mendapatkan
informasi tentang kejadian terbaru di belahan dunia lain sehingga mampu meresponnya
dengan cepat. Di lain sisi, diplomat dan pemerintah memiliki keterbatasan sumber daya untuk
memonitor perkembangan terkini dan sekaligus memberikan informasi kepada dunia di saat
yang sama. Terlebih saat ini diplomat terbentur akan adanya keterbatasan dimana dia harus
menjalankan tugasnya sesuai dengan policy dan guideline yang telah ditentukan negaranya,
sehingga terkesan peranan seorang diplomat makin dikerdilkan.

Untuk menutupi kelemahan tersebut dalam era globalisasi, terlebih dalam era globalisasi
informasi menjadi sebuah kekuatan penting, amatlah krusial untuk mampu menguasai
informasi dengan menggunakan sumber yang ada beserta segenap dukungan dari rakyat.

Sebagaimana diuraikan diatas, Gerakan Pramuka adalah salah satu komponen bangsa yang
memiliki signifikansi yang amat besar sebagai alat diplomasi bangsa Indonesia. Terdapat
beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, antara lain

1. Jumlah anggota gerakan pramuka adalah yang terbesar di dunia dan terstruktur hingga
ke tingkatan dunia.
2. Pramuka mampu berbicara bahasa universal.
3. Pramuka menembus batasan-batasan politik, sosial dan budaya.
4. Keterwakilan Pramuka di tingkatan internasional.
5. Kegiatan-kegiatan kepramukaan yang berpotensi dijadikan ajang pengenalan bangsa
Indonesia kepada bangsa lain.

10 Diplomasi adalah menang tanpa bala bantuan, mencapai kemenangan tanpa menimbulkan rasa kekalahan pada lawan, memberi tanpa
kehilangan dan kaya tanpa modal harta
11 Suffri Yusuf. Hubungan internasional dan Politik Luar Negeri Hal iii

14
Seluruh potensi tersebut telah ada dan terbangun dengan baik di gerakan pramuka, namun
sangat disayangkan belum dilirik dengan sepenuh hati oleh pemerintah dan belum
dipergunakan dengan maksimal dalam praktik diplomasi total Indonesia.

Potensi Pramuka sebagai alat diplomasi total Indonesia yang pertama dan paling utama
adalah jumlah anggota Pramuka yang terbesar di dunia. Dengan jumlah anggota sebanyak
kurang lebih 17 juta orang, yang tersebar dari mulai seluruh propinsi di Indonesia hingga
sejumlah Kantor Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri12, Gerakan Pramuka memiliki
kekuatan untuk melakukan diplomasi secara total dan menyeluruh. Selain itu gerakan
kepramukaan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki banyak organisasi lain di Indonesia,
yaitu strukturnya yang mencapai tingkat dunia dan memiliki status yang cukup tinggi di mata
badan-badan dunia. Di tingkat dunia, gerakan pramuka Indonesia bergabung dengan WOSM
(World Organization of Scout Movement) atau lebih dikenal dengan organisasi kepanduan
dunia.WOSM memiliki status konsultatif dengan United Nations Economic and Social
Council (Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa) sejak tahun 194713. Hal
ini diakui oleh sebagian besar badan-badan PBB dan pemerintah dan bekerja dalam
kerjasama dengan agen lainnya dalam dunia pendidikan dan masyarakat sipil.

Melalui jumlah anggota yang besar dan jaringan yang luas, Pramuka mampu menyampaikan
pesan positip mengenai Indonesia secara utuh. Komunikasi yang intens antara pramuka
Indonesia dengan gerakan pramuka negara lain terjalin melalui banyak kegiatan yang sangat
mendukung konsep total diplomacy dalam era globalisasi.

Potensi kedua, adalah Pramuka mampu berbicara bahasa Universal. Pandu atau Pramuka
telah menjadi budaya yang mendarah daging di banyak negara. Semenjak kepanduan berdiri
pada tahun 1907, kepanduan telah masuk ke banyak elemen budaya popular semisal televisi,
film dan buku. Banyak cerita televisi dan buku mengangkat mengenai kepanduan atau
diangkat dari inspirasi kepanduan, termasuk di dalamnya buku/ novel “Indiana Jones”,
“Lion of the Jungle”, “Tarzan”, “Mowgli” dan film semisal “Man In Black”, “Star Wars”,
National Treasure dan lain-lain.14

12
http://scout.org/en/around_the_world/countries/national_scout_organisations/some_statistics
13
http://www.scout.org/en/our_organisation/governance/world_organization
14
http://en.wikipedia.org/wiki/Scouting_in_popular_culture#cite_note-YYZ-0

15
Cukup dengan menggunakan kacu (Scarf/Neckerchief) pramuka akan dengan mudah diterima
dimana saja. Tak peduli bahasa apapun yang digunakan, apaka itu Inggris, Indonesia,
Melayu, Italia, Jerman, Perancis, atau bahasa isyaratpun, namun simbol-simbol pramuka
mampu menyatukan semua perbedaan itu dalam bahasa universal yang penuh dengan
senyuman dan keramahan serta rasa persaudaraan, bahasa pandu. Bahasa universal yang
disatukan dengan kacu pramuka dan logo fleur de list. Tidak peduli posisi dimana mereka
berada, seluruh anggota pandu atau pramuka telah paham dan saling mengerti, ketika symbol
universal mereka dilihat dan dikenali, semua pandu berbicara bahasa yang sama.

Hal ini adalah salah satu kekuatan kepramukaan yang sangat mengagumkan. Tak peduli
perbedaan politik, suku, ras, agama, bahasa, dan kewarganegaraan semua anggota pramuka
apabila telah menggunakan symbol kacu dan logo WOSM fleur de list akan mampu
memahami satu sama lain. Ini juga adalah kekuatan ketiga dari pramuka, yang mampu
menyatukan perbedaan dan menembus batasan poleksosbudhankam. Sebuah terobosan yang
sangat baru, tanpa menggunakan pakaian yang necis, pramuka mampu bersatu dalam bahasa
yang sama. Tanpa memerlukan keresmian protokol, pramuka mampu mencairkan suasana
dan tidak terikat pada label-label politik. menurut penuturan Fachry Sulaiman, diplomat RI
dari kementrian luar negeri yang juga adalah seorang pramuka, pernah menuturkan suatu
ketika dia pernah mengurus kasus yang melibatkan WNI di pengadilan Singapura. Proses
pengadilan berlanjut ke tingkatan banding, namun hakim di pengadilan tersebut sangat keras
dan sangat mendetail sehingga pengadilan menjadi berlarut-larut. Ketika saya bertemu
dengan hakim itu di acara kepramukaan yang diadakan presiden Singapura, semuanya
berubah, ujar Fachry. Di kegiatan kepramukaan di Singapura tersebut, sang hakim mengenali
Fachry dan kemudian sempat mendiskusikan kasus tersebut Out of Court dalam suasana yang
sangat cair dan non-formal. Alhasil, proses pengadilan berjalan dengan lebih cepat setelah itu
dan persidangan berakhir dengan memuaskan. “Saya hampir tidak percaya dengan hal
tersebut, kalau nggak lewat pramuka, mungkin kasus itu masih berjalan sampai sekarang”,
lanjutnya. 15. Tercatat banyak pula tokoh-tokoh dunia yang merupakan pramuka, tercatat Neil
Armstrong (astronot yang mendarat di bulan), Gerran Ford (mantan Presiden Amerika),
Jejomar C.Binay (Walikota Makati-Filipina), Jozef Maria Laurens Theo Cals (mantan PM

15
Kesimpulan diskusi dengan Fachry Sulaiman, Kasubdit pelayanan Kekonsuleran Direktorat Perlindungan WNI
dan Badan Hukum Indonesia, Direktorat Jenderal Protokol Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia.

16
Belanda), Jan Pieter "Jan Peter" Balkenende (PM Belanda Saat ini) dan sederet tokoh lainnya
yang masih atau pernah bergabung dengan kepramukaan.16

Keempat, keterwakilan Pramuka di tingkatan internasional. Indonesia memiliki sejarah yang


panjang atas keterwakilannya di kepengurusan tingkat Internasional. Semenjak berdirinya
gerakan pramuka hingga sekarang, Indonesia pernah mengirimkan wakilnya untuk duduk di
tingkat internasional, mulai dari region Asia Pasifik hingga dunia. Beberapa wakil terbaru
Indonesia dalam kepengurusan Asia Pasifik termasuk di dalamnya adalah penulis, baru saja
terpilih melalui mekanisme konfrensi Asia Pasifik di Malaysia tahun lalu.17 Dengan memiliki
wakil-wakil di tingkat Internasional, perhatian dari internasional akan semakin meningkat ke
Indonesia, kinerja dan tentunya pengakuan akan kinerja wakil-wakil Indonesia di
Internasional akan membawa dampak positif bagi image Indonesia di mata dunia.

Potensi dan kekuatan kelima, adalah kesempatan mempromosikan Indonesia melalui


kegiatan-kegiatan kepramukaan, Gerakan Pramuka mampu menjadi alat diplomasi yang
netral dalam memperkenalkan Indonesia secara utuh kepada dunia, bahkan tanpa harus
bertatap muka. Melalui ajang semisal Jamboree on the Air and Internet yang menggunakan
teknologi sebagai perantara pertemuan pramuka sedunia, Pramuka Indonesia selalu memiliki
kesempatan menarik minat kawannya dari negara lain untuk lebih mengenal Indonesia.

Dalam pertemuan secara langsung dalam berbagai macam even pun, tak luput terdapat acara
International Night dalam jadwal acara. Dalam malam internasional tersebut, delegasi
18
negara-negara dipersilahkan menampilkan kesenian budaya khas negaranya. . Tanpa harus
mengeluarkan urat dalam adu argumentasi, tanpa harus berkata-kata, tanpa harus melakukan
demonstrasi dan protes atas budaya-budaya Indonesia yang diklaim bangsa lain, Indonesia
mampu menunjukkan kepada dunia mengenai Indonesia yang seutuhnya dan juga budayanya
yang beragam melalui kegiatan kepramukaan. Sebagai contoh, dalam kegiatan di Malaysia
tahun lalu, delegasi Indonesia pada kegiatan konferensi Asia Pasifik menampilkan tarian

16
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Scouts
17
http://scout.org/en/around_the_world/asia_pacific/our_organisation/committees/apr_sub_committees_20
09_2012
18

http://scout.org/en/around_the_world/asia_pacific/information_events/news_archives/street_dancing_and_
grand_campfire_a_display_of_scouts_talents

17
Merak. Tanpa harus berkata-kata dan adu klaim dengan negara tetangga, Indonesia mampu
menunjukkan bahwa akar budaya Indonesia tidak akan pernah menjadi milik bangsa lain. 19

Namun kesemua faktor tadi tidak akan mampu secara optimal dijalankan dan dipergunakan
dalam diplomasi total Indonesia apabila pemerintah kurang memberikan perhatian kepada
Pramuka. Walaupun presiden SBY telah menetapkan revitalisasi pramuka, namun
dampaknya di lapangan masih tidak terasa karena pemerintah seakan-akan setengah hati
dalam melakukannya.

BAB V PENUTUP DAN REKOMENDASI

Dengan makin krusialnya peranan aktor non negara dalam diplomasi dan makin
meningkatnya tantangan dan hambatan diplomasi dalam era globalisasi, diperlukan
komponen-komponen bangsa yang memiliki potensi besar dalam menjawab tantangan
pelaksanaan diplomasi total Indonesia. Salah satu organisasi yang mampu menjawab
tantangan itu adalah gerakan pramuka yang secara historis telah memiliki sejarah panjang
dalam mengawal kemerdekaan Indonesia, dan juga secara kekuatan strategis memiliki
potensi yang cukup besar sebagai pelaksana tugas diplomasi total. Untuk lebih meningkatkan
peranannya tersebut, penulis yang juga seorang pramuka selama 17 tahun dan telah
berkecimpung dalam berbagai kegiatan dan kepengurusan pramuka dari tingkat ranting di
kecamatan hingga tingkat nasional dan Internasional, merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:

1. Lebih diperhatikannya Gerakan Pramuka oleh pemerintah dan departemen terkait agar
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya mampu leih optimal
2. Agar pemerintah mengkaji secara cermat dan memetakan potensi Pramuka sebagai
salah satu kandidat organisasi yang mampu menjadi duta belia diluar Paskibraka dan
Pelajar SMU berprestasi, karena Pramuka memiliki jaringan global di luar Indonesia
sehingga efek diplomasinya dapat berlipat ganda dibandingkan pelajar SMU
berprestasi dan Paskibraka yang tidak memiliki organisasi yang menaunginya di
tingkatan dunia

19
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=15682

18
3. Agar dibuka pos-pos khusus di kantor-kantor perwakilan Republik Indonesia (KBRI,
KJRI dan PTRI) yang mampu mengakomodasi terbentuknya gugus depan
kepramukaan di luar negeri
4. Agar Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga dan Kementrian Luar Negeri lebih
mencurahkan sumber daya dan bantuan bagi pramuka.

Semua hal tersebut saya rekomendasikan agar gerakan pramuka mampu menjalankan
secara optimal peranannya dalam membantu diplomasi pemerintah RI. Selama ini
acapkali Indonesia tidak mampu mengirimkan delegasinya ke beberapa pertemuan
penting di luar negeri karena keterbatasan sumber daya dan pendanaan. Semoga
kedepannya pemerintah dapat lebih menyadari potensi besar yang dimiliki pramuka
dan mampu menjadikan pramuka sebagai komponen vital dalam diplomasi total
Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

a. Jurnal / Web/ Publikasi

http://portalhi.web.id/?p=9

http://ics.leeds.ac.uk/papers/pmt/exhibits/2419/Nye.pdf

Johan Suwignjo, Apakah Kata Pandu Masih Punya Makna ?


http://cikal.webnode.com/news/apakah-kata-pandu-masih-punya-makna-/

http://www.indonesianembassy.org.uk/nnv_2003_02_20.html

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=15682

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=62779:pramuk
a-indonesia-terbesar-di-dunia&catid=77:fokusutama&Itemid=131

http://scout.org/en/around_the_world/countries/national_scout_organisations/some_statistics

http://scout.org/en/around_the_world/asia_pacific/information_events/news_archives/st
reet_dancing_and_grand_campfire_a_display_of_scouts_talents

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Scouts

http://scout.org/en/around_the_world/asia_pacific/our_organisation/committees/apr_sub_com
mittees_2009_2012

http://scout.org/en/around_the_world/countries/national_scout_organisations/some_statistics
http://www.scout.org/en/our_organisation/governance/world_organization

http://en.wikipedia.org/wiki/Scouting_in_popular_culture#cite_note-YYZ-0

http://folk.uio.no/palk/ch02.htm

b. Buku
Donald, Snow dan Brown, Eugene. (2000). International Relations: The Changing Contours
of Power. New York: Longman-Addison.

20
Istanbuli, Yasiin. Diplomacy and Diplomatic Practice in Early Islamic Era. London: Oxford,
2003.

K.M Panikkar, The Principle and Practice of Diplomacy, (Bombay : Ranjit Printers &
Publisher , 1957), hlm. 1.

Longman Advance American Dictionary

Nicholson, Harold.(1964) Diplomacy, 3rd edition.USA : Oxford University Press

Papp, Daniel.(2002). Contemporary International Relations :6th Edition. New York:


Longman Addison.

Plano, Jack C. Kamus Hubungan internasional. Jakarta: Abardin, 1989.

Powell, Baden.(1907). “Aids to Scoutmastership”. London: World Scout Foundation

Roy, S.L. (1991).Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press

Satow, Sir Ernest. (1959) Guide to Diplomacy Practice,5th Edision Revised .London :
Longman.

Umar S Bakry, Pedoman Penulisan Skripsi : Bidang Studi Hubungan internasional

Vallory, Edward. (2007). Global Citizenship Education: Study of the ideological bases,
historical development, international dimension, and values and practices of World
Scouting. Barcelona: Universitat Pompeu Fabra Department of Political and Social
Sciences

Yusuf, Suffri. Hubungan internasional Dan Politik Luar Negeri. Jakarta: SH, 1989.

21

Anda mungkin juga menyukai