BELA NEGARA
Oleh :
Kelompok 3
Tedi Rukmantara (2201415071)
Indah Mulyasari (4101415135)
M. Yahya Ghufroni (4101416016)
Ridwan Darmawan (4101416044)
Jeffi Ardiyansya (4101416141)
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan lancar.
Terima kasih kepada Bapak Rudi Salam, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing serta
teman-teman yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada
dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi. Untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah memberikan manfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, orang lain yang ingin mengambil serta menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini “Bela Negara" sebagai tambahan dalam menambah referensi
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
D. Metodologi...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
E. Hakikat Ancaman.....................................................................................................9
F. Urgensi dan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela negara bagi Indonesia dalam
A. Kesimpulan............................................................................................................24
B. Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era reformasi dan globalisasi sekarang ini begitu tampak bagaimana pola hidup
warga negara Indonesia yang cukup dapat mengimbangi sebuah kemajuan zaman walaupun
masih dikatakan dini untuk hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat
seolah-olah merupakan sumber kemakmuran dan kepuasan, baik batin dan lahiriah bagi insan
manusia yang disisi lain juga sebagai warga negara. Namun dibalik ada hal yang masih menjadi
tanda tanya besar yaitu mengenai rasa nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air dari setiap
warga negara Indonesia terhadap pengaruh kebudayaan asing. Contoh pengaruh iptek. Begitu
tergantungnya negara ini terhadap kebutuhan teknologi dari bangsa asing yang seolah-olah
menjerat bangsa ini untuk tunduk terhadap aturan-aturan asing daripada harus menegakkan
Bela negara merupakan landasan sikap yang harus ditumbuh kembangkan pada setiap
warga negara Indonesia guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah bila
kita menafsirkan bahwa bela negara hanya berhubungan dengan masalah angkat senjata melawan
militer negara luar. Perlu adanya eksplorasi pemikiran agar hakikat bela negara ini tidak disalah
artikan. Dalam hal ini warga negara Indonesia dituntut untuk lebih kreatif menerapkan arti bela
negara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela negara itu sendiri. Kesadaran
bela negara harus diyakini sebagai sebuah kebutuhan dan keharusan bagi warga negara Indonesia
khususnya para pemuda yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa untuk ikut
bertanggung jawab mengemban amanat penting ini. Bila pemuda sudah tidak memiliki kesadaran
mengenai bela negara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan
3
bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke-2 dalam kondisi yang sangat parah
bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan
bangsa lain.
Kondisi bangsa kita sekarang merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda
di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran akan pentingnya bela Negara. Contoh di
perkotaan, karena daerah yang sangat cepat dengan pengaruh perkembangan informasi walaupun
desa juga tidak bisa dilepaskan dari konteks ini, hal ini bisa kita lihat semakin minimnya pemuda
di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan lebih bangga dengan
budaya atau simbol-simbol bangsa lain. Semakin banyaknya pemuda yang melakukan perilaku
menyimpang dengan menggunakan narkoba, freesex. Kondisi ini diperparah dengan minimnya
kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin individualisnya
pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Dari sini seharusnya kita sudah bisa membuka
mata dan mulai menyadari hal itu. Janganlah segala ideologi bijak yang terkandung dalam
Pancasila kita nodai dengan segala sepak terjang yang jauh dari harapan bangsa kita tercinta ini.
Inilah sebenarnya harapan dari para pejuang kemerdekaan negeri Indonesia yang telah rela
berjuang mati-matian memerdekakan negara ini dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa permasalahan atau pertanyaan yang
3. Bagaimana urgensi dan tantangan ketahanan nasional dan bela negara bagi Indonesia
4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil beberapa tujuan disusunnya
1. Memahami hakikat konsep bela negara bagi setiap warga negara Indonesia.
2. Menjaga ideologi bangsa dari pengaruh peradaban asing dengan konsep bela negara.
D. Metodologi
Kami menggunakan beberapa metode untuk pengolahan data mentah menjadi data baku
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pertahanan atau bela negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan yang
bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran pada hak dan
kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan
Sistem pertahanan negara yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan, kesemestaan, dan
kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi pertahanan di abdikan oleh
dan untuk kepentingan seluruh rakyat. Cirri kesemestaan mengandung makna bahwa seluruh
sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan. Sedangkan ciri kewilayahan
bahwa gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar diseluruh wilayah NKRI,
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Namun, sebelum membahas
lebih jauh mengenai bela negara, sebaiknya kalian memahami terlebih dahulu pengertian bela
negara.
Ayat 1 tentang Pertahanan Negara, upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bukan hanya sebagai kewajiban dasar
6
manusia, tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud pengabdian dan
Bela Negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban membela
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara. Oleh karena itu, warga negara mempunyai kewajiban untuk ikut serta
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang Konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
Perlawanan Rakyat.
Hankam Negara RI, diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
Ayat (1) dan (2) menyatakan “bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh TNI dan kepolisian sebagai komponen utama dan rakyat
7
sebagai kekuatan pendukung”. Ada pula pada Pasal 27 Ayat (3): “Setiap warga negara
Ayat 1: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
1) Pendidikan Kewarganegaraan,
8
D. Partisipasi dalam Bela Negara
1. Lingkungan Keluarga
Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
Membentuk keluarga yang sadar hukum
Menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga Saling mengingatkan kepada sesama
anggota keluarga apabila ada yang akan berbuat kejahatan, misalnya : minum
minuman keras di rumah dan lain sebagainya.
Memberikan pengertian kepada anak supaya cinta kepada tanah air dan mencintai
produk-produk dalam negeri
2. Lingkungan Sekolah
Mengembangkan kepedulian sosial di sekolah, misalnya dengan keihklasan
mengumplkan dana sosial, infak, zakat, shodaqoh, untuk menolong warga sekolah
yang membutuhkan.
Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah
Menjaga nama baik sekolah dengan tidak melaksanakan perbuatan yang berakibat
negatif untuk sekolah dan sebagainya
Belajar dengan giat terutama pada materi Pendidikan Kewarganegaraan
Belajar dengan giat supaya mendapatan prestasi baik
3. Lingkungan Negara
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku
Mengamalkan nilai-nila yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara
Membayar pajak tepat pada waktunya
Mendukung program GDN, GNOTA, dan wajib belajar 9 tahun
Memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan bangsa
E. Hakikat Ancaman
pertahanan negara dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
9
tersebut tidak hanya bertumpu pada kemampuan pertahanan yang dimensi militer tetapi juga
Berdasarkan sifat ancaman, hakikat ancaman digolongkan menjadi ancaman militer dan
nirmiliter.
1. Ancaman militer
1) Agresi
3) Spionase (mata-mata)
4) Sabotase
1) Pemberontakan bersenjata
2) Konflik horizontal
3) Aksi terror
4) Sabotase
7) Pengrusakan lingkungan
10
2. Ancaman nirmiliter
Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nir militer
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancama nirmiliter dapat berdimensi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan
umum.
Bentuk-bentuk baru dari ancaman ideologi yang bersumber dari dalam maupun dari luar
negeri, yakni metamorphosis dari penganut paham komunis yang telah melebur kedalam
peristiwa G30SPKI dengan dewan revolusi atau gerakan radikalisme yang brutal dan
Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri.
Dari luar negeri, ancaman berdimensi politk dilakukan oleh suatu negara dengan
politik adalah bentuk ancaman yang sering kali digunakan oleh pihak lain untuk
menekan negara lain. Dari dalam negeri, pertumbuhan instrumen politik mencerminkan
kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara. Ancaman yang berdimensi politik yang
bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa mobilisasi masa
11
c. Ancaman berdimensi ekonomi
Pada dasarnya ancaman berdimensi ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
internal dan eksternal. Internal dapat berupa inflasi dan pengangguran yang tinggi,
infrastruktur yang tidak memadai, penetapan sistem ekonomi yang belum jelas,
ketimpangan distribusi pendapatan dan ekonomi biaya tinggi. Eksternal dapat berupa
indikator kinerja ekonomi yang baik, daya saing, ketidaksiapaan menghadap era
Ancaman berdimensi sosial budaya dibedakan atas ancaman dari dalam maupun luar.
dan ketidakadilan. Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi
dalam format globalisai dengan penetrasi dan nilai-nilai budaya dari luar negeri sulit
kemajuan IPTEK tersebut, antara lain kejahan cyber dan kejahan perbankan. Kondisi
menjadi.
12
f. Ancaman berdimensi keselamatan umum
Ancaman berdimensi keselamatan umum dapat merupakan bencana alam, seperti gempa
bumi, meletusnya gunung berapi, dan tsunami. Bencana alam yang dipicu oleh ulah
manusia, antara lain bencara banjir, tanah longsor, dan bencana lainnya.
F. Urgensi Dan Tantangan Ketahanan Nasional Dan Bela Negara Bagi Indonesia Dalam
dari sudut yang berbeda pula. Menurutnya, ketahanan nasional memiliki lebih dari satu
wajah, dengan perkataan lain ketahanan nasional berwajah ganda, yakni ketahanan
nasional sebagai konsepsi, ketahanan nasional sebagai kondisi dan ketahanan nasional
Berdasar pendapat di atas, terdapat tiga pengertian ketahanan nasional atau disebut
pertama, perlu diingat bahwa ketahanan nasional adalah suatu konsepsi khas bangsa
Indonesia yang digunakan untuk dapat menanggulangi segala bentuk dan macam ancaman
yang ada. Konsepsi ini dibuat dengan menggunakan ajaran “Asta Gatra”. Oleh karena itu,
konsepsi ini dapat dinamakan “Ketahanan nasional Indonesia berlandaskan pada ajaran
13
Asta Gatra”. Bahwa kehidupan nasional ini dipengaruhi oleh dua aspek yakni aspek
alamiah yang berjumlah tiga unsur (Tri Gatra) dan aspe ksosial yang berjumlah lima
unsur (Panca Gatra). Tri Gatra dan Panca Gatra digabung menjadi Asta Gatra, yang
berarti delapan aspek atau unsur. Pada naskah GBHN tahun 1998 dikemukakan definisi
menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari
hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari
b) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi
tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah
hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan
Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan Pasal 27 Ayat 3UUD NRI
1945. Pasal 27 Ayat 3 menyatakan “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. Dalam buku Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR
(2012) dijelaskan bahwa Pasal 27Ayat 3 ini dimaksudkan untuk memperteguh konsep
14
yang dianut bangsa dan negara Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya bela
Negara bukan hanya monopoli TNI tetapi merupakan hak sekaligus kewajiban setiap
warga negara. Oleh karena itu, tidak benar jika ada anggapan bela negara berkaitan
dengan militer atau militerisme, dan seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk
Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa
usaha pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini
berkonsekuensi bahwa setiap warga negara berhak dan wajib untuk turut serta dalam
sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku termasuk pula aktivitas
bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1
disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
penjelasan Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tersebut dinyatakan bahwa upaya bela
negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara,
selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban.
Jika bela negara tidak hanya mencakup perang mempertahankan negara, maka
konsep bela negara memiliki cakupan yang luas. Bela negara dapat dibedakan secara fisik
maupun nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi
15
serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi
ancaman dari luar. Pengertian ini dapat disamakan dengan bela negara dalam arti militer.
Sedangkan bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya
kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman.
Bela negara demikian dapat dipersamakan dengan bela negara secara nonmiliter.
Bela negara perlu kita pahami dalam arti luas yaitu secara fisik maupun nonfisik
ancaman terhadap bangsa dan negara dewasa ini tidak hanya ancaman yang bersifat
militer tetapi juga ancaman yang sifatnya nonmiliter atau nirmiliter. Yang dimaksud
ancaman adalah ”setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
Saat ini terdapat upaya untuk memperkuat Gatra Hankam dengan program bela
negara Kemhan yang telah menghasilkan 1,58 juta kader bela negara yang tersebar di
penguatan Gatra Hankam ini belum dapat mendukung secara nyata ke 7 Gatra yang ada.
16
Hal ini disebabkan karena banyaknya permasalahan sosial (KKN, Narkoba,
yang lebih komprehensif. Sementara itu proses globalisasi dan revolusi informasi
menjelaskan kondisi baru masyarakat Indonesia yang mengalami revolusi informasi; dan
ketiga, membangun jejaring strategis dalam ruang nyata dan maya antara negara dan
Penguatan Ketahanan Nasional dengan melakukan sinergi secara nyata dan maya antara
makalah ini didasarkan pada “kekuasaan” (Sosiologi Politik) yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan bela negara pertahanan dan masyarakat (Sosiologi Militer) serta
3. Kerangka Teoretik
Untuk membahas jejaring strategis dapat digunakan teori Michael Mann tentang
jejaring kekuasaan dan teori Manuel Castells tentang masyarakat sebagai jejaring dalam
era informasi. Teori Mann (1986, 1993, 2012, 2013) menyatakan bahwa ciri masyarakat
yang utama adalah jejaring yang didasarkan ideologi, militer, ekonomi dan politik
(IMEP). Sementara itu Castells dalam bukunya tentang era informasi (1996,1997, 1998)
dan peran identitas dan masyarakat jejaring. Selain itu dia juga membahas dinamika
Dengan adanya Teknologi Informasi Komunikasi maka masyarakat menjadi lebih berdaya
17
dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena dapat lebih ekstensif dan intensif. Dalam
realitanya kedua teori tersebut saling melengkapi dimana Mann lebih menekankan pada
jejaring nyata (real network), sementara Castells menekankan pada jejaring maya (virtual
network). Kedua jejaring di atas dapat membentuk jejaring strategis yang terdiri negara
Dalam buku Castells (2009: 24): “Network society is a society whose social structure
information and communication technologies.” Selain itu dibahas juga (2009: 418-429)
media sosial. Jejaring ini dapat di konstruksi atau rekonstruksi oleh mereka yang berkuasa
atau Programmer, misalnya korporasi atau negara; keempat, jejaring dapat dihubungkan
18
4. Ancaman dan Jejaring Strategis
Berdasarkan teori Castells tentang Pro grammer dan Switcher maka jejaring
kekuasaan dalam masyarakat Indonesia dalam berbagai dimensi (Asta Gatra) dapat dibangun
oleh pemerintah dan berkolaborasi dengan masyarakat (organisasi dan individu). Berikut ini akan
dibahas dua kasus yang terkait dengan Programmer dan Swicther dalam jejaring maya yakni Bela
Negara-Kemhan dan BNPT. Pada kasus Bela negara, pemerintah (Kemhan) telah membangun
jejaring nasional yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun jejaring ini masih merupakan
jejaring nyata dan belum terintegrasi dalam satu jejaring maya. Pembuatan jejaring maya atau
Programmer pada jejaring nyata Bela negara ini dapat menghasilkan sinergi antara jejaring nyata
dengan maya. Mereka ini sebagai pasukan cadangan dalam konflik konvensional dapat berfungsi
sekaligus sebagai cyber troops sebanyak 1,58 juta orang dalam jejaring maya. Selain itu jejaring
bela negara dapat diperluas oleh Kemhan yang berfungsi sebagai Switcher, misalnya
diperbantukan di jejaring maya atau Urun daya (crowdsourcing) untuk mengatasi ancaman non
militer seperti KKN (membantu KPK), mencegah terorisme-radikalisme (membantu BNPT), dan
dengan tema “Kita boleh beda” dimana dapat dijaring sekitar 640 video dari 32 propinsi yang
diunggah di Youtube. Setiap video tersebut ditonton oleh 20,000 penonton atau totalnya telah
mengundang 1,240,800 penonton. Dalam kasus ini terlihat bahwa jejaring maya Pusat Media
Damai BNPT-RI sebagai Programmer telah terkoneksi dengan masyarakat luas dan akan
menjadi lebih luas lagi jika berfungsi sebagai Switcher yang terkoneksi dengan berbagai jejaring
mahasiswa di universitas dan siswa di SMA-SMP. Para mahasiswa dan siswa yang berjumlah
sekitar 18 juta orang dimana 64% memiliki smartphone dan 54% pengguna internet
19
(Kemenkominfo 2015b: 20,16) dapat membantu aparat keamanan dalam melakukan cyber patrol
dan cyber war (Jejaring “Protagonis”) melawan radikalisme dan kelompok radikal (“Jejaring
Antagonis”). Selain itu, para mahasiswa dan siswa dalam jejaring itu dapat pula berfungsi
sebagai cyber police melawan Narkoba dan membantu BNN. Demikian juga mereka dapat
berfungsi sebagai cyber auditor yang melakukan kontrol, misal untuk mencegah KKN dengan
mengawasi e-budgeting dan e-procurement. Hal ini akan dapat terlaksana karena berbagai data
Bela Negara
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-
an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,
1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina.
Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu kawasan Indo
Cina menjadi negara komunis seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Tahun1960-an terjadi
gerakan komunis di Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan komunis
Indonesia mengadakan pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat diatasi.
Sejarah keberhasilan bangsa Indonesia menangkal ancaman komunis tersebut menginspirasi para
petinggi negara (khususnya para petinggi militer) untuk merumuskan sebuah konsep yang dapat
menjawab, mengapa bangsa Indonesia tetap mampu bertahan menghadapi serbuan ideologi
komunis, padahal negara-negara lain banyak yang berguguran? Jawaban yang dimunculkan
adalah karena bangsa Indonesia memiliki ketahanan nasional khususnya pada aspek ideologi.
Belajar dari pengalaman tersebut, dimulailah pemikiran tentang perlunya ketahanan sebagai
sebuah bangsa.
20
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah berakhirnya gerakan
dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) dengan dimunculkan istilah kekuatan
bangsa. Pemikiran Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan kemajuan konseptual
berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan Nasional yang intinya
adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa untuk menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan
spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan,
dan gangguan (ATHG). Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi ketahanan nasional
yang telah diperbaharui. Pada tahun 1973 secara resmi konsep ketahanan nasional dimasukkan ke
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional dengan pembelaan negara atau bela
negara. Bela negara merupakan perwujudan warga negara dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan ketahanan nasional bangsa Indonesia. Keikutsertaan warga negara dalam upaya
menghadapi atau menanggulagi ancaman, hakekat ketahanan nasional, dilakukan dalam wujud
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi
anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Sekarang ini pelatihan
dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep
Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih
21
(Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat
(Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
(OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lain-lain. Rakyat Terlatih mempunyai
empat fungsi yaitu Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan
Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih
membantu pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat. Sementara
fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih
Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, maka dapat pula
dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib Militer bagi warga negara yang
memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Mereka yang telah
mengikuti pendidikan dasar militerakan dijadikan Cadangan Tentara Nasional Indonesia selama
waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan dalam setahun untuk mengikuti latihan atau
kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan melalui
kewarganegaraan diberikan dengan maksud menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah
22
air. Pendidikan kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur formal (sekolah dan perguruan
Berdasar hal itu maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara
nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa, dan dalam segala situasi,
dan melestarikan.
7) Membayar pajak dan retribusi yang berfungsi sebagai sumber pembiayaan negara
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa semangat
bela negara warga negara RI mengalami penurunan, walaupun persentasinya kurang signifikan.
Hal ini disebabkan kondisi dan situasi bangsa Indonesia yang masih sarat dengan berbagai
permasalahan disegala aspek kehidupan. Mulai dari pengaruh derasnya globalisasi dan berbagai
Lain dari itu dapat disimpulkan pula bahwa kesadaran bela Negara merupakan suatu
kewajiban dari setiap warga Indonesia. Hal ini merupakan sikap paten yang harus ada di dalam
hati guna direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sumbangsih bela negara oleh
warga negara di berbagai bidang merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dari berbagai ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam bangsa ini.
Nasionalisme yang utuh oleh setiap elemen masyarakat bisa menjadi senjata ampuh dan
sekaligus menjadi subyek dalam penerapan bela negara dibangsa Indonesia tercinta ini. Pemuda
yang bersemangat merupakan ujung tajam dari upaya tersebut karena semua proses itu hanya bisa
terjadi bila semua warga negara Indonesia ini bisa menjadi masyarakat madani yang berwawasan
Pendidikan bela negara adalah awal mula untuk membentuk kader-kader generasi bangsa
yang terampil, kreatif, militan dan punya semangat juang yang dilumuri nasionalisme tinggi
sehingga ideologi bangsa kita yaitu Pancasila bisa selalu menjadi way of life dalam melakoni
kehidupan ini terutama pada era saat ini dimana globalisasi begitu mencengkram negara ini dari
berbagai sisi kehidupan, entah sosial budaya, hankam, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
24
Pendidikan bela negara ini bisa dilakukan lewat pendidikan dini bagi para pelajar
sehingga kesadaran akan menjaga ideologi Pancasila sudah terpatrikuat sejak itu dan tak mungkin
bisa pengaruh-pengaruh asing masuk dalam sendi kehidupan bangsa kita ini. Hal itulah yang
merupakan kondisi awal yang harus diwujudkan dalam pencapaian tujuan nasional sehingga
kecenderungan dan pengaruh terhadap segenap aspek kehidupan nasional dapat diikuti
memadukan secara sinergis antara rasio yang merupakan pengaruh Barat dan rasa yang
B. Saran
Di akhir penulisan makalah ini, penulis berpesan agar pembaca menggunakan penalaran
dan kesesuaiannya dengan konsep, realita dan aplikasi bela negara dalam kehidupan berbangsa
bernegara. Karena kesadaran bela negara merupakan suatu kewajiban bagi seluruh elemen bangsa
Indonesia tanpa terkecuali. Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita bersama-sama
menumbuhkembangkan semangat nasionalisme sejak dini terutama kepada generasi muda bangsa
Indonesia tercinta ini dengan metode yang sederhana dan mudah dimengeti dan dipahami
kemudian dijabarkan dalam suatu aturan pelaksanaan untuk dijadikan pedoman bangsa
Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
26