PEMBANGUNAN
35043190046
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga laporan
mini research ini dapat tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Pancasila, bapak Hairul Amren.
Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-ide dan waktunya yaitu teman-teman sekalian.
Dan harapan saya semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, 2022
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 4
PERMASALAHAN........................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
BAB IV ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cia berfungsi sebagai penentu untuk
mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan dalam Pembukan UUD 1945,
dalam usaha mencapainya banyak mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman oleh karena itu
perlu kekuatan untuk mewujudkannya. Kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut dikenal
dengan istilah Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional perlu dibina terus menerus dan
dikembangkan agar kelangsungan hidup bangsa tersebut dapat dijamin. Dalam sejarah
perjuangan bangsa, Ketahanan bangsa Indonesia telah teruji, bangsa Indonesia mampu mengusir
penjajahan Jepang, Belanda, mengahadapi sparatis RMS, PRRI, Permesta, DI TII, PKI, GAM,
Papua Merdeka. NKRI tetap tegak berdiri karena memiliki daya tahan dalam menghadapi
Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan gangguan (ATHG). Bangsa Indonesia mengahadapi
permasalahan KKN, Krisis moneter, kemisikinan, pengangguran, konflik SARA, pelanggaran
HAM, SDM yang rendah, globalisasi, namun hanya dengan ketahanan bangsa saja kelangsungan
hidup bisa terjamin.
Ketahanan berasal dari asal kata “tahan” ; tahan menderita, tabah kuat, dapat menguasai diri,
tidak kenal menyerah. Ketahanan berarti berbicara tentang peri hal kuat, keteguhan hati, atau
ketabahan. Jadi Ketahanan Nasional adalah peri hal kuat, teguh, dalam rangka kesadaran, sedang
pengertian nasional adalah penduduk yang tinggal disuatu wilayah dan berdaulat. Dengan
demikian istilah ketahanan nasional adalah peri hal keteguhan hati untuk memperjuangkan
kepentingan nasional.Pengertian Ketahanan Nasional dalam bahasa Inggris yang mendekati
pengertian aslinya adalah national resilience yang mengandung pengertian dinamis,
dibandingkan pengertian resistence dan endurence. Ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung
1
dan tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya. Keadaan atau kondisi selalu berkembang dan
keadaan berubah-ubah, oleh karena itu ketahanan nasional harus dikembangkan dan dibina agar
memandai sesuai dengan perkembangan jaman. Jika kita mengkaji Ketahanan nsional secara luas
kita akan mendapatkan tiga “wajah” Ketahanan Nasional, walaupun ada persamaan tetapi ada
perbedaan satu sama lain: 1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi dinamis mengacu keadaan
“nyata riil” yang ada dalam masyarakat, dapat diamati dengan pancaindra manusia. Sebagai
kondisi dinamis maka yang menjadi perhatian adalah ATHG disatu pihak dan adanya keuletan,
ketangguhan, untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi ancaman. 2. Ketahanan
nasional sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan negara diperlukan penataan
hubungan antara aspek kesejahteraan (IPOLEKSOSBUD) dan keamanan (Hankam). Dalam
konsepsi pengaturan ini dirumuskan ciri-ciri dan sifat-sifat ketahanan nasional, serta tujuan
ketahanan nasional. 3. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir, ini berarti suatu pendekatan
khas yang membedakan dengan metode berfikir lainnya. Dalam ilmu pengetahuan dikenal
dengan metode induktif dan deduktif, hal ini juga dalam ketahanan nasional, dengan suatu
tambahan yaitu bahwa seluruh gatra dipandang sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh.
2
Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain, dan hak WNI di luar negeri perlu
ditingkatkan (Sumarsono, 2000: 116).
3
BAB II
PERMASALAHAN
Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi rakyatnya yakni
melalui perwakilan rakyat yang diusung oleh berbagai partai. Dalam implementasinya, menurut
pasal 27 UUD 1945, perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan
pemerintahan dengan pria. Undang-Undang Dasar 1945 dalam perundang-undangan politik telah
mencerminkan bahwa perempuan dan pria sama-sama punya hak untuk dipilih dan memilih.
Namun dalam implementasinya marginalisasi gender dalam pemerintahan senantiasa terjadi.
Marginalisasi gender merupakan salah satu penjabaran bentuk diskriminasi terhadap perempuan
atau laki-laki. Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara
berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain padahal
partisipasi perempuan sangatlah penting.
Marginalisasi gender dalam pemerintahan merupakan masalah yang perlu diatasi dengan
aksi nyata, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah menciptakan kesadaran politik
perempuan dalam meningkatkan peran politiknya dengan memberikan pendidikan politik sesuai
4
dengan makna yang sebenarnya, sehingga dalam kancah politik, perempuan mempunyai peran
dalam mengembangkan demokrasi dan cerdas dalam menentukan sikap politiknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pendidikan politik bagi perempuan
sebagai upaya mengatasi marginalisasi gender dalam pemerintahan. Diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya, memperkaya
kajian-kajian tentang analisis kebijakan khususnya dalam penelitian ini serta membahas realita
mengenai pendidikan politik bagi perempuan sebagai upaya mengatasi marginalisasi gender
dalam pemerintahan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam kajian analisis
wacana kritis terhadap marginalisasi gender dalam pemerintahan.
5
BAB III
PEMBAHASAN
2. Kelemahan (Weaknesses)
➢ Hak perogatif dan otoritas yang melakat pada presiden dalam sistem presidensial,
menjadi peluang bagi DPR untuk melembagakan gangguan terhadap presiden.
➢ Kombinasi politik presidensial-multipartai di Indonesia, meyebabkan terpilihnya presiden
minoritas.
➢ Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif dapat menciptakan kekuasaan
mutlak.
➢ Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
3. Peluang (Opportunities)
Sistem politik presidensial yang dianut oleh Indonesia ditambah lagi dengan ideologi
Pancasilanya dan nilai-nilai UUD 1945 pada bangsa Indonesia, seharusnya mampu membuatnya
dapat mewujudkan ketahanan nasional.
4. Ancaman (Therats)
Politik merupakan instrumen utama untuk menggerakkan perang. Ini membuktikan
bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan bahkan dapat
menghancurkan suatu negara. Masyarakat internasional mengintervensi suatu negara melalui
politik seperti Hak Asasi Manusia (HAM) demokratisasi, penanganan lingkungan hidup,
6
5. Strategi(Strategy)
Untuk mengatasi politik presidensial di Indonesia maka dilakukan strategi seperti bentuk
politik multipartai yang ada di Indonesia harus diatur agar tidak ada presiden minoritas, sistem
pertanggungjawaban anggota pemerintah harus diperjelas, harus diadakan pengawasan terhadap
kekuasaan anggota pemerintah baik eksekutif maupun legislatif, dan harus ada beberapa hak
perogatif presiden yang tak dapat dicaampuri oleh anggota DPR.
7
A. Kekuatan (Strengths)
➢ Partisipasi perempuan dalam bidang politik bertujuan untuk meningkatkan peran dan
kedudukan perempuan dalam pemerintahan baik dalam proses membuat keputusan
maupun dalam membuat kebijakan atau perencanaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka ada payung hukum yang mendasari mengapa perempuan dapat berpartisipasi dalam
bidang politik, yang pertama adalah Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang mengharuskan seluruh
kebijakan dan program pembangunan nasional dirancang dengan perspektif gender. Salah
satunya kebijakan mengenai keterwakilan perempuan dalam pemerintahan sebagai upaya
untuk mengatasi marginalisasi gender. Hal ini diperkuat dalam kebijakan-kebijakan
mengenai Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasal 27 yang menjamin bahwa semua
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
B. Kelemahan (Weaknesses)
➢ Hambatan terbesar adalah di tingkat aturan yang lebih operasional, struktur dan budaya
masyarakat yang masih saja memposisikan perempuan sebagai makhluk domestik dengan
peran utama sebagai istri dan ibu rumah tangga, pelayan bagi suami dan anak-anak.
Ironisnya pengukuhan peran tradisional perempuan di masyarakat patriarki ini telah
dilegitimasi oleh sistem hukum yang ada antara lain melalui UU Perkawinan No.1 Tahun
1974. Pasal 31 ayat 2 UUP tersebut menegaskan bahwa “suami adalah kepala keluarga
dan istri ibu rumah tangga” selanjutnya “suami wajib melindungi istrinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya, istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaikbaiknya” (pasal 34 ayat
1 dan 2). Inilah kedua pasal yang kemudian dikenal sebagai pasal pembakuan peran
(gender). Melalui ketentuan ini, negara telah melegitimasi dan membakukan pembagian
kerja seksual antara laki-laki dengan perempuan di dalam keluarga/rumah tangga. Sistem
8
hukum dan sosial yang masih mencerminkan pandangan yang stereotype terhadap
perempuan pada akhirnya menjauhkan kapasitas perempuan untuk terlibat penuh di
wilayah politik.
C. Peluang (Opportunities)
➢ Peluang keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut tidak terjadi secara serta merta melainkan karena perjuangan
yang terus menerus untuk mewujudkan hak setiap orang untuk mencapai persamaan dan
keadilan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan peraturan perundang-undangan yang
memberi keberpihakan terhadap keterwakilan perempuan. Seperti dengan disahkan nya
UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum yang menyebutkan bahwa setiap partai politik beserta pemilu dapat
mengajukan calon anggota DPR, DPRD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-
kurangnya 30%.
9
seperti yang tercantum dalam Permendagri No. 36 Tahun 2010 pasal 6 tentang pedoman
fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik, antara lain: a. Seminar dan lokakarya;
f. Berbagai macam perlombaan seperti pidato, jalan sehat, cerdas tangkas, karya tulis
ilmiah, film dokumenter, dan cipta lagu.
D. Ancaman (Threats)
➢ Dalam implementasi politik di Indonesia telah diatur dalam UU pemilu namun belum
banyaknya kebijakan yang mengkhususkan pembahasan mengenai keterlibatan
perempuan pada politik. Skeptisme terhadap kemampuan masih menjadi hambatan utama
perempuan untuk ikut mengambil posisi dalam bidang-bidang yang strategis. Bahkan
terdapat kecenderungan, partai politik menempatkan perempuan dalam calon legislatif
hanya untuk sekadar memenuhi kewajiban regulasi. Partai tidak serius memberikan
peluang dan dorongan bagi partisipasi kaum perempuan dalam bidang politik
10
BAB IV
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Beby Masitho, Rehia K Isabella Barus, Taufik Walhidayat, and Kata Kunci.
2020. “Model Komunikasi Politik Anggota DPRD Kota Medan Dalam Menghasilkan Kebijakan
Responsif Gender.” Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar,
1220.
Hidayati, U. 2019. “Pendidikan Politik Bagi Perempuan Oleh Kesbangpol Sebagai Upaya
Peningkatan Partisipasi Politik Di Kabupaten Kebumen.”
Humairatuzzahrah, N. 2018. “Partisipasi Politik Perempuan Dalam Perkembangan Demokrasi.”
’Adalah 2: 7–8.
Kharismandari, Dihlis Zatul. 2015. “Peran Partai Politik Dalam MenerapkanPendidikan Politik
Terhadap Pengurus Dan Kader Partai ( Studi Pada Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan
Bangsa Provinsi Jawa Timur ).” Kajian Moral Dan Kewarganegaraan. 01 (3): 318–29.
Kokotiasa, W. n.d. “Urgensi Pendidikan Politik,” 325–33
Komaria Emong Supardjaja, et, Al. 2017. “Hak-Hak Perempuan,” 52–109.
Kusumawardhana, Indra, and Rusdi Jarwo Abbas. 2018. “Indonesia Di Persimpangan: Urgensi
‘Undang-Undang Kesetaraan Dan Keadilan Gender’ Di Indonesia Pasca Deklarasi Bersama
Buenos Aires Pada Tahun 2017.” Jurnal HAM 9 (2): 153.
https://doi.org/10.30641/ham.2018.9.153-174.
Laksono, B. A. (2018). The Community Empowerment Through Social and Educational
Institutions. Jurnal Pendidikan Humaniora, 6(3), 115-122.
Listyani, Refti Handini. n.d. “Refti Handini Listyani, Perempuan Dalam Politik Maskulin,” no.
9: 307–22.
Mahmudah, Nawaroh. 2016. “Pemahaman Pengelola Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) AR-
Rum Terhadap Program Penjaminan Mutu Lembag” 5 (7): 264–73.
Sakina, Ade Irma, and Dessy Hasanah Siti A. 2017. “Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia.”
Share : Social Work Journal 7 (1): 71. https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820.
Soeharto, Achmad. n.d. “Urgensi Pendidikan Politik Bagi Perempuan,” 325–33.
Supriyadi, Supriyadi. 2017. “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan
Antar Pustakawan.” Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan
2 (2): 83. https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.
Wahyudi, Very. 2019. “Peran Politik Perempuan Dalam Persfektif Gender.” Politea : Jurnal
Politik Islam 1 (1): 63–83. https://doi.org/10.20414/politea.v1i1.813.
12