Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN KETAHANAN BANGSA DI BIDANG POLITIK DAN

PEMBANGUNAN

TONDI SYAFRU TAMA SIREGAR

35043190046

TEKNIK LISTRIK BANDAR UDARA ANGKATAN KE XVI

POLITEKNIK PENERBANGAN MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga laporan
mini research ini dapat tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Pancasila, bapak Hairul Amren.
Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-ide dan waktunya yaitu teman-teman sekalian.
Dan harapan saya semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 2022

TONDI SYAFRU TAMA SIREGAR

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1

1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 3

1.2.1 Maksud ........................................................................................................................... 3

1.2.2 Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II............................................................................................................................................. 4

PERMASALAHAN........................................................................................................................ 4

BAB III ........................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6

3.1 Penyelesaian Masalah Analisis SWOTS ............................................................................... 6

BAB IV ......................................................................................................................................... 11

PENUTUP..................................................................................................................................... 11

4.1 Saran dan Kesimpulan ......................................................................................................... 11

4.1.1 Saran ............................................................................................................................. 11

4.1.2 Kesimpulan ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Adanya atau banyaknya masyarakat yang belum paham tentang apa itu hak dan apa itu
kewajiban, Sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang
cacat adalah sama dengan warga negara lainnya. Hal ini sesuai dengan UUD1945, dalam Pasal
27 : Setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Kemudian ada penegasan lagi pada amandemen UUD 1945 yang mengatur tentang
Hak Azasi Manusia, ini menandakan bahwa negara kita telah memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh kepada harkat dan martabat manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Setiap bangsa mempunyai cita-cita, karena cita-cia berfungsi sebagai penentu untuk
mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia telah dicantumkan dalam Pembukan UUD 1945,
dalam usaha mencapainya banyak mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman oleh karena itu
perlu kekuatan untuk mewujudkannya. Kekuatan untuk menghadapi masalah tersebut dikenal
dengan istilah Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional perlu dibina terus menerus dan
dikembangkan agar kelangsungan hidup bangsa tersebut dapat dijamin. Dalam sejarah
perjuangan bangsa, Ketahanan bangsa Indonesia telah teruji, bangsa Indonesia mampu mengusir
penjajahan Jepang, Belanda, mengahadapi sparatis RMS, PRRI, Permesta, DI TII, PKI, GAM,
Papua Merdeka. NKRI tetap tegak berdiri karena memiliki daya tahan dalam menghadapi
Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan gangguan (ATHG). Bangsa Indonesia mengahadapi
permasalahan KKN, Krisis moneter, kemisikinan, pengangguran, konflik SARA, pelanggaran
HAM, SDM yang rendah, globalisasi, namun hanya dengan ketahanan bangsa saja kelangsungan
hidup bisa terjamin.

Ketahanan berasal dari asal kata “tahan” ; tahan menderita, tabah kuat, dapat menguasai diri,
tidak kenal menyerah. Ketahanan berarti berbicara tentang peri hal kuat, keteguhan hati, atau
ketabahan. Jadi Ketahanan Nasional adalah peri hal kuat, teguh, dalam rangka kesadaran, sedang
pengertian nasional adalah penduduk yang tinggal disuatu wilayah dan berdaulat. Dengan
demikian istilah ketahanan nasional adalah peri hal keteguhan hati untuk memperjuangkan
kepentingan nasional.Pengertian Ketahanan Nasional dalam bahasa Inggris yang mendekati
pengertian aslinya adalah national resilience yang mengandung pengertian dinamis,
dibandingkan pengertian resistence dan endurence. Ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar dan dalam yang secara langsung

1
dan tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan mengejar Tujuan Nasionalnya. Keadaan atau kondisi selalu berkembang dan
keadaan berubah-ubah, oleh karena itu ketahanan nasional harus dikembangkan dan dibina agar
memandai sesuai dengan perkembangan jaman. Jika kita mengkaji Ketahanan nsional secara luas
kita akan mendapatkan tiga “wajah” Ketahanan Nasional, walaupun ada persamaan tetapi ada
perbedaan satu sama lain: 1. Ketahanan Nasional sebagai kondisi dinamis mengacu keadaan
“nyata riil” yang ada dalam masyarakat, dapat diamati dengan pancaindra manusia. Sebagai
kondisi dinamis maka yang menjadi perhatian adalah ATHG disatu pihak dan adanya keuletan,
ketangguhan, untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi ancaman. 2. Ketahanan
nasional sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan negara diperlukan penataan
hubungan antara aspek kesejahteraan (IPOLEKSOSBUD) dan keamanan (Hankam). Dalam
konsepsi pengaturan ini dirumuskan ciri-ciri dan sifat-sifat ketahanan nasional, serta tujuan
ketahanan nasional. 3. Ketahanan Nasional sebagai metode berfikir, ini berarti suatu pendekatan
khas yang membedakan dengan metode berfikir lainnya. Dalam ilmu pengetahuan dikenal
dengan metode induktif dan deduktif, hal ini juga dalam ketahanan nasional, dengan suatu
tambahan yaitu bahwa seluruh gatra dipandang sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh.

➢ Ketahanan Politik Dalam Negeri Dalam rangka mewujudkan ketahanan politik,


diperlukan kehidupan politik bangsa yang sehat, dinamis, mempu memelihara stabilitas
politik berdasakan ideologi Pancasila, UUD l945 yang menyangkut: 1) Sistem
pemerintahan berdasarkan hukum tidak berdasarkan kekuasaan bersifat absolut, dan
kedaulatan ditanggan rakyat. 2) Dalam kehidupan politik dimungkinkan terjadinya
perbedaan pendapat, namun perbedaan tersebut bukan menyangkut nilai dasar, sehingga
tidak antagonis yang menjurus ke arah konflik. 3) Kepemimpinan nasional diharapkan
mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyrakat, dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai Pancasila. 4) Terjalin komunikasi timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat, antara kelompok kepentingan dan golongan-golongan untuk
mewujudkan tujuan nasional.
➢ Ketahanan Aspek Politik Luar Negeri 1) Hubungan politik luar negeri ditujukan untuk
meningkatkan kerjasama internasional di berbagai bidang atas dasar saling
menguntungkan, dan meningkatkan citra politik Indonesia dan memantabkan persatuan
dan kesatuan. 2) Politik luar negeri dikembambangkan berdasarkan skala prioritas dalam
rangka meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan negara
maju, sesuai dengan kepentingan nasional. Kerja sama antara negara ASEAN dalam
bidang sosial, ekonomi dan budaya, Iptek dan kerjasama dengan negara Non Blok. 3)
Citra positif bangsa Indonesia perlu ditingkatkan melalui promosi, diplomasi, dan lobi
internasional, pertukaran pemuda dan kegiatan olah raga. 4) Perjuangagn Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan keentingan nasional seperti melindungi kepentingan

2
Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain, dan hak WNI di luar negeri perlu
ditingkatkan (Sumarsono, 2000: 116).

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Untuk memahami seberapa tinggi jiwa kesadaran dari seorang pemuda taruna / i akan
ketahanan dalam berbangsa dan sebagai warga negara yang baik, terutama dalam ketahanan
dibidang politik, karena politik merupakan alur pergerakan maju nya suatu demokrasi dan sistem
pemerintahan
1.2.2 Tujuan
Bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memberanikan diri dan mengajak masyarakat ikut
berperan mempertahankan bangsa dan negara melalui politik

3
BAB II

PERMASALAHAN
Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi aspirasi rakyatnya yakni
melalui perwakilan rakyat yang diusung oleh berbagai partai. Dalam implementasinya, menurut
pasal 27 UUD 1945, perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan
pemerintahan dengan pria. Undang-Undang Dasar 1945 dalam perundang-undangan politik telah
mencerminkan bahwa perempuan dan pria sama-sama punya hak untuk dipilih dan memilih.
Namun dalam implementasinya marginalisasi gender dalam pemerintahan senantiasa terjadi.
Marginalisasi gender merupakan salah satu penjabaran bentuk diskriminasi terhadap perempuan
atau laki-laki. Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara
berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain padahal
partisipasi perempuan sangatlah penting.

Pengaturan tentang kuota 30% keterwakilan perempuan yang bertujuan untuk


meningkatkan jumlah perempuan yang duduk di lembaga legislatif telah diatur dalam beberapa
undang-undang yang terkait dengan pemilu, bahkan bila dibandingkan dengan beberapa pemilu
sebelumnya, peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut pada pemilu 2014 lebih
banyak dan rinci. Meskipun demikian, jumlah perempuan yang pada akhirnya menjadi anggota
DPR RI periode 2014-2019 justru menurun dari 101 orang atau 17,86% menjadi hanya 79 orang
14% dari total 560 anggota terpilih. Hal ini perlu dicermati secara kritis karena hasil yang
diperoleh berbanding terbalik dengan tingkat pencalonan caleg perempuan yang mengalami
peningkatan pada pemilu 2014.

Alasan pentingnya partisipasi perempuan dalam kursi pemerintahan sehingga perlu


adanya perhatian khusus yang dikemukakan oleh Maria Farida Indrati dalam kutipannya dari
Hanna Pitkin, The Concept of Representation 1967, sebagai berikut: 1) Perempuan mewakili
setengah dari populasi dan punya hak untuk setengah dari kursi (justice argument); 2)
Perempuan mempunyai pengalaman yang berbeda dari laki-laki (biologis maupun sosial) yang
diwakili (experience argument). Sejalan dengan argumen ini perempuan dapat memasuki posisi
kekuasaan karena mereka akan terikat dalam politik yang berbeda; 3) Perempuan dan laki-laki
mempunyai pertentangan kepentingan sehingga laki-laki tidak dapat mewakili perempuan
(interest group argument); 4) Politisi perempuan mewakili model peran penting mendorong
perempuan lain untuk mengikuti Peran perempuan dalam politik sangat dibutuhkan sehingga
perlu diperhatikan partisipasi politiknya.

Marginalisasi gender dalam pemerintahan merupakan masalah yang perlu diatasi dengan
aksi nyata, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah menciptakan kesadaran politik
perempuan dalam meningkatkan peran politiknya dengan memberikan pendidikan politik sesuai

4
dengan makna yang sebenarnya, sehingga dalam kancah politik, perempuan mempunyai peran
dalam mengembangkan demokrasi dan cerdas dalam menentukan sikap politiknya.

Pendidikan merupakan sarana meningkatkan kualitas kepribadian agar memiliki peran


strategis baik dalam aspek intelektualitas maupun moralitas. Untuk itu, pendidikan menjadi salah
satu kebutuhan primer yang dianggap penting bagi manusia sedangkan pendidikan politik adalah
proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, Pasal I). Institusi pendidikan baik
di dalam maupun luar persekolahan juga berpotensi mampu untuk meningkatkan daya saing
bangsa Kemudian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2008 mengamanatkan perlunya pendidikan politik dengan
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Hal demikian ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia .

Pemerintah bertanggung jawab terhadap pengentasan marginalisasi gender sehingga


langkah nyata sangat diperlukan yakni dengan mengimplementasikan pendidikan politik.
Berdasarkan pemaparan tersebut penelitian ini memiliki urgensi untuk dilakukan dalam rangka
mendukung implementasi pendidikan politik bagi perempuan sehingga pendidikan politik dapat
berpengaruh dalam mengatasi marginalisasi gender dalam pemerintahan. Mengingat pentingnya
peran perempuan di bidang politik namun faktanya masih sedikit ruang bagi perempuan untuk
ikut berpartisipasi dalam politik khususnya pemerintahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pendidikan politik bagi perempuan
sebagai upaya mengatasi marginalisasi gender dalam pemerintahan. Diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya, memperkaya
kajian-kajian tentang analisis kebijakan khususnya dalam penelitian ini serta membahas realita
mengenai pendidikan politik bagi perempuan sebagai upaya mengatasi marginalisasi gender
dalam pemerintahan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam kajian analisis
wacana kritis terhadap marginalisasi gender dalam pemerintahan.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyelesaian Masalah Analisis SWOTS


Ketahanan bangsa dalam bidang politik merupakan kondisi dinamis suatu bangsa untuk
mengatasi gannguan, ancaman, serta hambatan dari luar atau dalam Negara yang membahayakan
kelangsungan kehidupan politik bangsa dan Negara. JIka ditinjau dari aspek politik dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strength)
➢ Presiden dan wakil rakyat dipilih secara langsung oleh rakyat.
➢ Berbagai hak perogatif presiden seperti menyusun cabinet, menentukan duta besar,
mengangkat panglima, gubernur, para deputi BI masih memerlukan dukungan anggota
legislatif.
➢ Adanya pembatasan terhadap masa jabatan presiden dan anggota legislatif.
➢ Semua rakyat dapat menjadi anggota pemerintahan.
➢ Menteri bertanggungjawab sendiri kepada presiden dan anggota pemerintahan tidak
boleh memiliki rangkap jabatan.

2. Kelemahan (Weaknesses)
➢ Hak perogatif dan otoritas yang melakat pada presiden dalam sistem presidensial,
menjadi peluang bagi DPR untuk melembagakan gangguan terhadap presiden.
➢ Kombinasi politik presidensial-multipartai di Indonesia, meyebabkan terpilihnya presiden
minoritas.
➢ Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif dapat menciptakan kekuasaan
mutlak.
➢ Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

3. Peluang (Opportunities)
Sistem politik presidensial yang dianut oleh Indonesia ditambah lagi dengan ideologi
Pancasilanya dan nilai-nilai UUD 1945 pada bangsa Indonesia, seharusnya mampu membuatnya
dapat mewujudkan ketahanan nasional.

4. Ancaman (Therats)
Politik merupakan instrumen utama untuk menggerakkan perang. Ini membuktikan
bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan bahkan dapat
menghancurkan suatu negara. Masyarakat internasional mengintervensi suatu negara melalui
politik seperti Hak Asasi Manusia (HAM) demokratisasi, penanganan lingkungan hidup,

6
5. Strategi(Strategy)
Untuk mengatasi politik presidensial di Indonesia maka dilakukan strategi seperti bentuk
politik multipartai yang ada di Indonesia harus diatur agar tidak ada presiden minoritas, sistem
pertanggungjawaban anggota pemerintah harus diperjelas, harus diadakan pengawasan terhadap
kekuasaan anggota pemerintah baik eksekutif maupun legislatif, dan harus ada beberapa hak
perogatif presiden yang tak dapat dicaampuri oleh anggota DPR.

7
A. Kekuatan (Strengths)

➢ Partisipasi perempuan dalam bidang politik bertujuan untuk meningkatkan peran dan
kedudukan perempuan dalam pemerintahan baik dalam proses membuat keputusan
maupun dalam membuat kebijakan atau perencanaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka ada payung hukum yang mendasari mengapa perempuan dapat berpartisipasi dalam
bidang politik, yang pertama adalah Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang mengharuskan seluruh
kebijakan dan program pembangunan nasional dirancang dengan perspektif gender. Salah
satunya kebijakan mengenai keterwakilan perempuan dalam pemerintahan sebagai upaya
untuk mengatasi marginalisasi gender. Hal ini diperkuat dalam kebijakan-kebijakan
mengenai Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasal 27 yang menjamin bahwa semua
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

➢ Pemerintah senantiasa memberikan ruang dan memperhatikan partisipasi perempuan di


bidang politik, dengan harapan hadirnya peran dan partisipasi perempuan ini dapat
meningkatkan keberhasilan implementasi demokrasi di Indonesia. Partisipasi perempuan
Indonesia semakin menguat, sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun
2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, Dorongan
perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik juga didukung oleh Pasal 46 Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjamin keterwakilan
perempuan dalam pemilihan badan legislatif dan sistem pengangkatan di bidang
eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian, melaksanakan peranannya di bidang-bidang
tersebut

B. Kelemahan (Weaknesses)

➢ Hambatan terbesar adalah di tingkat aturan yang lebih operasional, struktur dan budaya
masyarakat yang masih saja memposisikan perempuan sebagai makhluk domestik dengan
peran utama sebagai istri dan ibu rumah tangga, pelayan bagi suami dan anak-anak.
Ironisnya pengukuhan peran tradisional perempuan di masyarakat patriarki ini telah
dilegitimasi oleh sistem hukum yang ada antara lain melalui UU Perkawinan No.1 Tahun
1974. Pasal 31 ayat 2 UUP tersebut menegaskan bahwa “suami adalah kepala keluarga
dan istri ibu rumah tangga” selanjutnya “suami wajib melindungi istrinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya, istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaikbaiknya” (pasal 34 ayat
1 dan 2). Inilah kedua pasal yang kemudian dikenal sebagai pasal pembakuan peran
(gender). Melalui ketentuan ini, negara telah melegitimasi dan membakukan pembagian
kerja seksual antara laki-laki dengan perempuan di dalam keluarga/rumah tangga. Sistem

8
hukum dan sosial yang masih mencerminkan pandangan yang stereotype terhadap
perempuan pada akhirnya menjauhkan kapasitas perempuan untuk terlibat penuh di
wilayah politik.

➢ Kelemahan selanjutnya adalah minat perempuan kurang dalam pemerintahan, kebijakan


marginalisasi perempuan kurangnya partisipasi dari perempuan tercatat jumlah
perempuan yang pada akhirnya menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 justru
menurun dari 101 orang atau 17,86% menjadi hanya 79 orang 14% dari total 560 anggota
terpilih. Dalam UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, UU No. 12 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan Perpu No. 1
Tahun 2009 yang menyatakakn bahwa keterwakilan perempuan 30% itu diharapkan
untuk dapat meningkatkan aspirasi dari perempuan untuk dapat memenuhi segala
kebutuhan perempuan namun dalam praktiknya tetap saja perempuan tidak memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan, dikarenakan tidak adanya kesempatan bagi
perempuan untuk memegang jabatan penting. Sehingga, meskipun jumlahnya bertambah
dalam proses perwakilan, namun partisipasinya masih sangat kurang, sehingga fungsi
advokasinya tidak berjalan dengan sempurna karena tidak adanya kekuatan dalam
pengambilan keputusan.

C. Peluang (Opportunities)

➢ Peluang keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut tidak terjadi secara serta merta melainkan karena perjuangan
yang terus menerus untuk mewujudkan hak setiap orang untuk mencapai persamaan dan
keadilan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan peraturan perundang-undangan yang
memberi keberpihakan terhadap keterwakilan perempuan. Seperti dengan disahkan nya
UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum yang menyebutkan bahwa setiap partai politik beserta pemilu dapat
mengajukan calon anggota DPR, DPRD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-
kurangnya 30%.

➢ Kesempatan untuk perempuan dalam menjalankan pemerintahan mulai mendapat


dukungan. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 dalam pasal 2 ayat 2 dan
5, dan pasal 29 (1a) yang mengamanahkan kepada parpol untuk menyertakan
keterwakilan perempuan minimal 30% dalam pendirian maupun kepengurusan di tingkat
pusat. Dalam pelaksanaan untuk berpolitik tentunya diperlukan dukungan. Dukungan
tersebut dapat berupa penyediaan fasilitas. Supaya mempermudah dalam berpolitik
didukung juga dengan fasilitas penyelenggaraan pendidikan politik yang dapat diberikan

9
seperti yang tercantum dalam Permendagri No. 36 Tahun 2010 pasal 6 tentang pedoman
fasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik, antara lain: a. Seminar dan lokakarya;

b. Sosialisasi dan diseminasi peraturan perundang-undangan;

c. Asistensi, pelatihan dan bimbingan teknis;

d. Pagelaran seni dan budaya;

e. Jambore, perkemahan, napak tilas; dan

f. Berbagai macam perlombaan seperti pidato, jalan sehat, cerdas tangkas, karya tulis
ilmiah, film dokumenter, dan cipta lagu.

D. Ancaman (Threats)

➢ Ancaman terhadap keterlibatannya perempuan di dunia politik, salah satunya disebabkan


oleh lemahnya kekuatan penyelenggaraan pemilu baik KPU dan BAWASLU dalam
memberikan proteksi bagi perempuan yang akan terjun ke ranah politik sehingga
berdampak besar terhadap kalangan perempuan yang seringkali tersudutkan ketika
hendak terjun kedalam bidang politik. Hal ini berhubungan dengan Tugas, Wewenang
dan Kewajiban Pengawas Pemilu berdasarkan amanat UndangUndang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum.

➢ Dalam implementasi politik di Indonesia telah diatur dalam UU pemilu namun belum
banyaknya kebijakan yang mengkhususkan pembahasan mengenai keterlibatan
perempuan pada politik. Skeptisme terhadap kemampuan masih menjadi hambatan utama
perempuan untuk ikut mengambil posisi dalam bidang-bidang yang strategis. Bahkan
terdapat kecenderungan, partai politik menempatkan perempuan dalam calon legislatif
hanya untuk sekadar memenuhi kewajiban regulasi. Partai tidak serius memberikan
peluang dan dorongan bagi partisipasi kaum perempuan dalam bidang politik

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Saran dan Kesimpulan


4.1.1 Saran
akan lebih baik pemimpin organisasi partai politik lebih memberi kesempatan untuk
kaum perempuan yang telah bergabung dalam partai politik untuk mengembangkan
kemampuan berpolitik di indonesia penyelesaian masalah yang dibahas untuk
meneruskan hal-hal positif dilingkungan kampus
4.1.2 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sudah saatnya sekarang
perempuan ambil peran dalam bagian politik agar lebih dominan memilih untuk
menjelaskan bagaimana tentang hak gender dalam politik itu tercapai dan tidak dengan
menjelaskan apa itu kewajiban saja. Marginalisasi gender juga menyebabkan
ketidakterwakilkannya suara perempuan untuk menyampaikan aspirasi di setiap tingkat
pemerintahan oleh karena itu untuk mengatasi marginalisasi gender di pemerintahan,
perempuan harus berani untuk merambah ke pemerintahan dan tentunya perlu dibekali
dengan pendidikan politik agar perempuanpun memahami dampak positif keikutsertaan
perempuan dalam politik untuk menunaikan haknya menyuarakan aspirasi dengan begitu
perempuanpun akan ikut ambil bagian dalam bidang pemerintahan tanpa menjadi kaum
yang termarjinalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Beby Masitho, Rehia K Isabella Barus, Taufik Walhidayat, and Kata Kunci.
2020. “Model Komunikasi Politik Anggota DPRD Kota Medan Dalam Menghasilkan Kebijakan
Responsif Gender.” Prosiding The 11th Industrial Research Workshop and National Seminar,
1220.
Hidayati, U. 2019. “Pendidikan Politik Bagi Perempuan Oleh Kesbangpol Sebagai Upaya
Peningkatan Partisipasi Politik Di Kabupaten Kebumen.”
Humairatuzzahrah, N. 2018. “Partisipasi Politik Perempuan Dalam Perkembangan Demokrasi.”
’Adalah 2: 7–8.
Kharismandari, Dihlis Zatul. 2015. “Peran Partai Politik Dalam MenerapkanPendidikan Politik
Terhadap Pengurus Dan Kader Partai ( Studi Pada Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan
Bangsa Provinsi Jawa Timur ).” Kajian Moral Dan Kewarganegaraan. 01 (3): 318–29.
Kokotiasa, W. n.d. “Urgensi Pendidikan Politik,” 325–33
Komaria Emong Supardjaja, et, Al. 2017. “Hak-Hak Perempuan,” 52–109.
Kusumawardhana, Indra, and Rusdi Jarwo Abbas. 2018. “Indonesia Di Persimpangan: Urgensi
‘Undang-Undang Kesetaraan Dan Keadilan Gender’ Di Indonesia Pasca Deklarasi Bersama
Buenos Aires Pada Tahun 2017.” Jurnal HAM 9 (2): 153.
https://doi.org/10.30641/ham.2018.9.153-174.
Laksono, B. A. (2018). The Community Empowerment Through Social and Educational
Institutions. Jurnal Pendidikan Humaniora, 6(3), 115-122.
Listyani, Refti Handini. n.d. “Refti Handini Listyani, Perempuan Dalam Politik Maskulin,” no.
9: 307–22.
Mahmudah, Nawaroh. 2016. “Pemahaman Pengelola Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) AR-
Rum Terhadap Program Penjaminan Mutu Lembag” 5 (7): 264–73.
Sakina, Ade Irma, and Dessy Hasanah Siti A. 2017. “Menyoroti Budaya Patriarki Di Indonesia.”
Share : Social Work Journal 7 (1): 71. https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820.
Soeharto, Achmad. n.d. “Urgensi Pendidikan Politik Bagi Perempuan,” 325–33.
Supriyadi, Supriyadi. 2017. “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan
Antar Pustakawan.” Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan
2 (2): 83. https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.
Wahyudi, Very. 2019. “Peran Politik Perempuan Dalam Persfektif Gender.” Politea : Jurnal
Politik Islam 1 (1): 63–83. https://doi.org/10.20414/politea.v1i1.813.

12

Anda mungkin juga menyukai