KEWARGANEGARAAN
“WAWASAN NUSANTARA”
Oleh kelompok 11 :
Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Padang
2019
1
Kata Pengantar
Puji dan syukurpenulis haturkan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah Kewarganegaraan tentang Wawasan
Nusantara. Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan nilai mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang merupakan MPK terdaftar di kurikulum.
Pada saat ini penghayatan nilai kewarganegaraan masih kurang untuk menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran akan nasionalisme menjadi melemah. Maka
sesuai tujuan pendidikan tinggi pada mulanya, diadakanlah pendidikan kewarganegaraan.
Materi wawasan nusantara yang menjadi objek kajian penulis juga dipelajari dengan baik agar
ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan Ibu Misnar Syam selaku dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi dan makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar memperluas pengetahuan para pembaca
tentang wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan serta implementasinya dalam
kehidupan. Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
dari para pembaca.
2
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................ 1
Daftar Isi ..................................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................................. 5
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Wawasan Nasional, Wawasan Nusantara, dan Geopolitik ............................. 6
2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara ................................................... 6
2.3 Pembentukan Wawasan Nusantara dan Unsur Pembentuknya ......................................... 9
2.4 Penerapan Wawasan Nusantara ...................................................................................... 11
2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional ............................................................................. 12
2.6 Pengertian Persatuan dan Kesatuan ................................................................................ 12
2.7 Hubungan Wawasan Nusantara dengan Persatuan dan Kesatuan .................................. 12
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan ............................................................................................................... 14
BAB IV. PENUTUP ................................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan. .................................................................................................................... 19
4.2 Saran. .............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
8
Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara
tetangga
Klaim tersebut tidak memengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara di atasnya.
Pengumuman pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21
Maret 1980. Batas ZEE adalah selebar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah
Indonesia. Alasan-alasan dibuat ZEE adalah:
Persediaan ikan yang semakin terbatas
Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia
ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional
Konvensi hukum laut internasional II di New York pada 1982 mengakui asas Negara
Kepulauan serta menetapkan asas-asas pengukuran ZEE. Pemerintah dan DPR negara RI
kemudian menetapkan UU nNo 5 Tahun 1983 tentang ZEE, UU No 17 tahun 1985
tentang Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3 Februari 1986 Indonesia telah tercatat sebagai salah
satu dari 25 negara yang telah meratifikasi UNCLOS.
9
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden memegang kekuasaan
bersadarkan UUD 1945.
Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur negara.
b. Isi Wawasan Nusantara
Isi menyangkut dua hal yang essensial, yaitu:
Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita
dan tujuan nasional.
Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia meliputi :
Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
o Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
o Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
o Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh
menyeluruh meliputi :
o Satu kesatuan wilayah nusantara.
o Satu kesatuan politik.
o Satu kesatuan sosial-budaya.
o Satu kesatuan ekonomi.
o Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem yang terpadu.
o Satu kesatuan kebijakan nasional.
c. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari tata laku
tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan
mentalitas yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam
tindakan , perbuatan, dan perilaku dari bangsa idonesia.
10
Kedua segi tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalam
segala aspek kehidupan nasional.
11
2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengarah pada pencapaian
tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi
wawasan nasional. Wawasan nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan
rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga
harus berpedoman pada wawasan nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional selalu akan
menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu dibangun suatu
kondisi kehidupan nasional yang disebut ketahanan nasional. Keberhasilan
pembangunan nasional akan meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam
wujud ketahanan nasional yang tangguh, sebaliknya ketahanan nasional yang tangguh
akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang merupakan
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian
tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu
konsepsi ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi
penyelenggara kehidupan berbangsa dan bernegara agar tujuan nasional negara tercapai.
13
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan
a. Dua orang terduga teroris tewas dalam peristiwa penembakan di Poso
Tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam operasi Tinombala terlibat baku
tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (22/3/2016) pagi. Dua
orang terduga teroris tewas dalam peristiwa tersebut. Jam 10.00 WITA tadi, terjadi
kontak tembak dan dua orang tidak dikenal itu tewas di sana. Baku tembak terjadi di
Sektor IV, dekat Napu.
Peran pemerintah terutama satuan pertahanan dan keamanan berupa TNI dan Polri
sangat besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini terutama untuk
mewujudkan ketahanan nasional yang menjadi landasan konsepsional negara Republik
Indonesia. Dalam kasus di atas TNI-Polri melakukan tugasnya dengan baik, untuk
mengamankan negara dari Terorisme. Hal ini berarti sejalan dengan tujuan nasional
yang utama yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Kelemahan yang terjadi adalah jika sebenarnya orang yang ditembak
bukan teroris dan proses pencarian terhambat. Ini karena ternyata Santoso diyakini
berada di pedalaman hutan untuk bersembunyi. Tewasnya kedua orang bukan berarti
mendekatkan tim untuk menangkap Santoso. Ini berarti jika para petugas pertahanan
dan keamanan lalai atau lengah dalam menjalankan tugasnya, keadaan menjadi kacau
dan kesatuan negara pun rawan patah. Dari sini juga dapat terlihat bahwa teroris yang
hadir adalah salah satu perwujudan dari penolakan akan kesatuan dan persatuan karena
merupakan suatu pemberontakan yang memecah belah NKRI.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjelaskan tentang fakta tersebut saat
memberi keterangan resmi kepada publik di Jakarta, akhir pekan lalu. Modus tersebut berhasil
diungkap, setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui tim Satuan Tugas
Pemberantas Penangkapan Ikan secara Ilegal atau Satgas 115 menangkap 267 KIA sejak
pertengahan 2017 hingga November 2018.
Menurut Susi yang juga Komandan Satgas 115, penemuan berbagai modus baru pelanggaran
tersebut, menegaskan bahwa upaya untuk mencuri ikan dari perairan Indonesia tidak pernah
14
berhenti dilakukan oleh KIA. Modus tersebut, digunakan di seluruh kapal yang berlayar di
berbagai wilayah perairan di seluruh Indonesia.
“Di antara modus yang digunakan, adalah penggunaan flag of convenience (FOC),”
ungkapnya.
FOC artinya penggunaan bendera di negara yang akan dilayari oleh kapal ikan dan izin
tersebut diterbitkan oleh pemilik kebijakan yang justru berada di luar Indonesia. Modus
tersebut, dinilai sudah mengecoh banyak orang dan juga aparat pemerintah Indonesia di
lapangan.
Modus lain yang juga mulai banyak digunakan oleh KIA saat berlayar di perairan Indonesia,
lanjut Susi, adalah penggunaan dokumen palsu sertifikat pendaftaran untuk kapal yang akan
digunakan. Modus tersebut dikenal juga dengan sebutan false claim dan saat ini sudah banyak
digunakan KIA yang melakukan IUUF di Indonesia.
Modus berikutnya yang sudah mulai digunakan KIA yang berlayar di Indonesia, kata Susi,
adalah dengan mempekerjakan anak buah kapal (ABK) dari negara lain dan tanpa
melampirkan dokumen perizinan yang lengkap sesuai yang disyaratkan. Lalu, ada juga yang
menggunakan modus dengan tidak melaporkan jenis dan jumlah ikan yang benar di atas kapal
atau fraud landing.
Tak lupa, Susi juga menyebutkan banyak kapal yang melakukan penangkapan ikan, baik KIA
atau KII (kapal illegal Indonesia) dengan menggunakan bahan peledak dan memanfaatkan
pelayaran tersebut untuk melakukan penyelundupan barang terlarang seperti narkoba. Modus-
modus seperti itu, saat ini mulai menjadi modus biasa yang dilakukan kapal pelanggar.
Efek Jera
Secara keseluruhan, selain 267 KIA yang ditangkap dalam setahun terakhir, Satgas 115 juga
menangkap 366 KII di sejumlah wilayah perairan. Dengan demikian, total ada 633 kapal
pelaku IUUF yang berhasil ditangkap Satgas 115 selama kurun waktu setahun terakhir.
Selain menangkap, Susi mengatakan, pada periode yang sama tim Satgas 115 juga berhasil
menangani 134 kasus IUUF dan 41 kasus di antaranya sudah mendapatkan keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Selain itu, sebanyak 488 kapal pelaku IUUF juga
berhasil ditenggelamkan berdasarkan penetapan dan atau putusan pengadilan.
Dengan keberhasilan itu, Susi menyebut bahwa kinerja Satgas 115 sudah baik. Tetapi, dia
tidak mau kedatangan kapal-kapal pelaku IUUF tetap terjadi dan bahkan terus bertambah
jumlahnya. Dia berharap, dengan penangkapan setahun terakhir dan penenggelaman kapal-
kapal pelaku IUUF, bisa menjadi efek jera bagi pemilik kapal di seluruh dunia.
“Kita berharap demikian. Malah, tidak ada lagi yang harus kita tangkap. Tapi, rupanya begitu
musim angin baik, musim ikan datang, (tetap) masih ada yang mencoba beberapa kali,”
ucapnya.
Satgas 115 juga berhasil menangkap kapal FV STS-50 yang merupakan buronan internasional
karena melakukan kejahatan perikanan di berbagai negara. Satgas 115 telah
membentuk working group yang terdiri dari beberapa negara untuk menindaklanjuti temuan-
temuan dari investigasi kapal FV STS-50.
15
Working group ini diinisiasi melalui Regional Investigative and Analytical Case
Meeting(RIACM) yang diselenggarakan di Jakarta pada 4–5 Juli 2018. Saat ini, kasus tersebut
telah selesai dan sedang menunggu permohonan untuk dikabulkan oleh Kementerian
Keuangan. Rencananya, kapal STS 50 ini akan digunakan sebagai alat kampanye anti IUUF
keliling di seluruh pelabuhan-pelabuhan Indonesia.
Selain menangkap kapal pelaku IUUF, di periode yang sama Satgas 115 juga berhasil
melaksanakan operasi pembersihan rumpon (fish aggregating device/FAD) ilegal yang
ditanam di bawah perairan Indonesia. Dalam operasi itu, Satgas 115 berhasil menemukan 60
rumpon ilegal di perairan Laut Seram, Provinsi Maluku.
Meski jumlah yang ditemukan hanya 60 rumpon, namun Susi menduga masih sangat banyak
rumpon yang belum ditemukan di bawah perairan Indonesia. Dia berani menyebut, jumlahnya
bisa mencapai sedikitnya sepuluh ribu rumpon dan itu didasarkan pada data satelit terakhir
yang diterima KKP dan Satgas 115.
Menurut Susi, penggunaan rumpon menjadi persoalan besar yang harus diselesaikan segera.
Hal itu, karena prinsip kerja rumpon adalah mengumpulkan ikan-ikan untuk berkeliaran di
wilayah ujung dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan karenanya itu adalah pencurian ikan
dekat dari perairan Indonesia. Selain merugikan secara ekonomi, rumpon juga merusak
ekologi perairan Indonesia.
“Dengan menepinya ikan-ikan di batas perairan kita, itu (sudah) merusak ekologi. Walaupun
betul sekarang ikan sudah banyak, tapi alangkah lebih bagus lagi kalau kita bisa mengangkat
rumpon yang dipasang oleh asing,” tegasnya.
Dengan dampak buruk yang ditimbulkan, Susi menyebut bahwa pihaknya akan menjadikan
program pembersihan rumpon ilegal sebagai salah satu fokus kerja di masa mendatang.
Dengan tidak ada rumpon, maka kelestarian alam di laut bisa tetap terjaga dan pada akhirnya
prinsip perikanan berkelanjutan juga bisa terwujud.
Industri Perikanan
Sementara, Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Moh Abdi
Suhufan berpendapat, apa yang dilakukan Pemerintah selama empat tahun terakhir dalam
mengusir pencuri ikan dari perairan Indonesia, patut diapresiasi. Upaya yang dilakukan
dengan memberi sanksi seperti penenggelaman kapal itu, dinilai sudah berhasil memberi efek
jera kepada para pemilik kapal asing yang biasa melakukan penangkapan ikan di wilayah
perairan Indonesia.
“Dengan kebijakan tersebut, pelaku perikanan ilegal berpikir dua kali untuk kembali
memasuki perairan Indonesia,” ucapnya.
Akan tetapi, Abdi mengingatkan, setelah mengusir, sebaiknya Pemerintah membuat rencana
dan strategi pengelolaan perikanan melalui pembangunan industri perikanan. Pembangunan
industri perikanan nasional diperkirakan bisa menyerap 3,8 juta penduduk Indonesia yang
bekerja dari industri perikanan dari hulu ke hilir.
Dengan membangun industri perikanan, Abdi menyebutkan, ada semangat Nawacita yang
diaplikasikan dan itu dilaksanakan dalam bentuk pembangunan di daerah pinggiran yang
bertujuan untuk mengurangi disparitas infrastruktur perikanan di Jawa dan luar Jawa.
16
Semangat Nawacita itu, termaktub juga dalam Peraturan Presiden No.3/2017 tentang Rencana
Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional.
“Agar itu bisa terwujud, maka perlu ada skala prioritas pembangunan infrastruktur perikanan
di luar pulau Jawa. Selain itu, memperkuat kelembagaan nelayan, melengkapi regulasi
pengelolaan perikanan dan melancarkan transportasi perhubungan,” jelasnya.
Abdi memaparkan, di dalam Perpres No.3/2017, terdapat 5 program dan 28 kegiatan yang
harus dilakukan secara strategis dan intensif oleh berbagai kementerian. Beberapa amanat
Perpres tersebut yang saat ini pelaksanaannya sangat lamban, yaitu pembangunan 4.787 kapal
ikan berukuran di bawah 30 gros ton (GT) oleh Pemerintah dan 12.536 kapal ikan diatas 30
GT oleh swasta.
Kemudian, amanat berikutnya adalah pembangunan sistem rantai dingin di 31 lokasi Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), penambahan jumlah pelabuhan ekspor hasil
perikanan melalui penetapan bandara dan pelabuhan laut untuk ekspor di 20 lokasi SKPT,
serta 3000 usaha kecil menengah (UKM) perikanan yang berbadan hukum koperasi.
Dari semua amanat yang terkandung dalam Perpres, Abdi menyebutkan, Pemerintah
inkonsisten dalam pelaksanaan SKPT yang berdampak pada keterlambatan pembangunan
infrastruktur perikanan. Selain itu, juga inkonsisten dalam penguatan kelembagaan nelayan di
beberapa lokasi prioritas seperti Saumlaki (Maluku), Biak (Papua), Nunukan (Kalimantan
Utara), dan Mimika (Papua).
Ketaatan terhadap hukum Indonesia masih sulit dicapai baik dari warga sipil
maupun aparat pemerintahan. Hal ini bisa disebabkan dua faktor: lemahnya hukum dan
pengawasannya akibat tidak ada pasal peraturan perundang-undangan yang mengatur,
17
ataupun kesadaran pribadi yang rendah dalam menaati hukum tersebut. Dalam kasus ini
lagi-lagi Densus 88 juga tidak melakukan tugasnya secara benar. Terjadi penangkapan,
penggeledahan dan penahanan secara tidak benar/di luar prosedur. Penangkapan teroris
bukan hanya bertujuan untuk menghapus ancaman-ancaman yang terdapat di negara
kita, tetapi juga menjamin keadilan dalam persatuan. Makna keadilan di sini yaitu
penghargaan terhadap HAM dan kesamaan warga negara di dalam hukum. Artinya
setiap warga negara berhak atas hukuman yang sesuai dengan tindakan pidananya.
Hukuman tersebut bukan menjadi penghalang bagi HAM tersebut untuk ditegakkan
tetapi justru menguatkan HAM. Hukuman mati dalam hal ini tidak diizinkan karena
prosedur yang diberikan tidak tepat dan tidak sebanding dengan perbuatan yang
dilakukan. Kendati memegang kendali atas keamanan, para petugas pemerintahan
hendaknya mengikuti prosedur yang sesuai yaitu misalkan dengan memberikan surat
tersangka. Selain itu, terlepas dari kesadaran pribadi beberapa aturan yang menyangkut
pertahanan dan keamanan perlu dievaluasi dan direvisi kembali agar keadilan dan
persatuan sesama warga negara terjamin.
18
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-
cita nasionalnya.
Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
Persatuan dan kesatuan harus dijaga sebagai upaya bela negara sebagai bentuk
implementasi wawasan Nusantara. Sebaliknya, wawasan Nusantara juga perlu dihayati
dan diterapkan sehingga tercapai tujuan nasional, serta pemahaman nilai Pancasila
yang salah-satunya adalah persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
Pada praktiknya di Indonesia, penerapan wanus sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan nasional yang dibarengi dengan ketahanan nasional masih belum sepenuhnya
berhasil. Terdapat beberapa kesalahan dari segi undang-undangnya, pemerintahannya,
maupun kesadaran masing-masing individu. Solusi yang baik mulai dari membenahi
kesadaran akan hukum di Indonesia, kemudian membenahi pemerintahan dan undang-
undang yang berlaku dengan terus mengadakan pengawasan, evaluasi dan revisi
secara berkala.
4.2 Saran
Saran bagi kemajuan makalah ini adalah:
Perlu ditambah beberapa literatur agar memperkaya isi makalah.
Multi-sumber yakni mencantumkan pendapat dari orang yang berbeda.
Sebaiknya pemahaman akan kasus yang terjadi di Indonesia perlu ditingkatkan agar
dalam analisa dapat memberikan hasil yang tuntas dan dalam.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://news.kkp.go.id/index.php/hingga-november-2018-pemerintah-tangani-134-kasus-illegal-
fishing/
20