Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

“WAWASAN NUSANTARA”

Dosen Pengampu : Misnar Syam , MH

Oleh kelompok 11 :

1. Almira Paramadina (1810933027)


2. Muhammad Iqbal (1810933029)
3. Luthfia Salsabila Putri (1810933030)
4. Annastasya Putri Salsabila (1810933031)

Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik

Universitas Andalas

Padang

2019

1
Kata Pengantar

Puji dan syukurpenulis haturkan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah Kewarganegaraan tentang Wawasan
Nusantara. Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan nilai mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang merupakan MPK terdaftar di kurikulum.
Pada saat ini penghayatan nilai kewarganegaraan masih kurang untuk menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran akan nasionalisme menjadi melemah. Maka
sesuai tujuan pendidikan tinggi pada mulanya, diadakanlah pendidikan kewarganegaraan.
Materi wawasan nusantara yang menjadi objek kajian penulis juga dipelajari dengan baik agar
ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan Ibu Misnar Syam selaku dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi dan makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar memperluas pengetahuan para pembaca
tentang wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan serta implementasinya dalam
kehidupan. Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
dari para pembaca.

Padang, 24 April 2019


Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................ 1
Daftar Isi ..................................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................................. 5
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Wawasan Nasional, Wawasan Nusantara, dan Geopolitik ............................. 6
2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara ................................................... 6
2.3 Pembentukan Wawasan Nusantara dan Unsur Pembentuknya ......................................... 9
2.4 Penerapan Wawasan Nusantara ...................................................................................... 11
2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional ............................................................................. 12
2.6 Pengertian Persatuan dan Kesatuan ................................................................................ 12
2.7 Hubungan Wawasan Nusantara dengan Persatuan dan Kesatuan .................................. 12
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan ............................................................................................................... 14
BAB IV. PENUTUP ................................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan. .................................................................................................................... 19
4.2 Saran. .............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhinneka, negara
Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya
terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya
alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air sebagaimana
telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini. Dorongan kuat untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia tercermin dalam momentum Sumpah Pemuda tahun
1928. Kemudian dilanjutkan dengan perjuangan kemerdakaan yang puncaknya terjadi
pada saat merdeka.
Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksi dan
interelasi dengan lingkungan sekitarnya (regional atau internasional). Dalam hal ini
bangsa Indonesia memerlukan prinsip – prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak
terombang – ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita
– cita serta tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia wawasan nasional
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut wawasan nusantara.
Dewasa ini, semakin banyak kasus-kasus yang terjadi terutama kasus
penyimpangan terhadap hukum dalam keseharian bernegara. Kasus ini merupakan suatu
cerminan bagi warga negara terhadap implementasi wawasan nusantara. Selain itu kasus
ini juga menjadi tolok ukur apakah suatu kesatuan dan persatuan bangsa sudah
diperjuangkan dengan baik atau belum. Tercapainya tujuan nasional dengan melibatkan
ketahanan nasional sebagai landasan konsepsional negara juga dapat dilihat. Dari
permasalahan ini penulis mengangkat topik persatuan dan kesatuan untuk mengkaji
setiap permasalahan di Indonesia yang berhubungan dengan wawasan nusantara,
memaparkan setiap teori yang ada dan mencari hubungan serta menganalisa antara teori
dengan kenyataan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian wawasan nasional, wawasan nusantara, dan geopolitik?
b. Faktor-faktor apa yang memengaruhi wawasan nusantara?
c. Bagaimana wawasan nusantara dibentuk dan unsur pembentuknya?
d. Bagaimana implementasi/penerapan dari wawasan nusantara?
e. Bagaimana indonesia mencapai tujuan nasional?
4
f. Apa pengertianpersatuan dan kesatuan?
g. Apa hubungan wawasan nusantara dengan persatuan dan kesatuan?
h. Bagaimana contoh kasus di Indonesia dalam kaitannya dengan wawasan nusantara
terutama persatuan/kesatuan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
b. Memberikan penjelasan mengenai wawasan nusantara, hubungannya dengan
persatuan dan kesatuan, dan penerapan dari wawasan nusantara, serta kaitannya
dengan kasus yang terjadi dalam kehidupan bernegara,

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


a. Menambah pengetahuan pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum
mengenai wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Nasional, Wawasan Nusantara, dan Geopolitik


Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang,
meninjau, atau melihat. Sedangkan ‘wawasan’ berarti cara pandang dan cara tinjau, atau
cara melihat. Istilah nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang artinya pulau-pulau, dan
‘antara’ yang berarti diapit di antara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau di Indonesia yang
terletak di antara samudera Pasifik dan samudera Indonesia serta di antara benua Asia dan
Australia.
Wawasan nasional diartikan sebagai cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Sementara wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita
nasionalnya. Wawasan nusantara kini menjadi bimbingan bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupannya untuk mengisi kemerdekaan serta mencapai tujuan
nasionalnya. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang juga mengajarkan bagaimana
pentingnya membina persatuan dan kesatuan.
Geopolitik semula diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (Political
Geography). Istilah ini lalu dikembangkan oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan Karl
Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi Geographical Politic dan disingkat
Geopolitik. Perbedaan Geopolitik dan Bumi Politik memusatkan pada titik perhatiannya
apakah pada bidang geografi atau politik. Ilmu bumi politik mempelajari fenomena
geografi dari aspek politik sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi.

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara


a. Wilayah (geografi)
Wawasan nusantara mencakup faktor geografi terutama dari wilahyahnya sendiri
yakni Indonesia. Indonesia sendiri diartikan sebagai “Indo” yang berarti India dan “nesos”
yang berarti pulau. Indonesia berarti kepulauan India secara harafiah. Masyarakat
Indonesia ini menyukai panggilan ini meskipun orang asing yang telah menemukannya.
6
Istilah indonesia sendiri diciptakana oleh Ilmuwan J.R. Logan pada 1850 dalam Journal of
the Indian Archipelago and East Asia.
Berdasarkan konvensi hukum laut internasional, Indonesia sebagai negara kepulauan,
memiliki pembagian laut sebagai berikut:
 Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
 Laut teritorial adalah salah satu wilayah laut yang lebarnya tidak lebih dari 12 mil
laut diukur dari garis pangkal sementara garis pangkal adalah garis air surut
terendah sepanjang pantai, seperti yang terlihat pada peta laut skala besar yang
berupa garis yang menghubungkan titik titik terluar dari dua pulau dengan batas-
batas tertentu sesuai konvensi ini.
 Perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam dari
garis pangkal
 Zona Ekonomi Ekskulsif (ZEE) tidak boleh lebih dari 200 mil laut dan garis
pangkal.
 Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah
wilayah daratannya.
Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dari berbagai ukuran dengan 6.044 pulau
sudah bernama. Luas wilayah indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2 yang terdiri
dari daratan seluas 2.028.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2.
b. Geopolitik dan Geostrategi
Telah dijelaskan diatas bahwa geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam
menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Menurut
Rudolf Kjellen negara merupakan sistem politik yang mencakup geopolitik, ekonomi
politik, kratopolitik, dan sosiopolitik. Pandangan geopolitik bangsa Indonesia sendiri
didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan
tegas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia menolak paham
ekspansionisme dan adu kekuatan yang berkembang di Barat, sebagaimana yang
dikemukakan Kjellen dalam rangka mempertahankan negara dan mengembangkannya.
Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme, karena semua manusia mempunyai
martabat yang sama dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang universal.
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan
atau sasaran yang ditetepkan sesuai dengan keinginan politik. Karena strategi merupakan
7
upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang
implementasinya didasari intuisi, perasaan, dan hasil pengalaman. Strategi pada
hakikatnya adalah ilmu dimana prosedurnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang
ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya
yang dimiliki dalam suatu rencana dan tindakan.
c. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya
Wilayah negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia
Belanda berdasarkan ketentuan dalam “Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie”
tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial Indonsia. Pada masa tersebut wilayah
negara Republik Indonesia bertumpu pada wilayah daratan pulau-pulau yang saling
terpisah oleh perairan atau selat di antara pulau-pulau itu. Wilayah laut territorial masih
sangat sedikit karena untuk setiap pulau hanya ditambah perairan sejauh 3 mil di
sekelilingnya. Pada 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan
sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut.
 Perwujudan bentuk wilayah NKRI yang utuh dan bulat
 Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas negara
kepulauan.
 Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin kesalamatan dan
keamanan NKRI
Asas kepulauan itu mengikuti ketentuan Yurisprudensi Mahkamah Internasional pada
1951 ketika menyelesaikan kasus perbatasan antara Inggris dan Norwegia. Deklarasi
Juanda kemudian dikukuhkan dengan UU No 4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960,
tentang perairan Indonesia. Sejak itu terjadi perubahan bentuk wilayah nasional dan cara
perhitungannya. Laut territorial diukur sejauh 12 mil dari titik-titik pulau terluar yang
saling dihubungkan.
Deklarasi tentang landas kontinen negara RI merupakan konsepsi politik yang
berdasarkan konsep wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk
mengesahkan Wawasan Nusantara. Asas –asas pokok yang termuat di dalam Deklarasi
tentang landas kontnen adalah sebagai berikut:
 Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia
adalah milik eksklusif negara RI
 Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis bataas landas kontinen
dengan negara-negara tetangga melalui perundingan

8
 Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara
tetangga
 Klaim tersebut tidak memengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara di atasnya.
Pengumuman pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21
Maret 1980. Batas ZEE adalah selebar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah
Indonesia. Alasan-alasan dibuat ZEE adalah:
 Persediaan ikan yang semakin terbatas
 Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia
 ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional
Konvensi hukum laut internasional II di New York pada 1982 mengakui asas Negara
Kepulauan serta menetapkan asas-asas pengukuran ZEE. Pemerintah dan DPR negara RI
kemudian menetapkan UU nNo 5 Tahun 1983 tentang ZEE, UU No 17 tahun 1985
tentang Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3 Februari 1986 Indonesia telah tercatat sebagai salah
satu dari 25 negara yang telah meratifikasi UNCLOS.

2.3 Pembentukan Wawasan Nusantara dan Unsur Pembentuknya


Adapun unsur pembentuk wawasan nusantara yakni sebagai berikut
a. Wadah
 Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu
Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan
didalamnya.Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan benua
Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.
 Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut
bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem pemerintahan, dan sistem
perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Kedaulatan di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

9
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden memegang kekuasaan
bersadarkan UUD 1945.
 Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur negara.
b. Isi Wawasan Nusantara
Isi menyangkut dua hal yang essensial, yaitu:
 Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita
dan tujuan nasional.
 Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia meliputi :
 Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
o Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
o Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
o Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
 Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh
menyeluruh meliputi :
o Satu kesatuan wilayah nusantara.
o Satu kesatuan politik.
o Satu kesatuan sosial-budaya.
o Satu kesatuan ekonomi.
o Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem yang terpadu.
o Satu kesatuan kebijakan nasional.
c. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari tata laku
tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan
mentalitas yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam
tindakan , perbuatan, dan perilaku dari bangsa idonesia.
10
Kedua segi tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalam
segala aspek kehidupan nasional.

2.4 Penerapan Wawasan Nusantara


Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut :
a. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Wawasan nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek
kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa, serta
upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
b. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud
pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan
sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus karunia Tuhan, serta menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa
yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau
kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan
menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk
sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
 Implementasi wawasan nusantara dalam bidang wilayah. Adalah diterimanya konsepsi
nusantara di forum internasional. Sehingga terjaminlah integritas wilayah territorial
Indonesia. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang lingkup tersebut menghasilkan
sumber daya alam yang mencakup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional terutama
negara tetangga yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai.

11
2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengarah pada pencapaian
tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi
wawasan nasional. Wawasan nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan
rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga
harus berpedoman pada wawasan nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional selalu akan
menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu dibangun suatu
kondisi kehidupan nasional yang disebut ketahanan nasional. Keberhasilan
pembangunan nasional akan meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam
wujud ketahanan nasional yang tangguh, sebaliknya ketahanan nasional yang tangguh
akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang merupakan
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian
tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu
konsepsi ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi
penyelenggara kehidupan berbangsa dan bernegara agar tujuan nasional negara tercapai.

2.6 Pengertian Persatuan dan Kesatuan


Persatuan dan kesatuan memiliki satu arti (sering ditulis persatuan/kesatuan) dan
berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan/kesatuan
mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi.” Sedangkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong
untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat.

2.7 Hubungan Wawasan Nusantara dengan Persatuan dan Kesatuan


a. Peranan Pancasila
Pancasila mempunyai sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Pancasila yang
merupakan dasar negara Republik Indonesia juga merupakan dasar bagi berdirinya
Wawasan Nusantara. Sehingga persatuan kesatuan bangsa Indonesia mendasari
12
berdirinya Wawasan Nusantara demi tercapainya tujuan nasional. Persatuan dan
kesatuan bangsa harus tetap dijaga sebagai bentuk implementasi dari wawasan
nusantara yang berarti pengamalan pancasila yang benar. Contoh dari sikap ini adalah
rasa bela negara yang ditumbuhkan dari masing-masing individu.
b. Peranan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Hukum dan Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia bertujuan bagi
terlaksananya tujuan nasional, sekaligus menjadi unsur-unsur pembentuk wawasan
nusantaramaupun menjadi faktor penentu wawasan nusantara. Contohnya saja dalam
diberlakukannya batas teritorial laut di Indonesia. Peraturan perundang-undangan
membuat faktor wilayah dari pembentuk wawasan nusantara. Selain itu, dengan adanya
konsep kepulauan, lautan di Indonesia membuat pulau-pulau menjadi satu kesatuan dan
bukan sebaliknya yaitu memisahkan pulau-pulau. Agar kesatuan dan persatuan dapat
dibentuk, diberlakukanlah peraturan perundang-undangan.
c. Peranan Pemerintah
Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik dan pemerintahan akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan
jika wujud dari pemerintah baik dan terpercaya sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
Sehingga pemerintah di sini merupakan wujud kedaulatan rakyat paling utama dimana
mereka adalah sosok yang mampu mengemban negara menuju tujuan nasionalnya.
Dalam hal ini termasuk juga kekuatan bagi negara (pemerintah) dalam menciptakan
sistem pertahanan dan keamanan untuk menjaga kesatuan negara republik Indonesia.
Pertahanan dan keamanan sebagai landasan konsepsional NKRI tertuang dalam
ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang baik akan mendukung pembangunan
nasional sehingga tujuan negara tercapai.
d. Wawasan Nusantara sebagai Prinsip yang Mendasari Persatuan dan Kesatuan
Bangsa
Dengan Wawasan Nusantara, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam
kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan.
Manusia Indonesia juga merasa berada dalam satu kesatuan, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
pembangunan nasional.

13
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan
a. Dua orang terduga teroris tewas dalam peristiwa penembakan di Poso
Tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam operasi Tinombala terlibat baku
tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (22/3/2016) pagi. Dua
orang terduga teroris tewas dalam peristiwa tersebut. Jam 10.00 WITA tadi, terjadi
kontak tembak dan dua orang tidak dikenal itu tewas di sana. Baku tembak terjadi di
Sektor IV, dekat Napu.
Peran pemerintah terutama satuan pertahanan dan keamanan berupa TNI dan Polri
sangat besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini terutama untuk
mewujudkan ketahanan nasional yang menjadi landasan konsepsional negara Republik
Indonesia. Dalam kasus di atas TNI-Polri melakukan tugasnya dengan baik, untuk
mengamankan negara dari Terorisme. Hal ini berarti sejalan dengan tujuan nasional
yang utama yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia. Kelemahan yang terjadi adalah jika sebenarnya orang yang ditembak
bukan teroris dan proses pencarian terhambat. Ini karena ternyata Santoso diyakini
berada di pedalaman hutan untuk bersembunyi. Tewasnya kedua orang bukan berarti
mendekatkan tim untuk menangkap Santoso. Ini berarti jika para petugas pertahanan
dan keamanan lalai atau lengah dalam menjalankan tugasnya, keadaan menjadi kacau
dan kesatuan negara pun rawan patah. Dari sini juga dapat terlihat bahwa teroris yang
hadir adalah salah satu perwujudan dari penolakan akan kesatuan dan persatuan karena
merupakan suatu pemberontakan yang memecah belah NKRI.

b. Kasus Illegal Fishing di Indonesia


Di tengah keberhasilan Pemerintah Indonesia melaksanakan penegakan hukum di atas
laut, terungkap fakta baru berkaitan dengan aktivitas illegal, unreported, and unregulated
fishing (IUUF) yang dilakukan oleh kapal ikan asing (KIA). Modus baru pelanggaran
hukum Indonesia itu, dilakukan hampir semua KIA yang ditangkap setahun terakhir ini.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjelaskan tentang fakta tersebut saat
memberi keterangan resmi kepada publik di Jakarta, akhir pekan lalu. Modus tersebut berhasil
diungkap, setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui tim Satuan Tugas
Pemberantas Penangkapan Ikan secara Ilegal atau Satgas 115 menangkap 267 KIA sejak
pertengahan 2017 hingga November 2018.

Menurut Susi yang juga Komandan Satgas 115, penemuan berbagai modus baru pelanggaran
tersebut, menegaskan bahwa upaya untuk mencuri ikan dari perairan Indonesia tidak pernah

14
berhenti dilakukan oleh KIA. Modus tersebut, digunakan di seluruh kapal yang berlayar di
berbagai wilayah perairan di seluruh Indonesia.

“Di antara modus yang digunakan, adalah penggunaan flag of convenience (FOC),”
ungkapnya.

FOC artinya penggunaan bendera di negara yang akan dilayari oleh kapal ikan dan izin
tersebut diterbitkan oleh pemilik kebijakan yang justru berada di luar Indonesia. Modus
tersebut, dinilai sudah mengecoh banyak orang dan juga aparat pemerintah Indonesia di
lapangan.

Modus lain yang juga mulai banyak digunakan oleh KIA saat berlayar di perairan Indonesia,
lanjut Susi, adalah penggunaan dokumen palsu sertifikat pendaftaran untuk kapal yang akan
digunakan. Modus tersebut dikenal juga dengan sebutan false claim dan saat ini sudah banyak
digunakan KIA yang melakukan IUUF di Indonesia.

Modus berikutnya yang sudah mulai digunakan KIA yang berlayar di Indonesia, kata Susi,
adalah dengan mempekerjakan anak buah kapal (ABK) dari negara lain dan tanpa
melampirkan dokumen perizinan yang lengkap sesuai yang disyaratkan. Lalu, ada juga yang
menggunakan modus dengan tidak melaporkan jenis dan jumlah ikan yang benar di atas kapal
atau fraud landing.

Tak lupa, Susi juga menyebutkan banyak kapal yang melakukan penangkapan ikan, baik KIA
atau KII (kapal illegal Indonesia) dengan menggunakan bahan peledak dan memanfaatkan
pelayaran tersebut untuk melakukan penyelundupan barang terlarang seperti narkoba. Modus-
modus seperti itu, saat ini mulai menjadi modus biasa yang dilakukan kapal pelanggar.

Efek Jera

Secara keseluruhan, selain 267 KIA yang ditangkap dalam setahun terakhir, Satgas 115 juga
menangkap 366 KII di sejumlah wilayah perairan. Dengan demikian, total ada 633 kapal
pelaku IUUF yang berhasil ditangkap Satgas 115 selama kurun waktu setahun terakhir.

Selain menangkap, Susi mengatakan, pada periode yang sama tim Satgas 115 juga berhasil
menangani 134 kasus IUUF dan 41 kasus di antaranya sudah mendapatkan keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Selain itu, sebanyak 488 kapal pelaku IUUF juga
berhasil ditenggelamkan berdasarkan penetapan dan atau putusan pengadilan.

Dengan keberhasilan itu, Susi menyebut bahwa kinerja Satgas 115 sudah baik. Tetapi, dia
tidak mau kedatangan kapal-kapal pelaku IUUF tetap terjadi dan bahkan terus bertambah
jumlahnya. Dia berharap, dengan penangkapan setahun terakhir dan penenggelaman kapal-
kapal pelaku IUUF, bisa menjadi efek jera bagi pemilik kapal di seluruh dunia.

“Kita berharap demikian. Malah, tidak ada lagi yang harus kita tangkap. Tapi, rupanya begitu
musim angin baik, musim ikan datang, (tetap) masih ada yang mencoba beberapa kali,”
ucapnya.

Satgas 115 juga berhasil menangkap kapal FV STS-50 yang merupakan buronan internasional
karena melakukan kejahatan perikanan di berbagai negara. Satgas 115 telah
membentuk working group yang terdiri dari beberapa negara untuk menindaklanjuti temuan-
temuan dari investigasi kapal FV STS-50.

15
Working group ini diinisiasi melalui Regional Investigative and Analytical Case
Meeting(RIACM) yang diselenggarakan di Jakarta pada 4–5 Juli 2018. Saat ini, kasus tersebut
telah selesai dan sedang menunggu permohonan untuk dikabulkan oleh Kementerian
Keuangan. Rencananya, kapal STS 50 ini akan digunakan sebagai alat kampanye anti IUUF
keliling di seluruh pelabuhan-pelabuhan Indonesia.

Selain menangkap kapal pelaku IUUF, di periode yang sama Satgas 115 juga berhasil
melaksanakan operasi pembersihan rumpon (fish aggregating device/FAD) ilegal yang
ditanam di bawah perairan Indonesia. Dalam operasi itu, Satgas 115 berhasil menemukan 60
rumpon ilegal di perairan Laut Seram, Provinsi Maluku.

Meski jumlah yang ditemukan hanya 60 rumpon, namun Susi menduga masih sangat banyak
rumpon yang belum ditemukan di bawah perairan Indonesia. Dia berani menyebut, jumlahnya
bisa mencapai sedikitnya sepuluh ribu rumpon dan itu didasarkan pada data satelit terakhir
yang diterima KKP dan Satgas 115.

Menurut Susi, penggunaan rumpon menjadi persoalan besar yang harus diselesaikan segera.
Hal itu, karena prinsip kerja rumpon adalah mengumpulkan ikan-ikan untuk berkeliaran di
wilayah ujung dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) dan karenanya itu adalah pencurian ikan
dekat dari perairan Indonesia. Selain merugikan secara ekonomi, rumpon juga merusak
ekologi perairan Indonesia.

“Dengan menepinya ikan-ikan di batas perairan kita, itu (sudah) merusak ekologi. Walaupun
betul sekarang ikan sudah banyak, tapi alangkah lebih bagus lagi kalau kita bisa mengangkat
rumpon yang dipasang oleh asing,” tegasnya.

Dengan dampak buruk yang ditimbulkan, Susi menyebut bahwa pihaknya akan menjadikan
program pembersihan rumpon ilegal sebagai salah satu fokus kerja di masa mendatang.
Dengan tidak ada rumpon, maka kelestarian alam di laut bisa tetap terjaga dan pada akhirnya
prinsip perikanan berkelanjutan juga bisa terwujud.

Industri Perikanan

Sementara, Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Moh Abdi
Suhufan berpendapat, apa yang dilakukan Pemerintah selama empat tahun terakhir dalam
mengusir pencuri ikan dari perairan Indonesia, patut diapresiasi. Upaya yang dilakukan
dengan memberi sanksi seperti penenggelaman kapal itu, dinilai sudah berhasil memberi efek
jera kepada para pemilik kapal asing yang biasa melakukan penangkapan ikan di wilayah
perairan Indonesia.

“Dengan kebijakan tersebut, pelaku perikanan ilegal berpikir dua kali untuk kembali
memasuki perairan Indonesia,” ucapnya.

Akan tetapi, Abdi mengingatkan, setelah mengusir, sebaiknya Pemerintah membuat rencana
dan strategi pengelolaan perikanan melalui pembangunan industri perikanan. Pembangunan
industri perikanan nasional diperkirakan bisa menyerap 3,8 juta penduduk Indonesia yang
bekerja dari industri perikanan dari hulu ke hilir.

Dengan membangun industri perikanan, Abdi menyebutkan, ada semangat Nawacita yang
diaplikasikan dan itu dilaksanakan dalam bentuk pembangunan di daerah pinggiran yang
bertujuan untuk mengurangi disparitas infrastruktur perikanan di Jawa dan luar Jawa.

16
Semangat Nawacita itu, termaktub juga dalam Peraturan Presiden No.3/2017 tentang Rencana
Aksi Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional.

“Agar itu bisa terwujud, maka perlu ada skala prioritas pembangunan infrastruktur perikanan
di luar pulau Jawa. Selain itu, memperkuat kelembagaan nelayan, melengkapi regulasi
pengelolaan perikanan dan melancarkan transportasi perhubungan,” jelasnya.

Abdi memaparkan, di dalam Perpres No.3/2017, terdapat 5 program dan 28 kegiatan yang
harus dilakukan secara strategis dan intensif oleh berbagai kementerian. Beberapa amanat
Perpres tersebut yang saat ini pelaksanaannya sangat lamban, yaitu pembangunan 4.787 kapal
ikan berukuran di bawah 30 gros ton (GT) oleh Pemerintah dan 12.536 kapal ikan diatas 30
GT oleh swasta.

Kemudian, amanat berikutnya adalah pembangunan sistem rantai dingin di 31 lokasi Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), penambahan jumlah pelabuhan ekspor hasil
perikanan melalui penetapan bandara dan pelabuhan laut untuk ekspor di 20 lokasi SKPT,
serta 3000 usaha kecil menengah (UKM) perikanan yang berbadan hukum koperasi.

Dari semua amanat yang terkandung dalam Perpres, Abdi menyebutkan, Pemerintah
inkonsisten dalam pelaksanaan SKPT yang berdampak pada keterlambatan pembangunan
infrastruktur perikanan. Selain itu, juga inkonsisten dalam penguatan kelembagaan nelayan di
beberapa lokasi prioritas seperti Saumlaki (Maluku), Biak (Papua), Nunukan (Kalimantan
Utara), dan Mimika (Papua).

b. Kontras: Densus 88 Langgar Hukum dalam Kasus Siyono


Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
menemukan adanya indikasi pelanggaran administrasi yang dilakukan Detasemen
Khusus Antiteror 88 Polri, dalam kasus penangkapan Siyono.Densus 88 melanggar
hukum acara pidana, Tidak ada surat dari Densus kalau penangkapan itu sah, tidak ada
surat penangkapan, apalagi surat penggeledahan. Siyono adalah seorang terduga teroris
di Klaten, Jawa Tengah. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton
Charliyan, Siyono sempat menyerang polisi di mobil. Pergulatan itu yang
menyebabkan Siyono meninggal dunia. Menurut Wira, saat Siyono ditangkap pada 8
Maret 2016, anggota Densus tidak menunjukkan surat penangkapan dan
penahanan.Kemudian, saat melakukan penggeledahan di kediaman Siyono, anggota
Densus juga tidak menunjukkan surat penggeledahan. Wira mengatakan, penangkapan
yang tidak jelas tersebut menyulitkan keluarga untuk meminta bantuan hukum.Selain itu,
orangtua Siyono juga diintimidasi untuk menandatangani surat yang berisi pernyataan
bahwa keluarga tidak akan menuntut dan melakukan upaya hukum.

Ketaatan terhadap hukum Indonesia masih sulit dicapai baik dari warga sipil
maupun aparat pemerintahan. Hal ini bisa disebabkan dua faktor: lemahnya hukum dan
pengawasannya akibat tidak ada pasal peraturan perundang-undangan yang mengatur,

17
ataupun kesadaran pribadi yang rendah dalam menaati hukum tersebut. Dalam kasus ini
lagi-lagi Densus 88 juga tidak melakukan tugasnya secara benar. Terjadi penangkapan,
penggeledahan dan penahanan secara tidak benar/di luar prosedur. Penangkapan teroris
bukan hanya bertujuan untuk menghapus ancaman-ancaman yang terdapat di negara
kita, tetapi juga menjamin keadilan dalam persatuan. Makna keadilan di sini yaitu
penghargaan terhadap HAM dan kesamaan warga negara di dalam hukum. Artinya
setiap warga negara berhak atas hukuman yang sesuai dengan tindakan pidananya.
Hukuman tersebut bukan menjadi penghalang bagi HAM tersebut untuk ditegakkan
tetapi justru menguatkan HAM. Hukuman mati dalam hal ini tidak diizinkan karena
prosedur yang diberikan tidak tepat dan tidak sebanding dengan perbuatan yang
dilakukan. Kendati memegang kendali atas keamanan, para petugas pemerintahan
hendaknya mengikuti prosedur yang sesuai yaitu misalkan dengan memberikan surat
tersangka. Selain itu, terlepas dari kesadaran pribadi beberapa aturan yang menyangkut
pertahanan dan keamanan perlu dievaluasi dan direvisi kembali agar keadilan dan
persatuan sesama warga negara terjamin.

18
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:

 Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-
cita nasionalnya.
 Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
 Persatuan dan kesatuan harus dijaga sebagai upaya bela negara sebagai bentuk
implementasi wawasan Nusantara. Sebaliknya, wawasan Nusantara juga perlu dihayati
dan diterapkan sehingga tercapai tujuan nasional, serta pemahaman nilai Pancasila
yang salah-satunya adalah persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
 Pada praktiknya di Indonesia, penerapan wanus sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan nasional yang dibarengi dengan ketahanan nasional masih belum sepenuhnya
berhasil. Terdapat beberapa kesalahan dari segi undang-undangnya, pemerintahannya,
maupun kesadaran masing-masing individu. Solusi yang baik mulai dari membenahi
kesadaran akan hukum di Indonesia, kemudian membenahi pemerintahan dan undang-
undang yang berlaku dengan terus mengadakan pengawasan, evaluasi dan revisi
secara berkala.

4.2 Saran
Saran bagi kemajuan makalah ini adalah:
 Perlu ditambah beberapa literatur agar memperkaya isi makalah.
 Multi-sumber yakni mencantumkan pendapat dari orang yang berbeda.
 Sebaiknya pemahaman akan kasus yang terjadi di Indonesia perlu ditingkatkan agar
dalam analisa dapat memberikan hasil yang tuntas dan dalam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, H. dan Zubaidi, H. A. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2524/1/teroris.di.poso?utm_source=RD&ut
m_medium=inart&utm_campaign=ktopird
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmateri=67&
lvl1=10&lvl2=1&lvl3=0&kl=8
https://www.mongabay.co.id/2018/11/26/pelaku-penangkapan-ikan-ilegal-pakai-modus-
baru-di-indonesia/

https://news.kkp.go.id/index.php/hingga-november-2018-pemerintah-tangani-134-kasus-illegal-
fishing/

20

Anda mungkin juga menyukai