BEHAVIOUR)
Tinjauan umum
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks
organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam
organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk
memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini. Seperti halnya
dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol,
memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai
dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu,
perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri)
kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa.
Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan
penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja.
Sejarah
Meskipun studi ini menelusuri akarnya kepada Max Weber dan para pakar yang
sebelumnya, studi organisasi biasanya dianggap baru dimulai sebagai disiplin
akademik bersamaan dengan munculnya manajemen ilmiah pada tahun 1890-an,
dengan Taylorisme yang mewakili puncak dari gerakan ini. Para tokoh manajemen
ilmiah berpendapat bahwa rasionalisasi terhadap organisasi dengan rangkaian
instruksi dan studi tentang gerak-waktu akan menyebabkan peningkatan
produktivitas. Studi tentang berbagai sistem kompensasi pun dilakukan.
Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada analisis
tentang bagaimana faktor-faktor manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi.
Ini adalah transformasi yang didorong oleh penemuan tentang Dampak Hawthorne.
Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan
aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.
Model autokratis sangat tergantung pada kekuasaan. Siapa pun yang memerintah
harus memiliki kekuasaan (power) untuk meminta “Anda melakukan ini atau
melakukan itu.” Konsekuensinya adalah seorang karyawan yang tidak tunduk
perintah akan dihukum.
Pada kondisi autokratik, orientasi manajemen adalah bersifat formal dan memiliki
otoritas resmi. Otoritas ini didelegasikan melalui hak memerintah terhadap orang
lain hingga bagaimana dalam penerapannya.
Boss membayar dengan upah minimum, karena kinerja yang diberikan oleh
karyawan mungkin juga rendah. Karyawan dengan terpaksa menerima kenyataan
ini karena tuntutan harus menghidupi dirinya dan anggota keluarga. Beberapa
karyawan memberikan kinerja lebih baik karena adanya dorongan pribadi, atau
karena kagum akan kehebatan boss-nya, karena boss adalah seorang “pemimpin
kharismatik,” atau karena faktor-faktor yang lain.
2. Model Kustodial (The Custodial Model)
Akibat perlakuan itu, mereka sangat mapan dan senang. Namun, kesenangan tidak
selalu menghasilkan motivasi yang tinggi; Dia hanya menghasilkan kerjasama
secara pasif. Akibatnya kinerja karyawan pada lingkungan kustodial tidak lebih
baik dibandingkan pada pendekatan autokratik.
Model suportif sangat tergantung pada kepemimpinan, dan bukan tergantung pada
kekuasaan atau uang. Melalui kepemimpinan, manajemen menciptakan suatu iklim
untuk mendorong karyawan berkembang dan meraih cita-citanya melalui
organisasi sepanjang mereka mampu.
Para pimpinan berasumsi bahwa para karyawan secara alamiah tidak bersika pasif
dan menentang (resistant) terhadap kebutuhan organisasi, mereka berlaku demikian
hanya apabila iklim kerjanya tidak mendukung. Mereka akan mengambil alih
tanggung jawab, memberikan kontribusi, dan memperbaiki diri sepanjang
manajemen memberi mereka kesempatan. Karena itu orientasi manajemen adalah
untuk mendukung kinerja pekerjaan karyawan, bukan sekadar memberikan gaji
dan manfaat yang memadai seperti halnya dalam pendekatan kustodial.
Perluasan dari model suportif adalah model kolegial. Istilah “kolegial,” berkaitan
dengan sekelompok orang yang menganggap diri mereka menjadi satu tubuh untuk
bekerja sama secarakooperatif.
Respon karyawan terhadap situasi ini adalah tanggung jawab. Misalnya karyawan
membuat hasil karya bermutu bukan karena diperintah oleh atasan atau pengawas
akan menghukumnya. Tetapi mereka merasa bahwa sudah menjadi kewajiban
untuk menghasilkan karya bermutu tinggi. Merupakan kewajiban mereka untuk
meningkatkan standar mutu yang akan memberikan nilai pada pekerjaan mereka
dan perusahaan.
Secara psikologis, hasil pendekatan kolegial bagi karyawan adalah adanya disiplin
diri. Rasa bertanggung jawab, disiplin karyawan untuk menggapai prestasi
diumpamakan mirip dengan disiplin anggota tim sepakbola ketika harus berlatih
dan mematuhi aturan main.
Perilaku organisasi yang lain adalah model sistem. Ini merupakan hasil pencarian
serius akan makna lebih mulia oleh karyawan masa kini; mereka menginginkan
lebih dari sekadar mendapatkan gaji dan keamanan kerja. Karena diminta
menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja, mereka mengharapkan
suasana kerja yang beretika, penuh dengan integritas dan kepercayaan, dan
kesempatan untuk mengalami suasana kebersamaan (sense of community) di
antara para rekan sekerja.
Untuk menggapai hal ini, para manajer harus terus meningkatkan rasa peduli dan
belas kasihan, sensitif terhadap kebutuhan pekerja yang berbeda-beda, termasuk
pesatnya perubahan kebutuhan pribadi dan keluarga.
Mereka melangkah lebih jauh dari disiplin diri pada pendekatan kolegial, hingga
mencapai kondisi mampu memotivasi diri (self-motivation). Selain disiplin,
mereka mampu memotivasi diri. Mereka bertanggungjawab terhadap sasaran dan
tindakan.
2. Pengurangan kealpaan.
Tindakan tidak masuk kerja yang dilakukan oleh iniviu terhadap organisasi atau
perusahaan berpengruh negative terhadap efektifitas dn efisiensi kerja suatu
organisasi.
Turn over yang dimaksud disini adalah pengunduran dini pekerja atau anggota
dalam sebuah organisasi tau perusahaan. Yang berpengaruhi terhadap prilaku
organisasi atau perusahaan tersebut.
4. Pningkatan Produktifitas
Suatu organisasi dinyatakan produktif jika mampu mencapai tujunnya dengan baik
dan sesuai dengan target yang telah dilaksanakan. Baik target waktu, biaya dan
hasil .Produktifitas dalam organisasi ini dapat mempengruhi perilaku organisasi
dimana produktifitas itu brkaitan dengan efisiensi dan efektifitas kinerja suatu
organisasi atau perusahaan.