Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISA KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA BIOGAS

DISUSUN OLEH :

RAHMAT SAID 19420045

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan tentang Wawasan Nusantara. Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan
nilai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan MPK terdaftar di kurikulum.
Pada saat ini penghayatan nilai kewarganegaraan masih kurang untuk menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran akan nasionalisme menjadi melemah. Maka
sesuai tujuan pendidikan tinggi pada mulanya, diadakanlah pendidikan kewarganegaraan.
Materi wawasan nusantara yang menjadi objek kajian penulis juga dipelajari dengan baik agar
ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan Bapak Syafiq Effendi selaku dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi dan makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar memperluas pengetahuan para pembaca
tentang wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan serta implementasinya dalam
kehidupan. Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
dari para pembaca.

Yogyakarta, 27 Maret 2016


Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................................ 5
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Wawasan Nasional, Wawasan Nusantara, dan Geopolitik ............................ 6
2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara................................................... 6
2.3 Pembentukan Wawasan Nusantara dan Unsur Pembentuknya ........................................ 9
2.4 Penerapan Wawasan Nusantara ..................................................................................... 11
2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional ............................................................................ 12
2.6 Pengertian Persatuan dan Kesatuan................................................................................ 13
2.7 Hubungan Wawasan Nusantara dengan Persatuan dan Kesatuan .................................. 13
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan .............................................................................................................. 14
BAB IV. PENUTUP ................................................................................................................ 17
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
4.2 Saran. .............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhinneka, negara
Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya
terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya alam.
Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air sebagaimana telah
diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini. Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan Indonesia tercermin dalam momentum Sumpah Pemuda tahun 1928.
Kemudian dilanjutkan dengan perjuangan kemerdakaan yang puncaknya terjadi pada
saat merdeka.
Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksidan
interelasi dengan lingkungan sekitarnya (regional atau internasional). Dalam hal ini
bangsa Indonesia memerlukan prinsip – prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak
terombang – ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita
– cita serta tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia wawasan nasional
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut wawasan nusantara.
Dewasa ini, semakin banyak kasus-kasus yang terjadi terutama kasus
penyimpangan terhadap hukum dalam keseharian bernegara. Kasus ini merupakan suatu
cerminan bagi warga negara terhadap implementasi wawasan nusantara. Selain itu kasus
ini juga menjadi tolok ukur apakah suatu kesatuan dan persatuan bangsa sudah
diperjuangkan dengan baik atau belum. Tercapainya tujuan nasional dengan melibatkan
ketahanan nasional sebagai landasan konsepsional negara juga dapat dilihat. Dari
permasalahan ini penulis mengangkat topik persatuan dan kesatuan untuk mengkaji
setiap permasalahan di Indonesia yang berhubungan dengan wawasan nusantara,
memaparkan setiap teori yang ada dan mencari hubungan serta menganalisa antara teori
dengan kenyataan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian wawasan nasional, wawasan nusantara, dan geopolitik?
b. Faktor-faktor apa yang memengaruhi wawasan nusantara?
c. Bagaimana wawasan nusantara dibentuk dan unsur pembentuknya?
d. Bagaimana implementasi/penerapan dari wawasan nusantara?
e. Bagaimana indonesia mencapai tujuan nasional?
f. Apa pengertian persatuan dan kesatuan?
g. Apa hubungan wawasan nusantara dengan persatuan dan kesatuan?
h. Bagaimana contoh kasus di Indonesia dalam kaitannya dengan wawasan nusantara
terutama persatuan/kesatuan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
b. Memberikan penjelasan mengenai wawasan nusantara, hubungannya dengan
persatuan dan kesatuan, dan penerapan dari wawasan nusantara, serta kaitannya
dengan kasus yang terjadi dalam kehidupan bernegara,

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


a. Menambah pengetahuan pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum
mengenai wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Nasional, Wawasan Nusantara, dan Geopolitik


Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang,
meninjau, atau melihat. Sedangkan ‘wawasan’ berarti cara pandang dan cara tinjau, atau
cara melihat. Istilah nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang artinya pulau-pulau, dan
‘antara’ yang berarti diapit di antara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau di Indonesia yang
terletak di antara samudera Pasifik dan samudera Indonesia serta di antara benua Asia dan
Australia.
Wawasan nasional diartikan sebagai cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Sementara wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita
nasionalnya. Wawasan nusantara kini menjadi bimbingan bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupannya untuk mengisi kemerdekaan serta mencapai tujuan
nasionalnya. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang juga mengajarkan bagaimana
pentingnya membina persatuan dan kesatuan.
Geopolitik semula diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (Political
Geography). Istilah ini lalu dikembangkan oleh Rudolf Kjellen (1864-1922) dan Karl
Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi Geographical Politic dan disingkat
Geopolitik. Perbedaan Geopolitik dan Bumi Politik memusatkan pada titik perhatiannya
apakah pada bidang geografi atau politik. Ilmu bumi politik mempelajari fenomena
geografi dari aspek politik sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi.

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawasan Nusantara


a. Wilayah (geografi)
Wawasan nusantara mencakup faktor geografi terutama dari wilahyahnya sendiri yakni
Indonesia. Indonesia sendiri diartikan sebagai “Indo” yang berarti India dan “nesos” yang
berarti pulau. Indonesia berarti kepulauan India secara harafiah. Masyarakat Indonesia ini
menyukai panggilan ini meskipun orang asing yang telah menemukannya. Istilah indonesia
sendiri diciptakana oleh Ilmuwan J.R. Logan pada 1850 dalam Journal of the Indian
Archipelago and East Asia.
Berdasarkan konvensi hukum laut internasional, Indonesia sebagai negara kepulauan,
memiliki pembagian laut sebagai berikut:
 Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
 Laut teritorial adalah salah satu wilayah laut yang lebarnya tidak lebih dari 12 mil
laut diukur dari garis pangkal sementara garis pangkal adalah garis air surut
terendah sepanjang pantai, seperti yang terlihat pada peta laut skala besar yang
berupa garis yang menghubungkan titik titik terluar dari dua pulau dengan batas-
batas tertentu sesuai konvensi ini.
 Perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam dari
garis pangkal
 Zona Ekonomi Ekskulsif (ZEE) tidak boleh lebih dari 200 mil laut dan garis
pangkal.
 Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah
wilayah daratannya.
Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dari berbagai ukuran dengan 6.044 pulau
sudah bernama. Luas wilayah indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2 yang terdiri dari
daratan seluas 2.028.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2.
b. Geopolitik dan Geostrategi
Telah dijelaskan diatas bahwa geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam
menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Menurut
Rudolf Kjellen negara merupakan sistem politik yang mencakup geopolitik, ekonomi
politik, kratopolitik, dan sosiopolitik. Pandangan geopolitik bangsa Indonesia sendiri
didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas
tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia menolak paham
ekspansionisme dan adu kekuatan yang berkembang di Barat, sebagaimana yang
dikemukakan Kjellen dalam rangka mempertahankan negara dan mengembangkannya.
Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme, karena semua manusia mempunyai
martabat yang sama dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang universal.
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan
atau sasaran yang ditetepkan sesuai dengan keinginan politik. Karena strategi merupakan
upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang
implementasinya didasari intuisi, perasaan, dan hasil pengalaman. Strategi pada
hakikatnya adalah ilmu dimana prosedurnya selalu berkaitan dengan data dan fakta yang
ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau mengelola sumber daya yang
dimiliki dalam suatu rencana dan tindakan.
c. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya
Wilayah negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia
Belanda berdasarkan ketentuan dalam “Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie” tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial Indonsia. Pada masa tersebut
wilayah negara Republi Indonesia bertumpu pada wilkayah daratan pulau-pulau yang
saling terpisah oleh perairan atau selat di antara pulau-pulau itu. Wilayah laut territorial
masih sangat sedikit karena untuk setiap pulau hanya ditambah perairan sejauh 3 mil di
sekelilingnya. Pada 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan
sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut.
 Perwujudan bentuk wilayah NKRI yang utuh dan bulat
 Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas negara
kepulauan.
 Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin kesalamatan dan
keamanan NKRI
Asas kepulauan itu mengikuti ketentuan Yurisprudensi Mahkamah Internasional pada 1951
ketika menyelesaikan kasus perbatasan antara Inggris dan Norwegia. Deklarasi Juanda
kemudian dikukuhkan dengan UU No 4/Prp/1960 tanggal 18 Februari 1960, tentang
perairan Indonesia. Sejak itu terjadi perubahan bentuk wilayah nasional dan cara
perhitungannya. Laut territorial diukur sejauh 12 mil dari titik-titik pulau terluar yang saling
dihubungkan.
Deklarasi tentang landas kontinen negara RI merupakan konsepsi politik yang
berdasarkan konsep wilayah. Deklarasi ini diopandang pula sebagai upaya untuk
mengesahkan Wawasan Nusantara. Asas –asas pokok yang termuat di dalam Deklarasi
tentang landas kontnen adalah sebagai berikut:
 Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia
adalah milik eksklusif negara RI
 Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis bataas landas kontinen
dengan negara-negara tetangga melalui perundingan
 Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara
tetangga
 Klaim tersebut tidak memengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara di atasnya.
Pengumuman pemerintah negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif terjadi pada 21
Maret 1980. Batas ZEE adalah selebar 200 mil yang dihitung dari garis dasar laut wilayah
Indonesia. Alasan-alasan dibuat ZEE adalah:
 Persediaan ikan yang semakin terbatas
 Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia
 ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional
Konvensi hukum laut internasional II di New York pada 1982 mengakui asas Negara
Kepulauan serta menetapkan asas-asas pengukuran ZEE. Pemerintah dan DPR negara RI
kemudian menetapkan UU nNo 5 Tahun 1983 tentang ZEE, UU No 17 tahun 1985 tentang
Ratifikasi UNCLOS. Sejak 3 Februari 1986 Indonesia telah tercatat sebagai salah satu dari
25 negara yang telah meratifikasi UNCLOS.

2.3 Pembentukan Wawasan Nusantara dan Unsur Pembentuknya


Adapun unsur pembentuk wawasan nusantara yakni sebagai berikut
a. Wadah
 Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu
Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu Samudra Pasifik
dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan benua Australia.
Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan pertahanan keamanan.
 Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut
bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem pemerintahan, dan sistem
perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Kedaulatan
di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden memegang kekuasaan
bersadarkan UUD 1945.
 Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang
harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organisasi
masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur negara.
b. Isi Wawasan Nusantara
Isi menyangkut dua hal yang essensial, yaitu:
 Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita
dan tujuan nasional.
 Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan manusia Indonesia meliputi :
 Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
o Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
o Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
o Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
 Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh
menyeluruh meliputi :
o Satu kesatuan wilayah nusantara.
o Satu kesatuan politik.
o Satu kesatuan sosial-budaya.
o Satu kesatuan ekonomi.
o Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem yang terpadu.
o Satu kesatuan kebijakan nasional.
c. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari tata laku tata
laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas
yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan ,
perbuatan, dan perilaku dari bangsa idonesia.
Kedua segi tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta
kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalam segala
aspek kehidupan nasional.

2.4 Penerapan Wawasan Nusantara


Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan
wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut :
a. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Wawasan nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek
kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa, serta
upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
b. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud
pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan
sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan
hidup sekaligus karunia Tuhan, serta menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa
yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau
kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya.
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan
menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk
sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
 Implementasi wawasan nusantara dalam bidang wilayah. Adalah diterimanya konsepsi
nusantara di forum internasional. Sehingga terjaminlah integritas wilayah territorial
Indonesia. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang lingkup tersebut menghasilkan
sumber daya alam yang mencakup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional terutama
negara tetangga yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai.

2.5 Indonesia Mencapai Tujuan Nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengarah pada pencapaian
tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi
wawasan nasional. Wawasan nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan
rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga
harus berpedoman pada wawasan nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan nasional selalu akan
menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu dibangun suatu
kondisi kehidupan nasional yang disebut ketahanan nasional. Keberhasilan
pembangunan nasional akan meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam
wujud ketahanan nasional yang tangguh, sebaliknya ketahanan nasional yang tangguh
akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang merupakan
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian
tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu
konsepsi ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi
penyelenggara kehidupan berbangsa dan bernegara agar tujuan nasional negara tercapai.
2.6 Pengertian Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan memiliki satu arti (sering ditulis persatuan/kesatuan) dan
berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan/kesatuan
mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi.” Sedangkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

2.7 Hubungan Wawasan Nusantara dengan Persatuan dan Kesatuan


a. Peranan Pancasila
Pancasila mempunyai sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Pancasila yang
merupakan dasar negara Republik Indonesia juga merupakan dasar bagi berdirinya
Wawasan Nusantara. Sehingga persatuan kesatuan bangsa Indonesia mendasari
berdirinya Wawasan Nusantara demi tercapainya tujuan nasional. Persatuan dan
kesatuan bangsa harus tetap dijaga sebagai bentuk implementasi dari wawasan nusantara
yang berarti pengamalan pancasila yang benar. Contoh dari sikap ini adalah rasa bela
negara yang ditumbuhkan dari masing-masing individu.
b. Peranan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku
Hukum dan Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia bertujuan bagi
terlaksananya tujuan nasional, sekaligus menjadi unsur-unsur pembentuk wawasan
nusantara maupun menjadi faktor penentu wawasan nusantara. Contohnya saja dalam
diberlakukannya batas teritorial laut di Indonesia. Peraturan perundang-undangan
membuat faktor wilayah dari pembentuk wawasan nusantara. Selain itu, dengan adanya
konsep kepulauan, lautan di Indonesia membuat pulau-pulau menjadi satu kesatuan dan
bukan sebaliknya yaitu memisahkan pulau-pulau. Agar kesatuan dan persatuan dapat
dibentuk, diberlakukanlah peraturan perundang-undangan.
c. Peranan Pemerintah
Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik dan pemerintahan akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan
jika wujud dari pemerintah baik dan terpercaya sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
Sehingga pemerintah di sini merupakan wujud kedaulatan rakyat paling utama dimana
mereka adalah sosok yang mampu mengemban negara menuju tujuan nasionalnya.
Dalam hal ini termasuk juga kekuatan bagi negara (pemerintah) dalam menciptakan
sistem pertahanan dan keamanan untuk menjaga kesatuan negara republik Indonesia.
Pertahanan dan keamanan sebagai landasan konsepsional NKRI tertuang dalam
ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang baik akan mendukung pembangunan
nasional sehingga tujuan negara tercapai.
d. Wawasan Nusantara sebagai Prinsip yang Mendasari Persatuan dan Kesatuan
Bangsa
Dengan Wawasan Nusantara, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam
kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Manusia
Indonesia juga merasa berada dalam satu kesatuan, senasib sepenanggungan, sebangsa
dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan
nasional.

2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan
a. Dua orang terduga teroris tewas dalam peristiwa penembakan di Poso
Tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam operasi Tinombala terlibat baku
tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (22/3/2016) pagi. Dua
orang terduga teroris tewas dalam peristiwa tersebut. Jam 10.00 WITA tadi, terjadi
kontak tembak dan dua orang tidak dikenal itu tewas di sana. Baku tembak terjadi di
Sektor IV, dekat Napu.
Peran pemerintah terutama satuan pertahanan dan keamanan berupa TNI dan Polri
sangat besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini terutama untuk
mewujudkan ketahanan nasional yang menjadi landasan konsepsional negara Republik
Indonesia. Dalam kasus di atas TNI-Polri melakukan tugasnya dengan baik, untuk
mengamankan negara dari Terorisme. Hal ini berarti sejalan dengan tujuan nasional yang
utama yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Kelemahan yang terjadi adalah jika sebenarnya orang yang ditembak bukan
teroris dan proses pencarian terhambat. Ini karena ternyata Santoso diyakini berada di
pedalaman hutan untuk bersembunyi. Tewasnya kedua orang bukan berarti mendekatkan
tim untuk menangkap Santoso. Ini berarti jika para petugas pertahanan dan keamanan
lalai atau lengah dalam menjalankan tugasnya, keadaan menjadi kacau dan kesatuan
negara pun rawan patah. Dari sini juga dapat terlihat bahwa teroris yang hadir adalah
salah satu perwujudan dari penolakan akan kesatuan dan persatuan karena merupakan
suatu pemberontakan yang memecah belah NKRI.
b. Evaluasi Kinerja Densus 88 Diusulkan Dibahas dalam Revisi UU Terorisme
Hasil investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras) menemukan beberapa indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan Detasemen
Khusus Antiteror 88 Polri saat melakukan penindakan. Kontras mengusulkan agar
evaluasi kinerja Densus 88 dibahas dalam pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Kepala Divisi Pembelaan Hak Sipil dan
Politik Kontras Putri Kanesia dalam konferensi pers di Sekretariat Kontras, Jakarta,
Sabtu (26/3/2016) mengatakan bahwa pihak kontras mendesak agar pemerintah dan DPR
yang membahas RUU Terorisme, juga membahas soal evaluasi kinerja Densus 88.
Undang-undang sebagai alat tata hukum negara hendaknya diatur dengan baik. Maka
perihal revisi UU Terorisme yang mengevaluasi kinerja Densus 88 agar sesuai prosedur
hukum yang berlaku seharusnya mendapat sambutan baik. Pada masalah ini densus 88
bertindak sebagai alat pemerintahan untuk mengamankan negara dari terorisme.
Pengawasan terhadap alat pertahanan negara yang kurang serta undang-undang yang
tidak mengatur kinerja mereka justru berdampak akan retaknya persatuan di negara
Indonesia sehingga apa yang diperjuangkan menuju tujuan nasional tidak tercapai. Setiap
manusia dalam hal ini warga sipil sudah sepantasnya mendapat perlindungan HAM,
bukan mendapat ancaman yang menyebabkan ketakutan berkepanjangan. Pihak
Detasemen 88 juga hendaknya melindungi rakyat dan bukan sebaliknya menjadi terror
dan ancaman bagi rakyat itu sendiri. Dari sini dapat terlihat bahwa setiap peraturan
perundang-undangan merupakan alat tata negara yang hendaknya disusun dengan baik
agar semua komponen berjalan dengan baik.
c. Kontras: Densus 88 Langgar Hukum dalam Kasus Siyono
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
menemukan adanya indikasi pelanggaran administrasi yang dilakukan Detasemen
Khusus Antiteror 88 Polri, dalam kasus penangkapan Siyono. Densus 88 melanggar
hukum acara pidana, Tidak ada surat dari Densus kalau penangkapan itu sah, tidak ada
surat penangkapan, apalagi surat penggeledahan. Siyono adalah seorang terduga teroris
di Klaten, Jawa Tengah. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton
Charliyan, Siyono sempat menyerang polisi di mobil. Pergulatan itu yang menyebabkan
Siyono meninggal dunia. Menurut Wira, saat Siyono ditangkap pada 8 Maret 2016,
anggota Densus tidak menunjukkan surat penangkapan dan penahanan. Kemudian, saat
melakukan penggeledahan di kediaman Siyono, anggota Densus juga tidak menunjukkan
surat penggeledahan. Wira mengatakan, penangkapan yang tidak jelas tersebut
menyulitkan keluarga untuk meminta bantuan hukum. Selain itu, orangtua Siyono juga
diintimidasi untuk menandatangani surat yang berisi pernyataan bahwa keluarga tidak
akan menuntut dan melakukan upaya hukum.

Ketaatan terhadap hukum Indonesia masih sulit dicapai baik dari warga sipil
maupun aparat pemerintahan. Hal ini bisa disebabkan dua faktor: lemahnya hukum dan
pengawasannya akibat tidak ada pasal peraturan perundang-undangan yang mengatur,
ataupun kesadaran pribadi yang rendah dalam menaati hukum tersebut. Dalam kasus ini
lagi-lagi Densus 88 juga tidak melakukan tugasnya secara benar. Terjadi penangkapan,
penggeledahan dan penahanan secara tidak benar/di luar prosedur. Penangkapan teroris
bukan hanya bertujuan untuk menghapus ancaman-ancaman yang terdapat di negara kita,
tetapi juga menjamin keadilan dalam persatuan. Makna keadilan di sini yaitu
penghargaan terhadap HAM dan kesamaan warga negara di dalam hukum. Artinya setiap
warga negara berhak atas hukuman yang sesuai dengan tindakan pidananya. Hukuman
tersebut bukan menjadi penghalang bagi HAM tersebut untuk ditegakkan tetapi justru
menguatkan HAM. Hukuman mati dalam hal ini tidak diizinkan karena prosedur yang
diberikan tidak tepat dan tidak sebanding dengan perbuatan yang dilakukan. Kendati
memegang kendali atas keamanan, para petugas pemerintahan hendaknya mengikuti
prosedur yang sesuai yaitu misalkan dengan memberikan surat tersangka. Selain itu,
terlepas dari kesadaran pribadi beberapa aturan yang menyangkut pertahanan dan
keamanan perlu dievaluasi dan direvisi kembali agar keadilan dan persatuan sesama
warga negara terjamin.
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Kesimpulan dari makalah ini adalah:

 Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-
cita nasionalnya.
 Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
 Persatuan dan kesatuan harus dijaga sebagai upaya bela negara sebagai bentuk
implementasi wawasan Nusantara. Sebaliknya, wawasan Nusantara juga perlu
dihayati dan diterapkan sehingga tercapai tujuan nasional, serta pemahaman nilai
Pancasila yang salah-satunya adalah persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
 Pada praktiknya di Indonesia, penerapan wanus sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan nasional yang dibarengi dengan ketahanan nasional masih belum sepenuhnya
berhasil. Terdapat beberapa kesalahan dari segi undang-undangnya, pemerintahannya,
maupun kesadaran masing-masing individu. Solusi yang baik mulai dari membenahi
kesadaran akan hukum di Indonesia, kemudian membenahi pemerintahan dan undang-
undang yang berlaku dengan terus mengadakan pengawasan, evaluasi dan revisi
secara berkala.

4.2 Saran.
Saran bagi kemajuan makalah ini adalah:
 Perlu ditambah beberapa literatur agar memperkaya isi makalah.
 Multi-sumber yakni mencantumkan pendapat dari orang yang berbeda.
 Sebaiknya pemahaman akan kasus yang terjadi di Indonesia perlu ditingkatkan agar
dalam analisa dapat memberikan hasil yang tuntas dan dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, H. dan Zubaidi, H. A. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2524/1/teroris.di.poso?utm_source=RD&ut
m_medium=inart&utm_campaign=ktopird (terakhir diakses pada 27 Maret 2016, Pukul
09.48)

https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmateri=67
&lvl1=10&lvl2=1&lvl3=0&kl=8 (terakhir diakses pada 27 Maret 2016, Pukul 09.35)

Anda mungkin juga menyukai