DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan tentang Wawasan Nusantara. Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan
nilai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan MPK terdaftar di kurikulum.
Pada saat ini penghayatan nilai kewarganegaraan masih kurang untuk menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran akan nasionalisme menjadi melemah. Maka
sesuai tujuan pendidikan tinggi pada mulanya, diadakanlah pendidikan kewarganegaraan.
Materi wawasan nusantara yang menjadi objek kajian penulis juga dipelajari dengan baik agar
ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan Bapak Syafiq Effendi selaku dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi dan makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar memperluas pengetahuan para pembaca
tentang wawasan nusantara terutama persatuan dan kesatuan serta implementasinya dalam
kehidupan. Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
dari para pembaca.
2.8 Contoh Kasus di Indonesia dalam Kaitannya dengan Wawasan Nusantara terutama
Persatuan/Kesatuan
a. Dua orang terduga teroris tewas dalam peristiwa penembakan di Poso
Tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam operasi Tinombala terlibat baku
tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (22/3/2016) pagi. Dua
orang terduga teroris tewas dalam peristiwa tersebut. Jam 10.00 WITA tadi, terjadi
kontak tembak dan dua orang tidak dikenal itu tewas di sana. Baku tembak terjadi di
Sektor IV, dekat Napu.
Peran pemerintah terutama satuan pertahanan dan keamanan berupa TNI dan Polri
sangat besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini terutama untuk
mewujudkan ketahanan nasional yang menjadi landasan konsepsional negara Republik
Indonesia. Dalam kasus di atas TNI-Polri melakukan tugasnya dengan baik, untuk
mengamankan negara dari Terorisme. Hal ini berarti sejalan dengan tujuan nasional yang
utama yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Kelemahan yang terjadi adalah jika sebenarnya orang yang ditembak bukan
teroris dan proses pencarian terhambat. Ini karena ternyata Santoso diyakini berada di
pedalaman hutan untuk bersembunyi. Tewasnya kedua orang bukan berarti mendekatkan
tim untuk menangkap Santoso. Ini berarti jika para petugas pertahanan dan keamanan
lalai atau lengah dalam menjalankan tugasnya, keadaan menjadi kacau dan kesatuan
negara pun rawan patah. Dari sini juga dapat terlihat bahwa teroris yang hadir adalah
salah satu perwujudan dari penolakan akan kesatuan dan persatuan karena merupakan
suatu pemberontakan yang memecah belah NKRI.
b. Evaluasi Kinerja Densus 88 Diusulkan Dibahas dalam Revisi UU Terorisme
Hasil investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras) menemukan beberapa indikasi pelanggaran hukum yang dilakukan Detasemen
Khusus Antiteror 88 Polri saat melakukan penindakan. Kontras mengusulkan agar
evaluasi kinerja Densus 88 dibahas dalam pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Kepala Divisi Pembelaan Hak Sipil dan
Politik Kontras Putri Kanesia dalam konferensi pers di Sekretariat Kontras, Jakarta,
Sabtu (26/3/2016) mengatakan bahwa pihak kontras mendesak agar pemerintah dan DPR
yang membahas RUU Terorisme, juga membahas soal evaluasi kinerja Densus 88.
Undang-undang sebagai alat tata hukum negara hendaknya diatur dengan baik. Maka
perihal revisi UU Terorisme yang mengevaluasi kinerja Densus 88 agar sesuai prosedur
hukum yang berlaku seharusnya mendapat sambutan baik. Pada masalah ini densus 88
bertindak sebagai alat pemerintahan untuk mengamankan negara dari terorisme.
Pengawasan terhadap alat pertahanan negara yang kurang serta undang-undang yang
tidak mengatur kinerja mereka justru berdampak akan retaknya persatuan di negara
Indonesia sehingga apa yang diperjuangkan menuju tujuan nasional tidak tercapai. Setiap
manusia dalam hal ini warga sipil sudah sepantasnya mendapat perlindungan HAM,
bukan mendapat ancaman yang menyebabkan ketakutan berkepanjangan. Pihak
Detasemen 88 juga hendaknya melindungi rakyat dan bukan sebaliknya menjadi terror
dan ancaman bagi rakyat itu sendiri. Dari sini dapat terlihat bahwa setiap peraturan
perundang-undangan merupakan alat tata negara yang hendaknya disusun dengan baik
agar semua komponen berjalan dengan baik.
c. Kontras: Densus 88 Langgar Hukum dalam Kasus Siyono
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
menemukan adanya indikasi pelanggaran administrasi yang dilakukan Detasemen
Khusus Antiteror 88 Polri, dalam kasus penangkapan Siyono. Densus 88 melanggar
hukum acara pidana, Tidak ada surat dari Densus kalau penangkapan itu sah, tidak ada
surat penangkapan, apalagi surat penggeledahan. Siyono adalah seorang terduga teroris
di Klaten, Jawa Tengah. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton
Charliyan, Siyono sempat menyerang polisi di mobil. Pergulatan itu yang menyebabkan
Siyono meninggal dunia. Menurut Wira, saat Siyono ditangkap pada 8 Maret 2016,
anggota Densus tidak menunjukkan surat penangkapan dan penahanan. Kemudian, saat
melakukan penggeledahan di kediaman Siyono, anggota Densus juga tidak menunjukkan
surat penggeledahan. Wira mengatakan, penangkapan yang tidak jelas tersebut
menyulitkan keluarga untuk meminta bantuan hukum. Selain itu, orangtua Siyono juga
diintimidasi untuk menandatangani surat yang berisi pernyataan bahwa keluarga tidak
akan menuntut dan melakukan upaya hukum.
Ketaatan terhadap hukum Indonesia masih sulit dicapai baik dari warga sipil
maupun aparat pemerintahan. Hal ini bisa disebabkan dua faktor: lemahnya hukum dan
pengawasannya akibat tidak ada pasal peraturan perundang-undangan yang mengatur,
ataupun kesadaran pribadi yang rendah dalam menaati hukum tersebut. Dalam kasus ini
lagi-lagi Densus 88 juga tidak melakukan tugasnya secara benar. Terjadi penangkapan,
penggeledahan dan penahanan secara tidak benar/di luar prosedur. Penangkapan teroris
bukan hanya bertujuan untuk menghapus ancaman-ancaman yang terdapat di negara kita,
tetapi juga menjamin keadilan dalam persatuan. Makna keadilan di sini yaitu
penghargaan terhadap HAM dan kesamaan warga negara di dalam hukum. Artinya setiap
warga negara berhak atas hukuman yang sesuai dengan tindakan pidananya. Hukuman
tersebut bukan menjadi penghalang bagi HAM tersebut untuk ditegakkan tetapi justru
menguatkan HAM. Hukuman mati dalam hal ini tidak diizinkan karena prosedur yang
diberikan tidak tepat dan tidak sebanding dengan perbuatan yang dilakukan. Kendati
memegang kendali atas keamanan, para petugas pemerintahan hendaknya mengikuti
prosedur yang sesuai yaitu misalkan dengan memberikan surat tersangka. Selain itu,
terlepas dari kesadaran pribadi beberapa aturan yang menyangkut pertahanan dan
keamanan perlu dievaluasi dan direvisi kembali agar keadilan dan persatuan sesama
warga negara terjamin.
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-
cita nasionalnya.
Persatuan/kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.
Persatuan dan kesatuan harus dijaga sebagai upaya bela negara sebagai bentuk
implementasi wawasan Nusantara. Sebaliknya, wawasan Nusantara juga perlu
dihayati dan diterapkan sehingga tercapai tujuan nasional, serta pemahaman nilai
Pancasila yang salah-satunya adalah persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
Pada praktiknya di Indonesia, penerapan wanus sebagai upaya untuk mewujudkan
tujuan nasional yang dibarengi dengan ketahanan nasional masih belum sepenuhnya
berhasil. Terdapat beberapa kesalahan dari segi undang-undangnya, pemerintahannya,
maupun kesadaran masing-masing individu. Solusi yang baik mulai dari membenahi
kesadaran akan hukum di Indonesia, kemudian membenahi pemerintahan dan undang-
undang yang berlaku dengan terus mengadakan pengawasan, evaluasi dan revisi
secara berkala.
4.2 Saran.
Saran bagi kemajuan makalah ini adalah:
Perlu ditambah beberapa literatur agar memperkaya isi makalah.
Multi-sumber yakni mencantumkan pendapat dari orang yang berbeda.
Sebaiknya pemahaman akan kasus yang terjadi di Indonesia perlu ditingkatkan agar
dalam analisa dapat memberikan hasil yang tuntas dan dalam.
DAFTAR PUSTAKA
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2524/1/teroris.di.poso?utm_source=RD&ut
m_medium=inart&utm_campaign=ktopird (terakhir diakses pada 27 Maret 2016, Pukul
09.48)
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12&idmateri=67
&lvl1=10&lvl2=1&lvl3=0&kl=8 (terakhir diakses pada 27 Maret 2016, Pukul 09.35)