Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Indonesia Dalam Panggung
Dunia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Bandung, September 2022

Anggun Srihati
DAFTAR ISI.............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................2
1.2 Batasan Masalah.......................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................................3
2.1 Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi..................................................3
2.2 Peran Indonesia dalam Dunia Internasional.............................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pada 2 September 1948, sebagai Wakil Presiden merangkap Perdana
Menteri dan Menteri Pertahanan Mohammad Hatta memberikan
keterangan kepada Badan Pekerja KNIP tentang kedudukan politik Negara
Indonesia saat itu RI menghadap iberbagai kesulitan yang tidak sedikit.
Perundingan dengan Belanda yang dimediasi oleh Komisi Tiga Negara dari
PBB terputus. Dari dalam negeri oposisi dari aksi FrontDemokrasi Rakyat
(FDR) yang dipimpin oleh Muso menghebat.Untuk menangkis serangan-
serangan yang ditujukan kepada pemerintah RI,diadakan sidang BP KNIP.
Mengenai pertentangan antara Amerika Serikat dan UniSoviet dalam
perang dingin di masa itu, fraksi FDR PKI dalam Badan Pekerja mendesak
supaya RI memilih pihak Uni Soviet. Terkait desakan tesebut, Hatta
menyatakan bahwa politik RI tidak memilih pro ini atau pro itu, melainkan
memilih jalan sendiri untuk mencapai kemerdekaan. Sejak keterangaatta
tersebut politik luar negeri RI disebut politik bebas dan aktif. Bebas artinya
menentukan jalan sendiri,tidak terpengaruh oleh pihak manapun juga; aktif
artinya menuju perdamaian duniadan bersahabat dengan segala bangsa.

1.2 Batasan Masalah


1. Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi
2. Peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia
BAB II
ISI

2.1 Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Reformasi


Orientasi politik luar negeri Indonesia di awal reformasi masih sangat
dipengaruhi oleh kondisi domestik akibat krisis multidimensi akibat transisi
pemerintahan. Perhatian utama politik luar negeri Indonesia diarahkan pada
upaya pemulihan kembali kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia
serta memulihkan perekonomian nasional. Politik luar negeri Indonesia saat itu
lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan politik domestik daripada politik
internasional.
1. Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Pemerintahan Presiden B.J.
Habibie
Pada masa awal reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden B.J.
Habibie. Pemerintahan Habibie disibukkan dengan usaha memperbaiki citra
Indonesia di kancah internasional yang sempat terpuruk sebagai dampak krisis
ekonomi di akhir era Orde Baru dan kerusuhan pasca jajak pendapat di Timor-
Timur. Lewat usaha kerasnya, Presiden Habibie berhasil menarik simpati dari
Dana Moneter Internasional/International Monetary Funds (IMF) dan Bank Dunia
untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi.
2. Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Pemerintahan Presiden
Abdurahman Wahid
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, hubungan RI dengan
negara-negara Barat mengalami sedikit masalah setelah lepasnya Timor-Timur
dari NKRI. Presiden Wahid memiliki cita-cita mengembalikan citra Indonesia di
mata internasional. Untuk itu beliau banyak melakukan kunjungan kenegaraan ke
luar negeri. Dalam setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif, selama masa
pemerintahan yang singkat Presiden Wahid secara konstan mengangkat isu-isu
domestik dalam setiap pertemuannya dengan setiap kepala negara yang
dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini, selain isu Timor-Timur, adalah soal
integritas teritorial Indonesia seperti kasus Aceh, Papua, dan isu perbaikan
ekonomi.
Diplomasi di era pemerintahan Abdurrahman Wahid dalam konteks
kepentingan nasional selain mencari dukungan pemulihan ekonomi. Rangkaian
kunjungan ke mancanegara diarahkan pula pada upaya-upaya menarik dukungan
mengatasi konflik domestik, mempertahankan integritas teritorial Indonesia, dan
hal yang tak kalah penting adalah demokratisasi melalui proses peran militer agar
kembali ke peran profesional. Ancaman integrasi nasional di era Presiden
Abdurrahman Wahid menjadi kepentingan nasional yang sangat mendesak dan
diprioritaskan.
3. Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri
Megawati dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli
2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik dan keamanan menjadi sejuk
dan kondusif. Walaupun ekonomi Indonesia mengalami perbaikan, seperti nilai
tukar rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada masa pemerintahannya tetap
saja tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lainnya.
Belajar dari pemerintahan presiden yang sebelumnya, Presiden Megawati lebih
memerhatikan dan mempertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan
luar negeri dan diplomasi seperti diamanatkan dalam UUD 1945.
Presiden Megawati juga lebih memprioritaskan diri untuk mengunjungi
wilayah-wilayah konflik di Tanah Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan
Selatan atau Timor Barat. Pada era pemerintahan Megawati, disintegrasi nasional
masih menjadi ancaman bagi keutuhan teritorial. Selain itu, pada masa
pemerintahan Megawati juga terjadi serangkaian ledakan bom di tanah air.
Sehingga dapat dipahami, jika isu terorisme menjadi perhatian serius bagi
pemerintahan Megawati.
4. Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi Presiden ke-6 Republik
Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY merupakan Presiden Indonesia
pertama yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum secara langsung. SBY
berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan menjalin
berbagai kerja sama dengan banyak negara pada masa pemerintahannya, antara
lain dengan Jepang.
Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar
negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah
‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal
tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani
pihak-pihak yang sedang bermasalah. Indonesia tidak pandang bulu bergaul
dengan negara manapun sejauh memberikan manfaat bagi Indonesia.
Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu:

a. Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain


(Jepang, China, India, dll).
b. Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-
perubahan domestik dan perubahan-perubahan yang terjadi di luar
negeri (internasional).
c. Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba
menjalin hubungan dengan siapa saja (baik negara, organisasi
internasional, ataupun perusahaan multinasional) yang bersedia
membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
d. Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia
Internasional. Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST
adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity. Prinsip-prinsip
dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri
Indonesia di tahun 2008 dan selanjutnya.

2.2  Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian Dunia


1. Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika adalah sebuah konferensi antaranegara-
negara Asia dan Afrika yang kebanyakan beru saja memperolehkemerdekkaan.
KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahuluBurma), Sri Lanka (dahulu
Ceylon), India, dan Pakistan dan dikoordinasi olehMenteri Luar Negeri Indonesia
Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka,
Dandung, Indonesia. Tujuannyamempromosikan kerjasama ekonomi dan
kebudayaan Asia-Afrika danmelawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika
Serikat, Uni Soviet, ataunegara imperalis lainya
1.Latar Belakang Diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika
 Bangsa-bangsa Asia-Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarahyakni
sama-sama menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsaEropa.
 Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrikayang masih
terjajah untuk memperoleh kemerdekaan.
 Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhiryakni situasi
internasional diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara
Blok Barat dan Blok Timur.
 Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belumterdapat
kesadaran untuk bersatu, yang kemudian Rusia danAmerika Serikat ikut
melibatkan diri dalam masalah tersebut.
 
2.Tujuan Konferensi Asia-Afrika
 Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar
bangsa- bangsa Asia-Afrika, serta untuk menjajagi dan melanjutkankepenti
ngan timbal balik maupun kepentingan bersama.
 Meninjau masalah-masalah hubungan social, ekonomi, dankebudayaan
dalam hubungannya dengan negara-negara peserta.
 Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingankhusus dari
bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti yang menyangkutkedaulatan nasional,
rasionalisme, dan kolonialisme.
 Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, sertamemberikan
sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dankerja sama internasional.
 

3.Peranan Indonesia dalam KAA


 Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat
penyelenggaraanKonferensi Pancanegara II yang berlangsung tanggal 28-
29Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini
sebagai pendahuluan dari KAA.
 Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraanKAA
yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di GedungMerdeka
Bandung (Jawa Barat). Dalam konferensi ini beberapatokoh Indonesia
menduduki peranan penting, diantaranya adalah:
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjoyo
1. Sekretaris Jenderal 
2. Konferensi : Ruslan Abdulgani
3. Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin
4. Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno

2 Gerakan Non-Blok
Gerakan Non Blok (non-aligned) merupakan organisasi negara-negara yangtidak
memihak Blok Barat maupun Blok Timur. Berdirinya Gerakan Non Blokdi latar
belakangi oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Diilhami Konferensi Asia-Afrikadi Bandung (1955) di mana negara-negara yang
pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untukmelenyapkan segala bentuk
kolonialisme. 
b) Adanya krisis Kuba pada tahun 1961di mana Uni Soviet
membangun pangkalan peluru kendali secara besar-besaran di Kuba, hal inimang
akibatkan Amerika Serikat merasa terancam sehingga suasana menjaditegang.
Ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur ini mendorongterbentuknya GNB.
Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:
(a) Presiden Soekarno dari Indonesia,
(b) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
(c) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
(d) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
(e) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.

1.Tujuan Gerakan Non Blok


Gerakan Non Blok bertujuan meredakan ketegangan dunia sebagai
akibat pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur.

2.Peranan Indonesia dalam Gerakan Non Blok


a) Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yangmendirikan
GNB.
b) Iku memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok dengan menandatangani
Deklarasi Beograd sebagai hasil Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan NonBlok I
pada tanggal 1-6 September 1961.
c) Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu PresidenSoeharto
terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB,Indonesia sukses menggelar
KTT X GNB di Jakarta.
d) Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan dikawasan
bekas Yogoslavia pada tahun 1991.
e) Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Tingkat TinggiGerakan
Non Blok X yang berlangsung pada tanggal 1-6 September 1992di Jakarta.
f) Ekspor dan impor perdagangan Indonesia dengan negara anggota GNB

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas
maksudnya tidak terikat pada Blok tertentu, sedangkan
aktif berarti selalu ikut serta dalam upaya perdamaian
dunia.Konsep bebas aktif lahir ketika dunia tengah berada dalam
pengaruh dua Blok utama setelahselesainya Perang Dunia ke II,
yaitu Blok Amerika Serikat dan Blok Uni Soviet.Keikutsertaan
Indonesia dalam upaya perdamaian dunia antara lain tercermin
dari pengiriman Pasukan Misi Perdamaian Garuda ke wilayah-
wilayah konflik di dunia.
Indonesia juga menjadi pelopor atau pendiri organisasi-organisasi 
antar bangsa seperti Gerakan NonBlok, ASEAN dan Konferensi
Asia Afrika.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Paket Sejarah Indonesia / Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2015.
2. https://www.scribd.com/document/423868796/MAKALAH-
Indonesia-Dalam-Panggung-Dunia
3. https://www.coursehero.com/file/70889060/sejarahdocx/

Anda mungkin juga menyukai