Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENJALIN


HUBUNGAN INTERNASIONAL

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. LULUK ROHMATUN
2. MEIVIONLY LIBERTI
3. MUHAMMAD RENDI ALFANDI
4. NANDA
5. NI KOMANG NATALIA DESI WATI

SMA NEGERI 1 LEMPUING JAYA


KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ijti’had dalam ajaran
Islam. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW, Nabi yang kita nantikan syafaat-Nya, dan tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian
makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kesalahan dan kekeliruan baik dalam penulisan materi maupun dalam
penyampaian materi, walaupun demikian kami sudah berusaha sebaik dan
semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
wawasan pembaca.

Lempuing Jaya, 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menjalin Hubungan


Internasional.........................................................................................3
B. Tujuan Politik Luar Negeri Republik Indonesia...................................5
C. Perwujudan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif......................7
D. Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif di Era Globalisasi.............12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan
hubungan dengan bangsa lainnya.  Dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain,
kita menetapkan politik luar negeri yang "bebas" dan "aktif". Politik luar negeri
bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka.
Bebas artinya bahwa bangsa Indonesia bebas menjalin hubungan dan kerja
sama dengan bangsa mana pun di dunia ini. Bangsa kita tidak membatasi
hubungan dengan Negara - negara barat saja, juga tidak membatasi dengan
bangsa-bangsa timur saja. Indonesia menjalin hubungan dengan semua bangsa di
dunia.
Aktif artinya bahwa bangsa Indonesia selalu berusaha secara aktif dalam
usaha menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif berdasar
pada landasan konstitusional, yakni tercantum pada alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945. Dalam perkembangan sejarah bangsa
Indonesia, pada masa orde lama (tahun 1959 - 1965) pernah terjadi penyimpangan
terhadap politik luar negeri yang bebas dan aktif ini. Saat itu bangsa Indonesia
cenderung mengeblok ke Rusia (timur). Pada waktu itu, politik luar negeri
Indonesia berporos Jakarta - Pyongyang - Peking.
Sebagai salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa
Indonesia pernah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955 dan juga membentuk Gerakan Non Blok bersama beberapa negara
Asia Afrika lainnya.
          

1
B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan politik luar negeri indonesia dalam menjalin
hubungan internasional?
2. Apa tujuan dari politik luar negeri indonesia?
3. Apa perwujudan dari politik luar negeri indonesia yang bebas dan aktif?
4. Bagaimana politik luar Negeri Indonesia bebas aktif di Era Globalisasi ini?
C.     Tujuan penulisan
1.   Untuk mengertahui pelaksanaan politik luar negeri indonesia dalam menjalin
hubungan internasional
2.   Untuk mengetahui tujuan dari politik luar negeri indonesia
3.   Untuk mengetahui perwujudan politik luar negeri indonesia yang bebas dan
aktif
4.   Untuk mengetahui politik luar negeri indonesia yang bebas aktif di era
globalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menjalin Hubungan Internasional

Hubungan yang dijalin oleh suatu negara dengan negara lain, tidak dapat
dilepaskan dari tata pergaulan antar negara. Jika dalam pergaulan manusia dalam
kehidupan bertetangga dinamakan tatakrama pergaulan, maka dalam pergaulan
antar negara pun terdapat hal yang sama. Setiap negara mempunyai kebijakan
politiknya masing-masing.Kebijakan politik masing-masing negara dalam
pergaulan internasional dinamakan politik luar negeri.
Berkaitan dengan hal tersebut, bentuk kerja sama dan perjanjian
internasional yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari
politik luar negeri Indonesia. Selain itu, politik luar negeri juga memberikan corak
atau warna tersendiri bagi kerja sama dan perjanjian internasional yang dilakukan
oleh suatu negara. Apa sebenarnya politik luar negeri Bangsa Indonesia?
Untuk mengetahui corak politik luar negeri Indonesia, perhatikan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
ke empat, tentang tujuan negara, “...ikut serta dalam perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa politik luar negeri memiliki
corak tertentu. Pemikiran para pendiri negara (founding fathers) yang dituangkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar  Negara Republik Indonesia Tahun
1945 tersebut didasari oleh kenyataan bahwa sebagai negara yang baru merdeka,
Indonesia dihadapkan pada lingkungan pergaulan dunia yang dilematis.
Pada awal pendirian negara Republik Indonesia, kita dihadapkan pada satu
situasi dunia yang dikuasai oleh dua kekuatan negara adidaya sebagai akibat dari
Perang Dunia II. Dua kekuatan tersebut adalah blok Barat di bawah kendali
Amerika Serikat dengan mengusung ideologi liberal. Kekuatan lainnya dikuasai

3
oleh blok Timur  yang  dipimpin oleh Uni Soviet dengan mengusung ideology
komunis.
Kenyataan ini sangat berpengaruh pada Indonesia yang baru saja
merdeka.Bangsa Indonesia tengah berupaya keras mempertahankan
kemerdekaanya dari rongrongan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Kondisi demikian mau tidak mau memaksa Bangsa Indonesia untuk menentukan
sikap, walaupun usianya masih sangat muda.Sikap Bangsa Indonesia tersebut
tertuang dalam rumusan politik luar negeri Indonesia.
Pemerintah Indonesia, yang pada waktu itu dipimpin oleh Ir. Soekarno sebagai
Presiden dan Drs. Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden, pada tanggal 2
September 1948 di hadapan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
mengumumkan pendirian politik luar negeri Indonesia yang antara lain
berbunyi”...tetapi mestikah kita, bangsa Indonesia yang memperjuangkan
kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara pro-Rusia atau
pro-Amerika? Apakah tak ada pendirian lain yang harus kita ambil dalam
mengejar cita-cita kita?”.
Politik Luar Negeri Indonesia dilaksanakan berlandaskan pada Pancasila dan
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 khususnya alinea II dan IV menegaskan
bahwa Negara Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat berhak
menentukan nasibnya sendiri serta berhak mengatur hubungan kerjasama dengan
Negara lain. Pengertian Politik Luar Negeri Indonesia terdapat dalam UU No. 37
tahun 1999 Pasal 1 ayat (2) tentang hubungan luar negeri yang menjelaskan
bahwa Politik Luar Negeri Indonesia adalah “Kebijakan, sikap, dan langkah
pemerintah RI yang diambil dalam melakukan hubungan dengan Negara lain.
Organisasi Internasional dan subyek hukum Internasional lainnya dalam rangka
menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan Nasional”.

4
B.     Tujuan Politik Luar Negeri Republik Indonesia
Di dalam dokumen yang berhasil disusun oleh pemerintah yang
dituangkan di dalam Rencana Strategi Politik Luar negeri Republik Indonesia
(1984-1989) antara lain dinyatakan bahwa politik Luar negeri suatu negara
hakekatnya merupakan salah satu sarana untuk mencapai kepentingan nasional.
Sedangkan di Indonesia, jika di cermati, rumusan pokok kepentingan nasional itu
dapat dicari dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa bangsa
Indonesia diamanatkan untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang menyelenggarakan empat fungsi sebagai berikut:
Fungsi Hankam, dalam hal ini adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia.
         Fungsi Ekonomi yaitu memajukan kesejahteraan UMUITI.
         Fungsi Sosial dan Budaya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
         Fungsi Politik, yaitu pada rumusan kalimat ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pada tanggal 1 November 1945 keluarlah maklumat pemerintah yang
ditandatangani Drs. Mohammad Hatta yang isinya sebagai berikut:
o Menyetujui Atlantic Charter yang mengakui hak menentukan nasib sendiri
bagi setiap bangsa.
o Menjunjung tinggi Piagam PBB dan akan menjadi anggota baru.
o Berdasarkan UUD 1945 dan dua piagam internasional tersebut, kita menolak
kembali nya kolonialisme Belanda.
o Belanda telah melanggar dua piagam internasional tersebut dan jika akan
menggunakan kekerasan senjata dalam usaha restorasi kolonialismenya, maka
kita akan melawannya secara mati-matian.
o Bekerja sama dengan semua bangsa di dunia ini, khususnya dengan Australia,
Filipina, dan Amerika Serikat.
o Istilah bebas aktif sebenarnya baru mulai dipergunakan oleh politisi dan
negarawan Indonesia semasa memuncaknya Perang Korea (1950–1953), dan

5
pada masa cabinet Republik Indonesia ke-12 di bawah Perdana Menteri Dr.
Soekiman (27 April 1951–3 April 1952).

Tujuan politik Indonesia adalah sebagai berikut:


o Membentuk satu negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan
dan negara kebangsaan yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari
Sabang sampai Merauke.
o Membentuk satu masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
o Membentuk satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua
negara di dunia, terutama dengan negara Asia dan Afrika, atas dasar
bekerjasama membentuk satu tatanan dunia baru yang bersih dari imperialism
dan kolonialisme menuju pada perdamaian dunia yang sempurna.
Imperialisme adalah system politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk
mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.
Mengenai tujuan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, Drs.
Mohammad Hatta dalam bukunya Politik Luar Negeri Republik Indonesia
merumuskan tujuan politik luar negeri Indonesia sebagai berikut:
         Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
         Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar
kemakmuran rakyat jika barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan
sendiri.
o Meningkatkan perdamaian nasional karena hanya dengan keadaan damai
Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan
untuk memperbesar kemakmuran rakyat.
o Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita
yang tersimpan di dalam Pancasila, dasar, dan falsafah negara kita.
Pemerintah Indonesia pada waktu itu berpendapat bahwa pendirian harus
diambil tidak menjadikan negara indonesia terjebak dalam kepentingan dua blok

6
tersebut, bangsa indonesia tidak bisa menjadi objek dalam pertarungan politik
antara blok barat dan blok timur. Bangsa Indonesia harus menjadi subjek yang
berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri, yaitu
merdeka seutuhnya  tanpa ada rongrongan dari negara lain. Dalam kesempatan ini
Drs. Muhammad Hatta menyampaikan pidatonya dengan judul yang sangat
menarik, yaitu Mendayung antara Dua Karang. Pidato tersebut kemudian
dirumuskan kembali secara eksplisit sebagai prisip bebas aktif, yang kemudian
menjadi corak politik luar negeri Indonesia sampai saat ini. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif.
Sifat politik luar negeri inilah yang mewarnai pola kerja sama Bangsa
Indonesia dengan negara lain. Dengan kata lain, dalam menjalin hubungan
internasional dengan negara lain indonesia selalu menitik beratkan pada peran
atau konstribusi yang dapat diberikan oleh Bangsa Indonesia bagi kemajuan
peradaban serta perdamaian dunia. 

C.     Perwujudan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif


Sebagai bangsa yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia
melakukan berbagai kegiatan yang merupakan perwujudan dari politik luar negeri
bebas aktif itu. Di antara kegiatan yang dilakukan bangsa Indonesia antara lain
seperti berikut ini.
1.      Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung
Sebagai bangsa yang pernah merasakan betapa pahitnya hidup dalam
penjajahan, bangsa Indonesia memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia
Afrika bersama dengan negara India, Pakistan, Birma, dan Sri Lanka.
Persiapan untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika dilakukan di
Colombo (Sri Lanka) pada tanggal 28 April - 2 Mei 1954 dan di Bogor
(Indonesia) pada tanggal 29 Desember 1954.
Dalam persiapan itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) akan
dilaksanakan di Bandung (Indonesia) pada tanggal 18 _24 April 1955. Setelah

7
disepakati, maka pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 di Kota Bandung
(Jawa Barat) diseleng-garakan Konferensi Asia Afrika, tepatnya di Jalan Asia
Afrika.
Maksud dan tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung adalah
untuk:
a.       meningkatkan kemauan baik (goodwill) dan kerja sama antar bangsa-bangsa
Asia Afrika, serta untuk menjajagi dan melanjutkan baik kepentingan timbale
balik maupun kepentingan bersama;
b.      mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya dalam
hubungannya dengan negara-negara peserta;
c.       mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus yang
menyangkut rakyat Asia Afrika, dalam hal ini yang menyangkut kedaulatan
nasional, rasialisme, dan kolonialisme;
d.      meninjau posisi Asia Afrika dan rakyatnya dalam dunia masa kini dan saham
yang diberikan untuk peningkatan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Konferensi yang diselenggarakan di Bandung itu menghasilkan 10 prinsip yang
dikenal dengan nama Dasa Sila Bandung.Konferensi Asia Afrika ini dihadiri oleh
29 negara Asia dan Afrika
.
2.      Mendirikan Gerakan Non Blok
Seusai Perang Dunia II, negara-negara di dunia terbagi ke dalam dua blok,
yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang
dipimpin oleh Uni Sovyet. Adanya dua kekuatan tersebut menyebabkan terjadinya
"Perang Dingin" (Cold War) di antara kedua blok itu. Akibatnya, suhu politik
dunia menjadi memanas dan penuh dengan ketegangan-ketegangan.
Guna mengatasi ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur yang terus
bersitegang, bangsa Indonesia memprakarsai didirikannya Gerakan Non-Blok
(Non Aligned). Negara-negara pemrakarsa Non-Blok ialah:
a)      Afghanistan

8
b)      India
c)      Indonesia
d)      Republik Arab Persatuan (Mesir)
e)      Yugoslavia.
Gerakan Non Blok ini dibentuk atas dasar Dasa Sila Bandung (hasil
Konferensi Asia Afrika di Bandung). Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama
Non Blok diadakan di Beograd atau Belgrado (Yugoslavia) dari tanggal 1 - 6
September 1961 atas undangan dari Presiden Yosef Broz Tito (Yugoslavia),
Abdul Nasser (Mesir), dan Sukarno (Indonesia). KTT ini dihadiri oleh 25 negara
dari Asia-Afrika, Amerika Latin, dan Eropa.
Konferensi ini dimaksudkan untuk meredakan ketegangan dunia dan
menunjukkan kepada dunia bahwa masih ada pihak ketiga yang berada di luar
kedua blok yang sedang bertentangan itu. Setelah diadakan KTT Non Blok I,
negaranegara yang tergabung dalam Non-Blok oleh Negara -  Negara barat
disebut sebagai Dunia Ketiga (The Third World). Sampai saat ini, Non-Blok telah
mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) puluhan kali. Temukan KTT
kedua dan seterusnya, apa keputusan yang dihasilkan dalam setiap KTT.

3.      Mengirimkan Misi Garuda (MISIRIGA)


Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif menyatakan, bahwa bangsa
Indonesia akan senantiasa aktif dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.
Untuk mewujudkan misi ini, maka Indonesia mengirimkan misi perdamaian dunia
dengan nama Pasukan Garuda. Pasukan ini diperbantukan untuk PBB dalam
usaha turut mendamaikan daerah-daerah yang sedang bersengketa.
Pada bulan Januari 1957 dikirimlah Pasukan Garuda I ke Timur Tengah di
bawah komando Kolonel Hartoyo, yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel
Suadi. Pada tahun 1960, di Kongo terjadi perang saudara. Untuk mendamaikan
situasi di Kongo ini, Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda II di bawah
pimpinan Kolonel Prijatna, sedangkan sebagai komandan batalion adalah Letkol

9
Solichin Gautama Purwanegara. Selanjutnya Misi Garuda III dikirim ke Kongo
dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris.
Dalam setiap sengketa internasional yang menerjunkan PBB, Indonesia selalu
siap sedia menjadi petugas misi perdamaian PBB melalui Pasukan Garuda.
Keikutsertaan Indonesia dalam Misi Perdamaian ini tergabung dalam Pasukan
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). Dalam pengiriman
misi perdamaian ini, tentara dari Indonesia mendapat sambutan baik dari negara
yang menerima. Hal ini karena tentara kita mengembangkan sikap bersahabat dan
cinta damai. Sampai saat ini, bangsa Indonesia telah puluhan kali terlibat dalam
misi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB).

4.      Menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)natau United Nations


Organization (UNO)
Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, bangsa Indonesia ikut aktif
menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 28 September
1950 dengan nomor anggota ke-60. Pada masa Orde Lama (Demokrasi
Terpimpin), Indonesia pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, yakni
pada tanggal 7 Januari 1965. Pada saat itu, politik luar negeri Indonesia sedang
condong ke Sovyet. Akan tetapi, setelah zaman  orde baru, Indonesia kembali
menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1966 dan tetap pada urutan ke-
60, karena oleh PBB Indonesia masih belum dicoret dari keanggotaan. Sebagai
anggota PBB, bangsa Indonesia aktif terus dalam usaha menciptakan perdamaian
dan keamanan dunia internasional, salah satu di antaranya ialah dengan aktifnya
Indonesia dalam mengirimkan misi perdamaian yang tergabung dalam Misi
Republik Indonesia Garuda (MISIRIGA).

5.      Mendirikan ASEAN
Sebagai perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, pada
tanggal 8 Agustus 1967, Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya

10
mendirikan organisasi yang diberi nama ASEAN (Association of The South East
Asian Nations), Organisasi Negara-negara Asia Tenggara.
ASEAN ini didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok. Tujuan didirikannya
ASEAN adalah untuk:
a.       Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta mengembangkan
kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kebersamaan
dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-
bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
b.      Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati
keadilan dan ketertiban hukum dalam hubungan antarnegara di kawasan ini serta
mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB;
c.       Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah yang
menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu
pengetahuan, dan administrasi;
d.      Saling memberi bantuan dalam bentuk sarana pelatihan dan penelitian dalam
bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;
e.       Bekerja sama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian
dan industri, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi
internasional, perbaikan sarana-sarana, pengangkutan dan komunikasi serta taraf
hidup rakyatnya;
f.       Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi â€? organisasi
internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki
segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka
sendiri.
Tujuan tersebut termaktub dalam Deklarasi Bangkok yang ditanda  tangani oleh
lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara. Kelima menteri tersebut
ialah:
a)            Adam Malik (Indonesia),
b)            Tun Abdul Razak (Malaysia),

11
c)            Thanat Khoman (Thailand),
d)            Rajaratnam (Singapura),
e)            Narcisco Ramos (Filipina).
Dalam usaha memelihara stabilitas dan keamanan Asia Tenggara, Indonesia
memprakarsai untuk melakukan pendekatan agar Asia Tenggara menjadi daerah
bebas nuklir. Pada saat berkecamuk Perang Vietnam, Indonesia juga
memprakarsai diselenggarakannya Jakarta Informal Meeting (JIM) yang
membahas mengenai upaya-upaya mendamaikan Vietnam.

6.      Menjalin Kerja Sama dengan Negara-negara di Dunia


Politik luar negeri yang bebas dan aktif memberikan kesempatan kepada
bangsa Indonesia untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia.
Itulah sebabnya, sehingga bangsa Indonesia juga menjalin hubungan kerja sama
dengan negara-negara di dunia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan ilmu pengetahuan, tanpa membatasi diri dengan negara-
negara blok barat saja atau blok timur saja.
Sebagai perwujudannya, bangsa kita menjadi anggota oragnisasi internasional.
Dalam organisasi internasional, Indonesia juga bekerja sama dalam OPEC
(Organization of Petroleum Exporting Countries =Negara-negara pengekspor
minyak), Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan APEC (Asia Pacific Economic
Cooperation = Kerjasama Ekonomi Negara Asia Pasifik). Selain itu, Indonesia
juga menjadi anggota organisasi internasional lainnya.

D.     Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif di Era Globalisasi


Kita semua memaklumi, bahwa saat ini kehidupan dunia sedang
mengalami proses yang dinamakan globalisasi. Globalisasi adalah proses
kehidupan yang mulai mendunia. Keadaan ini disebabkan oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan transportasi.

12
Dengan globalisasi, dunia seakan-akan terasa mengecil. Hal ini terasa
sekali ketika kita sedang menyaksikan suatu peristiwa di belahan dunia lain dalam
waktu yang bersamaan. Seolah-olah dunia tidak mengenal batas-batas geografis.
Demikian pula bila kita mengunjungi negara lain atau daerah lain dengan
menggunakan alat transportasi moderen. Untuk menempuh suatu tempat hanya
diperlukan waktu yang cukup singkat. Inilah salah satu tanda globalisasi.
Seiring dengan perkembangan globalisasi yang terus melesat,
ketergantungan antarnegara menjadi semakin tinggi, baik ketergantungan secara
politis, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Menghadapi
kenyataan ini, tentu saja kita harus membuka diri terhadap seluruh bangsa-bangsa
di dunia. Di abad globalisasi seperti sekarang ini, suatu bangsa tidak bisa lagi
hanya menjalin hubungan dengan negara-negara tertentu saja. Kebutuhan negara
akan barang-barang pemuas kebutuhan warga negara semakin beraneka ragam.
Dan itu tidak semua dapat diproduksi oleh negaranya. Oleh sebab itu, maka
menjalin hubungan dan kerja sama yang seluas-luasnya merupakan salah satu
tantangan global.
Bagi bangsa Indonesia, politik luar negeri yang bebas dan aktif merupakan
kunci dalam menjalin hubungan di abad global. Ini berarti, bagi bangsa Indonesia,
globalisasi tidak harus mengubah haluan politiknya. Sebab, politik luar negeri
Indonesia telah sesuai dengan tuntutan globalisasi. Politik luar negeri Indonesia
memberi kesempatan dan peluang untuk melakukan hubungan dengan Negara
mana pun tanpa dibatasi oleh perbedaan ideologi, politik, ekonomi, dan social
budaya, serta agama.

13
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Politik luar negeri Indonesia merupakan bebas aktif. Bebas, artinya bahwa
bangsa kita bebas menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia tanpa
harus terikat dengan blok barat atau blok timur. Aktif, artinya bahwa kita akan
senantiasa berusaha menciptakan dan mewujudkan kehidupan dunia yang aman
dan damai.
Landasan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif tertuang
dalam alinea pertama dan keempat Pembukaan UUD 1945 serta dalam pasal 11
UUD 1945.
Sebagai wujud pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif,
Indonesia melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1950;
b.      menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1 9 5 5 ;
c.       mengirimkan misi perdamaian dunia yang tergabung dalam Misi Republik
Indonesia Garuda (MISIRIGA);
d.      membentuk gerakan non blok (non aligned) untuk meredakan ketegangan akibat
perang dingin antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok timur
yang dipimpin Uni Sovyet.
e.       Membentuk organisasi ASEAN untuk menciptakan stabilitas Asia Tenggara
yang aman, tertib, dan damai pada tanggal 8 Agustus 1967.
f.       Menjalin kerja sama ekonomi, politik, sosial budaya, dan iptek dengan negara-
negara di dunia.
Di abad globalisasi, ketergantungan antarnegara semakin tinggi, sehingga tidak
mungkin suatu negara hanya menjalin hubungan dengan Negara tertentu saja.
Bagi bangsa Indonesia, tututan globalisasi tidak menjadi penghambat dalam
pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, sebab sejak awal kemerdekaan
Indonesia menjalin hubungan dengan semua bangsa di dunia, tanpa ada

14
pembatasan blok atau kepentingan politik. Sehingga dapat dikatakan, bahwa
politik luar negeri bebas aktif sesuai dengan situasi globalisasi seperti sekarang
ini.
Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif ditujukan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.
B.     Saran
Meskipun kami selaku penulis menginginkan kesempurnaan dalam makalah
ini tetapi kenyataan nya masih banya kekurangan dalam makalah ini yang perlu di
perbaiki oleh penulis. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang di
miliki penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca sangat penulis haarapkan untuk kesempurnaan makalah ini kedepaannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://pkn –ips.blogspot.com/2015/10/politik-luar-negeri-indonesia-dalam-
menjalin-hubungan-internasional.
http://portal-ilmu.com/politik-luar-negeri-indonesia-dalam-menjalin-hubungan
internasional/
http://lets-sekolah.blogspot.cpm/2016/05/politik-luar-negeri-indonesia-
dalam.html?M=1

16

Anda mungkin juga menyukai