Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

FINAL WAWASAN KEMARITIMAN

Dosen Pengampuh:

Kasman Muslimin, S.Pt.,M.Si

Disusun Oleh:

Jul Ferdiansyah

S1B121081

Kelas B

Jurusan Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Haluoleo

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmatdan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Wawasan
Kemaritiman.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yangtelah membantu terwujudnya makalah ini. saya menyadari bahwa dalam
penyusunan tugas inimasih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan
kritikan dan saran yangmembangun dari pembaca demi penyempurnaan tugas ini,
semoga tugas ini dapatdimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Kendari, 6 juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A.Latar belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A.Lingkungan Maritim..........................................................................................................3
1.Ekosistem di laut.............................................................................................................3
2.Pencemaran laut..............................................................................................................5
3.Lumpur Lapindo Merusak Ekosistem Pesisir...............................................................7
4.Sedot Pasir Laut Ancam Ekosistem Laut......................................................................8
B. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi..................................................................................10
1.Riset Maritim Kurang Perhatian, Miskin Data..........................................................10
2.Riset Laut Ilegal Marak................................................................................................10
3.Teknologi Akustik Kuak Rahasia Dasar Laut............................................................11
4.Transplantasi Karang...................................................................................................14
C. Strategi Maritim..............................................................................................................16
1.Aspek Sosial Dan Budaya.............................................................................................16
2.Aspek Ekonomi..............................................................................................................17
3.Aspek Pertahanan Dan Keamanan..............................................................................20
BAB III......................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................23
A.Kesimpulan.......................................................................................................................23
B.Saran..................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki lautan lebih luas dibandingkan
dengan daratan sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sebagai
negara dengan kekuatan yang besar. Dengan posisi yang dimiliki, Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh dan interaksi, baik itu pada lingkungan nasional maupun global.
Sebagaimana diketahui, laut tidak hanya dilihat dari segi fisik dan isinya, tetapi juga
dilihat dari segi geopolitiknya. Permasalahan yang sering terjadi terkait keamanan
maritim seperti perompakan, terorisme, illegal fishing, human tracficking, dan lain
sebagainya, menjadi perhatian penting bagi pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan
perairan Indonesia menjadi salah satu jalur perlintasan internasional. Selain itu, dengan
potensi dan kekayaan yang dimiliki, Indonesia menjadi sasaran bagi negara lain untuk
bisa menggunakan dan mengelola sumber daya alamnya. Indonesia sendiri merupakan
sebuah negara yang didukung oleh posisinya yang strategis dengan memiliki potensi
sumber daya yang sangat kaya (Istianda, 2017, pp. 73-75). Oleh karena itu, Indonesia
menjadi sebagai negara yang strategis dengan luas wilayah yang dimiliki.
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki visi yaitu
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Poros maritim ini merupakan
gagasan yang dibuat untuk mewujudkan sebuah kemajuan bagi negara dengan cara
membangun konektivitas antar pulau, industri perkapalan 2 dan perikanan yang maju,
transportasi laut yang maju, dan keamanan maritim yang kuat (Hidayat & Ridwan,
2017, p. 113). Poros maritim dunia ini telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia
karena selama ini Indonesia belum mampu memanfaatkan letak strategis dari posisi
Indonesia itu sendiri. Apalagi potensi maritim yang dimiliki oleh Indonesia begitu besar
sehingga harus mampu dimanfaatkan agar dapat mensejahterakan rakyatnya. Oleh
karena itu, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo masalah maritim menjadi
fokus utama untuk diselesaikan agar dapat terwujudnya Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Sehingga wilayah laut Indonesia menjadi perhatian penting untuk
dibangun karena dapat menguntungkan Indonesia sendiri. Sebab ancaman terhadap
negara melalui laut sangat mudah dan sering terjadi. Sehingga wilayah Indonesia
menjadi sangat penting untuk dijaga dan diperhatikan oleh pemerintah agar tetap aman
dari ancaman yang datang.
Dengan wilayah Indonesia yang berada di Asia pasifik, maka kawasan ini telah
menjadi perhatian penting bagi pemerintah Indonesia. Asia Pasifik seperti sekarang ini
telah menjadi kawasan dengan perkembangan yang pesat. Kawasan ini juga telah di isi

4
oleh negara-negara yang memiliki perkembangan ke arah yang baik. Oleh karena itu,
Indonesia telah menunjukkan keberadaannya dan dengan aktif ikut menangani berbagai
isu yang timbul di kawasan ini. Di mana isu maritim menjadi isu yang krusial di Asia
Pasifik yang besar wilayahnya merupakan perairan sehingga menyebabkan adanya
sebuah keharusan dalam menjaga keamanan perairan kawasan ini. Sehingga bentuk
upaya dari pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam
mencapai kepentingannya untuk menjadi poros maritim dunia, 3 pemerintah Indonesia
telah melakukan kerja sama dan serius dalam menangani isu-isu terkait kemaritiman
dan keamanan kawasan. Indonesia telah sepakat menjalin kerja sama di bidang maritim
dengan Amerika Serikat. Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk
meningkatkan kerja sama di bidang maritim dengan adanya penandatanganan
Memorandum of understanding antara Indonesia dan Amerika Serikat (U.S Embassy
Jakarta, Kerjasama ASIndonesia di Bidang Maritim, 2015). Kerja sama kedua negara ini
sama-sama saling mendukung antara satu sama lain terhadap kepentingan yang dimiliki
masing-masing.
Namun, Indonesia tidak hanya melakukan kerja sama keamanan maritim dengan
Amerika Serikat, tetapi juga melakukan kerja sama keamanan maritim dengan negara
lain. Di mana Indonesia telah sepakat melakukan kerja keamanan maritim dengan
Jepang (VOAIndonesia, 2016). Selain itu, Indonesia juga melakukan kerja sama
keamanan maritim dengan negara lain, baik itu dengan negara ASEAN maupun negara
luar ASEAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertemuan 5 th Expanded ASEAN
Maritim Forum yang dihadiri seluruh negara anggota ASEAN dan 8 negara mitra
wicara ASEAN (Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, 2017). Sehingga yang
telah dilakukan oleh Indonesia dengan negara-negara mitra kerja samanya merupakan
sebuah komitmen dalam mengembangkan maritim yang lebih baik di masa yang akan
datang.

B. Rumusan masalah
Masalah pokok makalah ini terungkap dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.Apa itu ekosistem laut?
2. Bagaimana teknologi akustik kuak rahasia dasar laut?
3. Apa manfaat transplantasi karang bagi masyarakat pesisir?
4. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Lingkungan Maritim
1.Ekosistem di laut
Ekosistem air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi atau sekitar 71
persen. Dengan keluasan dan potensi yang sangat besar, ekosistem laut menjadi
perhatian orang banyak.

Sementara, Indonesia juga merupakan negara yang terkenal akan kekayaan laut dan
kepulauannya. Diapit oleh dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik, Indonesia memiliki
8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies terumbu karang.Wajar jika
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia atau marine mega-
biodiversity.

Ciri-ciri ekosistem laut yaitu memiliki kadar mineral yang tinggi dengan ion
terbanyak adalah CI- sebesar 55 persen, dan ekosistem laut tidak dipengaruhi iklim atau
cuaca.

Ekosistem air laut terjadi karena interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya
di wilayah lautan. Ekosistem ini memiliki banyak sekali manfaat, seperti sebagai tempat
penelitian, objek wisata, sumber bahan makanan dan minuman, pengendali banjir,
tempat budidaya makhluk laut, dan masih banyak lagi.

Ekosistem laut dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan intensitas cahaya matahari
ke dalam lautan dan berdasarkan kedalaman air laut.

Berdasarkan intensitas cahaya matahari ke dalam lautan, dapat dibagi 3 bagian yaitu:
Daerah fotik, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari dan
kedalaman maksimum 200 meter.

Daerah twilight, yaitu daerah remang-remang yang tidak efektif untuk kegiatan
fotosintesis dan kedalaman antara 200-2000 meter.

Daerah afotik, yaitu daerah yang tidak tembus cahaya matahari dan gelap sepanjang
masa.

Berdasarkan kedalaman air laut, ekosistem air laut dibedakan menjadi empat daerah
yaitu:

6
1. Daerah litoral atau pasang surut
Daerah ini berbatasan langsung dengan daratan. Radiasi matahari, variasi temperatur
dan salinitas berpengaruh pada daerah litoral dibandingkan daerah laut lainnya.

Contoh biota laut yang hidup di sini adalah teripang, bintang laut, udang, kepiting, dan
cacing laut.
2. Daerah neritik
Daerah neritik adalah wilayah laut dangkal karena masih ditembus cahaya sampai
dasar dan kedalamannya sampai 200 meter. Biota di daerah ini adalah plankton, nekton,
neston, dan bentos.

3. Daerah batial atau remang-remang


Kedalaman daerah batial antara 200-2000 meter, dan sudah tidak ada produsen.
Hewannya hanya ada nekton.

4. Daerah abisal
Daerah ini kedalamannya sudah lebih dari 2000 meter, gelap sepanjang masa, dan
tidak ada produsen.

Ternyata, ekosistem air laut dibedakan lagi menjadi lautan, pantai pasir, estuari, dan
terumbu karang.
1. Lautan
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya
secara horizontal.

Berdasarkan kedalaman, sama seperti penjelasan sebelumnya. Ekosistem laut terbagi


menjadi daerah litoral, neritik, batial, dan abisal.

Sementara, berdasarkan wilayah permukaannya secara horizontal dibagi menjadi lima,


yaitu:
Epipelagik, daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 meter.
Mesopelagik, daerah di bawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 meter, yang
dihuni hewan seperti ikan hiu.

Batiopelagik, daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2500 meter, dihuni hewan
seperti gurita.

Abisalpelagik, daerah dengan kedalaman mencapai 4000 meter, yang tidak mampu
ditembus matahari. Di sini tidak terdapat tumbuhan, namun masih ada hewan.

Hadalpelagik, bagian laut paling dasar dengan kedalaman lebih dari 6000 meter. Di
bagian ini biasanya ada lele laut dan ikan taut yang dapat mengeluarkan cahaya.
Produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

7
2. Pantai pasir
Ekosistem ini memiliki hamparan pasir yang luas dan berada di pesisir pantai. Pada
siang hari, ekosistem pasir pantai selalu terpapar sinar yang kuat, dan ekosistemnya
selalu terkena deburan ombak.

3. Estuari
Ekosistem ini berada di wilayah percampuran antara sungai dan air laut. Cahaya
matahari pun masih dapat masuk ke dalamnya. Di dalam ekosistem estuari, ada
ekosistem hutan mangrove dan padang lamun.

4. Terumbu Karang
Ekosistem ini ada di laut dangkal yang jernih sehingga cahaya matahari dapat masuk
ke dalamnya. Organisme yang hidup di sini adalah bintang laut, ganggang, hewan-
hewan spons, berbagai jenis ikan, mollusca, dan terumbu karang.

2.Pencemaran laut
Pencemaran laut adalah peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian
dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut,
yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Selain itu, definisi pencemaran laut mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan laut adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu
dan/atau fungsinya.
Pencemaran laut tidak dapat dipandang hanya sebagai permasalahan yang terjadi di
laut, karena lautan dan daratan merupakan satu kesatuan ekosistem yang tidak dapat
dipisahkan dan terpengaruh satu dengan yang lainnya.
Kegiatan manusia yang sebagian besar dilakukan di daratan, disadari atau tidak,
secara langsung maupun tidak langsung, berdampak terhadap ekosistem di lautan.

Penyebab Pencemaran Air Laut


a. Pencemaran oleh minyak
Kecelakaan kapal tanker pengangkut minyak mentah dalam jumlah besar yang
mengakibatkan tercecernya minyak di lautan sering terjadi. setiap tahun. Pencemaran
minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
di suatu daerah.

b. Pencemaran oleh logam berat

8
Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih
untuk setiap cm , sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam
ringan. Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan bentuk materi anorganik yang
sering menimbulkan berbagai permasalahan pada perairan. Penyebab terjadinya
pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang
terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.

c. Pencemaran oleh sampah


Sekitar 80 persen dari sampah di laut adalah plastik. Plastik dan turunan lain dari
limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan.

d. Pencemaran oleh pestisida


Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Pestisida
sengaja disebarkan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organisme-
organisme lain yang tidak diinginkan. Beberapa pestisida yang dipakai berasal dari
suatu grup bahan kimia yang disebut Organochlorine.

e. Pencemaran akibat proses eutrofikasi


Peristiwa eutrofikasi adalah kejadian peningkatan nutrisi, biasanya senyawa yang
mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang
berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan
kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya mengganggu kestabilan populasi
organisme lain.

f. Pencemaran akibat polusi kebisingan


Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber
seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar
angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti
paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di wilayah yang sebagian besar
ditentukan oleh informasi akustik.

Cara Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Air Laut

Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut :

1. Tidak membuang sampah ke laut.


2. Penggunaan pestisida secukupnya.
3. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
4. Kurangi penggunaan plastik.
5. Tidak meninggalkan tali pancing, jala, atau sisa sampah dari kegiatan memancing
di laut.

9
6. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
7. Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
8. Daur ulang sampah organik.
9. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan
bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran air.
10. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah.
Sementara itu, dari segi perlindungan hukum dalam rangka penanggulangan sampah,
pemerintah telah menerbitkan PP 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Di mana pada pasal 13 dinyatakan bahwa produsen wajib melakukan pendauran
ulang sampah. Pasal 14 Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah.
Sampai saat ini telah banyak upaya yang telah dilakukan dengan berusaha
melakukan pengolahan sampah, konversi ke bentuk lain atau mengolah sampah
menjadi biji sampah, akan tetapi belum bisa diselesaikan dengan maksimal.

3.Lumpur Lapindo Merusak Ekosistem Pesisir


Pakar teknik kelautan Surabaya Prof Ir Mukhtasor M.Eng PhD menilai lumpur di
kawasan eksplorasi PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo yang kini dialirkan ke
sungai telah merusak pesisir dan laut. "Kerusakan pesisir dan laut selama lima bulan
pertama semburan (29 Mei 2006-31 Oktober 2006) menyebabkan kerugian Rp2
triliun," kata guru besar ke-96 ITS Surabaya di kampus setempat, Selasa.
Menjelang pengukuhan dirinya pada 12 Oktober mendatang, guru besar pencemaran
laut itu menyatakan kerugian selama lima bulan pertama itu mencapai Rp5 triliun
dengan Rp2 triliun di antaranya merupakan kerugian kerusakan pesisir dan laut.
"Tentunya, nilai kerugian itu lebih besar lagi setelah empat tahun berlalu dan kerusakan
pesisir dan laut pun lebih dahsyat lagi, karena lumpur dialirkan ke Laut Jawa melalui
Sungai Porong," katanya.
Anggota Dewan Energi Nasional itu mengatakan kerusakan pesisir dan laut dapat
dikatakan lebih dahsyat karena lumpur yang berada di laut akan menghalangi sinar
matahari masuk ke dasar laut. "Dengan berkurangnya sinar matahari sampai ke dasar
laut, maka kehidupan plankton pun terganggu, sehingga kehidupan di dasar laut pun
akan rusak," kata dosen Teknik Kelautan FTK ITS Surabaya itu.
Menurut dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebenarnya mencanangkan
Indonesia menjadi negara produsen perikanan terbesar di dunia pada 2015.
"Pencanangan itu akan sulit atau bahkan mustahil tercapai bila pencemaran laut tidak
terkendali, apalagi Uni Eropa sudah pernah menolak perikanan kita pada tahun 2006-
2007 karena mercury (Hg), cadmium (Cd), dan timbal (Pb)," katanya.

10
Ia menegaskan bahwa pengelolaan pencemaran atau lingkungan seringkali dianggap
sebagai pemborosan, padahal kerugian sosial sebagai dampak kerusakan lingkungan
akan lebih besar. "Buktinya adalah catatan Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi
di China yang mencapai 9 persen, namun bila dihitung dengan masyarakat yang sakit
dan miskin akibat kerusakan lingkungan yang mencapai 5,78 persen, maka
pertumbuhan tinggal 3 persen," katanya.
Ia menambahkan hal penting terkait pencemaran laut di Indonesia saat ini adalah
tumpahan minyak di Laut Timor pada Agustus 2009 yang menumpahkan 500.000 liter
minyak mentah perhari. "Minyak tumpah di Mexico yang mencapai 5.000 barel saja
menyebabkan kerugian Rp10 triliun, tentu kerugian kita lebih besar, tapi kita kesulitan
mengajukan klaim, karena kita belum mempunyai kelembagaan yang serius. Kasus
lumpur Lapindo membuktikan kita masih berpikir politis, bukan berpikir dampak
lingkungan," katanya.

4.Sedot Pasir Laut Ancam Ekosistem Laut


Sebagai negara kepulauan, dengan panjang pantai 95.181 Km dan luas laut 6.159.032
Km2Indonesia menyimpan banyak potensi laut. Potensi laut yang dimiliki Indonesia
yaitu antara lain potensi perikanan, kekayaan pesisir alami, kekayaan bioteknologi,
kekayaan wisata bahari, serta potensi pengembangan transportasi laut. Namun terdapat
fakta menarik, yaitu produksi Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan produksi di
China. Dimana negara China hanya memiliki panjang pantai 30.017 Km dan luas laut
2.287.969 Km2. Hal ini terjadi karena beberapa faktor penyebab salah satunya yaitu
kerusakan ekosistem pesisir. Yang mana kerusakan ekosistem merupakan salah satu isu
strategis yang sedang dihadapi oleh Indonesia.
Salah satu kegiatan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir yaitu
penambangan pasir. Menurut pakar Oseanografi Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr
Mahatma mengatakan ancaman abrasi akan terjadi jika tambang pasir terus beroprasi.
Selai itu menurut pakar Ekologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Syafiuddin Yusuf
mengatakan, dengan beroprasinta tambang pasir akan mengancam keberlangsungan
laut, penurunan organisme, dan peningkatan kekeruhan. Selain yang telah disebutkan
oleh beberapa pakar, dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penembangan pasir yaitu
terancamnya hasil laut.
Dampak dari kegiatan pertambangan pasir salah satunya yaitu abrasi, hal ini juga
akan mengancam ke permukiman warga dibibir pantai. Air laut datang tanpa
penghalang dan dengan mudahnya masuk ke permukiman warga di bibir pantai. Hal ini
juga diperparah dengan kerusakan hutan mangrove. Mengingat fungsi ekologi dari
mangrove itu sendiri yaitu sebagai penahan abrasi dan peredam gelombang air laut,
melindungi pantai dari badai dan taufan serta mencegah dan mengurangi intrusi laut,
memperkuat dan menstabilkan sedimen pantai, dan mengurangi polusi udara dan air.
Kegiatan penambangan pasir juga mengancan hasil laut, riset Central of Information
and Development Studies (CIDES) Indonesia menyebutkan bahwa pengerukan pasir

11
laut berdampak besar bagi ekosistem dan ketahanan pangan. Dampak bioekologi dari
penambangan pasir yaitu kekeruhan, mematikan ikan, dan menganggung proses
pemijahan ikan dan biota lainnya.
Dengan kata lain penambangan pasir berdampak pada ekosistem estuaria. Yang mana
estuaria memiliki fungsi ekologi sebagai habitat pemijahan, asuhan, dan mencari pakan
bagi beberapa organisme dan jenis ikan. Estuaria juga merupakan lingkungan yang
sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan
phytoplankton, dan juga sebagi penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang
bersumber dari daratan.
Hasil rumput laut juga mengalami penurunan karena pasir akan mengurangi
pertukaran gas air permukaan. Proses ini, mempengaruhi fotosintesis oleh mikroalgae
hingga penguapan berkurang. Proses alamiah ini yang berpegaruh besar terhadap
produktivitas rumput laut. Padahal Indonesia merupakan negara pengkontribusi
budidaya rumput laut dunia. Maka dengan adanya penambangan pasir akan merugikan
tidak hanya Indonesia tetapi bisa juga dunia.
Berdasarkan isu strategis yang telah dijabarkan berikut ini merupakan ide yang dapat
menyelesaikan isu strategis tersebut yaitu dengan cara merehabilitasi kawasan pesisir.
Sangat dibutuhkan upaya lebih ekstra untuk mengembalikan fungsi optimal bagi
ekosistem maupun kehidupan masyarakat pesisir. Maka untuk menyelesaikan isu
strategis tersebut dibutuhkan peran masyarakat dalam pelestarian pesisir. Karena
kerusakan ekosistem pesisir itu selain disebabkan oleh faktor alam tetapi juga
disebabkan oleh praktek budidaya perikanan yang tidak berkelanjutan, polusi
lingkungan pesisir, rekalmasi hingga eksploitasi sumber daya laut dan pesisir atau
dengan kata lain oleh ulah tangan manusia itu sendiri.
Selain melibatkan masyarakat sekitar rehabilitasi kawasan pesisir juga melibatkan
pelaku usaha (swasta) serta juga instansi lainnya yang terkait dengan ekosistem pesisir.
Rehabilitasi kawasan pesisir ini berguna untuk mengoptimalkan potensi kelautan dan
perikanan berbasis pesisir. Rehabilitasi ini akan mendorong optimalisasi sumber daya
kelautan, namun hal ini juga membutuhkan waktu yang tidak cepat.
Selain mengoptimalkan sumber daya alamnya juga perlu dilakukan pengoptimalan
sumber daya manusianya dalam memanfaatkan sumber daya alam. Untuk sumber daya
manusianya yang dalam hal ini yaitu nelayan, mungkin bisa dengan memberikan
permodalan maupun asuransi. Mengingat Kementrian Kelautan dan Perimakan
Indonesia mencanangkan trisakti yaitu kesejahteraan, kedaulatan, dan keberlanjutan.
Dimana salah satu kebijakan untuk mencapai trisakti tersebut yaitu dengan melindungi
nelayan.

12
B. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
1.Riset Maritim Kurang Perhatian, Miskin Data
Hasil riset di bidang maritim dan kelautan masih kurang mendapat perhatian
kalangan dalam negeri. Padahal, tidak sedikit produk inovasi yang dihasilkan dari riset
anak bangsa telah dimanfaatkan pihak asing di luar negeri. Sekadar contoh, ikan patin
pasupati hasil pemuliaan dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) justru banyak dipasarkan di Vietnam. "Waktu itu kita kerja sama
penelitian yang dananya dibiayai Prancis. Sudah kita sebarkan ke masyarakat dan dunia
usaha, entah kenapa akhirnya berhenti," ujar Kepala Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
KKP Bambang Gunadi di Jakarta, kemarin. Selain patin, hasil persilangan ikan nila
hitam nirwana betina dan ikan nila biru jantan yang disebut ikan nila srikandi berhasil
menembus penjualan tertinggi di pasar global lewat penanaman modal asing (PMA)
dari Norwegia. Sayangnya, pemasaran masih didominasi eksportir perusahaan asing.

2.Riset Laut Ilegal Marak


Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) Eko Djalmo mengatakan, ada dua faktor yang menjadi
penyebab meningkatnya kegiatan illegal fishing atau pencurian ikan yang dilakukan
kapal-kapal nelayan asing di wilayah perairan Indonesia.
Menurut Eko, kebijakan penghentian sementara atau moratorium penangkapan ikan
yang diterapkan oleh beberapa negara tetangga menjadi penyebab utama. Dengan begitu
nelayan mereka menjadi kesulitan untuk mencari ikan di wilayahnya sendiri dan
memilih untuk memasuki wilayah perairan Indonesia meski secara ilegal.

Ilegal fishing masih terjadi di perairan Indonesia, meskipun berbagai upaya untuk
menanganinya telah dilakukan. Kegiatan ilegal ini tidak semata-mata menjadi persoalan
Indonesia, tetapi juga menjadi persoalan lintas negara karena para pelaku dan
kegiatannya lintas negara, dan oleh karena itu pula, penanganan persoalan ini harus
dilakukan secara lintas negara, terutama melalui kerja sama bilateral. Meskipun telah
terjalin bentuk-bentuk kerja sama bilateral antara Indonesia dengan beberapa negara
tetangga dan juga kerja sama secara regional dalam mengamankan perairan kawasan,
namun hal itu belum dapat mengatasi persoalan illegal fishing di perairan Indonesia.
Oleh karena itu, kerja sama bilateral yang lebih kuat perlu dibangun dan dilaksanakan
secara serius untuk mengatasi persoalan ini. Tulisan hasil penelitian ini akan membahas
perihal kegiatan dan penyebab terjadinya illegal fishing di perairan Indonesia, dan
bagaimana penanganannya secara bilateral di kawasan Asia Tenggara.

13
3.Teknologi Akustik Kuak Rahasia Dasar Laut
Hasil penelitian Prof Indra Jaya, Guru Besar FPIK-IPB Bogor mengungkapkan
bahwa dari ketinggian ribuan kilometer di atas permukaan bumi, dengan bantuan satelit,
kita dapat memotret kepulauan Indonesia dan dapat segera terlihat bahwa 70 persen per-
mukaan kepulauan tersebut merupakan bentangan laut. Demikian dominannya laut
dalam konstalasi geografi Indonesia sehingga bentang kepulauan Indonesia yang luas
ini merupakan sebuah benua maritim. Namun laut bukan suatu bidang datar melainkan
ruang 3-dimensi yang kompleks, dengan dimensi vertikal (kedalaman) bervariasi dari
perairan dangkal dengan kedalam perairan beberapa meter ke perairan laut dalam
dengan kedalaman ratusan bahkan ribuan meter. Penetrasi energi cahaya matahari hanya
dapat menjangkau “lapisan kulit permukaan” dari laut saja; demikian pula energi yang
dipancarkan dari satelit untuk memotret laut hanya dapat menembus sebagian kecil dari
kedalaman laut.Dengan demikian, sebagian besar merupakan laut kita merupakan ruang
yang gelap gulita.
Untuk mengetahui obyek apa saja yang ada atau proses apa saja yang terjadi di laut,
dari permukaan sampai ke dasar laut, digunakan teknologi akustik bawah air. Melalui
teknologi ini dapat di ketahui obyek apa saja yang ada (misalnya ikan, mamalia laut,
vegetasi bawah air, deposit mineral di dasar laut), berapa jumlahnya, kepadatannya,
pada kedalaman berapa. Demikian pula dengan proses yang ada dalam laut, misalnya
pergerakan massa air (arus), besar dan arah kecepatan arus dari waktu ke waktu dapat
dipantau dan diketahui dengan bantuan teknologi akustik.
Teknologi akustik bawah air memanfaatkan sifat gelombang suara yang merambat
sangat baik dalam medium air. Dalam air laut yang bersifat konduktif dan keruh
kebanyakan gelombang elektromagnetik (gelombang cahaya dan radio) akan berkurang
energinya (teratenuasi) dengan cepat dalam jarak beberapa ratus bahkan puluh meter
saja. Jika penetrasi cahaya praktis hanya dapat mencapai beberapa puluh meter di
bawah lapisan permukaan, maka gelombang suara dapat mencapai dasar laut sampai
kedalaman ribuan meter. Selain itu gelombang suara dapat merambat dalam air
puluhan ribu meter melintasi samudera luas.
Teknologi akustik bawah air menggunakan instrumen yang dilengkapi dengan
transduser, piranti yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dan
sebaliknya, sehingga dapat memancarkan dan menerima suara. Instrumen akustik
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu bahan, yang menghasilkan transduser
berkualitas.Pada awalnya transduser dibuat dari bahan kuartz elektrostriktif kemudian
digantikan oleh magnetostriktif yang berbahan dasar nikel, dan akhirnya berbahan
piezoelektrik. Selanjutnya, transduser berberkas gelombang suara tunggal (single-beam)
berkembang menjadi dual-beam dan akhirnya split-beam; dari frekuensi tunggal
menjadi frekuensi ganda (multi-frequency). Untuk meningkatkan ketajaman
(sensitivitas) deteksi transduser, dikembang sistem untaian (array) yang merajut
rangkaian transduser tunggal menjadi satu kesatuan dan kemudian diikuti dengan
pengembangan teknologi pembentukan berkas gelombang (beamforming). Demikian
pula dari sisi pemindaian (scanning), telah dikembangkan side scan sonar. Gabungan

14
dari frekensi berganda dan sistem side scan ini melahirkan sistem berkas gelombang
suara berganda (multibeamsystem) yang sangat tajam mendeteksi kontur dasar perairan.
Instrumen akustik mulai dikembangkan pada akhir abad ke 19, jadi sudah lebih dari
seabad, dan menjadi instrumen yang handal dalam bentuk echo-sounder sekitar 1925.
Perkembangan yang nyata dicapai selama Perang Dunia II, terutama dipicu oleh perang
bawah air (kapal selam). Seiring dengan perkembangan elektronika dan pemrosesan
sinyal, berbagai variant instrumen akustik telah dikembangkan untuk berbagai aplikasi.

Aplikasi Teknologi Akustik


1. Aplikasi Teknologi Akustik Untuk Pengukuran Kedalaman Laut
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa suara merambat sangat baik dalam
air. Sifat fisik suara ini dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, antara
lain untuk pengukuran ke dalam laut (bathymetri). Pemanfaatan sifat suara pertama kali
dan sampai saat ini paling banyak digunakan untuk aplikasi bawah air adalah untuk
mengukur kedalaman laut. Saat ini hampir semua kapal bermotor dilengkapi dengan alat
pemeruman (echo-sounder) untuk memastikan kapal tidak kandas dengan memantau
secara terus menerus jarak antara lunas kapal dan dasar perairan. Dengan
berkembangnya teknik pemrosesan sinyal, energi suara yang dipancarkan kembali dapat
dianalisis untuk mengetahui karakteristik sedimen dasar laut. Demikian pula dengan
terumbu karang dan vegetasi bawah air yang melekat atau bagian dari dasar laut dapat
dikuantifikasi.
Instrumen akustik untuk eksplorasi dasar laut ini adalah alat pemeruman
(echosounder). Alat ini merekam waktu tunda, antara waktu pemancaran gelombang
suara dengan waktu penerimaan pantulan gelombang suara dari dasar laut yang diterima
oleh transduser, dan dengan mengetahui atau mengasumsikan kecepatan perambatan
gelombang suara dalam air maka dapat dihitung kedalaman dari hasil perekaman waktu
tunda tersebut. Walaupun secara prinsip pengukuran kedalaman laut ini tampak
sederhana, namun dalam prakteknya tidak demikian. Pancaran gelombang suara yang
mengenai dasar perairan dari alat pemeruman bertransduser tunggal akan mengenai
permukaan dasar laut yang cukup luas.
Untuk dasar laut yang berkontur, kasar atau tidak rata maka hal ini dapat
menimbulkan kegamangan (ambiguity) dalam pengukuran waktu tunda karena hanya
pantulan yang kembali pertama kali yang digunakan dalam perhitungan kedalaman.
Untuk mengatasi masalah ini luas permukaan dasar laut yang dikenai gelombang suara
mesti dibuat lebih kecil atau sempit, misalnya dengan menggunakan untaian transduser
penerima (hydrophone array) yang dapat memusatkan berkas energi suara yang diterima
atau meningkatkan kepekaan penerimaan pada arah tertentu. Selanjutnya, jika pada
masing-masing elemen dari untaian transduser penerima ini dibuat dapat merekam
sendiri-sendiri pantulan gelombang yang diterima, maka pola kepekaan untaian

15
transduser penerima dapat diubah dengan mudah dengan cara mengganti parameter
pengolahan data yang direkam.
Dengan kata lain, untaian transduser penerima dapat diarahkan untuk mengamati
sudut datang dari berbagai arah. Teknik inilah yang kini digunakan pada instrumen
akustik Multi Beam Echo Sounder (MBES), yang merupakan state of the art instrumen
survei bathymetri. Sebagai ilustrasi, dalam suatu survei bathymetri, dengan bantuan
MBES, dapat dihasilkan peta tiga dimensi, dengan lebar sapuan 5-8 kali kedalaman
perairan. Untuk menjangkau berbagai kedalaman laut digunakan frekuensi gelombang
suara yang berbeda-beda, misalnya untuk kedalaman hingga 11.000 meter digunakan
frekuensi yang relatif rendah, yakni 12 kHz, sedangkan untuk perairan dangkal (kurang
dari 200 meter) digunakan 100-500 kHz. Akurasi dari pengukuran adalah sekitar 0,5
persen, atau dalam kisaran sentimeter untuk laut dangkal dan desimeter untuk laut
dalam.
2.Aplikasi Teknologi Akustik untuk Identifikasi dan Klasifikasi Sedimen Dasar Laut
Identifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut sangat penting tidak hanya untuk
keperluan pengkajian mineral dasar laut tetapi juga karena adanya asosiasi sedimen
dasar laut dengan biota laut yang hidup di lingkungan dasar laut, seperti udang,
kepiting, kerang-kerangan dan berbagai jenis ikan demersal.Sewaktu gelombang suara
yang dipancarkan oleh instrumen akustik mengenai dasar laut, sebagian energi
gelombang suara tersebut dipantulkan atau dihamburbalikkan. Besarnya intensitas
pantulan suara dari dasar laut umumnya tergantung pada sudut datang gelombang suara,
tingkat kekerasan (hardness), tingkat kekasaran (roughness) dasar laut, komposisi
sedimen dasar laut dan frekuensi suara yang digunakan.
Akhir-akhir ini, salah satu pemicu perkembangan dan aplikasi teknologi akustik
adalah adanya kebutuhan untuk pengelolaan sumberdaya laut berbasis ekosistem,
dimana diperlukan antara lain peta klasifikasi sedimen dasar laut. Upaya identifikasi dan
klasifikasi sedimen dasar laut dengan memetakan energi hambur balik akustik telah
dilakukan beberapa peneliti Indonesia dan kompilasi hasil penelitian mengukuhkan
bahwa teknologi akustik sangat potensial dijadikan salah instrumen baku untuk
identifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut.
3.Aplikasi Teknologi Akustik Untuk Deteksi dan Kuantifikasi Ikan
Deteksi ikan pertama kali dilaporkan oleh Kimura (1929). Teknologi instrumentasi
akustik mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 30 tahun terakhir, khususnya
perkembangan transduser dari sistem berkas gelombang tunggal (single-beam), ke dwi
(dual-beam) dan terakhir ke berkas gelombang terbagi (split-beam). Perkembangan
transduser yang terakhir ini mampu mendeteksi posisi dan orientasi ikan tunggal dengan
sangat akurat.Dengan demikian kecepatan dan lapisan renang ikan dapat dihitung
dengan akurat pula.
Kemampuan teknologi akustik dalam mendeteksi posisi ikan tunggal tidak serta
merta identik dengan kemampuan mengidentifikasi individu spesies ikan tersebut. Riset

16
untuk identifikasi spesies ikan dengan teknologi akustik masih terus berlangsung dan
saat ini hasil terbaik yang telah dicapai adalah dalam tahapan identifikasi spesies
kawanan atau kelompok ikan. Pendugaan stok ikan di daerah tropis merupakan tan-
tangan tersendiri, lebih kompleks dan rumit karena tingkat keanekaragaman spesies
yang tinggi.Identifikasi kawanan ikan ini perlu dilengkapi dengan klasifikasi kawanan
berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan identifikasi, dan
struktur kawanan yang menggambarkan secara rinci pembentukan kawanan ikan dalam
kolom air.

4.Transplantasi Karang
Transplantasi Terumbu Karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu
karang yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan karang
hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau
menciptakan habitat baru. Teknik ini semakin populer baik di pihak pemerintah (KKP-
red) maupun di kalangan masyarakat.
Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk
pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu
karangsecara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan Terumbu Karang;
(4). Untuk tujuan pariwisata;(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan
statusterumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.)
Untuk tujuan penelitian. Tercatat hampir seluruh dinas perikanan kota maupun provinsi
di Indonesia yang memiliki kawasan terumbu karang dan mulai rusak mempunyai
program rehabilitasi karang melalui teknik transplantasi karang.
Seiring dengan perjalanan di lapangan, telah muncul beberapa persepsi yang
cenderung salah kaprah mengenai teknik transplantasi karang tersebut. Program
rehabilitasi yang tidak didukung dengan sosialisasi mengenai pentingnya terumbu
karang membuat program rehabilitasi ini diartikan sebagai salah satu cara yang paling
efektif atau bahkan sebagai satu-satunya cara yang efektif untuk merehabilitasi karang.
Sehingga teknik ini menjadi populer dan muncul persepsi di masyarakat bahwa jika
terumbukarang mulai rusak maka saatnya dilakukan transplantasi karang. Beberapa
kasus terjadi ketika nelayan sadar bahwa tangkapan ikan karangnya mulai menurun, dan
mereka menganggap bahwa transplantasi karang dapat mengembalikan stok ikan karang
dengan cepat. Di sisi lain praktik perikanan yang tidak lestari masih terus berlangsung.
Padahal kegiatan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan kerusakan
karang yang pada akhirnya stok ikan karang pun menurun. Sehingga usaha-usaha
perlindungan kawasan menjadi pilihan yang tidak populer dan menurut mereka
cenderung merugikan karena adanya pembatasan mengenai penggunaan alat tangkap
maupun pembatasan fishing ground.
1. Pemulihan Terumbu Karang yang Telah Rusak.
Transplantasi karang dengan tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak
dilakukan dengan memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang

17
kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya
sebagai berikut: (1) Lokasi pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah
rusak (tidak boleh jauh dari lokasi penanaman) dengan kondisi terumbu karang yang
masih baik. (2) Antara lokasi pengambilan bibit dengan lokasi terumbu karang yang
telah rusak mempunyai kondisi lingkungan (kedalaman dan keadaan arus) yang mirip.
(3) Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat, dan
tidak melakukan pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan
untuk menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok. (4) Transportasi bibit dari
lokasi pengambilan bibit dengan lokasi transplantasi tidak lebih dari satu jam.
2. Pemanfaatan Terumbu Karang Secara Lestari (Perdagangan Karang Hias).
Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan
potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang
diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk
karang hias yang akan diperdagangkan. Teknik dan prosedurnya sebagai berikut: (1)
Dilakukan oleh pengusaha karang hias yang telah mempunyai izin sebagai eksportir
karang hias. (2) Jenis-jenis karang hias yang dibiakkan adalah jenis-jenis karang hias
yang diperdagangkan untuk pembuatan aquarium dan tidak diperdagangkan sebagai
karang mati. (3) Jumlah bibit karang hias yang akan ditanam sebagai induk karang hias
sesuai dengan kuota yang telah memperoleh persetujuan dari MA. (4) Pengusaha
melaporkan kepada MA tentang waktu kapan penanaman dimulai, lokasi pembiakan,
jumlah, dan jenis karang hias yang akan ditanam.
3. Perluasan Terumbu Karang
Transplantasi terumbu karang dengan tujuan perluasan terumbu karang merupakan
suatu usaha untuk membuat habitat terumbu karang baru atau merubah habiat lain di
luar habitat terumbu karang menjadi habitat terumbu karang.
Persyaratan teknik dan prosedur pengambilan bibit dan tempat pengambilan bibit sama
dengan persyaratan pada transplantasi terumbu karang untuk tujuan pemulihan terumbu
karang yang rusak.
4. Tujuan Pariwisata
Transplantasi karang untuk tujuan wisata dibedakan dari transplantasi karang untuk
tujuan perluasan terumbu karang. Tujuannya adalah untuk membuat habitat terumbu
karang yang tinggi keanekaragaman hayatinya. Atau membuat panorama yang indah
didasar laut seperti halnya di ekosistem terumbu karang. Untuk itu bibit karang yang
akan dipindahkan harus terdiri dari jenis-jenis karang yang beraneka ragam bentuk dan
warnanya.
Substrat dasar buatan harus menggambarkan bentuk dasar yang menarik dan tahan
terhadap arus dan air laut. Selain itu, juga harus dibuat peta lokasi trasplantasi karang
menurut kelompok atau jenis karang dan kedalamannya. Peta ini sangat berguna bagi
para wisatawan maupun kelompok pelestarian terumbu karang.
5. Membangun Kesadaran Masyarakat
Transplantasi karang dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat dilakukan
oleh masyarakat pesisir yang sudah menyadari dampak negatif akibat kerusakan

18
terumbu karang. Kegiatan pelatihan teknik transplantasi karang, cara penentuan lokasi
pembibitan, cara pengambilan bibit dari induknya, cara pengangkutan bibit, cara
penempelan bibit pada substratnya, dan selanjutnya cara pemeliharaannya dilaksanakan
secara konsisten kepada masyarakat pesisir. Dengan menjaga keutuhan hasil
transplantasi terumbu karang, masyarakat nelayan akan dapat merasakan hasilnya.
6. Pengelolaan Perikanan
Transplantasi karang dengan tujuan meningkatkan produksi perikanan sering
disebut“Fish Aggregation Device” (FAD), yaitu suatu cara yang digunakan untuk
mengubah suatu perairan yang sepi ikan menjadi perairan yang banyak ikan. Terumbu
karang buatan dibangun di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi
menangkap ikan di terumbu karang, tetapi berpindah di terumbu karang buatan.

C. Strategi Maritim
1.Aspek Sosial Dan Budaya
Aspek Sosial dan Budaya MaritimAspek sosial merupakan kajian yang perlu dan
harus dilakukan dalamsetiap tahap proses pelaksanaan pembangunan. Karena
pembangunan harusdi pandang sebagai suatu aktifitas, yang menyeluruh, yang pada
hakikatnyaadalah dari masyrakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat
dalammewujudkan kehidupan yang layak berkeadialan dan bersejahtera.
Salah pondasi keaguangan bangsa indonesia adalah budayamaritim yang kuat.
Budaya melaut dan bertempur sudaah lama di miliki bangsa indonesia, yang
membangun kekuatan maritim untuk di gunakansebagai intrumen politik.
Menurut profesor Koenjara Ningrat kebudayaan adalah sebuahsistem gagasan,
tindakan dan hasil karya yang di hasilkan daalaam rangkakehidupan manusia dan di
jadikan hak milik manusia melalui proses belajar.Bahwa kebudayaan itu meliputi
gagasan tindakan dan hasil karya manusia. Jadi hasil karya seprti cara bertutur teori
ideologi, dan arsitektur rumah itudapat kategorikan dalam kebudayaan. Bahkan cara kita
berjalan atau makanyang berbeda dari satu tempat ketempat lain itu pun kebudayaan.
Contohadalah penggunaan sendok dan garpu ketika makan oleh masyarakat barat,akan
berbeda dengan masyarakat timur tradisional yang langsungmenggunakan tangan.
Kebudayaan meliputi semua aspek kehidupan manusia. Tujuanawal dari adanya
kebudayaan itu adalah untuk mendukung kehidupanmanusia seperti cara berpakaian
yang merupakn bagian dari kebudayaan.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh yang bersifatkompleks,abtrask dan
luasMasyarakat maritim menyakini bahwa lautan yang di mililki olehmereka
berdasarkan pembagian kawasan laut yang disahkan oleh kepaladesa itu merupakan
suatu sumber daya alam yang di jadiakan untukmemenuhi kebutuhan hidup dan
lebihnya di jual untuk ke untungan. Tidak jarang di temukan bahwa masyarakat pesisir

19
dan pulau-pulau kecil belumtentu memilih laut sebagai lahan mata pencarian utama.
Demikian pula,pada menunjukan pola dari karekter yang berbeda dari kawasan
perairansatu ke kawasan lain memiliki pola yang berbeda.
Adat istiadat yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulaukecil sangatlah
beragam pula sangatlah berpula,di beberapa tempat sering di jumpai adanya budaya
pengaturan lahan laut atau sering di sebut hakwilayah laut. Aturan –atuaran semacam
ini merupakan suatu ke arifan lokalyang perlu di hargai sesuai dengan undang-undang
dasar 1945 pasal 18B ayat 2 yang di sebutkan bahwa negara mengakui dan
menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnyasepanjang hidup dan sesuaai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsipnegara perstuan republik indonesia yang di atur dalam UUD.
Unsur nilai budaya bahari yang dianggap potensial untukdirevitalisasi dan
dikembamngkan kedepan sebagai landasan bagipembangunan budaya bahari di
indonesia pada segala unsur atau aspeknya.Unsur-unsur nilai dan norma budaya positif
yang mengakar dalam berbagaikelompok nelayan dan pelayar dari berbagai suku
bangsa.
Tentang nilai –nilai budaya bahari tersebut, tidak diasumsikandianut dan
diaplikasikan oleh kelompok atu komunitas masyarakat nelayanpada umumnya dan
berlaku pada semua periode waktu atau masa.Sebaliknya, keberadaan sebagian besar
unsur nilai budaya bahari tersebut bersifat konstektual. Misalnya, kenberanian dan
petualangan keketatanorganisasi kerjasama etos ekonomi yang tinggi, wawasan
kelautan,multikulturalisme, nasionalisme, dan sikap keterbukaan, banyak dimiliki
nelayan dan pelayar.
Akibat dari adanya pengelolaan laut yang berlebihan makakerusakan ekosistem
lautseperti yang pernah terjadi di beberapa daerahseperti di papua dan di nusa tenggara
barat yang di sebabkan daripembuangan limbah dari perusahaan asing yang beroperasi
di daerahtersebut. Dalam dunia pelayaranpun kepentingan nasional juga harusmenerima
dampak dari diterapkannya pasar bebas. Variabel utama dalampengelolaan sumber daya
kelautan untuk mewujutkan kesejahteraan adalahdengan melakukan kecerdasan atau
pembangunan sumber daya manusia(SDM). SDM terbangun baik secara alamiah dan
rekayasa akan mampu membentuk kegiatan penduduk yang mewujudkan cita-cita
nasional yaitutercapainya rakyat indonesia yang adil dan makmur. Sumber daya
manusiayang terbangun secara alamiah merupakan rakyat yang tingaal di daerah pesisir
(masyarakat nelaayan). Mereka telah hidup dan di bentuk oleh alamuntuk memenuhi
kehidupan sehari-harinya. Kita tidak meragukankemampuan mereka dalam m engelola
sumber daya alam kelautan yang berorientasi pada kearifan lokal.

2.Aspek Ekonomi
Ekonomi maritim adalah berbagai jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan di pesisir
laut dan wilayah sekitarnya. Pengertian lainnya adalah kebijakan ekonomi yang diambil
oleh negara kepulauan demi memeratakan ekonomi pembangunan.

20
Apa saja yang termasuk kegiatan ekonomi di dalamnya antara lain industri kapal,
pelelangan ikan, pariwisata laut atau pantai dan juga pelabuhan. Penerapan ekonomi
maritim ini tentu saja tepat dilakukan di Indonesia.
Luas wilayah laut di Indonesia yaitu 5,8 juta km berpotensi memiliki sumber daya
laut yang melimpah. Hanya saja baru 10% saja yang bisa dikerjakan, oleh karena itu
pengembangan dibutuhkan dibutuhkan.
Pengertian ekonomi maritim pun tepat diterapkan untuk bisa mengoptimalkan dan
melestarikan sumber daya laut yang ada di Indonesia. Demi terlaksananya
pengembangan, ada beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan di Indonesia.
 Kebijakan Pembangunan Jalur Tol Laut
Tujuan diterapkannya kebijakan ini adalah untuk meningkatkan pelayanan daerah
tertinggal, terdepan serta terluar dari perbatasan. Selain itu, juga membantu angkatan
laut melakukan pelayaran rutin.
Hadirnya tol laut dapat mengurangi selisih harga antar pulau yang terlalu tinggi
sehingga kesejahteraan ekonomi daerah meningkat. Indonesia telah meluncurkan 15
trayek yang dimulai sejak tahun 2015.
Trayek pembangunan tol laut ini dilaksanakan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia
(PT. PELNI). Contoh yang sampai saat ini terus dilaksanakan adalah pengiriman kapa
ternak dengan muatan sapi untuk menyuplai daging di DKI Jakarta.
 Kebijakan Pembangunan Pelabuhan Laut Dalam
Pelabuhan adalah jalur utama yang penting harus dibangun, karena fungsinya pada
proses perdagangan antar pulau sangat krusial. Khususnya untuk pelabuhan yang
digunakan untuk muat barang.
Secara umum sebuah pelabuhan harus memiliki beberapa fasilitas mulai dari
tambatan atau dermaga, kolam pelabuhan, alur pelayaran, gudang, lapangan, gedung
kantor sampai lapangan parkir.
Fungsi dari pelabuhan selain untuk bongkar muat barang adalah naik turun
penumpang dan berlabuhnya kapal. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas
keamanan dan keselamatan kegiatan pelayaran.
 Kebijakan Industri dalam Perkapalan Negeri
Industri perkapalan Indonesia masih belum memiliki daya saing mengingat kualitas
produk yang masih kurang baik. Alasannya tidak lain karena SDM yang kurang mampu
dan belum memanfaatkan teknologi modern.
Menilik hal tersebut, pemerintah pun memberikan kebijakan pengembangan sejalan
dengan dua kebijakan di atas. Dampak kemajuan pun mulai terlihat dengan adanya
peningkatan lebih dari 250 perusahaan yang memproduksi sampai angka 1 juta DWT.

21
 Kerjasama dalam ASEAN Community
Kebijakan ekonomi maritim selanjutnya adalah dengan menjalin kerjasama dalam
ASEAN Connectivity. Persiapan pembangunan lima pelabuhan besar yaitu di
Jakarta, Sumut, Makassar, Kalimantan dan Surabaya.
Bahkan 14 dari 47 pelabuhan dikembangkan ASEAN ada di Indonesia. Semua
pelabuhan ini akan digunakan untuk berbagai jenis proyek penting. Pembangunannya
pun melibatkan pihak swasta.
5 Pilar Utama dalam Pembangunan Industri Maritim Indonesia

Demi berhasilnya kebijakan yang telah dicanangkan, industri maritim Indonesia


mengacu pada lima pilar utama. Kelima pilar pembangunan tersebut adalah:
 Pembangunan Budaya Maritim di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang harus disadari oleh seluruh
bangsanya. Kesadaran akan identitas bangsa yang memiliki kekayaan sumber daya alam
laut lebih besar..
Oleh karena itulah pembangunan dalam bidang ini perlu terus dilakukan dan
ditingkatkan demi kesejahteraan masa depan.
 Pengelolaan Sumber Daya Laut yang Lebih Terjaga
Penerapan semua kebijakan ekonomi maritim tidaklah mudah, sehingga butuh
kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Kerjasama yang baik dapat
meningkatkan pangan kedaulatan laut.
Selain itu menghindari eksploitasi sumber daya laut sehingga pengembangan industri
perikanan tetap aman. Salah satunya adalah dengan nelayan yang menjadi pilar utama.
 Memprioritaskan Pengembangan Infrastruktur dan Konektivitas
Pada pilar ketiga ini lebih mengacu pada pembangunan infrastruktur, contohnya
adalah kebijakan pengembangan tol laut. Selain itu ada juga logistik, industri, bidang
perkapalan serta pariwisata mairit.
 Pembangunan Diplomasi Maritim
Diplomasi maritim ini turut menjadi pilar yang penting demi menghilangkan konflik
yang sering terjadi di wilayah laut. Misalnya saja pencurian ikan dari negara lain,
perlombakan, pencemaran lingkungan laut, dll.
 Pembangunan Kekuatan dan Pertahanan Maritim
Selain diplomasi maritim, demi menjaga konflik maka Indonesia perlu membangun
kekuatan serta pertahanan dalam bidang maritim.

22
Manfaat Ekonomi Maritim bagi Indonesia
Mengacu pada kelima pilar pembangunan serta kebijakan dalam perekonomian
maritim, seperti apa manfaat yang dirasakan? Berikut ini beberapa manfaatnya.
 Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Terwujudnya tol laut sangat membantu aktivitas perekonomian antar pulau. Bagi
masyarakat yang tinggal di daerah terdepan, tertinggal ekonomi telah meningkat secara
berkelanjutan.
 Kesejahteraan Pelaku Usaha
Dalam perekonomian maritim pelaku usaha adalah nelayan, pembudidaya ikan serta
masyarakat kelautan yang skalanya kecil. Semua pelaku usaha inilah yang akan
mendapatkan kesejahteraan jauh lebih baik.

3.Aspek Pertahanan Dan Keamanan


Sebagai negara yang berada di antara dua benua dan dua samudera, sudah
seharusnya Indonesia membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal ini diperlukan
bukan saja untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim Indonesia, tetapi juga
untuk menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritm bagi seluruh kapal
Indonesia maupun kapal-kapal dari negara lain yang berlayar melalui perairan Indonesia
baik dari barat ke timur maupun dari utara ke selatan.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Republik Indonesia saat membuka Seminar
Internasional Industri Pertahanan pada pameran produk-produk industri pertahanan
“Indo Defence 2016 Expo & Forum, Kamis (3/11) di Jakarta International Expo,
Kemayoran, Jakarta. Seminar ini mendiskusikan isu-isu kerjasama internasional melalui
inovasi teknologi dalam rangka keamanan maritim di kawasan.
Menhan mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan di mana sebagian besar
wilayahnya merupakan lautan dan terletak di posisi silang antara dua samudra dan dua
benua, menjadikan keniscayaan bagi Indonesia fokus kepada pembangunan aspek
kemaritiman.
Menurut Menhan, tantangan yang dihadapi di bidang keamanan maritim akan terus
diwarnai oleh pencurian sumber daya alam, perompakan, terorisme, perdagangan
manusia serta sengketa perbatasan. Untuk itu komunikasi yang baik antar negara sangat
diperlukan agar permasalahan tersebut dapat dengan cepat terselesaikan.
Dalam hal ini, Kemhan dan TNI juga dituntut untuk mampu mengadapasi strategi
militernya dalam menghadapi tantangan tersebut yakni dengan melakukan penyesuaian
dalam menentukan kebutuhan dengan tantangan yang dihadapi.
Lebih lanjut Menhan mengatakan, telah menjadi komitmen pemerintah dalam kurun
waktu lima tahun ini dan seterusnya, Indonesia melanjutkan program pembangunan

23
postur pertahanan dan meningkatkan kemampuan pertahanan nasional.
Untuk mewujudkan hal diatas, maka kerjasama yang telah terjalin selama ini antara
Indonesia dengan negara sahabat diharapkan dapat saling menguntungkan bagi industri
pertahanan dalam negeri dan luar negeri, sehingga Indonesia akan mampu
meningkatkan kemandiriannya dalam memproduksi Alutsista.
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno yang juga hadir
menjadi pembicara utama dalam seminar tersebut mengatakan, Indonesia harus menjaga
dan mengelola sumber daya laut dengan memberikan prioritas kepada infrastruktur dan
koneksifitas maritim serta industri perkapalan termasuk peralatan pertahanan keamanan.
Untuk itu, Indonesia mengajak kepada semua mitra untuk dapat saling bekerjasama di
bidang kemaritiman. “Kelautan harus bisa menyatukan kita dan bersama – sama
menghilangkan sumber konflik pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa
wilayah, perompakan dan pencemaran di laut”, tambahnya.
Hal di atas akan menjadi fokus Indonesia dalam rangka mewujudkan poros maritim
dunia. Indonesia sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera memiliki
kewajiban untuk membangun kekuatan pertahanan maritim yang handal dan
profesional, baik dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun perlengkapan
peralatan pertahanan keamanan yang memadai dan didukung oleh kemampuan industri
pertahanan yang mandiri.
“Profesionalitas SDM pada TNI menjadi kekuatan yang disegani di tingkat dunia.
Kekuatan tersebut harus didukung dengan kemampuan teknologi dan ketersediaan alat
peralatan pertahanan keamanan untuk menjaga wilayah udara, permukaan laut dan
dibawah laut”.

4.Kebijakana Pembangunan Berbasis Maritim


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan
terbesardi dunia, sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, Indonesia merupakan salah
satu negarayang memiliki Sumber Kekayaan Alam Laut (SKAL) yang menjanjikan
untuk dieksplorasi dandieksploitasi sebagai penggerak utama pembangunan nasional.
Maka pantas jika kurun waktu inipemerintahan Jokowi-JK menjadikan
maritim sebagai pusat pembangunan ekonomi. Adabeberapa sektor yang berpotensi
dalam perairan Indonesia. Sektor-sektor tersebut adalah (1)Sumber daya dapat pulih
(ikan dan biota lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, pulau-pulaukecil) (2) Sumber
daya tidak dapat pulih (minyak dan gas, bahan tambang dan mineral) (3)Energi kelautan
(gelombang, pasang surut, Ocean Thermal Energy Conversion, angin) (4)
Jasalingkungan (media transportasi, komunikasi, iklim, keindahan alam, penyerap
limbah).Bayangkan jika keempat sektor potensi tersebut di Optimalkan secara
maksimal. Kesejahteraanmasyarakat Indonesia terutama daerah pesisir laut akan
terjamin. Potensi kelautan Indonesiadiperkirakan 1.2 trilliun USD, yang dapat menyerap

24
tenaga 40 juta tenaga kerja. Dari potensi taktereksploitasi (sleeping potency), kontribusi
seluruh sektor kelautan (11 sektor) terhadap PDBIndonesia terhitung 20 %.
Diperhitungkan sekitar Rp 300 trilliun potensi ini hilang dari illegal,unreported and
auregulated fishing (IUUF), yang merupakan kerugian besar bagi bangsaIndonesia.
Selanjutnya dikatakan 70% produk Indonesia dieksport melalui Negara
Singapura(Dahuri, 2014).Namun jika kita melihat kenyatanya saat ini begitu ironis
dengan kekuatan potensisumberdaya laut, pada kenyataannya geliat ekonomi sektor
perikanan belum sesuai harapan.Masyarakat nelayan Indonesia, sebagai pemangku
kepentingan utama perikanan, masihtertinggal dan menjadi masyarakat terpinggirkan,
karena belum memperoleh keuntungan danmanfaat dari pengelolaan sumberdaya laut.
Inikah yang namanya hidup miskin di negara kaya.Pada dasarnya segala bentuk
produksi sumber daya alam di Indonesia harus berdasarkan pasal 33
ayat (3) UUD 1945 bahwa: “Bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya dikuasai oleh
negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakya
t”. Ayat tersebut adalah ayat induk
sistem eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia. Pemerintahan sebagai

pemangku kebijakan dan penguasa sumber daya alam harus mengupayakan untuk
kesejahteraanrakyat Indonesia.Merebut kembali potensi maritim dan mensejahterakan
rakyat Indonesia dari hasilmaritim adalah pekerjaan rumah Indonesia
saat ini. Sluruh aspek kebangsaan mulai dariinstintusi pemerintaah hingga struktur
paling dasar negara perlu mendorong kedaulatan maritimIndonesia. Indonesia harus
berdaulat dalam maritim di berbagai sektor mulai dari pertahanan,ekonomi, dan budaya
maritim untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Tidak bisadipungkiri saat ini
keberadaan maritim menjadi poros pembangunan bangsa. Pembangunandigencarkan
dan berporos pada laut Indonesia. Tentu, bukan pekerjaan mudah dan banyakrintangan
menghalang untuk menuju pembangunan maritim. Berbagai aspek berlu dibenahimulai
dari kebijakan hingga pelaksanaan agenda pembangunaan. Tidak lain tujuannya
adalahmemanfaatkan maritim Indonesia sebagai poros pembangunan yang pada
nantinya berimbaspada kesejahteraaan rakyat.Konsep poros maritim memiliki 5 pilar
yaitu (1) Budaya maritim; (2) Pengelolaan sumber daya laut: (3)Konekvitas maritim; (4)
Diplomasi maritim; dan (5) Pertahanan maritim. Dari kelima pilar ini,pertahanan
maritim lebih tajam jika diterjemahkan sebagai kedaulatan laut, merupakan syarat
mutlak agar NKRIbisa menjadi poros maritim dunia. Agenda selanjutnya adala
menyusun kebijakan, regulasi dan pengawalanpelaksanaan.

25
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pencemaran laut tidak dapat dipandang hanya sebagai permasalahan yang terjadi di laut,
karena lautan dan daratan merupakan satu kesatuan ekosistem yang tidak dapat
dipisahkan dan terpengaruh satu dengan yang lainnya.
Mengingat fungsi ekologi dari mangrove itu sendiri yaitu sebagai penahan abrasi dan
peredam gelombang air laut, melindungi pantai dari badai dan taufan serta mencegah
dan mengurangi intrusi laut, memperkuat dan menstabilkan sedimen pantai, dan
mengurangi polusi udara dan air.
Penetrasi energi cahaya matahari ha¬nya dapat menjangkau “lapisan kulit permukaan”
dari laut saja; demikian pula energi yang dipancarkan dari satelit untuk memotret laut
hanya dapat menembus sebagian kecil dari kedalaman laut.Dengan demikian, sebagian
besar merupakan laut kita merupakan ruang yang gelap gulita.
Alat ini merekam waktu tunda, antara waktu pemancaran gelombang suara dengan
waktu penerimaan pantulan gelombang suara dari dasar laut yang diterima oleh
transduser, dan dengan mengetahui atau mengasumsikan kecepatan perambatan
gelombang suara dalam air maka dapat dihitung kedalaman dari hasil perekaman waktu
tunda tersebut.
Aplikasi Teknologi Akustik untuk Identifikasi dan Klasifikasi Sedimen Dasar Laut
Identifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut sangat penting tidak hanya untuk
keperluan pengkajian mineral dasar laut tetapi juga karena adanya asosiasi sedimen
dasar laut dengan biota laut yang hidup di lingkungan dasar laut, seperti udang,
kepiting, kerang-kerangan dan berbagai jenis ikan demersal.Sewaktu gelombang suara
yang dipancarkan oleh instrumen akustik mengenai dasar laut, sebagian energi
gelombang suara tersebut dipantulkan atau dihamburbalikkan.
Upaya identifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut dengan memetakan energi hambur
balik akustik telah dilakukan beberapa peneliti Indonesia dan kompilasi hasil penelitian
mengukuhkan bahwa teknologi akustik sangat potensial dijadikan salah instrumen baku
untuk identifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut.
Pendugaan stok ikan di daerah tropis merupakan tan¬tangan tersendiri, lebih kompleks
dan rumit karena tingkat ke¬anekaragaman spesies yang tinggi.Identifikasi kawanan
ikan ini perlu dileng¬kapi dengan klasifikasi kawanan berdasarkan faktor-faktor yang
ber¬pengaruh terhadap penentuan identifikasi, dan struktur kawanan yang
menggambarkan secara rinci pembentukan kawanan ikan dalam kolom air.
Transplantasi untuk tujuan perdagangan karang hias, dilakukan dengan memindahkan
potongan jenis-jenis karang hias yang diperdagangkan ke substrat buatan yang

26
diletakkan di sekitar habitat terumbu karang alami, yang nantinya akan menjadi induk
karang hias yang akan diperdagangkan.
Karena pembangunan harusdi pandang sebagai suatu aktifitas, yang menyeluruh, yang
pada hakikatnyaadalah dari masyrakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat
dalammewujudkan kehidupan yang layak berkeadialan dan bersejahtera.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh yang bersifatkompleks,abtrask dan
luasMasyarakat maritim menyakini bahwa lautan yang di mililki olehmereka
berdasarkan pembagian kawasan laut yang disahkan oleh kepaladesa itu merupakan
suatu sumber daya alam yang di jadiakan untukmemenuhi kebutuhan hidup dan
lebihnya di jual untuk ke untungan.
Aturan –atuaran semacam ini merupakan suatu ke arifan lokalyang perlu di hargai
sesuai dengan undang-undang dasar 1945 pasal 18B ayat 2 yang di sebutkan bahwa
negara mengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnyasepanjang hidup dan sesuaai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsipnegara perstuan republik indonesia yang di atur dalam UUD.
Unsur nilai budaya bahari yang dianggap potensial untukdirevitalisasi dan
dikembamngkan kedepan sebagai landasan bagipembangunan budaya bahari di
indonesia pada segala unsur atau aspeknya.Unsur-unsur nilai dan norma budaya positif
yang mengakar dalam berbagaikelompok nelayan dan pelayar dari berbagai suku
bangsa.
Akibat dari adanya pengelolaan laut yang berlebihan makakerusakan ekosistem
lautseperti yang pernah terjadi di beberapa daerahseperti di papua dan di nusa tenggara
barat yang di sebabkan daripembuangan limbah dari perusahaan asing yang beroperasi
di daerahtersebut.
Indonesia sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera memiliki kewajiban
untuk membangun kekuatan pertahanan maritim yang handal dan profesional, baik dari
sisi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun perlengkapan peralatan pertahanan
keamanan yang memadai dan didukung oleh kemampuan industri pertahanan yang
mandiri.

B.Saran
Untuk pembuatan makalah ini sendiri sebaiknya harus lebih memperhatikan pokok
pokok pembahasan yg lebih menekankan ke sub pokok dari makalah ini sehingga para
pembaca dapat memahami secara jelas maksud tujua dari pembuatan makalah ini,
sebaiknya ulasan yang diberikan lebih rumit dan spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

27
Ekosistem Laut: Pembagian dan Jenis-Jenis Makhluk Hidup di Dalamnya, detikedu,
detikcom, viewed 6 July 2022,
<https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5553479/ekosistem-laut-pembagian-dan-
jenis-jenis-makhluk-hidup-di-dalamnya>.

Ulfa, M & Idhom, AM 2021, Pengertian Pencemaran Laut Serta Penyebab dan Cara
Pencegahannya, tirto.id, Tirto.id, viewed 6 July 2022, <https://tirto.id/pengertian-
pencemaran-laut-serta-penyebab-dan-cara-pencegahannya-glro>.

https://mediaindonesia.com/humaniora/80735/riset-maritim-kurang-diperhatikan#

Unknown (2017). SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKUSTIK


KELAUTAN. [online] Blogspot.com. Available at:
http://ulmilmukelautan.blogspot.com/2017/10/sejarah-dan-perkembangan-
teknologi.html [Accessed 6 Jul. 2022].

Alexander, A. (2015). Aspek sosial dan budaya maritim. [online] Slideshare.net.
Available at: https://www.slideshare.net/mastersamp12/aspek-sosial-dan-budaya-
maritim [Accessed 6 Jul. 2022].

Rizeki, D.N. (2021). Ekonomi Maritim: Pengertian dan Contohnya. [online] Majoo.id.
Available at: https://majoo.id/solusi/detail/ekonomi-maritim [Accessed 6 Jul. 2022].

28

Anda mungkin juga menyukai