WAWASAN KEMARITIMAN
(STRATEGI MARITIM)
DOSEN PENGAMPU : Rosliana Eso, S.Si., M.Si.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
La Ode Ahzad (A1R123076)
Mumid Aulia (A1R123080)
Nova Triyani (A1R123082)
Putri Bulan Rahmadany (A1R123084)
Regista Cahyani Aaleka (A1r123086)
Serly Dwi Lestari (A1R123088)
Siti Nur Habibah (A1R123090)
Sitti sadaria (A1R123092)
Wahdayani (1R123096)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, anugerah dan
karunianya yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas dalam mata kuliah “Wawasan
Kemaritiman”. Adapun judul penulisan makalah ini adalah “STRATEGI MARITIM”
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak memperoleh
pengarahan dari semua pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kepada para pembaca kami mohon dapat menyampaikan saran
dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
6
C. Tujuan................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN......................................................................................................………..15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala
pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan
Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Ketika rakyat Indonesia, terutama para
pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai dengan
menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan bahwa
kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka.( Sutijono, 1995 : 125) mengatakan mereka
tidak hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia merdeka,
tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah. Malahan ada pula
orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu dan turut berpikir
serta berbicara seperti pihak penjajah. Memang Indonesia adalah satu kenyataan dan
diteguhkan oleh ridho Illahi dalam wujud kehidupan bangsa merdeka yang pada tahun 1945
telah berlangsung 50 tahun.
Fenomenal yang terjadi semua menolak dari segala kesangsian, baik yang bersifat ilmiah
maupun politik, bahwa Indonesia hanya mungkin ada karena dan kalau dijajah. Dalam 50
tahun bangsa Indonesia berhasil mengatasi segala usaha pihak lain yang hendak merontohkan
Indonesia, dari luar maupun dari dalam. Bangsa Indonesia pun berhasil memperoleh
pengakuan eksistensinya dari semua bangsa di dunia, termasuk dari bekas penjajahnya.
Selain itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh pengakuan bahwa wilayah Republik
Indonesia yang meliputi Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan geografi. Dunia
internasional mengakui eksistensi satu. Benua Maritim Indonesia ( Suharsono, 1998)
(Prasetyo, 2011) mengatakan bahwa bangsa Indonesia sepenuhnya pula sadar bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari sekian banyak suku dan golongan, masing masing dengan
kebudayaannya sendiri. Demikian pula adanya kemungkinan bahwa rakyatnya melihat
perairan yang ada antara pulau-pulau bukan sebagai penghubun melainkan sebagai pemisah
pulau satu dengan yang lain. Sebab itu bangsa Indonesia mengambil sebagai semboyan
nasionalnya Bhinneka Tunggal Eka atau Kesatuan dalam Perbedaan. Timbul pula kesadaran
bahwa dapat timbul kerawanan nasional kalau tidak ada pendekatan secara tepat. Pihak lain
yang tidak mau melihat bangsa Indonesia maju pasti akan memanfaatkan kerawanan
demikian. Maka untuk menjamin agar kesatuan Indonesia selalu terpelihara, bangsa
Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu adalah satu konsepsi geopolitik
dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara yang meliputi seluruh wilayah
daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya beserta seluruh penduduknya adalah satu
kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Agar bangsa Indonesia
mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak tinggal sebagai
semboyan atau potensi belaka. Untuk memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada tiga
kendala utama, yaitu :
Letak kepulauan Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk
penempatan satelit yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan
memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara. Dan perlu ada
4
pengambilan dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan Indonesia. Dalam kenyataan masih belum cukup berkembang kebudayaan
nasional Indonesia. Kesatuan dalam pertahanan-keamanan secara relatif lebih terwujud
ketimbang faktor lainnya, hal mana dibuktikan oleh keberhasilan bangsa Indonesia mengatasi
semua persoalan hankamnya sejak tahun 1945 hingga sekarang. Akan tetapi dilihat dari
kondisi geografi Indonesia belum pula ada pertahanan-keamanan yang sesuai dengan tuntutan
Benua Maritim Indonesia. Titik berat hankam masih pada daratan belaka dan itupun baru
pada aspek territorial. Kemampuan di lautan dan di udara masih sangat terbatas. Itu berakibat
kurang baik, ketika ABRI kurang mampu mencegah masuknya pihak asing yang mengambil
kekayaan laut Indonesia secara tidak sah. Memang membangun kekuatan hankam yang
seimbang untuk daratan, lautan dan udara tidak murah. Sebab itu perlu lebih dulu ada
kemajuan besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Itu tidak mungkin tercapai secara
optimal kalau kendala di atas masih belum dapat diatasi. Melihat kondisi dan sifat rakyat
Indonesia masa kini nampaknya usaha untuk mengatasi kendala itu harus terutama bersumber
pada pemerintah dan dunia swasta. Dan mendorong pihak swasta untuk melakukan hal serupa
melalui radio dan televisi swasta. Di samping itu pemerintah harus memperhatikan
penyelenggaraan pendidikan umum yang bermutu, terutama di luar Jawa, agar semuanya
dapat menjalankan desentralisasi dengan efektif dan bermanfaat. Pendidikan itu juga
membuka pandangan rakyat terhadap faktor perairan Indonesia yang demikian luasnya
(Groeneveldt. W.P. 2009)
Pemerintah juga harus mendorong dan memberikan peluang timbulnya usaha swasta yang
bersangkutan dengan laut. Mengingat kondisi Kawasan Indonesia Timur, maka perlu
diberikan prioritas kepada perkembangan itu di wilayah tersebut. Apalagi di wilayah tersebut
luas laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya cukup besar. Usaha di perairan,
khususnya di lautan, beraneka ragam bentuknya. Banyak negara di dunia telah menjadi kaya
dan maju karena faktor kelautan. Malahan semua imperium yang pernah menguasai dunia
mendasarkan kekuasaannya atas kekuatannya di laut. Itu dimulai oleh Spanyol yang pada
abad ke 17 dapat mengatakan bahwa di wilayah kekuasaannya matahari tidak pernah
terbenam. Kemudian digantikan oleh Inggeris yang bahkan mempunyai semboyan : Rule
Brittania, Rule the Waves ! Setelah Inggris mundur pada tahun 1940-an, maka digantikan
oleh AS yang juga merupakan kekuatan maritim besar. Usaha di lautan menjadikan bangsa-
bangsa itu pedagang besar yang memiliki armada angkutan yang besar pula. Demikian pula
armada perikanan mereka besar dan turut menambah kekayaan bansganya. Malahan bangsa
yang sebenarnya di daratan tidak terlalu besar artinya, seperti Belanda dan Norwegia, telah
menjadi kaya dan cukup berkuasa karena mempunyai usaha yang luas di laut. (Guan, John.
1997).
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana strategi maitim indonesia ?
2. Bagaimana Posisi Strategis Wilayah Indonesia ?
3. Bagaimana Arah Strategi Pembangunan Negara Maritim ?
4. Apa Konsep Perencanaan Strategi Maritim dari Perspektif Indonesia sebagai
Negara Kepulauan ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui strategi maitim indonesia
2. Untuk Mengetahui Posisi Strategis Wilayah Indonesia
3. Untuk Mengetahui Arah Strategi Pembangunan Negara Maritim
4. Untuk Mengetahui Konsep Perencanaan Strategi Maritim dari Perspektif
Indonesia sebagai Negara Kepulauan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Elemen dalam aspek strategis mencakup karakter geografi, dekat dengan laut,
memiliki pantai yang relatif cukup panjang, karakter bangsa yang menganggap laut sebagai
aset penting untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, ada sumber daya alam yang
mendukung kekuatan maritim, dan karakter pemerintah yang memiliki mindset berorientasi
ke domain maritim. Sedangkan aspek operasional, lazimnya terdiri dari tiga elemen besar,
yaitu, kekuatan pengamanan atau dalam istilah teknis fighting instrument untuk melindungi
aset dan kepentingan, armada niaga, dan yang terakhir berhubungan dengan industri dan jasa
yang mampu mendukung kedua elemen operasional meliputi berbagai kegiatan yang terkait
dengan laut. Oleh karena itu harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.
7
Aspek – aspek yang mendukung pembangunan maritim antara lain : Aspek
Kehidupan sosial dan budaya, Aspek Ekonomi, Aspek pertahanan dan keamanan, dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Untuk mengoptimalkan aspek ekonomi dari sumber daya
maritim, armada nasional harus mampu mengangkut 100 persen. Peranan armada nasional
dalam angkatan laut internasional, baik ekspor maupun impor harus lebih dominan.
Pelabuhan nasional harus tertata secara konseptual tentang pelabuhan utama ekspor – impor
dan pengumpan. Selain itu, keamanan dan efisiensi pelabuhan sudah tidak diragukan lagi,
terutama bila dihadapkan pada pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety
(ISPS) Code. Tentunya untuk mengoptimalkan aspek ini harus didukung oleh SDM yang
berkualitas, teknologi yang memadai, serta pengembangan dengan memanfaatkan data – data
dari survei, penelitian dan sumber daya lainnya.
Secara konseptual dapat dinyatakan bahwa membangun strategi maritim yang modern
dilakukan dengan memahami sejarah bangsa dan memenuhi aspek Political Will (Poros
Maritim Dunia) sebagai modal dasar untuk mewujudkan pertahanan maritim yang tangguh,
Sea Power yang kuat, dan melaksanakan sea control dan power projection ashore. Dengan
demikian tempat bermain utama dari strategi maritim adalah lautan dan kemampuan yang
dimiliki agar Sea Power atau kekuatan laut tercapai dengan mudah. Untuk mewujudkan
ekonomi tangguh di sektor maritim, Indonesia harus memiliki sea power yang cukup untuk
memproyeksikan kekuatannya ke negara lain. Sasaran Indonesia yang saat ini paling realistis
adalah menjadi kekuatan maritim di ASEAN, lalu Asia Pasifik dan selanjutnya mewujudkan
visi Poros Maritim Dunia. Strategi angkatan laut selama perdamaian terutama dipandu oleh
prinsip yaitu : bangsa yang kuat akan melakukan tindakan preemptive dengan sea power
projection dan tidak membiarkan kompetitor untuk mengembangkan armada kapal niaga.
Pengembangan industri pelayaran komersial adalah kekuatan yang secara alami
menghasilkan angkatan laut yang sehat. Indonesia wajib untuk melakukan sea power
projection dengan menjaga perbatasan laut Indonesia dan membatasi aktivitas ilegal.
Indonesia juga seharusnya mengembangkan industry kelautan dan perikanan yang kuat
karena hal ini akan berbanding lurus dengan angkatan laut yang kuat.
8
2. Tujuh langkah strategis dalam Kebijakan Kelautan Indonesia :
a) Pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan sumber daya manusia.
b) Pertahanan, keamanan, penegakan hukum dan keselamatan laut.
c) Tata kelola dan kelembagaan kelautan.
d) Ekonomi, infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteraan.
e) Pengelolaan ruang laut dan pelindungan lingkungan laut.
f) Budaya bahari.
g) Diplomasi Maritim.
Pertama, laut teritorial (territorial sea), adalah wilayah kedaulatan suatu negara yang
didasarkan atas hukum internasional, yang lebar lautnya tidak boleh melebihi 12 mil laut.
Kedua, zona ekonomi eksklusif (economic exclusive zone), adalah wilayah berdaulat
yang tidak boleh melebihi 200 mil laut, diukur dari garis pangkal yang sama yang dipakai
untuk mengukur lebar laut teritorial. Pada wilayah ini, suatu negara mempunyai hak-hak
berdaulat dan yurisdiksi khusus untuk memandaatkan kekayaan alam yang berada pada jalur
tersebut, termasuk pada dasar laut dan tanah dibawahnya.
Ketiga, landas kontinen (continental shelf). Menurut Summer, teori dari landas kontinen
didasarkan kepada suatu fakta sosiologis bahwa disepanjang sebagian besar pantai, tanahnya
menurun ke dalam laut, sampai akhirnya di suatu tempat tanah tersebut jatuh curam ke dalam
laut. Hal ini sesuai Pasal 76 UNCLOS 1982, landas kontinen suatu negara pantai adalah dasar
laut dan tanah dibawahnya yang merupakan kelanjutan daratan wilayahnya sampai jarak 200
mil laut dari garis dasar dan dalam hal tertentu dapat sampai 350 mil laut, tergantung jarak
tepian kontinennya.
Keempat, zona tambahan (contiguous zone), adalah zona maritim yang berdampingan
dengan laut teritorial dan merupakan area tambahan (Pasal 33 UNCLOS 1982). Zona
tambahan tidak boleh melebihi 24 mil laut dari garis pangkal yang sama untuk lebar laut
teritorial. Pada zona tambahan memiliki kekuasaan terbatas untuk penegakkan hukum bea
cukai, keimigrasian, fiskal, dan saniter.
9
Selain penyelesaian batas maritim, ke depan, Indonesia harus mampu melakukan
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam laut di luar wilayah yurisdiksi Indonesia, seperti
klaim terhadap landas kontinen sejauh 350 mil di wilayah Samudera Hindia dan kawasan
dasar samudera. Dalam konteks ekonomi yang lain, Indonesia harus mampu memanfaatkan
selat strategis seperti Selat Malaka dan 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai
sumber pendapatan negara dan rakyat, melalui pengembangan berbagai aktivitas ekonomi.
Dalam pengembangan negara maritim, Indonesia harus memiliki visi ”outward looking”
didasarkan pada peraturan internasional yang dimungkinkan untuk mendapatkan sumberdaya
alam laut secara global maupun mengembangkan kekuatan armada laut nasional untuk dapat
menguasai pelayaran internasional dengan menciptakan daya saing sehingga kapal-kapal
berbendera Indonesia menguasai pelayaran internasional dan memiliki kekuatan laut (sea
power) yang unggul.
Posisi Indonesia secara geo-poilitik dan geo-strategis tersebut harus didukung dengan
berdaulat terhadap wilayah NKRI secara nyata dilapangan sehingga batas-batas wilayah
dengan negara tetangga secara nyata dikuasai oleh Indonesia melalui penguasaan yang efektif
dan ”sea power” yang unggul. Keadaan tersebut juga harus diperkuat kemampuan
mempertahankan dari segenap ancaman baik dari dalam maupun dari luar NKRI melalui
kemampuan maritime security yang disegani secara global. Posisi strategis wilayah tersebut
selanjutnya dapat memberikan keunggulan Indonesia secara geo-ekonomi melalui
kemampuan mengelola dan memanfaatkan secara berkelanjutan sehingga menghasilkan
kesejahteraan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Namun demikian penguasaan,
pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan secara terpadu antara kawasan darat dan laut
dalam wilayah NKRI serta kemampuan memanfaatkan aktivitas global yakni pelayaran dan
perdagangan global maupun eksploitasi sumberdaya yang dimungkinkan berdasarkan
peraturan internasional (e.g. wilayah 200-350 mil laut, artik, antartitika) perlu disiapkan
dengan seksama demi keberlanjutan bangsa dan negara Indonesia dimasa yang akan datang.
10
pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan
kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. Dengan demikian wilayah yang
dikuasai dan dijaga kedaulatannya dapat untuk memajukan bangsa dan mampu menjamin
kemakmuran antar generasi (intergerational welfare) bangsa Indonesia.
11
pada tahun 2000 hingga 22,42% dari total PDB pada tahun 2005, sektor pertambangan
(minyak, gas dan mineral) memberikan kontribusi terbesar diikuti industri maritim.
Istilah maritim dapat berkaitan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut. Secara primer pengertiannya adalah sifat yang menggambarkan obyek
atau aktivitas berkenaan dengan laut. Dalam konteks negara kepulauan negara maritim adalah
negara yang mempunyai sifat memanfaatkan laut untuk kejayaan negaranya, sedangkan
negara kelautan lebih menunjukkan kondisi fisiknya, yaitu negara yang berhubungan, dekat
dengan atau terdiri dari laut.
Konsep negara maritim, adalah negara yang mampu memanfaatkan dan menjaga wilayah
lautnya. Saat ini telah terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap perubahan
lingkungan strategis maritim, baik kawasan regional maupun internasional hal ini sangat
mempengaruhi pola berpikir, cara bertindak dalam penentuan kebijakan politik suatu negara.
Perubahan tersebut secara otomatis pula mempengaruhi penentuan strategi maritim masing–
masing negara, yang merupakan aplikasi dari doktrin maritim yang dilaksanakan oleh setiap
negara. Indonesia membutuhkan doktrin maritim sebagai pengoperasionalan pilihan strategi
dan prioritas pembangunan ke depan.
Pemerintah harus berani menjadikan sejarah kejayaan maritim Nusantara sebagai sebagai
lesson learned yang bukan saja menyangkut tentang keberhasilan, tetapi juga kegagalan atau
kekurangan yang terjadi. Hal ini sebagai pijakan dalam membangun Kekuatan Maritim
Indonesia. Dalam menyusun Strategi Maritim Indonesia tak luput juga dengan melihat
kondisi di alam nyata yang kompleks, multidimensi dan saling terkait. Keterkaitan antara
strategi dengan kondisi di alam nyata merupakan salah satu isu kritis dalam penyusunan
strategi, karena kegagalan untuk menghubungkan keduanya akan mempengaruhi rumusan
strategi menjadi sesuatu tidak bisa dioperasionalkan.
12
Untuk mengembalikan kejayaan nusantara maka Indonesia harus mengedepankan strategi
pembangunan Negara Maritim. Indonesia sebagai sebuah Negara Maritim memiliki kriteria :
Kelautan adalah tumpuan masa depan Indonesia yang harus dikembangkan secara
lestari dan mampu menyejahterakan segenap komponen bangsa di tanah airnya sendiri serta
sebagai unsur utama dalam membangun Indonesia sebagai Negara Maritim. Pembangunan
kemaritiman memerlukan suatu perencanaan yang terkoordinasi, komprehensif dan berpihak
terhadap kepentingan masyarakat serta lingkungan. Oleh karenanya keterpaduan tujuan
pembangunan antar stakeholders serta antar sektor dalam bidang kemaritiman harus dapat
dituangkan melalui kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang dapat
diimplementasikan.
13
Kebijakan tersebut diharapkan menjadi payung politik bagi semua institusi negara,
swasta dan masyarakat yang mendukung transformasi Indonesia menjadi Negara Maritim
yang maju, adil, mandiri berbasiskan kepentingan nasional. Pengembangan formulasi
kebijakan tersebut terdiri dari pilar utama yakni Kebijakan Kelautan (Ocean Policy) dengan
pilar pendukung penting yakni Kebijakan Ekonomi Kelautan (Ocean Economic Policy) yang
mampu mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional serta Kebijakan Tata
Kelola Kelautan (Ocean Governance Policy) yang jujur, bersih, dan berwibawa yang
diperkuat dengan Kebijakan Lingkungan Laut (Ocean Environmental Policy), Kebijakan
Budaya Bahari (Maritime Culture Policy), dan didukung Kebijakan Keamanan Maritim
(Maritime Security Policy) yang kuat. Dengan demikian kelautan sebagai arus utama dalam
pembangunan Negara Maritim, maka pendekatan kebijakan yang dilakukan harus
dilaksanakan secara terpadu antar sektor ekonomi dalam lingkup bidang kelautan maupun
sektor ekonomi berbasis daratan bagi kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.
14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Istilah maritim dapat berkaitan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan di laut. Secara primer pengertiannya adalah sifat yang menggambarkan obyek
atau aktivitas berkenaan dengan laut. Dalam konteks negara kepulauan negara maritim adalah
negara yang mempunyai sifat memanfaatkan laut untuk kejayaan negaranya, sedangkan
negara kelautan lebih menunjukkan kondisi fisiknya, yaitu negara yang berhubungan, dekat
dengan atau terdiri dari laut.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17