Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


KEMARITIMAN INDONESIA DI ERA KERAJAAN

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Vanny Estperditja 6. Dyan Ayudya Permatasari


(2205010064) (2205010040)
2. M.Rangga Bayu Prabowo 7. Aulia Afrianda.R
(2205010129) (2205010117)
3. Rahayu Septia 8. Said Muhamad Raihan
(2205010015) (2205010107)
4. Emha rifaq alhaqi 9. Nuranisyah
(2205010089) (2205010123)
5. Azahra ashilah
(2205010022)

Dosen Pengajar/Pembimbing
Tri Yulianto, S.Pi, M.PSDA

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
TANJUNGPINANG – KEPULAUAN RIAU
TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “ERA KERAJAAN“

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada
dosen mata kuliah pengantar ilmu dan teknologi kemaritiman yang telah memberikan tugas
kepada kami. Kami juga berterimakasih kepada pihak – pihak yang membantu kami
menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat memberikan
dampak yang positif bagi mahasiswa dan seluruh pihak yang memabaca makalah ini, agar
dapat lebih memahami ilmu dan teknologi kemaritiman serta menerapkan hal – hal positif
dalam kehidupan sehari – hari .

Kami menyadari bahwa makalah ini disajikan dengan segala kekurangan. Untuk itu
diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan, tanggapan, dan kritikan,
dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan makalah yang sangat sederhana ini . Kami
mohon maaf atas segala kekurangan dan khilafan dalam makalah ini, Karena kebenaran
hanya datang dari Allah swt.dan manusia tidak luput dari kesalahan.

Semoga Allah SWT memberkati usaha kami dalam pembuatan makalah ini serta
bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak yang membaca aamiin yarabbal’ Alamin.

Tanjungpinang, 21 september 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

BAB 1. ............................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

Latar belakang ............................................................................................................................. 4

Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5

Tujuan penulisan ......................................................................................................................... 5

BAB 2 ............................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6

A.KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM dan PUSAT PERDAGANGAN PELAYARAN


NUSANTARA ............................................................................................................................ 6

1. Kerajaan sriwijaya ............................................................................................................ 7

2. Kerajaan Samudra pasai ................................................................................................... 8

3. Kerajaan Singasari............................................................................................................ 9

4. Kerajaan Majapahit ........................................................................................................ 11

5. Kerajaan Mataram Kuno ............................................................................................... 11

6. Kerajaan Aceh ................................................................................................................ 13

7. Kerajaan Gowa Tallo (Makassar) .................................................................................. 14

BAB 3 ........................................................................................................................................... 16

KESIMPULAN dan SARAN ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17


BAB 1.

PENDAHULUAN
Latar belakang
Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa, bahasa,
dan budayanya. Secara fisik antar satu budaya dan budaya lain dipisahkan oleh laut. Namun dari
sisi kemaritiman pemisahan itu tidak pernah ada, karena seluruh perairan yang ada di Nusantara
adalah pemersatu yang mengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah. Kemudian dalam
proses perkembangannya tingkat integrasi dapat berbeda-beda baik secara geografis maupun
secara politis, ekonomis, sosial dan kultural.

Sebagai sebuah Negara Kepulauan yang luas daratannya 1.910.931,32 km2 dan luas
lautnya 3.544.743,9 km2, sejarah Indonesia adalah Sejarah Nusantara dan Sejarah Bahari, maka
jika berbicara tentang Sejarah Nusantara mau tidak mau aspek kelautan selayaknya diperhatikan
(Lapian 1992:3-5). Apabila berbicara tentang Sejarah Nusantara, maka dengan sendirinya aspek
maritim akan selalu menonjol. Tanpa aspek ini maka sejarahnya hanya berkisar pada pulau yang
terpisah-pisah saja. Dalam hal ini peran Arkeologi Maritim adalah merekonstruksi sejarah
maritim Indonesia melalui tinggalan budaya maritim baik yang berupa benda (tangible) maupun
tak benda (intangible).

Arkeologi maritim adalah studi tentang interaksi manusia dengan laut, danau, dan sungai
melalui kajian arkeologis atas manifestasi material (damaritim, termasuk di antaranya adalah
angkutan air, fasilitas-fasilitas di tepian laut, kargo, bahkan sisa-sisa manusia (Delgado
1997:259-260, 436). Objek-objek tinggalan budaya maritim adalah pelabuhan dengan segala
fasilitasnya (gudang dan kantor), dok dan galangan kapal, perahu dan kapal (vessel), menara api,
pelampung suar (buoylight), benteng-benteng laut, bahkan manusianya (human remain). Dalam
melakukan kajian arkeologi maritim kadang ditemukan artefak yang tidak atau belum diketahui
fungsinya. Untuk menjawab pertanyaan tentang fungsi suatu benda, maka dilakukan pendekatan
etno-arkeologi pada kehidupan masyarakat pantai atau masyarakat pedalaman yang hidup tidak
jauh dari sungai/danau.

Langsung atau tidak langsung, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai-balai
Arkeologi telah melakukan penelitian arkeologi maritim di berbagai situs di Nusantara mulai dari
sisa-sisa pemukiman di lahan basah, kehidupan di dalam gua melalui gambar-gambar cadas,
aktivitas pelayaran dan perdagangan termasuk kajian jaringan pelayaran, penyebaran agama
Islam, dan benteng-benteng pertahanan laut yang kebanyakan ditemukan di kawasan timur
Nusantara. Namun seluruh penelitian tersebut belum terintegrasi dalam satu kerangka kajian
arkeologi maritim sehingga hasilnya masih parsial belum dapat dirangkai menjadi satu
rekonstruksi sejarah kebudayaan maritim Indonesia. Melalui kajian arkeologi maritim hasilnya
dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali jalur-jalur pelayaran tradisional yang dulu
pernah ada kemudian “mati suri” karena politik kolonial bangsa-bangsa Eropa.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah sejarah kemaritiman pada era kerajaan?

Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

 Untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana sejarah kemaritiman pada era kerajaan.
 Memahami tentang kerajaan kerajaan yang bersifat kemaritiman
BAB 2

PEMBAHASAN
A.KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM dan PUSAT PERDAGANGAN
PELAYARAN NUSANTARA
Seiring semakin ramainya aktivitas perdagangan melalui laut, masuk pula pengaruh
budaya india ke wilayah Nusantara. Dalam proses itu, berkembang pula pengaruh agama dan
bentuk-bentuk kepercayaan india lainnya. Bersama dengan itu, Indonesia pun mulai memasuki
zaman sejarah.

Diantara kerajaan baru yang bermunculan, terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak


maritim. Kerajaan maritim adalah kerajaan yang teletak dipesisiran pantai, dan masyarakat
menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan laut, menjalankan perikanan, berdagang, dan
pelayaran.

Ciri-ciri dari kerajaan maritim antara lain sebagai berikut :

 Terletak di pesisir pantai, lembah sungai atau kepulauan.


 Kegiatan ekonomi utamanya adalah perdagangan, membuat kapal, pelayaran, dan
menjalankan perikanan.
 Mempunyai pelabuhan yang menyediakan berbagai kemudahan tempat memperbaiki
kapal, penginapan, dan penyimpanan barang.

Hubungan perdagangan dengan India dan Cina mewujudkan pelabuhannya entrepot


(menjalankan kegiatan mengumpulkan dan mengedarkan). Barang dagangan yang dikumpul
termasuk hasil hutan, rempah ratus, obat-obatan, gaharu, cendana, beras, dan damar.

Penduduknya terdiri atas orang tempatan (lokal), orang laut, pedagang asing dari Eropa, Arab,
India, Cina.

Masyarakatnya mahir membuat kapal dan menguasai ilmu pelayaran.

Kerajaan Maritim Nusantara berkembang di Sumatra, Jawa, dan, Kepulauan Maluku.


Beberapa di antara kerajaan maritim Nusantara bahkan sangat kuat dan memiliki armada laut
besar. Perkembangan budaya maritim pun membentuk peradaban bangsa yang maju di
zamannya. Berikut contoh kerajaan kerajaan yang bersifat maritim :
1. Kerajaan sriwijaya
Sriwijaya mulai dikenal sejak abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya(683-1030) adalah kerajaan
maritim pertama di Indonesia. Pada masa kejayaannya dibawah pemeintahan Depunta Hyang Sri
Jayanasa, wilayah Sriwijaya mencapai Semenanjung Malaka, Thailand Selatan dan Jawa.

Berdasarkan prasasti yang ada dapaat disimpulkan Kerajaan Sriwijaya terletak di Sumatera
Selatan, tepatnya di tepi sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang. Kerajaan Sriwijaya
merupakan kerajaan besar yang pengaruhnya meliputi Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan
Filipina. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
besar antara lain sebagai berikut :

 Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional.
 Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi Selat Malaka, sehingga
membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
 Keruntuhan kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara mariim(sarwajala)
yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.

Sriwijaya telah menguasai selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, Tanah Genting
Krasebagai pusat perdagangan. Hasil bumi Sriwijaya dan sekitarnya sebagai komoditas
perdagangan yang berharga, terutama rempah-rempah dan emas tersedia banyak. Armada
lautnya yang kuat sehingga mampu menjalin hubungan dan kerjasama dengan kerajaan India dan
Cina

Pendapatan sriwijaya melimpah ruah yang berasal dari :

 Bea cukai barang dagangan yang keluar-masuk,


 Bea cukai kapal asing yang melalui bandarnya,
 Upeti para pedagang dan raja taklukan, dan
 Hasil bumi serta hasil perdagangan sendiri.

Sejak abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya mulai berusaha mengembangkan hubungan perdagangan
dan pelayaran dengan negeri asing.

Pada abad ke-9 kerajaan ini mampu menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara
yang dapat menjalin hubungan dengan Malaka, Pattani, dan negeri-negeri lain di Asia Tenggara.
Sriwijaya yang terletak diantara jalur lalu lintas perdagangan dari Persia, Arab, Cina, dan negeri-
negeri Asia Tenggara seperti Campa, Siam, dan Birma. Kedatangan mereka ke Sriwijaya karna
dinegeri itu banyak barang-barang dagangan yang dibutuhkan, diantaranya kapur barus, mutiara,
kayu, rempah-rempah, gading, perak, emas, gula, dan sebaginya. Kemajuan bandar dagang
Sriwijaya didukung pula oleh kemampuan melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh.
Sebagai keajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya telah mendasarkan politik
kerajaannya pada penguasaan jalur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-
wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan laut.

Angkatan laut kerajaan Sriwijaya ditempatkan diberbagai pangkalan strategis dan mendapat
tugas mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh, memungut bea cukai, serta
mencegah terjadinya pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.

Pada awal abad ke-11, kekuasaan sriwijaya semakin merosot bebrapa negara taklukan
melepaskan diri misalnya Ligor, Tanah Kra, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Sunda. Kerajaan
sriwijaya mulai ditaklukan oleh berbagai kerajaan Jawa, pertama oleh kerajaan Singasari dan
akhirnya oleh kerjaan Majapahit.

2. Kerajaan Samudra pasai


Peranan Srwijaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara
umumnya dan Nusantara khususnya, kemudian digantikan oleah kesultanan Samudra Pasai sejak
abad ke-13. Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam hikayat raja-raja pasai,
kerajaan ini letaknya dikawasan Selat Malaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia
Arab dan Cina.

Berdasarkan lokasi kerajaan samudra pasai tersebut, maka dapatlah dikatakan posisi Samudra
Pasai sangat strategis karna letaknya dijalur perdagangan internasional, yang melewati Selat
Malaka. Oleh karna itu, kerajaan ini kemudian terkenal sebagai pusat perdagangan dikawasan
itu. Samudra pasai berkembang sebagai bandar transito yang menghubungkan para pedagang
islam yang datang dari arah barat dan para pedagang islam yang datang dari arah timur. Keadaan
ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesar pada masa itu
baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sebagaimana lazimnya sebuah kerajaan maritim, kerajaan Islam Samudra Pasai dapat
berkembang karna mempunyai suatu kekuatan angkatan laut yang cukup besar menurut ukuran
pada masa itu dan mutlak diperlukan untuk mengawasi perdagangan diwilayah kekuasaannya.
Dan karna sebagai kerajaan maritim, kerajaan ini sedikit sekali mmpunyai baris agraris yang
hanya diperkirakan berada sekitar sebelah menyebelah sungai pasai dan sungai peusangan saja,
dimana terdapat sejumlah kampung-kampung yang merupakan unit dari bentuk masyarakat
terkecil diwilayah Samudra Pasai pada waktu itu. Dan selain itu kampung-kampunng ini
merupakan lembaga-lembaga pemerintahan terkecil pula dari kerajaan Samudra Pasai pada saat
itu.

Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran di kota-kota pantai yang berada dibawah
pengaruh kerajaan Samudra Pasai merupakan sendi-sendi kerajaan yang memungkinkan kerajaan
memperoleh penghasilan dan pajak yang besar selain upeti-upeti yang dipersembahkan oleh
kerajaan-kerajaan dibawah pengaruhnya. Perdagangan yang menjadi basis hubungan-hubungan
yang ttap dengan kerajaan-kerajaan luar seperti Malaka, Cina, India, dan sebagainya, telah
menjadikan kerajaan Islam yang sangat terkenal dan berpengaruh dikawan Asia Tenggara
terutama pada abad ke-14 dan 15.

Kerajaan Sanudra Pasai juga memiliki hegemoni(pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan


penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan
Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibn. Batutah.

Menurut cerita Ibn. Batutah, perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai dan bertambah
maju karna didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga para pedagang merasa aman dan
nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditas perdagangan dari Samudra Pasai yang penting
adalah lada, kapur barus, dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang
sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan dirham.

Berdasarkan beberapa mata uang emas yang berhasil ditemukan sebagai salah satu
peninggalan dari kerajaan Samudra Pasai, diketahui bahwa kerajaan Islam Samudra Pasai cukup
makmur pada kurun waktu itu.

Perlu diketahui, sebuah kerajaan yang dapat menerbitkan mata uang emas sendiri pada masa
itu menandakan bahwa kerajaan tersebut cukup makmur mennurut ukuran pada saat itu. Mata
uang emas kerajaan Samudra Pasai ini telah diperkenalkan pula oleh orang-orang kerajaan itu
dibeberapa bandar perdagangan di Nusantara diantaranya ke bandar Malaka.

Menurut sejarah Melayu, Samudra Pasai mengalami keruntuhan setelah diserang oleh
kerajaan Siam. Namun, karna tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra
Pasai tidak diketahui secara jelas.

3. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari atau disebut juga kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang didirikan oleh
Ken Arok atau diebut juga Ken Angrok pada 1222.Sejarah kerajaan ini terkait erat dengan sosok
Ken Angrok (1222-1247) yang mendirikan Wangsa Rajasa dan kerajaan Tumapel.Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada didaerah Kecamatan Singasari,Kabupaten
Malang,Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan dalam Prasasti Kudadu,nama resmi kerajaan Singasari adalah
kerajaan Tumapel.Nama Tumapel juga muncul dalam berita Tiongkok dari Dinasti Yuan dengan
ejaan Tu-ma-pan.Kakawin Nagarakrekagama memperjelas jika sesungguhnya ibu kota Tumapel
bernama Kutaraja ketika pertama kali didirikan tahun 1222.

Pada 1253 Wisnuwardhalla mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari.Nama
Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama
Tumapel.inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama kerajaan Singasari.

Pararaton menyebut tumapel awalnya hanya sebuah daerah bawahan kerajaan Kadiri.Adapun
yang menjabat sebagai akuwu(setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggal Ametung.Dia mati
dibunuh dengan cara ditipu muslihat oleh pengawalnya sendiri,yaitu Ken Angrok,yang kemudian
mengangkat dirinya menjadi rasa pertama Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara
sang Amurwabhumi.

Ketika berkuasa,Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.Pada


1221,terjadi persetujuan antara Kertajaya,para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken
Angrok.Perang melawan Kadiri lantas meletus di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan
oleh pihak Tumapel.

Pada 1253,wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara


sebagagai yuwaraja (putra mahkota) dan mwngganti nama ibu kota kerajaan mwnjadi
Singhasari.Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih dikenal
daripada nama Tumapel.inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama kerajaan
Singhasari.

Ada dua versi dalam mengindentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari,yaitu Pararaton dan
kakawin Nagarakretagama.perbedaan ini meliputi daftar Wangsa Rajasa yang berkuasa dan
angka tahunnya.Wangsa Raja sendiri adalah keluarga yang berkuasa di kerajaan Singhasari dan
Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15.Wangsa ini didirikan oleh Ken Angrok pada
awal abad ke-13 berdasarkan gelar yang didapatkannya,yaitu “Rajaa”.Keluarga kerajaan ini
menjadi penguasa Singhasari dan berlanjut hingga kerajaan majapahit.

Dikisahkan dalam paraton,Anusapati yang merupakan putra Tunggal Ametung dan Ken Dedes
ingin membalas dendam terhadap Ken Arok yang telah membunuh ayahnya.Pada 1247,ken Arok
mati ditangan Anusapati yang kemudian berkuasa di Tumapel.Namun, pada 1249 Anusapati
tewas dihabisi oleh Tohjaya yang tidak lain adalah anak Ken Arok dari Ken Umang.

Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara


Wisnuwardhana dan Narasingamurti.Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti
adalah Mahisa Campaka.
Kartanegara adalah raja terakhit dan rajaterbesar dakam sejarah Tumapel(1272-1292).Ia adalah
raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa.

Kerajaan singhasari yang sibuk menggirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa,akhirnya


membuat pertahanan di dalam kerajaan menjadi lemah.

Setelah runtuhnya Turnapel,Jayakatang mengangkat dirinya menjadi raja dan membangun


kerajaan kediri dengan ibukota di Daha.Riwayat kerajaan Tumapel pun berakhir.

4. Kerajaan Majapahit
Puncak kejayaan maritim Nusantara terjadi pada masa kerajaan Majapahit (12-1478M)
Majapahit berpusat di pulau Jawa bagian timur. Di bawah Raden Wijaya , Hayam Wuruk dan
Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara.

Dengan sumpah palapa-nya, Gajah Mada (1331-1364) bahkan berhasil menguasai seluruh
kepulauan nusantara ditambah dengan negara-negara asing seperti siam,martaban
(Birma),ligor,annam,India,fillipina, China,Campa dan Kamboja. Pada tahun 1377, yaitu
beberapa tahun sesudah kematian Gajah Mada angkatan laut Majapahit menduduki Palembang,
menaklukkan daerah terakhir kerajaan Sriwijaya.

Majapahit dapat dikatakan sebagai negeri yang berperan memasarkan rempah-rempah dari
Maluku ke Malaka Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di
seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru
yang berdasarkan agama Islam, yaitu kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara. Catatan sejarah dari China ,Portugis ,dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi
perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus,
penguasa dari kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.

5. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di Jawa Tengah bagian
selatan pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.Di Jawa Tengah, letak
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan terletak di Bhumi Mataram (sebutan lama untuk
Yogyakarta). Pusat kerajaan ini kemudian mengalami beberapa kali perpindahan hingga sampai
ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno juga sering disebut sebagai Kerajaan Mataram Hindu
atau Kerajaan Medang. Pendiri Kerajaan Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu
Sanjaya yang berkuasa antara 732-760 masehi. Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada tahun 732
masehi dan runtuh pada 1007 masehi. Selama hampir tiga abad berkuasa, terdapat tiga dinasti
yang memerintah, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra (di Jawa Tengah), serta Dinasti
Isyana (di Jawa Timur). Sejarah Kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui dari prasasti Canggal,
Prasasti Kalasan, Prasasti Balitung, Prasasti Klurak, Candi Gedong Songo, Candi Borobudur,
Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan masih banyak lainnya.

Perpecahan Kerajaan Mataram Kuno

Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno pertama kali dipegang oleh Raja Sanjaya yang bergelar
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, dibuktikan dengan Prasasti Canggal dan Carita
Parahyangan.Raja Sanjaya dikenal sebagai raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam
beragama.Di bawah pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram Kuno semakin luas dan
rakyatnya sejahtera.Kerajaan ini juga menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, dibuktikan
dengan banyaknya pendeta yang berkunjung dan menetap di Mataram.Pada pertengahan abad
ke-8, Raja Sanjaya wafat dan digantikan oleh putranya, Rakai Panangkaran.Setelah Rakai
Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua.Dinasti Sanjaya memerintah
Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara.Sementara Dinasti
Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian
selatan.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno

Dinasti Syailendra muncul pada akhir abad ke-8, dan periode kepemimpinannya menjadi
masa keemasan Kerajaan Mataram Kuno.Perkembangan terjadi di berbagai bidang, seperti
politik, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, dan sosial.Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno
dari Dinasti Syailendra adalah Sri Dharmatungga.Pada masa pemerintahannya, konon wilayah
kekuasaannya mencapai Semenanjung Malaka. Setiap berganti raja, keadaan Kerajaan Mataram
Kuno semakin gemilang dan termasyur. Sri Dharmatungga digantikan oleh Indra (Syailendra),
yang berhasil menaklukkan Chenla (Kamboja). Setelah itu, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin
oleh Samaratungga. Pada periode ini, ilmu seni sangat berkembang dan dibangunlah Candi
Borobudur.Kerajaan Mataram Kuno akhirnya bersatu kembali setelah perkawinan Rakai Pikatan
dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardani dari Wangsa Syailendra.

Dipindahkan ke Jawa Timur

Pada 929 masehi, ibu kota Mataram Kuno dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur
dengan pusat pemerintahan di antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis.Terdapat beberapa
alasan yang diperkirakan menjadi sebab perpindahan ini, seperti faktor bencana alam, politik,
dan adanya ancaman dari kerajaan lain.Setelah pindah ke Jawa Timur, kerajaan ini disebut
sebagai Kerajaan Medang dengan lokasi berada di sekitar Jombang.Mpu Sindok kemudian
dinobatkan sebagai raja pertama dari Dinasti Isyana.

Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur tidak berlangsung lama.Raja-raja
penerus Mpu Sindok juga sangat peling mewariskan bukti peninggalan sehingga namanya
seakan tenggelam dalam sejarah.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Ketika berdiri di Jawa Tengah, Kerajaan Mataram Kuno mewariskan cukup banyak
peninggalan berupa prasasti dan candi yang dapat ditemui hingga sekarang, diantaranya :

 Prasasti Kerajaan Mataram Kuno


 Prasasti Canggal
 Prasasti Kalasan
 Prasasti Mantyasih
 Prasasti Klurak

Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

 Candi Bima  Candi Mendut


 Candi Arjuna  Candi Pawon
 Candi Kalasan  Candi Puntadewa
 Candi Plaosan  Candi Semar
 Candi Prambanan  Candi Srikandi
 Candi Sewu  Candi Borobudur

6. Kerajaan Aceh
Secara geografis, kerajaan aceh terletak dipulau Sumatra bagian utara dan dkat jalur
pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka. Kerajaan Aceh berdiri menjelang
keruntuhan Samudra Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudra
Pasai ditaklukan oleh Majapahit, daan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengalami
kemunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, Kerajaan Aceh Darussalam
telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1
Jumadil awal 913 H(1511).

Pada tahun 1511 Malaka juga jatuh ke tangan Portugis. Akibatnya, perdagangan dari pulau-
pulau lain di Indonesia juga datang dan berdagang di Aceh. Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam
mencapai masa kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta
Alam(1590-1636). Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung
Melayu dan Indragiri, pulau Bintan dan Nias. Disamping itu, Iskandar muda juga menyusun
undang-undang tata pemerintahan yang disebut dengan Mahkota Alam.

Aceh menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan
Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris,
dan Belanda.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh.
Aceh mengalami kemunduran dibawah pimpinan Sultan Iskandar Thani(1636-1641). Dia
kemudian oleh permaisurunya, Putri Sri Alam Permaisuri(1641-1675).

Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan
teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.

7. Kerajaan Gowa Tallo (Makassar)


Kerajaan Gowa Tallo berada di Sulawesi Selatan tepatnya di Makassra. Sulawesi Selatan
memiliki dua rumpun etnik yang besar yaitu Makassar dan Bugis. Kerajaan Gowa Tallo sendiri
memiliki penduduk orang orang Makassar sedangkan penduduk kerajaan-kerajaan di pedalaman
adalah orang Bugis. Kedua rumpun ini terkenal sebagai prajurit pemberani dan pelaut ulung.
Orang Makassar dan Bugis mengarungi lautan Nusantara sampai di Semenanjung Malaya dan
Filipina.

Kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528. Setelah kerajaan
Gowa dan Tallo bersatu, Raja Gowa yaitu Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan
Alauddin dan Raja Tallo Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah.
Makassar terletak di pesisir merupakan pelabuhan yang strategis pada jalur perdagangan antara
Malaka, Jawa dan Maluku.

Kerajaan Makassar menjadi kerajaan maritime yang berkembang sebagai pusat


perdagangan di Indonesia bagian timur. Hal ini didukung oleh beberapa factor seperti letak yang
strategis, memiliki pelabuhan yang baik, serta akibat dari jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang yang pindah ke Indonesia Timur. Sebagai pusat
perdagangan Makassar berkembang sebagai pelabuhan Internasional dan banyak disinggahi oleh
pedagang asing dari Portugis, Inggris, Denmark dan lainnya dating untuk berdagang di
Makassar.

Pelayaran dan perdagangan di Makassar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut
dengan Ade’ Aloping Loping Bicaranna Pabbbalue. Dengan adanya hukum niaga tersebut
perdagangan di Makassar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Perluasan
daerah Makassar sampai ke Nusa Tenggara Barat. Sultan Hasanuddin berniat menjadikan
kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagungan Indonesia bagian Timur.
Namun, perluasan kerajaan Makassar di tentang oleh Belanda yang mempunyai kekuasaan di
Maluku karena merasa hubungan dengan Maluku terhalang oleh kekuasaan Makasar, sehingga
timbul pertentangan antara Sultan Hasanuddin dengan VOC yang berujung terjadinya
peperangan. Upaya dari Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar yaitu dengan
melakukan politik adu domba antara Makassar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan
Makassar). Akibat dari persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
Kerajaan Makassar, dan secara terpaksa kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangani perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya sangat merugikan Makassar.
BAB 3

KESIMPULAN dan SARAN

Perairan memiliki peran penting sebagai penggerak sejarah di Indonesia. Sejarah maritim
yang berhubungan dengan perairan tidak hanya terbatas pada peristiwa yang terjadi di laut, tetapi
juga peristiwa yang terjadi di sungai.

Dalam pelayaran dan perdagangan, sungai menjadi jalur penghubung antara pedalaman
dan pesisir. Perspektif bentang air (waterscape) menjadi representasi bahwa sungai menjadi
bagian dari sejarah maritim yang terintegrasi dengan laut.

Beberapa karya kemudian lahir, dengan mengangkat sungai sebagai fokus pembahasan,
dan pandangan terhadap perairan semakin kompleks. Laut yang pada awalnya dipandang sebagai
milik bersama, pada akhirnya menjadi ruang yang diperebutkan karena memiliki nilai ekonomis.
Perairan laut dan sungai kini bukan sekadar jalur pelayaran dan perdagangan, tetapi juga sebagai
ruang eksploitasi sumber daya alam.

Kebijakan-kebijakan baru tentang laut berperan dalam perubahan pandangan manusia


mengenai laut. Hal ini berpengaruh pada arah penulisan sejarah maritim yang mengikuti
perkembangan peristiwa. Historiografi Indonesia tidak lagi didominasi oleh aktivitas
perdagangan dan pelayaran antaretnik maritim di Nusantara, melainkan perseteruan antarbangsa
mengenai konflik perbatasan (dispute).
DAFTAR PUSTAKA

Sri Winarsih S.pd. (2018) sejarah dan dunia maritim indonesia : di akses pada tanggal 27
september 2022 melalui e-book : http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/146897

Tim CNN indonesia, (02 juni 2019) sejarah kerajaan gowa tallo dan jejak peninggalannya : di
akses pada tanggal 27 september 2022 melalui :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210602104709-31-649361/sejarah-kerajaan-gowa-
tallo-dan-jejak-peninggalannya

Anda mungkin juga menyukai