Anda di halaman 1dari 19

Redupnya Kebijakan Penenggelaman Kapal Pelanggar Asing di

Periode kedua Kepemimpinan Presiden Joko Widodo

Skripsi

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Strata 1


Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro

Penyusun

Arsaja Krismeidanarta – 14010416130027

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

2022

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terpilihnya Joko Widodo, atau biasa dipanggil Jokowi, sebagai presiden

Indonesia periode 2014-2019 membawa suasana baru terhadap kebijakan dari

pendahulunya. Rancangan program yang sudah terencana diberikan terhadap

beberapa sektor yang dianggap penting bagi keberlangsungan bernegara.

Program-program tersebut tertuang di dalam Nawacita Presiden Joko Widodo

yang berisi program pokok yang menjadi prioritas menuju Indonesia yang

berdaulat dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya (Wedhaswary, 2015).1Salah

satu poin dari program tersebut ialah penguatan terhadap sektor dan jatidiri

sebagai negara maritim. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo pada saat

kampanye pilpres tahun 2014, “Kami akan menghadirkan kembali Negara untuk

melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga

negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional

yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang

dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim”

(RI, 2016).

Penenggelaman kapal sebagai sebuah kebijakan yang dilaksanakan pada

era kepemimpinan Presiden Joko Widodo periode pertama menjadi sebuah

sensasi, baik dari pandangan domestik dan internasional. Hal ini disesuaikan
1
Nawacita adalah program yang berisi sembilan pokok prioritas dalam pembangunan Indonesia
untuk jangka lima tahun ke depan. Program-program tersebut merupakan bagian dari salah satu
visi Presiden Jokowi pada saat masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

2
dengan visinya yang hendak membawa Indonesia menjadi poros maritim dunia

(Kantor Staf Presiden, 2019).2 Banyak kapal pelanggaran kedaulatan batas negara,

baik itu kapal ilegal atau pelaku tindak Illegal, Unreported, and Unregulated

Fishing (IUUF) atau Tindak Pidana Pencurian Ikan (TPPI), menjadi target dari

penerapan kebijakan ini. Efektif sejak diberlakukan pada 2014, hingga pada

laporan terakhir tahun 2018, Indonesia melalui Kementrian Kelautan dan

Perikanan (KKP) di bawah arahan Menteri Susi Pudjiastuti, sebanyak 488 kapal

asing yang melakukan tindakan ilegal di perairan Indonesia telah ditenggelamkan

(Kembaren, 2018).

Namun, seiring berjalannya waktu, setelah mendapuk kekuasaan untuk

periode kedua kalinya secara drastis penerapan kebijakan ini sudah tidak

digalakkan seperti dahulu. Banyak yang beranggapan bahwa kebijakan yang

efektif dalam menunjukkan taji kemampuan maritim Indonesia dihilangkan

setelah Presiden Joko Widodo menjabat untuk yang kedua kalinya. Hal ini juga

diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru pada masa

kepemimpinan periode kedua Presiden Joko Widodo, Edhy Prabowo. Menteri

Edhy mengatakan bahwa ada berbagai pertimbangan dalam melaksanakan

kebijakan penenggelaman kapal, salah satunya ialah biaya, efektivitas, dan

efisiensi (Idris, 2020). Pertimbangannya ini pun telah direstui oleh Presiden Joko

Widodo.

2
Poros maritim dunia pertama kali disebutkan oleh Presiden Joko Widodo pada saat kampanye
pemilu presiden 2014. Ide atau gagasan yang ingin dirubah menjadi doktrin ini bertujuan untuk
membangkitkan kembali Indonesia sebagai salat satu kekuatan maritim dunia karena luas wilayah
lautnya.

3
Kebijakan pun sempat kembali berubah ketika adanya perombakan pada

jajaran kabinet. Menteri Edhy yang terjerat kasus korupsi pada tahun 2020 secara

resmi digantikan oleh Sakti Wahyu Trenggono. Sempat vakum penenggelaman

kapal pada masa kepemimpinan Edhy Prabowo, pada masa 100 hari kerjanya,

Menteri Trenggono telah menenggelamkan sebanyak 67 kapal sepanjang periode

Janurai sampai Maret 2021 (Librianty, 2021). Pun, kebijakan kembali berubah

dengan pernyataan dari Menteri Trenggono pada Desember 2021 bahwa KKP

tidak akan menenggelamkan kapal, melainkan akan menghibahkannya kepada

nelayan setelah beberapa pertimbangan kembali (Herman, 2021). Direktur

Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP, Laksamana

Muda TNI Adin Nurawaluddin, pun mengatakan hal serupa mengenai tidak akan

adanya tindak penenggelaman kapal pada bulan Agustus 2022 (Darisman & Fajri,

2022)

Penelitian ini menemukan adanya permasalahan terhadap perubahan

kebijakan tersebut, lepas dari reaksi yang beragam dari berbagai kalangan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan, peneliti merumuskan suatu

permasalahan:

“Mengapa Indonesia merubah kebijakan penenggelaman terhadap kapal asing

pada periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo?”

4
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, tujuan umum dan tujuang

khusus, yang akan diuraikan sebagai berikut:

1.3.1 Umum:

Menjelaskan bagaimana sebuah proses perubahan kebijakan luar negeri

yang dipengaruhi oleh agen-agen perubahan utama/primer dalam menentukan

arah kebijakan berikutnya.

1.3.2 Khusus:

Menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan kebijakan Indonesia

terhadap penenggelaman kapal asing berdasarkan pada faktor agen-agen

perubahan primer dan menentukan arah kebijakan setelah mengalami perubahan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharap dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Akademis:

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberi sumbangsi terhadap

pengetahuan mengenai bagaimana faktor agen primer memberi pengaruh terhadap

5
perubahan kebijakan luar negeri yang nantinya akan memberi arah baru terhadap

kebijakan luar negeri tersebut.

1.4.2 Praktis:

Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi sebuah acuan kepada

perancang dan penentu kebijakan dalam melihat kembali apa saja agen-agen yang

menjadi faktor perubahan kebijakan dan bagaimana menentukan arah kebijakan

setelahnya.

1.5 Kerangka Pemikiran Teoretis

Kerangka teori yang akan digunakan dalam memandang, memilah dan

menganalisis data ialah konsep analisis kebijakan luar negeri dan perubahan

kebijakan luar negeri. Melalui analisis kebijakan luar negeri nantinya dapat

diketahui mengenai alasan suatu negara dalam merubah kebijakan luar negerinya.

Pada penelitian sebelumnya tentang perubahan kebijakan Indonesia

terhadap kebijakan penenggelaman kapal asing ilegal, telah dibahas mengenai

adanya perubahan orientasi kebijakan dari deterensi ke ekonomi (Anastashya &

Wiswayana, 2020) dan pembahasan pada level analisis idiosinkratik dari Menteri

Susi Pudjiastuti (Utari, 2021). Dalam kajian lebih lanjut, penelitian ini akan

menjelaskan bagaimana perubahan kebijakan luar negeri dapat mengalami

perubahan berdasarkan pada faktor-faktor penentunya.

6
1.5.1 Kebijakan Luar negeri

Kebijakan luar negeri menurut definisi beragam menurut definisi secara

umum dan setiap pemikir atau ahli kebijakan luar negeri. Menurut Ensiklopedia

Britannica, kebijakan luar negeri adalah tujuan umum yang memandu kegiatan

dan hubungan suatu negara dalam interaksinya dengan negara lain (Britannica

Group Inc, 2020). Hal serupa juga hampir mirip dijelaskan oleh Robert Jackson

dan George Sorensen (2016, p. 439) yang menyatakan, “Kebijakan luar negeri

adalah rangkaian yang terdiri dari tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan yang

dimaksudkan untuk memandu keputusan dari tindakan pemerintah menyangkut

urusan-urusan eksternal, terutama hubungan dengan negara-negara asing.” Morin

dan Paquin (2018) mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai seperangkat

tindakan atau aturan yang mengatur mengenai otoritas politik independen yang

diterapkan dalam lingkungan internasional.

Secara komprehensif definisi mengenai kebijakan luar negeri dibahas di

dalam jurnal oleh Alieu S. Bojang dalam artikel yang berjudul “The Study of

Foreign Policy in International Relation” (Bojang, 2018). Pada artikelnya, Bojang

menjabarkan beberapa definisi kebijakan luar negeri dari para sarjana dan pemikir

lainnya seperti Charless Herman, George Modelski, Joseph Frankel, Pedelford

dan Lincoln, Huge Gibson, dan Deborah Gerner. Beberapa sarjana dan pemikir

tersebut memiliki definisi yang berbeda mengenai kebijakan luar negeri, dan dari

sekian banyak pemahaman tersebut Bojang menyimpulkan definisinya,

“Pandangan atas hasil yang diinginkan atau seperangkat kepentingan dalam

interaksi dengan negara atau aktor lain, strategi dan ide yang digunakan untuk

7
mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan ketersedian sumber daya oleh negara dalam

memandu interaksinya dengan negara lain.”

Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan oleh para pemikir dan

akademisi tersebut, penulis menemukan garis besar atau intisari dari definisi

kebijakan luar negeri. Berdasarkan hasil telaah penulis, kebijakan luar negeri

merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu negara dalam

lingkungan internasional menggunakan sumber daya yang dimiliki sebagai ide,

strategi, dan nilai jual.

1.5.2 Perubahan Kebijakan Luar Negeri

Perubahan kebijakan luar negeri memang tak dapat didefinisikan sebelum

mengetahui apa itu kebijakan luar negeri. Setelah mengetahui tentang apa itu

kebijakan luar negeri pada sub bab sebelumnya, pengertian mengenai perubahan

kebijakan luar negeri mulai dapat dipahami dari sini. Menurut Haesebrouck dan

Joly (2021) perubahan kebijakan luar negeri ialah perubahan pola tindakan yang

berkelanjutan terhadap aktor-aktor eksternal atau peraturan yang mengikat dengan

pola keberlanjutan baru atau aturan baru dengan tujuan dan/atau metode yang baru

pula. Secara garis besarnya, perubahan kebijakan luar negeri merupakan

perubahan pada kebijakan luar negeri baik dalam hal

Perubahan kebijakan luar negeri sendiri, terbagi menjadi beberapa

tingkatan berdasarkan pada tingkat perubahan yang terjadi, berdasarkan pada apa

yang dikemukakan Herman (1990) berikut:

8
1. Adjustment Changes atau perubahan yang diatur. Meski adanya gejolak

dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri, apa yang menjadi tujuan dan

cara mencapainya tidak berubah. Hal yang berubah hanya besar atau

kecilnya usaha yang dilakukan.

2. Program Changes atau perubahan program. Tujuan dari kebijakan luar

negeri tidak berubah, hanya cara atau metode dalam mencapainya yang

perlu dirubah agar sesuai dengan kondisi yang berlaku.

3. Problem/Goal Changes atau perubahan terhadap masalah dan tujuan yang

dihadapi. Pada tingkat ini, tujuan dan masalah kebijakan luar negeri

diganti atau bahkan dilupakan. Pada tingkat ini tujuan dari kebijakan luar

negeri diganti.

4. International Orientation Changes atau perubahan orientasi internasional.

Kasus paling ekstrem terhadap perubahan kebijakan luar negeri.

Pandangan para aktor dalam penentuan kebijakan luar negeri sangat

dipengaruhi peran dan aktivitas internasional. Dimungkinkan juga tidak

hanya satu, melainkan banyak kebijakan juga ikut berubah.

Tingkatan perubahan tersebut digunakan untuk mengetahui pada tingkat mana dan

bagaimana arah perubahan kebijakan luar negeri, dilihat dari tujuan dan metode

yang berubah. Guna mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana kebijakan dapat

berubah, perlu diketahui adanya agen-agen sebagai sumber terhadap perubahan

tersebut

1. Leader Driven atau kendali penguasa. Didasarkan pada kuasa atau kendali

pemilik otoritas tertinggi dalam birokrasi pemerintahan, biasanya kepala

9
pemerintahan. Figur ini penting dalam memiliki kuasa dan keyakinan

dalam mewujudkan visinya terhadap arah perubahan kebijakan luar negeri.

2. Bureaucratic Advocacy atau advokasi birokrasi. Agen perubahan yang

berwujud kelompok-kelompok atau individu-individu dalam

pemerintahan. Tidak menggambarkan pemerintahan seutuhnya, namun

kelompok-kelompok dan individu-individu ini memiliki akses ke pejabat

tinggi pemerintahan yang memudahkan mereka dalam memberi pengaruh

terhadap perubahan kebijakan luar negeri.

3. Domestic Restructuring atau restrukturisasi domestik. Tatanan rezim

domestik yang berubah dapat menjadi agen primer. Perubahan pada

struktur sosial ini dapat berasal dari adanya pergantian rezim atau tekanan

lain dari tatanan tersebut.

4. External Shock atau kejutan eksternal. Keterkejutan terhadap situasi

lingkungan internasional yang ekstrem, sehingga merubah pandangan dan

tujuan terhadap kebijakan luar negeri. Pada titik ini, tidak hanya satu

kebijakan luar negeri saja yang dapat berubah, kebijakan-kebijakan lain

pun dapat ikut berubah.

Agen-agen primer tersebut nantinya dapat menjelaskan bagaimana pengaruh dari

faktor dalam mengubah kebijakan luar negeri suatu negara. Ada pun agen-agen ini

lah yang nantinya menjadi determinan utama dalam perubahan kebijakan luar

negeri.

10
1.6 Operasional Konsep

Operasional konsep digunakan untuk menjelaskan pengertian dan

karakteristik konsep utama (pokok) yang yang digunakan beserta kemungkinan

operasionalnya.

1.6.1 Definisi Konseptual

1. Kebijakan luar negeri, merupakan sebuah produk atau alat yang

dikeluarkan oleh pemerintahan suatu negara yang digunakan dalam mencapai

tujuan politiknya di ranah internasional dengan menggunakan berbagai sumber

daya yang tersedia.

2. Perubahan kebijakan luar negeri, merupakan sebuah perubahan arah

kebijakan luar negeri yang berkelanjutan dengan sebuah bentuk tujuan atau

metode yang berubah.

1.6.2 Definisi Operasional

1. Kebijakan luar negeri Indonesia mengenai penenggelaman kapal asing

pelanggar sebagai bentuk atau produk dari era rezim yang berkuasa atau

berotoritas penuh. Kebijakan luar negeri adalah sebagai bentuk dari visi gagasan

Poros Maritim Dunia yang digadang oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah

satu bentuk kebijakan luar negerinya terhadap keamanan maritim.

11
2. Perubahan kebijakan luar negeri Indonesia mengalami perubahan pada

masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang kedua, yang mana tindakan

penenggelaman kapal asing yang melanggar menjadi tidak garang seperti periode

kepemimpinan sebelumnya.

1.7 Argumen Penelitian

Argumen penelitian penulis datang dari sebuah asumsi atas pendekatan-

pendekatan dan peristiwa yang telah terjadi serta terarfirmasi faktual. Penulis

berargumen bahwa terjadinya perubahan kebijakan luar negeri diakibatkan oleh

faktor agen primer leader driven dan bureaucratic advocacy, yaitu individu pada

sosok presiden sebagai kepala negara sekaligus pemerintahan dan menteri-

menterinya yang sebagai pembantu presiden dalam menerapkan kebijakan sesuai

kewenangan yang diberikan. Pada tingkat perubahan, argumen berasumsi pada

level adjustment change atau perubahan yang diatur berdasarkan banyak-sedikit

usaha yang dilakukan, namun tujuan dan program tidak berubah. Hal ini

didasarkan bahwa kebijakan yang lama masih berlaku namun pelaksanaannya

tidak berjalan dengan semestinya.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pemilihan

metode ini didasarkan pada penelitian yang mencoba mencari sebab mengenai

perubahan kebijakan luar negeri dan akibat dari perubahan kebijakan tersebut

12
berdasarkan dari agen primer dan tingkat perubahan yang terjadi. Penalaran

dilakukanecara induktif yang bermula dari data yang kemudian digeneralisasi

secara empiris untuk ditarik sebuah kesimpulan.

1.8.1 Tipe Penelitian

Pemilihan metode eksplanatif didasarkan pada penelitian yang mencoba

mencari sebab mengenai perubahan kebijakan luar negeri dan akibat dari

perubahan kebijakan tersebut berdasarkan dari agen primer dan tingkat perubahan

yang terjadi. Tipe eksplanatif dipilih karena dianggap mampu untuk memberi

penjelasan mengenai sebab-sebab yang saling berkaitan dalam menjawab rumusan

masalah yang substansinya mengarah kepada pandangan suatu teori.

1.8.2 Situs Penelitian

Penetapan tempat atau wilayah penelitian akan ditetapkan berada di

lingkungan penulis seperti rumah dan kampus, dikarenakan sumber data yang

tidak memerlukan pencarian data lapangan atau data sekunder (data yang

diperoleh tidak langsung dari sumbernya).

1.8.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini akan berfokus pada individu yang dalam argumentasi

penulis sebagai faktor determinan dalam perubahan kebijakan luar negeri.

1.8.4 Jenis Data

13
Penelitian kualitatif menggunakan data berupa: teks, kata-kata tertulis,

frasa-frasa dan simbol-simbol, yang mengambarkan atau menginterpretasikan

orang-orang, tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sosial.

1.8.5 Sumber Data

Sumber-sumber yang akan diambil merupakan data sekunder. Data

sekunder dipilih karena kepraktisan perihal jangka waktu dan biaya dalam

penelitian. Perlu diperhatikan bahwa sumber data perlu diperhatikan kredibilitas

datanya. Sumber-sumber ini nantinya akan didapat dari repositori jurnal yang

telah bekerjasama dengan UNDIP untuk dapat diakses mahasiswa; seperti JSTOR,

Science Direct, Scopus, Springer, EBSCO, dan portal jurnal lainnya. Lalu, untuk

buku adalah buku-buku yang telah dicek kredibilitas penulis dan penerbitnya,

yang dapat diperoleh melalui milik pribadi atau perpustakaan Universitas dan

Fakultas.

1.8.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik dari pengumpulan data sendiri akan mengambil teknik kajian

pustaka. Kajian pustaka akan mencari sumber-sumber relevan dan kredibel dari

bahan bacaan seperti jurnal, buku, dan sumber pendukung lain (internet).

1.8.7 Analisis dan Interpretasi Data

Teknik analisis data akan menggunakan teknik kongruen. Teknik ini akan

memilah sumber data yang sesuai dengan asumsi teori yang digunakan. Teori

akan digunakan untuk menyaring data agar nantinya didapat data yang sesuai

14
asumsi dan dapat dikaitkan antar satu dengan lainnya. Apabila telah didapat data

yang sesuai, maka data akan diolah lebih lanjut ke bab selanjutnya.

1.8.8 Kualitas Data (goodness criteria)

Kualitas data menggunakan paradigma interpretatif (kosntruktif) yang

diperoleh melalui kredibilitas dan otensitas data realitas yang dihayati oleh para

pelaku sosial.

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan terbagi menjadi empat bab sebagai berikut:

Bab 1 adalah pendahuluan yang berisi kerangka desain landasan dan riset

dari penelitian skripsi. Pada bab ini sudah terpapar secara jelas rincina dari tulisan

di atas.

Bab 2 akan menjelaskan mengenai kebijakan penenggelaman kapal

pelanggar asing sebagai bentuk kebijakan luar negeri Indosia sebagai salah satu

bentuk perwujudan gagasan Poros Maritim Dunia. Bab ini pula menjelaskan lebih

terperinci mulai dari awal pembentukan kebijakan sampai bukti terlihatnya

perubahan kebijakan setelah Presiden Joko Widodo menjabat untuk periode

kedua.

15
Bab 3 akan memberikan gambaran serta penjelasan mengapa kebijakan

Indonesia terhadap penenggelaman kapal pelanggar asing pada masa

kepemimpinan periode kedua Presiden Joko Widodo mengalami perubahan. Hal

ini akan dibahas lebih lanjut dengan melihat satu atau lebih faktor yang

memengaruhi perubahan kebijakan luar negeri tersebut. Nantinya akan terlihat

lebih jelas pada tahap mana dan arah baru dari perubahan kebijakan luar negeri

tersebut.

Bab 4 adalah bagian penutup berisi kesimpulan hasil penelitian.

Kesimpulan ini digunakan untuk menguji apakah hasil penelitian sudah sesuai

dengan dugaan dan rumusan masalah atau malah berbeda dari dugaan. Nantinya

pada bagian ini akan dijabarkan mengenai kelemahan apa saja yang terdapat

dalam penelitian serta saran yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Jackson, R. & Sorensen, G., 2016. Pengantar Studi Hubungan
Internasional- Teori dan Pendekatan Edisi Kelima. 5 ed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Joly, J. K. & Haesebrouck, T., 2021. Introduction: Foreign Policy CHange.
In: J. K. Joly & T. Haesebrouck, eds. Foreign Policy Change in Europe Since
1991. Cham: Palgrave Macmillan, Cham, pp. 1-20.
Morin, J.-F. & Paquin, J., 2018. What Is Foreign Policy Analysis?. 1 ed.
s.l.:Palgrave Macmillan Cham.

Jurnal Artikel
Anastashya, M. & Wiswayana, W. M., 2020. Orientasi Baru Kebijakan di
Laut oleh Pemerintah Indonesia: Pergeseran dari Deterensi ke Strategi Ekonomi.
Jurnal Lemhannas RI, 8(2), pp. 57-75.
Bojang, A. S., 2018. The Study of of Foreign Policy in International
Relations. Journal of Political Sciences and Public Affairs, 6(4), pp. 1-9.
Herman, C. F., 1990. Changing Course: When Governments Choose to
Redirect Foreign Policy. International Studies Quarterly, 34(1), pp. 3-21.

Dokumen Daring
Utari, 2021. Sriwijaya. [Online]
Available at: https://repository.unsri.ac.id/41563/
[Accessed 30 September 2022].

Internet
Britannica Group Inc, 2020. Encyclopædia Britannica. [Online]
Available at: https://www.britannica.com/topic/foreign-policy
[Accessed 22 Mei 2020].
Darisman, M. & Fajri, M., 2022. Kumparan. [Online]
Available at: https://kumparan.com/kumparanbisnis/tak-ditenggelamkan-kapal-
pencuri-ikan-bakal-dimanfaatkan-kkp-buat-nelayan-1ycszY0hYXS/full
[Accessed 30 September 2022].
Herman, 2021. Investor.id. [Online]
Available at: https://investor.id/business/274443/tak-ditenggelamkan-kkp-

18
hibahkan-kapal-sitaan-ke-nelayannbsp
[Accessed 29 September 2022].
Idris, M., 2020. Kompas.com. [Online]
Available at: https://money.kompas.com/read/2020/07/18/062103126/3-alasan-
menteri-edhy-tak-lagi-tenggelamkan-kapal-maling-ikan?page=all
[Accessed 29 September 2022].
Kantor Staf Presiden, 2019. Kantor Staf Presiden RI. [Online]
Available at: http://ksp.go.id/tentang-kantor-staf-presiden/index.html
Kembaren, L., 2018. CNBC Indonesia. [Online]
Available at:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180821163208-4-29617/zaman-jokowi-
488-kapal-ilegal-ditenggelamkan
[Accessed 29 September 2022].
Librianty, A., 2021. Liputan6. [Online]
Available at: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4524513/100-hari-kerja-
menteri-trenggono-tenggelamkan-26-kapal-ikan-ilegal
[Accessed 29 September 2022].
RI, S. K., 2016. presidenri.go.id. [Online]
Available at: http://www.presidenri.go.id/program-prioritas-2/visi-nawacita-
dalam-politik-luar-negeri-indonesia.html
[Accessed 28 Februari 2020].
Wedhaswary, I. D., 2015. nasional.kompas.com. [Online]
Available at:
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prio
ritas.Jokowi-JK
[Accessed 28 Februari 2020].

19

Anda mungkin juga menyukai