Anda di halaman 1dari 2

Nomor: PENG-19/UN2.HIP/HMI.

03/2022
SIARAN PERS
Depok, 14 Januari 2022

MEMAHAMI BENUA AFRIKA: KUNCI KEBERHASILAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

Depok, 14 Januari 2022. Kebijakan pragmatik Presiden Joko Widodo dan jiwa kewirausahaannya muncul
sebagai faktor pendorong utama politik luar negeri Indonesia terhadap benua Afrika. Di sisi lain,
sebenarnya Afrika bisa menjadi jalan Indonesia menuju kekuatan besar dunia jika saja Indonesia dapat
meningkatkan kapasitas pengetahuannya tentang Afrika.

Inilah yang ditulis oleh Christophe Dorigné-Thomson, seorang pria warga negara campuran Inggris-
Perancis dalam disertasinya yang berjudul “Pergeseran Politik Luar Negeri Indonesia Menuju Afrika
dalam Konteks Asia-Afrika dibawah Kepemimpinan Presiden Ir. H. Joko Widodo”.

Disertasi ini berhasil ia pertahankan pada sidang promosi doktor program pascasarjana Ilmu Politik FISIP
UI yang berlangsung secara daring pada pekan lalu (07/01). Christophe lulus dengan predikat cumlaude
dan menjadi Doktor Ilmu Politik ke-133.

Penelitian ini mengkaji politik luar negeri Indonesia di periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo
dan menganalogikan politik luar negeri Indonesia-Afrika dengan hubungan Indonesia dengan negara-
negara besar lainnya di dunia, seperti Jepang, Cina, India, Korea Selatan, Brasil, dan Turki.

Indonesia, meskipun pernah menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun
1955, sebenarnya terlambat membangun hubungan bilateral dengan negara-negara Afrika di era modern
ini dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Bertujuan untuk mengejar ketertinggalan
tersebut, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo memutuskan untuk menjadikan
Afrika sebagai prioritas politik luar negeri melalui jalur bilateral.

Salah satu cara untuk membangun hubungan bilateral yang lebih kuat ini salah satunya adalah dengan
cara politik figur. Sosok dan gaya Jokowi yang sederhana dan rendah hati dapat memberikan citra positif
bagi politik luar negeri Indonesia.

Selain itu, hubungan diplomatik juga dibangun melalui kegiatan-kegiatan bersama antara Indonesia-
Afrika pada Indonesia Africa Forum yang diadakan pada April 2018 di Bali. “Jokowi ingin memanfaatkan
Bandung untuk keuntungan ekonomi bersama dengan Afrika. Hal ini sejalan dengan final communiqué
KAA Bandung tahun 1955 yang menyerukan hubungan ekonomi Asia-Afrika yang kuat. Gaya Jokowi
membantu menyederhanakan masalah rumit, dan pragmatismenya menembus rintangan birokrasi,” ujar
Christophe.

Studi baru terkait hubungan diplomatik Indonesia-Afrika ini mengandung unsur kebaruan karena tidak
ada penelitian sebelumnya yang memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika
hubungan bilateral Indonesia-Afrika.

Menurut Christophe, “Politik luar negeri yang lebih ekspansif dimungkinkan oleh kekuatan material
Indonesia yang meningkat, namun faktor material tidak dapat sepenuhnya menjelaskan keterlibatan
Indonesia dengan Afrika. Indonesia sebagai developmental state dan para pemimpin tertingginya
terutama presiden, memiliki logikanya sendiri. Status internasional dan politik domestik seperti
pembenaran keberhasilan pembangunan domestik terhadap khalayak domestik dapat dilihat di antara
kepentingan nasional inti tertinggi Indonesia yang berkorelasi dengan keamanan dan stabilitas rezim,”
ujarnya.

Selain itu, Christophe menjelaskan bahwa dalam konteks geopolitik persaingan sistemik Amerika
Serikat-Cina, Afrika dapat menawarkan solusi baru untuk menyeimbangkan kekuatan besar bagi
Indonesia dan ASEAN. Ia menyimpulkan bahwa ketahanan dan keberhasilan pendekatan Afrika-
Indonesia hanya dapat dinilai dalam jangka panjang dan sangat bergantung pada kepemimpinan
presiden, serta kapasitas akademik Indonesia dalam memahami dinamika benua Afrika.

Promosi doktor ini diketuai oleh Prof. Drs. Isbandi Rukminto Adi, M.Kes., Ph.D.; sebagai promotor Guru
Besar Ilmu Politik UI Prof. Dr. Maswadi Rauf MA.; kopromotor 1 Edy Prasetyono, S.Sos, M.I.S., Ph.D.;
dan kopromotor 2 Meidi Kosandi, S.IP., M.A., Ph.D. Tim penguji pada sidang ini adalah Dr. H. Teuku
Faizasyah, M.Si. (Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia), Julian Aldrin Pasha, M.A., Ph.D. (Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP UI), dan Drs. Fredy
Buhama Lumban Tobing, M.Si (Departemen Hubungan Internasional FISIP UI).

###

Dra. Amelita Lusia, M.Si. CPR


Kepala Biro Humas dan KIP UI
Media contact: Mariana Sumanti, S.Hum, Wanda Ayu Agustin, S.IP
(Media Relations UI, humas@ui.ac.id ; 08151500-0002)

Anda mungkin juga menyukai