Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA (B)

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA


PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO

Anggota Kelompok 3:

Dinarti E061211030
Nur Afifah Ramadhani Musa E061211031
Dian Atika Rahma E061211034
Hafidz Zaula Miftah E061211038
Muhammad Arrafi Rizky Deanto E061211039

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lampiran 1

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Sebagai sivitas akademika Universitas Hasanuddin, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (NIM) :
1. Dinarti (E061211030)
2. Nur Afifah Ramadhani Musa (E061211031)
3. Dian Atika Rahma (E061211034)
4. Hafidz Zaula Miftah (E061211038)
5. Muhammad Arrafi Rizky Deanto (E061211039)

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional


Departemen : Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Makalah Kelompok 3000 Kata
Jumlah Kata :
Dosen : Prof. H. Darwis, MA., Ph.D & H. Abdul Razaq Z. Cangara, S.IP., M.Si.,
M.IR

Menyatakan bahwa makalah kelompok yang kami serahkan adalah hasil karya kami sendiri
dan belum pernah dipublikasikan. Referensi untuk semua kutipan langsung maupun tidak
langsung sudah dicantumkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dibuat di : Kota Makassar


Pada tanggal : 12 April 2023

Yang menyatakan,

No. Nama Mahasiswa Tanda Tangan

1 Dinarti

2 Nur Afifah Ramadhani Musa

ii
3 Dian Atika Rahma

4 Hafidz Zaula Miftah

5 Muhammad Arrafi Rizky Deanto

iii
Lampiran 2

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS FINAL UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Hasanuddin, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (NIM) :
1. Dinarti (E061211030)
2. Nur Afifah Ramadhani Musa (E061211031)
3. Dian Atika Rahma (E061211034)
4. Hafidz Zaula Miftah (E061211038)
5. Muhammad Arrafi Rizky Deanto (E061211039)

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional


Departemen : Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya : Research Paper 5000 Words
Jumlah Kata :
Dosen : Prof. H. Darwis, MA., Ph.D & H. Abdul Razaq Z. Cangara, S.IP., M.Si.,
M.IR

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Hasanuddin, Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas
karya ilmiah kami yang berjudul:

Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto

bersama perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,
Universitas Hasanuddin berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas makalah kelompok
kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai kontributor publikasi.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Kota Makassar


Pada tanggal : 12 April 2023

Yang menyatakan,

No Nama Mahasiswa Tanda Tangan


.
1 Dinarti

iv
2 Nur Afifah Ramadhani Musa

3 Dian Atika Rahma

4 Hafidz Zaula Miftah

5 Muhammad Arrafi Rizky Deanto

v
Daftar Isi
LAMPIRAN 1 ii
LAMPIRAN 2 iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI PRESIDEN SOEHARTO 3
A. Politik Luar Negeri Indonesia Era Presiden Soeharto 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Politik Luar Negeri Era Presiden Soeharto 4
1) Faktor Eksternal 4
a. Pengaruh Perang Dingin 4
b. Globalisasi Ekonomi 5
c. Pengaruh Rezim Internasional 6
d. Dinamika Hubungan Internasional 6
2) Faktor Internal 7
a. Historis 7
b. Pengaruh Ideologi 7
c. Pengaruh Stabilitas Politik 7
Faktor Dominan yang Mempengaruhi Politik Luar Negeri Era Presiden Soeharto 7
BAB III ARAH POLITIK LUAR NEGERI PEMERINTAHAN SOEHARTO 9
BAB IV KESIMPULAN 11
DAFTAR PUSTAKA 13

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai kebijakan politik luar negeri
(polugri) yang diterapkan oleh Presiden Soeharto selama masa pemerintahannya yang
berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998. Fokus utama dari tulisan ini adalah tentang sistem
Demokrasi Orde Baru yang diadopsi oleh Indonesia pada masa itu. Untuk menjelaskan dan
menganalisis topik ini, penulis akan mengacu pada berbagai jurnal dan situs web yang
menyoroti sejarah Indonesia dan hubungan internasional. Penjelasan dalam makalah akan
mencakup beberapa aspek yang relevan, termasuk gambaran umum mengenai kebijakan
polugri Soeharto, studi kasus tertentu, serta faktor yang membentuk dasar kebijakan luar
negeri Presiden Soeharto. Oleh karena itu, tulisan ini akan menjadi referensi yang tepat bagi
siapa saja yang ingin memperdalam pemahaman mereka tentang kebijakan polugri pada masa
pemerintahan Soeharto dan bagaimana ia berhasil menerapkan sistem Demokrasi Orde Baru.

Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, yaitu dari tahun 1967 hingga 1998,
Indonesia memiliki kebijakan polugri yang sangat konsisten dan fokus pada prinsip nonblok,
kepentingan nasional, dan ketahanan nasional. Sebagai negara dengan populasi terbesar di
ASEAN, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas regional.
Salah satu kebijakan polugri yang terkenal pada masa kepemimpinan Soeharto adalah
kebijakan "merdeka tidak ikut campur" atau bebas aktif. Kebijakan ini diambil untuk
mempertahankan kemerdekaan dan tidak tergantung pada kekuatan asing dalam mengambil
keputusan politik. Hal ini mengacu pada prinsip nonblok dan merupakan kebijakan luar
negeri yang sangat konsisten dengan prinsip-prinsip dasar kenegaraan Indonesia. 1 Selama
masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia juga mampu memainkan peran penting
dalam berbagai isu global, seperti masalah lingkungan dan perdagangan internasional.

Pada akhir 1980-an, Indonesia memimpin inisiatif untuk mempromosikan pembangunan


berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, Indonesia juga mampu
memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik di Kamboja pada tahun 1991 melalui
Konferensi Perdamaian Internasional tentang Kamboja.2 Meskipun demikian, pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan dalam

1
Suryadinata, L. (2007) Indonesia’s Foreign Policy Under Soeharto. Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies.
2
Ibid

1
hubungan internasional. Salah satu tantangan tersebut adalah krisis hak asasi manusia di
Timor Timur, yang berakhir dengan pemisahan wilayah tersebut dari Indonesia pada tahun
1999. Pada saat yang sama, hubungan dengan Australia juga menjadi tegang karena
perselisihan atas wilayah laut dan kebijakan imigrasi Australia yang dianggap diskriminatif
terhadap warga Indonesia.3

Berdasarkan gambaran umum diatas, makalah ini akan dibagi menjadi 4 bagian. Bagian
pertama dari makalah adalah pendahuluan, berisi gambaran makalah secara umum, argumen
utama dan pendukung, dan segmentasi / pembabakan makalahnya. Bagian kedua dari
makalah adalah Analisis Politik luar negeri Masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan terbagi
menjadi 3 subbab, subbab pertama akan membahas Politik luar negeri Masa Pemerintahan
Presiden Soeharto, subbab kedua akan membahas Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Politik luar negeri Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (Faktor Internasional/Eksternal,
Internal, Individual/Idiosinkratik – Leadership/Psikologi/Kognitif), subbab ketiga akan
membahas Faktor Dominan yang Mempengaruhi Politik luar negeri Masa Pemerintahan
Presiden Soeharto. Bagian ketiga dari makalah ini adalah Arah Politik luar negeri Masa
Pemerintahan Presiden Soeharto, serta Bagian keempat atau terakhir dari makalah ini berisi
Kesimpulan dan Daftar Pustaka.

3
Emmerson, D.K. (1998) Indonesia Beyond Suharto: Polity, Economy, Society, Transition (Asia & the Pacific).
First. M. E. Sharpe.

2
BAB II

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI PRESIDEN SOEHARTO

A. Politik Luar Negeri Indonesia Era Presiden Soeharto

Haluan politik luar negeri Indonesia adalah Bebas Aktif, Bebas artinya memilih untuk
tidak memihak kepada kekuatan-kekuatan yang eksis dan yang tidak sesuai dengan nilai
Pancasila. Sedangkan “Aktif” yaitu memilih untuk ikut serta dalam mengeluarkan kebijakan
luar negeri dan tidak bertindak pasif dalam merespon kondisi global. Orde baru lahir dari
respon gagalnya orde lama akan realisasi “politik bebas aktif” yang ditandai oleh tragedi
G.30.S/PKI. Hal ini mengakibatkan Soeharto sebagai presiden pada masa itu harus
menanggung peningkatan inflasi yang lebih dari 500%, harga pangan seperti beras yang
900% lebih mahal hingga jumlah hutang luar negeri yang diperkirakan lebih dari 2,400 juta
dollar AS4. Tak hanya harus menyelesaikan masalah tersebut kebijakan yang dikeluarkan
untuk menyelesaikan masalah tersebut harus sesuai dengan haluan politik Indonesia yaitu
Bebas-Aktif. Hal ini jelas meninggalkan banyak hal untuk diselesaikan di masa
kepemerintahan Soeharto.

Hal itu tampaknya menjadikan Soeharto sebagai presiden yang menjabat paling lama yaitu
selama 32 tahun. Dengan masa jabatan Soeharto yang sangat berbeda dengan kepresidenan
lainnya menjadikan karakteristik dan kondisi politik luar negeri Indonesia juga cukup
berbeda pada masa itu. Di mana prioritas Soeharto semasa pemerintahannya berpusat pada
stabilitas dan pembangunan. Mulai pada proses pemulihan ekonomi lewat penerimaan
bantuan dari IGGI yang terbentuk dari negara-negara barat dan Jepang. Hal ini sukses dan
menjadikan Indonesia dari status negara termiskin ke menengah. Namun hal lain yang dapat
kita lihat adalah bagaimana Indonesia di masa kepemerintahan Soeharto berusaha untuk lepas
dari negara-negara komunis dan mengeratkan hubungan ke negara-negara barat dan Jepang.
Soeharto juga mencoba untuk menghidupkan antitesa dari orde lama dengan cara
menciptakan nuansa politik luar negeri yang low profile alih alih seperti orde lama yang
kebijakannya cenderung konfrontatif. Soeharto memilih untuk membangun citra Indonesia
yang bersahabat dan dapat dipercaya dengan cara membuka lebar pintu kerja sama dengan

4
Erianto (2022) Kebijakan Perberasaan: Dari Orde Lama Hingga Reformasi, Kompas.id available at:
https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2022/02/25/kebijakan-perberasan-dari-orde-lama-hingga-reformasi

3
negara-negara barat dan dimulai dengan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia pada tahun
11 Agustus 1966 yang dilanjut bergabung kembalinya Indonesia di PBB.

Indonesia yang juga tercatat pernah memutus hubungan diplomatik dengan negara-negara
komunis (dengan alasan memprioritaskan stabilitas masyrakat yang terguncang pasca tragedi
G.30.S/PKI) juga mulai menjalin hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok dengan alasan
ekonomi. Indonesia sebagai ketua OKI (Organisasi Konferensi Islam) dalam upaya untuk
memperkuat hubungan dengan negara timur tengah, pembentukan ASEAN sebagai cara
dalam tururt serta menjaga stabilitias regional, Indonesia sebagai negara Non Blok dan
memperkuat diplomasi dengan negara maju seperti Jepang, Amerika, Prancis dan lainnya. Ini
bentuk keberhasilan dan konsistensi pemerintah yang mempunyai prioritas dan berpusat
kepada stabilitas dan pembangunan.

Adapun instrumen yang sering digunakan pada masa era Orde Baru dalam mencapai
kepentingan nasional adalah diplomasi untuk dukungan bantuan luar, perdagangan bebas,
investasi swasta, dan kekuatan militer dan daya tahan regional. Instrumen yang sering
digunakan untuk memenuhi kepentingan nasional ialah investasi swasta, diplomasi untuk
bantuan dan dukungan asing, perdagangan bebas, kekuatan militer dan daya tahan regional 5.
Pada awal kepemerintahan, Soeharto berhasil memipin Indonesia dan menciptakan stabilitas
dan kemajuan yang pesat dalam segi ekonomi dan pembangunan. Namun hal ini kian berubah
pada pertengahan 1980-an hingga 1998. Dimana Soeharto menjadi kian otoriter dan
militeristik. Pemerintahan Soeharto yang represif kepada masyarakat dan akomodatif ke luar
negeri malah memicu gerakan seperatisme dari dalam masyarakat dan justru menjadi
hambatan dalam proses pengembangan politik luar negeri di masa Orde Baru.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Politik Luar Negeri Era Presiden Soeharto


1) Faktor Eksternal
a. Pengaruh Perang Dingin

Pada masa kepresidenan Soeharto, terdapat beberapa faktor eksternal yang


mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Indonesia. Pertama-tama, Perang Dingin
pada saat itu membagi dunia menjadi dua blok yaitu Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat dan Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Indonesia pada masa itu lebih

5
Anggara S. (2013) Sistem Politik Indonesia Bandung: Pustaka Setia

4
cenderung mendukung blok Barat di bawah kepemimpinan Soeharto dan menjalin
hubungan yang baik dengan Amerika Serikat.

b. Globalisasi Ekonomi
Selanjutnya, globalisasi ekonomi yang terjadi pada masa itu mempengaruhi
kebijakan politik luar negeri Indonesia. Soeharto berusaha mempererat hubungan
dengan negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa
karena Indonesia ingin mengikuti tren globalisasi ekonomi. Indonesia juga memperkuat
hubungan dagang dengan mitra dagang tradisional seperti Singapura dan Malaysia.
Selain itu, Indonesia memiliki hubungan yang kompleks dengan negara tetangga seperti
Malaysia, Filipina, dan Australia. Namun, pada masa kepresidenan Soeharto, Indonesia
berhasil membangun hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga. Indonesia
juga aktif dalam berbagai organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, dan Gerakan
Non Blok.6 Soeharto memanfaatkan keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut
untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Selama masa
kepemimpinan Soeharto, terjadi perubahan dalam sistem internasional, termasuk
berakhirnya Perang Dingin dan semakin pentingnya globalisasi. Indonesia berhasil
beradaptasi dengan perubahan tersebut dan memperkuat posisinya di kancah
internasional. Namun, terdapat juga beberapa krisis regional yang mempengaruhi
kebijakan politik luar negeri Indonesia seperti krisis ekonomi Asia 1997-1998 dan
konflik Timor Timur.

Indonesia berhasil keluar dari krisis tersebut dengan mengambil langkah yang tepat.
Selama masa kepresidenan Soeharto, terdapat beberapa konflik internasional yang
mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Indonesia seperti konflik di Kamboja dan
Timor Timur. Indonesia berupaya menyelesaikan sengketa secara damai dan menjaga
hubungan baik dengan negara-negara yang terlibat. Selain menjalin hubungan dengan
negara besar, Indonesia juga aktif membangun hubungan bilateral dengan negara kecil
dan menengah di berbagai belahan dunia untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah
internasional.7 Perkembangan regional juga menjadi fokus pada masa kepresidenan
Soeharto dengan pembentukan Area Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan Forum

6
Bina Aksara, 1986), him. 15 A.W.Widjaja, Indonesia Asia Afrika Nan Blok Politik Bebas Aktif, Jakarta.
7
Rajab, B., 2004. Negara Orde Baru: Berdiri di Atas Sistem Ekonomi dan Politik yang Rapuh.
Sosiohumaniora, 6(3), p.182.

5
Regional ASEAN (ARF). Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan
daerah dan memperkuat posisinya di kancah internasional melalui partisipasi dalam
forum-forum regional tersebut. Secara keseluruhan, Pada masa kepresidenan Soeharto
faktor eksternalnya sangatlah bergaram dan kompleks dalam kebijakan politik. Namun,
Indonesia berhasil mengatasi tantangan tersebut dan memperkuat kebijakannya.

Pada akhir tahun 1990-an, terutama di wilayah Asia Tenggara, negara-negara


memiliki kecenderungan untuk bekerjasama membentuk suatu struktur kerjasama
regional yang dapat memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
Hal ini mencerminkan fakta bahwa upaya kerjasama regional sebelumnya seperti ASA,
SEATO, dan MAPHILINDO tidak lagi dianggap sebagai alat yang cukup efektif untuk
menciptakan ketertiban di wilayah tersebut karena kondisi politik yang berbeda.
Meskipun Indonesia berusaha untuk mendapatkan posisi politik yang signifikan di
tingkat internasional, di bawah kepemimpinan Suharto, fokusnya lebih pada
peningkatan kondisi ekonomi dan stabilitas politik di dalam negeri. Kedua hal tersebut
saling terkait dalam arti bahwa mencapai stabilitas politik dapat memberikan pengaruh
positif pada pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Semua faktor eksternal ini
mempengaruhi situasi politik, sosial dan ekonomi Indonesia pada masa kepresidenan
Suharto, yang berujung pada kejatuhannya.8
c. Pengaruh Rezim Internasional
Indonesia merupakan negara yang aktif dalam organisasi internasional, seperti PBB,
ASEAN, APEC dll. Indonesia juga aktif dan mengambil peran besar dibeberapa forum
internasional. Hal ini membuat Indonesia akan menjalankan kebijakan politiknya sesuai
nilai-nilai dan dinamika yang terjadi dalam organisasi internasionalnya.
d. Dinamika Hubungan Internasional
Analisis hubungan internasional yang dinamis kian menampilkan perubahan salah
satunya adalah memudarnya permasalahan tentang ideologi9. Perihal perbedaan
ideologi antara kedua negara adidaya yaitu AS dengan Uni Soviet tidak lagi menjadi
pusat perdebatan. Bagaimana fenomena yang lebih relevan adalah adanya
interdependensi antara negara satu dengan negara lainnya yang mengakibatkan

8
Tantangan Masa Depan, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), him. 99
Zainuddin Djafar, Perkembangan studi Hubungan Internasional
9
Mindiani. (1990). Menengok Sejenak Pelaksanaan Politik Luar Negeri RI di Masa Orba. FORUM: Majalah
Pengembangan Ilmu Sosial hlm 94-98.

6
dibutuhkannya suatu hubungan kerjasama yang kuat terlepas dari ideologi yang dianut
suatu negara.

2) Faktor Internal
a. Historis

Indonesia memutus hubungan oleh Cina berlandaskan pada instabilitas politik yang
terjadi dimana secara historis dan bagaimana pandangan militer yang melihat Cina yang
turut terlibat pada G.30.S/PKI 10. Hal inilah yang mendorong orientasi pemerintahan
Soeharto untuk mengurangi hubungan diplomatiknya dengan negara-negara komunis
dan mencoba untuk menarik bantuan dari negara-negara barat atau negara maju
lainnya. Walupun pada akhirnya Indonesia tetap menjalin kembali hubungan politik
bersama Cina dan negara komunis lainnya.

b. Pengaruh Ideologi
Kebijakan luar negeri Indonesia juga dipengaruhi oleh idelogi negara yaitu
Pancasila. Pancasila menjadi landasan dalam kebijakan luar negeri, yang mencakup
prinsip non-aliensi, ketidakcampuran urusan dalam negeri negara lain, serta kerja sama
internasional untuk perdamaian dan kemanusiaan.
c. Pengaruh Stabilitas Politik
Stabilitas politik dan keamanan dalam negeri juga mempengaruhi kebijakan luar
negeri Indonesia. Soeharto berusaha menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam
negeri, sehingga kebijakan luar negeri lebih menitikberatkan pada upaya menjaga
stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Politik Luar Negeri Era Presiden Soeharto

Pada masa kepresidenan Soeharto, beberapa faktor mempengaruhi kebijakan luar negeri
Indonesia. Namun, faktor yang dominan adalah keamanan dan stabilitas domestik,
kepentingan nasional, hubungan dengan kekuatan besar, dan pembangunan ekonomi.
Keamanan dan stabilitas dalam negeri sangat penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia
akibat konflik dan ketidakstabilan politik pada awal era Soeharto. Pemerintah berupaya

10
Adim Pradana H. (2016) Persepsi Suharto dan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Cina
pada Awal Orde Baru. Indonesia Perspective Vol 1 No. 1 Hlm 26

7
mengamankan negara dari ancaman domestik, seperti konflik etnis dan agama, melalui
politik luar negeri dengan membangun hubungan baik dengan negara tetangga dan
bekerjasama dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Jepang. Selain keamanan
dan stabilitas dalam negeri, kepentingan nasional memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan luar negeri Indonesia pada era Soeharto. Indonesia memiliki berbagai
kepentingan nasional, antara lain pembangunan ekonomi, kemakmuran, dan peningkatan
kekuatan nasional. Pemerintah berupaya memajukan kepentingan nasionalnya melalui
kebijakan luar negeri yang aktif, seperti memperkuat hubungan perdagangan dengan negara
lain dan mengembangkan kerja sama di bidang pertanian dan industri. Faktor hubungan kunci
juga mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia selama era Soeharto. Indonesia
merupakan kekuatan strategis di Asia Tenggara, sehingga membangun hubungan dengan
kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Jepang sangatlah penting.11

Selain itu, hubungan Indonesia dengan negara-negara seperti Cina dan Uni Soviet juga
sangat penting dalam politik luar negerinya saat itu. Pemerintah berusaha menjaga hubungan
yang seimbang dengan negara-negara besar dan membangun kerja sama di berbagai bidang
seperti ekonomi, politik, dan pertahanan. Namun selain faktor tersebut, faktor lain seperti
lingkungan internasional dan peran masyarakat sipil juga turut mempengaruhi kebijakan luar
negeri Indonesia pada masa Soeharto. Lingkungan internasional seperti perubahan politik dan
ekonomi global juga mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia saat itu. Indonesia harus
beradaptasi dengan perubahan ini untuk melindungi kepentingan nasionalnya.12

Di bawah kepemimpinan Soeharto. Indonesia mulai menerapkan kebijakan pintu terbuka


untuk meningkatkan investasi asing dan mencari dukungan kredit untuk merevitalisasi
perekonomiannya. Pentingnya pembangunan ekonomi memaksa Indonesia bergantung pada
industri Barat dan bantuan ekonomi yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Apalagi, meski
Soeharto mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia, dia masih mengkhawatirkan pangkalan
militer asing di Asia Tenggara. Kebijakan Orde Baru yang membuka investasi Barat
memungkinkan Barat memainkan peran ekonomi yang signifikan di Indonesia. Pada tahun
1967, pemerintah Jakarta memberlakukan Undang-undang Penanaman Modal yang tidak
hanya memfasilitasi negara-negara Barat untuk menerima investasi asing, terutama dari
Amerika Serikat, tetapi juga memberikan jaminan bagi investor Amerika dan menandatangani
11
M. Zulhan, J. N. (2018). Politik Luar Negeri Indonesia Masa Transisi Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru
Tahun 1965-1973. PATTINGALLOANG.Vol. 5 No. 1,hlm 107-108.
12
Suryadinata, L. (1980) Indonesia, dibawah orde baru: Problems of Growth, Equity and Stability. Singapore:
University of Singapore Press.

8
perjanjian yang menandai revitalisasi ekonomi Indonesia. Pemerintahan Soeharto saat itu
mengutamakan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri dalam kebijakan luar negerinya,
yang terkait dengan upaya pemerintah sebelumnya. Pemerintah memprioritaskan
pembangunan ekonomi dan memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain melalui kerja
sama ekonomi regional dan global. Pemerintah mengejar kebijakan ekonomi terbuka dan
liberalisasi perdagangan dengan negara lain. Perubahan yang terjadi pada masa Orde Baru
tidak terlepas dari pemikiran awal yang diungkapkan Soeharto dalam pidatonya di hadapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat.13

Fokus pembangunan jangka panjang kita bertujuan untuk mengembangkan perekonomian


sehingga mencapai kesetimbangan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam beberapa
dekade ke depan Pemerintahan Orde Baru bertujuan untuk menggunakan sumber daya
keuangan internasional untuk mendukung pemulihan dan pengembangan ekonomi negara
serta menciptakan lingkungan regional yang aman sehingga Indonesia dapat memusatkan
perhatian pada agenda politik domestiknya. Keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam
mengembangkan perekonomian membuat Soeharto dijuluki "Bapak Pembangunan Nasional
Indonesia" dan mendapatkan beberapa penghargaan internasional.

BAB III

ARAH POLITIK LUAR NEGERI PEMERINTAHAN SOEHARTO

Ketika Soeharto menggantikan posisi Soekarno sebagai presiden, Indonesia mengalami


perubahan dalam sistem politik dan proses pengambilan keputusan. Hal ini terjadi
dikarenakan kedua pemimpin tersebut memiliki perbedaan pandangan, gaya kepemimpinan,
dan interpretasi yang berdampak pada arah dan tujuan politik luar negeri Indonesia. Di awal
masa kepemimpinannya Soeharto berpidato di depan Majelis Permusyawaratan Perwakilan
Rakyat Sementara (MPRS) pada tahun 1966. Inti dari pidato tersebut yaitu menekankan pada
pentingnya stabilitas politik-keamanan serta pembagunan ekonomi dalam negeri sebagai
dasar kemajuan negara. Oleh karenanya, dalam beberapa dekade lamanya Indonesia berupaya
memperkuat politik-keamanan dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri .14 Di sisi lain,
Indonesia berupaya menyudahi politik konfrontasi karena dinilai merugikan Indonesia.
13
Ibid
14
Wuryandari, G. (2008) Politik Luar Negeri Indonesia di tengah pusaran domestik. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

9
Ketika itu Indonesia memutuskan untuk mengakhiri politik konfrontasi dengan Malaysia dan
kembali menjadi anggota PBB. Selain itu, hubungan Indonesia dengan negara-negara barat
mulai berjalan dengan baik. Sebaliknya, Indonesia memutuskan untuk tidak menjalin
hubungan diplomatik dengan Cina setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI. Sejak saat itulah
polugri Indonesia mengalami perubahan haluan dari sebelumnya lebih cenderung condong ke
Blok Timur merubah menjadi Blok Barat.

Pada era masa pemerintahan Soeharto Indonesia mulai berperan aktif di kawasan Asia
Tenggara, hal ini dapat dilihat ketika Indonesia menjadi salah satu dari lima negara pendiri
ASEAN pada tahun 1967. Akan tetapi, dikarenakan ekonomi Indonesia yang pada saat itu
masih belum kondusif, Indonesia belum banyak terlibat dalam perkembangan ASEAN.
Adapun keterlibatan Indonesia di ASEAN mulai terlihat ketika pada masa perkembangan
ASEAN kedua yang terjadi di tahun 1976. Keterlibatan tersebut disebabkan karena
Indonesia mulai mampu menjaga stabilitas politik-keamanan dalam negeri, sesuai dengan
keinginan Soeharto ketika ia terpilih menjadi presiden Indonesia. 15 Sejak saat itu, Indonesia
mulai menjalankan serta menempatkan fokus utama pada polugri di dalam wilayah ASEAN
sebagai prioritas pertama. Maka dapat kita ketahui bahwa arah politik luar negeri pada masa
Soeharto dimulai dengan menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga demi
prioritas pembangunan ekonomi.

Selain memulai hubungan baik dengan negara-negara tetangga, politik luar negeri
Indonesia pada masa itu juga memiliki kecenderungan terhadap kerja sama dengan negara-
negara lain. Indonesia mulai menjalin hubungan bilateral dengan beberapa negara di kawasan
Amerika Latin seperti Peru yang dimulai pada tanggal 12 Agustus 1975, Suriname di tahun
1976, Ekuador di tahun 1980, Kolombia 1980, dan Paraguay 1982. 16 Pemerintah Orde Baru
membangun polugri Indonesia ke arah yang lebih lunak dan bersahabat, yang membuat citra
Indonesia di dunia internasional menjadi lebih baik. Sehingga Indonesia mendapatkan
kepercayaan untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1974-
1975, dan 1995-1996. Selain itu Indonesia dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaran
pertemuan organisasi internasional, salah satunya ialah KTT APEC di Bogor pada tahun
1994.

15
Haryanto, A. and Pasha, I. (2016) Diplomasi Indonesia Realitas dan Prospek. First. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Group.
16
Kerja Sama Bilateral (2023) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Available at:
https://kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerja_sama_bilateral#.
16

10
BAB IV

KESIMPULAN

Kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soeharto
terfokus pada konsep "Ketahanan Nasional" dan "Kedaulatan Negara". Pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia mengadopsi kebijakan politik bebas aktif.
Kebijakan ini mengutamakan hubungan baik dengan negara-negara Barat dan negara-negara
blok Timur. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika
tahun 1955 dan Gerakan Non-Blok.Pemerintahan Presiden Soeharto juga menekankan
kebijakan teritorial dalam hubungan luar negeri Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
memperjuangkan integrasi Irian Jaya ke dalam wilayah Indonesia pada tahun 1969, yang
kemudian diakui secara internasional dalam Persetujuan New York.

Indonesia juga memperkuat kerjasama regional dengan negara-negara tetangga, terutama


melalui ASEAN. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ASEAN menjadi organisasi
yang semakin kuat dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia juga memperkuat hubungan dengan negara maju, khususnya Amerika Serikat
dan Jepang. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya Indonesia ke dalam organisasi negara-
negara penghasil minyak dan sumber daya alam lainnya yang berkolaborasi dengan negara-
negara maju.

Pemerintahan Presiden Soeharto juga melakukan kebijakan dalam menghadapi konflik


internasional. Misalnya, pada saat terjadi konflik antara Malaysia dan Indonesia atas Pulau
Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002, Indonesia memilih jalur diplomatik dan menyerahkan
penyelesaian sengketa kepada Mahkamah Internasional.

Secara umum, kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto lebih menitikberatkan pada prinsip kedaulatan negara dan ketahanan nasional.
Indonesia juga berusaha untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara tetangga dan
negara maju, serta mengambil tindakan yang bijaksana dalam menghadapi konflik
internasional.

11
Selain itu, Indonesia juga aktif dalam berbagai organisasi internasional seperti Konferensi
Islam dan Gerakan Non-Blok. Indonesia juga terlibat dalam pemeliharaan perdamaian dan
keamanan dunia dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke berbagai negara seperti
Lebanon dan Kongo.

Namun, pada masa pemerintahan Soeharto juga terjadi beberapa kontroversi dalam
kebijakan politik luar negeri Indonesia seperti konflik di Timor Timur dan kebijakan dalam
mengatasi krisis di Asia Tenggara pada tahun 1997-1998.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adim Pradana H. (2016) Persepsi Suharto dan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Indonesia
terhadap Cina pada Awal Orde Baru. Indonesia Perspective Vol 1 No. 1 Hlm 26

Anggara S. (2013) Sistem Politik Indonesia Bandung: Pustaka Setia

Emmerson, D.K. (1998) Indonesia Beyond Suharto: Polity, Economy, Society, Transition
(Asia & the Pacific). First. M. E. Sharpe.

Erianto (2022) Kebijakan Perberasaan: Dari Orde Lama Hingga Reformasi, Kompas.id
available at: https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2022/02/25/kebijakan-
perberasan-dari-orde-lama-hingga-reformasi

Haryanto, A. and Pasha, I. (2016) Diplomasi Indonesia Realitas dan Prospek. First.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group.

Kerja Sama Bilateral (2023) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Available at:
https://kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerja_sama_bilateral#.

M. Zulhan, J. N. (2018). Politik Luar Negeri Indonesia Masa Transisi Pemerintahan Orde
Lama, Orde Baru Tahun 1965-1973. PATTINGALLOANG.Vol. 5 No. 1,hlm 107-108.

Mindiani. (1990). Menengok Sejenak Pelaksanaan Politik Luar Negeri RI di Masa Orba.
FORUM: Majalah Pengembangan Ilmu Sosial hlm 94-98

Suryadinata, L. (1980) Indonesia, dibawah orde baru: Problems of Growth, Equity and
Stability. Singapore: University of Singapore Press.

Suryadinata, L. (2007) Indonesia’s Foreign Policy Under Soeharto. Second. Singapore:


Institute of Southeast Asian Studies.

13

Anda mungkin juga menyukai