Anda di halaman 1dari 8

Silabus Politik Luar negeri RI UNAIR (Semester Gasal 2009/2010)

Diposkan oleh A. SAFRIL MUBAH Label: Silabus Mata Kuliah : Studi Strategis Indonesia II: Politik Luar Negeri Republik Indonesia SKS : 3 Semester : Gasal Tahun Akademik : 2009/2010 Waktu Pertemuan : Rabu, Jam 15.30-18.00 Tempat Pertemuan : Ruang A-313 Pengajar Djoko Sulistyo (Email: djoko_ua@yahoo.com) A. Safril Mubah (Email: asafril@gmail.com) Deskripsi Mata Kuliah Studi Strategis Indonesia II: Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLN RI) merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa ilmu hubungan internasional yang mengkaji persoalan-persoalan strategis Indonesia terkait hubungannya dengan kekuatan internasional lain. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa mempelajari konsepsi PLN RI, dasar-dasar konstitusional PLN RI, dan sejarah perkembangan PLN RI. Faktor-faktor determinan yang memengaruhi pengambilan keputusan PLN RI pada masa orde lama, orde baru, dan pascaorde baru yang merupakan faktor penting dalam menentukan orientasi PLN RI sejak merdeka hingga kini juga dikupas dalam mata kuliah ini. Selain itu, kasus-kasus penting yang melibatkan Indonesia dalam berbagai peristiwa dunia didiskusikan pula dalam mata kuliah ini. Dalam berbagai peristiwa itu, mahasiswa diarahkan untuk menganalisis peran Indonesia dalam dinamika perkembangan organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, OPEC serta hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah, Amerika Serikat, Australia, dan Uni Eropa. Tujuan Mata Kuliah Setelah menyelesaikan kuliah ini, setiap mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menggambarkan dinamika perkembangan PLN RI sejak era kemeredekaan hingga era kontemporer. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi orientasi PLN RI. 3. Menganalisis hubungan Indonesia dengan kekuatan-kekuatan dunia lain. 4. Menganalisis strategi PLN RI dalam menghadapi isu-isu global kontemporer. Syarat Mata Kuliah

Setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini harus telah menempuh minimal 15 SKS dan maksimal 95 SKS. Tata Tertib Perkulahan 1. Kuliah berlangsung selama 150 menit, mulai jam 15.30 hingga 18.00. 2. Kuliah diawali dengan diskusi selama 90-120 menit dan dilanjutkan penjelasan pengajar selama 30-60 menit. Asisten pengajar juga mendapat kesempatan untuk menjelaskan. 3. Selama kuliah berlangsung, mahasiswa diharuskan berpartisipasi aktif dalam diskusi yang dipandu asisten pengajar. Dalam hal ini, pengajar hanya berperan sebagai fasilitator. 4. Tugas berupa menulis esai diberikan setiap pertemuan. Esai berisi ulasan materi yang didiskusikan dan ditulis sepanjang 700-800 kata (setara 2-3 halaman kertas A4, font Times New Roman 12, spasi 1,5). Setiap pertemuan ada 3-5 mahasiswa yang mempresentasikan esainya. 5. Jumlah kehadiran mahasiswa minimal 70% (setara dengan 10 kali tatap muka). Bagi mahasiswa yang hadir kurang dari 70%, tidak diperbolehkan mengikuti Ujian Akhir Semester. Evaluasi Diskusi : 20% Tugas : 20% UTS : 30% UAS : 30% Jadwal dan Topik Perkuliahan Pekan I Perjuangan Kemerdekaan dan Nasionalisme Indonesia Revolusi Indonesia Kelahiran Politik Luar Negeri RI 1. Departemen Penerangan, Mendayung Antara Dua Karang: Keterangan Pemerintah tentang Politik-nya kepada Badan Pekerja K.N.P, 2 September 1948 2. Sjahrir, Perjuangan Kita, Pamflet, 10 November 1945 3. Soekarno, 1956. Arus Kedjiwaan di Asia sebagai Kekuatan Susila di Dunia, dalam Indonesia Berseru: Tiga Saran dan Satu Kesan, Pidato dan Amanat P.J.M Presiden Soekarno Selama Kundjungan ke Amerika Utara dan Eropah Barat, Jakarta, Kementerian Penerangan, hlm. 47-68 4. -----------, 1960. Membangun Dunia Baru, Pidato di Muka Sidang Umum PBB ke-15, New York, 30 September.

5. Ratulangie, G.S.S.J., 1984. Indonesia di Pasifik, terj., Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hlm. 131-156 6. Abdulgani, Roeslan, ---. the Origins of the Concept Free and Active in Indonesia Foreign Policy, Analisa, CSIS, -7. Leifer, Michael, 1983. Revolusi Nasional dan Benih-Benih Politik Luar Negeri, dalam Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 1-38 8. Kahin, George McTurnan, 1995. Perebutan Kekuasaan dalam Negeri Sejak Persetujuan Renville Hingga Pemberontakan Komunis, dalam Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, terj., Surakarta, UNS Press, hlm. 323-385 Pekan II Landasan dan Prinsip Politik Luar Negeri RI Landasan Idiil Landasan Konstituional Landasan Operasional Bebas Aktif Non-Alignment 9. Hatta, Mohammad, 1953, Dasar Politik Luar Negeri Republik Indonesia , Jakarta, Tintamas, hlm. 1-31. 10. Weinstein, Franklin B, 1976. The Meaning of an Independent Foreign Policy, dalam Indonesian Foreign Policy and the Dilemma of Dependence: From Sukarno to Soeharto, Ithaca, Cornell University Press, hlm. 161-205 11. Kumar, Rajesh, 1997. Indonesias Policy of Non-Alignment, dalam NonAlignment Policy of Indonesia, Jakarta, CSIS, hlm. 35-65 12. Sukma, Rizal, 1995. The Evolution of Indonesias Foreign Policy: An Indonesian View, Asian Survey, Vol. XXXV, No. 3, hlm. 304-315 13. Kusuma-Atmadja, Mochtar, 1994. Politik Luar Negeri Indonesia: Suatu Evaluasi, dalam Analisis, CSIS, 2, hlm. 156-172. Pekan III Bandung Spirit dan Peningkatan Peran RI di Dunia Arti Strategis Konferensi Asia Afrika (1955) bagi Politik Luar Negeri RI Pengaruh Konferensi Asia Afrika terhadap Situasi Internasional 14. Abdulgani, Roeslan, 1981. the Historical Background to the Ideals of Bandung, dalam the Bandung Connection: the Asia-Africa Conference in Bandung in 1955 , Jakarta, Gunung Agung, hlm. 9-16 15. -------------------------------. the Bandung Spirit Has Not Died, dalam the Bandung Connection: the Asia-Africa Conference in Bandung in 1955 , Jakarta, Gunung Agung, hlm. 1-8 16. ------------------------, 1985. Sekitar Konferensi Asia-Afrika dan Maknanya bagi Politik Luar Negeri Indonesia, Analisa, 4, hlm. 311-328

17. Simandjuntak, Djisman S., 1985. Bandung dan Evolusi Tata Ekonomi Internasional Baru, Analisa, 4, hlm. 329-338 18. Final Communique of The Bandung Conference, Bandung, 1955 Pekan IV Lingkaran Konsentris Politik Luar Negeri RI Tiga Lingkaran Konsentris Faktor-Faktor Determinan 19. Smith, Anthony L, 2000. The Three Spheres of Indonesias Foreign Policy Outlook, dalam Strategic Centrality: Indonesias Changing Role in ASEAN , Singapore, ISEAS, hlm. 17-28 20. Suryadinata, Leo, 1998. Faktor-Faktor Determinan Politik Luar Negeri Indonesia: Mencari Penjelasan, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 7-27 21. Bhakti, Ikrar Nusa, 1997. Indonesia dan Stabilitas Regional, dalam Ikrar Nusa Bhakti [ed.], Isu-Isu Strategis dalam Politik Luar Negeri Indonesia , Jakarta, PPW-LIPI, hlm. 27-52 22. Suryadinata, Leo, 1998. Indonesia, Gerakan Non-Blok dan APEC: Mencari Suatu Peran Kepemimpinan, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, terj., Jakarta, LP3ES, hlm. 219-241 Pekan V Politik Luar Negeri RI pada Masa Soekarno Pencarian Bentuk Politik Luar Negeri RI Pascakemerdekaan Konfrontasi Irian Barat (1962) Ganyang Malaysia (1963) Politik Poros-Porosan (Nefos-Oldefos, Poros Jakarta-Peking) 23. Suryadinata, Leo, 1998. Politik Luar Negeri Indonesia Sebelum Orde Baru: Mencari Format, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto , [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 28-42. 24. Leifer, Michael, 1983. Politik Luar Negeri dan Keperluan-Keperluan Dalam Negeri, dalam Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 39-77 25. ---------------------------. Politik Luar Negeri dan Demokrasi Terpimpin, dalam Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 78-109 26. ---------------------------. Dari Konfrontasi ke Konfrontasi, dalam Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 110-160 Pekan VI Politik Luar Negeri pada Masa Soeharto Peran Sentral Presiden

Pengaruh Kuat Militer Politik Luar Negeri untuk Pembangunan Ekonomi 27. Suryadinata, Leo, 1998. Politik Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru: Munculnya Militer, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto , [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 43-62 28. Suryadinata, Leo, 1998. Politik Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru: Peran Tegas Presiden, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto , [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 63-82 29. Leifer, Michael, 1983. Arah Baru dalam Politik Luar Negeri, dalam Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 161-203 30. ---------------------------. Pengelolaan Tertib Kawasan, Politik Luar Negeri Indonesia, [terj.], Jakarta. PT. Gramedia, hlm. 204-244 Pekan VII Politik Luar Negeri RI Pascaorde Baru BJ Habibie Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono 31. Bandoro, Bantarto, 1999. Politik Luar Negeri Pemerintahan Abdurrahman Wahid: Sebuah Refleksi ke Depan, Analisis CSIS, XXVIII, No. 4, hlm. 391-403 32. Wirajuda, N. Hassan, 2002. The Democratic Response, The Brown Journal of World Affairs, Vol IX, Issue 1, hlm. 15-21 Pekan VIII ASEAN dan Hubungan Indonesia dengan Negara-Negara Asia Tenggara Indonesia-Malaysia Indonesia-Singapura Indonesia-Vietnam Pemecahan Masalah Kamboja 33. Suryadinata, Leo, 1998. Hubungan Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN: Stabilitas Regional dan Peran Kepemimpinan, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [trans,] Jakarta, LP3ES, hlm. 83-114 34. Smith, Anthony L, 2000. Themes dalam Indonesias Relations with ASEAN, dalam Strategic Centrality: Indonesias Changing Role in ASEAN , Singapore, ISEAS, hlm. 41-63 35. Djiwandono, J. Soedjati, 1981, Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Asia Tenggara Lainnya dalam Hadi Susastro and AR.Sutopo [ ed], Strategi

Hubungan Internasional, Indonesia di Kawasan Asia-Pasifik , Jakarta, CSIS, hlm. 541-559 36. Sutopo, AR, 1994, Hubungan Indonesia, Malaysia, dan Singapura: Dari Konfrontasi, Kolaborasi ke Realiansi, dalam Bantarto Bandoro [ ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru, Jakarta, CSIS, hlm. 151-186 37. Suryadinata, Leo, 1998. Hubungan Indonesia-Vietnam dan Isu Kamboja: Faktor Keamanan, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Suharto , [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 155-174. Pekan IX Hubungan Indonesia dengan Negara-Negara Besar Indonesia-AS Indonesia-Cina 38. Suryadinata, Leo, 1998. Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Adidaya: Faktor Ekonomi dan Nonekonomi, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 175-200. 39. Kahin, Audrey R & George McT, 1997, Pemerintah Kolonial, Revolusi, dan Awal Keterlibatan Amerika Serikat, dalam Subversi sebagai Politik Luar Negeri: Menyingkap Keterlibatan CIA di Indonesia, [terj.]Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 23-43 40. Wanandi, Jusuf, 1994, Hubungan Amerika Serikat-Indonesia Selama Orde Baru: Suatu Tinjauan Singkat dan Pribadi, dalam Bantarto Bandoro [ ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru, Jakarta, CSIS, hlm. 12-50 41. Federspiel, Howard M, 2002, Indonesia, Islam, and US Policy, The Brown Journal of World Affairs, Spriing 2002, Volume IX, Issue 1, hlm. 107-126. 42. Sukma, Rizal, 1994, Hubungan Indonesia-Cina : Jalan Panjang Menuju Normalisasi, dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru, Jakarta, CSIS, hlm. 57-92. Pekan X Hubungan Indonesia dengan Negara-Negara Lain Indonesia-Australia Indonesia-Timur Tengah 43. Dewanto, Wisnu, 1994, Hubungan Bilateral Indonesia - India, dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru , Jakarta, CSIS, hlm. 125-150. 44. Suryadinata, Leo, 1998. Hubungan Indonesia dengan Australia dan Papua New Guinea: Isu Keamanan dan Budaya, dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, [terj.], Jakarta, LP3ES, hlm. 115-127. 45. Usman, Asnani, 1994, Indonesia dan Pasifik Selatan, dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru , Jakarta, CSIS, hlm. 187-215

46. Ariessusanto, Yoyok, 1994, Hubungan IndonesiaTimur Tengah, dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru , Jakarta, CSIS, hlm. 216-244. 47. Kahin, George McTurnan, 1995. Perang dan Intervensi Perserikatan BangsaBangsa, dalam Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia , terj., Surakarta, UNS Press, hlm. 268-289 Pekan XI Masalah Timor Timur dan Politik Luar Negeri RI Integrasi Timor Timur (1976) Insiden Santa Cruz (1992) Jajak Pendapat (1999) 48. Singh, Bilveer, 1998. Dari Timor Portugis ke Timor Timur Indonesia, dalam Timor Timur, Indonesia dan Dunia: Mitos dan Kenyataan , [terj.], Jakarta, Institute of Policy Studies, hlm. 1-40 49. Singh, Bilveer, 1998. Integrasi Timor Timur ke dalam Indonesia: Dinamika Eksternal, dalam Timor Timur, Indonesia dan Dunia: Mitos dan Kenyataan , terj., Jakarta, Institute of Policy Studies, hlm. 41-113 Pekan XII Politik Luar Negeri RI dalam Menyikapi Isu-Isu Global (1) Globalisasi Lingkungan Ekonomi Internasional 50. Inayati, Ratna Shofi, 1997, Indonesia dan Ekonomi Internasional: Masalah Liberalisasi Perdagangan dalam Ikrar Nusa Bhakti [ed.], Isu-Isu Strategis dalam Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, PPW-LIPI, hlm. 53-74. 51. Irewati, Awani, 1997, Indonesia dan Ekonomi Internasional: Masalah Liberalisasi Investasi dalam Ikrar Nusa Bhakti [ ed.], Isu-Isu Strategis dalam Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, PPW-LIPI, hlm. 75-110. 52. Luhulima, C.P.F, 1994, Indonesias Initiative in APEC, The Indonesian Quarterly, Vol. XXII/4, hlm.304-319. 53. Rezasyah, Teuku, 1994, The Changing Attitude of Australia and Indonesia Towards APEC, The Indonesian Quarterly, Vol. XXII/4, hlm.320-332. 54. Rezasyah, Teuku, 1994, The Long Path Towards APEC: Where do Indonesia, Australia, and Japan Stand?, The Indonesian Quarterly, Volume XXIV/2, hlm. 181-194. Pekan XIII Politik Luar Negeri RI dalam Menyikapi Isu-Isu Global (2) Terorisme dan Keamanan Internasional

Hak Asasi Manusia 55. Wuryandari, Ganewati, 1997. Hak Azasi Manusia, Demokrasi, Lingkungan Hidup dan Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia, dalam Ikrar Nusa Bhakti [ed.], Isu-Isu Strategis dalam Politik Luar Negeri Indonesia , Jakarta, PPW-LIPI, hlm. 111-138 56. Wuryandari, Ganewati, 1999, Hak Asasi Manusia dan Politik Luar Negeri Indonesia, Analisis CSIS, Tahun XXVIII, No. 2, hlm.183-195. 57. Eldridge, Philip, 2002, Human Rights in Post-Soeharto Indonesia, The Brown Journal of World Affairs, Volume IX, Issue 1, hlm. 127-139. 58. Bandoro, Bantarto, 2003, Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme: ProAktif Namun Hati-hati, Analisis CSIS, Tahun XXXII, No.1, hlm. 89-97. 59. Mietzner, Marcus, 2002, Politics Engagement: The Indonesian Armed Forces, Islamic Extremism, and The War on Terror, The Brown Journal of World Affairs, Volume IX, Issue 1, hlm. 71-84.

Anda mungkin juga menyukai