Anda di halaman 1dari 4

Nama : Firsty Alifina

NIM : 106218050 / IR-2 2018

Mata Kuliah : Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Prodi : Hubungan Internasional

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Berdasarkan artikel yang diberikan, analisis factor Organizational Process dan


Bureaucratic dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri era Presiden Joko
Widodo! Berikan argumen pendukung dan contohnya!

Jawab :

Faktor Organizational Process berdasarkan artikel ini adalah disaat retorika Presiden
Joko Widodo yang sejauh ini menekankan kembali dan membenarkan kebijakan luar
negeri yang berorientasi pada kebutuhan domestic. Pada pidato pertama Joko Widodo
setelah pemilihan ulang dan pidato kenegaraan pada bulan Agustus ia menggambarkan
perhatian penugnya untuk mengembangkan kapasitas domestic, ekonomi, pemerintahan
dan ketahanan social. Ketika dia menyebutkan urusan internasional Indonesia, dia lebih
banyak merujuk pada tugas-tugas administrasi, daripada solusi yang tahan lama untuk
mengatasi masalah yang mungkin hanya berdampak dalam jangka panjang. Tantangannya
adalah bahwa agenda domsetik tidak dapat dipisahkan secara khusus dari dinamika
internasional. Namun, ada beberapa perubahan dalam narasi yang digunakan Widodo
untuk membingkai kebijakan luar negeri sejak kampanye presiden 2014. Pertama, visi
Joko Widodo untuk peran Indonesia di dunia tidak lagi ditentukan oleh jargon seperti
‘Global Maritime Fulcrum’. Bisa diketahui bahwa Joko Widodo mempunyai
keterbatasan/kesempitan waktu dan informasi yang ia punya. Oleh karena itu ia tidak bisa
berusaha mencari keputusan yang mana yang paling optimal, karena ia tahu bahwa tidak
ada yang optimal secara absolut. Maka Joko Widodo lebih berusaha untuk mengambil
kebijakan yang dinilai paling memuaskan untuk berupaya meraih kepentingan
nasionalnya.
Faktor Bureaucratic berdasarkan artikel ini adalah Indonesia telah berhasil Dengan
baik dalam memperjuangkan Rakhine yang stabil dan damai, sebagian besar
kebijakannya datang dalam bentuk bantuan dan pengobatan untuk krisis kemanusiaan
daripada kepemimpinan dalam menangani aspek politik dari masalah tersebut. Hal ini
disebabkan kebijakan luar negeri yang dipromosikan, dan ditetapkan oleh meneteri luar
negeri. Hal yang sama berlaku untuk promosi Indonesia tentang Pandangan ASEAN di
Indo-Pasifik (AOIP). Perlu diketahui bahwa Bureaucratic actor sub-negara di dalam
struktur birokrasi pemerintahan juga mengejar goals nya tersendiri dalam menentukan
arah kebijakan luar negeri suatu Negara. Dan dalam bureaucratic ini, kebijakan luar
negeri suatu Negara tidak diambil semata-mata oleh sang pemimpin Negara.

2. Berikan pendukung anda terhadap dinamika factor eksternal dan factor internal dalam
proses perumusan kebijakan luar negeri pada masa pemerintahan Presiden Joko
Widodo! Identifikasi pula faktor-faktor tersebut dalam perubahan arah kebijakan luar
negeri Indonesia di dua periode pemerintahannya!

Jawab :

Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan tujuan dari kebijakan luar negeri ialah untuk memperoleh
keuntungan dari luar agar dapat memenuhi kepentingan dalam negeri. Dengan kata lain,
kebijakan luar negeri adalah perwujudan dari kepentingan nasional suatu Negara, yang
dimana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan selalu berpatokan pada apa yang
menjadi kebutuhan dalam negerinya. Kebutuhan tersebut misalnya kebutuhan politik,
keamanan, social budaya dan juga ekonomi.

Ben Perkasa Drajat mengusulkan, Pentingnya reformasi sumber daya manusia yang
mampu membentuk kualitas kebijakan luar negeri dan kualitas diplomasi Indonesia. Dia
menambahkan, “the Foreign Ministry has to be more inclusive and open to the public”.
Visi-misi pemerintahan Jokowi-JK yang mengedepankan identitas sebagai Negara
kepulauan serta perluasan mandalat keterlibatan regional di Indo-Pasifik boleh jadi
membuka peluang pada proeses-proses politik sebagai model ketiga kebijakan luar
negeri. Kebijakan tersebut boleh jadi mengubah orientasi politik luar negeri yang selama
ini tidak atau kurang mementingkan karakter archipelagic country dan lebih berkiblat ke
barat (Amerika dan Eropa). Jika dikaitkan Dengan fasilitasi yang disediakan oleh
pemerintah di dalam mendukung kebijakan luar negeri, maka ada kemungkinan
sumberdaya yang dimiliki akan lebih diarahkan untuk memperkuat, merealisasijan dan
mengaktualisasikan konsep maritime axis. Secara konseptual dan normative visi-misi
kebijakan luar negeri Jokowi-JK tetap sejalan Dengan prinsip bebas-aktif dan tujuan
konstitusional politik luar neger Indonesia. Namun demikian, patut dicermati bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara visi-misi Dengan prioritas program untuk beberapa
bidang. Hal ini dapat menimbulkan dualism atau pengaburan focus perhatian dan alokasi
sumberdaya yang ada. Tantangan normative lainnya adalah sehubungn Dengan perlibatan
peran serta masyarakat yang memerlukan pengaturan-pengaturan yang lebih seksama.
Seperti halnya dinamika internasional yang bersifat fluktuatif tetapi kekuatan dan isunya
saling terkait satu sama lain, semua langgam pengambil keputusan luar negeri pun dapat
berlangsung bersamaan atau bergantian. Namun demikian, pola yang ersifat individualis
atau idiosinkratis dimana persepsi, penilaian, kepribadian, dan gaya kepemimpinan
Jokowi akan mempengauhi kinerja politik luar negeri Indonesia. Berdasarkan itu,
kebijakan luar negeri akan lebih diproyeksikan untuk penguatan di dalam (inward
looking) dan akan merupakan kecendurangan utama politik luar negeri Indonesia lima
tahun kedepan.
References:

- Amaliyah, N. (2005, Mei). KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA


DIBAWAH PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKOWI (skripsi). Retrieved Desember
11,2019,from
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/14609/SKRIPSI%20NUR
%20AMALIYAH%20(E131%2011%20012).pdf?sequence=1
- Situmorang, M. (2015). ORIENTASI KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI
INDONESIA DIBAWAH PEMERINTAHAN JOKOWI-JK. Jurnal Ilmiah Hubungan
Internasional, 11(1), 67-85.
https://media.neliti.com/media/publications/98738-ID-orientasi-kebijakan-politik-
luar-negeri.pdf

Anda mungkin juga menyukai