Anda di halaman 1dari 13

POLITIK LUAR NEGERI PADA ERA PRESIDEN SOEHARTO DALAM

ORIENTASI DAN IDEOLOGI TIMUR TENGAH

Mata Kuliah : Politik Luar Negeri

Dosen : Iing Nurdin, S.IP., M.Si, Ph. D.

Semester/T.A : V/2019-2020

Disusun Oleh :

1. TRI HARYANTO : 6212161013


2. RIFKI FAISAL : 6212171001
3. YANTI AGUSTIN Z. : 6212171002

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim, segala puji dan syukur kami panjatkan hanya kepada


Allah Subhanahu wata’ala, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan ilmu yang semoga bermanfaat sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman kelompok yang telah
berkontribusi dan membantu mengerjakan tugas makalah ini dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami menerima
semua kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memeperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kami sangat berharap dengan adanya kritik serta saran dari pembaca yang bersifat
membangun dapat menciptakan makalah selanjutnya yang lebih baik.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3

BAB I :

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................4
C. Tujuan ........................................................................................................................ 4

BAB II :

A. Hubungan Kerjasama Antara Arab Saudi dan Indonesia .......................................... 5


B. Awal Dari Kasus Permintaan Dipulangkanya Duta Besar Arab Saudi dan
Penyebab Cuitan Duta Besar Arab Saudi................................................................... 9
C. Keputusan Pemerintah Indonesia..............................................................................10

BAB III :

Kesimpulan .................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki orientasi politik luar negerinya masing-masing. Politik luar
negeri yang dijalankan oleh setiap negara pada dasarnya merupakan suatu komitmen berupa
strategi dasar dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya.

Secara sederhana Politik luar negeri diartikan sebagai skema atau pola dari cara dan
tujuan secara terbuka dan tersembunyi dalam aksi negera tertentu berhadapan dengan Negara
lain atau sekelompok Negara lain. Dalam arti luas, politik luar negeri adalah pola perilaku
yang digunakan oleh suatu Negara dalam hubungannya dengan Negara-negara lain. Politik
luar negeri berhubungan  dengan proses pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan jalan
tertentu untuk kepentingan nasionalnya.

Politik luar negeri suatu negara lahir ketika negara itu sudah dinyatakan sebagai suatu
negara yang berdaulat. Sejak deklarasi kemerdekaan yang digaungkan pada 1945, Indonesia
sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta anggota aktif masyarakat internasional
telah ikut berkiprah dalam percaturan politik internasional.

Pergantian kepemimpinan Indonesia dari Presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto


pada tahun 1967. Menjadi awal mula pergantian politik luar negeri Indonesia terhadap negara-
negara timur tengah.

Pada era orde baru ini lah Indonesia lebih fokus terhadap perbaikan untuk
pertumbuhan negara yang baru merdeka. Berganti nya kepemimpinan merupakan perubahan
fase politik luar negeri Indonesia. Dimana fase yang sebelumnya merupakan fase kebebasan
Indonesia dari kolonialisme Belanda. Fase pertama yaitu fase revolis Indonesia untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Lalu dilanjutkan dengan fase dari orde lama diganti dengan orde baru. Pergantian
masa kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto menandai babak baru dari orde lama ke orde
baru. Apabila selama masa pemerintahan Soekarno, kebijakan yang diambil banyak
bertentangan dengan Barat hal sebaliknya justru terjadi di masa orde baru.

Konflik-konflik yang banyak terjadi di era Soekarno terbukti banyak mengeluarkan


biaya yang cukup besar hingga berdampak pada krisis ekonomi, oleh sebab itu maka

4
kebijakan yang diambil Soeharto cenderung untuk memperbaiki ekonomi negara melalui
peningkatan pembangunan diberbagai sektor.

Dalam masa jabatannya, Soeharto selalu mendapat dukungan dan perhatian dari
pemerintah Amerika Serikat. Selain karena kebijakannya yang sangat antikomunis, Soeharto
sangat tertarik pada hal-hal yang berbau kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain.

Pada awalnya Soeharto berusaha mengarahkan kebijakannya pada kembali pada


prinsip politik luar negeri yang bebas aktif. Hal yang pertama dilakukan adalah bergabung
kembali menjadi anggota PBB serta menjalin hubungan baik dengan Malaysia dan Singapura.

Dalam politik luar negerinya, Soeharto berusaha membangun image dan kepercayaan
masyarakat terhadap dirinya. Soeharto pernah mengatakan bahwa “Politik luar negeri tanpa
dukungan kekuatan dalam negeri adalah sia-sia, dan politik luar negeri Indonesia harus
ditopang oleh stabilitas politik dan ekonomi” (Sabam Siagian, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap negara-negara yang
sebelumnya merupakan negara yang telah menjalin kerjasama dalam hubungan
antar negara yaitu negara-negara di Timur Tengah?
2. Mengapa dalam kepemimpinan Presiden Soeharto terdapat kebijakan yang ingin
berlepas dari isu yang melekat pada negara Indonesia yaitu isu radikalisme?
C. Tujuan
1. Mengetahui kebijkan politik luar negeri Indonesia terhadap negara-negara di
Timur Tengah?
2. Mengetahui perbedaan-perbedaan kebijkan politik luar negeri Indonesia disetiap
pergantian Presiden?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Kerjasama Antara Arab Saudi dan Indonesia

Realisasi Investasi Arab Saudi di Indonesia

Realisasi Investasi Arab Saudi di Indonesia Arab Saudi merupakan negara pengekspor
dan produsen minyak terbesar di dunia, rendahnya harga minyak dalam beberapa tahun
terakhir mendorong Saudi untuk beralih atau mencari jalan untuk meningkatkan
perekonomiannya. Investasi besar pun disiapkan Saudi dengan menggandeng sejumlah
perusahaan multi nasional. Sesuai visi 2030 upaya Saudi adalah untuk memperkuat kerjasama
investasi, serta kerjasama dalam bidang sosial keagamaan dan jasa. Melalui visi 2030 Arab
Saudi berusaha untuk memfokuskan peningkatan ekonomi melalui kerjasama investasi non
migas, bisnis keuangan, sektor jasa, olah raga, agicultur dan sebagainya yang dapat
meningkatkan perekonomian Saudi.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Arab Saudi di Indonesia masih relatif
kecil, namun kedepan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Peluang yang
ditawarkan oleh Kerajaan Arab Saudi dalam agenda Foreign Direct Investment (FDI) nya di
Indonesia tidak terbatas pada kerjasama antar permerintah dengan pemerintah, tetapi juga
membuka peluang kerjasama pasar dengan pasar maupun pasar dengan pemerintah.. Dari data
BKPM, sepanjang 2016 realisasi Investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu atau sekitar Rp.
11, 9 miliar. Investasi itu terwujud dalam 44 proyek. Dengan angka realisasi Investasi itu,
Arab Saudi berada di posisi 57 dalam daftar negara Investor di Indonesia. Posisi itu jauh
dibandingkan realisasi Investasi dari negara Timur tengah lainnya seperti Kuwait yang
mencapai 3,6 juta dollar AS.1

Proyek-proyek Arab Saudi di Indonesia

Beberapa sektor usaha cocok dan diminati oleh pelaku usaha Saudi, yaitu Usaha Kecil
dan Menengah (UKM), pariwisata, Manufaktur, Informasi, Communication Technology
(ICT), Kesehatan, logistik, dan pendidikan. Kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia,
memberi peluang kerjasama yang semakin dekat antara Indonesia dengan Arab Saudi. Hal ini
ditandai dengan ditandatanganinya 11 Nota Kesepahaman anatara Pemerintah Republik
Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi. Penandatanganan dilaksanakan oleh sejumlah menteri

1
Realisasi Investasi Arab Saudi, melalui wawancara BKPM Subdit Promosi kawasan Timur Tengah
6
kedua negara di Gedung Utama Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada hari Rabu 1
Maret 2017 dan penandatangan disaksikan langsung oleh kedua kepala negara, yaitu Presiden
Joko Widodo dan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saudi.2

B. Awal Dari Kasus Permintaan Dipulangkanya Duta Besar Arab Saudi dan Penyebab
Cuitan Duta Besar Arab Saudi

Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi selaku Duta Besar Arab Saudi untuk
Indonesia membuat kegaduhan di media sosial, dengan sengaja Osama menyebarkan fitnah
dengan menuduh bahwa aksi pembakaran bendera dilakukan oleh organisasi yang dimaksud
dengan mengatakan jamaah al munharifah (organisasi yang sesat atau menyimpang). Padahal
terkait hal ini, GP Ansor sudah memberikan sanksi kepada oknum yang melakukan
pembakaran dan tindakan tersebut, bahkan keluarga Besar Nahdatul Ulama menyesalkan
kejadian tersebut.

Isi postingan Osama yang memicu kasus ini dibacakan oleh Said Aqil, dalam
postingannya Obama berkata “Massa yang berjumlah lebih dari satu juta berkumpul demi
menyatakan persatuan umat Islam merupakan reaksi keras terhadap dibakarnya bendera
tauhid oleh seorang dari pihak organisasi sesat menyimpang kurang lebih sebulan yang lalu.
Jadi kemarin itu Reuni 212 itu yang jumlahnya banyak itu karena menyikapi reksilah terhadap
pembakaran bendera tauhid yang dilakukan oleh oknum dari organisasi sesat. Dengan dihadiri
oleh capres no 02 Prabowo Subianto, wakil ketua parlemen Fadli Zon, dan lain-lain bapak-
bapak wakil Indonesia”.

C. Keputusan Pemerintah Indonesia

Keputusan pemerintah dalam memberlakukan kebijakan terhadap Arab Saudi,


pemerintah perlu mengevaluasi pendekatan pertumbuhan ekonomi karena pada
hakekatnya tidak semua lapisan masyarakat menikmati hasil pembangunan dan angka-
angka statistik pertumbuhan ekonomi. Dinamika politik yang signifikan telah terjadi di
dunia Arab sejak tahun 2011. Suasana akan revolusi semakin meningkat menghampiri negara-
negara timur–tengah yang kemudian dikenal dengan Arab Spring. Syria adalah salah satu
negara timur tengah yang menghadapi gerakan perlawanan ini. Asal mula meningkatnya
suasana konflik dan perlawanan di Syria dapat terlihat pada sebuah insiden yang terjadi di
kawasan selatan kota Daraa.

2
B.A. Albassam,„Political Reform in Saudi Arabia: Necessity or Luxury?’Middle East Studies Online Journal, Vol.
3, No.6, 2011.
7
Arab Saudi yang merupakan negara monarki konservatif yang berlandaskan Islam,
kesatuan umat Islam adalah tujuan utama Arab Saudi. Akan tetapi bagi Arab Saudi,
Ahlussunnah wal Jama’ah atau Sunni sebagai ideologi Islam yang benar, dan Syiah sebagai
golongan yang ditentang. Hal ini tidak terlepas dari perbedaan dasar-dasar ajaran dari kedua
golongan ini, dan konstitusi Islam yang dianut Arab Saudi pada dasarnya adalah ajaran dasar
yang dipakai golongan Sunni. 3
Dampak lain dari posisi Islam didalam politik luar negeri
Arab Saudi adalah sikap Arab Saudi yang antikomunis karena anggapan bahwa komunis
adalah paham yang anti agama dan ateistik.

Indonesia dalam Kebijakan Politik Luar Negeri

Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatya beragama Islam sudah


diketahui oleh seluruh masyarakat dunia. Indonesia juga merupakan negara demokrasi akan
tetapi bukan negara yang menganut sistem pemerintahan secara Islam. Hal tersebut terjadi
dikarenakan pada awal kemerdekaan terdiri dari berbagai elemen masyarakat yang beraneka
ragam budaya, suku bangsa, dan agama.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang terbesar umat muslim di seluruh
dunia4. Namun dalam hal ini bukan membahas agama untuk menjadi pembahasan melainkan
kebijakan politik luar negeri Indonesia dengan negara-negara timur tengah yang mayoritas
negara muslim.

Dengan mayoritas penduduknya beragama muslim mungkin sudah seharusnya negara


Indonesia ini erat kaitan nya dengan negara-negara di timur tengah yang mayoritas
penduduknya Islam. Kedekatan kultural ini ternyata tidak memiliki korelasi positif yang
cukup berarti dengan orientasi politik luar negeri dari masing-masing negara baik dari
Indonesia maupun negara-negara Timur Tengah yang bersifat resiprokal, terutama dalam
aspek ekonomi-politik.

Saudi Arabia adalah negara yang dianggap representasi negara arab di kawasan Timur
Tengah dan Iran adalah negara nonarab yang dianggap sebagai salah satu determinan dari
perkembangan di kawasan Timur Tengah. Data menunjukkan bahwa bagi Indonesia dan
kedua negara tersebut hubungan di antara mereka bukanlah prioritas yang utama dalam
orientasi politik luar negerinya.

3
Evangelos Venetis, the Srunggle Between Turkey and Saudi Arabia for the Leadership of Sunni Islam, Working
Papper no 39, 2014, Greece; ELIAMEP, hal. 4-6.
4
10 Countries With the Largest Muslim Populations, 2010 and 2050. Diakses
http://www.pewforum.org/2015/04/02/muslims/pf_15-04-02_projectionstables74/
8
Orientasi Rendah Terhadap Timur Tengah

Orientasi Politik Luar Negeri yaitu tingkat keterlibatan suatu negara di berbagai bidang
masalah internasional; sikap dan komitmen umum suatu negara terhadap lingkungan eksternal
5
. Akan tetapi yang dijalankan pemerintah Orde Baru tidak menunjukkan tingkat keterlibatan
yang tinggi ketika menyangkut isyu-isyu politik di Timur Tengah.

Indonesia kurang melaksanakan sikap dan komitmen yang asertif, misalnya dalam perang
Israel-Arab tahun 1967 Indonesia tidak secara tegas berpihak kepada Arab sehingga dianggap
lebih banyak menguntungkan Israel daripada negara-negara Arab.6

Selain itu, pada awal pemerintahan Orde Baru tidak ada kontak langsung seperti
kunjungan pejabat tinggi pemerintah setingkat menteri atau kepala negara. Akibatnya
hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab tidak akrab.

Tidak tegasnya orientasi politik luar negeri Indonesia ke Timur Tengah masih berlanjut
sampai saat terjadinya invasi Irak ke Kuwait pada bulan Agustus 1990. Indonesia menolak
untuk mengutuk tindakan Irak menyerbu dan menduduki Kuwait. ketika Arab Saudi
mengirim utusan ke beberapa negara Islam non-Arab untuk meminta sukarelawan ke Perang
Teluk, Indonesia menolak dengan alasan bahwa Indonesia tidak mempunyai tradisi mengirim
sukarelawan ke luar negeri kecuali dalam kerangka pasukan penjaga perdamaian PBB.

Sehingga ketika Singapura, Thailand, Filipina telah memberi bantuan medis bagi korban
Perang Teluk, Indonesia tetap belum berbuat. Berbagai alasan digunakan oleh pemerintah
Indonesia dalam rangka membela diri dari ketidakterlibatannya di Perang Teluk.

Dari kasus sudah sangat jelas Indonesia memiliki orientasi hubungan yang rendah
terhadap negara-negara Arab. Hingga mengakibatkan negara-negara di Asia Tenggara yang
lebih dulu berbuat sesuatu untuk memberikan bantuan medis bagi korban Perang Teluk.

Ketidaktegasan orientasi politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru
terhadap Timur Tengah ini tentu saja cukup menimbulkan pertanyaan. Hal ini mengingat
hubungan baik yang sudah terbina pada masa pemerintahan sebelumnya. Sejarah
menunjukkan bahwa pada awal berdirinya Indonesia banyak mendapat dukungan dari negara-
negara Timur Tengah.

5
Plano, Jack C. dan Roy Olton, 1978. The International Relations Dictionary. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
6
Roesnadi, O. Sutomo Roesnadi, 1979. Hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah. Analisa, VIII (3).
9
Pemerintah Mesir, misalnya, pada tanggal 23 Maret 1946 menyatakan bahwa pemerintah
Mesir tidak lagi berhubungan dengan Kedutaan Belanda untuk hal-hal yang menyangkut
warga Indonesia. Langkah Mesir yang kemudian diikuti negara-negara Arab lainnya bahkan
menganggap bahwa Panitia-panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia merupakan perwakilan
sementara RI yang berhak mengeluarkan surat keterangan selaku paspor. Liga Arab pada
tanggal 18 Nopember 1946 memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia dan
menyatakan pengakuan de facto dan de jure pada tanggal 15 Maret 1947. Dukungan terhadap
Indonesia juga dipertahankan secara gigih di Majelis Umum maupun Dewan Keamanan
PBB.7

Terdapat faktor budaya yang seharusnya bisa lebih mempererat hubungan Indonesia
dengan negara-negara Timur Tengah yaitu budaya yang sama-sama berakar dari agama Islam.
Tentunya faktor budaya ini bisa menjadi salah satu unsur perekat hubungan keduanya. Ikatan
budaya yang bisa menjadi ikatan emosional ini tampak dari gencarnya kepedulian masyarakat
muslim Indonesia terhadap permasalahan yang menyangkut negara-negara Arab Timur
Tengah.

Kepedulian masyarakat muslim terhadap isyu-isyu yang menyangkut Timur Tengah


terlihat mulai dari pernyataan-pernyataan para tokoh masyarakat sampai dengan demonstrasi
yang sering dilakukan oleh massa, terutama mahasiswa. Dari beberapa contoh respon
masyarakat muslim Indonesia terhadap isyu-isyu politik luar negeri yang menyangkut Timur
Tengah, jelas sekali bahwa ummat Islam

Masyarakat Indonesia yang dengan penuh perhatian terhadap isu-isu Islam di Timur
Tengah serta mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap sesama umat Islam di luar
negaranya sendiri. Tetapi jumlah penduduk muslim yang mayoritas dan sikap mereka namun
ternyata tidak mampu mempengaruhi orientasi politik luar negeri Indonesia agar tegas
berpihak kepada Timur Tengah.

Salah satu pertimbangan Orde Baru untuk tidak tegas mendukung isyu-isyu politik yang
berkait dengan Timur Tengah adalah alasan ideologis. Selain kekhawatiran ideologis
domestik berkait dengan isu negara Islam dan atau persaingan Islam-militer, di tingkat
internasional Islam oleh Barat dianggap sebagai salah satu ideologi yang potensial
menentang.

7
Ariessusanto, Yoyok, 1994. “Hubungan Indonesia-Timur Tengah”, dalam Bantarto Bandoro (ed.), 1994.
Hubungan Luar Negeri Indonesia selama Orde Baru Jakarta: CSIS.
10
Citra yang buruk Islam akhirnya jauh lebih sering muncul daripada wajah positifnya.
Konsekuensinya, Indonesia tidak bisa menghindar dari dominasi Barat mengingat Indonesia
sangat berkepentingan dengan uang mereka.

Dengan bertujuan untuk tidak diasosiasikan dengan istilah-istilah “teroris”,


“fundamentalis” atau “ekstremis” Orde Baru akhirnya ikut terjebak dalam ideologisasi Timur
Tengah dan menjauhkan diri dari komitmen yang pernah tegas dijalankan pemerintah
sebelumnya.

11
KESIMPULAN

Faktor internal dan eksternal mempengaruhi karakteristik politik luar negeri pada
setiap periode pemerintahan. Presiden Soeharto, mewarisi pengalaman domestik akibat
kebobrokan ekonomi, disintegrasi, dan kudeta politik sehingga politik luar negeri Indonesia
ketika itu lebih terkonsentrasi pada pemulihan ekonomi dan kepemimpinan politik. Berbeda
sekali dengan masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono. Politik luar negeri pada masa
pemerintahan beliau, lebih terfokus pada pemulihan nama baik Indonesia serta peningkatan
peran diplomasi Indonesia di organisasi Internasional mengenai berbagai isu-isu internasional
sekaligus perbaikan mutu birokrasi. Sehingga peran presiden dalam diplomasi politik menjadi
salah satu karakter politik luar negeri Indonesia.

Politik luar negeri merupakan perpanjangan faktor internal (politik dalam negeri) yang
dibawa keluar. Politik luar negeri diperuntukkan untuk menjamin (mewakili) kepentingan
domestik dan kebutuhan nasional. Sejarah politik luar negeri Indonesia, dari waktu ke waktu,
mengalami perkembangan sesuai dengan sejarah pemerintahan yang sedang berkuasa. Hal
tersebut lebih bersifat operasional, artinya dalam pelaksanaan menyesuaikan dengan kondisi
geopolitik internasional saat itu. Namun demikian, asas dan landasannya merupakan hal yang
solid.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ariessusanto, Yoyok, 1994. “Hubungan Indonesia-Timur Tengah”, dalam Bantarto


Bandoro (ed.), 1994. Hubungan Luar Negeri Indonesia selama Orde Baru Jakarta: CSIS.

Dahlan, Harwanto. Menghidupkan Kembali Komitmen ke Timur Tengah. Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta. http://journal.unair.ac.id/download Diakses pada tanggal 27
Oktober 2019 Pukul 10.30

Plano, Jack C. dan Roy Olton, 1978. The International Relations Dictionary. New
York: Holt, Rinehart and Winston.

Roesnadi, O. Sutomo Roesnadi, 1979. Hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah.
Analisa, VIII (3).

13

Anda mungkin juga menyukai