Anda di halaman 1dari 13

Diplomasi Luar Negeri “Thousand Friend Zero

Enemy” Pada Kepemimpinan Strategis


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Dosen :
Kol. CHB. Dr. Sri Sundari, S.E., M.M.

Oleh:
Darnis
120200203004

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTAHANAN


FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN

i
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR, SEPTEMBER 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
I. Latar belakang .................................................................................... 1
II. Rumusan masalah .............................................................................. 2
III. Tujuan dan Manfaat............................................................................. 2
BAB II TEORI KEPEMIMPINAN STRATEGIS .................................................... 3
I. Kepemimpinan .................................................................................... 3
II. Strategis .............................................................................................. 4
III. Manfaat Strategi Diplomasi “ Thousand Friend Zero Enemy” Bagi
Indonesia............................................................................................. 6
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................... 9
DFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa
Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Diplomasi Luar Negeri
“Thousand Friend Zero Enemy” Pada Kepemimpinan Strategis Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono”. Penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah kepemimpinan strategis, program studi
ekonomi pertahanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kol.
CHB. Dr. Sri Sundari, S.E., M.M. selaku dosen pengampu yang telah
membimbing penulis. Walaupun demikian, dalam proposal penelitian ini, penulis
menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga proposal skripsi ini
dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi manajemen keuangan.
Walaupun demikian, dalam makalah ini, penulis menyadari masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, September 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Doktrin politik luar negeri Indonesia Bebas Aktif adalah buah
pemikiran proklamator Bung Hatta yang dicetuskan pertama kali pada rapat
KNIP di Yogyakarta tanggal 2 September 1948. Bebas Aktif merupakan
tanggapan maupun strategi Indonesia terhadap konstelasi internasional saat
itu, ketika dunia terpolarisasi menjadi blok Barat dan Timur. Adagium Bebas
Aktif ini setidaknya dapat meredam konflik internal saat itu, ketika dinamika
internasional diwarnai pertentangan politik antara dua negara adikuasa.
Politik Bebas Aktif mengandung dua unsur, Bebas diartikan tidak terlibat
suatu aliansi militer atau pakta pertahanan dengan kekuatan luar yang
menjadi ciri khas Perang Dingin. Dalam arti yang lebih luas, Bebas
menunjukkan nasionalisme yang tinggi, menolak keterlibatan maupun
ketergantungan kepada pihak luar yang dapat mengurangi kedaulatan. Aktif
diartikan bahwa Indonesia selalu menentang penjajahan dan memajukan
perdamaian dunia.
Pada saat reformasi 1998 politik luar negeri RI tidak mengalami perubahan,
yaitu tetap politik luar negeri bebas aktif yang berdasarkan pada UUD 1945.
Arah politik Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan
nasional, menitik beratkan pada solidaritas antarnegara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak penjajahan dalam
segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama
intemasional bagi kesejahteraan rakyat. Di samping itu, dengan telah
disahkannya Undang--undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional, maka Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan politik luar
negeri RI selalu merujuk pada ketentuan- ketentuan termaksud dalam UU
tersebut.
Terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan 2004 yang
dilaksanakan dengan sistem pemilihan langsung untuk pertama kalinya,
membuat sebuah harapan baru bagi rakyat Indonesia terkait dengan
kepemimpinan strategis Nasional maupun Internasional. Dengan masih

1
berlandaskan doktrin politik bebas aktif dalam masa awal pemeritahanya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pada diplomasi damai.
Diplomasi ini juga termasuk semboyan “Thousand Friends Zero
Enemy” sebagai guidence strategis dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini
disebut juga sebagai diplomasi publik. D’Hooghe (2007), publik diplomasi
adalah proses diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat
dinegaranya atau kepada masyarakat negara lain untuk mencapai tujuan
pemerintah tersebut.
Dari penjelasan diatas, penulis perlu untuk mengkaji lebih dalam
kepemimpinan strategis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan strategi
diplomasi ‘”Thousand Friends Zero Enemy”.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah konsep dari kepemimpinan strategis Diplomasi Luar Negeri
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ?
2. Apakah yang dimaksud dengan “Thousand Friend Zero Enemi”?
3. Bagaimana konsep dasar strategis kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono?

III. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Dapat menjadi tambahan wawasan dalam hal kepemimpinan strategis.
2. Mengetahui hakikat kepemimpinan, strategis, dan visioner
3. Mampu memahami dan menjelaskan tentang langkah-langkah menentukan
arah strategis intensif organisasi.

2
BAB II
TEORI KEPEMIMPINAN STRATEGIS

I. Kepemimpinan
Pada hakekatnya setiap kelompok memiliki pemimpin untuk dijadikan
panutan, baik itu sebagai pengambil keputusan, pengayom ataupun
pelindungnya. Maka seorang pemimpin dibutuhkan memiliki nilai lebih pada
kelompok tersebut. Kepemimpinan mempunyai peranan yang dominan untuk
meningkatkan produktivitas kerja, baik pada tingkat individual, pada tingkat
kelompok, maupun pada tingkat organisasi. Peranan pemimpin sangat
diperlukan dalam usaha menetapkan tujuan, mengalokasi sumber daya yang
langka, memfokuskan pelatihan pada tujuan-tujuan organisasi,
mengkoordinasikan perubahan perubahan yang terjadi, membina kontak antar
pribadi dengan pengikutnya, dan menetapkan arah yang benar atau yang paling
baik bila kegagalan terjadi (Titik Rosnani, 2012:2).
Apabila kita berbicara ruang lingkup Negara dan Pemerintahan, maka yang
dibahas adalah kepemimpinan Presiden. Dalam sistem presidensial, kedudukan
presiden sangat kuat, karena ia merupakan kepala negara sekaligus sebagai
kepala pemerintahan. Dengan demikian, menurut UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 seorang Presiden mempunyai kewenangan yang sangat
banyak. Seperti pada Pasal 4 ayat 1 Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan.
Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala
pemerintahan telah menetapkan tujuan, khususnya dalam politik luar negeri
yang akan berdampak terhadap pandangan dunia Internasional terhadap
Indonesia. Kebijakan luar negeri yang bertajuk thousand friends, zero
enemy adalah kebijakan yang bertujuan untuk menampilkan Indonesia sebagai
negara yang mampu menjalin kerjasama ke segala penjuru dunia pada masa
pemerintahannya

3
II. Strategis
Dalam mencapai tujuan besar organisasi dibutuhkan langkah-langkah
strategis. Cravens (2001:6) strategi adalah rencana yang disatukan dan
terintegrasi, menghubungkan keunggulan strategi organisasi dan dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi dimulai dengan konsep
menggunakan sumber daya organisasi secara efektif dalam lingkungan yang
berubah-ubah.Pemerintahan Indonesia pada 2004-2009 telah menetapkan hal-
hal strategis yang dituangkan dalam tiga Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJM) tahun 2004 - 2009 yang isinya:
1. Pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi Indonesia
dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan
kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan
kontribusi bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan
nasional.
2. Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan
secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerja sama
internasional terutama kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan
hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan
aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama
politik luar negeri indonesia.
3. Penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam
rangka membangun dan mengembangkan semangat multilateralisme
yang dilandasi dengan penghormatan terhadap hukum internasional
dipandang sebagai cara yang lebih dapat diterima oleh subjek hukum
internasional dalam mengatasi masalah keamanan internasional.
Komitmen terhadap perdamaian internasional relevan dengan tujuan
hidup bernegara dan berbangsa, sebagaimana dituangkan dalam alinea
IV pembukaan undangundang dasar 1945.

Dalam mencapai hal-hal yang strategis yang telah dituangkan dalam RPJM
tahun 2004-2009, pemerintahan melakukan langkah-langkah untuk

4
implementasi dalam mencapai tujuan, yang dilaksanakan oleh Kementerian atau
Lembaga terkait, antara lain ;

1. Opportunity Driven, yaitu mendayagunakan segala kesempatan


yang ada secara optimal.
2. Win Win Solution, yaitu memberikan solusi yang menguntungkan
kedua belah pihak.
3. Constructive, yaitu bahwa Indonesia akan berperan dalam kegiatan-
kegiatan yang mendorong terciptanya kestabilan regional.
4. Rasional dan Pragmatis, yaitu menggunakan rasio dalam berpikir dan
perimbangan keputusan serta berpikir secara pragmatis atau manfaat.
5. Soft Power, yaitu mengandalkan dan mempelajari cara- cara halus
dalam melakukan diplomasi seperti yang dilakukan di negara- negara
Canada, Norwegia dan Australia.
6. Personal, yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap pemimpin
tiap- tiap negara untuk mengamil hati dan menjalin persahabatan.

Salah satu bentuk implementasi dari konsep thousand friend zero


enemies ini adalah dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak
negara. Dengan kata lain, Indonesia sekarang ini sesungguhnya sedang
menjadi negara netral yang di tunjukan dengan sikap tidak menggunakan
idiom teman dan musuh dalam berdiplomasi karena sama saja dengan
keberpihakan. Dalam hubungan Internasional, teman atau musuh
merupakan istilah yang problematic. Maka berteman dengan suatu pihak
merupakan musuh bagi pihak lain. Bahkan hubungan pertemanan
tidaklah permanen karena negara atau aktor internasional bukanlah suatu
institusi yang statis. Setiap perubahan dapat merubah persepsi setiap aktor
terhadap aktor lainnya. Dengan demikian, banyak sekali variabel yang
berpotensi adanya perubahan status teman menjadi musuh atau
sebaliknya.
Salah satu contoh bentuk dari konsep yang di keluarkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut adalah dengan
memberikan grasi kepada WNA yaitu pada kasus Corby , warga negara
Australia yang membawa ganja 4,2 kg ke Bali, grasi tersebut di berikan

5
agar WNI di Australia bisa memperoleh hal yang sama, presiden juga
beranggapan bahwa dengan memberikan grasi tersebut dapat menjaga
kepercayaan antara negara Indonesia dan Australia dan apabila
kepercayaan ini telah tercipta maka daapat dilakukannya kerja sama dalam
bidang apapun baik itu ekonomi, politik, keamanan dalan lain-lain.

III. Manfaat Strategi Diplomasi “ Thousand Friend Zero Enemy” Bagi


Indonesia
Fungsi dari strategi pada dasarnya adalah berupaya agar strategi yang
disusun dapat diimplementasikan secara efektif. Terdapat enam fungsi yang
harus dilakukan secara simultan, yaitu :
1. Mengkomunikasikan suatu maksud (visi) yang ingin dicapai kepada
orang lain. Strategi dirumuskan sebagai tujuan yang diinginkan, dan
mengkomunikasikan, tentang apa yang akan dikerjakan, oleh siapa, bagaimana
pelaksanaan pengerjaannya, untuk siapa hal tersebut dikerjakan, dan mengapa
hasil kinerjanya dapat bernilai. Untuk mengetahui, mengembangkan dan menilai
alternatif-alternatif strategi, maka perlu dilihat sandingan yang cocok atau sesuai
antara kapabilitas organisasi dengan faktor lingkungan, di mana kapabilitas
tersebut akan digunakan.
2. Menghubungkan atau mengaitkan kekuatan atau keunggulan organisasi
dengan peluang dari lingkungannya.
3. Memanfaatkan atau mengeksploitasi keberhasilan dan kesuksesan yang
didapat sekarang, sekaligus menyelidiki adanya peluang-peluang baru.
4. Menghasilkan dan membangkitkan sumber-sumber daya yang lebih
banyak dari yang digunakan sekarang. Khusunya sumber dana dan suber-
sumber daya lain yang diolah atau digunakan, yang penting dihasilkannya
sumber-sumber daya nyata, tidak hanya pendapatan, tetapi juga reputasi,
komitmen karyawan, identitas merekdan sumber daya yang tidak berwujud
lainnya.
5. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan atau aktivitas organisasi
ke depan. Strategi harus menyiapkan keputusan yang sesuai dan sangat
penting bagi upaya untuk pencapaian maksud dan tujuan organisasi.

6
6. Menanggapi serta bereaksi atas keadaan yang baru dihadapi sepanjang
waktu. Proses yang terus-menerus berjalan bagi penemuan maksud dan tujuan
untuk menciptakan dan menggunakan sumber sumber daya, serta mengarahkan
aktivitas pendukungnya.
Dalam konteks politik luar negeri dengan adanya strategi thousand
friends, zero enemy mampu memberikan dampak yang positif terhadap citra
Indonesia di mata Internasional, Hal ini ditandai dengan safari politik
internasional yang dilakukan oleh SBY dalam rangka meningkatkan citra positif
Indonesia di kancah internasional. Dengan menggunakan jargon “thousand
friends zero enemy” SBY ingin menunjukkan posisi penting Indonesia di dunia
internasional. Pada tahun-tahun awal pemerintahanya, SBY telah mengunjungi
Malaysia dan Singapura yang merupakan tetangga dekat Indonesia. Hal ini
penting sebagai tanda “perkenalan” sebagai langkah awal upaya diplomasi di
masa yang akan datang. SBY juga mengunjungi Australia, Selandia Baru, dan
Timor Leste.Pada tahun 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah
berkata jika “no country perceives Indonesia as an enemy and there is no
country which Indonesia considers an enemy. Thus, Indonesia can exercise its
foreign policy freely in all directions, having a million friends and zero enemies”.
Kata-kata tersebut mengandung makna jika Indonesia merupakan negara
yang mendorong kerja sama yang konstruktif dengan negara manapun.
Kemudian kalimat tersebut juga memberi pesan kepada dunia bahwa Indonesia
merupakan negara yang tidak gemar berkonflik.
Dalam isu Laut China Selatan (LCS), Indonesia di bawah SBY mengambil
peran sebagai mediator yang selalu menekankan pada penyelesaian masalah
secara damai. Ia mengatakan pada forum KTT ke-24 ASEAN di Myanmar
bahwa Indonesia secara moral merasa terpanggil untuk berperan aktif dalam
penyelesaian sengketa di LCS.19 Indonesia berperan penting dalam menjaga
stabilitas kawasan dan menghindari konflik dalam menangani isu LCS. Dalam
isu terorisme, Indonesia di bawah SBY mencitrakan dirinya sebagai negara
Islam terbesar di dunia yang menolak aksi-aksi terorisme yang berlatar belakang
agama Islam. Prof. Makarim Wibisono pernah mengatakan jika Indonesia paska
peristiwa 9/11 mencoba untuk membuktikan kepada dunia jika semua yang
beragama Islam tidak serta merta adalah teroris. SBY turut berpartisipasi di
banyak forum global dalam bidang anti- terorisme, menjadi ketua Asia-Pacifik

7
Economic Cooperation (APEC) Counter Terrorism Task Force, dan memainkan
berbagai peran penting dalam membangun komunikasi dengan negara-negara
non-Islam untuk membangun kepercayaan terhadap Islam. SBY menekankan
bahwa Islam menentang segala bentuk ekstrimisme. Prinsip “thousand friends
zero enemy” merupakan suatu proyeksi kekuatan soft power Indonesia guna
meningkatkan kepercayaan dunia internasional sehingga dapat membangun
kerja sama yang konstruktif dalam menciptakan stabilitas dan keamanan
kawasan (Tonny , 2017).

8
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya tentang diplomasi luar negeri


dengan jargon “ Thousand Friend zero enemy” pada pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sosok pemimpin dalam hal ini Presiden sebagai kepala pemerintahan
memiliki peranan penting dalam menjalankan strategi Diplomasi Luar
negeri.
2. Konsep kepemimpinan strategis diplomasi luar negeri dengan jargon “
Thousand Friend zero enemy” sangat efektif dalam memperbaiki citra
Indonesia pada ranah Internasional melalui hubungan dengan berbagai
negara terutama dikawasan.
3. Suatu tujuan besar jargon “ Thousand Friend zero enemy” yang
dituangkan dalam RPJM Pemerintah mampu menjadi guidence bagi
Kementerian,Lembaga dan Presiden sendiri dalam mengambil langkah-
langkah diplomasi Luar Negeri

9
Daftar pustaka

Cravens, David W, 2001, Pemasaran Strategi, Terjemahan Lina Salim, Edisi IV,. Cetakan
1, Jilid II, Erlangga, Jakarta. Christiando,Rio .2012

D’Hooghe, Ingrid. 2007. The Rise of China’s Public Diplomacy. The Hague,
Netherlands Institue of International Relations.

Tonny Dian Effendi, “Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono
secara Komprehensif: Resensi Buku,” Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni
2017): 77-81

Tulus Warsito dan Surwandono.2015. “Diplomasi Bersih” Dalam Perspektif Islam.


Diakses dari http://ejournal.uin-suka.ac.id/

Saputra, Andhik Beni. “Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Susilo Bambang
Yudhoyono tahun 2009-2011,” Repository UNRI, (2012).

10

Anda mungkin juga menyukai