Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEJARAH

KEPRESIDENAN MASA PEMERINTAHAN JOKO WIDODO – JUSUF KALLA

Oleh :
IRMA LESTARI
MEI SANDI
RENDI SETIAWAN
SYASYA NABILA
ULUNG PENGGALIH

GURU PEMBIMBING :
SITI HASANAH, S.Pd.

SMA NEGERI 1 BATANG CENAKU


KABUPATEN INDRAGIRI HULU
PROVINSI RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemerintahan
masa Joko Widodo – Jusuf Kalla. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
jujungan kita, Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang
mencintainya dan menyayanginya.
Adapun penyusunan makalah ini berdasarkan referensi-referensi yang diperoleh dan
tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa hormat,
kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Siti Hasanah, S. Pd. selaku Guru Sejarah Indonesia yang telah memberikan bimbingan
dan pengetahuan kepada kami.
2. Orang tua tercinta yang telah mendoakan, memberikan dukungan dan memotivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung dan membantu dalam penyusunan
makalah ini.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu-persatu.
Mudah-mudahan segala amal dan bantuan dari pihak-pihak yang telah disebutkan di
atas, mendapatkan pahala serta balasan dari Allah Swt. Kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan laporan praktikum ini, dan apabila masih terdapat kesalahan
atau kekurangan, kami mohon maaf. Kami berharap semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia pendidikan.

Aur Cina, 1 November 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................
A. Kebijakan-kebijakan Masa Pemerintahan Jokowi-JK..............................................
B. Pencapaian Masa Pemerintahan Jokowi-JK ............................................................
C. Program yang Tidak Tercapai Masa Pemerintahan Jokowi-JK
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah
panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Hingga saat ini Indonesia telah memiliki tujuh orang presiden, sejak
Presiden Ir. Soekarno, hingga Presiden yang baru terpilih dalam Pemilihan Presiden
2014, Ir. H. Joko Widodo. Setiap kepemimpinan Presiden Indonesia memiliki ciri khas
dan pencapaian yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kemenangan Presiden Joko
Widodo dalam pemilihan umum tahun 2014 menggantikan posisi Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai presiden sebelumnya. Hal tersebut menandai adanya perubahan
corak politik luar negeri Indonesia yang semula berorientasi ke “luar” (outward looking)
dengan upaya mengambil peran global melalui berbagai aktivitas multilateral digantikan
dengan orientasi ke “dalam” (inward looking) oleh Presiden Joko Widodo dengan upaya
membangun politik luar negeri yang dapat memberikan keuntungan domestik serta
memperkuat kedaulatan Indonesia (Davies & Harris Rimmer, 2016).
Walaupun ada perubahan corak politik luar negeri Indonesia, Indonesia tetap
berupaya untuk membangun reputasi internasional sebagai warga negara dunia yang
baik. Perubahan orientasi politik luar negeri Indonesia nampak dalam perubahan visi dan
misi Indonesia dalam politik Internasional. Indonesia di bawah pemerintahan Presiden
Joko Widodo mengusung visi yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong. Untuk mewujudkan visi tersebut akan
ditunjang melalui beberapa misi di mana Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk
menjaga kedaulatan negara Indonesia dan menempatkan Indonesia sebagai kekuatan
regional dengan keterlibatan global secara selektif dengan memberikan prioritas pada
permasalahan yang secara langsung berkaitan dengan kepentingan bangsa dan rakyat
Indonesia. Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan, maka dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut “Nawa Cita”
(Widodo & Kalla, 2014).
Nawa Cita merupakan konsep besar untuk memajukan Indonesia yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian. Untuk mewujudkannya, diperlukan kerja nyata
yang bertahap dan berkesinambungan, dimulai dengan pembangunan fondasi dan
dilanjutkan dengan upaya percepatan dalam berbagai bidang. Secara khusus, Nawa Cita
memprioritaskan percepatan pengembangan infrastruktur untuk menghubungkan wilayah
pinggiran dengan pusat pertumbuhan dan mempromosikan konektivitas antar pulau di
nusantara. Sehingga, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo terdapat 3 fokus
utama. Pertama, infrastruktur sebagai pengungkit utama produktivitas dan daya saing
bangsa. Kedua, manusia sebagai subjek pembangunan. Ketiga, deregulasi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditengah-tengah kelesuan ekonomi
global (Kemendag, 2016). Menurut (Asian Development Bank, 2017). Infrastruktur
merupakan kunci utama untuk membuka potensi ekonomi keseluruhan negara,
mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
Infrastruktur yang efisien juga diperlukan untuk menurunkan biaya distribusi, membuat
harga barang dan jasa lebih terjangkau dan meningkatkan standar hidup masyarakat.
Infrastruktur yang baik membawa mobilitas sosial dan ekonomi yang lebih baik yang
mengarah pada kondisi kehidupan yang lebih baik. Bagi Indonesia, negara dengan
populasi dan wilayah kepulauan yang besar pengembangan infrastruktur merupakan hal
yang penting untuk memastikan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembangunan
infrastruktur diprioritaskan karena stok infrastruktur di Indonesia dinilai masih sangat
rendah dan masih sangat jauh dengan negara tetangga Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Apa saja kebijakan pada masa pemerintahan Jokowi-JK ?
2. Apa saja pencapaian pada masa pemerintahan Jokowi-JK ?
3. Apa saja program yang tidak tercapai pada masa pemerintahan Jokowi-JK ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pada makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pada masa pemerintahan Jokowi-JK.
2. Untuk mengetahui pencapaian pada masa pemerintahan Jokowi-JK.
3. Untuk mengetahui program yang tidak tercapai pada masa pemerintahan Jokowi-JK.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Kebijakan-kebijakan Pada Masa Pemerintahan Jokowi-JK
Nawacita adalah 9 prioritas pembangunan nasional di era kepresidenan Joko
Widodo dan Jusuf Kalla. Nawacita digunakan sebagai fokus pembaruan Indonesia agar
memiliki kedaulatan secara politik, serta mampu mandiri dalam melakukan pengelolaan
ekonomi dan memiliki kepribadian yang berbudaya.
Secara istilah, nawacita adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekertanawa,
yang artinya sembilan dan cita, yang artinya harapan, keinginan, impian. Nawacita lantas
diadopsi oleh Jokowi-JK dalam keperluan politik saat mencalonkan diri sebagai Presiden
dan Wakil Presiden Indonesia 2014 lalu.
Nawacita adalah 9 visi misipokok yang menjadi agenda prioritas untuk
melanjutkan semangat perjuangan dari Soekarno yang dikenal sebagai Trisakti yaitu
berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Setelah terpilih menjadi presiden, Jokowi-JK menerapkan nawacita ke dalam
program administrasinya melalui kabinet yang disebut Kabinet Kerja. Struktur Kabinet
Kerja disusun untuk mengendalikan agenda yang telah dirancang dalam nawacita. Ubah
dan tambah posisi jumlah menteri koordinator juga dilakukan olehnya.

9 program perubahan untuk Indonesia yang tergabung dalam nawacita tersebut adalah.
1. Menolak Negara Lemah dengan Melakukan Reformasi Sistem dan Penegakan
Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya.
2. Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa
dalam Kerangka Negara Kesatuan.
3. Memperteguh Kebhinnekaan dan Memperkuat Restorasi Sosial Indonesia.
4. Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan Memberikan
Rasa Aman pada Seluruh Warga.
5. Membuat Pemerintah Tidak Absen dengan Membangun Tata Kelola Pemerintahan
yang Bersih, Efektif, Demokratif, dan Terpercaya.
6. Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
7. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis
Ekonomi Domestik.
8. Melakukan Revolusi Karakter Bangsa.
9. Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional.

Sembilan prioritas Nawacita di atas menginspirasi dan masuk menjadi bagian


dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. RPJMN
tersebut lantas menjadi penuntun kebijakan pemerintah dalam lima tahun masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK.
Jokowi-JK juga merumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawa
Cita. Agenda itu berisi tentang tata kelola pemerintahan, penegakan hukum bebas
korupsi, kemandirian ekonomi, hingga revolusi karakter bangsa.
Berikut ini NawaCita Jokowi-JK:
1. Kami akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui pelaksanaan politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang tepecaya dan pembangun pertahanan
negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim.

Realisasi :
Salah satu target normatif dari Nawacita poin satu ini adalah perlindungan
terhadap buruh migran RI di luar negeri. Di tahun keempat Jokowi-JK, ada seorang
WNI yang dieksekusi mati, tapi ada pula yang berhasil bebas dari hukuman mati.
Selain soal perlindungan kepada buruh migran, pada poin ini ada target
normatif mengenai batas negara. Selama 4 tahun menjabat, pemerintahan Jokowi
sedikitnya telah membuat 7 pos lintas batas negara (PLBN) jadi megah. Ketujuh pos
itu adalah PLBN Entikong, Badau, dan Aruk di Kalimantan Barat, kemudian PLBN
Motaain, Motamasin, dan Wini di NTT, serta PLBN Skouw di Papua.
Ada pula janji tentang turut menjaga perdamaian dunia. Untuk mencapai
target tersebut, Indonesia berjuang agar dipilih menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Perjuangan itu terjawab pada Juni 2018 dalam Sidang Umum PBB.
Kini Indonesia bisa lebih aktif berperan dalam menjaga perdamaian dunia.
Janji berikutnya, masih dalam poin satu ini, adalah soal kesejahteraan prajurit
TNI. Menurut data Kantor Staf Presiden (KSP), pemerintah telah membangun rumah
untuk prajurit TNI. Sampai 2018, sebanyak 214.441 rumah prajurit dibangun.
Sedangkan pada 2015 ada 209.885 rumah. Selain itu, melalui PP 31/2018, tunjangan
prajurit veteran juga dinaikkan sebesar 25 persen.

2. Kami akan membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

Realisasi :
Salah satu target normatif dalam poin kedua adalah mengembalikan
kepercayaan publik kepada institusi demokrasi. Tahun lalu, pemerintahan Indonesia
menduduki peringkat pertama dalam Trust and Confidence in National Government
berdasarkan data Gallup yang dirilis Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) dalam publikasinya yang berjudul Government at a Glance
2017. RI bahkan mengalahkan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Inggris,
Jerman, hingga Prancis.

3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah


dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

Realisasi :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengamanatkan tentang pemberian
Dana Desa. Dikutip dari situs Kementerian Keuangan, pada 2018 anggaran Dana
Desa mencapai Rp 60 triliun untuk 74.958 desa di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data Kemenkeu, sejauh ini Dana Desa telah membuahkan


199.100 km jalan desa, 1.599 km jembatan, 325.599 unit sambungan air bersih, 4.656
unit embung desa, 48.271 unit posyandu, 19.794 unit pasar desa, 43.723 unit PAUD
desa, 342.137 unit sumur dan MCK, serta 299.345 unit drainase dan irigasi untuk
periode 2015-2017. Kemenkeu mencatat Dana Desa juga telah mengurangi
ketimpangan di desa dari 0,34 pada 2014 menjadi 0,32 pada 2017.

Jokowi saat meninjau pelaksanaan Program Padat Karya Tunai di Sorong, Papua Barat.
(Laily Rachev/Biro Pers Setpres)

Sejak awal 2018 juga ada Program Padat Karya Tunai untuk pedesaan.
Sebagai permulaan, target program ini adalah 1.000 desa dari 100 kabupaten yang
memiliki ketimpangan sosial tinggi. Anggaran program ini diambil dari Dana Desa.
Untuk 2018, anggaran Padat Karya Tunai mencapai Rp 18 triliun untuk seluruh desa
di Indonesia.

4. Kami akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

Realisasi :
Selain soal isu korupsi, ada target soal kepastian hukum kepemilikan tanah.
Sejauh ini pemerintah gencar menyelesaikan sertifikasi tanah milik warga yang
kemudian langsung dibagikan.
Adapun isu tentang hak asasi manusia (HAM) baru saja disoroti oleh Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Menurut Kontras,
pemerintahan Jokowi-JK mendapat rapor merah terkait penyelesaian kasus HAM.

5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Realisasi :
Salah satu janji Jokowi-JK dalam poin Nawacita ini adalah program
kepemilikan tanah untuk warga dengan total 9 juta hektare dalam 5 tahun. Hingga
tahun keempat mereka menjabat, sudah ada 7 juta hektare yang disertifikasi.
Selain itu, ada janji untuk membagikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dalam
Program Indonesia Pintar (PIP). Dikutip dari situs Kemendikbud, per Oktober 2018
sudah ada 11.856.201 dari alokasi 17.927.308 KIP yang dibagikan (66,13 persen).
Kemudian sebanyak 10.663.653 KIP sudah dicairkan.

Jokowi saat membagikan KIP. (Kris/Biro Pers Setpres)

Sebelumnya, pada 2017, dari alokasi 17.927.308 KIP, bahkan disalurkan


hingga 18.248.287. Namun yang dicairkan hanya 15.846.824 KIP.
Sementara itu, menurut survei yang dilakukan oleh Indonesia Corruption
Watch (ICW) pada Desember 2017 hingga Maret 2018, banyak KIP yang salah
sasaran. Survei itu dilakukan di empat wilayah, yakni Kota Medan, Kota Yogyakarta,
Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Kupang dengan 700 responden. Metode survei itu
adalah simple random sampling terhadap warga miskin.
Temuan survei itu, sebanyak 57,1 persen responden terdaftar dalam Program
Indonesia Pintar tapi 19,3 persen mengaku belum memegang KIP secara langsung.
Sementara itu, sebanyak 42,9 persen responden yang masuk kategori warga miskin
mengaku tak terdaftar dalam PIP.

6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

Realisasi:
Jokowi-JK menargetkan pembangunan jalan baru sepanjang 2.000 km dalam
poin enam Nawacita ini. Namun target itu sudah terpenuhi sejak 2017, yakni telah
dibangun 2.623 km jalan baru. Pembangunan itu dilakukan secara bertahap sejak
2015. Berdasarkan data dari Kementerian PUPR, sekitar 2.000 km di antaranya
merupakan jalan perbatasan yang dibangun di titik-titik terluar, terpencil, dan
terdepan Indonesia.
Selain itu, Jokowi-JK menargetkan pembangunan 10 pelabuhan baru. Namun
faktanya, ada 27 pelabuhan baru telah dibangun sejak 2015 menurut data
Kementerian BUMN.
7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

Realisasi :
Jokowi-JK menargetkan pembukaan 1 juta hektare lahan sawah baru di luar
Pulau Jawa. Pada 2017, sudah disiapkan 3,2 juta hektare lahan sub-optimal di luar
Pulau Jawa untuk menjadi sawah. Lahan sub-optimal yang dimaksud adalah rawa,
pasang-surut, lahan kering, dan tegalan.
Selain pembukaan lahan baru untuk sawah, Jokowi-JK menjanjikan irigasi
untuk 3 juta hektare sawah. Salah satu sumber irigasi adalah pembangunan waduk.
Selama 4 tahun ini, pemerintah sudah membangun 49 bendungan baru yang tersebar
di seluruh Indonesia.

8. Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan.

Realisasi :
Jokowi meningkatkan posisi UKP Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila lewat Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2018. BPIP tak hanya bertugas di ranah pendidikan formal, tetapi juga terkait
kebijakan pemerintah. Namun soal BPIP sempat menjadi heboh terkait besaran upah
para pejabatnya.
Selain itu, Jokowi-JK menjanjikan tentang evaluasi penyeragaman Ujian
Nasional. Namun dalam UN tahun 2018 terjadi kehebohan gara-gara penerapan soal
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Banyak siswa mengeluhkan tingkat kesulitan
soal-soal HOTS.

9. Kami akan memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia


melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.

Realisasi :
Salah satu janji yang tertuang dalam Nawacita poin sembilan ini adalah
menghidupkan forum dialog/musyawarah di masyarakat. Di poin itu memang tak
tertuang soal pembentukan suatu badan khusus, namun pemerintah Jokowi-JK saat
ini masih merampungkan pembentukan Dewan Kerukunan Nasional (DKN).
Wacana mengenai pembentukan DKN juga menuai penolakan lantaran
dikhawatirkan lembaga itu bertujuan untuk menyelesaikan kasus HAM masa lalu
lewat jalur nonperadilan. Hingga Juni 2018, pembahasan pembentukan DKN hanya
sebatas penentuan tugas yang antara lain adalah menghidupkan mekanisme mediasi
yang sifatnya pendekatan budaya, tradisi, kerukunan hidup berbangsa.
Pemerintah juga meluncurkan enam paket kebijakan ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan menaikkan produktivitas.
1) Pusat logistik berikat (PLB). Hingga 12 April 2017 sudah ada peresmian 34 PLB, a.l.
sektor otomotif, pertambangan, minyak dan gas.
2) Kemudahan berusaha bagi UMKM. Hal ini dilakukan dengan memangkas izin,
prosedur, waktu, dan biaya dalam 10 indikator kemudahan berusaha.
3) Revisi Daftar Negatif Investasi. Pasca penerbitan Perpres No. 44/2016, sudah ada
527 perusahaan dengan rencana investasi US$12.926 miliar yang memanfaatkan.
4) Insentif fiskal. Tax allowance telah dimanfaatkan 25 perusahaan dengan lama
pengurusan rata-rata 13,4 hari – dari sebelumnya 2 tahun.
5) Perizinan investasi 3 jam. Layanan ini sudah dimanfaatkan 284 perusahaan dengan
nilai investasi Rp219 triliun dan serapan tenaga kerja Indonesia 170.657 orang.
6) Pembiayaan ekspor.

Namun, dalam menjalankan programnya terdapat beberapa kebijakan yang


terkesan otoriter, antara lain.
1. Membuat PP Pengupahan yang bertentangan dengan UU (2015)
2. Memperlemah (Kemungkinan Adanya) Oposisi dengan Mengacakngacak Parpol
melalui Melawan Hukum Putusan MA: Golkar (2015).
3. SNJSH
4. Membiarkan Pembantunya Membangkang terhadap Putusan MK (2016)
5. Membatasi Penyampaian Pendapat Di Muka Umum Melalui PP 60/2017 yang
Bertentangan dengan UU 9/1998 (2017)
6. Perppu Ormas Membubarkan Ormas Tanpa Pengadilan (2017)
7. UU 5/2018 tentang Perubahan atas UU 15/2003 tentang Penetapan Perpu 1/2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi UndangUndang
mengkaburkan batasan peran TNI dalam urusan pertahanan
8. Permendagri 3/2018 tentang tentang Penerbitan Surat Keterangan Penelitian/SKP
(2018)
9. Hak Tidak Memilih/Golput dijerat UU Terorisme dan UU ITE (2019)
10. Penggunaan Pasal Makar oleh Kepolisian Secara Sembarangan
11. Melegalkan Kriminalisasi Pemilik Hak atas Tanah dengan Dalih Komponen
Cadangan (2019)
12. Mengembalikan Dwi Fungsi Aparat Pertahanan
13. Mengembalikan Dwi Fungsi Aparat Keamanan: Polri
14. SK Menkopolhukam No. 38/2019 tentang Tim Asistensi Hukum (2019)
15. Menyetujui SKB tentang Penanganan Radikalisme dalam Rangka Penguatan
Wawasan Kebangsaan Pada Aparatur Sipil Negara (2019)
16. Pemberangusan Masif Hak Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (2019)
17. Pemerintah memasukkan/setuju pasal makar, penghinaan presiden dan penodaan
agama dalam RKUHP (2019)
18. Operasi Militer Ilegal Di Papua (2019)
19. Pemadaman Internet di Papua (2019)
20. UU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Penelitian (2019)
21. Mengabaikan Partisipasi Publik dalam Rencana Pemindahan Ibukota Negara (2019)
22. Meminta BIN dan Polri untuk Menangani Ormas yang Menolak Omnibus Law
(2020)
23. Berkehendak Menjalankan Darurat Sipil (2020)
24. Membiarkan Anak Buahnya Melawan Putusan MK untuk Mengkriminalkan
“Penghina” Presiden (2020)
25. Membangkang terhadap Putusan MA tentang BPJS (2020)
26. Berkehendak Bisa Mengubah UU dengan PP (2020)
27. Pemberangusan Hak atas Kebebasan Berpendapat (2020)
28. BIN Ikut Campur Diskusi Di Kampus (2020)

Sepanjang 2018, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengeluarkan sejumlah kebijakan. Beberapa kebijakan Jokowi – JK menuai kontroversi,
bahkan sebagian ada yang dibatalkan. Berikut kebijakan yang menuai kontroversi :
1. Gaji Pejabat BPIP
2. Pembatalan Kenaikan Harga Premium
3. Melantik Andika Perkasa sebagai KSAD
4. Masuknya UMKM dan Koperasi dalam DNI
5. Pembentukan TGPF Novel Baswedan

Tapi, ada juga beberapa kebijakan pemerintah yang dipertanyakan publik dan
dinilai tak dipikirkan secara matang. Pasalnya, sejumlah kebijakan ini tiba-tiba diubah
secara dalam singkat. IDN Times merangkum beberapa kebijakan 'plin-plan' Jokowi di
periode pertamanya.
1. Pembatalan kenaikan harga BBM premium
2. Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI)
3. Tarik ulur cuti lebaran
4. Aturan e-commerce
5. Tarif tol Bandara Soekarno Hatta batal naik

B. Pencapaian Pada Masa Pemerintahan Jokowi-JK


Selama masa pemerintahan Jokowi-JK berhasil mencapai beberapa
pencapaian dalam berbagai sektor. Termasuk mengenai partisipasi pemilih yang
meningkat dari tahun 2014 sebesar 70 persen menjadi 81 persen pada 2019. Jumlah
perselisihan hasil pemilu pun menurun dari 903 menjadi 260.
Selain itu, pemerintah komitmen membangun Indonesia dari pinggiran. KSP
menyebut ada tujuh lokasi pembangunan pos lintas batas negara (PLBN) di tujuh
kabupaten/kota di tiga provinsi.
Sektor lainnya terkait pencapaian Jokowi-JK yaitu informasi kepada publik
terkait potensi kebencanaan disampaikan lebih dini dan penanggulangan kebencanaan
ditangani lebih sigap. Indeks rata-rata nasional 156.4 pada 2015 menjadi 146.3 pada
2019. Indeks risiko rata-rata prioritas nasional 169,4 pada 2015 menjadi 136.1 pada
2019.
Di bidang pertahanan, minimum essential force II (MEF II) mengalami
peningkatan yang signifikan. Capaian MEF pada 2015 sebesar 33,90 persen, sedangkan
pada 2019 sebesar 63,37 %.
Sementara di sektor politik luar negeri, penanganan WNI yang bermasalah di
luar negeri mengalami perbaikan. Ada 43 WNI yang diselamatkan dari penyanderaan,
uang sebesar Rp 574 miliar sebagai hak pekerja migran diselamatkan, 304 WNI yang
terancam hukuman mati dibebaskan, 181.942 TKI direpatriasi, 91.754 kasus hukum WNI
yang ditangani dan 4.789 WNI dievakuasi dari daerah konflik politik dan bencana alam.
Di bidang tata kelola pemerintahan, KSP memaparkan indeks persepsi korupsi
yang terus meningkat. Indeks persepsi korupsi pada 2014 berada di 34 dan naik menjadi
38 pada 2018. Semakin mendekati angka 0 berarti semakin buruk, namun bila semakin
mendekati angka 100 berarti semakin baik.
Peningkatan juga terjadi pada sektor pelayanan publik. Skor indeks efektivitas
pemerintahan Indonesia meningkat dari 53,8 pada 2014 menjadi 59,1 pada 2019.
Peningkatan pembangunan yang dilakukan Jokowi-JK di tanah Papua seperti.
 Indeks pembangunan manusia di Papua Barat mengalami peningkatan dari 61 pada
2014 menjadi 64 pada 2018. Sedangkan di Papua, indeks pembangunan manusia
pada 2014 berada di angka 57 dan meningkat pada 2018 menjadi 60.
 Angka stunting di Papua mengalami penurunan dari 40,1 persen pada 2013 menjadi
32,9 persen pada 2018. Hal yang sama juga terjadi di Papua Barat, angka stunting
turun dari 44,6 persen pada 2013 menjadi 27,8 persen pada 2018.
 Angka harapan hidup di Papua mengalami peningkatan dari 64.76 pada 2013 menjadi
65.36. Sedangkan di Papua Barat angka harapan hidup meningkat dari 65.14 pada
2013 menjadi 65.15 pada 65.15.
 Presentase tingkat kemiskinan di Papua mengalami penurunan dari 30,05 persen pada
2014 menjadi 27,43 persen pada 2018. Tingkat kemiskinan di Papua Barat
mengalami penurunan dari 27,13 persen menjadi 22,66 persen.
Dari sisi penegakan hukum, pemerintah memamerkan pemberantasan
pungutan liar melalui Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Sebanyak
20.953 kasus operasi tangkap tangan dengan 32.223 orang tersangka dan barang bukti
yang berhasil diselamatkan Rp 323.143.524.171.
Selain itu, Indonesia juga mendapatkan apresiasi Dewan HAM PBB saat
Indonesia menyampaikan laporan kelompok kerja Universal Periodic Review tahun
2017.
Dalam kasus pemberantasan narkoba, sebanyak 141 jaringan sindikat tindak
pidana narkotika terungkap sejak 2015. Jumlah aset yang berhasil diselamatkan sebsar
Rp 675 miliar.
Survei juga mengukur tingkat kepuasan responden terhadap kinerja
pemerintah di bidang-bidang tertentu. Berikut ini hasilnya di survei Oktober 2019:
Bidang Politik dan Keamanan : 64,3%
Bidang Hukum : 49,1%
Bidang Ekonomi : 49,8%
Bidang Sosial : 59,4%
Dalam empat tahun masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla,
pembangunan infrastruktur merupakan salah satu program yang gencar dilaksanakan.
Pembangunan infrastruktur dianggap akan meningkatkan konektivitas dan merangsang
daya saing antardaerah di seluruh Indonesia. Dalam beberapa pidatonya, Presiden Jokowi
mengatakan, program ini bagian dari implementasi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat. Seperti apa catatan pembangunan infrastruktur dalam 4 tahun Jokowi-JK?
Berikut dihimpun dari data yang dirilis Kantor Staf Presiden (KSP): Infrastruktur
konektivitas Pembangunan infrastruktur konektivitas dilakukan untuk mempermudah
mobilitas masyarakat dalam bekerja dan berusaha. Pemerintah berpandangan, selain
untuk pemerataan distribusi barang/jasa, pembangunan ini juga akan meningkatkan
produktivitas masyarakat dan daya saing.
1. Jalan dan Jembatan

Catatan jalan dan jembatan yang dibangun dalam empat tahun Jokowi-JK:
Jalan sepanjang 3.432 kilometer
Jalan tol sepanjang 947 kilometer
Jembatan sepanjang 39,8 kilometer
Jembatan gantung sebanyak 134 unit.
2. Kereta Api

Jalur kereta api, termasuk jalur ganda dan reaktivasi sepanjang 754.59 km'sp
Peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta api sepanjang 413,6 km'sp
Light Rail Transit di Sumatera Selatan selesai dibangun
Light Rail Transit di Jakarta selesai dibangun
Light Rail Transit di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi yang rampung pada 2019
Mass Rapid Transit yang juga rampung pada tahun 2019.
3. Bandar Udara
Ada 10 bandar udara baru (Miangas, Letung, Tebeliang, Maratua, Morowali,
Namniwel, Weru dan Koroway Batu)
Revitalisasi dan pengembangan 408 bandara di daerah rawan bencana, terisolasi dan
wilayah perbatasan
4. Pelabuhan
9 pelabuhan baru 8 pelabuhan yang masih dalam tahap pembangunan dan
direncanakan rampung pada tahun 2019
Target peningkatan kapasitas pengangkutan barang dari 16,7 juta TEUs per tahun
pada 2014 menjadi 19,7 juta TEUs per tahun pada 2017
Penambahan 5 unit kapal penyeberangan penumpang
Penambahan 3 unit kapal motor penyeberangan
Penambahan 10 pelabuhan penyeberangan

Selain untuk konektivitas, empat tahun pemerintahan Jokowi-JK juga


membangun infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan. Tujuannya, untuk
meningkatkan ketersediaan pangan yang bersumber dari peningkatan produksi dalam
negeri. Pembangunan infrastruktur pada sektor ini dianggap penting.

1. Pembangunan bendungan

Hingga tahun 2017, ada 43 bendungan yang dibangun, dan pada 2019
ditargetkan akan terbangun 65 bendungan di seluruh Indonesia dengan kapasitas
tampung sebesar 2,11 miliar meter kubik. Pemerintah menyebutkan, pembangunan
bendungan berdampak pada peningkatan pelayanan irigasi waduk sebesar 160.000
hektare. Selain itu, berdampak pada pemenuhan air baku sebesar 3,02 meter kubik
per detik dan meningkatkan potensi energi sebesar 145 mega watt
2. Pembangunan embung oleh 3 kementerian

Dari 2015 hingga 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat berhasil membangun 846 embung Berdasarkan periode yang sama,
Kementerian Pertanian berhasil membangun 2.348 embung. Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi juga membangun 1.927 embung.
Pada periode yang sama, pemerintah juga membangun 860.015 hektare jaringan
irigasi dan merehabilitasi 2.319.693 hektare jaringan irigasi lama.
C. Program yang Tidak Tercapai Pada Masa Pemerintahan Jokowi-JK

Masa pemerintahan Jokowi-JK banyak meraih pencapaian. Namun, tercatat


masih terdapat beberapa program pembangunan dicetuskan Jokowi yang belum berjalan
optimal. Beberapa rapor merah Jokowi selama 5 tahun pertama menjabat, yaitu.
1. Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai 7 Persen
Jokowi menjanjikan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen pada awal
menjabat. Presiden Jokowi belum bisa memenuhi janji kampanyenya yakni
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional berada di 7 persen.
Sayangnya, perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini justru berbalik arah
dan memberikan ketidakpastian terhadap ekonomi negara-negara lain. Salah satunya,
pada ekonomi Turki. Sekitar 2014, ekonomi negara di kawasan Eurasia itu sejatinya
tumbuh cukup bagus. Namun, perubahan kondisi ekonomi global membuat ekonomi
Turki justru tertekan. Belum lama ini, lira, mata uang Turki terpaksa terdepresiasi
cukup dalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Walhasil, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun depan menjadi 5,3 persen. Meski tidak sesuai harapan, Adriyanto menilai
target itu realistis dan berkualitas.
Menurutnya, hampir 70 sampai 80 persen masalah ketidaktercapainya
pertumbuhan ekonomi yakni masalah domestik bukan masalah internasional. Sebab,
jika berkaca pada negara-negara lain, mereka masih tumbuh meskipun hanya kecil.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku sulit untuk mencapai
target pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen. Meski begitu, pemerintah terus
mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap
tahunya. Bendahara negara ini mengungkapkan, meski belum mencapai diangka
tujuh persen namun pertumbuhan ekonomi di level lima persen saat ini diklaim sudah
baik. Apalagi melihat kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak.
2. Proyek 35.000 MW Tak Terealisasi
Pada awal menjabat, Presiden Jokowi menetapkan proyek ambisius yakni
pembangunan pembangkit 35.000 MW. Seiring perjalanan waktu, pembangunan
proyek ini masih mengalami kendala. Hal ini disebabkan seperti pembebasan lahan
dan penentuan lokasi proyek.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mengatakan, total kapasitas
pembangkit program 35.000 MW sampai Juli 2019 yang sudah mencapai 3.768 MW
atau 11 persen dari target. Rida melanjutkan, untuk kemajuan pembangunan
pembangkit yang sedang dalam konstruksi sebesar 21,922 MW atau 62 persen, dalam
tahap perencanaan 734 MW atau 2 persen, pengadaan 1.453 MW atau 4 persen dan
kontak belum konstruksi 7.515 MW atau 21 persen. Menteri Koordinator
Kemaritiman, Luhut Panjaitan, mengaku meski megaproyek 35.000 MW tak bisa
tercapai pada 2019, namun, pemerintah tetap akan menggenjot semampunya proyek
tersebut.
3. Utang Berkurang Tak Terjadi
Walau rasio utang Indonesia tergolong rendah di ASEAN, utang di era Jokowi
tercatat naik hingga 30 persen dari PDB.
Jumlah tersebut memang masih aman dari batas utang, yakni 60 persen.
Namun, rasio itu naik dari era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
menurunkan rasio utang terhadap PDB hingga 24,7 persen dari 47,3 persen saat SBY
mulai menjabat di 2005.
Menurut Wakil Presiden, untuk menutup belanja barang maka terpaksa
berutang. Beberapa penyebabnya yaitu, ekspor Indonesia masih kecil, pajak masih
rendah, menaikkan harga BBM yang bukan solusi, sert fundamental ekonomi
Indonesia lemah.
4. Tol Laut Belum Capai Tujuan Pembentukan
Di awal pemerintahan, Presiden Jokowi mencanangkan pembuatan tol laut
atau konsep pengangkutan logistik kelautan yang menghubungkan pelabuhan-
pelabuhan besar di Tanah Air. Konsep ini dijanjikan akan menciptakan kelancaran
distribusi hingga pelosok. Selain itu, konsep ini juga membuat pemerataan harga
logistik di seluruh wilayah Indonesia.
Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, mengaku
optimistis proyek tol laut yang dikerjakan Pemerintah akan dapat menekan perbedaan
harga di antara wilayah Indonesia.
Ekonom Faisal Basri menilai program tol laut yang digagas pemerintah masih
gagal karena tidak terbukti menurunkan biaya logistik (logistic cost). Selain itu, saat
ini angkutan barang masih terpusat di jalur darat diangkut dengan truk-truk besar.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Halmahera
Utara (Halut), Maluku Utara (Malut) menyebut bahwa aktivitas tol laut di
wilayahnya belum pengaruhi harga sembako. Sebab, operasionalnya di berbagai
pelabuhan tujuan belum maksimal.

Juga terdapat beberapa catatan selama masa pemerintahan Jokowi-JK. Berikut ini 17
Catatan ICW atas realisasi Nawacita dan Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Point I NAWACITA.
“… Serta kami menjamin rasa aman warga negara dengan membangun POLRI
yang professional dan dipercaya masyarakat.”
Catatan:
1. Agenda reformasi Polri masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Hal ini terlihat
dari beberapa catatan, diantaranya:
a. Tingkat kepatuhan dalam pelaporan LHKPN masih rendah. Apabila merujuk pada
situs daring elhkpn.kpk.go.id selama tahun 2017-2018, ada sebanyak 29.526
anggota Kepolisian yang wajib melaporkan LHKPN. Akan tetapi dari jumlah
tersebut masih terdapat 12.779 orang atau sekitar 43 persen anggota Polri yang
LHKPN-nya tidak ditemukan dalam situs daring yang dimiliki oleh KPK.
b. Integrasi dan transparansi data penanganan kasus korupsi secara bertingkat
(Mabes - Polda dan Polres) belum terbuka.
c. Penanganan perkara-perkara pidana masih berpotensi membuka ruang terjadinya
praktik suap (misalnya melalui pemberian SP3).
d. Pengawasan yang dilakukan oleh Kompolnas masih terbatas karena kewenangan
yang lemah.
e. Sistem meritokrasi jabatan-jabatan strategis di lingkungan Polri masih menyisakan
sejumlah persoalan. Misalkan Promosi seorang Perwira tinggi yang pernah
terseret persoalan hukum dipromosikan menjadi seorang Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda). Hal ini menyisakan pertanyaan terkait ukuran kompetensi dan
penilaian kinerja dalam promosi jabatan tersebut.
2. Pembatalan pembentukan Densus Antikorupsi oleh Presiden merupakan sesuatu yang
layak untuk diapresiasi. Sebab dalam perkembangannya wacana pembentukan Densus
diduga untuk menggantikan peran KPK.
3. Kasus penyerangan Novel dan pimpinan KPK, penganiayaan terhadap aktivis
antikorupsi dan jurnalis yang tidak kunjung tuntas dan menunjukkan kemajuannya
hingga saat ini menjadi pekerjaan rumah yang menguji komitmen dan independensi
kepolisian.
Point II NAWACITA.
“…Kami akan membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Kami memberikan
prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi
demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem
kepartaian, pemilu dan lembaga perwakilan.”
Catatan:
4. Sejauh ini tidak ada agenda konkret reformasi kepartaian sebagaimana yang
dicantumkan dalam Nawacita. Misal, tidak ada inisiatif pemerintah untuk
mengusulkan revisi perubahan Undang-Undang Partai Politik untuk memperbaiki tata
kelola Partai Politik menuju arah modern, transparan, dan akuntabel. Tindakan
konkrit Pemerintah hanya sebatas meningkatkan alokasi APBN untuk partai politik
menjadi sebesar Rp 1.000 per suara.
5. Tata kelola kepemiluan diatur dalam kodifikasi UU Pemilu (UU No 7/2017). UU ini
tidak efektif menjawab persoalan korupsi pemilu seperti candidacy buying, vote
buying, money politics, dan masalah pendanaan kampanye. UU ini justru
mempertahankan oligarki partai politik salah satunya dengan
mempertahankan presidential threshold meski Pemilu Presiden dan DPR/D diadakan
secara serentak.
6. Pemerintah tidak berperan maksimal dalam membenahi lembaga perwakilan.
Tindakan paling fatal adalah Presiden mengaku kecolongan dalam pembahasan UU
MD3 sehingga menghasilkan pasal-pasal yang bermasalah. Semisal pasal yang
mengatur persetujuan tertulis Presiden dan pertimbangan MKD dalam pemeriksaan
anggota DPR oleh aparat penegak hukum. Padahal pasal ini sebelumnya sudah
dibatalkan oleh MK.
Point IV NAWACITA
“…Kami akan menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya”
Catatan:
7. Secara umum agenda reformasi hukum tidak mempunyai arah yang jelas. Pemerintah
terkesan hanya terfokus pada reformasi sektor perekonomian. Akibatnya isu hukum
hanya dijadikan anak tiri untuk mensupport agenda-agenda di sektor ekonomi.
8. Penunjukan pimpinan lembaga penegak hukum oleh Presiden masih kental dengan
aroma politik akomodasi dan bagi-bagi kekuasaan.
9. Sistem pengelolaan serta pengawasan di lembaga pemasyarakatan belum berjalan
maksimal. Hal ini terlihat dari kasus yang melibatkan oknum Lapas seperti praktik
pungli, jual beli fasilitas, plesiran, bahkan hingga suap.
10. Penunjukkan Menteri Hukum dan HAM dari unsur partai politik rawan disusupi
kepentingan partai politik tertentu. Misalnya pada isu revisi UU KPK dan upaya
pencabutan PP 99/2012 terkait pemberian remisi.
11. Tidak tercapainya agenda nawacita dalam hal pengaturan RUU Perampasan Aset,
RUU Kerjasama Timbal Balik dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai.
12. Pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sektor hukum antara lain
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi, Perpres Nomor 13 Tahun 2018 tentang
pemilik manfaat (beneficial ownership) dan PP 43 Tahun 2018 yang memberikan
apresiasi kepada pelapor kasus korupsi.
“ Kami akan memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsisten dan
terpercaya;
Catatan:
13. Pemberantasan korupsi dalam sudut pandang Presiden Jokowi masih disederhanakan
pada urusan pungli yang menjadi penghambat urusan perizinan dan bisnis. Sementara
persoalan korupsi yang lebih makro dan kompleks seperti mafia hukum, mafia sektor
sumber daya alam dan korupsi anggaran dll masih belum menjadi focus utama.
“Pemberantasan mafia peradilan dan penindakan tegas terhadap korupsi di
lingkungan Peradilan;
Catatan:
14. Presiden sebagai kepala negara belum tampak berperan untuk mendorong perbaikan
pada sektor peradilan agar dapat berjalan dengan maksimal. Bahkan selama 5 tahun
menjabat, Presiden sangat jarang sekali berbicara tentang mafia dan korupsi di
lingkungan peradilan.
15. Tidak ada arahan untuk penegak hukum bersih bersih peradilan. Seolah hanya ini
peran KPK.
“…pemberantasan tindakan penebangan liar, perikanan liar dan penambangan
liar, pemberantasan tindak kejahatan perbankan dan kejahatan pencucian uang”
Catatan:
16. Salah satu pencapaian positif di sektor perbankan pada Era Jokowi adalah
ditandatanganinya kesepakatan hubungan timbal balik pidana antara Swiss dengan
Indonesia berkaitan dengan aset pelaku kejahatan di luar negeri.
17. Tidak tercapainya agenda nawacita dalam hal pengaturan RUU Perampasan Aset,
RUU Kerjasama Timbal Balik Hukum Pidana dan Pembantasan Transaksi Tunai.
Padahal semua aturan tersebut telah masuk dalam Program Legislasi Nasional.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pemerintahan
Joko Widodo periode pertama dengan wakilnya Jusuf Kalla. Presiden Joko Widodo
mengusung visi yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong. Untuk mewujudkannya, Presiden Jokowi membuat program
kerja ataupun agenda yang bernama Nawacita. Nawacita merupakan konsep dasar dalam
membuat berbagai kebijakan untuk memajukan Indonesia yang berjumlah 9. Banyak
pencapaian yang telah diraih pada masa pemerintahan Jokowi-JK terutama dalam sektor
pembangunan infrastruktur, politik, pertahanan, tata kelola pemerintahan, dan lain-lain.
Dalam pemerintahannya, Jokowi lebih banyak mencapai peningkatan dalam
pembangunan infrastruktur. Namun, dalam menjalankan programnya, juga terdapat
beberapa program yang tidak tercapai akibat beberapa sebab, yaitu pertumbuhan ekonomi
tak capai 7 persen, proyek 35.000 MW tak terealisasi, tak berkurangnya utang, tol laut
yang belum mencapai tujuan pembentukan. Pemerintahan Jilid Pertama Presiden Jokowi
dan Jusuf Kalla meninggalkan banyak pekerjaan rumah untuk merealisasikan Nawacita di
sektor hukum dan politik. Ada harapan besar agar pekerjaan rumah yang belum tuntas
tersebut bisa dilanjutkan pada kepemimpinan kedua 2019 hingga 2024, sehingga program
Nawacita menjadi agenda berkelanjutan.
B. Saran
Menyarankan kepada pemerintahan apabila ingin mencapai pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi lagi. Pertama, menjaga laju inflasi demi meningkatkan daya beli
masyarakat, karena konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Kedua, terus bekerja dan berkomitmen untuk memperbaiki iklim
investasi dan berusaha di Indonesia demi meningkatkan ketertarikan investor dalam/luar
negeri. Ketiga, terus tingkatkan belanja pemerintah untuk sektor-sektor yang produktif
(infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan). Keempat, kurangi ketergantungan impor
dengan cara meningkatkan kapasitas industri dalam negeri Indonesia.
Dalam mencari informasi, hendaklah memilih informasi yang faktual dan
terpercaya serta harus memahami materi yang akan dipelajari agar memudahkan dalam
menyusun sebuah makalah. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, oleh karena itu kami memohon kritik dan saran yang bersifat mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idntimes.com/business/economy/hana-adi-perdana-1/selama-periode-pertama-
jokowi-keluarkan-5-kebijakan-plin-plan-ini?page=all

https://www.kominfo.go.id/content/detail/6268/investasi-dan-paket-kebijakan-ekonomi-
kuatkan-ekonomi-nasional/0/berita

https://ekonomi.bisnis.com/read/20171020/9/701365/3-tahun-jokowi-jk-enam-paket-
kebijakan-ekonomi-dan-realisasi-investasi

https://www.antaranews.com/berita/1119148/mengukur-capaian-5-tahun-pemerintahan-
jokowi-jk-di-bidang-politik

https://www.merdeka.com/jatim/nawacita-adalah-9-agenda-prioritas-pemerintah-jokowi-jk-
ini-penjelasannya-kln.html

https://news.detik.com/berita/d-4265140/4-tahun-jokowi-jk-dan-realisasi-nawacita

https://news.detik.com/berita/d-4751750/ksp-beberkan-capaian-5-tahun-jokowi-jk-dari-
politik-hingga-antikorupsi?single=1

https://antikorupsi.org/id/article/evaluasi-kinerja-pemerintahan-joko-widodo-jusuf-kalla

https://www.merdeka.com/uang/tutup-5-tahun-jabatan-berikut-rapor-merah-pemerintah-
jokowi-dan-jusuf-kalla.html

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/20/14144381/4-tahun-jokowi-jk-dan-catatan-
pembangunan-infrastruktur

https://nasional.kompas.com/read/
2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK

http://repository.upi.edu/17716/1/S_PKN_1101824_Chapter1.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/31341/5.%20BAB%20I.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4265292/saran-untuk-jokowi-jk-agar-
ekonomi-ri-bisa-tumbuh-lebih-tinggi

Anda mungkin juga menyukai