Disusun oleh :
Daffa Muhammad Naufal Hamam 213507057
Fitri Novianti 213507527
Lutfiah Ulfa 213507002
Meisya Amelia Azzahra 213507067
Mochammad Yoga Nugraha 213507055
Nazla Salma Sepianti 213507007
Riky Andrian 213507045
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
3.1. Kesimpulan..............................................................................................13
3.2. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan manusia yang
berkualitas. Melalui proses yang alami dan sistematis, Pendidikan diharapkan
menjadi dasar memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya. Untuk mencapai
harapannya diperlukan suatu unsur dalam Pendidikan, yaitu mata pelajaran. Mata
pelajaran merupakan bagian dari memberikan pemahaman kepada didik tentang
suatu ilmu dan meningkatkan keterampilan.
Pendidikan kewarganegaraan berasal dari Bahasa Latin “civicus” yang artinya
warga negara pada zaman Yunani kuno. Pengertian civicus ini disepakati sebagai
sebagai cikal bakal dari “civic education”. Konsep civic education kemudian
diadopsi di Indonesia sebagai Pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang konsen dalam
pembentukan karakter warga negara. Karakter warga negara yang hendak dicapai,
yaitu warga negara Indonesia yang terampil, cerdas, dan berkarakter sesuai
Pancasila dan konstitusi (BSNP, 2006: 108). Berdasarkan capaian tersebut dapat
diketahui bahwa tujuan dari Pendidikan kewarganegaraan di tiap-tiap negara
memiliki persamaan, yaitu sama-sama membentuk warga negara yang baik.
Beberapa konsep dari Pendidikan kewarganegaraan dari para ahli
David kerr, memiliki makna bahwa “Pendididkan kewarganegaraan ditafsirkan
secara luas untuk mempersiapkan generasi muda dalam memhami tanggung
jawabnya sebagai warga negara.
John J. Cogan & Ray Derricot, memiliki makna bahwa “Pendidikan
kewarganegaraan sebuah program Pendidikan yang memiliki focus utama
terhadap pembentukan karakter warga negara”.
Nu’man Somantri, diaman warga negara tersebut akan dididik menjadi warga
negara yang diandalkan oleh bangsa. Dididik agar mampu menjalin hubungan
antar warga negara dengan negara.
Winaro, Pendidikan kewarganegaraan memiliki objek kajian tentang kebijakan
dan budaya kewarganegaraan. Sebagai kerangka kerja keilmuannya ditopang oleh
ilmu Pendidikan dan ilmu politik, serta disiplin ilmu lain yang relevan.
Pendidikan kewarganegraan dikoherankan dalam program kurikuler
kewarganegaraan, aktivitas sosial kultur kewarganegaraan, dan kajian imiah
kewarganegaraan.
1
Azyumardi Azra, lebih spesifik kepada materi bahwa Pendidikan
kewarganegaraan mengkaji tentang pemerintahan, konstitusi, Lembaga
demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, hak dan kewajiban, serta demokrasi.
Zamroni, tujuan Pendidikan kewarganegaraan untuk memepersiapkan warga
Negra berpikir kritis dan bertindak demokrasi. Untuk mencapai tujuannya
diupayakan penanam nilai demokrasi. Demokrasi merupakan salah satu untuk
mewujudkan warga negara yang demokratis. Kesadaran terhadap nilai nilai
demokratis membantu menjamin hak-hak warga negara. Penanaman nilai
demokrasi sebagai upaya menumbuhkan komitmen dalam benak warga negara
untuk memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Dimana NKRI
merupakan negara yang dibangun atas sebuah kesadaran kebangsaan yang tinggi
dari warga negara yang beragama.
Abdul Aziz Wahab, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) media pengajaran yang
akan mengindonesiakan siswa secara sadar. Cerdas, dan penuh tanggung jawab.
Cholisin, Pendidikan kewarganegaraan merupakan Pendidikan politik yang
memfokuskan kepada peranan warga negara. Warga negara memiliki peran
penting dalam kehidupan bernegera. Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan
dilakukan untuk membina peranan sesuai Pancasila dan konstitusi supaya dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.
Indonesia merupakan sebuah negara yang didalamnya memiliki tingkat
keanekaragaman, baik dalam agama, suku, budaya, dan Bahasa. Dalam sebuah
negara atau bangsa yang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki
keanekaragaman yang tinggi, sangat diperlukan sebuah konsepsi dapat
mempersatukan seluruh perbedaan yang ada. Seperti disampaikan oleh Cogan &
Derricot (1998: 115)
2
Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada
tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pendidikan kewarganegaraan sebagai kajian dalam ilmu-ilmu pendidikan yang
menitikberatkan pada pengembangan warga negara yang cerdas, demokratis, dan
religius serta bersifat multidimensional harus dilihat dalam tiga kelompok
populasi. Pertama, pendidikan kewarganegaraan sebagai studi tentang “kebajikan
kewarganegaraan” dan “budaya kewarganegaraan” yang melandasi pendidikan
kewarganegaraan sebagai program sistematis dan gerakan sosial budaya untuk
kewarganegaraan. Kedua, PKn sebagai program yang sistematis memiliki visi dan
misi untuk mengembangkan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan
religius baik di fasilitas pendidikan sekolah maupun ekstrakurikuler, yang menjadi
dasar untuk mengarahkan semua upaya akademik menuju pemahaman fenomena
dan masalah sosial sebagai utuh – interdisipliner, sehingga peserta didik dapat
mengambil keputusan yang jelas dan rasional selain bermanfaat secara maksimal
bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara. Ketiga, Pendidikan
Kewarganegaraan dilaksanakan sebagai gerakan sosial dan budaya yang sinergis
dalam upaya membangun “kebajikan kewarganegaraan” dan “budaya
kewarganegaraan” melalui partisipasi keagamaan yang cerdas, demokratis, dan
aktif di lingkungannya (Winaputra, 2001, 2012). Relevansi dengan kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan kewarganegaraan pada hakikatnya adalah program
pendidikan yang memuat pembahasan tentang kebangsaan yang erat kaitannya
dengan hubungan antara negara dan warga negara, partisipasi warga negara,
demokrasi, hak asasi manusia, agama, masalah sosial dan masyarakat manusia.
5
Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan wajib
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Pasal 35 ayat (3) undang-undang tersebut mewajibkan
perguruan tinggi untuk memberikan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
kepada mahasiswa. Pasal 35 ayat (3) menjelaskan bahwa mata kuliah
kewarganegaraan merupakan pendidikan Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dikemukakan oleh H. A. Kosasih Djahiri bahwa hakikat Pkn atau civic
education yaitu program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-
prosedural yang berusaha untuk memanusiakan (humanizing) dan membudayakan
(civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia atau anak didik (diri dan
kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan
keharusan/yurudis konstitusional bangsa/negara (Dasim Budimansyah : 2006).
Secara keseluruhan pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan agar setiap
warga negara muda (young citizens) mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhineka
Tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena
itu secara sadar dan terencana peserta didik sesuai dengan perkembangan dan
psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar
berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokarsi (learning
about democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning
through democracy) dan belajar untuk membangun demokarsi (learning for
democracy).
Untuk itu Pendidikan Kewarganegaraan secara psikopedagogis/andragogis dan
sosiokultural dibuat, dijalankan, dan dievaluasi dalam konteks pengembangan
kecerdasan kewarganegaraan (civic intelligence) yang secara psikososial tercemin
dalam penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), perwujudan
sikap kewarganegaraan (civic dispositions), penampilan keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), pemilikan komitmen kewarganegaraan (civic
commitment), pemilikan keteguhan kewarganegaraan (civic confidence), dan
penampilan kecakapan kewarganegaraan (civic competence) yang kesemua itu
memancar dari dan mengkristal kembali menjadi kebijakan/keadaban
kewarganegaraan (civic virtues/civility). Keseluruhan kemampuan itu merupakan
pembekalan bagi setiap warga negara untuk secara sadar melakukan partisipasi
kewarganegaraan (civic participation) sebagai perwujudan dari tanggung jawab
kewarganegaraan (civic responsibilty).
1. Pengetahuan Kewarganegaraan ( Civic Knowledge )
6
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge)
menyangkut kemampuan akademik atau keilmuan yang dikembangkan dari
berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. (Nana & Randy : 2018)
2. Keterampilan Kewarganegaraan ( Civic Skill )
Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intelektual
(intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah
keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang
dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan
menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera
melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui. (Nana &
Randy : 2018)
3. Watak Kewarganegaraan ( Civic Disposition )
Dimensi watak/ karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “muara”
dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi,
misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. karakteristik
mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter,
sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. (Nana & Randy : 2018)
Secara terperinci Cholisin ( 2005: 8 ) menjabarkan ciri-ciri watak/karakter
privat pribadi dan karakter publik kemasyarakatan yang utama sebagai berikut
:
Menjadi anggota masyarakat yang independen (Mandiri)
Sebagaimana warga negara Indonesia haruslah mempunyai tingkat
kesadaran yang tinggi terhadap peraturan yang berlaku, serta bertanggung
jawab terhadap konsekuensi dari segala sesuatu yang dilakukan.
7
itu dijadikan sebagai bekal untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi
public.
g. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat
h. Warga negara Indonesia hendaknya memiliki karakter baik agar
mampu bekerja secara damai dan legal dalam sebuah upaya untuk
memperbaiki atau mengubah peraturan perundang-undangan.
8
8. Demokrasi: cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang
menghargai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain secara
setara.
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu mencari
pengetahuan yang lebih dalam dan luas tentang sesuatu yang
dipelajari, dilihat dan didengar.
10. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
11. Patriotisme adalah cara berpikir, tindakan, dan intuisi yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri sendiri dan kelompoknya.
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorongnya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan
mengakui serta menghargai keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, sikap dan tindakan yang mendorongnya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
pengakuan dan penghargaan atas keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, sikap dan tindakan yang mendorongnya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, pengakuan
dan penghargaan atas keberhasilan orang lain.
15. Dia suka membaca, kebiasaan menghabiskan waktu membaca
berbagai bacaan yang memberinya kebajikan.
16. Memelihara lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berusaha
mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar dan mengembangkan
upaya perbaikan kerusakan alam yang telah terjadi.
17. Kesejahteraan, sikap dan tindakan selalu tersedia untuk membantu
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi
tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Orang Indonesia yang berkepribadian kuat adalah orang yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: religius, moderat, cerdas, dan mandiri. Sifat religius,
ditandai dengan sikap hidup dan karakter taat beribadah, jujur, amanah,
dermawan, tolong menolong, toleransi. Karakter moderat, dicirikan oleh posisi
hidup non-radikal yang tercermin dalam kepribadian perantara antara individu dan
orientasi sosial, material dan spiritual, mampu hidup dan berkolaborasi dalam
konteks pluralisme. Sifat cerdas, dicirikan oleh sikap hidup, karakter rasional,
cinta pengetahuan, keterbukaan dan pandangan ke depan. Sikap mandiri, ditandai
dengan sikap hidup dan berkepribadian mandiri, disiplin tinggi, hemat,
menghargai waktu, ketekunan, kewirausahaan, kerja keras, cinta patriotik yang
9
tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai kemanusiaan universal dan hubungan antar
peradaban bangsa ( Giuliardi, 2015). Kepribadian dimaknai sebagai nilai
fundamental yang melekat pada diri setiap manusia sebagai warga negara yang
kemudian diwujudkan sebagai kepribadian pribadi dan tanda identitas kolektif
bangsa. Dalam konteks bangsa, karakter berperan sebagai kekuatan identitas dan
kekuatan mental bangsa yang mendorong bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan pembangunan bangsa, menunjukkan keunggulan kompetitif, komparatif
dan dinamis di antara bangsa lain.
10
partisipasi masyarakat tentunya perlu adanya modal ilmu
pengetahuan untuk berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Yang mana tujuan dari civic education merupakan
partisipasi dalam kehidupan politik dan masyrakat di tingkat
lokal,negara, dan nasional.
11
Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 1973 pemerintah dalam Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan entri materi sebagai berikut:
a. Konsep tentang hak dan kewajiban warga negara.
b. Pengetahuan tentang hubungan luar negeri dan pengetahuan internasional.
c. Konsep persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Demokrasi Indonesia.
e. Konsep keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
f. Konsep pembangunan sosial ekonomi.
g. Pendidikan tentang kependudukan.
h. Keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pada tahun 1975 mengalami perubahan kembali menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang dalam dalam pokok materinya terdapat pro dan
kontra. PMP didasarkan tentang pedoman, penghayatan dan pengalaman
Pancasila (Pr) terdapat pada Tap. MPR II/MPR/1978. PMP ini dapat bertahan
sampai perubahan kurikulum pada tahun 1984 yang bermuatan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar.
Akan tetapi pada tahun 1994 Pendidikan Moral Pancasila diubah dalam
kurikulum 1994 dan kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Entri materi dari (PPKn) mengenai pendalaman nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Yang mana bertujuan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari tingkah laku masyrakat indonesia sesuai dengan pancasila.
Selanjutnya tahun 2004 adanya perubahan kurikulum yaitu kurikulum berbasi
kompetensi (KBK). Tentu mengubah PPKn menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Perubahan kurikulum 2006 yang awalnya kurikulum berbasis
kompetensi menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Yang mana
entri materi PKn yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, norma, hukum dan
peraturan negara, konstitusi, politik, Pancasila, serta globalisasi.
Maka dari itu dalam perkembangan kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan dinamis serta disesuaikan dengan visi-misi dari pemerintahan
Indonesia sehingga berpengaruh dalam pembuatan konsep Pendidikan
Kewarganegaraan. Menurut Ahmad Yani dalam pelaksanaan nya yaitu Pancasila,
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, politik, hukum,
nilai, moral, kearifan lokal, dan kebhinekaan.
12
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
13
Kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa harus
mampu berorientasi kepada Pendidikan kewarganegaraan demi
menjaga keutuhan bangsa dan negara dan mampu mengembangkan
nilai – nilai luhur bangsa ki
DAFTAR PUSTAKA
14