Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas 


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Randy Fadillah Gustaman., M. Pd

Disusun oleh :
Daffa Muhammad Naufal Hamam 213507057
Fitri Novianti 213507527
Lutfiah Ulfa 213507002
Meisya Amelia Azzahra 213507067
Mochammad Yoga Nugraha 213507055
Nazla Salma Sepianti 213507007
Riky Andrian 213507045

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatulahi wabarokatuh


Alhamdulillahi rabbil alamin wabihi nasta'in waala umuriddunya waddin
wassalatu wassalamu ala asrofil ambiya'i wal mursalin waala alihi wasohbihi
ajma'in ama ba'du.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita semua yakni nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari tujuan dari pendidikan kewarganegaraan ini adalah untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat agar bisa hidup berkualitas dan
berkarakter juga sebagai wadah masyarakat untuk menjunjung nilai leluhur
bangsa. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 13 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3

1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.............................................4

2.2. Landasan pendidikan kewarganegaraan................................................5

2.3. Pembentukan Karakter Negara..............................................................8

2.4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan..............................10

2.5. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia............................11

BAB lll PENUTUP................................................................................................13

3.1. Kesimpulan..............................................................................................13

3.2. Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan manusia yang
berkualitas. Melalui proses yang alami dan sistematis, Pendidikan diharapkan
menjadi dasar memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya. Untuk mencapai
harapannya diperlukan suatu unsur dalam Pendidikan, yaitu mata pelajaran. Mata
pelajaran merupakan bagian dari memberikan pemahaman kepada didik tentang
suatu ilmu dan meningkatkan keterampilan.
Pendidikan kewarganegaraan berasal dari Bahasa Latin “civicus” yang artinya
warga negara pada zaman Yunani kuno. Pengertian civicus ini disepakati sebagai
sebagai cikal bakal dari “civic education”. Konsep civic education kemudian
diadopsi di Indonesia sebagai Pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang konsen dalam
pembentukan karakter warga negara. Karakter warga negara yang hendak dicapai,
yaitu warga negara Indonesia yang terampil, cerdas, dan berkarakter sesuai
Pancasila dan konstitusi (BSNP, 2006: 108). Berdasarkan capaian tersebut dapat
diketahui bahwa tujuan dari Pendidikan kewarganegaraan di tiap-tiap negara
memiliki persamaan, yaitu sama-sama membentuk warga negara yang baik.
Beberapa konsep dari Pendidikan kewarganegaraan dari para ahli
David kerr, memiliki makna bahwa “Pendididkan kewarganegaraan ditafsirkan
secara luas untuk mempersiapkan generasi muda dalam memhami tanggung
jawabnya sebagai warga negara.
John J. Cogan & Ray Derricot, memiliki makna bahwa “Pendidikan
kewarganegaraan sebuah program Pendidikan yang memiliki focus utama
terhadap pembentukan karakter warga negara”.
Nu’man Somantri, diaman warga negara tersebut akan dididik menjadi warga
negara yang diandalkan oleh bangsa. Dididik agar mampu menjalin hubungan
antar warga negara dengan negara.
Winaro, Pendidikan kewarganegaraan memiliki objek kajian tentang kebijakan
dan budaya kewarganegaraan. Sebagai kerangka kerja keilmuannya ditopang oleh
ilmu Pendidikan dan ilmu politik, serta disiplin ilmu lain yang relevan.
Pendidikan kewarganegraan dikoherankan dalam program kurikuler
kewarganegaraan, aktivitas sosial kultur kewarganegaraan, dan kajian imiah
kewarganegaraan.

1
Azyumardi Azra, lebih spesifik kepada materi bahwa Pendidikan
kewarganegaraan mengkaji tentang pemerintahan, konstitusi, Lembaga
demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, hak dan kewajiban, serta demokrasi.
Zamroni, tujuan Pendidikan kewarganegaraan untuk memepersiapkan warga
Negra berpikir kritis dan bertindak demokrasi. Untuk mencapai tujuannya
diupayakan penanam nilai demokrasi. Demokrasi merupakan salah satu untuk
mewujudkan warga negara yang demokratis. Kesadaran terhadap nilai nilai
demokratis membantu menjamin hak-hak warga negara. Penanaman nilai
demokrasi sebagai upaya menumbuhkan komitmen dalam benak warga negara
untuk memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Dimana NKRI
merupakan negara yang dibangun atas sebuah kesadaran kebangsaan yang tinggi
dari warga negara yang beragama.
Abdul Aziz Wahab, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) media pengajaran yang
akan mengindonesiakan siswa secara sadar. Cerdas, dan penuh tanggung jawab.
Cholisin, Pendidikan kewarganegaraan merupakan Pendidikan politik yang
memfokuskan kepada peranan warga negara. Warga negara memiliki peran
penting dalam kehidupan bernegera. Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan
dilakukan untuk membina peranan sesuai Pancasila dan konstitusi supaya dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.
Indonesia merupakan sebuah negara yang didalamnya memiliki tingkat
keanekaragaman, baik dalam agama, suku, budaya, dan Bahasa. Dalam sebuah
negara atau bangsa yang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki
keanekaragaman yang tinggi, sangat diperlukan sebuah konsepsi dapat
mempersatukan seluruh perbedaan yang ada. Seperti disampaikan oleh Cogan &
Derricot (1998: 115)

 Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat


global
 Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memikul tanggung
jawab atau kewajibannya dalam masyarakat
 Kemampuan untuk memahami, menerima, dan mengormati perbedaan-
perbedaan budaya
 Kemampuan berpikir kritis dan sistematis
 Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan
 Kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah
biasa guna melindungi lingkungan
 Memiliki kepekaan menuju dan mempertahankan hak asasi manusia
(seperti hak kaum Wanita, minoritas etnik, dan sebagainya)

2
 Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada
tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
1. Bagaiman cara pembentukan karakter warga negara berkualitas dalam
memahami hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara?
2. Apa saja landasan dalam Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Apa tujuan dari Pendidikan kewarganegaraan?
4. Bagaimana proses masuknya Pendidikan Kewaeganegaraan ke negara
Indonesia?

1.3. Tujuan Masalah


Penulisan makalah ini dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui, menjelaskan, dan memaparkan :
1. Cara pembentukan karakter warga negara berkualitas dalam memahami
hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara.
2. Tujuan dari Pendidikan kewarganegaraan.
3. Masalah-masalah yang terjadi pada program studi warga negara.
4. Cara mempersatukan seluruh perbedaan yang ada.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan diambil dari istilah pendidikan kewarganegaraan
dan beberapa ahli menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan. Istilah pendidikan
kewarganegaraan diwakili oleh Azyumardi Azra dan tim ICCE (Indonesian
Center for Civics Education), sedangkan istilah pendidikan kewarganegaraan
diwakili oleh Zamroni, Muhammad Noman Soemantri, Udin. Winataputra dan tim
dari CICED (Winataputra, 2012), Branson (1999) berpendapat bahwa
kewarganegaraan harus menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih
penting daripada membangun warga negara yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan karakter yang diperlukan dengan komitmen yang benar
terhadap nilai-nilai prinsip-prinsip fundamental dan demokrasi. Soemantri (2001)
melihat topik PKn sebagai program pendidikan dengan inti demokrasi politik
yang diperluas dengan sumber pengetahuan lain, pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat dan orang tua, semua ditu5jukan untuk melatih siswa berpikir
kritis dan analitis. , Sikap dan tindakan demokratis dalam mempersiapkan
kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sejalan dengan itu,
Azis Wahab, PKn merupakan media pendidikan yang menawarkan kesadaran,
kecerdasan, dan tanggung jawab kepada peserta didik Indonesia. Dengan
demikian, program PKn memuat konsep umum ketatanegaraan, politik dan
hukum negara, serta teori-teori umum lainnya yang sesuai dengan tujuan tersebut
(Cholisin, 2013). Pada prinsipnya, pendidikan kewarganegaraan mempersiapkan
generasi baru dengan menyediakan sumber daya yang cukup untuk kehidupan
sosial yang diperlukan. Kemampuan berpikir kritis, bertanggung jawab serta
memiliki sikap dan perilaku demokratis menjadi sarana penunjang pembentukan
karakter bangsa. Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006), adalah
mata pelajaran yang menitikberatkan pada pembinaan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia sesuai amanat
Pancasila dan UUD 1945. Republik Indonesia. , Pendidikan Kewarganegaraan
tertuang dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dan bahwa
muatan kurikulum untuk setiap jenis, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan
harus memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan
kewarganegaraan (UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tahun 2003).
sistem pendidikan nasional 2003). 

4
Pendidikan kewarganegaraan sebagai kajian dalam ilmu-ilmu pendidikan yang
menitikberatkan pada pengembangan warga negara yang cerdas, demokratis, dan
religius serta bersifat multidimensional harus dilihat dalam tiga kelompok
populasi. Pertama, pendidikan kewarganegaraan sebagai studi tentang “kebajikan
kewarganegaraan” dan “budaya kewarganegaraan” yang melandasi pendidikan
kewarganegaraan sebagai program sistematis dan gerakan sosial budaya untuk
kewarganegaraan. Kedua, PKn sebagai program yang sistematis memiliki visi dan
misi untuk mengembangkan kualitas warga negara yang cerdas, demokratis, dan
religius baik di fasilitas pendidikan sekolah maupun ekstrakurikuler, yang menjadi
dasar untuk mengarahkan semua upaya akademik menuju pemahaman fenomena
dan masalah sosial sebagai utuh – interdisipliner, sehingga peserta didik dapat
mengambil keputusan yang jelas dan rasional selain bermanfaat secara maksimal
bagi individu, masyarakat, bangsa dan negara. Ketiga, Pendidikan
Kewarganegaraan dilaksanakan sebagai gerakan sosial dan budaya yang sinergis
dalam upaya membangun “kebajikan kewarganegaraan” dan “budaya
kewarganegaraan” melalui partisipasi keagamaan yang cerdas, demokratis, dan
aktif di lingkungannya (Winaputra, 2001, 2012). Relevansi dengan kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan kewarganegaraan pada hakikatnya adalah program
pendidikan yang memuat pembahasan tentang kebangsaan yang erat kaitannya
dengan hubungan antara negara dan warga negara, partisipasi warga negara,
demokrasi, hak asasi manusia, agama, masalah sosial dan masyarakat manusia.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata


pelajaran wajib yang harus diberikan di berbagai jenjang pendidikan. Isi atau
materi yang disampaikan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah
tentang segala konsep dan informasi perihal warga negara secara kritis dan
bertanggung jawab didasari oleh Pancasila dan Undang-Undang 1945. Pendidikan
kewarganegaraan ini hakekatnya lebih intens terhadap beberapa bidang dalam
pengembangan warga negara yaitu, pengembangan kompetensi kewarganegaraan,
akhlak warga negara, serta nilai-nilai dan kepercayaan terhadap demokrasi.
Sehingga pada akhirnya dari seluruh unsur-unsur tersebut akan menjadi pedoman
dalam pembentukan karakter warga negara yang memiliki kualitas dan paham
tentang hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara.

2.2. Landasan pendidikan kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan atau Civic Education merupakan program
pendidikan yang sifatnya multifaket yang menggunaakan lima konteks lintas
bidang keilmuwan yang disebut interdisipliner dan multidimensional yang
berlandaskan pada disiplin ilmu politik.

5
Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan wajib
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Pasal 35 ayat (3) undang-undang tersebut mewajibkan
perguruan tinggi untuk memberikan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
kepada mahasiswa. Pasal 35 ayat (3) menjelaskan bahwa mata kuliah
kewarganegaraan merupakan pendidikan Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dikemukakan oleh H. A. Kosasih Djahiri bahwa hakikat Pkn atau civic
education yaitu program pendidikan pembelajaran yang secara programatik-
prosedural yang berusaha untuk memanusiakan (humanizing) dan membudayakan
(civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia atau anak didik (diri dan
kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan
keharusan/yurudis konstitusional bangsa/negara (Dasim Budimansyah : 2006).
Secara keseluruhan pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan agar setiap
warga negara muda (young citizens) mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhineka
Tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena
itu secara sadar dan terencana peserta didik sesuai dengan perkembangan dan
psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar
berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokarsi (learning
about democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning
through democracy) dan belajar untuk membangun demokarsi (learning for
democracy).
Untuk itu Pendidikan Kewarganegaraan secara psikopedagogis/andragogis dan
sosiokultural dibuat, dijalankan, dan dievaluasi dalam konteks pengembangan
kecerdasan kewarganegaraan (civic intelligence) yang secara psikososial tercemin
dalam penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), perwujudan
sikap kewarganegaraan (civic dispositions), penampilan keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), pemilikan komitmen kewarganegaraan (civic
commitment), pemilikan keteguhan kewarganegaraan (civic confidence), dan
penampilan kecakapan kewarganegaraan (civic competence) yang kesemua itu
memancar dari dan mengkristal kembali menjadi kebijakan/keadaban
kewarganegaraan (civic virtues/civility). Keseluruhan kemampuan itu merupakan
pembekalan bagi setiap warga negara untuk secara sadar melakukan partisipasi
kewarganegaraan (civic participation) sebagai perwujudan dari tanggung jawab
kewarganegaraan (civic responsibilty).
1. Pengetahuan Kewarganegaraan ( Civic Knowledge )

6
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge)
menyangkut kemampuan akademik atau keilmuan yang dikembangkan dari
berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. (Nana & Randy : 2018)
2. Keterampilan Kewarganegaraan ( Civic Skill )
Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intelektual
(intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah
keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang
dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan
menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera
melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui. (Nana &
Randy : 2018)
3. Watak Kewarganegaraan ( Civic Disposition )
Dimensi watak/ karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “muara”
dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi,
misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. karakteristik
mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter,
sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. (Nana & Randy : 2018)
Secara terperinci Cholisin ( 2005: 8 ) menjabarkan ciri-ciri watak/karakter
privat pribadi dan karakter publik kemasyarakatan yang utama sebagai berikut
:
Menjadi anggota masyarakat yang independen (Mandiri)
Sebagaimana warga negara Indonesia haruslah mempunyai tingkat
kesadaran yang tinggi terhadap peraturan yang berlaku, serta bertanggung
jawab terhadap konsekuensi dari segala sesuatu yang dilakukan.

a. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang


ekonomi dan politik.
b. Sikap dan Tindakan saorang warga negara sangat mencerminkan
karakter bangsa seutuhnya.
c. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu
d. Sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya bersikap dan
bertindak sesuai nilai-nilai Pancasila, dalam hal ini nilai
kemanusiaan yang adil dan berada.
e. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara
bijaksana dan efektif.
f. Warga negara Indonesia yang baik mampu memilih informasi dan
mengolah informasi dengan baik. Informasi yang telah diperoleh

7
itu dijadikan sebagai bekal untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi
public.
g. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat
h. Warga negara Indonesia hendaknya memiliki karakter baik agar
mampu bekerja secara damai dan legal dalam sebuah upaya untuk
memperbaiki atau mengubah peraturan perundang-undangan.

2.3. Pembentukan Karakter Negara


Pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan belum cukup untuk
membentuk warga negara Indonesia yang baik, harus dibarengi dengan adanya
watak kewarganegaraan. Hal tersebut yang akan membedakan cara pandang
masyarakat Indonesia dalam bersikap untuk memandang sesuatu dan melakukan
sesuatu. Dengan begitu akan terlihat harga diri dan martabat bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang bermartabat. Pendidikan kewarganegaraan.
Nilai kepribadian merupakan aspek yang harus diwujudkan dalam diri
setiap manusia dan diimplementasikan dalam setiap aktivitas manusia dalam gaya
hidup. Penguatan revolusi karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan
yang menanamkan karakter dan mendukung pengembangan karakter generasi
muda sebagai bagian dari revolusi mental, yang termasuk sebagai pedoman arah
program peningkatan pendidikan karakter dan model pembangunan nasional.
Puslitbang Kemendiknas (2010) mengidentifikasi 18 nilai kepribadian bangsa
dalam pendidikan karakter, yaitu:
1. Sikap dan perilaku beragama yang taat dalam pelaksanaan ajaran
agamanya, toleransi dalam menerapkan agama lain. dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Kejujuran, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
seseorang yang selalu dapat dipercaya dengan perkataan, perbuatan
dan perbuatan.
3. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
ras, suku, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda
dengannya.
4. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan mematuhi
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
mematuhi berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreativitas, berpikir dan berbuat sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.
7. Sikap dan perilaku mandiri yang sulit diandalkan dalam
menyelesaikan tugas.

8
8. Demokrasi: cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang
menghargai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain secara
setara.
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu mencari
pengetahuan yang lebih dalam dan luas tentang sesuatu yang
dipelajari, dilihat dan didengar.
10. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
11. Patriotisme adalah cara berpikir, tindakan, dan intuisi yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri sendiri dan kelompoknya.
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorongnya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan
mengakui serta menghargai keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, sikap dan tindakan yang mendorongnya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
pengakuan dan penghargaan atas keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, sikap dan tindakan yang mendorongnya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, pengakuan
dan penghargaan atas keberhasilan orang lain.
15. Dia suka membaca, kebiasaan menghabiskan waktu membaca
berbagai bacaan yang memberinya kebajikan.
16. Memelihara lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berusaha
mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar dan mengembangkan
upaya perbaikan kerusakan alam yang telah terjadi.
17. Kesejahteraan, sikap dan tindakan selalu tersedia untuk membantu
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi
tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Orang Indonesia yang berkepribadian kuat adalah orang yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: religius, moderat, cerdas, dan mandiri. Sifat religius,
ditandai dengan sikap hidup dan karakter taat beribadah, jujur, amanah,
dermawan, tolong menolong, toleransi. Karakter moderat, dicirikan oleh posisi
hidup non-radikal yang tercermin dalam kepribadian perantara antara individu dan
orientasi sosial, material dan spiritual, mampu hidup dan berkolaborasi dalam
konteks pluralisme. Sifat cerdas, dicirikan oleh sikap hidup, karakter rasional,
cinta pengetahuan, keterbukaan dan pandangan ke depan. Sikap mandiri, ditandai
dengan sikap hidup dan berkepribadian mandiri, disiplin tinggi, hemat,
menghargai waktu, ketekunan, kewirausahaan, kerja keras, cinta patriotik yang

9
tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai kemanusiaan universal dan hubungan antar
peradaban bangsa ( Giuliardi, 2015). Kepribadian dimaknai sebagai nilai
fundamental yang melekat pada diri setiap manusia sebagai warga negara yang
kemudian diwujudkan sebagai kepribadian pribadi dan tanda identitas kolektif
bangsa. Dalam konteks bangsa, karakter berperan sebagai kekuatan identitas dan
kekuatan mental bangsa yang mendorong bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan pembangunan bangsa, menunjukkan keunggulan kompetitif, komparatif
dan dinamis di antara bangsa lain.

2.4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Fungsi Pendidikan kewarganegaraan
Somantri (dalam Setialaksana dan Gustaman, 2018:12) menyatakan bahwa
fungsi pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha sadar oleh seorang individu
secara ilmiah dan psikologis sebagai upaya mempermudah peserta didik dalam
belajar. Pendidikan kewarganegaraan yang menjadi bagian dari mata pelajaran di
sekolah dan perguruan tinggi, hal ini dilakukan supaya terjadi internalisasi moral
pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan dalam diri warga negara indonesia
serta untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagai wujud integritas
dalam diri sendiri dan aktivitas sehari-hari dilingkungan sekitar.
Tujuan Pendidikan kewarganegaraan
a. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan khusus yaitu
pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik (goodcitizenship). Artinya Pendidikan
Kewarganegraan yang memfokuskan pada pendidikan nilai seperti
mendididik dan mengembangkan nilai moral dan norma yang harus
diterapkan peserta dididiktentunya mendidik dan melatih
kemampuan untuk berinteraksi dalam presfektif bangsa dan negara.

b. Pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dalam


mengembangkan dan melestaraikan nilai-nilai luhur bangsa dan
moral yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia. Artinya
bahwa dalam Pendidikan Kewarganegaraan nilai-nilai leluhur
bangsa dapat dirasionalkan dikehidupan, tentunya dengan
melestarikan, meningkatkan, dan mentransfotasikan kepada
generasi muda.

c. Tujuan pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebagai upaya


agar warga negara mampu menggunakan nalar yang baik dalam
berpartisipasi dan tanggung jawab dalam kehidupan politik sesuai
nilai-nilai dan prinsip-konstitusional. Dalam meningkatkan

10
partisipasi masyarakat tentunya perlu adanya modal ilmu
pengetahuan untuk berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Yang mana tujuan dari civic education merupakan
partisipasi dalam kehidupan politik dan masyrakat di tingkat
lokal,negara, dan nasional.

2.5. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia


Di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan dalam perkembangannya yang
menjadi sebuah mata pelajaran di tingkat SD sampai perguruan tinggi tentu
mempunyai sejarah yang panjang, yang mana awal mula Pendidikan
Kewarganegaraan pada tahun 1946 hingga saat ini. Pada tahun 1957 adanya
langkah-langkah untuk mendapatkan kewarga negaraan, hak, dan kewajiban
warga negara yang menjadi entri materi yang menancapkan pada tahun 1957.
Dalam hal ini juga Pendidikan Kewarganegaraan sudah banyak mengalami
pergantian nama pada tahun 1959 yaitu civics dalam kurikulum Pendidikan di
Indonesia. Yang mana entri materi yang lebih kompleks adalah Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Sejarah Indonesia bangsa Indonesia, dan
pemahaman pesatuan dan kesatuan bangsa.
Perkembangan dan evaluasi kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki ciri khas tersendiri dalam isi dari perkembangan nya. Pada tahun 1962
dalam priode ke 3 Pendidikan Kewarganegaraan yang awalnya civics menjadi
kewargaan negara yang tentunya entri materi yang lebih berkembang dari priode
sebelumnya, adanya tambahan entri materi berupa tap MPR, muatan internasional
untuk memahami Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selanjutnya pada tahun 1968
munculah nama kurikulum yang mana bentuk kewarganegaraan berubah menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan. Pada tahun ini yang menjadi pembeda dalam
jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.
Menurut Setialaksana dan Gustaman, 2018:17 sebagai berikut:
3. Jenjang Sekolah Dasar
a. Konsepsi kewarganegaraan.
b. Sejarah nasional.
c. Ilmu bumi.
4. Sekolah Pendidikan Guru
a. Sejarah Indonesia.
b. Undang-Undang Dasar 1945.
c. Konsepsi kemasyarakatan
d. Konsep hak asasi manusia.

11
Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 1973 pemerintah dalam Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan entri materi sebagai berikut:
a. Konsep tentang hak dan kewajiban warga negara.
b. Pengetahuan tentang hubungan luar negeri dan pengetahuan internasional.
c. Konsep persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Demokrasi Indonesia.
e. Konsep keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
f. Konsep pembangunan sosial ekonomi.
g. Pendidikan tentang kependudukan.
h. Keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pada tahun 1975 mengalami perubahan kembali menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang dalam dalam pokok materinya terdapat pro dan
kontra. PMP didasarkan tentang pedoman, penghayatan dan pengalaman
Pancasila (Pr) terdapat pada Tap. MPR II/MPR/1978. PMP ini dapat bertahan
sampai perubahan kurikulum pada tahun 1984 yang bermuatan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar.
Akan tetapi pada tahun 1994 Pendidikan Moral Pancasila diubah dalam
kurikulum 1994 dan kembali menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Entri materi dari (PPKn) mengenai pendalaman nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Yang mana bertujuan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari tingkah laku masyrakat indonesia sesuai dengan pancasila.
Selanjutnya tahun 2004 adanya perubahan kurikulum yaitu kurikulum berbasi
kompetensi (KBK). Tentu mengubah PPKn menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan. Perubahan kurikulum 2006 yang awalnya kurikulum berbasis
kompetensi menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Yang mana
entri materi PKn yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, norma, hukum dan
peraturan negara, konstitusi, politik, Pancasila, serta globalisasi.
Maka dari itu dalam perkembangan kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan dinamis serta disesuaikan dengan visi-misi dari pemerintahan
Indonesia sehingga berpengaruh dalam pembuatan konsep Pendidikan
Kewarganegaraan. Menurut Ahmad Yani dalam pelaksanaan nya yaitu Pancasila,
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, politik, hukum,
nilai, moral, kearifan lokal, dan kebhinekaan.

12
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan

a. Sejarah Pendidikan kewarganegaraan diawali pada tahun 1946


sampai saat ini.
b. Landasan Pendidikan kewarganegaraan yang diatur dalam Undang
– Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang
terdiri dari Pasal 35 ayat (3) yang mewajibkan perguruan tinggi
untuk memberikan mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan
kepada mahasiswa. Aturan tersebut senada dengan Keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 43/Dikti/Kep/2006
tentang Rambu – Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
c. Menurut Branson (1999:4) Pendidikan kewarganegaraan harus
mencakup tiga komponen sebagai berikut :
 Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)
 Keterampilan Kewarganegaraan (civic Skill)
 Watak Kewarganegaraan (civic Disposition)
d. Pendidikan kewarganegaraan memiliki fungsi penting membantu
peserta didik dalam belajar dan menambah wawasan tentang cinta
tanah air dan semangat kebangsaan.
e. Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan khusus yaitu
pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik (goodcitizenship).
f. Pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dalam
mengembangkan dan melestaraikan nilai-nilai luhur bangsa dan
moral yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia.
g. Tujuan pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebagai upaya
agar warga negara mampu menggunakan nalar yang baik dalam
berpartisipasi dan tanggung jawab dalam kehidupan politik sesuai
nilai-nilai dan prinsip-konstitusional.

Saran

13
Kita sebagai mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa harus
mampu berorientasi kepada Pendidikan kewarganegaraan demi
menjaga keutuhan bangsa dan negara dan mampu mengembangkan
nilai – nilai luhur bangsa ki

DAFTAR PUSTAKA

Setialaksana Nana, Randi Fadillah Gustaman. (2018). Teori-Teori Dasar


Pendidikan Kewarganegaraan. Ciamis: Galuh Nurani.
Moh. Muchtarom, Strategi penguatan nilai-nilai pancasila melalui inovasi
pembelajaran pkn berorientasi civic knowledge, civic disposition, dan
civic skill di perguruan tinggi. Jurnal PKn Progresif, Vol. 7 No. 2
Desember 2012
Akbal Muhammad. 2016. Pendidikan kewarganegaraan dalam pembangunan
karakter bangsa.
Siantayani, Y. (2011). Pendidikan Karakter sebagai Pembentuk Karakter Bangsa.
Metamorfosis, 19, 87–94.

14

Anda mungkin juga menyukai