Ajeng Gandari Primalia - 20180510441 - SKRIPSI
Ajeng Gandari Primalia - 20180510441 - SKRIPSI
SKRIPSI
Disusun oleh:
Ajeng Gandari Primalia
20180510441
Pembimbing :
Prof. Tulus Warsito, MSi
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
4.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
4.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
4.3 Kerangka Dasar Pemikiran..........................................................................................5
A. Diplomasi Publik.........................................................................................................5
B. Diplomasi Kebudayaan...............................................................................................6
C. Kerjasama Internasional..............................................................................................7
D. Kepentingan Nasional.................................................................................................9
4.4 Hipotesa.....................................................................................................................11
4.5 Tujuan Penelitian.......................................................................................................11
4.6 Manfaat Penelitian.....................................................................................................11
4.7 Jangkauan Penelitian.................................................................................................12
4.8 Metode Penelitian......................................................................................................12
4.9 Sistematika Penulisan................................................................................................13
BAB 2 PERKEMBANGAN DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA.......................................15
2.1 Latar Belakang Diplomasi Publik Indonesia.............................................................15
2.2 Strategi Diplomasi Publik Indonesia.........................................................................21
BAB 3 DINAMIKA PERKEMBANGAN KERJASAMA INDONESIA DI BIDANG
INDUSTRI KREATIF PERFILMAN......................................................................................26
4.1 Perkembangan Industri Ekonomi Kreatif Indonesia.................................................26
4.2 Kerjasama Indonesia-Korea Selatan di bidang Industri Kreatif Perfilman...............29
BAB 4 KERJASAMA INDONESIA DAN KOREA SELATAN DI INDUSTRI
PERFILMAN MELALUI BUSAN INTERNATIONAL FILM FESTIVAL...............................38
4.1 Busan International Film Festival.............................................................................38
4.2 Keikutsertaan Film-Film Indonesia dalam ajang Busan International Film Festival
(BIFF)...................................................................................................................................40
BAB 5 KESIMPULAN...........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................50
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem hubungan internasional di zaman yang sudah modern saat ini mengutamakan
diplomasi dalam hubungan antar negara. Menurut G.R Berridge (2010), konsep diplomasi
sendiri merujuk pada aktivitas politik yang dilakukan oleh para aktor untuk mengejar
kekerasan, propaganda, atau hukum (Berridge, 2010). Dalam hal ini, diplomasi berupaya
untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara terhadap negara lain. Sehingga, menurut
Sumaryo Suryokusumo, diplomasi adalah kegiatan politik dan merupakan bagian dari
kegiatan internasional yang saling berpengaruh dan kompleks, dengan melibatkan pemerintah
menjadi salah satu instrumen utama yang digunakan oleh suatu negara untuk meningkatkan
hubungan dengan negara lain dalam rangka mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam
hubungan internasional, pada umumnya diplomasi merupakan tahap awal yang dilakukan
apabila suatu negara hendak melakukan hubungan bilateral dengan negara lain yang
selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan yang semakin erat. Salah satu bentuk
diplomasi yang saat ini sering digunakan oleh beberapa negara di dunia adalah diplomasi
publik. Diplomasi publik sendiri dimaknai sebagai suatu proses komunikasi pemerintah
terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara,
sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan -kebijakan yang diambil oleh
1
Oleh karena itu, diplomasi publik merupakan salah satu instrument dari soft power
diplomacy. Menurut Joseph Nye, soft power diplomacy merupakan cara suatu negara untuk
mencapai kepentingan negaranya dengan cara mempengaruhi negara lain tanpa menggunakan
unsur ancaman dan paksaan. Diplomasi publik dinilai lebih efektif dalam mencapai tujuan
dan kepentingan suatu negara karena dilakukan dengan cara damai, sehingga dapat dengan
mudah mempengaruhi negara lain serta dapat menjaga perdamaian kedua negara.
Indonesia menjadi salah satu negara yang aktif meningkatkan diplomasi publik
dengan cara menjalin kerjasama dengan negara lain, salah satunya di bidang industri kreatif.
Salah satu negara yang menjadi partner kerjasama Indonesia di bidang industri kreatif adalah
Korea Selatan. Bersama dengan Korea Selatan, Indonesia berupaya meningkatkan industri
kreatifnya yang juga bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan
(BEKRAF) Indonesia dan Kementerian Kebudayaan, Olah Raga, dan Pariwisata Korea
Selatan mulai melakukan kerjasama guna mengembangkan industri kreatif sejak tahun 2013.
Seperti yang kita ketahui, Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menggunakan
industri kreatif sebagai politik luar negerinya yang diwujudkan melalui budaya Korean Wave
(Hallyu). Indonesia sendiri bisa dibilang merupakan salah satu negara yang memiliki potensi
Kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam industri kreatif antara lain dengan
Kemudian, kedua negara juga saling bertukar informasi mengenai pembuatan kebijakan, serta
memberikan bantuan dan fasilitas untuk mengembangkan industri kreatif. Hal-hal tersebut
merupakan upaya untuk membangun hubungan yang kuat antar industri-kreatif di masing-
2
masing negara. Bentuk-bentuk kerjasama antara Indonesia dengan Korea Selatan pun
diterapkan dalam berbagai bidang industri kreatif seperti fashion, konten penyiaran televisi,
budaya kuliner, musik, seni pertunjukan, dan juga di bidang perfilman. Sebagai tanda
dimulainya kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di bidang industri kreatif, maka kedua
Di bidang perfilman, hasil dari kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan membawa
dampak yang baik bagi perfilman Indonesia saat ini, ditandai dengan meningkatnya jumlah
penikmat film Indonesia dari tahun ke tahun, serta banyaknya film Indonesia yang
berpartisipasi dalam ajang perfilman berskala regional maupun internasional. Sejak tahun
2009, Indonesia sudah mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam ajang Busan
International Film Festival di Korea Selatan dengan membawa serta film yang berjudul
Laskar Pelangi dan film pendek yang berjudul A Silent Wait berpartisipasi dalam ajang
festival film tersebut. Tahun-tahun berikutnya, Indonesia tak hanya berpartisipasi namun juga
internasional pertama di Korea Selatan. Diselenggarakan pertama kali pada tahun 1996 di
Busan, festival ini bertujuan untuk memperkenalkan film-film dan sutradara baru yang
berasal dari Asia untuk mengembangkan dan mempromosikan film-film karya mereka.
Dengan lebih dari 300 film dari 70 negara, termasuk 89 pemutaran film perdana di dunia,
Setelah resmi menjalin kerjasama dengan Korea Selatan di bidang industri kreatif
yang ditandai dengan penandatanganan MoU di tahun 2016, Indonesia kembali mendapat
kesempatan untuk menampilkan film-film produksinya di BIFF ke-21 tahun 2016. Selama
3
tujuh hari, enam film Indonesia antara lain Nyai : A Woman From Java, Istirahatlah Kata-
Kata (Solo, Solitude), Tiga Dara (Three Sassy Sister), dan Athirah (Emma’), serta dua film
pendek berjudul Memoria dan On the Origin of Fear, diputar di bioskop-bioskop ternama di
Korea Selatan. Pada tahun sebelumnya, dua film Indonesia juga berhasil mendapat
kesempatan untuk diputar dalam ajang BIFF. Dua film tersebut yakni A Copy of My Mind
karya Joko Anwar serta Chaotic Love Poems karya Garin Nugroho. Tak hanya itu, film A
Copy of My Mind juga berhasil memenangi CJ Entertainment Award 2014 di Korea Selatan
(Afrisia, 2015).
Dalam penyelanggaraan BIFF terbaru yang ke-26 yang dilangsungkan pada 6-15
Oktober 2021 di Korea Selatan, Indonesia kembali berpartisipasi dengan membawa serta
empat film yang akan menjadi perwakilan di ajang bergengsi tersebut. Empat film tersebut
berjudul Penyalin Cahaya, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Yuni. serta Laut
Memanggilku. Tak hanya itu, produser film asal Indonesia juga mendapat penghargaan serta
film Indonesia yang berjudul Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil masuk ke
(BIFF) merupakan salah bentuk prestasi perfilman Indonesia. Partisipasi Indonesia dalam
BIFF dianggap dapat membantu para pegiat film Indonesia untuk meningkatkan kualitas
internasional melalui film. Promosi kebudayaan melalui kerjasama industri kreatif perfilman
ini merupakan salah satu bentuk diplomasi publik yang dilancarkan Indonesia di Korea
Selatan, sehingga nantinya Indonesia dapat meningkatkan hubungan kerjasama dengan Korea
Selatan dalam aspek yang lainnya, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya.
4
4.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang telah dipaparkan di awal penelitian ini, maka
rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut: “Bagaimana upaya diplomasi
dan arah penulisan serta pemilihan konsep dalam penyusunan hipotesa yang nantinya akan
digunakan untuk menjawab dan menjelaskan permasalahan di atas. Kerangka pemikiran yang
A. Diplomasi Publik
negara melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Dengan kata
lain, jika proses diplomasi secara tradisional dikembangkan melalui mekanisme government
mempunyai persepsi baik tentang suatu negara, sebagai landasan sosial bagi hubungan dan
Menurut Jay Wang (2006), diplomasi publik merupakan suatu usaha untuk
mempertinggi mutu komunikasi antara negara dengan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan
meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, dan dalam pelaksanaannya tidak lagi dikuasai atau
dimonopoli oleh pemerintah (Wang, 2006). Sementara itu, Jan Mellisen (2006)
5
mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi
lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut
terhadap suatu negara (Mellisen, 2006). Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan
Dalam diplomasi publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di
luar negeri tapi juga di dalam negeri. Permasalahan diplomasi publik tidak hanya tantangan
terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga merupakan tantangan nasional. Esensi dari
diplomasi publik adalah `membuat orang lain berada di pihak anda`, sedangkan permasalahan
dalam diplomasi publik adalah bagaimana mempengaruhi opini dan perilaku orang lain.
Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan hanya pemangku kebijakan, tetapi juga khalayak
B. Diplomasi Kebudayaan
Secara umum diplomasi kebudayaan merupakan usaha suatu negara dalam upaya
kebudayaan merupakan interaksi yang dapat dilakukan oleh beberapa aktor diplomasi, oleh
karena itu pola hubungan diplomasi kebudayaan antar bangsa bisa terjadi antara pemerintah
dengan pemerintah, pemerintah dengan instansi swasta, instansi swasta dengan instansi
swasta, individu dengan individu, instansi pemerintahan dengan individu, dan seterusnya.
Diplomasi kebudyaan sendiri merupakan penggabungan dari dua istilah dengan arti
yang berbeda, yakni kata “diplomasi” dengan “kebudayaan”. Kata pertama adalah diplomasi,
yang berarti usaha suatu negara atau bangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasional di
kalangan masyarakat internasional. Kata kedua adalah kebudayaan, yang diartikan secara
umum sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
6
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat istiadat,
kebiasaan, serta keahlian ataupun ciri khas lainnya yang diperoleh individu sebagai anggota
kebudayaan dapat dilakukan melalui dimensi kebudayaan, yaitu dimensi mikro yang meliputi
pengunaan media kebudayaan seperti ekshibisi, kompetisi, pertukaran ahli, pendidikan, olah
raga, dan yang lainnya, sedangkan dimensi makro yang meliputi penggunaan media
propaganda, hegemoni kebudayaan, dan lain sebagainya. Aktor atau pelaku diplomasi
kebudayaan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga bisa dilakukan oleh
aktor non-pemerintah, individual, bahkan kolektif dalam setiap warga negara. Oleh karena
itu, pola hubungan diplomasi kebudayaan antar bangsa bisa dilakukan oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa membatasi aktor-aktor yang melakukan upaya diplomasi tersebut.
diplomasi kebudayaan tersebut dirintis dan dikembangkan oleh menteri luar negeri Prof. Dr.
Mochtar Kusuma Atmadja yang merupakan penggagas konsep wawasan nusantara. Melalui
diplomasi kebudayaan ini, diharapkan bisa memunculkan citra Indonesia dan mendapatkan
pengakuan dari negara tetangga bahwa negara Indonesia merupakan bangsa yang
C. Kerjasama Internasional
Untuk mencapai tujuan dan kepentingan suatu negara, diperlukan kerjasama antara
pihak-pihak yang terlibat. Dalam Hubungan Internasional, kerjasama antar negara disebut
macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di
7
dalam negerinya sendiri. Adapun menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya Organisasi
Internasional, pengertian kerjasama internasional yakni kerjasama yang terjadi karena adanya
nation understanding dimana kedua negara mempunyai arah dan tujuan yang sama,
keinginan didukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama ini
keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari
kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif (Dougherty & Pfaltze, 1986). Dengan
kata lain, kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi
berbagai bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan,
pertahanan, dan keamanan. Hal tersebut memunculkan kepentingan yang beraneka ragam
sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mengatasi isu-isu tersebut maka
multilateral, dan regional. Kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan termasuk ke dalam
kerjasama bilateral karena kerjasama tersebut dilakukan oleh dua negara. Kerjasama bilateral
pada lazimnya dapat dilaksanakan antara Indonesia dengan suatu negara yang memiliki
hubungan diplomatik dengan Indonesia. Kerjasama juga dapat dilakukan apabila kedua
negara telah menandatangani persetujuan atau agreement yang akan menjadi dasar atas
Hasil dalam kerjasama internasional tersebut kemudian akan disepakati bersama oleh
kedua belah pihak yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman atau MoU (Memorandum of
Understanding). Terbentuknya MoU antar Indonesia dengan negara lain ini menandakan
8
adanya perjanjian internasional antara kedua belah pihak. Menurut Prof. Dr. Mochtar
D. Kepentingan Nasional
nasional. Suatu negara akan menjalin hubungan dengan negara lain dengan tujuan untuk
tujuan fundamental dan faktor penentu yang akan mengarahkan para pembuat keputusan dari
suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Dalam hal ini, kepentingan
nasional suatu negara ialah hasil yang dibuat oleh para pengambil kebijakan sehingga
kepentingan nasional suatu negara dapat berbeda atau bahkan bertentangan antara satu
Menurut Hans J. Morgenthau, konsep kepentingan nasional terdiri dari tiga jenis.
Pertama yakni perlindungan terhadap identitas fisik, dalam arti mampu mempertahankan
integritas teritorialnya. Kedua adalah perlindungan terhadap identitas politik, dalam arti
terhadap kultur, dalam arti mampu mempertahankan linguistik dan sejarahnya. Maka dari itu,
kepentingan nasional dapat diartikan sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi suatu bangsa
nasional yang bersifat vital (esensial) dan kepentingan nasional yang bersifat non-vital
(sekunder). Kepentingan nasional bersifat vital merupakan kepentingan yang digunakan pada
saat suatu negara mengalami keadaan darurat sehingga harus segera diputuskan. Sementara
9
itu, kepentingan nasional bersifat non-vital merupakan kepentingan yang digunakan karena
prosesnya berlangsung lama namun hasil dan fungsinya dapat dirasakan dalam jangka
nasional merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini adalah keamanan
(security) yang mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayahnya, serta
kesejahteraan (prosperity). Kedua tujuan inilah yang menjadi dasar bagi pembuat keputusan
Kemampuan suatu negara, baik kemampuan dalam menjalin hubungan domestik maupun
kemampuannya dalam menjalin hubungan dengan negara lain akan membentuk sebuah
kekuasaan. Akan tetapi, kapabilitas ini merupakan definisi kekuatan yang bersifat statis
apabila tidak adanya interaksi antar negara sehingga perlunya interaksi antar negara untuk
Kapabilitas negara dapat diukur dengan melihat ketahanan nasional dan kekuatan
Ketahanan nasional dilandasi oleh kesatuan dan integrasi yang bersifat dinamis untuk
mengatasi tantangan yang dihadapi dan menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
10
4.4 Hipotesa
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan dan disertai dengan kerangka
konseptual yang ada, didapatkan anggapan dasar atau hipotesa sebagai berikut :
1. Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan di bidang industri kreatif
International Film Festival (BIFF) yang merupakan festival film internasional terbesar
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kreatif perfilman
3) Mengetahui pengaruh film sebagai alat diplomasi publik oleh Indonesia ke Korea
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka hasil penelitian ini
11
1) Secara teoritis, hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan akan mampu digunakan
Kebudayaan.
2) Secara praktis, hasil kajian ini dapat dipergunakan oleh masyarakat umum, peneliti,
akademisi, dan pemerintah, sebagai bahan penelitian lebih lanjut terhadap hubungan
bilateral Indonesia dengan negara lain, khususnya Korea Selatan, yang saat ini sedang
menjadi.perhatian.
Untuk mempermudah penulisan, penulis akan membatasi ruang lingkup kajian agar
penulis tidak menyimpang dari tema atau tujuan yang diinginkan. Fokus utama dari penulisan
ini adalah untuk mengetahui bagaimana Indonesia melakukan diplomasi publik ke Korea
Selatan dengan berpartisipasi dalam ajang perfilman Busan International Film Festival, serta
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian guna mencapai
tujuan penelitian yakni untuk memberikan paparan secara menyeluruh mengenai upaya
diplomasi publik Indonesia ke Korea Selatan menggunakan sarana film. Penelitian dalam
skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yakni penelitian yang dilakukan guna mengungkapkan
suatu fenomena yang terjadi di suatu negara dengan data-data yang diperoleh.
Untuk itu, penulis melengkapi data dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa studi dokumen atau kepustakaan yang dilakukan dengan cara menghimpun data-data
12
sekunder yang dalam hal ini diwakili oleh informasi-informasi dan literatur-literatur yang
relevan seperti buku, jurnal, artikel, data-data dari media cetak maupun elektronik, dan data-
Dalam memudahkan pemahaman dalam penulisan ini, penulisan skripsi ini disusun
dalam lima bab dimana masing-masing terdiri dari beberapa sub-bab yang saling
Bab I : PENDAHULUAN
subjek-subjek penelitian yang dibagi dalam beberapa sub-bab yakni latar belakang masalah,
rumusan masalah, kerangka dasar pemikiran, hipotesa, tujuan penulisan, metode penelitian,
Bab ini berisi tentang perkembangan diplomasi publik Indonesia, dimulai dari latar
belakang diplomasi publik Indonesia hingga perkembangan diplomasi publik Indonesia sejak
tahun hingga sekarang. Selain itu, bab ini juga akan membahas strategi yang dilakukan
Bab ini menjelaskan mengenai kerjasama bilateral yang dilakukan Indonesia dalam
meningkatkan industri kreatif, khususnya di bidang perfilman. Bab ini akan meliputi latar
13
Bab IV : KERJASAMA INDONESIA DAN KOREA SELATAN DI INDUSTRI
Bab ini menjelaskan kerjasama bilateral yang dilakukan Indonesia dengan Korea
Selatan dalam meningkatkan industri kreatif Indonesia, khususnya di bidang perfilman. Bab
ini akan meliputi latar belakang penyelenggaraan Busan International Film Festival,
Bab V : PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi daftar referensi dan kepustakaan yang digunakan sebagai penunjang
14
BAB 2
PERKEMBANGAN DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai perkembangan diplomasi publik pemerintah
Indonesia secara umum, dimulai dari latar belakang diplomasi publik Indonesia secara umum
pasca Indonesia mereka hingga saat ini. Berikutnya akan dijelaskan mengenai perkembangan
diplomasi publik Indonesia, mulai dari strategi diplomasi publik Indonesia beserta degan
Diplomasi publik di Indonesia sesbagai sebuah studi dan institusi dapat dikategorikan
sebagai hal yang baru, meskipun dalam prakteknya bukanlah hal yang sama sekali baru,
Upaya-upaya untuk menjalan hubungan baik antara Indonesia dengan negara lain sudah
dimulai bahkan semenjak negara Indonesia baru saja merdeka di tahun 1945. Meski
demikian, diplomasi publik baru terbentuk secara resmi di Indonesia pada tahun 2002. Belum
banyak akademisi yang melakukan riset terhadap diplomais publik Indonesia baik secara
sengaja melabeli diplomasi publiknya dnegan frasa moderat, demokratis, dan progresif.
Pemberian label ini dilakukan karena situasi internasional yang terjadi pada saat itu. Guna
memahami tujuan dan aktifitas dalam diplomasi publik Indonesia, bab ini akan mengulas
latar belakang terbentuknya diplomasi Indonesia, tujuan, dan aktifitas yang dilakukannya.
Diplomasi publik Indonesia secara konseptual sepertinya masih berada dalam proses
di mana masih terdapat sebuah gap atau jarak dalam tujuan diplomasi publik dengan aktifitas
15
yang dilakukannya. Demikian pula dengan strategi yang dipilihnya masih mengacu pada isu
tertentu yang kemudian ketika isu tersebut tidak lagi menjadi pembahasan utama, maka
diletakkan bukan sebagai bagian utama dari diplomasi publik melainkan sebgaai bagian dari
Diplomasi Publik mulai didirikan sebagai bagian dari Direktorat dalam Kementrian
Luar Negeri Indonesia pada tahun 2002. Pembentukan Direktorat Diplomasi Publik ini
merupakan salah satu upaya dari Menteri Luar Negeri saat itu, Hassan Wirajuda, untuk
meningkatkan kinerja Kementrian Luar Negeri Indonesia. Dengan didukung Dekrit Presiden
Kebijakan Benah Diri ini berfokus pada tiga aspek utama yaitu : (1) restrukturisasi
organisasi departemen, (2) restrukturisasi Perwakilan RI di luar negeri, serta (3) pembenahan
profesi diplomat. Dari tiga aspek tersebut, dapat dilihat ada perubahan penting yang ingin
dicapai dalam kerangka Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri yaitu Restrukturisasi
Organisasi. Hal ini kemudian diselenggarakan melalui Kepmenlu No. 053/2002 yang
disempurnakan melalui Peraturan Menlu no. 02/2005 mengenai Organisasi dan Tata Kerja
sectoral menjadi integrative. Dalam hal ini dilakukan tiga pengelompokan bidang kerja.
Pertama adalah bidang kerja operasional yang terdiri dari Ditjen Asia Pasifik dan Afrika,
1
Pada tahun 2001, Kementerian Luar Negeri mencanangkan “Benah Diri” untuk mewujudkan prinsip
pemerintahan yang baik dan meningkatkan pelayanan kapada masyarakat melalui Perpres No. 05 Tahun 2004.
Program Benah Diri dilakukan melalui prinsip “3 tertib dan 1 aman” yakni tertib waktu, tertib administrasi,
tertib fisik, dan aman personel-informasi-lingkungan kerja, sehingga dapat tercapainya sumber daya manusia
yang kompeten dan professional untuk mendukung tujuan organisasi
16
Ditjen Amerika dan Eropa, serta Ditjen Multilateral. Kedua adalah bidang kerja fungsional
yang terdiri dari Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik, Ditjen Hukum dan Perjanjian
Internasional, serta Ditjen Protokol dan Konsuler. Bidang kerja yang ketiga adalah
pendukung atau administrasi yang terdiri dari Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan
institusi Diplomasi Publik ini mendapat apresiasi positif karena dianggap sebagai kemajuan
yang cukup berarti bagi kebijakan luar negeri meskipun masih harus dikaji lagi
Direktorat Jenderal
Informasi dan Diplomasi
Publik
Gambar 8.1 Direktorat Jenderal Informai dan Diplomasi Publik Republik Indonesia
Merujuk pada upaya reformatif Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam merombak
Hassan Wirajuda juga mencanangkan Diplomasi Total yang merupakan bentuk diplomasi
2
Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2013.
Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri. Hasil-Hasil yang ingin Dicapai. Babak Baru Sebuah Perubahan
Menuju Kementerian Luar Negeri yang Lebih Baik.
3
Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2009.
“Dewi Fortuna Puji Kebijakan Diplomasi Publik Deplu”. Tabloid Diplomasi
17
yang melibatkan semua komponen bangsa dalam suatu sinergi dan memandang substansi
pemerintah, swasta dengan swasta, NGO dengan NGO, masyarakat dengan masyarakat dan
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa dengan aktor non-negara semakin diakui
dalam diplomasi publik. Hal ini merupakan salah satu dampak dari pesatnya teknologi
aktor non-negara dalam diplomasi, maka setiap individu menjadi aspek yang penting dalam
Pelibatan publik ini juga merupakan pengakuan atas semakin mengaburnya wilayah
internasional dan domestik, yang disebut dengan isu “intermestik” (Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia, 2010). Hal ini menjadi bagian dari tugas Direktorat Jenderal Informasi
Publik RI untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada publik baik publik di luar
negara maupun di dalam negara. Ini dapat terlihat dalam pasal 618 dimana Direktorat
diplomasi publik.
3) Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang informasi dan
diplomasi publik.
18
Direktorat Diplomasi Publik memiliki tugas untuk melaksanakan sebagian besar tugas
Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Republik Indonesia, yaitu untuk
mendapatkan dukungan publik di dalam dan di luar negeri terhadap pelaksanaan politik luar
negeri RI di bidang politik, keamanan, ekonomi, pembangunan, sosial, budaya, serta isu-isu
aktual, dan strategis. Merujuk pada pasal 699, Direktorat Diplomasi Publik
publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan di luar negeri terhadap
publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan di luar negeri terhadap
publik untuk mendapatkan dukungan publik di dalam dan di luar negeri terhadap
19
Adapun kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Diplomasi Publik berjalan
diikuti dengan penyematan citra Indonesia yang dicetuskan oleh Menteri Luar Negeri kala
itu, Hassan Wirajuda, yaitu citra Indonesia yang baru sebagai negara moderat, demokratis,
dan progresif4. Hal ini dilakukan dalam rangka menjembatani persepsi di luar negara dengan
apa yang terjadi di dalam negara (Hadi, 2009). Citra atau image bagi negara digambarkan
sebagai hal yang dapat menentukan perilaku seseorang terhadap sebuah tempat atau benda.
Menurut Anholt, untuk citra dapat digunakan untuk mendorong seseorang menerima keadaan
sebuah negara serta memahami kompleksitas yang ada di dalamnya (Anholt, 2011). Dengan
Sebagai sebuah intitusi yang masih baru, diplomasi publik Indonesia banyak
mengadopsi pengaruh struktur Internasional berupa wacana demokrasi dan terorisme atau
upaya counterterrisme, baik dalam arah diplomasi publiknya serta kegiatan yang
politik luar negeri antara lain : (a) Pemberdayaan kaum moderat Indonesia, (b) Memajukan
people to people contact, (c) Diseminasi informasi mengenai politik luar negeri, (d)
Merangkul dan mempengaruhi publik dalam dan luar negeri, serta (e) Mengumpulkan saran
diarahkan untuk menampilkan wajah Indonesia yang baru yakni sebagai negara yang
moderat, demokratis, dan progresif, serta untuk membangun konstituen diplomasi dengan
bekerjasama, dilaksanakan dan merangkul semua pengaku kepentingan hubungan luar negeri
(Ma'mun, 2009). Hal ini didukung oleh pernyataan Umar Hadi yang mengklaim bahwa isu
4
Hassan Wirajuda, “Membangun Citra Indonesia Demokratis, Moderat dan Progresif : Konsolidasi Soft Power
dan Aset Politik Luar Negeri RI”, disampaikan dalam Pidato Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Dr.
Hassan Wirajuda pada Lokakarya Nasional Diplomasi Publik, 11 Desember 2007, http://www.indonesia-
ottawa.org/information/details/php?type=speech&id=111.
20
penting yang semestinya dipromosikan oleh pemerintah Indonesia melalui diplomasi publik
diarahkan pada kegiatan yang berupaya untuk menyampaikan pesan mengenai “siapa”
Indonesia. Salah satu upaya diplomasi publik yang dilakukan untuk memberikan infromasi
mengenai ‘wajah’ Indonesia, antara lain dengan pembuatan film Aceh Reborn : A Potret of
Recovery dan film “Politik Luar Negeri Bebas Aktif dari Masa ke Masa”.
diupayakan dengan mengundang berbagai jurnalis dari luar negeri untuk datang dan meliput
Indonesia dalam Journalis Visit Program (JVP). Kegiatan ini telah dilaksanakan semenjak
tahun 2006 dan Kementerian Luar Negeri mengklaim bahwa telah ada 633 media asing yang
Informasi dan Media, 2013). Sebaliknya, jurnalis di dalam negeri pun didorong untuk aktif
dalam diplomasi publik dengan memberitakan isu hubungan internasional dan politik luar
negeri Indonesia secara berimbang dan edukatif melalui penyelenggaraan AMA (Adam
Selain berupaya untuk mendekati publik di dalam dan luar negeri, diplomasi publik
Indonesia juga mengarah pada upaya untuk mencitrakan diri sebagai negara yang demokratis
melalui penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF) yang diselenggarakan sejak tahun
2008. Kegiatan ini mendapat sambutan positif oleh dunia internasional, yang terlihat dari
peningkatan peserta dan observer yang mengikuti BDF. Pada awal dimulainya Bali
Democarcy Forum pada tahun 2008, hanya ada sekitar 28 negara yang menjadi peserta dan
21
observer. Namun pada tahun 2013, jumlah peserta dan observer dalam kegiatan BDF semain
Asia Pasifik. Lebih daripada itu, BDF merupakan upaya diplomasi yang cukup strategis
untuk menunjukkn wajah demokratik Indonesia. Hal ini juga didukung dengan pembentukan
Institute for Peace and Democracy sebagai implementing agency yang berkedudukan di
Kampus Jimbaran, Universitas Udayana Bali. Selain menghasilkan tulisan dan penelitian
dalam demokrasi, lembaga ini juga menyediakan diri untuk memberikan pelatihan teknis dan
Kegiatan penting lain dari diplomasi publik Indonesia dalam mewujudkan ‘wajah’
Indonesia yang pruralis dan moderat adalah penyelenggaraan Dialog Lintas Agama yang
diselenggarakan sejak tahun 2004. Kegiatan ini merupakan upaya pro aktif Indonesia dalam
melawan stereotip negatif mengenai Islam yang berkembang di barat di mana Islam
diidentikkan dengan aksi terorisme. Kegiatan dialog mengenai agama ini pernah dilakukan di
Yogyakarta, kemudian di Vatikan, Bali, Den Haag, Cebu, serta Waitangi di New Zealand
antara tahun 2004-2007. Kegiatan ini diikuti dengan kegiatan serupa dalam International
Conference of Islamic Scholar pada tahun 2004 dan 2006 di Jakarta serta Global Inter Media
Postur Diplomasi Publik Indonesia nampak semakin membaik dari tahun ke tahun ke
tahun terlihat dari upayanya untuk membangun keterbukaan informasi mengenai kegiatan
dapat diakses oleh publik melalui internet serta memaksimalkan penggunaan media sosial
22
facebook dan twitter. Namun demikian, postur ini menunjukkan imitasi yang lekat dengan
struktur atau norma internasional yang meletakkan isu terorisme sebagai isu utama.
merupakan hasil dari kuatnya pengaruh norma dalam struktur internasional yang terjadi
karena interaksi praktis dan akademis. Aktor, dalam hal ini adalah Indonesia, terdorong untuk
melekatkan identitas atau kepentingan yang sejalan dengan norma internasional. Ada
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh diplomasi publik RI terkait dengan upaya tersebut,
yakni dengan kegiatan domestic outreach. Menurut Kementerian Luar Negeri Direktorat
Informasi dan Media pada tahun 2013, kegiatan ini mengacu pada sosialisasi secara rutin
melalui kuliah umum mengenai arah kebijakan luar negeri Indonesia di berbagai universitas
di Indonesia. Hal ini merupakan upaya Kementerian Luar Negeri untuk melibatkan publik
Foreign Policy Breakfast merupakan sarana diskusi kebijakan luar negeri dengan
tokoh-tokoh masyarakat, dalam suasana pagi yang segar dan tidak formal. Selain untuk
mengkomunikasikan arah dan kebijakan luar negeri, diskusi yang bebas, terbuka dan
konstruktif bertujuan untuk mendapatkan masukan. Kegiatan yang dimulai sejak tahun 2002
23
2) Young Indonesia Ambassador / Duta Belia
Semenjak diluncurkan pada tahun 2003, hingga saat ini jumlah peserta Duta Belia
sudah mencapai 582 orang dan tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Para mantan peserta
Duta Belia ini merupakan konstituen Kementrian Luar Negeri yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung diseminasi kebijakan politik luar negeri Indonesia kepada masyarakat di
daerah. Tujuan diselenggarakannya Duta Belia ini adalah memberikan pengetahuan mengenai
praktik-praktik diplomasi Indonesia di luar negeri bagi anak-anak muda. Tema yang dibahas
selalu berganti menyesuaikan dengan isu yang sedang banyak dibicarakan. Dapat dikatakan
bahwa Duta Belia memiliki tugas untuk mempromosikan Indonesia baik di dalam maupun
luar negeri, serta bertugas untuk membantu Kemlu RI dalam pelaksanaan diplomasi, serta
Luar Negeri RI yang bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih baik bagi anak-anak
bangsa terbaik. Beberapa siswa dan mahasiswa yang memiliki prestasi di bidangnya
diberikan kesempatan oleh Kementerian Luar Negeri untuk mengenal lebih baik dan belajar
mengeni negara lain dan mengenalkan Indonesia kepada warga dunia. Al Busyro Basnur
menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menunjukkan sumber daya manusia
Indonesia ke luar negeri dan juga memberikan kesempatan kepada anak-anak muda Indonesia
untuk melihat hal-hal positif dari negara-negara lain terutama negara maju.
24
4) Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI)
BSBI atau Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia atau The Indonesian Arts and
Culture Scholarship (IACS) mulai diselenggarakan pada tahun 2003 dan ditawarkan pertama
kali kepada negara-negara anggota South West Pacific Dialogue (SwPD) yaitu Australia,
New Zealand, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, serta Indonesia sendiri. Seiring
berjalannya waktu, program ini memberikan keleluasaan kepada negara lain untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, seperti negara-negara anggota ASEAN. Tujuan utama
dari kegiatan ini adalah untuk membangun pemahaman dan memperkuat hubungan antara
negara peserta, menggali kerjasama budaya dan berbagi keberagaman budaya, serta
25
BAB 3
DINAMIKA PERKEMBANGAN KERJASAMA INDONESIA DI BIDANG
INDUSTRI KREATIF PERFILMAN
Indonesia serta dinamika kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan di bidang industri
Selatan sudah memulai kerjasama di bidang industri kreatif sejak tahun 2013 saat industri
dimulai dan mengalami perkembangan sejak awal tahun 2006. Setelah beberapa tahun,
Ekonimi Kreatif dan Industri Kreatif semakin banyak dibicarakan baik oleh pemerintah,
maupun lembaga swasta lainnya. Terutama pemerintah, dimana mereka telah menaruh
bernama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo
pada tahun 2016 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015
Tentang Badan Ekonomi Kreatif. BEKRAF memiliki tugas untuk membantu Presiden dalam
bidang ekonomi kreatif, serta berfungsi untuk memperkuat sektor ekonomi kreatif, termasuk
perlindungan bagi karya kreatif seniman Indonesia (Badan Ekonomi Kreatif RI).
26
Namun pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo kembali meleburkan BEKRAF
dengan Kementerian Pariwisata melalui Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2019 tentang
urusan pemerintahan di bidang pariwisata, dan tugas pemerintahan di bidang ekonomi kreatif
sebagai tujuan pembangunan nasional. Tugas dan fungsi utama Kementerian Pariwisata dan
wisata dan penyelenggaraan kegiatan, serta ekonomi digital dan produk kreatif di
kreatif;
4) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pariwisata dan ekonomi
5) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
ekonomi kreatif;
27
8) Pembinaan, pemberian, dan pelaksanaan dukungan yang bersifat administrasi dan
Kementerian/Badan; dan
Dikarenakan istilah “industri” pada Industri Kreatif memiliki banyak interpretasi, maka
pemerintah membentuk Rencana Pembangunan Ekonomi Kreatif Indonesia pada tahun 2015
yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI. Berdasarkan dokumen rencana ini, dapat
diketahui bahwa ada pergeseran dari era pertanian ke era industrialisasi lalu ke era informasi
berbagai kerjasama baik bilateral maupun regional. Belum lama ini, Indonesia bersama
dengan dua puluh anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) mengikuti pertemuan
Special Virtual Meeting on Digital Digital Economy Steering Group (SVM – DESG) yang
yang dilaksanakan pada 26 Juni 2020 ini, Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam
APEC menekankan pentingnya perkembangan ekonomi digital dan industri kreatif sebagai
28
Upaya yang hendak dilakukan oleh APEC dalam meningkatkan industri kreatif yakni
dengan mendorong kerjasama strategis jangka panjang. Rencana strategis ini tertuang dalam
APEC Internet and Digital Economy Roadmap (AIDER). Beberapa fokus AIDER yaitu kerja
sama untuk meningkatkan infrastruktur digital, inklusifitas Internet dan Ekonomi Digital,
serta transformasi bisnis tradisional agar memanfaatkan digital platform (Kementerian Luar
meningkatkan industri kreatifnya, salah satunya dengan Korea Selatan. Indonesia dan Korea
Selatan menjalin kerjasama sebagai upaya untuk mengembangkan industri kreatif yang dapat
Partnership Agreement akan membuka peluang kerjasama di bidang industri kreatif. Apalagi
berdasarkan Bloomberg Innovation Index tahun 2014-2017, Korea Selatan berada di puncak
(BEKRAF) serta Korea Selatan melalui Korean Ministry of Culture, Sports and Tourism
(MCST) atau Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan telah
melakukan kerjasama dalam bentuk pengembangan industri kreatif sejak tahun 2013, dimana
saat itu industri kreatif Indonesia masih berada dibawah Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
Perkembangan budaya popular Korea Selatan yang secara langsung memberi dampak
positif bagi negara asalnya, membuat pemerintah Indonesia akhirnya melakukan kunjungan
29
ke Korea Selatan untuk mengamati serta mendiskusikan tentang industri kreatif dengan
penting dari strategi pemerintah Korea Selatan dalam mengembangkan industri kreatifnya,
antara lain :
1) Mengasah sumber daya manusia. Korea Selatan selalu melakukan penyegaran kepada
para seniman mereka dengan memberikan peluang untuk magang ke salah satu posay
2) Memberikan insentif kepada sejumlah industri kreatif, misalnya dengan subsidi atau
keringanan pajak
mereka.
4) Rajin melakukan diplomasi budaya dimana pemerintah Korea Selatan sangat rajin
Untuk memulai kerjasama di bidang industri kreatif, Indonesia dan Korea Selatan
(MoU) pada 16 Mei 2016. Adapun bentuk kerjasama yang disepakati kedua negara antara
4) Pemberian bantuan teknik dalam pengambangan seni pertunjukan musik, drama, dan
30
5) Penyelenggaran pameran dan keikutsertaan dalam pasar untuk mempromosikan
kemitraan bisnis.
kreatif, antara lain berupa periklanan, konten-konten penyiaran, kerajinan, budaya kuliner,
konten-konten yang berbasis digital, fashion atau mode, film dan animasi, seni, video game,
termasuk permainan konsol, permainan komputer, dan permainan ponsel, musik, seni
sejak tahun 1990, sehingga membuatnya menjadi pasar box office terbesar ketujuh di dunia.
Sementara itu, film-film Indonesia mulai lebih banyak muncul dan tayang perdana di festival
film internasional. Dalam upaya meningkatkan industri perfilmannya layaknya Korea Selatan
Indonesia bekerjasama dengan Korea Selatan. Salah satu implementasi dari kerjasama
festival film. Berikut adalah beberapa bentuk kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Korea
Korean-Indonesian Film Festival ini resmi diadakan sejak tahun 2014. Festival film
ini pada mulanya hanya berupa Korean Film Festival, namun sejak tahun 2014 terjadi
31
tahunan film di Korea Selatan tersebut, Ajang ini juga menjadi bentuk perayaan hubungan
Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan Korea Selatan dalam bidang
BEKRAF dengan Kementerian Kebudayaan, Olah Raga, dan Pariwisata Korea Selatan di
bidang industri ekonomi kreatif pada bulan Mei 2016. Indonesia-Korea Cinema Global
Networking merupakan hasil kerjasama dari BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dan KOFIC
Indonesia Cinema Global Networking yang pertama. Penyelenggaraan ini bertujuan untuk
menjadi sebuah wadah yang akan menyediakan ruang bagi perusahaan film Korea Selatan
dan Indonesia untuk saling bertemu dan bekerjasama dalam produksi bersama. Dalam
pertemuan ini, diharapkan adanya transfer ilmu dan teknologi yang bermanfaat bagi
hubungan pekerja film Indonesia dan Korea. Terdapat lima belas perusahaan film dari Korea
datang bertemu dengan lebih dari dua puluh perusahaan film Indonesia. Perusahaan film
Korea Selatan yang datang sudah termasuk dua perusahaan film ternama CJ E&M dan
Showbox yang dikenal lewat karya-karya mereka yang menembus rekor box-office seperti
Roaring Currents, Ode to My Father, dan The Thieves. Selain itu, hadir juga perusahaan yang
bergerak dalam bidang visual effect seperti Digital Idea yang filmografinya mencakup film
32
Acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut terdiri dari seminar tentang industri
film Korea dan Indonesia, integrated box office system di Korea Selatan, serta studi kasus
produksi bersama berdasarkam pengalaman Korea dan Indonesia. Kemudian, akan ada
presentasi yang disampaikan oleh enam perusahaan Korea dan enam perusahaan Indonesia
yang terlibat dalam produksi film, animasi dan visual effects. Terakhir, acara ini juga akan
melakukan meeting antara perusahaan perfilman Korea denga Indonesia. Tak hanya itu saja,
Acara ini juga membahas perihal UU No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman mengenai
distribusi, registrasi, lisensi, prioritas, dan perlindungan pembuat film serta pengarsipan film
Kepala Divisi Strategi Masa Depan KOFIC, Lee Sang Seok, mengatakan bahwa ia
mengharapkan acara tersebut agar dapat menghasilkan film produksi bersama Korea-
Indonesia yang pertama,. Kolaborasi tersebut tak hanya untuk produksi film, tetapi juga dapat
sebagai sarana berbagi pengetahuan tentang kemajuan teknologi serta animasi dan CGI.
Fauzan Zidni, produser di Cinesurya Pictures, menambahkan bahwa produksi film bersama
Memang benar bahwa memproduksi film bersama dengan negara lain bisa sangat
mahal dan kompleks karena ada kesulitan komunikasi yang tak terbayangkan, terutama
dengan negara-negara yang jauh seperti AS dengan perbedaan waktu yang sangat besar dan
kebutuhan untuk menerjemahkan hampir setiap bentuk dan bentuk materi film antara
produsen. Namun, dampaknya terhadap industri film sangat besar dalam jangka panjang,
termasuk akses ke pasar yang lebih besar dan baru, sumber keuangan dari negara lain, lokasi
situasi industri film di Indonesia. Salah satunya tentang perkembangan terbaru Peraturan
33
Presiden No. 44 Tahun 2014 mengenai dihapusnya industri perfilman dari Daftar Negatif
Investasi, yang berarti bahwa terbukanya peluang para investor asing untuk berinvestasi
dalam industri perfilman Indonesia. BEKRAF juga menjelaskan bahwa Indonesia masih
Kerjasama antara Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) dengan Producer Guild
of Korea (PGK) resmi dilakukan untuk memajukan industri film Indonesia. Perjanjian
Aprofi-PGK menjadi jembatan yang akan mempermudah berbagai peluang kerjasama antara
Indonesia dan Korea Selatan serta kolaborasi-kolaborasi yang akan terjadi mampu membuat
Kolaborasi perfilman antara Indonesia dan Korea Selatan sejatinya telah dimulai pada
Januari 2014, yakni saat Korean Academy of Film Arts (KAFA) menyelenggarakan KAFA
dan Indonesia Workshop. Dalam pelatihan tersebut, KAFA mengundang empat belas sineas
ternama Indonesia untuk membagikan gagasan mereka dan belajar dari para pembuat film
Korea. Sebagai balasan, Aprofi dengan bantuan KAFA mengadakan workshop untuk berbagi
tentang industri film Indonesia kepada 17 pembuat film Korea Selatan di Jakarta dan Bali
KAFA sendiri merupakan akademi yang berada di bawah naungan badan perfilman
asuhan Kementerian Budaya, Olah Raga dan Pariwisata Korea, Korean Film Council
(KOFIC). Melalui program Global Workshop, KAFA membangun hubungan yang erat
dengan sejumlah pembuat film mancanegara. Sebanyak 17 praktisi industri perfilman Korea
Selatan datang ke Indonesia untuk mengikuti KAFA dan Pre-Biz Program pada tanggal 8-13
Juni 2014 di Jakarta dan Bali. Acara ini merupakan lanjutan dari rangkaian KAFA dan
Indonesia Workshop yang sudah terlaksana pada Januari 2014 di Korea Selatan.
34
Beberapa bentuk program kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Korea Selatan
dalam bidang film, merupakan upaya terjalinnya kolaborasi lanjut dan pengembangan
industri film di Indonesia. Melalui festival film yang dilakukan baik di Indonesia ataupun di
Korea Selatan, diharapkan dapat mengenalkan film-film terbaik dari kedua negara tersebut.
Selain itu, festival film juga dapat membantu untuk mengetahui jenis-jenis film yang seperti
Pada tahun 2013, Festival Film Indonesia (FFI) diselenggarakan di Korea Selatan.
Festival ini diadakan di CGV Cinema. CJ CGV sendiri adalah sebuah jaringan bioskop
terkuat di Korea Selatan milik CJ E&M. Sebanyak sembilan film Indonesia diputar di
bioskop CGV Seoul dan Ansan, yakni Habibi Ainun (Faozan Rizal), Sang Penari (Ifa
Isfansyah), Laskar Pelangi (Riri Riza), 5 cm (Rizal Mantovani), The Raid (Gareth Evans),
Modus Anomali (Joko Anwar), Rectoverso (Marcella Zalianty, Happy Salma, Olga Lydia,
Rachel Maryam, Cathy Sharon), Belenggu (Upi Avianto), serta 9 Summers, 10 Autumns (Ifa
Acara ini dibuka resmi oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa
dan Duta Besar RI Seoul John Prasetio. Dalam kesempatan ini hadir pula memberikan
sambutan Wakil Menteri Pariwisata, Olah Raga, dan Budaya Korea Selatan, Cho Hyun Jae,
Ketua Komite Luar Negeri Parlemen Korea, Ahn Hong Joon, Ketua Korean Film Council,
Kim Eui Suk, serta CEO dari CJ CGV, Seo Jung. Selain itu, para pegiat film Korea Selatan,
dunia usaha, para jurnalis, serta masyarakat Seoul, Korea Selatan juga datang memeriahkan
acara tersebut.
35
Acara pembukaan Indonesian Film Festival juga dihadiri oleh beberapa insan
perfilman Indonesia, diantaranya ada Faozan Rizal sebagai sutradara dari film Indonesia
terlaris, Habibie dan Ainun, menjadi perwakilan dari seluruh insan film yang terlibat. Selain
itu, hadir juga Shanty Harmayn, produser dari film Sang Penari yang meraih penghargaan
Film Terbaik Festival Film Indonesia 2011, kemudian Prisia Nasution, pemenang Pemeran
Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2011, lalu Alex Komang, aktor senior perfilman
Indonesia, serta Olivia Zalianty, pemain dalam Rectoverso (KBRI Seoul, 2013).
Indonesian Film Festival yang diadakan pada tanggal 26 September sampai dengan 2
Oktober 2013 berlokasi di CGV Yongsan dan CGV Ansan Korea Selatan, dan menjadi
International Film Festival ke sebelas yang diadakan oleh jaringan bioskop CGV di Negara
Tidak hanya Korea Selatan saja yang membuka festival film dalam rangka
karya anak bangsa di ajang International. Setelah resmi menjalin kerjasama bilateral dengan
Korea Selatan di bidang industri kreatif, enam film karya sineas Indonesia mendapat
kesempatan untuk ditampilkan dalam ajang film terbesar di Asia, Busan International Film
Festival (BIFF) ke-21 yang berlangsung pada tanggal 8-14 Oktober 2016 di Busan, Korea
Selatan. Partisipasi sineas Indonesia di BIFF tersebut tak lepas berkat dukungan dari Badan
wilayah Haeundae dan Centum City Busan, seperti CGV, Lotte Cinema, dan Megabox.
Untuk meningkatkan kesempatan, para pembuat film Indonesia berinteraksi dengan calon-
36
calon investor. BEKRAF juga mengadakan acara networking bertajuk “Indonesian Night” di
Bukan hanya pada tahun 2016, bahkan film Indonesia juga sudah mendapat
kesempatan untuk tampil di BIFF pada tahun 2015, disaat Indonesia belum resmi menjalin
kerjasama dengan Korea Selatan di bidang industri kreatif. Menurut situs resmi BIFF, ada
dua film Indonesia yang diputar dalam program jendela perfilman Asia. Film pertama adalah
A Copy of My Mind garapan Joko Anwar yang ditayangkan pada tanggal 2, 5, dan 8 Oktober.
Sementara itu, film kedua yang berjudul Chaotic Love Poems garapan Garin Nugroho
mendapatkan kesempatan untuk ditayangkan di negara lain. Tak hanya itu, melalui
37
BAB 4
KERJASAMA INDONESIA DAN KOREA SELATAN DI INDUSTRI PERFILMAN
MELALUI BUSAN INTERNATIONAL FILM FESTIVAL
Busan International Film Festival (BIFF) adalah festival film internasional pertama di
Korea Selatan dan yang terbesar di Asia. BIFF diselenggarakan setiap tahunnya di Haeundae-
gu, Busan, Korea Selatan. Busan International Film Festival pertama kali diadakan pada 13-
21 September 1996. BIFF memiliki tujuan dan fokus utama untuk memperkenalkan film-film
baru serta untuk mengembangkan dan mempromosikan bakat-bakat sutradara muda terutama
berasal dari negara-negara di Asia. Sejak tahun 2011, Busan International Film Festival
(BIFF) ke-16 diselenggarakan secara permanen di Busan Cinema Center di Centum City.
Busan Cinema Center yang memiliki luas 30.000 meter persegi dilengkapi dengan pusat
media dan ruang konferensi ini dapat memungkinkan BIFF untuk memasukkan forum
Busan International Film Festival terdiri dari beberapa bagian. Pertama adalah
Presentasi Gala. Dalam Presentasi Gala, film-film baru akan diputar secara perdana. Acara
kedua bertajuk A Window in Asian Cinema, yakni pameran film-film baru sebagai
representative dari para pembuat film dari Asia. Bagian berikutnya adalah New Current.
Bagian ini merupakan satu-satunya bagian kompetisi internasional yang menampilkan film
fitur pertama atau kedua oleh sutradara masa depan sinema Asia. Selanjutnya adalah Korean
Cinema Today, dimana sesi ini akan menampilkan film-film Korea Selatan pilihan yang
bertujuan untuk memperkenalkan tren produksi sinema Korea saat ini dan juga perkiraan tren
di masa depan.
38
Bagian selanjutnya adalah Korean Cinema Retrospective, yakni peninjauan kembali
sejarah perfilman Korea dengan menyoroti film-film dari sutradara terkenal atau film-film
dengan tema penting. Lalu ada World Cinema, yakni sesi presentasi karya-karya baru
pembuat film dan juga penayangan film yang membantu memahami tren terkini di dunia
perfilman. Kemudian ada Wide Angle, yakni bagian yang menampilkan film pendek, animasi,
dokumenter, dan film eksperimental. Kemudian ada Open Cinema, yaitu tempat untuk
menampilkan secara terbuka koleksi film baru yang menggabungkan seni dan popularitas
massal. Lalu ada Flash Forward, yakni bagian yang merupakan kumpulan film pertama atau
kedua dari pembuat film pendatang baru dari negara non-Asia. Kemudian ada Midnight
Passion, yakni bagian film dari beragam genre. Terakhir adalah Special Programs in Focus,
yakni sebuah pertunjukan film secara khusus dan retrospektif dari sutradara atau yang
adalah Asian Film Market. Program ini diluncurkan pada tahun 2006 sebagai pasar untuk
industri film Asia di Festival Film Internasional Busan. Program ini juga dikenal sebagai
Asian Project Market (sebelunya Busan Promotion Plan) yang diluncurkan pada tahun 1998
(Busan International Film Festival). Program berikutnya adalah Asian Cinema Fund. Program
ini adalah program pendanaan untuk membantu mengaktifkan lebih banyak produksi film
independen dan untuk menciptakan lingkungan produksi yang stabil. Ini mendukung proyek
Program Asian Cinema Fund ini terdiri dari tiga kategori, yakni Script Development
Fund yang ditujukan untuk membantu penulis naskah menyelesaikan naskah mereka,
dana dari perusahaan post-produksi Korea Selatan dan Dewan Film Korea Selatan sehingga
sang sutradara dapat diundang ke Korea untuk bekerjasama dengan post-production house di
39
Korea Selatan, bagian terakhir adalah Asian Network of Documentary Fund yang dimulai
pada tahun 2002 untuk menstabilkan lingkungan untuk produksi dokumenter (Busan
Program berikutnya adalah Asian Film Academy (AFA), yang merupakan program
pendidikan di mana calon pembuat film dan sutradara mapan dari Asia berkumpul untuk
membahas dan mempersiapkan masa depan perfilman Asia (Asian Film Academy, 2011).
Program yang terakhir, yaitu Busan Cinema Forum (BCF), yang merupakan acara akademik
untuk para pembuat film dan sarjana. Program yang diluncurkan pada 10 Oktober 2011 ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan dukungan industri film dan estetika film
Festival (BIFF)
Dari berbagai negara yang berpartisipasi dalam ajang Busan International Film
Festival di Korea Selatan, Indonesia termasuk ke dalam jajaran negara yang juga ikut
karya anak bangsa di ajang international. Sejak tahun 2009, Indonesia sudah berpartisipasi
Berikut adalah daftar film-film Indonesia yang pernah berpartisipasi dalam ajang Busan
40
2) 16th Busan International Film Festival (2011) :
Serdadu Kumbang : Ari Sihasale
Jakarta Maghrib : Salman Aristo
Lovely Man : Teddy Soeriaatmadja
Laut Bercermin : Kamila Andini
The Raid : Gareth Evans
Shelter (Short movie) : Ismail Basbeth
Bermula dari A (Short movie) : BW Purba Negara
41
Love Story Not : Yosep Anggi Noen
A Poet (Puisi Tak Terkuburkan) : Garin Nugroho7
7
Sutradara Garin Nugroho masuk dalam jajaran Asian Cinema Director 100 Ranking
8
Film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” masuk ke dalam list Wonder Women Movies.
9
Peraih Sonje Award 2017
42
Aladin : Sing What Tan
Berdasarkan daftar keikutsertaan film Indonesia yang tertera diatas, dapat dilihat
bahwa Indonesia nyaris tidak pernah absen berpartisipasi di Busan International Film Festival
sejak awal keikutsertaannya di tahun 2009. Bahkan beberapa film dan sutradara tanah air
telah mendapatkan penghargaan dari ajang tersebut. Salah satunya adalah film dokumenter
berjudul Jalanan yang disutradarai dan diproduseri oleh Daniel Ziv yang terpilih menjadi
mengalahkan sebelas film documenter lainnya yang ikut berkompetisi dalam ajang tersebut.
Kemenangan ini adalah pertama kalinya untuk film Indonesia selama 18 tahun sejarah
berpartisipasi dan diputar dalam jendela film Asia di Busan. Dua diantaranya adalah A Copy
of My Mind garapan Joko Anwar yang ditayangkan pada tanggal 2, 5, dan 8 Oktober. Film
yang juga sudah tayang perdana di Toronto Film Festival dan Festival Film Venesia ini juga
memenangi CJ Entertainment Award tahun 2014. Kemudian, film kedua yang berjudul
Chaotic Love Poems garapan Garin Nugroho ditayangkan pada tanggal 5, 8, dan 9 Oktober di
10
Sutradara Mouly Surya meraih Kim Jiseok Award 2020, dan sutradara Ifa Isfansyah meraih Sonje Award
2020
11
Producer Mandy Marahimin meraih BIFF Mecenat Award 2021
43
BIFF (Afrisia, 2015). Sutradara Garin Nugroho sendiri juga berhasil masuk ke dalam jajaran
Setelah Indonesia secara resmi menjalin kerjasama bilateral dengan Korea Selatan di
2016, Indonesia kembali mendapat kesempatan untuk menampilkan enam judul filmnya di
ajang BIFF yang ke-21. Enam film tersebut antara lain berjudul Nyai : A Woman From Java,
Istirahatlah Kata-Kata (Solo, Solitude), Inilah Kisah Tiga Dara (Three Sassy Sister), dan
Athirah (Emma’), serta dua film pendek berjudul Memoria dan On the Origin of Fear.
Partisipasi sineas Indonesia di BIFF tak lepas berkat dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif
Selama tujuh hari, enam judul film Indonesia yang telah disebutkan diatas diputar di
bioskop-bioskop ternama di wilayah Haeundae dan Centum City Busan, seperti CGV, Lotte
perfilman, para pembuat film Indonesia berinteraksi dengan calon-calon investor. Tak hanya
itu, BEKRAF juga mengadakan acara networking bertajuk “Indonesian Night” di Park Hyatt
Hotel, salah satu hotel bergengsi di Busan. Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah
sutradara tanah air seperti Nia Dinata, Joko Anwar, Yosep Anggi Noen, serta Bayu
Prihantoro. Tak hanya mengadakan acara networking, BEKRAF juga membantu pengadaan
Menurut Wakil Kepala BEKRAF saat itu, Ricky Pesik, dukungan BEKRAF
diharapkan dapat membantu industri perfilman Indonesia menjadi lebih berkembang dan
dapat membuka pangsa pasar ke luar negeri. Sementara itu, Direktur Pemasaran Internasional
BEKRAF, Boni Pudjianto mengatakan bahwa promosi karya para sienas muda Indonesia
melalui Asian Film Market (AFM) merupakan bagian penting dari festival. Hal ini
44
dikarenakan melalui AFM, banyak sutradara film yang kemudian memperoleh pendanaan
dari para investor. Pendanaan ini dapat membantu meningkatkan produksi film Indonesia
Dalam BIFF terbaru yang diadakan pada tahun 2021, Indonesia kembali mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi. Empat film Indonesia yang berpartisipasi dalam ajang BIFF
ke-26 itu adalah Penyalin Cahaya, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Yuni, dan
juga film pendek Laut Memanggilku. “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” dan
“Yuni” terseleksi masuk ke program A Window on Asian Cinema. Sementara film pendek
Laut Memanggilku terseleksi masuk ke kompetisi film pendek dalam program Wide Angle.
Melalui BIFF, film pendek Laut Memanggilku akan ditayangkan secara perdana di dunia
Kemudian film “Penyalin Cahaya” karya Wregas Bhanuteja juga terseleksi masuk ke
dalam kategori program New Current. Film ini menjadi wakil film Indonesia ketiga yang
lolos dalam program tersebut setelah Babi Buta Yang Ingin Terbang karya Edwin tahun 2008
dan The Mirror Never Lies karya Kamila Andini di tahun 2011 (Yusron, 2021). Sementara
itu, film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak karya sutradara Mouly Surya, turut
ditayangkan di BIFF 2021 di section Wonder Women Movies. Program ini merupakan sebuah
Melihat betapa banyaknya film Indonesia yang berpartisipasi dalam BIFF setiap
tahunnya hingga menyabet beberapa penghargaan di ajang film bergengsi tersebut, dapat
dilihat bahwa Indonesia dan Korea Selatan berhasil meningkatkan kerjasama mereka di
bidang industri kreatif perfilman melalui ajang Busan International Film Festival. Ajang film
ini dianggap sebagai sebuah sarana bagi sutradara tanah air, baik sutradara terkenal maupun
45
yang masih baru, untuk mengembangkan sekaligus memperkenalkan karya-karya mereka ke
kancah internasional.
Program-program yang ada di BIFF, salah satunya adalah Asian Project Market, telah
membantu Indonesia untuk memperluas pangsa pasar perfilmannya di wilayah Asia. Dalam
pelaksanaannya, APM banyak menjadi barometer bagi film-film Indonesia yang berprestasi
di tingkat internasional. Pada tahun 2015, film garapan Joko Anwar berjudul A Copy of My
Mind yang memenangkan CJ Entertainment Award di APM, dan mendapat uang hadiah
sebesar 10 ribu dolas AS dari CJ Entertainment. Hadiah tersebut diberikan guna mendukung
Dalam APM terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2021, film Indonesia yang berhasil
lolos seleksi adalah film yang berjudul Nana (Before, Now & Then). Film garapan sutradara
Kamila Andini ini diangkat dari novel autobiografi Jais Darga Namaku karya Ahda Imran
yang bercerita tentang seorang perempuan bernama Raden Nana Sunani yang hidup di Kota
Bandung pada era 1960-an. Melalui APM, diharapkan akan meningkatkan potensi film
Indonesia agar dapat bekerja sama dengan mitra Internasional dalam memproduksi film
(Awaliyah, 2021).
Selain itu, BIFF juga membawahi program Asian Cinema Fund (ACF) yang
pendanaan. Tahun 2013, film Indonesia berjudul The Science of Fictions karya Yosep Anggi
Noen terpilih untuk mendapat hibah dana sebesar 10 juta won (sekitar 10 ribu dolar AS).
Selain itu, film Jalanan karya Daniel Ziv juga mendapat hibahan dana sekitar 5 juta won
(sekitar 5 ribu dolar AS) sampai 20 juta won (sekitar 20 ribu dolar AS) dari ACF.
Pemberian dana hibah dari ACF untuk film-film Indonesia ini diharapkan dapat
membantu film-film Indonesia untuk meningkatkan produksi film Indonesia, baik selama
46
pra-produksi maupun pasca-produksi. Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi
Program BIFF selanjutnya adalah Asian Film Academy (AFA), yang merupakan
program untuk mempertemukan para pembuat film dan sutradara dari Asia untuk membahas
dan mempersiapkan masa depan perfilman Asia. Di tahun 2013, sutradara Edward Gunawan
menjadi perwakilan Indonesia dalam AFA. Dari 228 pendaftar, Edward terpilih bersama 23
pembuat film lainnya untuk mengikuti program edukasi film selama 18 hari, di bawah asuhan
para staf pengajar yang terkenal dan ahli di bidangnya. Sebelumnya, Yosep Anggi Noen
(tahun 2007) dan Edwin (tahun 2005) juga pernah mengikuti program serupa.
diharapkan industri perfilman Indonesia akan semakin berkembang. Salah satu yang
negara lain, kemudian kesempatan untuk berkolaborasi dengan negara lain untuk
memproduksi film, serta pendanaan yang akan membantu kelancaran produksi film-film
Indonesia. Selain itu, para pegiat film di Indonesia juga diharapkan dapat bertukar informasi
mengenai dunia perfilman dengan pegiat film dari negara-negara lain. Hal ini juga dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai produksi film sehingga para pembuat film di Indonesia
47
BAB 5
KESIMPULAN
Diplomasi publik Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2002, dimana Kementerian
Luar Negeri Indonesia membentuk Direktorat Diplomasi Publik untuk membentuk kebijakan
diplomasi publik. Seperti halnya diplomasi publik di negara lain, diplomasi publik Indonesia
juga melibatkan semua komponen bangsa baik komponen pemerintah maupun non-
pemerintah. Dalam pelaksanaannya, upaya diplomasi publik Indonesia yang dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai ‘wajah’ Indonesia, adalah dengan melalui industri kreatif,
salah satunya di bidang perfilman dimana Indonesia membuat film berjudul Aceh Reborn : A
Potret of Recovery dan film “Politik Luar Negeri Bebas Aktif dari Masa ke Masa.
Pembahasan mengenai industri ekonomi kreatif Indonesia sendiri sudah dimulai dan
mengalami perkembangan sejak awal tahun 2006. Pada tahun 2016, Indonesia membentuk
Badan Ekonomi Kreatif yang bertugas untuk membantu Presiden dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan di bidang industri kreatif. BEKRAF juga berfungsi untuk memperkuat
sektor industri ekonomi kreatif Indonesia, salah satunya dengan cara menjalin hubungan
Salah satu negara yang menjalin kerjasama dengan Indonesia di bidang industri
kreatif adalah Korea Selatan. Dikarenakan Korea Selatan terkenal memiliki budaya popular
yang mendunia, Indonesia pun memulai kerjasama dengan negeri ginseng tersebut sejak
(MoU) yang secara resmi semakin memperluas peluang Indonesia untuk menjalin kerjasama
dengan Korea Selatan di bidang industri ekonomi kreatif. Bentuk-bentuk kerjasama antara
48
Di bidang perfilman, implementasi dari kerjasama Indonesia dan Korea Selatan
adalah dengan mengadakan pertemuan para sineas film melalui Korea-Indonesia Cinema
Global Networking dan juga Indonesian Workshop. Kedua program memberikan wadah bagi
perusahaan film Indonesia dan Korea Selatan untuk saling berbagi ilmu dan teknologi. Selain
itu, kedua negara juga menyelenggarakan festival film sebagai sarana untuk mempromosikan
film-film Indonesia. Festival film tersebut antara lain adalah Korean-Indonesian Film
Festival, Festival Film Indonesia (FFI) di Korea Selatan, kemudian partisipasi film Indonesia
Salah satu ajang festival film bergengsi yang pernah diikuti oleh Indonesia adalah
Busan International Film Festival (BIFF). BIFF merupakan festival film internasional
terbesar di Asia yang pertama kali diselenggarakan sejak tahun 1996. BIFF membawahi
industri perfilman Asia, seperti Asian Project Market (APM), Asian Cinema Fund (ACF),
Indonesia sendiri mulai berpartisipasi dalam ajang ini sejak tahun 2009. Setiap
tahunnya, Indonesia nyaris tidak pernah absen dalam keikutsertaannya di BIFF, bahkan
beberapa film-film Indonesia dan juga sutradara tanah air telah mendapatkan beberapa
penghargaan dari ajang tersebut. Program di bawah BIFF lainnya seperti APM juga dapat
membantu perfilman Indonesia untuk memperluas pangsa pasar, kemudian program ACF
yang memberikan dana untuk membantu produksi film Indonesia, serta AFA yang
memberikan kesempatan bagi sutradara Indonesia untuk mengikuti program edukasi film
merupakan salah satu bentuk diplomasi publik Indonesia yang nantinya akan meningkatkan
49
DAFTAR PUSTAKA
Afrisia, R. S. (2015). Film-film Indonesia Jadi Jendela Asia di Korea. Retrieved Januari 5,
2022, from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20151002133023-220-82340/film-film-
indonesia-jadi-jendela-asia-di-korea
Anholt, S. (2011). Beyond The Nation Brand : The Role of Image and Identity in
International Relations. Retrieved from http://www.exchangediplomacy.com/wp-
content/uploads/2011/10/1.-Simon-Anholt_Beyond-The-Nation-Brand-The-Role-of-
Image-and-Identity-in-International-Relations.pdf
Awaliyah, G. (2021). Film Nana Lolos Seleksi Asian Project Market 2021. Retrieved Januari
6, 2022, from Republika: https://www.republika.co.id/berita/qxoka1425/film-nana-
lolos-seleksi-asian-project-market-2021
Badan Ekonomi Kreatif RI. (n.d.). Profil Badan Ekonomi Kreatif. Retrieved Januari 2, 2022,
from http://www.bekraf.go.id/profil/tugas
Busan International Film Festival. (n.d.). Asian Cinema Fund. Retrieved from
https://www.biff.kr/eng/addon/10000001/page.asp?page_num=4068
Busan International Film Festival. (n.d.). Asian Film Projects. Retrieved from
https://www.biff.kr/eng/addon/10000001/page.asp?page_num=4065
Direktorat Informasi dan Media. (2013). Diplomasi Indonesia 2013 : Fakta dan Angka.
( Kementerian Luar Negeri Indonesia) Retrieved from Direktorat Jenderal Informasi
dan Diplomasi Publik.
Fitriah, R. (2014). Korea-Indonesia Film Festival 2014 Menyatukan Dua Negara. Retrieved
Januari 2, 2022, from http://creativedisc.com/2014/10/lee-kwang-soo-korea-
indonesia-film-festival-2014-dapat-mempersatukan-dua-negara
50
Gouveia, P. F. (2006). The Future of Public Diplomacy. Madrid Conference on the Present
and Future of Public Diplomacy. Retrieved from
http://www.realinstitutoelcano.org/documentos/276. asp.
Jemadu, A. (2008). Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha.
Junotane. (2011). Busan International Film Festival Faces Competition. Retrieved Januari 2,
2022, from
https://web.archive.org/web/20120331160441/http://junotane.com/2011/10/11/busan-
international-film-festival-faces-competition/
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (2010). Diplomasi Indonesia 2010. Retrieved
from http://www.kemlu/go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010/pdf
Kementerian Luar Negeri RI. (n.d.). Enam Karya Sineas Indonesia Ikut Serta dalam Ajang
BIFF ke 21. Retrieved Januari 3, 2022, from http://www.kemlu.go.id/seoul/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/Enam-Karya-Sineas-Indonesia-Ikut-Serta-dalam-
Ajang-BIFF-ke-21.aspx
Kompas. (2016). Enam Film Indonesia diputar di Busan. Retrieved Januari 6, 2022, from
Kompas.com:
https://entertainment.kompas.com/read/2016/10/12/111908010/enam.film.indonesia.d
iputar.di.busan
51
Kusumaatmadja, M., & Agoes, E. R. (2003). Pengantar Hukum Internasional. Bandung: PT.
Alumni.
Liputan 6. (2013). "Jalanan" Menang di Busan International Film Festival 2013. Retrieved
Januari 6, 2022, from Liputan 6:
https://www.liputan6.com/citizen6/read/719499/jalanan-menang-di-busan-
international-film-festival-2013
Ma'mun, A. S. (2009). Citra Indonesia di Mata Dunia Gerakan Kebebasan Informasi dan
Diplomasi Publik. Bandung: True North.
McQuail, D., & Deuze, M. (2010). McQuail's Media and Mass Communication Theory.
Amsterdam: SAGE Publications.
Mellisen, J. (2006). Public Diplomacy Between Theory and Practice. In J. Noya, The Present
and Future of Public Diplomacy: A European Perspective . California: Rand
Corporation.
Pangestu, M. E. (2014). Ekonomi Kreatif : Kekuatan Baru Indonesia menuju 2025. Jakarta:
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Perwita, A. B., & Yani, Y. M. (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasionak. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Potter, E. (2006). Branding Canada: Projecting Canada's Soft Power through Public
Diplomacy. Montreal: McGill-Queen’s University Press.
Rudy, T. M. (2002). Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin. Bandung: Refika Aditama.
Rusmalia, R. (2021). 3 Film Indonesia Masuk Busan International Film Festival 2021.
Retrieved Januari 6, 2022, from Elle.co.id: https://elle.co.id/urban/3-film-indonesia-
masuk-busan-international-film-festival-2021/
Sindonews. (2015). Indonesia Masuk Asian Project Market. Retrieved from Sindonews.com:
https://lifestyle.sindonews.com/berita/1030777/152/indonesia-masuk-asian-project-
market
Sukma, R. (2011). Soft Power and Public Diplomacy : The Case of Indonesia. In S. J. Lee, &
J. Melissen, Public Diplomacy and Soft Power in East Asia. New York: Palgrave
MacMillan.
Wang, J. (2006). Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy,
27(3).
52
Wuryan, S., & Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusron, A. A. (2021). 4 Film Indonesia Tayang di Busan International Film Festival 2021.
Retrieved Januari 6, 2022, from detikHot: https://hot.detik.com/movie/d-5726154/4-
film-indonesia-tayang-di-busan-international-film-festival-2021
Zhafira, A. N. (2021). Tiga Film Indonesia Masuk Seleksi Festival Film Busan 2021.
Retrieved Januari 6, 2022, from Antara News:
https://www.antaranews.com/berita/2394333/tiga-film-indonesia-masuk-seleksi-
festival-film-busan-2021
53