Disusun Oleh:
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
BAB 1.....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................................6
BAB 2.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
2.1 Latar Belakang Munculnya Hubungan Internasional................................................................7
2.2 Makna Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia.......................................................................9
2.3 Tujuan dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia...................................................................11
2.4 Landasan Politik Luar Negeri Indonesia..................................................................................12
2.5 Pelaksanaan Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Masa Orde Lama......................................13
2.6 Sengketa Internasional dan Berbagai Aspeknya.....................................................................14
2.6.1 Penyebab Sengketa Internasional....................................................................................14
2.6.2 Masalah-Masalah Internasional.......................................................................................16
BAB 3...................................................................................................................................18
PENUTUP............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
Bangsa kita tidak membatasi hubungan dengan Negara - negara barat saja, juga
tidak membatasi dengan bangsa-bangsa timur saja. Indonesia menjalin hubungan dengan
semua bangsa di dunia. Aktif artinya bahwa bangsa Indonesia selalu berusaha secara
aktifdalam usaha menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial (Olivia, 2013).
Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif berdasar pada
landasan konstitusional, yakni tercantum pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan
pasal 11 UUD 1945. Dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia, pada masa orde lama
(tahun 1959 - 1965) pernah terjadi penyimpangan terhadap politik luar negeri yang bebas
dan aktif ini. Saat itu bangsa Indonesia cenderung mengeblok ke Rusia (timur). Pada waktu
itu, politik luar negeri Indonesia berporos Jakarta - Pyongyang - Peking. Sebagai salah satu
perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonesia pernah
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan juga
membentuk Gerakan Non-Blok bersama beberapa negara Asia Afrika lainnya (Sitepu,
2011).
PEMBAHASAN
Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasional, baik
secara bilateral maupun multilateral, antara lain adalah kekuatan nasional, jumlah
penduduk, sumber daya, dan letak geografis. Jika suatu negara memiliki kekuatan empat
faktor tersebut, maka negara tersebut relatif lebih longgar untuk mengadakan hubungan
internasional. Namun, jika empat faktor kekuatan tersebut lemah, maka suatu negara akan
sangat membutuhkan hubungan internasional. Dalam kenyataan, tidak ada negara yang
tidak membutuhkan hubungan dengan negara lain. Bahkan negara-negara industri maju pun
membutuhkan negara-negara lain yang belum maju untuk memasarkan produk-produk
mereka. Tidak jarang bahkan negara industri maju membutuhkan bahan mentah yang
mungkin lebih banyak dimiliki negara yang sedang berkembang.
Dewasa ini, dengan semakin majunya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, hampir semua negara telah mengadakan hubungan kerjasama dalam lingkup
internasional. Tetapi, harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi di antara berbagian negara
tidak berimbang. Ada negara yang sudah sangat maju, sementara sebagian lainnya berusaha
untuk mengembangkan ekonominya.
1. Manusa adalah mahluk sosial sehingga memiliki kecenderungan untuk bergaul dan
bekerjasama dengan manusia lainnya. Kecenderungan untuk berkelompok dan
bekerjasama manusia lainnya juga didorong oleh naluri untuk memenuhi kebutuhannya
baik secara lahirian maupun batiniah.
2. Sebagai bangsa, manusua tak mungkin hidup tanpa menjalin hubungan dengan bangsa
lain.
3. Lahirnya era keterbukaan lahirnya era globalisasi, yang imbasnya adalah
a. Hubungan antarbangsa makin erat karena pada era ini kemajuan teknologi
informasi makin pesat, sehingga hubungan antar warga dunia tak dapat dibatasi oleh
apa pun.
d. Bangsa Indonesia perlu menetapkan pola hubungan dengan bangsa lain dengan
landasan yang kokoh baik landasan formal maupun material, sehingga kepentingan
nasional tetap dikedepankan. Dengan demikian, dalam percaturan internasional,
bangsa kita tetep kokoh dan tidak mudah terombang-ambing serta menjadi subjek
dan bukan menjado objek. Selain faktor-faktor tersebut asal mula dari ilmu
Hubungan Internasional sebenarnya juga dimulai saat pecahnya perang dunia I
(1914-1918), perang yang begitu mengerikan hingga membuat orang percaya bahwa
itu adalah perang untuk mengakhiri segala peperangan sebelumnya. Kerusakan dan
kehancuran, usaha fisik dan ekonomi diperluas melalui pembunuhan dan
pembantaian mengerikan dari seluruh generasi (terutama kaum muda) dalam skala
yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Studi ilmu Hubungan Internasional
muncul karena keyakinan bahwa perang adalah masalah terburuk yang pernah
dihadapi umat manusia dan sesuatu yang harus diakhiri untuk memastikan tidak
adanya lagi “kehilangan generasi”.
Jadi, pada dasarnya politik luar negeri merupakan strategi untuk melaksanakan
kepentingan nasional atau tujuan negara yang ada kaitannya dengan negara lain. Menurut
Undang Undang Nomor 37 Tahun 1999 dijelaskan bahwa Politik Luar Negeri adalah
Kebijakan, Sikap dan langkah Pemerintah Indonesia yang diambil dalam melakukan
hubungan dengan Negara lain, Organisasi Internasional, dan subjek hukum internasional
lain dalam menghadapi masalah internasional untuk mencapai tujuan nasional. Disini
ditegaskan pula bahwa hubungan luar negeri dan politik luar negeri didasarkan pada
Pancasila, UUD 1945 dan GBHN, bahwa politik negeri Indonesia adalah Bebas Aktif yang
diabdikan demi kepentingan nasional. Diplomasi juga harus bersifat kreatif, aktif, dan
antisipatif, tidak sekadar rutin dan reaktif, teguh dalam berpendirian, serta rasional dan
luwes dalam perdebatan (Jokowi-jk, n.d.).
Dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonseia
menjalankan prinsip-prinsip berikut:
Selain landasan tersebut, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia bebas aktif juga
berdasar pada Keterangan Pemerintah di depan sidang BP-KNIP tanggal 2 September 1948.
Politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tetap diabdikan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Secara sosial bangsa Indonesia menghendaki kehidupan yang damai dengan semua
negara di dunia. Sebab itu, kita tidak hanya menjalin kerjasama dengan negara-negara
tertentu saja. Kita terbuka terhadap semua bangsa dan negara dalam menjalin kerjasama.
Secara kejiwaan, apabila bangsa kita membatasi diri hanya dengan negaranegara tertentu
saja, maka dapat menyebabkan bangsa kita terkucil oleh salah satu kelompok. Karena
alasan itu juga, bangsa Indonesia menentukan haluan politik luar negeri yang bebas aktif.
Bebas artinya dalam menjalin hubungan internasional tidak dibatasi pada negara-negara
tertentu saja. Aktif artinya, bangsa kita tak mau tinggal diam dalam upaya menciptakan
perdamaian dan keamanan internasional (Wuryandari, 2018).
2.5 Pelaksanaan Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Masa Orde Lama
PadaMasa Orde Lama Pada masa orde lama (Demokrasi Terpimpin), politik luar
negeri Indonesia pernah belok ke arah negara-negara Eropa Timur atau Uni Sovyet, dan
memusuhi negara-negara eropa. Hal ini disebabkan oleh dua faktor penting, yaitu:
a. Faktor dari dalam negeri (intern), yaitu karena dominannya (besarnya pengaruh)
Partai Komunis Indonesia (PKI) menguasai kehidupan politik Indonesia.
b. Faktor dari luar negeri (ekstern), yaitu kurang simpatiknya bangsa eropa dan
Amerika dalam menghadapi berbagai persoalan di negara Indonesia.
Faktor penting yang ikut menentukan perumusan politik luar negeri Indonesia
a. Posisi Geografis, adanya posisi silang, antara dua samudra dan dua benua b.
Penduduk, jumlah penduduk yang besar dan potensial sebagai tenaga yang efektif
akan menjadi modal dasar pembangunan.
b. Penduduk, jumlah penduduk yang besar dan potensial sebagai tenaga yang efektif
akan menjadi modal dasar pembangunan.
c. Kekayaan Alam, kekayaan alam yang kita miliki harus dikelola dengan baik
10. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-
negara yang ada di kawa-san ini, maupun dari luar kawasan.
11. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang
dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.
a. Intervensi
Intervensi adalah tindakan suatu negara untuk mencampuri urusan negara lain,
intervensi bertentangan dengan hukum internasional bila:
1) Campur tangan tersebut bertentangan dengan kehendak negara yang
dicampuri.
2) Campur tangan tersebut mengganggu kemerdekaan politik negara yang
dicampuri.
b. Penyerahan (ekstradisi)
Ekstradisi adalah penyerahan seseorang yang dituduh melakukan tindakan pidana
atau sudah dijatuhi hukuman oleh suatu negara, dan bersembunyi atau melarikan
diri ke negara lain untuk dikembalikan ke negara asal. Orang yang dapat di
ekstradisi adalah:
1) Warga negaranya sendiri.
2) Warga negara dari negara yang telah memiliki perjanjian ekstradisi.
c. Suaka (asylum)
Suaka adalah perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada warga
negara dari negara lain. Pemberian suaka didasarkan dua pertimbangan, yaitu
pertimbangan kemanusiaan dan pertimbangan politik. Pemberian suaka ini
biasanya akan membentuk hubungan antara negara yang memberikan suaka
dengan negara yang warga negaranya mendapat suaka.
d. Hukum Netralitas
Netralitas adalah sikap suatu negara yang tidak turut berperang dan tidak ikut
dalam permusuhan.
Menurut Grotius ada dua prinsip umum nertralitas, yaitu sebagai berikut:
1) Negera netral tidak boleh berbuat sesuatu yang dapat memperkuat pihak-pihak
yang berperang, sedangkan yang berperang berdasarkan alasan perang yang tidak
adil. Di samping itu, negara netral tidak boleh menghalang-halang gerakan pihak
berperang yang alasan perangnya adalah adil.
2) Jika sulit menentukan adil atau tidaknya suatu perang, maka negara netral
harus memperlakukan pihak-pihak berperang secara sama.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya pembagian
kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi saling
ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda. Karena hubungan dan kerjasama
ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk memelihara dan mengaturnya sehingga
bermanfaat dalam pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling
pengertian antar bangsa di dunia. Politik luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu
negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Maka politik luar negeri
berhubungan erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh suatu negara. Hal ini terkait
dengan politik luar negeri yang diterapkan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif tentunya merupakan strategi politik yang diterapkan Indonesia dalam
politik global. Agar prinsip bebas aktif ini dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar
negeri Indonesia maka setiap periode pemerintahan hendaklah menetapkan landasan
operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan
kepentingan nasional. Perumusan politik luar negeri suatu negara tak terlepas dari
kepentingan nasional negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan
nasional suatu negara terancam, maka politik luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah
satu upaya dalam mengamankan kepentingan ansional negara yang bersangkutan.
3.2 Saran
Saran Hubungan internasional sangatlah penting bagi suatu Negara, dalam era
globalisasi yang sangat kompleks ini tidak ada suatu Negara yang dapat berdiri sendiri.
Dengan adanya hubungan internasional, pencapaian tujuan Negara akan lebih mudah
dilakukan dan perdamaian dunia akan mudah diciptakan. Realitas menunjukkan bahwa
setiap bangsa memiliki kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan tidak
selalu dapat dipenuhi oleh potensi setiap bangsa. Keadaan yang demikian mendorong untuk
saling mengadakan hubungan antar negara.
DAFTAR PUSTAKA
Irfa Puspitasari, B. L. S. W. W., Radityo, & Dharmaputra. (2014). Pemetaan Studi
Hubungan Internasional di Indonesia: Sebuah Telaah Perspektif. Global & Strategis,
147–165. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jgsa3b180f60ffull.pdf
Jokowi-jk, P. (n.d.). Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia. September 2014,
67–85.
Olivia, Y. (2013). Level Analisis Sistem dan Teori Hubungan Internasional. Transnasional,
5(01), 898–899.
https://transnasional.ejournal.unri.ac.id/index.php/JTS/article/download/1796/1767
Wuryandari, G. (2018). Politik Luar Negeri Indonesia: Refleksi dan Prediksi 10 Tahun.
Jurnal Penelitian Politik (LIPI), 5(1), 59–72.
http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/503/312