Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL MINI RISET

GEOGRAFI REGIONAL ASIA TENGGARA DAN PASIFIK


Mengenai : “Kerjasama Antara Negara Indonesia dengan Filipina”

Oleh :
DODY ERWIN SIHITE 3173131008
LUVITA ANASTASYA HUTAHAEAN 3172131018
SAURINA SEPTIANI SITANGGANG 3172131022

Kelas : B’2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yamng Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset
kami mengenai Kerjasama Antar Negara Indonesia dengan Filipina. Laporan Penelitian ini telah
kami susun semaksimal mugkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak yang
bersangkutan. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam Penelitian ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan Laporan ini baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan segala saran
dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Laporan Penelitian
yang selanjutnya akan kami susun. Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian ini
dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan serta wawasan pembaca.

Medan, Mei 2019

Tim Peneliti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan Mini Riset................................................................................ 4
1.4 Batasan Mini Riset.............................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 5
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 9
3.1 Lokasi penelitian................................................................................. 9
3.2 Teknik Pengumpulan........................................................................... 9
3.3 Teknik Analisis data............................................................................ 9
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 10
BAB V PENUTUP............................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 16
5.2 Saran.................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang tergabung di dalam ASEAN. Kedua
negara ini merupakan dua negara kepulauan yang memiliki komposisi penduduk dan etnis yang
berkerabat dalam kesatuan keturunan Austronesia. Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945 dan kemerdekaan Filipina pada tanggal 4 Juli 1946. Pada tahun 1949
kedua negara telah menjalin hubungan diplomatik secara resmi. Untuk melembagakan hubungan
antara kedua negara, perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 21 Juni 1951. Perjanjian
inilah yang merupakan dasar hubungan antara kedua negara tersebut yang meliputi berbagai
aspek seperti pemeliharaan perdamaian dan persahabatan, penyelesaian konflik, atau sengketa
melalui cara damai diplomatik, pengaturan lalu lintas untuk warga kedua negara, dan kegiatan
untuk meningkatkan kerjasama dibidang perdagangan, budaya, pengiriman, politik, sosial
ekonomi serta keamanan kedua negara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini, ialah :

1.2.1 Bagaimana kerjasama Indonesia-Filipina di bidang Politik


1.2.2 Bagaimana kerjasama Indonesia-Filipina di bidang Pendidikan
1.2.3 Bagaimana kerjasama Indonesia-Filipina di bidang Sosial Ekonomi

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, ialah : untuk mengetahui bagaimana kerjasama yang dijalin
Indonesia dengan Filipina dalam bidang Politik, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi.

1.4 Batasan Penelitian

Adapun batasan dalam penelitian ini, ialah mencari data mengenai kerjasama Indonesia
dengan Filipina dalam bidang politik, pendidikan, dan sosial ekonomi.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

Kerjasama internasional adalah serangkaian perwujudan dan hubungan antarbangsa yang


berpijak pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional berkaitan dengan tujuan nasional
dalam kurun waktu tertentu yang berisi sasaran-sasaran nyata yang harus diwujudkan.
Keberhasilan dalam mewujudkan tujuan nasional dapat menjamin kelangsungan hidup seluruh
element bangsa. Peryataan inilah, sejalan dengan asas hubungan intemasional yang dilaksanakan
oleh tokoh politik dan bangsa Indonesia.

Pengertian kerjasama internasional adalah serangkaian hubungan yang dilakukan oleh


Negara atas nama warganya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan menjaga keamanan secara
nasional. Dengan lebih dari 2 negara dan tidak ada batasan wilayah/teritorial di dalamnya.

A. Pengertian Kerjasama Internasional Menurut Para Ahli

Adapun pendapat para ahli tentang definisi kerjasama internasional antara lain sebagai
berikut;

1. Dougherty dan Pflatzgraff (1997)

Pengertian kerjasama internasional adalah hubungan antar Negara berbeda yang tidak ada
unsur kekerasan atau paksaan dan disahkan secara hukum internasional dalam upaya
memberikan kebebasan dalam membangun negaranya sendiri

2. Holsti (1987)

Definisi kerjasama internasional adalah kolaborasi yang dilakukan setiap Negara dalam
melihat masalah nasional (negaranya) yang dinggap perlu adanya penangan baik, lantaran
jika tidak dilakukan akan mengancam kesatuan dan persatuan

5
3. Perwita dan Yani (2005)

Arti kerjasama internasional adalah system hubungan dengan berdasarkan pada


kehidupan internasional yang terbagi dalam berbagai bidang seperti ideologi, ekonomi,
politik, sosial budaya, lingkungan hidup, kesehatan, pertahanan, dan keamanan

Dari penjelasan mengenai pengertian kerjasama internasional di atas, dapat disimpulkan


bahwa setiap Negara senantiasa melakukan hubungan dengan Negara lain dalam upaya memuh
kebutuhan serta menangani masalah secara nasional. Hal ini dilakukan melalui sarana-sarana
hubungan internasional.

B. Bentuk Kerjasama Internasional

Ragam macam bentuknya dalam kerjasama internasional, hal ini dilihat dari kebutuhan
serta jumlah Negara yang berkaitan, diantarnya:

1. Bilateral

Kerjasama internasional bilateral adalah sistem hubungan yang dilakukan setiap Negara
dalam upaya menciptakan kebutuhan hidup masyarakatnya. Dengan ciri khas dalam
kerjasama ini hanya dilakukan dalam satu bidang dan hanya dilakukan oleh dua Negara

2. Muliteral

Bentuk kerjasama internasional yang ke-2 adalah multiteral yaitu hubungan antar Negara
yang dilakukan dengan jumlah tidak terbatas. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap
Negara dengan karakteristik yang sama akan mencoba membangun nilai kedamaian yang
lebih baik.

3. Regional

Jenis kerjasama internasional yang selanjutnya, adalah kerjasama regional yang


dilakukan oleh suatu Negara meredeka dengan karakteristik sama dalam wilayahnya.
Simplenya, kerjasama ini identik dengan kesamaan dalam budaya, wilayah, dan lain
sebaginya.

6
4. Internasional

Kerjasama yang selanjutnya sekala internasional yang dilakukan dalam kesatuan Negara
merdeka dalam upaya menjaga kedamaian hidup bersama. Sistem kerjasama ini lebih
condong pada keterpihakan pada kedamaian dan kesamarataan antar Negara tergabung.

C. Tujuan Kerjasama Internasional

Berlakunya hubungan internasional yang ada di setiap Negara seolah menujukan


kebebasaan untuk bisa mensejahterakan warga negaranya. Disinilah letak tujuan kerjasama
internasional tersebut dilakukan selain itupula ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan;

1. Iptek. Dalam segi kerjasama internasional yang dialkukan setiap Negara haruslah
bertujuan untuk menengmbangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Apalagi pada era
global seperti saat ini kemajuan setiap Negara lebih di ukur pada SDM-nya daripada SDA
yang ada.
2. Devisa Tujuan selanjutnya, dalam kerjasama internasional ialah meningkatkan devisa
atau pendapatkan setiap Negara. Baik dalam segi investasi ataupun ekonomi setiap
Negara yang melakukan hubungan kerjasama mempertimbangkan segi pendapatan untuk
negaranya.
3. Menjaga PerdamaianSetiap Negara yang ada di seluruh dunia akan senantiasa untuk
menghindari konflik dengan Negara lain. Hal ini dilakukan dalam upaya mengindari
kerugian material dan nonmaterial. Dengan demikianlah setiap kerjasama internasional
dilakukan akan bertujuan menjaga perdamaian.

D. Contoh Kerjasama Internasional

Kejadian mengenai kerjasama internasional dilihat dalam Peran Indonesia dalam


Hubungan Internasionalyang telah dilakukan, diantarnya;

7
1. ASEAN

ASEAN tergolong sebagai bentuk kerjasama internasional dalam bentuk regional, hal ini
dikarenakan yang menjadi anggota dalam kerjasama ini adalah Negara-negara di
Kawasan Asia Tenggara. Hingga saat inilah jumlah Negara yang tergabung dalam
ASEAN berjumlah 10 negara merdeka.

2. PBB

Contoh tentang bentuk kerjasama internasional selanjutnya adalah PBB (Perserikatan


Bangsa-Bangsa) yang menjadi wadah bagi seluruh Negara di dunia termasuk Indonesia
yang saat ini menjadi Anggota Dewan Keamanan Tidak Tetap PBB.

3. Ibadah Haji

Contoh dalam bentuk kerjasama internasional bilateral yang hanya dilakukan antara dua
negara, yaitu Indonesia dan Arab Saudi dalam proses pelaksanaan Ibdah Haji bagi umat
Islam. Kerjasama ini dilakukan dalam upaya memberikan kesempatan untuk umat Islam
melaksanakan Rukun Islam yang ke-5. Bentuk kerjasamanya dalam ibdah haji ini
meliputi keamanan dan jaminan dalam pelaksanaan ibdahnya.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Menurut Creswell, Penelitian kualitatif adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mengeksplorasi serta memahami permasalahan sosial atau kemanusiaan yang terjadi. Selain itu,
metode penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya penelitian
partisipatoris, analisis wacana, etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan
naratif.

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur (library research) sebagai teknik
pengumpulan data. Studi literatur yang dimaksud dengan mencari informasi yang relevan dengan
topik penelitian dari literatur seperti buku, jurnal, karya tulis ilmiah, serta sumber-sumber
informasi lainnya. Pada penelitian ini, literatur yang dijadikan rujukan utama berasal dari buku
fisik, buku online, jurnal, laporan dari internet, serta sumber-sumber lainnya.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara penelitian kepustakaan


(library research) yang didapat dari hasil penelurusan jurnal-jurnal yang terkait dengan topik
yang dibahas. Studi kepustakaan ini dimaksudkan agar peneliti mampu menganalisa secara
sistematis bahan-bahan utama dari sumber terkait dengan Kerjasama Antara Indonesia dengan
Filipina.

3.3 Tekhnik Analisis Data

Menurut Patton, analisis dara adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar. Proses analisis data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber . adapun yang menjadi sumber utama dalam
penulisan hasil mini riset ini adalah data sekunder (bahan-bahan kepustakaan).

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kerjasama Indonesia-Filipina di bidang Politik


Kerjasama Indonesia dan Filipina merupakan suatu usaha dari kedua negara untuk
menyelesaikan masalah mengenai bagaimana mengatasi aksi terorisme yang ada di kedua
negara. Kerjasama ini terbentuk karena adanya kepentingan kepentingan nasional dari kedua
negara yang bertemu dan tidak tidak bisa di penuhi di negaranya sendiri.
Terorisme merupakan aksi kejahatan yang dimana negara-negara mengakui bahwa aksi
terorisme merupakan ancaman keamanan bersama. Dalam menangani aksi terorisme, berbagai
negara menjalin kerjasama keamanan untuk menangkis ancaman seperti yang dilakukan oleh
Indonesia dan Filipina dalam mengatasi terorisme internasional yang berada kedua negara hal ini
di tuangkan dalam dua Nota Kesepahaman antara Indonesia dan Filipina yang pertama, Nota
antara Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan Kepolisian Nasional Filipina (KNP) tentang
kerjasama pencegahan dan penangulangan kejahatan transnasional dan pengembangan kapasitas.
Yang kedua, Nota Kesepahaman antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik
Indonesia dan Dewan Anti Terorisme Republik Filipina tentang kerjasama memerangi terorisme
internasional.
Dalam menjalin kerjasama untuk mengatasi masalah terorisme pemerintah Indonesia
tidak membatasi kerjasama dengan negara manapun karena masalah terorisme sudah menjadi
ancaman bersama jadi peemrintah Indonesia melakukan kerjasama dengan mitra internasional
yang ingin diajak menjalin kerjasama untuk mengatasi masalah terorisme. Kerjasama POLRI
maupun BNPT dilaksanakan kepada seuluruh negara baik secara multilateral dan bilateral
dilakukan dalam bidang terorisme. Kerjasama bilateral ini dilakukan dibawah mekanisme dari
Interpol kemudian kerjasama multilateral dibawah mekanisme Aseanapol dengan sepuluh negara
ASEAN oleh karena itu pemerintah indonesia tidak membatasi dengan negara manapun untuk
berkerjasama.
Untuk memenuhi kepentingan-kepentingan nasional dari kedua negara dilaksanakanya
kerjasama. Pelaksanaan kerjasama ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh seperti pemerintah
Indonesia lebih banyak mengetahui informasi jaringan terorisme Indonesia yang latihan di
Filipina dan juga kita tau berapa jumlah warga negara Indonesia yang ada di Filipina. Selain itu

10
hasil yang diperoleh dari kerjasama ini berupa pengembangan kapasitas personil untuk
bagaimana penanganan jaringan terorisme internasional.

B. Kerjasama Indonesia-Filipina di bidang Pendidikan


Berbagai aktivitas yang terkait dengan luar negeri yang dilaksanakan oleh Kemdikbud
dapat dimaknai sebagai suatu bentuk diplomasi dalam upaya untuk mencapai tujuan kebijakan
nasional. Tujuan dari diplomasi pendidikan saat ini juga terkait dengan pertimbangan prioritas
nasional Indonesia untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan terkait
dengan tantangan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Mulai tahun 2015, ASEAN
Community mulai diberlakukan yang berarti akan terjadi persaingan yang lebih kompetitif dalam
pasar tenaga kerja. Indonesia sangat berkepentingan untuk dapat bersaing dan memanfaatkan
kemudahan yang terjadi dengan diberlakukannya ASEAN Community. Apalagi pada tahun 2020
- 2030 Indonesia diperkirakan akan menikmati yang disebut bonus demografi (BKKBN 2014).
Tenaga pada umur produktif melebihi dari yang tidak produktif yang berarti ada peluang
menikmati kesejahteraan.

Terdapat berbagai pertimbangan strategis dan praktis untuk memperkuat kerjasama


pendidikan dengan Filipina. Pertama adalah dikaitkan dengan tujuan untuk memperdalam
hubungan bilateral. Meski hubungan antara Indonesia Filipina telah berjalan selama lebih dari
setengah abad yang berupa The Treaty of Frienship (1951-2011), bekerjasama dalam ASEAN
sejak 1967, namun sampai tahun 2011 kedua negara belum mempunyai Memorandum of
Understanding (MoU) dalam bidang pendidikan. Artinya “kerjasama kedua negara belum
mempunyai payung kerjasama kedua pemerintahan” (Atdikbud Manila 2014). Berarti hal ini
juga bisa diartikan bahwa sesungguhnya diplomasi pendidikan di level first track diantara kedua
negara perlu lebih diperkuat guna memberikan kemudahan bagi publik dikedua negara untuk
melakukan kerjasamanya dan mengambil manfaat dari kerjasama tersebut.

Pertimbangan kedua adalah terkait dengan kepentingan Indonesia untuk memanfaatkan


sistem pendidikan di Filipina. Sistem pendidikan di negara ini dianggap mempunyai reputasi
yang baik di tingkat regional dan global. Filipina menjadi rujukan pendidikan berbagai kawasan.
Atase Pendidikan (Atdik) RI di Manila menyatakan bahwa beberapa bidang ilmu di Filipina
menjadi pilihan utama bagi mahasiswa asing, khususnya Indonesia seperti bisnis, kedokteran,

11
keperawatan, akuntasi dan pendidikan pilot/penerbang dan sekolah pemeliharaan pesawat
terbang. Pendidikan di Filipina juga umumnya dilaksanakan dengan bahasa Inggris yang bisa
dimanfaatkan bagi pelajar Indonesia yang membutuhkan peningkatan bahasa Inggris.

Minat untuk membuka kerjasama pendidikan dengan mengirimkan mahasiswa Indonesia


ke Filipina didasari oleh beberapa alasan praktis dan efisiensi. Salah satunya adalah
pertimbangan biaya yang cukup murah disamping kedekatan wilayah. Contohnya biaya
pendidikan kedokteran (Medical Doctor/setara magister kedokteran) di Filipina biayanya rata-
rata $700-1000 per semester; Sekolah pilot di Filipina tarifnya 50-60 % dari biaya sekolah pilot
di Indonesia dan dapat ditempuh dalam jangka waktu 12-18 bulan sedang di Indonesia 24-36
bulan. Dengan biaya pendidikan yang murah, dan relatif cepat lulus, hal ini menjanjikan untuk
mempercepat ketersediaan sumber daya pilot yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia saat ini.
Kredibilitas kemampuan pilot Filipina dikenal di dunia karena ditunjang oleh kondisi topografi
Filipina. Mereka handal karena sudah terbiasa berlatih menyesuaikan kondisi alam Filipina yang
relatif sulit.

Pertimbangan berikutnya bagi Indonesia akan pentingnya untuk mengirimkan siswanya


dan melakukan kerjasama di bidang pendidikan adalah diakuinya reputasi lulusan dari Filipina.
Misalnya, lulusan keperawatan dari negara ini dikenal mempunyai reputasi global yaitu dapat
diterima bekerja di hampir semua negara didunia. Hal ini dikarenakan pendidikan keperawatan
dan farmasi di Filipina mempunyai system board exam yang sangat bagus. Hal seperti ini yang
ingin ditiru dan dipelajari oleh Indonesia dengan kerjasamanya. Dari kenyataan ini, Indonesia
dapat mengambil manfaat dari MoU untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
khususnya dalam hal keperawatan yang saat ini banyak dibutuhkan di level nasional dan
internasional. Demikian juga dengan bidang pertanian, sudah lama Filipina diakui memiliki
institusi riset yang menonjol dan diakui dunia dalam bidang ini. Pendidikan pertanian adalah
salah satu bidang yang sudah lama menjadi favorit bagi mahasiswa Indonesia di Filipina.
Apalagi saat sekarang dengan isu ketahanan pangan global, maka dibutuhkan ahli-ahli pangan
yang bisa membantu mempercepat terwujudnya swasembada pangan di Indonesia sekaligus
bersaing di level global seperti pengekspor komoditi pertanian. Dengan kesamaan topografi ,
bagi Indonesia belajar dari keunggulan Filipina di bidang pertanian ini akan lebih bermanfaat.
Dibidang pengelolaan hasil perikanan, Indonesia yang masih ketinggalan dalam pengelolaan

12
hasil perikanan berkepentingan belajar dari Filipina sebagai negara yang bereputasi dalam
bidang ini dilevel global. Adalah suatu ironi bahwa Indonesia mempunyai wilayah laut yang luas
dan sumber daya nelayan yang melimpah namun tidak mampu memaksimalkan pengelolaan
komoditi perikanan. Dalam konteks tujuan nasional saat ini yang mengutamakan kebijakan
kemaritiman nasional, maka upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia seperti
peningkatan kemampuan pengelolaan perikanan adalah suatu hal yang krusial.

Indonesia juga berkepentingan agar proses perdamaian di Filipina, khususnya Mindanao


terwujud. Konflik bersenjata di Mindanao Selatan antara pemerintah Filipina dengan kelompok
MNLF, MILF atau Abu Sayaff belum berakhir. Gangguan keamanan masih menjadi perihal yang
mengkhawatirkan bagi Indonesia. Duta Besar RI untuk Filipina, Johny Lumintang, menyatakan
kecemasannya bahwa konlik semacam ini akan memberikan dampak terhadap situasi keamanan
di wilayah Indonesia, khususnya yang berbatasan dengan Indonesia (wawancara July 2014).
Kekhawatiran bahwa wilayah Indonesia akan menjadi basis pelatihan, perlindungan teroris,
termasuk aksi teror bukan berlebihan mengingat kedekatan wilayah, dan situasi geografis serta
sosial budaya masyarakat di wilayah yang rentan. Sejauh ini pemerintah Indonesia melalui
persetujuan pihak yang bersengketa yaitu pemerintah Filipina dan MNLF/MILF terlibat dalam
implementasi proses perdamaian. Indonesia berkepentingan untuk membantu proses ini
terwujud.

Peran yang dilakukan oleh Atdikbud Filipina dalam menjalin hubungan di bidang
pendidikan dan kebudayaan di luar negeri adalah salah satu contoh untuk menggambarkan
pelaksanaan diplomasi soft power. Tugas dan kewajiban yang dilakukan Atase ini
mempromosikan kebijakan negara sekaligus mempromosikan hubungan yang lebih baik dengan
elit lokal (James 1980, 937). Atdikbud berfungsi sebagai sebagai ujung tombak sekaligus
pelaksana riil dilapangan dalam menjalankan diplomasi soft power di negara yang menjadi
wilayah akreditasinya. Diplomasi yang dilakukan oleh Atdikbud mempertimbangkan prioritas
nasional Indonesia untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Hal ini
demi kepentingan meningkatkan kompetisi Indonesia. Dalam melaksanakan diplomasi yang
berjalan dua arah adalah penting bukan hanya berpijak pada pendekatan yang rasional tapi juga
pendekatan yang mengutamakan common interest. Kepentingan nasional adalah yang utama, tapi

13
kerjasama tersebut tidak akan berkesinambungan apabila pihak tuan rumah tidak mendapat
keuntungan yang memadai.

Atase Pendidikan dan kebudayaan RI di Manila mengelola kerjasama bilateral


pendidikan dan kebudayaan dengan Filipina, Palau Republic dan Republic of Marshal Island.
Dalam tugas, pelaksanaan dan fungsinya mengacu pada pengejawantahan dari Tripple Mission
secara nasional yaitu Fungsi Administrasi dan Keprotokoleran, Fungsi Akademik dan Inteligent
dan Fungsi Diplomasi dan Kerjasama. Pencapaian kerja Atdikbud di Manila kurun waktu tahun
2010 sampai 2013 secara garis besar adalah (1) Melaksanakan kerjasama MOU G to G dengan
Filipina; (2) G to G dengan Palau dan Marshal; (3) Pertukaran pelajar, pertukaran program
Madrasah, tenaga pengajar, admistrasi; (4) Pengiriman administrator, tenaga Pendidik/Kepala
Sekolah, tenaga keperawatan untuk mengikuti training; (5) Pameran budaya dan tari traditional;
(6) Pengembangan Madrasah School, sister school; (7) Implementasi MoU University to
University; (8) Seminar dan Workshop internasional; (9) Pelatihan seni dan Bahasa Indonesia
(10) Pembentukan Indonesia Center; (11) Beasiswa Unggulan bagi pelajar Indonesia untuk
belajar di universitas di Filipina (Atdikbud Manila 2014, 20-21). Disamping itu Atase juga
melakukan tugas khusus yaitu: (1) MOU Government to Government on Basic Education; (2)
MOU University to University yang hasilnya berupa implementasi double degree/dual
degree/joint degree dan sister school; pertukaran ahli, pertukaran mahasiswa, seminar/workshop
internasional, dan pengembangan joint journal.; (3) Pendirian SMP terbuka di Tupi dan Leansasi,
Mindano; (4) Pemberian 500 beasiswa untuk siswa WNI miskin di Mindano; (5) 25 beasiswa
untuk guru di Mindanao.

Strategi pemerintah Indonesia untuk mendekatkan Indonesia ke masyarakat Filipina juga


memiliki kepentingan politis kuat. Sebagai ilustrasi, Pemerintah RI melalui Atdikbud mendirikan
SMP terbuka di Tupi dan Laensasi, Mindanao pada 2012 dan memberikan beasiwa untuk 500
anak miskin di Filipina. Pilihan terhadap mereka bukan tanpa alasan khusus. Para siswa tersebut
termasuk dari sekitar 1500- 2000 anak dibawah usia sekolah dari WNI/keturunan WNI yang
dikategorikan sebagai undocumented (Atase Pendidikan KBRI Manila, 2014). Adalah tidak bisa
diragukan bahwa kebijakan seperti ini adalah perlu dalam kerangka tanggung jawab pemerintah
RI akan perlindungan dan jaminan terhadap warga negara sesuai UUD 45 khususnya pemenuhan
Hak-hak Konstitusi warga negara dalam hal pendidikan dan tempat tinggal. Kebijakan ini

14
menunjukkan bahwa negara tidak mengabaikan nasib warga negaranya. Terlebih lagi wilayah
dengan penduduk undocumented rawan dalam segi keamanan. Mereka adalah obyek yang
mudah digunakan untuk kejahatan trafficking dan terorisme. Pendekatan dengan mendirikan
sekolah bagi anak-anak serta identifikasi status kependudukan adalah langkah awal untuk
mendeteksi dan menghindarkan ancaman keamanan tersebut. Pemberian beasiswa kepada para
guru dan pengembang madrasah di wilayah Mindano juga mempunyai kepentingan strategis.
Pada tahun 2011/2012 diberikan 25 beasiswa, dan 2013 sebanyak 40 beasiswa s2 dan s3 juga
pemberian bea siswa Darmasiswa sejumlah 10 orang pada 2011/2012, dan 7 pada 2013. (Atase
Pendidikan KBRI Manila 2014, 25). Para guru tersebut dikirim belajar ke beberapa Universitas
di Indonesia. Mindano adalah wilayah konflik paling berdekatan dengan Indonesia dan
penduduknya memeluk agama Islam. Pemberian beasiswa ini sebagai suatu strategi untuk tidak
hanya meningkatkan kapasitas para guru di Mindano juga sebagai upaya Indonesia dalam
kontribusinya untuk Peace Making dikawasan ini. Seperti yang diungkapkan oleh kedua nara
sumber, yaitu Duta Besar Indoneisa untuk Filipina, Johny Lumintang dan Atase Pendidikan
KBRI Manila Ibu Paristyanti Nurwandani bahwa pemberian beasiswa ini diberikan dengan misi
antara lain “meningkatkan pengetahuan Islam yang lebih moderat seperti yang sudah diterapkan
Indonesia”. Dengan kata lain beasiswa ini dimaksudkan menjadi agent of change atau agent of
transform untuk turut membentuk masyarakat/pemerintahan moderat Islam

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kerjasama internasional adalah serangkaian perwujudan dan hubungan antarbangsa yang
berpijak pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional berkaitan dengan tujuan nasional
dalam kurun waktu tertentu yang berisi sasaran-sasaran nyata yang harus diwujudkan.
Keberhasilan dalam mewujudkan tujuan nasional dapat menjamin kelangsungan hidup seluruh
element bangsa. Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang tergabung di dalam ASEAN.
Kedua negara ini merupakan dua negara kepulauan yang memiliki komposisi penduduk dan etnis
yang berkerabat dalam kesatuan keturunan Austronesia. Adapun bentuk kerjasama yang dijalin
antara negara Indonesia dan Filipina yaitu dalam bidang politik untuk memberantas adanya
terorisme, dan dalam bidang pendidikan.

5.2 Saran

Selaku penulis hasil penelitian ini kami menyadari masih banyaknya kesalahan baik
dalam penyampaian isi ataupun pada format penulisan tugas Mini Riset ini. Maka dari itu kami
mengharapkan saran yang bersifat membangun dari seluruh pembaca pada umumnya dan dari
dosen pengampu mata kuliah Geografi Regional Asia Tenggara dan Pasifik ini khususnya agar
kedepannya diperoleh tugas Mini Riset yang lebih baik.

16

Anda mungkin juga menyukai