Anda di halaman 1dari 38

PERAN PPKN DALAM PENDIDIKAN POLITIK

Dosen Pengampu :

1. Dr. Muhammad Mona Adha, M.Pd


2. Edi Siswanto, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Annisa 2013032049
2. Arief Ahmad Fahreza 2013032040
3. Nanda Fibilya Hantari 2013032051
4. Pebri yana sari 2013032015
5. Iswatun Hasanah 2013032032
6. Egit aksa dinata 2013032059
7. Amanda Rily Jasmine 2013032043
8. Wulan Ambar Asrofi 2013032058
9. Suci Insyira Abbas 2053032007
10. I Putu Sagita W 2013032057
11. Wicahyani 2013032022
12. Anggitha Dwi Rahayu 2013032021

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Kapita Selekta Politik ini tepat pada waktunya.
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak serta literatur dari berbagai sumber, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bantuan apapun
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, sehingga memungkinkan makalah ini selesai
dengan baik. Secara khusus penulis ucapankan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad
Mona Adha, M.Pd dan Edi Siswanto, S.Pd., M.Pd selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Kapita Selekta Politik.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar nantinya makalah ini dapat
tampil sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar lampung, 07 Desember 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang.................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3
1. 3 Tujuan .............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian PKN ...............................................................................................4
2.2 Pengertian Politik .............................................................................................5
2.3 Pengertian Pendidikan Politik .........................................................................10
2.4 Peran Pkn Dalam Pendidikan Politik ...............................................................15
2.5 Upaya Strategi Meningkatkan Pendidikan Politik ...........................................11
2.6 PKN sebagai Pendidikan Politik dalam Membangun Sikap Demokratis….... 25
2.7 Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik………………..… 27
BAB III PENUTUP
3. 1 Simpulan ...................................................................................................................32
3. 2 Saran ........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjadikan manusia Indonesia
yang bermoral, beretika dan menjadi warganegara yang baik. Dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Presiden Republik Indonesia,
2003) dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Presiden Republik Indonesia, 2003, p. 49). Pendidikan Kewarganegaraan dapat
dilakukan lewat pendidikan formal yaitu persekolahan dan pendidikan di masyarakat melalui
organisasi yang ada. PKn ini menjadi mata pelajaran yang wajib di SD, SMP, dan SMA
sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas
Pendidikan Politik dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi individu agar dia bisa
memperoleh informasi lebih lengkap tentang politik. Pendidikan politik itu perlu diberikan
kepada siswa sejak dini karena mereka yang akan menjadi generasi penerus dan yang akan
memberikan suara di masa depan. Pada jenjang pendidikan sekolah menengah mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) diberikan kepada siswa yang bobotnya
dua jam perminggu dan didalam mata pelajaran PPKn terdapat berbagai macam materi
politik yang dapat diajarkan kepada siswa. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung memengaruhi
kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum dan menghadiri rapat umum.

1
Pendidikan politik memegang peranan penting untuk dapat mendidik generasi muda agar
mendapat pemahaman yang jelas terhadap berbagai konsep dan simbol politik, terutama
dalam membentuk kesadaran politiknya. Oleh karena itu, kesadaran politik bagi setiap para
pemilih pemula sangat di perlukan agar mereka ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik di
luar sekolah maupun di dalam sekolah. Demokrasi dalam suatu negara akan dapat tumbuh
subur apabila dijaga oleh warga negaranya sendiri yang demokratis. Warga negara yang
demokratis bukan hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul
tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa depan yang
lebih cerah.
Kartini & Kartono (1996, p. 16) mengemukakan bahwa PKn di sekolah berperan sebagai
pendidikan politik bagi siswa, salah satu tujuan pendidikan politik adalah membuat rakyat
menjadi sadar politik. Sadar politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara. Hal ini menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat
dan politik tempat ia hidup (Surbakti, 2010 p 114). Oleh karena itu, kesadaran politik siswa
dapat dibentuk salah satunya melalui pembelajaran PKn. Pendapat tersebut telah dipertegas
melalui misi PKn yang dikemukakan oleh Maftuh & Sapriya (2005, p. 321) bahwa: PKn
sebagai pendidikan politik yang berarti program pendidikan ini memberikan pengetahuan,
sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warna negara yang
memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy) dan kesadaran politik (political
awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participacion) yang tinggi.
Sosialisasi politik membutuhkan agen sosialisasi untuk menyampaikan maksudnya. Agen
sosialisasi adalah pihak-pihak atau yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan
sekolah. Pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu
sama lain. Apa yang diajarkan keluarga berbeda dan bertentangan dengan apa yang diajarkan
oleh agen sosialisasi yang lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak
merokok, minumminuman keras dan menggunakan obat terlarang (narkoba), tetapi mereka
dengan leluasa mempelajarinya dari teman sebaya atau media massa. Proses sosilisasi akan
berjalan lancar apabila pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi politik tidak
bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. (Rahman, 2007:246). Dari
uraian tersebut penulis akan membahas lebih dalam lagi terkait pengertian pendidikan

2
kewarganegaraan, pengertian politik dan pendidikan politik, peran pendidikan
kewarganegaraan dalam pendidikan politik, strategi meningkatkan pendidikan politik, serta
pendidikan kewarganegaraan dalam pendidikan politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pendidikan kewarganegaraan?
2. Apa pengertian politik?
3. Apa pengertian pendidikan politik?
4. Apakah peran PKN dalam pendidikan politik?
5. Bagaimana strategi meningkatkan pendidikan politik?
6. Bagaimana konsep PKN dalam membangun sikap demokratis?
7. Bagaimana konsep PKN dalam membangun partisipasi siswa dalam organisasi
kesiswaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat memahami pengertian pendidikan kewarganegaraan.
2. Untuk dapat memahami pengertian politik.
3. Untuk dapat memahami pengertian pendidikan politik.
4. Untuk dapat mengetahui peran PKN dalam pendidikan politik.
5. Untuk dapat mengetahui strategi dalam meningkatkan pendidikan politik.
6. Untuk dapat memahami konsep PKN dalam membangun sikap demokratis.
7. Untuk dapat memahami konsep PKN dalam membangun partisipasi siswa dalam
organisasi kesiswaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pkn

Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar Isi Pendidikan Nasional, PKn
merupakan mata pelajar'an yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. PKn adalah aspek pendidikan politik yang fokus materinya peranan warga negara dalam
kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Cholisin 2000: 9).

Menurut Edmonson (sebagaimana dikutip A. Ubaedillah 2011: 5) makna Civics selalu


didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang terkait
dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga negara. Dari berbagai pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Berbagai ahli dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan seperti Cogan (1994), Winataputra
(2002), Kerr (1999), Patrick (2002) dan Somantri (2002) memberikan pendapat tentang
pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (civic education), pendapat mereka pada prinsipnya
sama, dimana Pendidikan Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran atau mata kuliah
yang bertujuan untuk mempersiapkan warganegara agar mampu berpartisipasi secara efektif,
demokratis dan bertanggung jawab.

Disamping itu ada ahli seperti Cogan (1994) mengatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pengertian citizenship education diartikan lebih luas. Artinya
Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya sebagai suatu mata pelajaran, tapi mencakup
berbagai pengalaman belajar yang membantu pembentukan totalitas warganegara agar mampu
berpartisipasi secara efektif dan bertanggung jawab baik yang terjadi di sekolah,masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, maupun media massa. Dalam hal ini, Cogan (1994 : 4) memberikan
pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) sebagai “…the foundation course
work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their
adult lives”. Sedangkan Citizenship Education or Education for Citizenship diartikan sebagai
“…both these in school experiences as well as out of school or non formal/informal learning
which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media,
etc which help to shape the totality of the citizen”.

4
Sejalan dengan Cogan, Winataputra (2007 : 70) mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai citizenship education, dimana menurut beliau bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang cerdas dan
baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian
inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia. Dalam kaitan ini
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia memiliki lima status, yaitu :

1) Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.


2) Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.
3) Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru.
4) Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang
pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program.
5) Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok
pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai
pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan


hasil seluruh program sekolah, bukanbmerupakan program tunggal ilmu-ilmu sosial, dan bukan
sekedar rangkaian pelajaran tentang kewarganegaraan, tetapi Pendidian Kewarganegaraan
mempunyai fungsi penting, yaitu menghadapkan remaja, dan peserta didik pada pengalaman di
sekolahnya tentang pandangan yang menyeluruh terhadap fungsi kewarganegaraan sebagai hak
dan tanggung jawab dalam suasana yang demokratis. .

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya


nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai
penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jejang pendidikan mulai dari
yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus –penerus bangsa yang
berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara. Pengertian tentang
pendidikan kewarganegaraan (civic education) di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan civics atau ilmu kewargaan negara di Amerika Serikat sebagai negara asal
pelajaran civics dan civic education. Membahas civic education tidak dapat tanpa membahas
pula tentang civics yang sering dikaitkan dengan government. Dalam berbagai literatur studi
sosial dapat dijumpai istilah civic, civics, dan juga citizenship/civic education.

2.2 Pengertian Politik

Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang berarti
kota yang berstatus negara kota (city state).51 Dalam negara- kota di zaman Yunani, orang saling
berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam hidupnya.52

5
Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi
antara individu dengan individu lainnya demi mencapai kebaikan bersama.

Pemikiran mengenai politik pun khususnya di dunia barat banyak dipengaruhi oleh filsuf
Yunani Kuno. Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha untuk
mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik.53 Namun demikian, definisi politik hasil
pemikiran para filsuf tersebut belum mampu memberi tekanan terhadap upaya-upaya praksis
dalam mencapai polity yang baik. Meskipun harus diakui, pemikiran- pemikiran politik yang
berkembang dewasa ini juga tidak lepas dari pengaruh para filsuf tersebut.

Dalam perkembangannya, para ilmuwan politik menafsirkan politik secara berbeda-beda


sehingga varian definisinya memperkaya pemikiran tentang politik. Gabriel A. Almond
mendefinisikan politik sebagai kegiatan yang berbuhungan dengan kendali pembuatan keputusan
publik dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat
instrumen yang sifatnya otoritatif dan koersif.54 Dengan demikian, politik berkaitan erat dengan
proses pembuatan keputusan publik. Penekanan terhadap penggunaan instrumen otoritatif dan
koersif dalam pembuatan keputusan publik berkaitan dengan siapa yang berwenang, bagaimana
cara menggunakan kewenangan tersebut, dan apa tujuan dari suatu keputusan yang disepakati.
Jika ditarik benang merahnya, definisi politik menurut Almond juga tidak lepas dari interaksi
dalam masyarakat politik (polity) untuk menyepakati siapa yang diberi kewenangan untuk
berkuasa dalam pembuatan keputusan publik.

Definisi politik juga diberikan oleh ilmuwan politik lainnya, yaitu Andrew Heywood.
Menurut Andrey Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.55 Dengan
definisi tersebut, Andrew Heywood secara tersirat mengungkap bahwa masyarakat politik
(polity) dalam proses interaksi pembuatan keputusan publik juga tidak lepas dari konflik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok
lainnya. Dengan kata lain, masing- masing kelompok saling mempengaruhi agar suatu keputusan
publik yang disepakati sesuai dengan kepentingan kelompok tertentu.

Konflik dan kerja sama dalam suatu proses pembuatan keputusan publik adalah satu kesatuan
yang tak dapat dipisahkan sebagai bagian dari proses interaksi antar kepentingan. Aspirasi dan
kepentingan setiap kelompok dan individu dalam masyarakat tidak selalu sama, melainkan
berbeda bahkan dalam banyak hal bertentangan satu sama lain.56 Oleh sebab itu, sebuah
kelaziman apabila dalam realitas sehari-hari sering dijumpai aktivitas politik yang tidak terpuji
dilakukan oleh kelompok politik tertentu demi mencapai tujuan yang mereka cita-citakan. Peter
Merkl mengatakan bahwa politik dalam bentuk yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan,
kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri-sendiri (politics at its worst is a selfish grab for
power, glory, dan riches).

6
Apa itu politik? Definisi politik sangat variatif, ada yang berpandangan positif dan ada yang
negatif. Politik sering didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kewenangan, suatu
proses pembuatan keputusan secara kolektif, suatu alokasi sumberdaya yang langka (the
allocation of scarce resources), atau sebagai arena pertarungan kepentingan yang penuh muslihat
(Heywood, 2004:52).

Lima unsur yg selalu ada dalam definisi ttg politik:

1. Kegiatan manusia

2. Berhubungan dengan orang lain (social activity)

3. Muncul karena perbedaan (pendapat, keinginan, kebutuhan, kepentingan)

4. Adanya konflik (ungkapan pendapat yg berbeda, kompetisi berbagai tujuan, benturan


kepentingan yg tidak dpt dipadukan)

5. Keputusan (sebuah keputusan kolektif yang mengikat sekelompok orang).

Politik ada karena sifat alami manusia. Nature vs. nurture; manusia memiliki sifat-sifat bawaan
sejak lahir (nature), tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman sosial (nurture) Intellect vs.
instinct; manusia punya akal & rasional, tetapi juga punya naluri & menggunakan rasa dlm
bertindak Competition vs. cooperation; manusia bisa bersaing untuk meraih kepentingannya,
tetapi juga bisa bekerjasama dengan insentif tertentu.

 POLITIK & MASYARAKAT

Kolektivisme; Tujuan mulia dari politik dapat tercapai bila menekankan pada kemampuan
manusia untuk melakukan collective actions ketimbang mengutamakan personal self-interest.

Teori kemasyarakatan; pemahaman ttg politik memerlukan teori-teori sosial (Mis: teori
“invisible hands” Adam Smith, teori “least government” Thomas Jefferson, teori konflik Karl
Marx, dsb)

Kelompok sosial (social cleavages) dan persoalan identitas; Bahwa politik harus bicara ttg
keterikatan sosial tertentu (berdasarkan ras, agama, budaya, dsb). Mis: teori kelas Marx, “black
power” dari Martin Luther King, “clash of civilisation” dari Samuel Huntington, dsb).

 Pengertian Politik secara umum

Pengertian Politik atau definisi dan makna politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana
untuk membentuk atau membangun posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna
sebagai pengambil keputusan- keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Politik adalah
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses pembuatan
keputusan, terkhusus pada negara. Pengertian Politik jika ditinjau dari kepentingan penggunanya

7
dimana pengertian politik terbagi atas dua yaitu pengertian politik dalam arti kepentingan umum
dan pengertian politik dalam arti kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum
adalah segala usaha demi kepentingan umum baik itu yang ada dibawah kekuasaan negara
maupun pada daerah. Pengertian politik Secara Singkat atau sederhana adalah teori, metode atau
teknik dalam memengaruhi orang sipil atau individu. Politik merupakan tingkatan suatu
kelompok atau individu yang membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi didalam masyarakat
atau negara. Seseorang yang menjalankan atau melakukan kegiatan politik disebut sebagai
"Politikus" (Miram Budiardjo,2008:13).

 Pengertian Politik Dalam Islam

Politik, secara bahasa dalam bahasa Arab disebut as-siyasah yang berarti mengelola, mengatur,
memerintah dan melarang sesuatu. Atau secara definisi berarti prinsip prinsip dan seni mengelola
persoalan publik (ensiklopedia ilmu politik). Menurut Yusuf Qardhawi dalam Kamus Al- Kamil,
bahwa politik adalah semua yang berhubungan dengan pemerintahan dan pengelolaan
masyarakat madani.

Seperti yang kita ketahui, istilah politik tidak pernah ada dalam Islam. Akan tetapi, esensi politik
ada dalam Islam yaitu memimpin dan dipimpin. Kata Yasusu yang menjadi akar kata As-siyasah
dalam hadist sahih dari Iman Bukhari dari Abu Huraira r.a “(Zaman dahulu) bani Israil itu
dipimpin oleh para Nabi”. Hadis ini menunjukkan bahwa politik atau As-siyasa dalam Islam
berarti masyarakat harus memiliki seseorang yang mengelola dan memimpin mereka ke jalan
yang benar, dan membela yang teraniaya dari para pelanggar hukum sesuai dengan penjelasan
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathu Al-Bari.Inilah pemahaman Nabi akan definisi politik
atau As-siyasah. Disinilah pengertian politik menemukan naungan rindang yang melindunginya
dari hujanan asumsi yang menyebut bahwa istilah politik tidak pernah ada dalam literatur Islam.

Inilah pemahaman Nabi akan definisi politik atau As-siyasah. Disinilah pengertian politik
menemukan naungan rindang yang melindunginya dari hujanan asumsi yang menyebut bahwa
istilah politik tidak pernah ada dalam literatur Islam. Imam Syafii tidak setuju dengan adanya
istilah politik, melainkan lebih sepakat dengan syariat. Pengertian syariat itu sendiri adalah
semua arahan, batasan, perinta dan larangan yang diberikan Rasul. sehingga kata Imam Syafii,
“tidak ada politik, kecuali sesuai dengan syariat”.Seperti yang kita ketahui, politik tidak lahir di
masa Rasul SAW, karena sejak manusia mengenal kata memimpin dan dipimpin, maka politik
ada saat itu. Dikarenakan pengertian dan aplikasi politik di masa sebelum datangnya Islam itu
adalah kebusukan dan kelicikan, maka banyak orang beragama Islam tidak sepakat dengan
politik dalam Islam. akan tetapi kita juga harus melihat makna utama dari politik itu sendiri yaitu
pengelolaan urusan manusia, sedangkan baik dan buruknya pengelolaan, itu urusan lain
(Muhammad Elvandi, 2011:34). Sehingga dapat diambil kesimpulan awal bahwa pengertian
politik dalam Islam adalah segala aktivitas dalam mengelola persoalan publik atau masyarakat
yang sesuai dengan syariat Islam.

8
Untuk mengetahui pemikiran politik kita harus tahu terlebih dahulu kapan pemikiran politik
muncul, menurut Catlin bahwa pemikiran politik itu telah ada sejak zaman pra-sejarah yaitu
Frozen Political Thought atau masa pemikiran politik yang membeku. Untuk mendalami politik
kita harus tahu apa itu pemikiran politik. Selain teori politik dan falsafah politik ada juga istilah
tentang pemikiran politik atau istilah kerennya itu political thought (Rosalia, 2005:2).

Pemikiran politik merupakan bagian atau dasar dalam falsafah politik. Apabila kita melihat dari
ilmu politik dan teori teori politik yang ada, itu merupakan hasil dari pemikiran yang terpendam
dalam artian, setiap masa persatuan atau adanya kekuasaan, terdapat pemikir-pemikir politik
dengan pemikiran politiknya. Pemikiran politik dapat dipelajari dengan dua cara yaitu secara
objektif dan secara subyektif. Cara yang obyektif menitikberatkan pada pemikiran politiknya
sendiri, karya yang dihasilkan oleh akal dan intelek ahli pemikirnya, terlepas dari pribadi
pemikirnya. Cara yang subyektif menitikberatkan pada orangnya, pribadi yang menghasilkan
pemikiran politik itu. Metode yang pertama, mempelajari ide terlepas dari pribadi orangnya.
Cara pertama digunakan oleh Figgis dalam bukunya Divine Right of Kings dan oleh Ruggiero
dalam History of European Liberalism. Metode yang menitikberatkan pada orangnya,
dipergunakan misalnya oleh Faquet dalam bukunya yang berjudul politique et moralisted du
dixneuvieme sicle (Dr.Mansyur,2008:23).

Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota. Secara etimologi kata
politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang bearti hal-hal yang berhubungan dengan
politik. Kata politisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik.
Para tokoh memiliki sudut pandang yang beragam mengenai pengertian dari politik. berikut ini
adalah beberapa definisi mengenai politik menurut para ahli :

a) Menurut Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk
membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.

b) Menurut F. Isjwara, Politik ialah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau
sebagai tekhnik menjalankan kekuasaan- kekuasaan. Dari pendapat tersebut saya simpulkan
bahwa politik merupakan sebuah sarana memperjuangankan kekuasaan serta mempertahankan
kekuasaan itu demi tujuan yang ingin dicapai.

c) Menurut Kartini Kartono, Politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang
menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang
sah berlaku di tengah masyarakat. Dengan demikian aturan-aturan dan keputusan yang tadi
ditetapkan serta dilaksanakan oleh pemerintah ditengah keadaan sosial yag dipengaruhi oleh
kemajemukan/ kebhinekaan, perbedaan kontroversi, ketegangan dan konflik oleh karena itu
perlunya di tegakkan tata tertib sehingga dapat diharapkan dengan penegakan tata tertib tersebut
tidak akan terjadi perpecahan antar masyarakat . Sebagai perbandingan bersama ini
disajikanpengertianpolitik dari segi lain yang dikutip dari oleh Pamudji.

9
d) Ibnu Aqi, Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan
lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah S.A.W.

e) Prof. Mr. Dr. J, Barents Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari penghidupan negara dan
Ilmu politik diserahi tugas untuk menyelidiki negara-negara itu sebagaimana negara-negara itu
melakukan tugasnya. (Pengantar Ilmu Politik, 1978. hal. 17).

f) Prof. Moh. Yamin, Ilmu Politik sebagai suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan, mempelajari
masalah kekuasaan dalam masyarakat : sifat hakikatnya, dasar-dasarnya, proses-proses
kelangsungannya, luas lingkungannya, dan hasil akibatnya (Ilmu Politik di Indonesia 1945- 1965
jilid VI, 1965, hal:314).

g) Ramlan Surbakti, Politik adalahinteraksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Dari definisi politik yang sudah dipaparkan di atas menurut para ahli politik pada intinya, politik
adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara, sejauh Negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala kekuasaan lain yang tak
resmi yang dapat mempengaruhi Negara. Pada intinya bahwa politik merupakan salah satu
sarana interaksi atau komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun
program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan
masyarakat dimana tujuan yang dicita-citakan dapat dicapai dengan baik.

2.3 Pengertian Pendidikan Politik

Pendidikan politik, menurut Sukarna (1994: 84) bahwa:“Pendidikan politik (political


education)merupakan condition quo non (suatu syarat mutlak) mengingat dalam pendidikan
politik mendidik kesadaran bernegara dan berbangsa. Partai politik di negara yang belum
merdeka sangat mengutamakan pendidikan politik ini sehingga anggota-anggota partai
politik punya kader yang tinggi untuk mewujudkan negara merdeka. Dalam negara yang
sudah merdeka, pendidikan politik harus tetap dilakukan agar kemerdekaan bangsa dan
negara tidak hilang atau dijajah kembali dalam bentuk penjajahan yang lebih
halus.”Dengan demikian dapat diketahui bahwa partai politik memiliki beberapa fungsi,
yang diantaranya adalah partai politik sebagai pendidikan politik, rekrutmen politik dan
sarana pengatur konflik. Dalam hal ini penulis hanya meneliti fungsi partai politik
sebagai pendidikan politik, sehingga kelak dapat diketahui apakah partai politik telah
menjalankan salah satu fungsinya pada suatu wilayah yakni sebagai sarana
pendidikan politik kepada masyarakat.

10
Alfian (dalam Kartono, 2000: 97) menjelaskan: “Pendidikan politik (dalam arti yang
lebih ketat) dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses pendidikan
politik masyarakat sehingga mereka memahamidan menghayati betul-betul nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil penghayatan ini
akan melahirkan sikap dan tingkah laku politik baru yang mendukung sistem politik yang
ideal itu bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan baru.”Dengan demikian pendidikan
politik masyarakat adalah merupakan rangkaian usaha untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan pancasila, selama ini mengalami gelombang pasang surut
yang luar biasa. Pendidikan politik juga merupakan bagian proses pembaharuan kehidupan
politik bangsa Indonesia yang sedang dilakukan dewasa ini dalam rangka menciptakan
suatu sistem politik yang benar-benar demokratis, dinamis dan efisien.
Kansil (2000 : 197) mengatakan bahwa: Tujuan pendidikan politik ialah
menciptakan generasi muda Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun
manusia Indonesia seutuhnya yang perwujudannya akan terlihat dalam perilaku hidup
bermasyarakat.Pendidikan politik adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat
dalam mencapai pembaharuan kehidupan politik dalam sehari-harinya, demi tercipta
masyarakat yang sejahtera yang dapat diterima baik secara formal maupun non formal.
Poerwanto (2003: 243), “Pendidikan politik dapat ditempuh melalui 2 (dua) cara
yakni, secara formal dan non formal maksudnya ialah cara pendidikan yang diterima
baik di lingkungan keluarga dan masyarakat luas.”Menurut Djiwandono dalam Sumantri
(2003: 23) bahwa: “Pendidikan politik merupakan suatu proses penyampaian budaya politik
bangsa yang mencakup cita-cita politik dan norma-norma operasional dan sistem
organisasi politik yang berdasarkan nilai-nilai pancasila penting bagi seluruh rakyat, seluruh
warga.Pendidikan politik adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang maupun lebih
yang mana dilakukannya dengan sadar dalam proses penyampaian budaya politik bangsa
dengan memperhatikan nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan politik merupakanusaha untuk mengarahkan
proses pendidikan politik masyarakat pada tatanan sistem politik yang ideal. Bagi
masyarakat Indonesia yang majemuk, sistem politik yang diinginkan adalah
Demokrasi Pancasila. Oleh karena itu, kesadaran politik merupakan kesadaran yang harus

11
dimiliki oleh setiap warga negara. Kesadaran politik merupakan kondisi psikologis yang
tanggap terhadap suatu hal tentang negara.
Ramlan Surbakti (dalam Kharim, 2004: 109) mengemukakan bahwa politik adalah
“hak dan kewajiban sebagai warga negaramenyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap
lingkungan masyarakat dan politik”.Menurut Pasal 31 Undang-Undang No.2 Tahun
2008, tujuan pendidikan politik antara lain: 1) Meningkatkan kesadaran hak dan
kewajiban masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2)
Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan
membangun karakter bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan politik, dapat dibentuk insane-insan yang
memiliki politik, artinya insane yang mamapu menerima informasi mengenai proses
penyelenggaraan negara, pembuatan keputusan, serta memahami keterampilan politik dalam
menumbuhkan nilai moral yang fundamental dalam berdemokrasi.
Penyelenggaraan pendidikan politik harus dapat meningkatkan kesadaran
kehidupan berbangsa dan bernegara, kemampuan bangsa, pengembangan pribadi itu,
pendidikan politik harus mampumembangkitkan kesadaran rakyat untuk mengenal
permasalahan politik yang belum terpecahkan. Bentuk pendidikan politik yang dilaksanakan
oleh partai politik pada umumnya berupa kegiatan kampanye dan kaderisasiDalam
kegiatan kampanye ini, biasahnya suatu partai berusaha mengumpulkan massa sebanyak-
banyaknya pada suatu tempat. Setelah massa berkumpul maka orang-orang yang memang
aktif dalam partai akan menjalankan misinya yang bertujuan untuk menarik simpati
massa. Dalam kegiatan ini, biasanya orang-orang yang mempunyai kedudukan penting
dalam suatu partai politik memaparkan program-program yang akan dijalankan oleh partai
politik tersebut, apabila menang dalam pemilihan umum. Dalam hal ini, partai politik
berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mempengaruhi massa yang ada.Kampanye
yang dilaksanakan oleh partai-partai politik ini biasanya diselenggarakan pada saat-saat
akan diselenggarakan pemilihan umum. Kampanye ini biasahnya dilaksanakan oleh partai
politik yang bersangkutan pada anggota masyarakat.Kaderisasi berbeda dengan kampanye,
karena dalam kaderisasi di ikuti oleh orang-orang yang memang.

12
Pengertian pendidikan politik dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih
dahulu perlu di ketahui ada 2 (dua) istilah yang ampir sama bentuk nya dan sering dipergunakan
dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi(pendidikan dan pedagoik (ilmu pendidikan). Pedagogi
atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, menenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik. Istilah ini berasal dari kata “pedogogia” (yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-
anak. Sedangkan yang sering digunakan pedogogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman
yunani kuno yang perkerjaan nya mengantar anak ke dan dari sekolah paedagogos berasal dari
kata paedos (anak ) dan agoge ( saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang
pada mula nya berarti poelayanan berubah menjadi pekerjaan mulia. Karna pengertian pedagoog
(dari pedagogos ) berarti seorang yang tugas nya, membimbing anak didalam pertumbuhan nya
ke daerah berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi
manusia. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang
dalam mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut budiarjo,
perkataan politik berasal dari bahasa yunani yaitu polistaia, polis yang berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri atau berdiri sendiri (negara) sedangkan taia berarti
urusan. Sementara itu, politik berasa dari bahsa belanda yaitu politiek dan bahasa inggris politics,
yang masing-masing bersumber dari bahasa yunani politika yang berhubungan dengan negara
dari akar kata nya polites– warga negara dan polis– negara kota. Dan dari kata polis tersebut bisa
didapatkan beberapa kata, diantaranya: polites : warga negara atau warga kota; politicos : ahli
negara ; politieke empisteme : ilmu politik ; politeia: segala hal ikhwal yang menyangkut polis
atau negara. Pendidikan politik merupakan bagian dari pendidikan orang dewasa, khususnya di
arahkan kepada upaya membina kemampuan mengaktualisasikan diri sebagai pribadi otonom.
Ada beberapa pengertian pendidikan politik menurut parah ahli:
Menurut kartini adalah:

a. Pengertian politik adalah upaya edukatif yang intensional, disengaja dan sistematis untuk
membentuk individu sadar politik , dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung
jawab secara etis/moral dalam mencapai tujuan-tujuan politik.
b. Pendidikan politik adalah bentuk pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-
kader untuk petarung politik dan mendapatkan penyelesaian pilitik, agar menang dalam
perjuangan politik. Menurut R. Hayer pendidikan politik ialah usaha membentuk manusia
partisipan yang bertanggung jawab dalam politik. Unsur pendidikan dalam pendidikan

13
politik itu pada hakikatnya merupakan aktifitas pendidikan diri yaitu mendidik dengan
sengaja diri sendiri yang terus menerus berproses di dalam person, sehingga orang yang
bersangkutan lebih mampu memahami dirinya sendiri dan situasi serta kondisi
lingkungan sekitarnya. Kemudian mampu menilai segala sesuatu secara kritis,
selanjutnya menentukan sikap dan cara-cara penanganan permasalahan-permasalahan.

Tujuan pendidikan politik Tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia ialah unutk
membentuk manusia susila yang cakap, dan warganegara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air berdasarkan asas pancasila dan UUD
1945. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kita tersebut diatas, maka tujuan pendidikan
politik di indonesia ialah :

1) Menampilan peranan insani/humani setiap individu yang unik selaku warganegara,


dengan jalan mengembangankan potensi dan bakat kemampuan semaksimal mungkin.
2) Agar mampu aktif berpartisipasi dalam proses politik unutk membangun bangsa dan
negara.

Peranan insani ini memungkinkan terjadinya pengembangan Bakat dan kemampuan setiap
individu dan melaksanakan fungsi politiknya sesuai dengan status dan misi hidup masing-
masing. Semua aktivitas dilembagakan atas dasar kebebasan dan kemauan sendiri, dalam relasi
konfrontatif maupun kerjasama. Yaitu dengan memusyawarahkan secara bersama, dalam
kegiatan memformulasikan jawaban-jawaban dari masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya, dan
politik. Pendeknya dengan cara berdialog dalam kelompok-kelompok politik secara terbuka,
diarahkan ke upaya membangkitnya dan meningkatan partisipasi politik yang kreatif, guna
membangun kesejahteraan umum serta budaya nasional di tengah relasi-relasi kemasyarakatan,
diserta rasa tanggung jawab penuh.

Menurut Gabriel Almond dalam Mas’oed (1986), pendidikan politik adalah bagian dari
sosialisasi politik yang khusus membentuk nilai- nilai politik, yang menunjukkan bagaimana
seharusnya masing-masing masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya. Mohammad Nuh
sebagaimana dikutip oleh Wayan Sohib (2009) mengatakan, pendidikan politik tidak terbatas
pada pengenalan seseorang terhadap peran individu dalam partisipasinya dalam pemerintahan,
partai politik dan birokrasi. Tetapi pada hakikatnya adalah terbangunnya proses pendawasaan

14
dan pencerdasan seseorang akan tanggung jawab individu dan kolektif untuk menyelesaikan
permasalahan bangsa sesuai otoritasnya yang mengandung makna mentalitas dan etika dalam
berpolitik.

Menurut Surono sebagaimana dikutip Ramdlang Naning (1982:8), pendidikan politik adalah
usaha untuk masyarakat politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,
meningkatkan kesadaran warga terhadap kepekaan dan kesadaran hak, kewajiban dan tanggung
jawab terhadap bangsa dan negara. Alfian (1990) mengidentifikasi pendidikan politik dalam arti
kata yang longgar yaitu sosialisasi politik adalah bagian langsung dari kehidupan masyarakat
sehari-hari. Disenangi ataukah tidak, diketahui ataukah tidak, disadari ataukah tidak, hal itu
dialami oleh anggota-anggota masyarakat, baik penguasa ataupun orang awam. Jadi kalau boleh
disimpulkan, pendidikan politik (dalam arti kata yang ketat) dapat diartikan usaha yang sadar
untuk mengubah proses sosialisasi masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati
betul nilai– nilai politik yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun. Hasil penghayatan itu akan menghasilkan/melahirkan sikap dan tingkah laku politik
baru yang mendukung sistem politik yang ideal itu, dan bersamaan dengan itu lahir pula
kebudayaan politik baru.

Menurut Kantaprawira (2004), pendidikan politik yaitu untuk meningkatkan pengetahuan


rakyat agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Sesuai paham
kedaulatan rakyat atau demokrasi, rakyat harus mampu menjalankan tugas partisipasi. Bentuk-
bentuk pendidikan politik dapat dilakukan melalui: a) Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah,
dan lain-lain bentuk publikasi massa yang biasa membentuk pendapat umum; b) Siaran radio dan
televisi serta film (audio visual media); c) Lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti
masjid atau gereja tempat menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal ataupun
informal.

2.4 Peran Pkn Dalam Pendidikan Politik

Pendidikan politik adalah usaha sadar atau upaya berupa bimbingan atau pembinaan secara
disengaja dan sistematis dalam meningkatkan pengetahuan politik sehingga mencintai dan
memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap bangsa dan negara serta menghayati nilai-nilai yang

15
terkandung dalam sistem politik agar mampu berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
mencapai tujuan.

Pengertian pendidikan politik dari beberapa sumber

1. Menurut Alfian ( 1981),Pendidikan politik adalah usaha yang sadar untuk mengubah proses
sosialisai politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak dibangun.

2. R.hayer menyebut pendidikan politik ialah usaha membentuk manusia partisipan yang
bertanggung jawab dalam politik.(Kartini Kartono,2009:64)

3. Rusadi Kartaprawira ( 1988:54),Pendidkan politik adalah salah satu fungsi sruktur politik
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat agar mereka bisa ikut serta
dalam sistem politik nasional.

4. Affandi ( 1996:3) Pendidikan politik selalu berkaitan dengan internalisasi nilai,yaitu proses
dimana individu mempelajari budaya sebagai tidak penting dari konsep dirinya.

5. Djahir (1996) Pengertian pendidikan politik adalah pendidikan atau bimbingan,pembinaan


negara suatu negara untuk memahami cinta dan merasa memiliki keterkaitan diri yang tinggi
terhadap bangsa Negara dan seluruh perangkat sistem maupun kelembagaan yang ada.

Pendidikan Kewarganegaraan termasuk termasuk kedalam pendidikan politik yang


dalamnya terdapat materi kewarganegaraan agar warga negara dan menjadi mampu berperan
sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.Sebagai program pendidikan politik, dengan tugas untuk
membina peserta didik menjadi warga negara Indonesia yang melek politik, yaitu warga negara
yang:

- Sadar akan hukum dan UUD 1945,dalam memahami dengan baik taat keharusan
bermasyarakan dan bernegara serta hak dan kewajiban dan tanggung jawab dalam
pembangunan.

- Sadar akan pembangunan dalam arti membina dengan baik apa yang sudah,sedang dan
dilaksanakan masyarakat dan negara serta bertanggung jawab atas pembangunan.

16
- Sadar akan masalah yang sedang dan akan dihadapi dirinya,masyarakat dan negaranya
dalam melaksanakan hal-hal terssebut diatas.(Daryono,2011:72)

Daryono, 2011:72) Pendidikan politik dalam mata pelajaran PPKn bisa digunakan fungsinya
untuk membina siswa agar menjadi warga negara yang melek politik. Selain melek politik,
setelah mempelajari pendidikan politik siswa harus memiliki kesadaran terhadap upaya
penegakan hukum sebagai ciri warga negara yang baik.

 Peran PPKn sebagai Pendidikan Politik

PPKn sebagai pendidikan politik dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga
negara yang memiliki kesadaran politik, serta memiliki kemampuan berpartisipasi dalam politik.
Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam mempengaruhi atau memberikan
pemahaman terhadap politik melalui sarana pendidikan di lingkungan sekolah secara khusus bagi
pemilih pemula dan masyarakat secara umum.Guru PPKn sangat berpengaruh dalam pemberian
materi tentang Pendidikan politik disekolah karena sudah dijelaskan bahwa didalam PPKn itu
ada materi-materi pembelajaran berkaitan dengan ilmu politik. Maka dari itu guru harus
mempersiapkan siswanya dengan matang agar kelak dimasa depan nanti ada siswa yang menjadi
generasi penerus para kader atau elit politik.Dalam penddikan politik disekolah peran guru
sangat lah penting,terlebih dari seorang guru PKn.Dimana seorang guru PKn harus mampu
mengajarkan kepada siswanya tentang pendidikan politik pada saat proses pembelajarn ataupun
di luar proses pembelajaran di sekolah tersebut.Misalnya pada proses pembelajaran guru
memberikan kesempatan untuk bertanya,mendiskusikan materi dan lain-lain.Karena mungkin
saja para aktivis yang berada disetiap organisasi mulai aktif dalam bidang politik ketika meraka
masih duduk di bangku persekolahan, bahkan ditiap sekolahan ada berbagai macam organisasi-
organisasi sebagai tempat diajarkannya pendidikan politik seperti OSIS. Paskibra, dan Palang
Merah Remaja (PMR).

Pengembangan peran warga negara (hak-kewajiban) baik di bidang politik, hukum, ekonomi
dan sosial- budaya merupakan substansi hubungan warga negara dengan negara. Pengembangan
hubungan warga negara dengan negara ini merupakan sebagai focus of interest (pusat
perhatian/obyek forma PKn). Dengan kata lain substansi materi PKn adalah demokrasi politik,

17
demokrasi ekonomi, dan demokrasi sosial. Pendekatan institusional dalam ilmu politik
memandang hubungan warga negara dengan negara merupakan unsur penting dalam ilmu
politik. Roger F. Soltau dalam Introduction to Politics menyatakan “ilmu politik mempelajari
negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga – lembaga negara yang akan melaksanakan tujuan –
tujuan itu, hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara – negara lain”.

IPSA (International Political Science Association) pada tahun 1995 (lihat Robert
E.Goodin and Hans-Dieter Klingemann, 1996) melakukan identifikasi pencangkokan dalam ilmu
politik. Pendidikan Politik (yang didalamnya termasuk PKn) merupakan salah satu unsur
pencangkokan ilmu politik. Bidang kajian lain diantaranya : Sosiologi Politik, Geografi Politik,
Ekonomi Politik Internasional, Militer dan Politik, Biopolitik (Biology and Politics), dll.
Kemudian ilmuwan politik yang tergabung dalam APSA (American Political Science
Association) telah membentuk Komisi Ilmu Politik untuk Pendidikan Kewarganegaraan, dalam
rangka membantu membina generasi muda AS agar memiliki kesadaran tinggi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Prewitt & Dawson ( 1977 : 140 – 141) menyatakan ada tipe pengajaran politik yaitu PKn (civic
education) dan indoktrinasi politik. James Colleman, membe¬dakan antara kedua tipe itu, bahwa
PKn atau latihan kewar¬ganegaraan (civic training) merupakan bagian dari pendidikan politik
yang menekankan bagaimana seorang warga negara yang baik berpartisipasi dalam kehidupan
politik bangsanya.Dan yang dimaksud indoktrinasi politik lebih memperhatikan belajar ideologi
politik tertentu yang dimaksudkan untuk merasionalisasi dan menjastifikasi rezim tertentu.
Alfian (1992), dalam bukunya Pemikiran Dan Perubahan politik Indonesia menyatakan
“Pendidikan politik sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik
masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam
suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun” (p.235). Political socialization may be
measured througght the use of indexies, the most important of wich are:

1) Political efficacy (merasa memiliki kekuasaan untuk dapat mempengaruhi keputusan


politik);
2) Political trust (kepercayaan terhadap pemerintah dan pejabatnya);
3) Citizen duty;
4) Political participation;

18
5) Political konowledge (terutama yang berkaitan dengan cara bekerjanya sistem politik);
6) Other nation or world concept (persepsi mengenai hubungan bangsanya dengan
masyarakat dunia)

All the concepts have been stressed in traditional civic education projects (Byron G. Massialas
(Editor), Political Youth, Traditional Schools, p. 3-5). Maka konsekuensinya:“Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu proses yg dilakukan oleh lembaga pendidikan dg proses mana
seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik, sehingga yang bersangkutan
memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation,
serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional, sehingga tidak saja
menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat” (Zamroni, 2007 : p.137). PKn
sebagai pendidikan politik merupakan salah satu bentuk sosialisasi politik telah memiliki teori
yang sangat kuat dan jelas. Dikatakan kuat, sampai dewasa ini tampak belum ada bantahan
bahwa PKn (Civic Education/Citizenship Education) menganut system theory. Bahkan diperkuat
lagi dengan teori pemberdayaan warga negara (citizen empowerment) melalui pengembangan
budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam rangka mengembangkan masyarakat kewargaan
(civil society). Untuk kepentingan civil society juga telah dikembangkan teori/pendekatan politik
kewarganegaraan (citizenship politics). Pendekatan tersebut, misalnya pendekatan politik
kewarganegaraan (Hikam, 1999), pendekatan struktural prosesual yang dikemukakan Goran
Therborn (Eep Saifulloh, 1994). Politik kewarganegaraan (Citizenship politics) memandang
warga negara sebagai pusat dan aktor utama baik dalam wacana maupunpraksis politik dan
pembangunan. Pendekatan ini akan mampu meningkatkan pemahaman diri dan inisiatif
masyarakat untuk berkembang. Juga dapat untuk mengatasi berkembangnya disintegrasi yang
disebabkan penguatan politik identitas tang lazim berkembang dalam masyarakat yang pluralis.
Pendekatan struktural prosesual, melihat proses politik (demokrasi) dalam konteks sosio-historis
yang melekatinya serta menyentuh hubungan negara dan masyarakat. Kemudian masuknya
demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial (termasuk dalam hukum), hendaknya dipahami bahwa
demokrasi politik sebagai demokrasi primair sebagai basis bagi pengembangan demokrasi
ekonomi dan sosial. Dan berkembangnya demokrasi sekunder ini (demokrasi ekonomi dan
sosial) juga akan sangat menentukan bagi pengembangan demokrasi.

19
Dinyatakan jelas karena dengan menganut system theory, maka orientasi PKn bukan untuk
mendukung rezim atau kekuatan politik tertentu yang merupakan orientasi dari teori hegemonik
(hegemonic theory)( Prewitt & Dawson, 1977: 17). Konsekuensinya PKn sebagai pendidikan
politik formal memiliki tujuan bagaimana membina dan mengembangkan warga negara yang
baik, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sementara Soedijarto (dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2005),
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta : Prenada Media, halaman
9).Mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk
membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikutserta
membangun sistem politik yang demokratis.

Berpartisipasi secara bertanggung jawab mengharuskan agar sejalan dengan peraturan hukum
dan norma moral yang berlaku dalam masyarakatnya. Tanggung jawab warga negara (citizen
responsibility/civic responsibilities ) menurut CCE (1994 :37) antara dapat dicontohkan:

• melaksanakan aturan hukum;

• menghargai hak orang lain;

• memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya;

• melakukan kontrol terhadap para pemimpin yang dipilihnya dalam melaksanakan tugas –
tugasnya,

• melakukan komunikasi dengan para wakil di sekolah, pemerintah local, pemerintah nasional;

• memberikan suara dalam suatu pemilihan;

• membayar pajak;

• menjadi saksi di pengadilan;

• bersedia untuk mengikuti wajib militer, dsb.

Oleh karena itu disiplin hukum maupun moral merupakan disiplin pendukung sangat penting
bagi PKn. Teori sistem yang dianut PKn di atas, membawa konsekuensi PKn pada posisi untuk
kepentingan system maintenance dan system persistence bagi sistem politik nasional (sistem

20
politik demokrasi Pancasila). Dengan demikian pengembangan materi PKn bidang politik
terutama mengambil porsi demokrasi politik dari ilmu politik. Porsi demokrasi politik dipahami
dalam struktur ilmu politik yaitu baik sebagai pemikiran, filsafat , teori ,ideologi dan terapannya
dalam konstitusi dan sistem politik. Dan konsep, teori – teori ilmu politik yang lain yang dapat
membantu memahami demokrasi politik dalam rangka membentuk warga negara yang baik juga
perlu dikembangkan seperti antara lain :

• System theory (dalam sosialisasi politik);

• Citizenship politics (Politik Kewarganegaraan);

• Civic culture (Budaya Politik Kewarganegaraan);

• Citizen empowerment (Pemberdayaan Warga Negara);

• Civil society (Masyarakat Kewarganegaraan).

• Global Citizenship (Kewarganegaraan Global).

Sedangkan pola pikir keilmuan politik, yang perlu dipahami untuk menunjang kompetensi
profesional guru mata pelajaran PKn, diantaranya pendekatan yang dianut ilmu politik, seperti :
pendekatan tradisional, perilaku, dan pascaperilaku (value and action).

2.5 Upaya Strategi Meningkatkan Pendidikan Politik

Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan
orientasi orientasi politik pada individu. Pendidikan politik yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan rakyat agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
Sesuai paham kedaulatan rakyat atau demokrasi, rakyat harus mampu menjalankan tugas
partisipasi. Pendidikan politik mensyaratkan mengandung unsur unsur bernuansa moral. Semisal,
ketaatan terhadap hukum atau aturan main, mengagungkan kepentingan publik, memproses
kebijakan secara prosedural, pro rakyat banyak, penuh keteladanan, pencerahan publik, dan
mengusung visi serta program yang populis. Pendidikan politik memiliki muatan politis, meliputi
loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan
seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. Pendidikan politik
saat ini mempunyai tujuan pokok antara lain partisipasi politik rakyat, keterpihakan dalam

21
konflik umum terbuka, dan keikutsertaan dalam menentukan kebijakan publik. Maka keberanian
menentukan pendirian sendiri secara otonom sangat diutamakan dalam pendidikan politik, dalam
pendidikan politik untuk menentukan arah perjuangan politik ditengah banyak konflik yang
disebabkan oleh perbedaan kepentingan. Jadi secara tidak langsung pendidikan politik telah
mempengaruhi individu dalam perjuangan politik guna mencapai penyelesaian konflik yang
menguntungkan semua pihak.

Permasalahan politik di Indonesia sering mengalami pasang surut. Pasca reformasi,


keikutsertaan warga negara dalam arena politik menampakan gejala kelesuan yang diindikasikan
pada penurunan kualitas serta kuantitas partisipasi politik. Dalam pelaksanaan pemilihan umum
misalnya. Dibeberapa daerah di Indonesia masih bermasalah terkait tingginya tingkat golongan
putih (golput) akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja partai politik maupun figur yang
ditawarkan. Pelaksanaan partisipasi politik masih terancam penggunaan politik uang (money
politics) dalam mempengaruhi proses pemilihan seseorang. Untuk menangani semua
permasalahan tersebut pemerintah harus mengurangi angka golput, memberikan sanksi tegas
pihak money politics, Sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan figur pemimpin
turut meningkat. Berdasarkan atas permasalahan tersebut dalam hal partisipasi politik, sangat
penting bagi pemerintah dalam pelaksanaan pendidikan politik perlu adanya kerjasama dengan
dinas terkait atau swasta dalam mensukseskan pelaksanaan program pendidikan politik dalam
meningkatkan partisipasi politik generasi muda. Bakesbangpol memaparkan bawasanya
pendidikan politik ini dilaksanakan agar dapat memeberikan pembelajaran kepada generasi
muda, memberikan motivasi serta pemahaman akan pentingnya peran generasi muda dalam
setiap proses pemrintahan. Meskipun masih terdapat kendala dalam proses kegiatan partisipasi
pendidikan politik saat ini yakni kurangnya minat masyarakat atau generasi muda guna
mengikuti kegiatan tersebut.

1. Strategi meningkatkan Pendidikan Politik

Pertama, merupakan yang paling rendah dan lebih mudah untuk dicapai, yaitu dengan
pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang berhubungan dengan kesadaran politik. dalam
istilah lain sering disebut cognitif morality. Kedua, berhubungan dengan masalah sikap (afektif).
Pada tahap ini memerlukan lebih banyak usaha dan pematangan. Sedangkan tahap terakhir

22
berhubungan dengan masalah perilaku atau tindakan yang dilakukan setelah seseorang
mendapatkan pendidikan politik. Tahapan tahapan pendidikan politik ada beberapa yaitu :

A. Fasilitasi Pendidikan Politik bagi Generasi Muda.


Pelaksanaan pendidikan politik yang diselenggarakan Bakesbangpol sendiri melalui
sosialiasai, Sosialisasi pendidikan politik merupakan pembelajaran bagi setiap generasi muda
(pemilih pemula) dalam mengikuti kegiatan pemilukada atau sebagainya. Dari pembelajaran
tersebut generasi dituntut agar nantinya masing-masing individu memiliki kesadaran penuh
dan dapat memberikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yaitu dengan ikut
berpartisipasi politik dengan mengikuti pencoblosan pemilihan umum.
B. Website dan Media sosial.
Perkembangan informasi dan teknologi terus berkembang dengan seiring berjalan waktu, hal
ini membuat segala informasi dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang. Perkembangan
informasi dan teknologi banyak mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat
dipungkiri bahwa segala sesuatu sudah dapat diakses secara online oleh masyarakat. Hal ini
merupakan bentuk kemajuan teknologi informasi yang ada saat ini. Seiring perkembagan
informasi dan teknologi tersebut, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik juga melakukan
terobosan yaitu dengan pemberian pendidikan politik melalui media sosial facebook, twitter
dan juga instagram. Perkembangan informasi dan teknologi tentunya dapat memberikan
kemudahan dalam menyampaikan informasi kepada setiap orang, khususnya generasi muda.
Dengan tersebarnya informasi melalui media sosial tersebut, pelaksanaan pendidikan politik
tidak harus mendatangkan tetapi juga dibarengi dengan penggunaan media sosial sebagai
media informasi kepada generasi muda. Tentunya hal tersebut sesuai dengan perkembangan
jaman saat ini.
C. Sosialisasi Pemilu.
Salah satu bentuk pendidikan politik yaitu berkerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum.
Sosialisasi tersebut dihadiri oleh pengurus partai politik, tokoh agama, tokoh masyarakat,
ormas dan masyarakat. Sosialisasi bertujuan memberikan pemahaman kepada para peserta
agar mengetahui segala tahapan yang akan dilakukan oleh KPU maupun Panwas terkait
pelaksanaan Pemilu. Sekaligus memberikan pemahaman tetang pentingnya Pemilu/Pilkada
bagi warga masyarakat agar dapat memenuhi hak konstitusinya sebagai warga negara.
Sosialisasi tersebut merupakan pemahaman bagi masyarakat serta generasi muda terkait

23
dengan agenda-agenda politik seperti tujuan diadakannya pemilu, jadwal pelaksanaan
pemilu, cara memberikan suara, pemahaman terkait suara sah dan tidak sah. Sosialisasi
pemilu disini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat secara langsung, agar
masyarakat mengetahui bagaimana proses pemilu yang sesungguhnya.

2. Implementasi Pendidikan Politik

Jadi dari implementasi pendidikan politik ini, ada tiga tujuan dari pembangunan pendidikan
politik pertama, membentuk kepribadian politik, kedua kesadaran politik, ketiga partisipasi
politik. Kepribadian politik adalah sebuah sikap individu terhadap suatu permasalahan politik
yang akan menentukan tingkat kesadaran politik seseorang , hal ini dapat kita lihat melalui
tingkat pendidikan atau pengetahuan individu dalam permasalahan politik sehingga dia mampu
memposisikan diri dari kondisi tersebut dalam sebuah partisipasi positif. Tingkat partisipasi dan
kecerdasan publik akan berkolerasi pada kualitas demokrasi dan produk-produk demokrasi
seperti peraturan perundang-undangan yang baik bagi kualitas pelayanan publik.

Pengetahuan politik akan membawa seseorang pada tingkat partisipasi tertentu, pengetahuan
politik yang mumpuni akan membuat seseorang dapat lebih aktif dalam bidang politik begitu pun
sebaliknya. Dalam sistem politik tidak cukup hanya berdimensi pengetahuan, tetapi lebih
merupakan paduan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan bersama-
sama. Ketiga hal tersebutlah yang dianggap sebagai nyawa dari melek politik warga negara. Dari
aspek pengetahuan, seseorang dikatakan melek politik apabila sekurang-kurangnya menguasai
tentang,

- Informasi dasar tentang siapa yang memegang kekuasaan, dari mana uang berasal,
bagaimana sebuah institusi bekerja,
- Bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan pengetahuan,
- Kemampuan memprediksi secara efektif bagaimana cara memutuskan sebuah isu,
- Kemampuan mengenal tujuan kebijakan secara baik yang dapat dicapai ketika isu(masalah)
talah terpecahkan,
- Kemampuan memahami pandangan orang lain dan pembenahan mereka tentang tindakan
dirinya sendiri.

24
Aspek yang membentuk melek politik paling tidak berkenaan dengan sikap tentang kebebasan,
toleransi, fair, menghargai kebenaran, menghargai pemikiran, dan aspek lain, yang biasa disebut
nilai prosedural. Sedangkan dari aspek keterampilan seseorang dikatakan melek politik jika ia
tidak hanya berperan sebagai penonton yang baik, tetapi mereka mampu berpartisiasiaktif atau
bahkan menolak secara positif. Seseorang yang melek politik pun memiliki toleransi terhadap
pandangan orang lain dan dapat memikirkan perubahan dan bagaimana metode yang tepat untuk
menguasainya.

2.6 PKN Sebagai Pendidikan Politik dalam Membangun Sikap Demokratis Siswa

Pendidikan demokrasi dapat saja merupakan pendidikan yang diintegrasikan ke dalam berbagai
bidang studi, misal dalam mata pelajaran PPKn dan sejarah atau diintegrasikan kedalam
kelompok ilmu sosial lainnya. Akan tepat bila pendidikan demokrasi masuk dalam kelompok
studi sosial (social studies). Selain itu, pendidikan demokrasi dapat pula dijadikan subject matter
tersendiri sehingga menjadi suatu bidang studi atau mata pelajaran. Misalnya, dimunculkan di
mata pelajaran civics yang masa lalu pernah menjadi mata pelajaran sekolah. Namun, civics
yang sekarang hendaknya dipertegas dan dibatasi sebagai pendidikan demokrasi di Indonesia.
Dapat pula pendidikan demokrasi dikemas dalam wujud Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal, formal, dan non
formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa dilakukan di lingkungan keluarga yang
menumbuhkembangkan nilai-nilai demokrasi. Secara formal, pendidikan demokrasi dilakukan di
sekolah, baik dalam bentuk intra atau ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal pendidikan
demokrasi berlangsung pada kelompok masyarakat, lembaga swadaya, partai politik, pers, dan
lain-lain. Hal yang sangat penting dalam pendidikan di sekolah adalah mengenai kurikulum
pendidikan demokrasi yang menyangkut dua hal, yaitu penataan dan isimateri.

Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan kurikuler,


apakah secara eksplisit dimuat dalam suatu mata pelajaran atau mata kuliah, ataukah disisipkan
ke dalam mata pelajaran umum. Merujuk pada prinsip-prinsip pemerintah yang demokratis di
bawah Rule of Low, maka pendidikan kewarganegaraan memegang posisi penting guna
membangun kultur warga negara yang demokratis.

25
Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi dari pendidikan
demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka materinya perlu
ditekankan pada empat hal, yaitu asal-usul sejarah demokrasi dan perkembangan demokrasi;
sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia berdasar Pancasila dan Uud 1945; dan
masa depan demokrasi. Asal-usul demokrasi akan membelajarkan anak mengenai perkembangan
konsep demokrasi dari mulai konsep awal hingga menjadi konsep global saat ini. Materi tentang
demokrasi Indonesia membelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan, serta bentuk-bentuk ideal
demokrasi yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi akan membangkitkan
kesadaran kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi serta memahami tantangan
demokrasi yang akan muncul di masa depan. Untuk menghindari terjadinya indoktrinasi, materi-
materi yang berisi doktrin-doktrin negara sedapat mungkin diminimalkan dan diganti dengan
pendekatan historis dan ilmiah, serta dikenalkan dengan fakta-fakta yang relevan.

Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna melalproses belajar oleh karena
itu untuk memahaminya diperlukan suatu proses pendidikan demokrasi. Demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warganegara dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif
sebagai manifestasi dari suatu mind set (kerangka berfikir) dan setting social (rancangan
masyarakat)dengan menjadikan demokrasi sebagai pandangan hidup bernegara baik olehrakyat
maupun oleh pemerintah.

Sekarang PKn sebagai mata pelajaran mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, yang
mengembang sebagai pendidikan demokrasi. PKn adalah salah satu ciri pemerintah demokrasi
yang isi materi pendidikan demokrasi disekolahan mendapat porsi yang lebih dalam waktu
membelajarkannya. Namun dalam pelaksanaan di lapangan PKn hanya mendapat porsi yang
sedikit dan cara membelajarkannya seakan hanya sebatas memperkenalkannya saja.

Winarno (2007:115) mengatakan, agar PKn benar-benar berfungsi sebagai pendidikan


demokrasi maka materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal usul sejarah demokrasi
dan perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan masa depan demokrasi.

Pkn memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan sebagai
wahana pengembangan warganegara yang demokratis, yakni mengembangkan kecerdasan

26
warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility),
dan mendorong partisipasi warganegara (civic partisipation) Winataputra (2008:1.1). tiga
kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan
yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan karakter warganegara (civic disposisions). Warganegara
yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi warganegara yang cerdas,
warganegara yang partisipatif, sedangkan warganegara yang memiliki karakter kewarganegaraan
akan menjadi warganegara yang bertanggung jawab. Pendidikan kewarganegaraan mengemban
tugas menyiapkan peserta didik menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab
untuk mendukung tegaknya negara demokrasi. Pendidikan sekolah memiliki misi sebagai
pendidikan politik demokrasi di Indonesia. Jadi PKn mempunyai tugas membelajarkan
demokrasi secara demokratis kepada peserta didik. Dengan pendidikan kewarganegaraan, akan
ada sosialisasi, dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Untuk
membelajarkan demokrasi kepada peserta didik ada berbagai cara yang dapat dilakukan. James

McGregor dalam Winataputra (2008:7.21) menyatakan bahwa pembelajaran demokrasi


mempunyai banyak cara yang dapat ditempuh dengan mengaitkan lingkungan di luar kelas.
Sedangkan Couto dalam Winataputra (2008:7.21) memberi gambaran bahwa pembelajaran
demokrasi memerlukan sejumlah proses yang secara implisit terjadi dalam peran guru maupun
siswa selama proses pembelajaran di kelas yang demokratis dengan mengaitkan persoalan-
persoalan dari lingkungan sekitar.

2.7 Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik dalam Membangun


Partisipasi Siswa dalam Organisasi Kesiswaan.

Kepedulian warga negara terhadap Pemilu masih sangat kecil, kemelekwacanaan warga
negara (civic literacy) penting bagi peningkatan kualitas partisipasi politik karena keterlibatan
rakyat dalam proses politik harus didasari pengetahuan yang memadai. Partisipasi warga negara
yang dilandasi pengetahuan yang memadai diyakini akan menambah efikasinya (Suryadi, 2009:
207).

Kemelekwacanaan warga negara merupakan pengetahuan dasar yang dimiliki setiap warga
negara mengenai proses politik, sehingga tidak akan ada orang yang memiliki pengetahuan yang

27
sama. Perbedaan inilah yang akan memicu perbedaan partisipasi mereka dalam kehidupan
politiknya. Seperti kritik-kritik masyarakat mengenai proses pemerintahan melalui media massa,
media sosial atau media publik lainnya, dimana setiap kegiatan masyarakat dalam proses
politiknya itu dapat mempengaruhi kebijakan publik pemerintah. Kebijakan pemerintah yang
berpihak pada masyarakat tersebut dapat membawa masyarakat menuju kesejahteraan.

Kemelekwacanaan warga negara ini bisa ditingkatkan melalui tiga aspek yakni pendidikan,
penggunaan media massa dan institusi politik. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang paling menunjang untuk mendorong peningkatan civic literacy sebagaimana yang
dijelaskan Milner (2001: 22) bahwa “… the most likely method of improving levels of civic
literacy is civics education” Untuk mengukur tingkat civic literacy ada dua indikator yakni
factual knowledge dan cognitive proficiency (Milner, 2003:55). Factual knowledge (pengetahuan
faktual) merujuk pada pengetahuan mengenai sistem politik dan pemerintahan negara masing-
masing, sehingga tidak ada instrumen baku untuk mengukur tingkat pengetahuan faktual ini.

Namun, ada hal yang biasa di tanyakan di setiap negara antara lain mengenai posisi politik
yang paling penting di negara mereka (perdana menteri, keuangan, menteri dll), dan meminta
responden nama dan afiliasi politik dari orang yang menduduki posisi tersebut. Serangkaian
pertanyaan lain dapat menguji pengetahuan tentang posisi partai besar pada isu-isu kunci dan
praktek konstitusional dan institusional dasar seperti selang waktu antara pemilihan umum,
komposisi komite legislatif, atau kekuasaan tertentu dari pemerintah daerah. Cognitive
Proficiency (kecakapan kognitif) di dapat dari materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran
di sekolah. Dalam mengukur tingkat penguasaan kecakapan kognitif ini digunakan indikator
sebagai berikut.

a. Dapat menjelaskan pentingnya ideologi politik dan perkembangannya, dan bagaimana


ideologi mempengaruhi pandangan dalam berbagai kondisi sosial.

b. Mengetahui pengetahuan yang luas tentang bagaimana kondisi negara saat ini dan
mampu membuat perbandingan dengan kondisi negara-negara lain.

c. Tahu apa pengaruh kondisi ekonomi komunitas, perusahaan dan individu.

d. Dapat menempatkan ekonomi, pem bangunan politik dan sosial dalam perspektif sejarah.

28
e. Dapat Mempertimbangkan hubungan inter nasional dan kondisi global dari ekonomi,
politik, aspek hukum dan budaya serta menjadi sadar kondisi untuk melakukan kerja sama
internasional untuk tujuan politik dan sarana kebijakan keamanan.

f. dapat meng gunakan berbagai sumber penge tahuan dan alat untuk menganalisis dan
mendiskusikan isu-isu sosial, menggunakan pendekatan yang berbeda, dan dalam seperti cara
memperkuat pendapat sendiri.

Kemelekwacaan Warga (civic literacy) dalam pembelajaran PKN berpengaruh positif dan
signifikan terhadap partisipasi politik sebesar 0.400. pengaruh yang cukup kuat ini
menggambarkan bahwa PKN sebagai wahana pengembangan kemelek wacanaan warga dapat
dikatakan cukup berhasil. Sebagaimana yang di katakan oleh Wahab (2008:120) bahwa
pendidikan hendaknya dan harus mengembangkan potensi anak didik sepenuhnya dan memper
siapkan mereka untuk dunianya dimana mereka berada. Sehingga sekolah-sekolah harus
meletakkan dasar-dasar yang positif, partisipatif dengan dua cara yang penting yakni membantu
siswa memperoleh dan memahami infomasi penting dan memberikan kesempatan dan dorongan
kepada mereka untuk berpartisipasi dalam semua aspek kehidupan sekolah.

Segala upaya yang dilakukan oleh guru dalam rangka peningkatan kemelekwacaan warga
bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup warga itu sendiri. Karena kemelekwacanaan warga
akan mempengaruhi kualitas partisipasi politiknya. Pertisipasi warga negara dilandasi dengan
pengetahuan yang memadai (fostering informed political participation) akan menambah
efikasinya (Suryadi, 2008 :152). Sehingga warga negara hendaknya mengerti bahwa keterlibatan
dirinya dalam kehidupan politik dan dalam masyarakat demokratis dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup di lingkungannya. Kemelekwacanaan warga ada kaitannya dengan
kesadaran politik (political awareness), ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about)
dan peka (sensitive) terhadap aspekaspek politik, sosial dam ekonomi di masyarakatnya. Oleh
karena itu seseorang tidak cukup memiliki keterampilan saja, namun harus memiliki wawasan
(literacy) sebagai dasar untuk dapat berpartisipasi politik. Inilah yang menjadi landasan mengapa
PKN bertujuan mempersiapkan siswa untuk dapat berperan aktif dalam kehidupannya.

Faktor yang menghambat Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengembangan kemelek


wacanaan warga adalah terlalu luasnya bahan/isi pelajaran. Apabila kita bertitik tolak dari civic

29
yang merupakan cabang ilmu politik, maka unsur utama yang menjadi fokus pelajaran civic
adalah demokrasi politik. Gross and Zeleny (dalam Somantri, 2001:285) menyatakan bahwa isi
dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah teori-teori tentang demokrasi politik, konstitusi negara,
sistem politik, partai politik, pemilihan umum, lembaga-lembaga pengambil keputusan, Presiden,
lembaga yudikatif dan legislatif, output dari sistem demokrasi politik, kemakmuran umum dan
pertahanan negara dan perubahan sosial.

Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan berpengaruh dalam mengembangkan kemelekwacanaan warga negara dan
keterampilan partisipatorinya, sehingga dapat membuat partisipasi politik siswa menjadi lebih
aktif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat kemelekwacanaan warga negara
dan keterampilan partisipatori siswa maka partisipasi politik siswa pun akan lebih aktif.
Kenyataan tersebut dapat dilihat dari ketertarikan siswa dalam mendiskusikan masalah-masalah
politik dan kemampuan siswa untuk ikut berperan serta dalam memutuskan masalah. Secara
khusus kesimpulan dapat diperoleh Kemelekwacanaan warga menjadi elemen penting dalam
menentukan kualitas partisipasi warga negara. Hal ini disebabkan proses partisipasi yang disertai
dengan daya nalar yang kuat dan melalui pemikiran yang kritis akan mempengaruhi kemajuran
partisipasi politik tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kontribusi dalam
mengembangkan pengetahuan politik siswa. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan faktual
dan kecakapan kognitif. Dengan demikian, siswa memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam
lingkungannya. Partisipasi yang dilandasi dengan pengetahuan yang baik diyakini akan
menambah kemajurannya. Siswa yang memiliki keterampilan partisipatori yang baik maka ia
akan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan politiknya.

Pembelajaran Pendidikan Kewarga negaraan bukan hanya sekedar memberikan


penguasaan penge tahuan saja, namun dibelajarkan mengenai keterampilan-keterampilan yang
berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan seperti berinteraksi, memonitoring, dan
mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik merupakan wujud pengembangan dari
partisipasi politik yang positif, sehingga dengan demikian warga negara memiliki kemampuan
untuk turut memikirkan apa yang dipertimbangkan pemerintah bagi perwujudan kepentingan
bersama. Seorang siswa memiliki pengetahuan yang memadai, maka ia juga akan cenderung
memiliki keterampilan yang baik pula. Hal ini terlihat apabila siswa memiliki tingkat berfikir

30
yang kritis, maka siswa tersebut akan berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan diskusi
mengenai masala-masalah politik di kelas. Sehingga siswa dituntut untuk dapat memecahkan
masalahnya sehingga ketika terjun ke masyarakat ia sudah siap menjadi seorang decission
maker. Pengembangan kemelekwa canaan warga dan keterampilan partisipatori dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan penting dalam meningkatkan
partisipasi politik siswa. Untuk menghasilkan partisipasi yang positif bukan hanya diperlukan
pengetahuan saja, tetapi dibutuhkan keterampilan yang memadai guna adanya perubahan
terhadap situasi yang ada. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan bukan hanya sekedar
menumbuhkan partisipasi dari warga negara namun benar-benar sebagai partisipasi yang cerdas
dan penuh tanggung jawab, serta terampil dalam melakukan tindakan yang terarah dan efektif.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dapat diartikan sebagai pendidikan yang
memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup
sebagai warga negara yang memiliki kesadaran politik, serta memiliki kemampuan berpartisipasi
dalam politik. Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam mempengaruhi atau
memberikan pemahaman terhadap politik melalui sarana pendidikan di lingkungan sekolah
secara khusus bagi pemilih pemula dan masyarakat secara umum.

Pembelajaran Pendidikan Kewarga negaraan bukan hanya sekedar memberikan penguasaan


pengetahuan saja, namun dibelajarkan mengenai keterampilan-keterampilan yang berguna dalam
kehidupan bermasyarakat. Keterampilan seperti berinteraksi, memonitoring, dan mempengaruhi
proses pembuatan kebijakan publik merupakan wujud pengembangan dari partisipasi politik
yang positif, sehingga dengan demikian warga negara memiliki kemampuan untuk turut
memikirkan apa yang dipertimbangkan pemerintah bagi perwujudan kepentingan bersama.

Dengan pendidikan kewarganegaraan, akan adanya sosialisasi dan penyebarluasan nilai-nilai


demokrasi pada masyarakat. Untuk membelajarkan demokrasi kepada peserta didik ada berbagai
cara yang dapat dilakukan. James McGregor dalam Winataputra (2008:7.21) menyatakan bahwa
pembelajaran demokrasi mempunyai banyak cara yang dapat ditempuh dengan mengaitkan
lingkungan di luar kelas. Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh terhadap pendidikan politik yakni mengembangkan
kemelekwacanaan warga negara dan keterampilan partisipatorinya, sehingga dapat membuat
partisipasi politik siswa menjadi lebih aktif.

3.2 Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun

32
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

bdulkarim, A. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara Yang


Demokratis. Bandung: Grafindo Media Pratama.

A.Ubaedillah. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi dan


Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sandika, A. (2018). Peran Pdi Perjuangan Dalam Pendidikan Politik Masyarakat Menjelang
Pilkada Mesuji Tahun 2017. Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Universitas
Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Rahman, A. (2018). Konsep Dasar Pendidikan Politik bagi Pemilih Pemula melalui Pendidikan
Kewarganegaraan. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 44-51.

FuadIhsan, Dasar-Dasarkependidikan, ( Jakarta: rinekacipta , 2008), h. 1 28 B.N.

Marbun, kamus politik, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2002), h. 416

Meriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik , ( jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991 ) 30

Fatahullah Jurd, Studi Ilmu politik, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) h. 9

Pasaribu, P. (2017). Peranan Partai Politik dalam Melaksanakan Pendidikan Politik. JPPUMA:
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Journal of Governance and Political
Social UMA), 5(1), 51-59.

Hamisa, W., & Murdiyono, M. (2018). Peran PKn sebagai pendidikan politik dalam membangun
sikap demokratis dan partisipasi siswa dalam organisasi di SMA. Harmoni Sosial: Jurnal
Pendidikan IPS, 5(2), 192-201.

Mulyani, S. D. (2022). peranan pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan partisipasi


politik siswa. Jurnal Pendidikan Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan, 12(2), 104-113.

34
Hamisa, W., & Murdiyono, M. (2018). Peran PKn sebagai pendidikan politik dalam membangun
sikap demokratis dan partisipasi siswa dalam organisasi di SMA. Harmoni Sosial: Jurnal
Pendidikan IPS, 5(2), 192-201.

Rahayu, S. (2018). Peran Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
Dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Mahasiswa Di Era Millennial (Studi Deskriptif
Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung) (Doctoral
dissertation, FKIP UNPAS).

Affandi, F. N. (2019). Pelaksanaan Pendidikan Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik


Generasi Muda. Journal of Chemical Information and Modelling, 53(9), 1689-1699.

Nurdiansyah, E. (2015). Implementasi Pendidikan Politik Bagi Warga Negara Dalam Rangka
Mewujudkan Demokratisasi di Indonesia. Jurnal Bhineka Tunggal Ika, 2(1), 54-58.

Slamet, P. H. Politik Pendidikan Indonesia Dalam Abad 21. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
33(3).

Prasetyo, Antonius Galih. 2012. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Menuju Demokrasi
Rasional. ISSN 1410-4946, vol 16.

Rianto, Puji. 2005. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan
Krisis Demokrasi. ISSN 1410-4946. Vol 8.

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Ilmu Pemerintahan. Jakarta. Bumi Aksara.

Saronji Dahlan dan H. Asy’ari. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP/ MTs Kelas VIII.
Jakarta. Erlangga.

Suteng, Bambang Dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XI.Jakarta. Erlangga.

Setiawan, Deny. 2013. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan. UNIMED PRESS.

Setiawan, Deny. 2015. Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan. Larispa Indonesia.

Yumitro, Gonda. 2013. Jurnal ilmu sosial dan politik: Partai Islam dalamDinamika Demokrasi
diIndonesia. ISSN 1410-4946. vol 17.

35

Anda mungkin juga menyukai