ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Dalam Memenuhi Mata
Kuliah Magang
OLEH:
ALIA NURUL HAPSARI
L1A017017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas nikmat dan rahmat-Nya yang melimpah,
yang karena-Nya kegiatan magang di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan)
DIY ini dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas
mata kuliah “Magang” (Praktik Kerja Lapangan) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Hubungan Internasional Universitas Mataram. Tujuan dibuatnya
laporan Magang ini adalah untuk melaporkan segala sesuatu yang ada kaitannya
dengan dunia kerja di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Dalam penyusunan laporan magang ini, tentu tak lepas dari pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan laporan ini. Pihak-pihak yang terkait itu diantaranya sebagai
berikut :
Dengan bantuan semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas maka
penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan sebaik-baiknya. Laporan
magang ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
sangat dibutuhkan untuk perbaikan di kemudian hari.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
2015-2020..............................................................................................................21
iii
5.3 Metode Penelitian.........................................................................................23
5.6 Pembahasan..................................................................................................30
5.7 Simpulan.......................................................................................................38
PENUTUP..............................................................................................................40
5.1 Simpulan.......................................................................................................40
5.2 Saran.............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1
LAMPIRAN.............................................................................................................5
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak. Sebagai mahasiswa
hubungan internasional, tentunya diharapkan dapat memahami serta mampu
memberikan hipotesa sederhana mengenai bagaimana kondisi politik internasional
mempengaruhi perekonomian dalam negeri baik secara nasional maupun regional
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi.
Beberapa tujuan yang ingin diraih oleh penulis dalam mengikuti program magang
ini secara umum antara lain:
2
Adapun tujuan khusus yang ingin diraih oleh penulis selama program
magang berlangsung, antara lain:
3
1.5 Metode Pengumpulan Data Laporan Magang
Metode yang digunakan dalam laporan magang ini adalah metode
deskriptif analisis, dimana di mana penulis menggambarkan permasalahan dengan
didasari dari data yang ada. Teknik analisis data yang digunakan dalam laporan ini
merujuk pada pemikiran Miles dan Huberman (1994), dalam bukunya Qualitative
Data Analysis: An Expanded Sourcebook, menjelaskan bahwa secara umum,
proses analisis data kualitatif melibatkan empat komponen penting, yaitu,
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi, penarikan
kesimpulan,1 yang di mana penjelasannya antara lain:
4
a. Observasi
b. Studi Pustaka
c. Wawancara
Jenis sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan laporan ini adalah:
a. Data Primer
b. Data Sekunder
5
sekunder dengan mengakses halaman atau website resmi dari Dinas Kebudayaan
DIY dan sumber-sumber kredibel daring lainnya.
a. BAB 1 : Pendahuluan
6
Bab ini akan menjelaskan mengenai keterkaitan antara Kantor Dinas
Kebudayaan DIY sebagai lokasi pelaksanaan magang dengan keilmuan hubungan
internasional sebagai studi yang tengah di tempuh oleh penulis.
f. BAB 6 : Penutup
Bab ini merupakan bagian terakhir dari keseluruhan laporan yang berisi
kesimpulan atas kegiatan magang yang telah diikuti, serta saran yang berisikan
masukan menjadi fokus perhatian bagi penulis.
7
BAB II
8
1. 30 September 2006 - 23 Juli 2008, Ir. Condroyono sebagai Kepala
Dinas
2. 23 Juli 2008 - 22 Desember 2008 Dra. Dyan Anggraini (plt)
3. 22 Desember 2008 - 2010 Drs. Djoko Dwiyanto Mhum.
4. 2010 - 2014 Drs. GBPH Yudaningrat, MM
5. 2014 - 2018 Drs. Umar Priyono,MPd.
6. 2018 - sekarang Aris Eko Nugroho, S.P. M.Si
Tugas dari disbud DIY di sini yaitu untuk membantu melaksanakan urusan
pemerintahan dan keistimewaan di bidang kebudayaan. Adapun fungsi dari dinas
ini yaitu:
9
m. Pelaksaaaan koordinasi, pemantauan, evaluasi, pembinaan, dan
pengawasan urusan pemerintahan bidang kebudayaan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/Kota;
n. Pelaksanaan kegiatan kesekretariatan;
o. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas Dinas; dan
p. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubemur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
10
BAB III
SUB-BAGIAN PROGRAM
Gerakan Wajib Kunjung museum ini sudah berdiri tahun 2012 dan
sudah berjalan selama 4 tahun, kegiatan ini yaitu kegiatan kunjung
museum yang ditunjukan kepada sekolah-sekolah atau komunitas yang ada
di DIY yang akan berkunjung ke museum, kegiatan ini dibiayai oleh Dinas
Kebudayaan DIY serta Dinas Kebudayaan DIY juga memberikan fasilitas
seperti, transportasi, makanan, dan tiket masuk ke museum sehingga
sekolah-sekolah tersebut tidak perlu mengeluarkan anggaran lagi untuk
mengunjungin museum. harapan dari program ini agar masyarakat
mengenal terlebih dahulu museum dimulai dari anak-anak/ pelajar agar
11
siswa dapat mengajak orang tua dan saudara-saudaranya untuk berkunjung
ke museum dilain kesempatan secara mandiri. Program gerakan wajib
kunjung museum awalnya dari gerakan cinta museum yang
diselenggarakan dari pusat, yaitu kementrian dan dari rektorat gerakan
wajib kunjung museum untuk di daerah khususnya DIY.
12
masyarakat. Kegiatan Duta Museum DIY sendiri memperebutkan total
puluhan juta rupiah.
Terdapat beberapa tahapan saat pemilihan Duta Museum DIY yaitu
tahapan pertama Audisi dan penjurian awal, Seleksi, dan diakhiri dengan
penobatan sebagai Duta Museum DIY. Adapun beberapa syarat yang ingin
mendaftar sebagai Duta Museum DIY pada tahun 2015, yaitu pria dan
wanita yang berusia 21-53 tahun, memiliki tinggi dan berat badan
professional, pendidikan minimal SMA atau Sederajat, jika masih kuliah
minimal semester akhir. Peserta merupakan warga Negara Indonesia yang
berdomisilir di DIY, mengerti dan memahami tentang permuseuman. Dan
memiliki masa bakti selama satu tahun di DIY.
Duta museum mempunyai event tersediri yaitu safari Duta
Museum DIY, yang bertugas untuk mekampanyekan museum-museum
yang ada di DIY pada sekolah-sekolah yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Safari Duta Museum yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan DIY namun anggarannya diberikan oleh dinas
kebudayaan DIY. Para Duta Museum DIY melakukan safari duta museum
ke sekolahsekolah yang mudah untuk mereka interaksi, sekolah-sekolah
tersebut berupa SMA-SMA dan Sederajat.
Duta Museum DIY berkunjung ke sekolah-sekolah untuk
melakukan sosialisasi pada siswa-siswa dan Dinas Kebudyaan DIY
memberikan beberapa pendamping yang menceritakan tentang keberadaan
museum yang ada di DIY, biasanya dalam kunjungan Safari Duta
Museum, para Anggota Duta Museum DIY mengadakan games,
permaianan dan juga memberikan hadiah kepada siswa-siswa SMA.
Hadiah tersebut berupa buku profil, video profil tentang museum dan
sebagainya. Dan dari situlah siswa-siswa mulai mengenal apa itu museum,
dan setelah Safari Duta Museum selesai dilakukan, pihak Dinas
Kebudayaan DIY memberikan fasilitas berkunjung ke museum bagi
sekolah tersebut tanpa harus mengantri. Mulai dari bus, sewa tempat,
makanan, tiket masuk museum semuanya ditanggung oleh dinas
13
kebudayaan diy. Namun sekolah tersebut membuat janji terlebih dahulu
dengan pihak Dinas Kebudayaan DIY agar dinas dapat mempersiapkan
semua fasilitas yang dibutuhkan.
Harapan dari dinas kebudayaan DIY agar siswa tersebut punya
kesan terhadap museum. sehingga siswa dapat mengajak keluarganya,
temantemannya, atau saudaranya untuk bekunjung ke museum.
berkunjung ke museum tidak hanya program yang dilakukan oleh dinas
secara langsung namun juga berdampak terhadap orang-orang yang ada
disekitar. Selain itu juga, Duta Museum DIY dituntun untuk menjadi
publik relations yang baik serta mempersentasikan museum semenarik
mungkin kepada siswasiswa serta masyarakat, Duta Museum juga
mempunya beberapa program mengkolaborasikan. Seperti Night at
Museum. Night at Museum awalnya program yang dibentuk oleh
mahasiswa yang mengikuti acara dari Dikti yaitu pekan kreativitas
mahasiswa, pengabdian masyarakat (PKM-M), lalu atas kerjasama dengan
pihak ikatan duta museum DIY maka, pihak dari duta museum DIY
melakukan kerjasama dengan pihak Night at Museum.
Night at Museum yaitu kegiatan menjelajah museum pada malam
hari, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah serta penambahan
wawasan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum DIY juga
dapat membantu event-event lain yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY
serta Event-event yang diadakan oleh museum sesuai dengan porsi yang
telah ditentukan.
14
BAB IV
4.1 Penempatan
15
Penulis kemudian menjalani tugas untuk meliput dan membuat berita
‘Uji Coba Terbatas Wajib Kunjung Museum’ untuk di posting ke website
resmi Dinas Kebudayaan DIY.
16
Gambar 2. Kegiatan Meliput Sultan Yogyakarta.
17
Gambar 4. Kegiatan Rapat Sub-Bagian Program.
Penulis kemudian ikut menghadiri rapat ‘YogyaSemesta’ di
Perpustakaan Daerah DIY. Termasuk rutin mengikuti apel di Pendopo Dinas
Kebudayaan DIY. Rapat agenda seperti untuk membahas event – event yang
sedang berjalan maupun yang sudah selesai juga dihadiri penulis.
4.5 Menjadi Panitia Kegiatan
Penulis menjadi panitia dalam event ‘YogyaSemesta’ di mana penulis
ditugaskan untuk membagikan kaos ‘YogyaSemesta’ keseluruh divisi di
kantor Dinas Kebudayaan DIY. Kemudian penulis ikut datang ke venue
‘Yogya Semesta’ di Grhtama Pustaka dan membantu jalannya kegiatan
bersama semua pihak yang bertugas. Penulis juga ikut dilibatkan menjadi
panitia di acara Dialog Budaya Pengembangan Keris yang bertempat di Aula
Bima Dinas Kebudayaan DIY.
18
Gambar 5. Mengikuti Workshop.
Kasubbag juga telah mengintruksikan penulis untuk membuat TOR
untuk talkshow tentang hari Sumpah Pemuda dan sudah penulis laksanakan
dengan tuntas, termasuk mengcross check TOR untuk talkshow mengenai hari
Sumpah Pemuda dengan tema : Refleksi Hari Sumpah Pemuda Kebulatan
Tekad Membangun Persatuan Di Tengah Keragaman Budaya. Selain itu,
penulis dipercaya untuk membuat sambutan untuk Kepala Dinas Kebudayaan
DIY dalam acara Workshop Pengelolaan Media Sosial.
19
Kemudian penulis juga ikut mengikuti Kegiatan “Workshop
Pengelolaan Media Sosial Dinas Kebudayaan DIY” , membuat Laporan
Kegiatan “Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas Kebudayaan DIY”, dan
merevisi Laporan Kegiatan “Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas
Kebudayaan DIY”.
4.6 Mengelola Media Sosial
Selain peliputan, penulis juga terlibat dalam tata kelola media sosial
dari Disbud DIY seperti mengunggah film/video yang dibuat oleh Dinas
Kebudayaan DIY ke YouTube ‘tasteofjogja’ dan mengatur jadwal tayang film
pendek di YouTube Channel ‘tasteofjogja’.
20
BAB V
21
pariwisata sendiri bisa memiliki beragam tingkatan, mulai dari tingkat global,
regional, negara, dan lokal.
22
Kerajaan Yogyakarta Hadiningrat, sampai Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi pusat pamerintahan Republik Indonesia pada tahun 1946-1949. Dalam
hal pusat kebudayaan bahwa di Yogyakarta terdapat budaya asli nan indah dan
merupakan pusat dari seni budaya Jawa. Selain itu kehidupan seni kebudayaan
yang tinggi masih berkembang sampai saat ini.5 Kekayaan budaya ini bisa
menjadi sarana meningkatkan daya saing daerah.
5
Mu. Syaifulloh dan B. Wibowo, Benda Cagar Budaya Potensi Wisata & Ekonomi
Kreatif Masyarakat, Penerbit Lakeisha, Klaten, 2020, p. 49
6
A. Z. Kurniullah, dkk., Metode Penelitian Sosial, Yayasan Kita Menulis, Medan, 2021, p.
27
23
kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah
daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian
ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam, yakni mengkaji masalah
secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. 7
7
J. W. Creswell dan J. D. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Fifth Edition, SAGE Publications, Thousand Oaks, 2018, pp. 50-51.
8
R. Ardiwidjaja, Pariwisata Budaya, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo, 2020, p. 47
24
lanskap yang signifikan secara budaya, dan keanekaragaman hayati. Tindakan
yang disengaja untuk menjaga warisan budaya dari masa sekarang untuk masa
depan dikenal sebagai pelestarian atau konservasi budaya, yang dipromosikan
oleh museum etnis dan pusat budaya budaya dan sejarah. 9 Dinas kebudayaan
sendiri merupakan salah satu pelaksana peran tersebut. Warisan yang dilestarikan
telah menjadi jangkar industri pariwisata global, penyumbang nilai ekonomi
utama bagi masyarakat lokal.
9
A. Ayuningsih, Pariwisata Indonesia Kontemporer, UGM Press, Yogyakarta, 2021, p.
33
10
R. Ardiwidjaja, p. 52
11
UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>,
diakses 5 Maret 2022.
25
dan tradisi. 12 Di dalam cultural tourism terdapat 12 unsur kebudayaan yang dapat
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Berikut di bawah ini
unsur-unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu13:
12
UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>,
diakses 5 Maret 2022.
13
L. E. Hudman dan D. E. Hawkins, Tourism in Contemporary Society: An Introductory
Text, Prentice-Hall, Wisconsin, 1989, p. 74
26
6) Sejarah suatu tempat (history of the region). Sejarah juga
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang menjadi daya tarik
untuk wisatawan datang berkunjung.
7) Cara Kerja dan Teknologi (work and technology). Begitu pula
dengan sebelumnya, cara kerja dan teknologi juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.
8) Agama (religion). Di Indonesia terdapat berbagai macam agama
yang dianut oleh masyarakat. Secara resmi Indonesia mengakui 6
agama diantaranya Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Keberagaman dan rasa toleransi antar umat beragama
inilah yang menarik wisatawan asing untuk datang berkunjung.
9) Bentuk dan karakteristik arsitektur di daerah wisata (architectural
characteristic in the area). Arsitektur dari rumah adat yang ada di
berbagai daerah di Indonesia berhasil memukau wisatawan untuk
datang berkunjung. Salah satu contohnya ialah arsitektur rumah
adat Bali yang unik dan menjadi daya tarik wisatawan untuk
berkunjung ke Bali.
10) Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).
Pakaian adat yang beragam juga menjadi penarik perhatian
wisatawan untuk datang berkunjung.
11) Sistem pendidikan (educational system). Sistem pendidikan juga
masuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan yang menarik
kunjungan wisatawan.
12) Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities). Uniknya
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat lokal pada waktu
senggang, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
27
dari suatu budaya, sedangkan kalangan pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut
tidaklah salah asalkan tidak menghilangkan substansi atau inti dari suatu karya
seni.
Ketika brand dikaitkan dengan sebuah tempat, maka brand tersebut harus
bisa mengkomunikasikan dengan jelas, seperti apa daerah tersebut, apa saja yang
dimilikinya, dan mengapa daerah tersebut patut mendapat perhatian, sehingga
siapapun yang bertandang ke daerah tersebut, atau daerah kota itu sekalipun, dapat
memaparkan secara singkat citra kota tersebut. Destination branding dapat
dikatakan sebagai strategi dari suatu destinasi untuk membuat positioning yang
kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah
produk atau jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas di
seluruh dunia.14
Di tingkat internasional, program city marketing yang dilakukan melalui
dstination branding sudah banyak diterapkan. Beberapa kota di dunia telah
menerapkan strategi ini, mulai dari kota-kota di Eropa, Australia, hingga Asia.
Sama seperti Kota Belanda “I Amsterdam” adalah re-branding Amsterdam,
14
I. J. Dewi, Developing A Destination Brand In The Context Of Regional And National
Branding Strategies: A Case Study Of Brand Development Of Sleman DisTrict, Yogyakarta
Special Province, Indonesia, Advances in Social Science, Education and Humanities Research
(ASSEHR), volume 186, 2018, pp. 153-157
28
Singapura dengan Uniquely Singapore dan Brisbane dengan New World City
Australia. Tidak dapat dipungkiri keberhasilan suatu daerah untuk
mengembangkan potensinya sangat bergantung pada kegiatan pemasaran terpadu
yang dilakukannya.
Destination branding berbeda dengan place branding. Destination
branding atau daerah tujuan lebih memiliki makna mendalam dari pada hanya
sebuah tempat. Seberapa kuat asosiasi pencitraan sebuah daerah tujuan melekat
dalam benak masyarakat tergantung pada informasi yang didapat dari daerah
tersebut. Persepsi yang muncul dalam benak pikiran masyarakat adalah esensi dari
sebuah daerah tujuan. Dalam mem-branding suatu tempat tujuan, perlunya upaya-
upaya yang dilakukan untuk membentuk citra dan persepsi yang positif bagi
masyarakat atau pengunjung untuk menciptakan recalling bagi mereka untuk
kembali berkunjung lagi.15
Destination branding akan memperkaya rasa dan keunikan dari sebuah
tempat tujuan, sehingga dalam pembuatan dastination branding harus
menunjukkan konsistensi dan kejelasan. Branding destinasi fokus terhadap tujuan
untuk meningkatkan pendapatan pariwisata dan lebih mengurus tentang faktor-
faktor yang lebih terkontrol dalam manajemen dan pemasaran dari sebuah
destinasi. Dalam melakukan promosi sebagai tujuan pemasaran branding dari
suatu destinasi, manajemen branding destinasi sangat dibutuhkan untuk
melibatkan penelitian luas, pengembangan daya tarik, event management,
Integrated Marketing Communication (IMC), dan monitoring berkelanjutan.
Sedangkan promosi sendiri secara signifikan sangat penting dalam membangun,
mempertahankan, menguatkan, dan merubah brand suatu destinasi karena upaya
promosi mewakili tujuan dari suatu branding.16
Destination branding adalah tentang mengidentifikasi aset destinasi yang
paling kuat dan paling menarik secara kompetitif di mata calon pengunjungnya,
membangun cerita dari aset tersebut yang membuat destinasi menonjol di atas
15
V. A. Briciu, Differences Between Place Branding And Destination Branding For Local
Brand Strategy Development, Bulletin of the Transilvania University of Braşov, Vol. 6 (55) No. 1,
2013, pp. 9-14
16
A. K. Singh, Destination Branding: An Introduction, Icfai University Press, Hyderabad,
2010, p. 12
29
pesaingnya, dan menjalankan narasi ini secara konsisten melalui semua
komunikasi pemasaran.17 Di dalam strategi promosi destination branding,
keberhasilannya bergantung pada bentuk promosi dengan pesan verbal dan visual.
terdapat beberapa aktivitas yang mendukung promosi destinasi seperti media
campaign, roadshow, tourism fairs, event, celebrity testimonials, international
media trips, termasuk periklanan menjadi salah satu aktivitas Public Relations
seperti pembuatan video, poster, roadside board, podcasting, photo sharing,
travel blogs, newsletter, dan e-mail.
5.6 Pembahasan
Branding DIY pertama kali muncul pada tahun 2001 ketika logo dan
slogan “Never Ending Asia” diusulkan sebagai slogan untuk Jogja. Gubernur
Provinsi DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusulkan ide membuat
branding tersebut. Pemerintah Daerah DIY dibantu oleh Markplus Inc sebuah
perusahaan pemasaran besar di Indonesia akhirnya melahirkan brand, “Jogja
Never Ending Asia”. Saat itu, Yogyakarta diharapkan menjadi pionir atau
pemimpin di kawasan Asia dalam ranah perdagangan, pariwisata, dan industri
dalam lima tahun ke depan. Arti kata Jogja Never Ending Asia berarti Jogja
menjadi daerah atau kota terkenal di Asia, dengan menggunakan konsep never
ending tourism. Namun, setelah 14 tahun, Pemerintah Daerah DIY merasa perlu
melakukan Re-branding Jogja. Ide perubahan logo sekaligus rebranding Jogja ini
sebenarnya berawal dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Orang
nomor satu di DIY itu menilai logo lama yang bertahan selama 14 tahun, kini
sudah tidak relevan lagi. Selain itu, slohan “Jogja Never Ending Asia” juga
dinilai perlu diubah.18
17
N. Morgan, A. Pritchard, R. Pride, Creating the Unique Destination Proposition,
Elsevier, Oxford, 2002, p. 2
18
R. Nisa dan G. Wiradharma, Konstruksi Branding Destinasi Pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta, Ikraith-Humaniora, vol. 3 no. 1, 2019, pp. 53-60
30
Gambar 8. Perubahan Branding Yogyakarta19
Konsep pariwisata yang diusung oleh pemerintah DIY bukan tanpa alasan.
Kepala Bidang Pelayanan Pariwisata Dinas Pariwisata DIY menjelaskan,
dipilihnya pariwisata sebagai konsep branding dilatarbelakangi oleh faktor
budaya yang kuat. DIY pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam,
Kesultanan Yogyakarta, dan Pakualaman. DIY juga dikenal sebagai kota budaya,
19
'Rebranding Jogja', Pemerintah Kabupaten Bantul,
<https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJogja-publish.pdf>, diakses
23 Februari 2022.
31
dikaitkan dengan warisan budaya yang bernilai tinggi pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajaan, dan yang hingga kini tetap lestari. Daerah ini terkait dengan
banyak pusat seni dan budaya.
Basic atau awal merumuskan branding Jogja itu adalah budaya. Jogja
menitikberatkan kepada kebudayaanya yang berbeda dengan daerah lain
mengingat Jogja adalah daerah istimewa. Karena itulah Jogja ingin menanamkan
kepada benak pelanggan jika mendengar kata Jogja akan langsung teringat dengan
kebudayaan serta keistimewaannya. Mengingat ketika menyusun positioning,
suatu daerah harus mempunyai beberapa basis penentuan yaitu manfaat,
pencapaian, atribut dan produk, Jogja akhirnya memberikan janji kepada
pelangganya berupa keistimewaan daerah itu sendiri yang mempunyai nilai
kebudayaan yang sangat kental dan unik. Mempunyai suatu hal unik dan berbeda
diperlukan oleh sebuah daerah untuk menarik pelanggan daerah, yang terdiri dari
Tourist, Traders, Investor, Talent, Developer, dan organizer atau disingkat (TTI-
TDO).20
20
M. D. Wahyudi dan A. Ratnasari, The Analysis of Jogja Istimewa’s City Branding in
Promoting Region of Yogyakarta, Manajemen Komunikasi, Volume 2, No.2, 2016, pp. 441-446
32
Selain itu Dinas Pariwisata juga mekukan kunjungan ke luar negeri terutama
Negara-negara dengan rating 10 Negara yang menjadikan favorit wisatwan
mancanegara. Pemda DIY melalui Dinas Pariwisata, BPPD, dan Dinas
Kebudayaan selama periode 2015-2020, beberapa kali mengundang jurnalis
media-media wisata dari luar negeri untuk meliput pariwasata budaya Yogyakarta.
Media-media internasional yang sudah membantu promosi wisata budaya
Yogyakarta tersebut di antaranya New York Times, TimesTravel India, The
Culture Trip, Traveldeck, Transitions Abroad, Tripzilla, dan sebagainya.
33
2020. Event international yang diadakan diantaranya Jogja International Heritage
walk, Java Netpac Festival, Customfest, dan Asia Tri. Tidak hanya di dalam
negeri destinasi Yogyakarta sebagai daerah wisata yang kaya budaya juga dibawa
ke luar negeri. Event internasional yang paling popular sejauh ini adalah Festival
Borobudur. Borobudur Internasional Festival merupakan event dua tahunan yang
rutin diadakan. Borobudur Internasional Festival pertama kali diadakan pada
tahun 2003 yang lalu. Tujuan utama diadakanya Borobudur Internasional Festival
adalah guna lebih mempromosikan pariwisata destinasi Joglosemar (Yogya, Solo,
dan Semarang) dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.22
22
Kumpulan destinasi wisata budaya dan sejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Visiting Jogja Istimewa, <https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/informasi-wisata-jogja/wisata-
budaya-sejarah/>, diakses 2 Maret 2022.
23
Kemenpar RI, Wonderful Indonesia Boyong 91 Industri Pariwisata di ITB Asia, CNN
Indonesia, <https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181013151748-269-338230/wonderful-
indonesia-boyong-91-industri-pariwisata-di-itb-asia>, diakses 2 Maret 2022.
34
peserta yang berasal dari 187 negara. Para peserta mempresentasikan produk dan
layanan kepada 172.000 pengunjung dan 113.006 di antaranya dari kalangan
profesional atau pengunjung bisnis.24 Destination Branding Yogyakarta sebagai
daerah kaya budaya juga dilakukan melalui pegelaran budaya di Eric
Ericssonhallen, Swedia, membuka Festival Debussy 100 pada 30 September 2018.
Professor Stefan Bojsten selaku produser festival tersebut menyampaikan
kegembiraannya melihat grup gamelan Gongbron dapat hadir membuka festival
Debussy.25
24
M. K. P. Rizki dan Y. S. Utami, Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Promosi
Wisata Budaya Dan Sejarah Di Yogyakarta, Jurnal Cakrawala, vol. 7, no. 2, 2020, pp. 277-292
25
'Gamelan Jawa jadi Pembuka Festival Musik Swedia', Media Indonesia,
<https://www.medcom.id/internasional/eropa/JKRn05wK-gamelan-jawa-jadi-pembuka-festival-
musik-swedia>, diakses 29 Februari 2022.
26
Bursa dan Yogyakarta Berbagi Perspektif Mengenai Situs Warisan Dunia UNESCO,
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, <https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/16670>,
diakses 29 Februari 2022.
35
Jogja untuk ikut serta bekerjasama berkampanye memberikan informasi bahwa
Jogja layak untuk dikunjungi.
2015 261.063
2016 355.313
2017 397.951
2018 416.372
2019 498.866
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan
27
‘Data Kinerja Dinas Pariwisata’, Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta,
<http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/cetak/603-data-kinerja-dinas-pariwisata>,
diakses 23 Februari 2022.
36
Tabel 2. Data Persentase Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan
Mancanegara28
28
Analysis Of Demand And Opportunities For Tourism Destination Area Development,
Integrated Tourism Master Plan Borobudur – Yogyakarta – Prambanan, Kementerian Pariwisata
RI, Bappenas RI, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI,
<https://p3tb.pu.go.id/uploads_file/20200418134912.B%20BYP%20ITMP%20-%20Task%20B
%20-%2031March2020%20-%20Eng.pdf>, diakses 26 Februari 2022.
37
menonjolkan wisata budaya. Kenaikan jumlah wisatawan terus terjadi 10-15
persen per tahun (2015-2020).
5.7 Simpulan
Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta naik 15% setiap
tahunnya. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan strategi efektif dari
Pemerintah DIY. Strategi yang dipilih Yogyakarta adalah destination branding
dengan fokus kepada kekayaan budaya. Destination branding adalah tentang
mengidentifikasi aset destinasi yang paling kuat dan paling menarik secara
kompetitif di mata calon pengunjungnya, membangun cerita dari aset tersebut
yang membuat destinasi menonjol di atas pesaingnya, dan menjalankan narasi ini
29
G. Richards, The European market potential for cultural tourism, Centre for the
Promotion of Imports from developing countries (CBI),
<https://www.cbi.eu/market-information/tourism/cultural-tourism/market-potential>, diakses 3
Maret 2022.
38
secara konsisten melalui semua komunikasi pemasaran. Dengan mengusung
cultural tourism, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menjalankan beragam
strategi untuk menarik minat wisatawan mancanegara.
Strategi DIY dapat dibagi dua, yaitu strategi di dalam negeri dan strategi
ke luar negeri. Strategi di dalam negeri di antaranya yaitu branding Jogja
Istimewa, pagelaran event dan festival internasional, dan mengerahkan semangat
gotong royong dari masyarakat sendiri. Insan pariwisata dan media massa yang
ada di Jogja, mengkampanyekan "Yogya Istimewa" dan "Ayo ke Jogya” sebagai
upaya membangun citra Jogja sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia.
Strategi ke luar negeri di antaranya yaitu bekerjasama dengan media masa
internasional untuk promosi, mengikuti eksibisi internasional, dan melakukan
pagelaran budaya di luar negeri.
39
PENUTUP
5.1 Simpulan
Untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya setelah menempuh
studi, tentunya diperlukan persiapan yang matang baik persiapan secara fisik,
mental, dan ilmu pengetahuan. Kesiapan ilmu pengetahuan menjadi faktor penting
yang tidak dapat diabaikan karena menjadi modal utama dalam menjalankan
peran di dunia kerja kelak, dengan berbagai pertimbangan penulis memilih Dinas
Kebudayaan DIY untuk menjadi ladang menanam pengalaman kerja bagi penulis.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan penulis selama kegiatan magang, terdapat
beberapa usulan dan masukan dari penulis kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan laporan magang ini antara lain kedepannya saat perencanaan
acara yang hendak dilaksanakan agar lebih matang dalam hal persiapan, dan bagi
yang akan melaksanakan kegiatan magang di Dinas Kebudayaan DIY diharapkan
memiliki semangat belajar, kreatifitas dan penalaran, serta kemampuan adaptasi
40
yang tinggi dikarenakan segala kegiatan yang dijalankan Dinas Kebudayaan DIY
memiliki kaitan erat dengan pariwisata, kesultanan, dan pendidikan
41
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Syaifulloh, M. dan Wibowo, B. Benda Cagar Budaya Potensi Wisata & Ekonomi
Kreatif Masyarakat, Penerbit Lakeisha, Klaten, 2020.
Jurnal
1
Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR),
volume 186, 2018, pp. 153-157
Web
2
<https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/16670>, diakses 29
Februari 2022.
Frazier, D. Where to See Ballet and Puppet Theater in Yogyakarta, The New York
Times, <https://www.nytimes.com/2016/02/17/travel/where-to-see-
ballet-and-puppet-theater-in-yogyakarta.html>, diakses 25 Februari
2022.
https://budaya.jogjaprov.go.id/
3
'Rebranding Jogja', Pemerintah Kabupaten Bantul,
<https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJog
ja-publish.pdf>, diakses 23 Februari 2022.
Richards, G. The European market potential for cultural tourism, Centre for the
Promotion of Imports from developing countries (CBI),
<https://www.cbi.eu/market-information/tourism/cultural-tourism/mark
et-potential>, diakses 3 Maret 2022.
Hasil Wawancara
4
LAMPIRAN
5
6
7