Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN MAGANG DI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

STRATEGI PROMOSI BUDAYA PROVINSI YOGYAKARTA UNTUK


MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA
2015-2020

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Dalam Memenuhi Mata
Kuliah Magang

OLEH:
ALIA NURUL HAPSARI
L1A017017

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU


SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MATARAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG

DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nama Mahasiswa : ALIA NURUL HAPSARI


NIM : L1A017017
Peminatan : KEAMANAN

Program Studi : HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM

Menyatakan bahwa laporan ini adalah benar

Pembimbing I : Lalu Puttrawandi Karjaya, MA

Pemimbing II : Drs. Aryanto Hendro Suprantoro (Kepala Subbagian Program


Disbud DIY)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas nikmat dan rahmat-Nya yang melimpah,
yang karena-Nya kegiatan magang di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan)
DIY ini dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas
mata kuliah “Magang” (Praktik Kerja Lapangan) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Hubungan Internasional Universitas Mataram. Tujuan dibuatnya
laporan Magang ini adalah untuk melaporkan segala sesuatu yang ada kaitannya
dengan dunia kerja di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

Dalam penyusunan laporan magang ini, tentu tak lepas dari pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan laporan ini. Pihak-pihak yang terkait itu diantaranya sebagai
berikut :

1. Seluruh dosen di Prodi Hubungan Internasional yang sudah memberikan


banyak informasi.
2. Seluruh staf inti divisi Subbagian Program Dinas Kebudayaan DIY.

Dengan bantuan semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas maka
penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan sebaik-baiknya. Laporan
magang ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
sangat dibutuhkan untuk perbaikan di kemudian hari.

Mataram, 10 November 2020

Alia Nurul Hapsari

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG...............................................i

DINAS KEBUDAYAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.....................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Magang.................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan Magang..........................................................................2

1.3 Manfaat Magang.............................................................................................3

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang......................................................3

1.5 Metode Pengumpulan Data Laporan Magang................................................3

1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang........................................................6

BAB II DINAS KEBUDAYAAN DIY...................................................................8

BAB III SUB-BAGIAN PROGRAM....................................................................11

BAB IV LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN.................15

BAB V STRATEGI PROMOSI BUDAYA PROVINSI YOGYAKARTA


UNTUK MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA

2015-2020..............................................................................................................21

5.1 Latar Belakang.............................................................................................21

5.2 Pertanyaan Penelitian...................................................................................23

iii
5.3 Metode Penelitian.........................................................................................23

5.4 Cultural Tourism..........................................................................................24

5.5 Destination Branding...................................................................................28

5.6 Pembahasan..................................................................................................30

5.7 Simpulan.......................................................................................................38

PENUTUP..............................................................................................................40

5.1 Simpulan.......................................................................................................40

5.2 Saran.............................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1

LAMPIRAN.............................................................................................................5

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peliputan Program Wajib Kunjung Museum.16


Gambar 2. Kegiatan Meliput Sultan Yogyakarta.
Gambar 3. Peliputan Keduyaan Manten di Yogyakarta.
Gambar 4. Kegiatan Rapat Sub-Bagian Program.
Gambar 5. Mengikuti Workshop.
Gambar 6. Pelaksanaan Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas Kebudayaan
DIY.
Gambar 7. Channel Youtube Disbud DIY yang Penulis kelola.

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Magang


Untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya setelah menempuh
studi, tentunya diperlukan persiapan yang matang baik persiapan secara fisik,
mental, dan ilmu pengetahuan. Kesiapan ilmu pengetahuan menjadi faktor penting
yang tidak dapat diabaikan karena menjadi modal utama dalam menjalankan
peran di dunia kerja kelak. Kesiapan tersebut dapat diperoleh melalui teori dan
konsep yang telah dipelajari didalam kelas maupun dari pengalaman diluar kelas.
Mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan tidak hanya sebatas pada
pengetahuan teoritis saja, melainkan pengalaman praktis, softskill serta
kemampuan mahasiswa dalam pengimplementasian teori ke dalam dunia kerja
juga menjadi faktor penting dalam kompetensi yang harus diraih oleh mahasiswa.
Pada akhirnya hal ini menjadi suatu pertimbangan dalam civitas akademika untuk
mendukung mahasiswa dalam meraih pengetahuan serta pengalaman, baik secara
konseptual maupun praktikal yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa
guna bersaing di dunia kerja.

Dalam memperoleh pengalaman praktis tersebut Program Studi Hubungan


Internasional Universitas Mataram, mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk
melaksanakan program magang sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama enam semester di bangku perkuliahan. Implementasi ilmu
pengetahuan tersebut dapat dilaksanakan di lapangan kerja yang sesuai dengan
minat dan konsentrasi ilmu mahasiswa. Selama program magang ini berlangsung,
mahasiswa berkesempatan untuk mengimplementasikan teori serta konsep ke
dalam tugas-tugas yang diberikan.

Selain berkesempatan untuk mengimpimplementasikan teori dan konsep


yang telah di pelajari, Mahasiswa tentu akan berinteraksi dengan berbagai pihak
dengan latar belakang yang berbeda yang tentunya membutuhkan softskill dalam

1
menjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak. Sebagai mahasiswa
hubungan internasional, tentunya diharapkan dapat memahami serta mampu
memberikan hipotesa sederhana mengenai bagaimana kondisi politik internasional
mempengaruhi perekonomian dalam negeri baik secara nasional maupun regional
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penulis memilih


salah satu instansi pemerintah yaitu Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY
sebagai tempat untuk memperoleh kesempatan untuk memahami dunia kerja,
yang merupakan suatu lembaga yang memiliki kegiatan kebudayaan
yangberkaitan dengan salah satu fokus dari kajian ilmu hubungan internasional.

1.2 Maksud dan Tujuan Magang


Pelaksanaan Program magang ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengimplementasikan konsep dan teori yang telah didapatkan di kelas serta
mampu untuk menganalisis keadaan di lapangan. Program magang ini juga
dimaksudkan menjadi salah satu sarana bagi mahasiswa untuk menambah
wawasan mengenai hubungan serta kerjasama satu negara dengan negara lain,
diplomasi, pengambilan kebijakan dalam maupun luar negeri, dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan hubungan internasional.

1.2.1 Tujuan Umum

Beberapa tujuan yang ingin diraih oleh penulis dalam mengikuti program magang
ini secara umum antara lain:

a. Mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai sistem serta pola


kerja yang berada di Kantor Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan)
DIY.
b. Mendapatkan informasi mengenai struktur, sejarah serta fungsi Kantor
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

1.2.2. Tujuan Khusus

2
Adapun tujuan khusus yang ingin diraih oleh penulis selama program
magang berlangsung, antara lain:

a. Mengetahui kegiatan serta program kerja Kantor Dinas Kebudayaan


(Kundha Kabudayan) DIY.
b. Memperoleh pemahaman dan pengalaman mengenai kebudayaan melalui
magang di Dinas Kebudayaan DIY.

1.3 Manfaat Magang


Hasil dari program magang ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak. Bagi Program Studi Hubungan Internasional Universitas
Mataram, laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam
penelitian lain dengan topik dan isu terkait kebudayaan. Namun secara gari besar,
manfaat yang telah didapatkan oleh penulis adalah:

a. Dapat mengetahui lebih jauh terkait isu-isu kebudayaan domestik dan


kaitannya dengan kondisi pembangunan daerah.
b. Dapat mengimplementasikan konsep dan teori yang telah dipelajari selama
enam semester sebelumnya di Program Studi Hubungan Internasional
Universitas Mataram.
c. Mendapatkan pengalaman kerja secara langsung dan dapat terlibat
langsung dalam program-program yang dicanangkan oleh Kantor Dinas
Kebudayaan DIY.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang


Penulis mengikuti program magang sebagai tenaga pendukung di Sub-
bagian Program, yang dimana berfokus pada program terkait pengelolaan,
pemeliharaan, dan pemanfaatan budaya. Kantor Dinas Kebudayaan DIY berlokasi
di Jl. Cendana No.11, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55166. Kegiatan magang dilaksanakan sejak tertanggal 24
Agustus 2020 hingga 10 November 2020, dengan jam kerja setiap hari Senin
hingga Jumat, dimulai pada pukul 08:00 WIB hingga pukul 16.45 WIB.

3
1.5 Metode Pengumpulan Data Laporan Magang
Metode yang digunakan dalam laporan magang ini adalah metode
deskriptif analisis, dimana di mana penulis menggambarkan permasalahan dengan
didasari dari data yang ada. Teknik analisis data yang digunakan dalam laporan ini
merujuk pada pemikiran Miles dan Huberman (1994), dalam bukunya Qualitative
Data Analysis: An Expanded Sourcebook, menjelaskan bahwa secara umum,
proses analisis data kualitatif melibatkan empat komponen penting, yaitu,
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi, penarikan
kesimpulan,1 yang di mana penjelasannya antara lain:

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan


pengubahan data kasar yang muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan
ketika berada di lapangan, atau dengan kata lain merupakan sebuah proses
menyeleksi, mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang
hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa, sehingga
kesimpulan akhir dapat dilakukan. Proses ini berlangsung secara terus
menerus.
b. Sajian data, yaitu aktivitas menyajikan data hasil kegiatan sehingga
memungkinkan penulis mengambil kesimpulan sementara dan dapat
merencanakan tidakan berikutnya bila ternyata masih terdapat data yang
tidak lengkap, perlu klarifikasi, atau sama sekali belum diperoleh.
c. Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan aktivitas merumuskan
simpulan berdasarkan dua aktivitas sebelumnya, simpulan ini dapat berupa
simpulan sementara maupun simpulan akhir. Bagi simpulan sementara, ini
dapat disimpulkan sebagai hipotesa, karena penelitian kualitatif analisis
datanya setiap saat dimulai sejak peneliti mulai mengumpulkan data
sampai perolehan data itu dirasa cukup, maka tidak ada kesimpulan akhir
yang baku.

Dalam menunjang metode di atas, penulis menggunakan beberapa metode


pengumpulan data, antara lain:
1
I. Nurdin dan Hartati, Metodologi Penelitian Sosial. Media Sahabat Cendekia, Surabaya,
2019, p.2.

4
a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan


langsung pada objek kajian yang telah dipilih. Observasi merupakan pemilihan,
pengubahan, dan pencatatan serangkaian perilaku dan suasana yang berkaitan
dengan Kantor Kebudayaan DIY yang sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakuakan untuk memperkaya pengetahuan mengenai


berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar ataupun pedoman dalam
proses penyusunan laporan magang ini. Studi pustaka dalam teknik pengumpulan
data ini merupakan jenis data sekunder yang berasal dari buku, surat kabar
maupun karya ilmiah lainnya.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan


pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban
responden akan dicatat ataupun direkam oleh pewawancara. Metode ini dilakukan
oleh penulis dengan cara mewawancarai bapak Drs. Aryanto Hendro Suprantoro
selaku Kepala Subbagian Program Disbud DIY.

Jenis sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan laporan ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung


oleh penulis di Kantor Dinas Kebudayaan DIY, dengan cara melaksanakan
program magang, tertanggal 24 Agustus 2020 hingga 10 November 2020.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh


penulis melalui sumber-sumber yang telah tersedia seperti buku, surat kabar
maupun karya ilmiah lainnya. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data

5
sekunder dengan mengakses halaman atau website resmi dari Dinas Kebudayaan
DIY dan sumber-sumber kredibel daring lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang


Laporan ini dibagi menjadi 6 (enam) bagian, yaitu :

a. BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini memberikan gambaran umum mengenai laporan magang yang


ditulis. Bab ini menjadi bagian pembuka serta menjelaskan mengenai latar
belakang pelaksanaan program magang oleh Program Studi Hubungan
Internasional Universitas Mataram.

Bagian ini juga menjelaskan mengenai maksud, tujuan umum, tujuan


khusus, manfaat, tempat dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data, dan
sistematika penulisan laporan dari program magang yang telah dipilih oleh
penulis.

b. BAB 2 : Dinas Kebudayaan DIY

Bagian ini memberikan gambaran umum mengenai profil, sejarah, visi,


misi, tugas, wewenang serta struktur Kantor Dinas Kebudayaan DIY.

c. BAB 3 : Divisi Program Nasional

Bagian ini memberikan gambaran mengenai profil, tugas, fungsi, visi,


misi, tujuan, Divisi Program Nasional dan perancangan hingga pelaksana program
sosial.

d. BAB 4 : Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Bagian ini akan menjelaskan mengenai sistematika pelaksanaan magang


serta hasil laporan kegiatan praktek kerja lapangan di Bidang Divisi Program
Nasional, Kantor Dinas Kebudayaan DIY.

e. BAB 5 : Keterkaitan Instansi Tempat Pelaksanaan Magang dengan


Keilmuan Hubungan Internasional

6
Bab ini akan menjelaskan mengenai keterkaitan antara Kantor Dinas
Kebudayaan DIY sebagai lokasi pelaksanaan magang dengan keilmuan hubungan
internasional sebagai studi yang tengah di tempuh oleh penulis.

f. BAB 6 : Penutup

Bab ini merupakan bagian terakhir dari keseluruhan laporan yang berisi
kesimpulan atas kegiatan magang yang telah diikuti, serta saran yang berisikan
masukan menjadi fokus perhatian bagi penulis.

7
BAB II

DINAS KEBUDAYAAN DIY

Dinas Kebudayaan DIY yang kemudian cukup disebut Disbud Dinas


Kebudayaan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kebudayaan
yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Urusan Kebudayaan DIY pada
mulanya menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY.

Melalui Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor:


353/KPTS/1994 tanggal 26 Oktober 1994 tentang Pembentukan Dinas
Kebudayaan Provinsi DIY, maka urusan Kebudayaan menjadi dinas tersendiri .
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY menjadi Dinas Kebudayaan DIY dan
Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Pada mulanya kepalai Dinas dilaksanakan oleh
Plt oleh Drs. Wahyuntana yang sekaligus masih merangkap di Dinas Pendidikan
dan Pengajaran, dan pada tahun ini belum ada pejabat eselon III dan IV serta
belum ada kantor resmi.

Baru pada 26 November 1997 di lakukan peresmian Dinas Kebudayaan


DIY, peresmian Kantor Dinas di sisi timur lapangan kepatihan, dan pada 27
November 1997 di lakukan pelantikan pejabat eselon II, III, dan IV. Pada saat itu
Drs. Wahyuntana resmi menjadi pelaksana harian. Pada tahun 1998 Kepala Dinas
dijabat oleh KMT Putronagoro sampai pensiun pada tahun 2000, yang selanjutnya
ketugasan kepala dinas dilaksanakan oleh Ir. Kismo Sukirdo Sesuai kebijakan
Pemerintah mengenai otonomi daerah, penyerahan kewenangan, dan urusan, pada
tahun 2001 Dinas Kebudayaan DIY bergabung dengan Dinas Pariwisata DIY,
Kanwil Pariwisata DIY, Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan DIY (Bidang
Sejarah dan Nilai tradisi dan Bidang Museum dan Purbakala) menjadi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata DIY dengan Kepala Dinas Ir. Djoko Budhi Sulistyo
(Oktober 2001- 30 September 2006). selanjutnya Kepala Dinas Kebudayaan dari
masa - kemasa adalah sebagai berikut:

8
1. 30 September 2006 - 23 Juli 2008, Ir. Condroyono sebagai Kepala
Dinas
2. 23 Juli 2008 - 22 Desember 2008 Dra. Dyan Anggraini (plt)
3. 22 Desember 2008 - 2010 Drs. Djoko Dwiyanto Mhum.
4. 2010 - 2014 Drs. GBPH Yudaningrat, MM
5. 2014 - 2018 Drs. Umar Priyono,MPd.
6. 2018 - sekarang Aris Eko Nugroho, S.P. M.Si

Tugas dari disbud DIY di sini yaitu untuk membantu melaksanakan urusan
pemerintahan dan keistimewaan di bidang kebudayaan. Adapun fungsi dari dinas
ini yaitu:

a. Penyusunan program kerja Dinas;


b. Perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan;
c. Pemeliharaan dan pengembalgan cagar budaya penanda keistimewaan
Yogyakarta;
d. Pemeliharaan dan pengembangan sistem budaya sesuai filsafat
Kasultanan dan Kadipaten maupun di luar Kasultanan dan Kadipaten;
e. Pemeliharaan dan pengembangal sistem sosial yang hidup di
masyarakat DIY;
f. Pemeliharaan dan pengembangan adat dan tradisi, bahasa dan sastra,
media rekam, kesenian, pernuseuman, sejarah dan kepurbakalaan, dan
rekayasa budaya;
g. Pelaksanaan fasittasi pengembangan industri kreatif dari sektor
kebudayaan;
h. Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan bidang kebudayaan Kabupaten/
Kota;
i. Pemberdayaan sumber daya dan mitra kerja bidang kebudayaan;
j. Pelaksanaan program keistimewaan bidang kebudayaan;
k. Pelalsanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan;
l. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan
bidang kebudayaan;

9
m. Pelaksaaaan koordinasi, pemantauan, evaluasi, pembinaan, dan
pengawasan urusan pemerintahan bidang kebudayaan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/Kota;
n. Pelaksanaan kegiatan kesekretariatan;
o. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas Dinas; dan
p. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubemur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

10
BAB III

SUB-BAGIAN PROGRAM

Sub-Bagian Program mempunyai tugas untuk melaksanakan pengumpulan


dan pengadaan sistematisasi data untuk bahan penyusunan program dan
menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan penyusunan rencana program.
Tugas lainnya yaitu melaksanakan analisis dan evaluasi serta pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan. Kasubbag Program bertanggung-jawab atas
berjalannya tugas kerja yang meliputi tiga hal:

a. Penyusunan Laporan Kinerja SKPD,


b. Penyusunan Rencana Program Kegiatan SKPD Serta
Pengembangan Data dan Informasi,
c. dan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Kegiatan
SKPD.

Dinas Kebudayaan DIY khususnya bidang permuseuman mempunyai


beberapa program yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk
mengunjungin museum, adapun program tersebut yaitu:

1. Gerakan Wajib Kunjung Museum

Gerakan Wajib Kunjung museum ini sudah berdiri tahun 2012 dan
sudah berjalan selama 4 tahun, kegiatan ini yaitu kegiatan kunjung
museum yang ditunjukan kepada sekolah-sekolah atau komunitas yang ada
di DIY yang akan berkunjung ke museum, kegiatan ini dibiayai oleh Dinas
Kebudayaan DIY serta Dinas Kebudayaan DIY juga memberikan fasilitas
seperti, transportasi, makanan, dan tiket masuk ke museum sehingga
sekolah-sekolah tersebut tidak perlu mengeluarkan anggaran lagi untuk
mengunjungin museum. harapan dari program ini agar masyarakat
mengenal terlebih dahulu museum dimulai dari anak-anak/ pelajar agar

11
siswa dapat mengajak orang tua dan saudara-saudaranya untuk berkunjung
ke museum dilain kesempatan secara mandiri. Program gerakan wajib
kunjung museum awalnya dari gerakan cinta museum yang
diselenggarakan dari pusat, yaitu kementrian dan dari rektorat gerakan
wajib kunjung museum untuk di daerah khususnya DIY.

2. Pelatihan Kepada Guru-guru Sejarah

Dinas Kebudayaan DIY juga melakukan pelatihan terhadap guru-


guru sejarah yang berada di DIY, program ini sudah memasuki angkatan
ke-2. Dinas Kebudayaan DIY melakukan Internalisasi terhadap guru-guru.
Harapannya agar guru-guru sejarah tahu terlebih dahulu tentang museum,
manfaat mengunjungi museum, serta anak didik yang diajak untuk
mengunjungi museum tidak hanya untuk berkreasi saja. Setelah itu Dinas
Kebudayaan DIY mengajak guru-guru sejarah untuk menyusun modul
lalu, Dinas Kebudayaan DIY menyuruh guru-guru sejarah untuk
memberikan LKS terhadap siswa yang mengunjungi museum agar siswa
tidak hanya mendapat souvenir saja, namu siswa juga bisa mendapatkan
edukasi tentang museum. Museum juga diharapkan dapat menjadi tempat
pembelajaran yang berada diluar sekolah.

3. Pemilihan Duta Museum


Pemilihan Duta Meseum DIY tersebut bertujuan untuk
memperkenalkan potensi museum yang ada di DIY, baik dari sisi koleksi,
pelayanan dan fasilitas lainnya yang ada. Saat ini museum-museum yang
ada di DIY sudah bermacam ragam dan sangat menarik untuk
dikunjungin, adapun keberagaman tema dalam museum terbagi tiga yaitu
museum benda budaya dan kesenian, museum pendidikan dan ilmu
pengetahuan serta museum sejarah dan perjuangan. Tentunya potensi
museum tersebut akan sia-sia jika tidak didukung oleh semua pihak, baik
dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintahan. Oleh karena itu,
dengan adanya Duta Museum DIY diharapkan anggota Duta Museum DIY
dapat meningkatkan citra positif museum yang ada di DIY bagi

12
masyarakat. Kegiatan Duta Museum DIY sendiri memperebutkan total
puluhan juta rupiah.
Terdapat beberapa tahapan saat pemilihan Duta Museum DIY yaitu
tahapan pertama Audisi dan penjurian awal, Seleksi, dan diakhiri dengan
penobatan sebagai Duta Museum DIY. Adapun beberapa syarat yang ingin
mendaftar sebagai Duta Museum DIY pada tahun 2015, yaitu pria dan
wanita yang berusia 21-53 tahun, memiliki tinggi dan berat badan
professional, pendidikan minimal SMA atau Sederajat, jika masih kuliah
minimal semester akhir. Peserta merupakan warga Negara Indonesia yang
berdomisilir di DIY, mengerti dan memahami tentang permuseuman. Dan
memiliki masa bakti selama satu tahun di DIY.
Duta museum mempunyai event tersediri yaitu safari Duta
Museum DIY, yang bertugas untuk mekampanyekan museum-museum
yang ada di DIY pada sekolah-sekolah yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Safari Duta Museum yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan DIY namun anggarannya diberikan oleh dinas
kebudayaan DIY. Para Duta Museum DIY melakukan safari duta museum
ke sekolahsekolah yang mudah untuk mereka interaksi, sekolah-sekolah
tersebut berupa SMA-SMA dan Sederajat.
Duta Museum DIY berkunjung ke sekolah-sekolah untuk
melakukan sosialisasi pada siswa-siswa dan Dinas Kebudyaan DIY
memberikan beberapa pendamping yang menceritakan tentang keberadaan
museum yang ada di DIY, biasanya dalam kunjungan Safari Duta
Museum, para Anggota Duta Museum DIY mengadakan games,
permaianan dan juga memberikan hadiah kepada siswa-siswa SMA.
Hadiah tersebut berupa buku profil, video profil tentang museum dan
sebagainya. Dan dari situlah siswa-siswa mulai mengenal apa itu museum,
dan setelah Safari Duta Museum selesai dilakukan, pihak Dinas
Kebudayaan DIY memberikan fasilitas berkunjung ke museum bagi
sekolah tersebut tanpa harus mengantri. Mulai dari bus, sewa tempat,
makanan, tiket masuk museum semuanya ditanggung oleh dinas

13
kebudayaan diy. Namun sekolah tersebut membuat janji terlebih dahulu
dengan pihak Dinas Kebudayaan DIY agar dinas dapat mempersiapkan
semua fasilitas yang dibutuhkan.
Harapan dari dinas kebudayaan DIY agar siswa tersebut punya
kesan terhadap museum. sehingga siswa dapat mengajak keluarganya,
temantemannya, atau saudaranya untuk bekunjung ke museum.
berkunjung ke museum tidak hanya program yang dilakukan oleh dinas
secara langsung namun juga berdampak terhadap orang-orang yang ada
disekitar. Selain itu juga, Duta Museum DIY dituntun untuk menjadi
publik relations yang baik serta mempersentasikan museum semenarik
mungkin kepada siswasiswa serta masyarakat, Duta Museum juga
mempunya beberapa program mengkolaborasikan. Seperti Night at
Museum. Night at Museum awalnya program yang dibentuk oleh
mahasiswa yang mengikuti acara dari Dikti yaitu pekan kreativitas
mahasiswa, pengabdian masyarakat (PKM-M), lalu atas kerjasama dengan
pihak ikatan duta museum DIY maka, pihak dari duta museum DIY
melakukan kerjasama dengan pihak Night at Museum.
Night at Museum yaitu kegiatan menjelajah museum pada malam
hari, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah serta penambahan
wawasan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum DIY juga
dapat membantu event-event lain yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY
serta Event-event yang diadakan oleh museum sesuai dengan porsi yang
telah ditentukan.

14
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Penempatan

Menghadap staf sekeretariat untuk diberi arahan terkait penempatan


bidang kerja. Setelahnya penulis menerima penempatan bidang kerja di Divisi
Subbagian Program. Di hari yang sama penulis langsung bertugas
mempelajari cara membuat surat yang keluar dari instansi. Penulis juga telah
menjalani Rapid Test saat magang agar dapat bertugas sesuai Prokes-
COVID19.

4.2 Tugas Persuratan dan Administrasi Sub-Bagian Program

Tugas persuratan pertama yang penulis terima yaitu membuat Surat


Permohonan Sambutan, arahan, dan penyerahan cinderamata kepada Gubernur
DIY pada acara Dialog dan Gelar Budaya Jogjasemesta dalam rangka
memperingati sewindu disyahkannya Undang – Undang Keistimewaan DIY.

Penulis juga telah melaksanakan juga tugas merevisi ulang undangan


‘YogyaSemesta’. Tugas administratif lain yaitu membantu staf untuk
menginput informasi data sutradara, aktor, dan lain-lain. Tugas ini penulis
lanjutkan lagi sampai hari-hari berikutnya, termasuk menginput data di SK
para pemain ‘YogyaSemesta’. Penulis membantu juga menjalankan tugas staf
untuk merekap isi essai majalah ‘Mata Budaya’ yang akan di terbitkan.
Penulis membuat Blangko Daftar Isi Berkas Subbagian Program Dinas
Kebudayaan dan mengisi Blangko dengan agenda yang telah dilaksanan, serta
menscan berkas yang telah di input ke dalam blangko.

4.3 Bertugas Dalam Peliputan

15
Penulis kemudian menjalani tugas untuk meliput dan membuat berita
‘Uji Coba Terbatas Wajib Kunjung Museum’ untuk di posting ke website
resmi Dinas Kebudayaan DIY.

Gambar 1. Peliputan Program Wajib Kunjung Museum.


Tugas lain selain meliput adalah mendokumentasi acara
Penganugerahan Apresiasi Prestasi Seni dan Budaya Anak oleh Dinas
Kebudayaan DIY. Kegiatan peliputan berikutnya yaitu meliput dan membagi
kuesioner untuk pemeran dan penonton pertunjukkan seni Kethoprak.

16
Gambar 2. Kegiatan Meliput Sultan Yogyakarta.

Penulis lalu meliput acara FGD ‘YogyaSemesta’ dengan Tema


‘Menata Pariwisata dengan Adaptasi Keadaan Baru dan Perubahan Mindset
Pelakunya Menuju Peradaban Baru DIY’ yang bertempat di Ghratama Pustaka
Gedung Perpusda DIY. Selain peliputan, penulis juga terlibat dalam tata
kelola media sosial dari Disbud DIY seperti mengunggah film/video yang
dibuat oleh Dinas Kebudayaan DIY ke YouTube ‘tasteofjogja’. Liputan
selanjutnya adalah orasi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubawana X dalam
memperingati Sewindu Undang – Undang Keistimewaan DIY di Keraton.

Gambar 3. Peliputan Keduyaan Manten di Yogyakarta.


Tugas mendokumentasikan kegiatan photoshoot adat kebudayaan
manten di Yogyakarta untuk di kaji juga dimandatkan kepada penulis dan
penulis merasa kegiatan mengkaji manten sebagai suatu hal yang menarik.
4.4 Pertemuan dan Rapat
Rapat pertama yang penulis ikut adalah dalam rapat di Museum
Sonobudoyo Yogyakarta yang membahas tentang program teknis
pengembangan KERIS. Bersama seluruh Divisi Subbagian Program Dinas
Kebudayaan DIY ke Ravacana Films untuk menginterview Sutradara dan
Produser sekaligus aktris dibalik film pendek ‘TILIK’ untuk di streamingkan
di YouTube milik Dinas Kebudayaan DIY ‘tasteofjogja’.

17
Gambar 4. Kegiatan Rapat Sub-Bagian Program.
Penulis kemudian ikut menghadiri rapat ‘YogyaSemesta’ di
Perpustakaan Daerah DIY. Termasuk rutin mengikuti apel di Pendopo Dinas
Kebudayaan DIY. Rapat agenda seperti untuk membahas event – event yang
sedang berjalan maupun yang sudah selesai juga dihadiri penulis.
4.5 Menjadi Panitia Kegiatan
Penulis menjadi panitia dalam event ‘YogyaSemesta’ di mana penulis
ditugaskan untuk membagikan kaos ‘YogyaSemesta’ keseluruh divisi di
kantor Dinas Kebudayaan DIY. Kemudian penulis ikut datang ke venue
‘Yogya Semesta’ di Grhtama Pustaka dan membantu jalannya kegiatan
bersama semua pihak yang bertugas. Penulis juga ikut dilibatkan menjadi
panitia di acara Dialog Budaya Pengembangan Keris yang bertempat di Aula
Bima Dinas Kebudayaan DIY.

18
Gambar 5. Mengikuti Workshop.
Kasubbag juga telah mengintruksikan penulis untuk membuat TOR
untuk talkshow tentang hari Sumpah Pemuda dan sudah penulis laksanakan
dengan tuntas, termasuk mengcross check TOR untuk talkshow mengenai hari
Sumpah Pemuda dengan tema : Refleksi Hari Sumpah Pemuda Kebulatan
Tekad Membangun Persatuan Di Tengah Keragaman Budaya. Selain itu,
penulis dipercaya untuk membuat sambutan untuk Kepala Dinas Kebudayaan
DIY dalam acara Workshop Pengelolaan Media Sosial.

Gambar 6. Pelaksanaan Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas


Kebudayaan DIY.

19
Kemudian penulis juga ikut mengikuti Kegiatan “Workshop
Pengelolaan Media Sosial Dinas Kebudayaan DIY” , membuat Laporan
Kegiatan “Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas Kebudayaan DIY”, dan
merevisi Laporan Kegiatan “Workshop Pengelolaan Media Sosial Dinas
Kebudayaan DIY”.
4.6 Mengelola Media Sosial

Selain peliputan, penulis juga terlibat dalam tata kelola media sosial
dari Disbud DIY seperti mengunggah film/video yang dibuat oleh Dinas
Kebudayaan DIY ke YouTube ‘tasteofjogja’ dan mengatur jadwal tayang film
pendek di YouTube Channel ‘tasteofjogja’.

Gambar 7. Channel Youtube Disbud DIY yang Penulis kelola.

20
BAB V

STRATEGI PROMOSI BUDAYA PROVINSI YOGYAKARTA UNTUK


MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA
2015-2020

5.1 Latar Belakang


Warisan budaya merupakan ekspresi penting dari keragaman budaya
dan layak mendapat perlindungan khusus. Pemerintah dapat memainkan peran
penting dalam menjaga warisan budaya dengan memberikan pelatihan,
pengembangan keterampilan, dan kegiatan transfer pengetahuan masyarakat.
Hal ini agar warisan budaya selain dapat terjaga juga dapat memberi manfaat
untuk hidup masyarakat.2 Salah satu cara agar budaya dapat terjaga sekaligus
memberi manfaat untuk penghidupan masyarakat adalah dengan
mengintegrasikannya bersama pariwisata. Pariwisata berbasis budaya adalah
jenis kegiatan pariwisata yang memanfaatkan kebudayaan sebagai objek wisata
yang dikunjungi oleh wisatawan.

Pariwisata sendiri merupakan salah-satu topik kekinian dalam studi


hubungan internasional yang semakin banyak didalami. Pariwisata menjadi
fenomena internasional multidimensi dengan efek yang signifikan. Belakangan
ini industri pariwisata bukan hanya salah satu industri yang tumbuh paling
cepat tetapi juga salah satu penyumbang utama pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dunia. Menurut banyak peneliti, sebagai sarana untuk
mempromosikan perdamaian di dunia, pariwisata memiliki potensi untuk
mempengaruhi hubungan internasional. Pariwisata adalah alat untuk
meningkatkan diplomasi publik dan perkembangan internasional dan dianggap
sebagai respon yang kuat terhadap tantangan global.3 Analisis dari isu
2
UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>, diakses
5 Maret 2022.
3
S. Jalalpour1, J. Shojaeifar, dan S. Jalalpour1, Jamshid Shojaeifar, The Tourism
Industry and The International Relations, World Journal of Environmental Biosciences, Volume 6,
Supplementary, pp. 68-72

21
pariwisata sendiri bisa memiliki beragam tingkatan, mulai dari tingkat global,
regional, negara, dan lokal.

Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisatawan dunia yang


memiliki banyak destinasi lokal yang selain bisa dijadikan objek kunjungan
juga bisa menjadi objek penelitian. Salah satu destinasi lokal di Indonesia yang
popular akan kebudayaannya yang unik dan kaya adalah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal sebagai kota Wisata, Budaya
dan kota Pelajar. Sebagai kota yang memiliki kekayaan budaya dan obyek
wisata, Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di
Indonesia disamping Bali, Jakarta, ataupun Lombok. Mengingat bahwa negara
atau daerah lain juga berusaha meningkatkan kunjungan wisatawan sebanyak-
banyaknya, maka Yogyakarta juga melakukan berbagai strategi untuk
meningkatkan daya saingnya di sektor pariwisata.

Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta naik 15%


setiap tahunnya. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan strategi efektif dari
Pemerintah DIY.4 Strategi yang efektif diperlukan mengingat Yogyakarta
bukan satu-satunya daerah di Indonesia yang mengejar pangsa pasar kunjungan
wisatawan global. Daerah ini bahkan bersaing dengan daerah atau kota-kota
lain di Kawasan Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia. Maka strategi yang
berbasis peningkatan daya saing sesuai potensi daerah perlu dikembangkan.
Peran utama mengelola potensi daya saing daerah ini tentunya adalah peran
pemerintah daerah.

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatakan


bahwa Yogyakarta telah dikenal sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan,
dan daerah tujuan wisata utama yang potensial. Adapun daya tarik potensial
yang dimiliki Yogyakarta disebabkan keadaan historis sejak beberapa abad lalu
yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat pengembangan kebudayaan
yang dimulai sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Mataram Islam,
4
‘Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016’, Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta, <https://adoc.pub/dinas-pariwisata-diy-jl-malioboro-no-56-yogyakarta-telp-
0274.html>, diakses 25 Februari 2022.

22
Kerajaan Yogyakarta Hadiningrat, sampai Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi pusat pamerintahan Republik Indonesia pada tahun 1946-1949. Dalam
hal pusat kebudayaan bahwa di Yogyakarta terdapat budaya asli nan indah dan
merupakan pusat dari seni budaya Jawa. Selain itu kehidupan seni kebudayaan
yang tinggi masih berkembang sampai saat ini.5 Kekayaan budaya ini bisa
menjadi sarana meningkatkan daya saing daerah.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi budaya sebagai salah satu


cara untuk meningkatkan daya saing daerah di sektor pariwisata. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan berbagai upaya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah DIY untuk promosi budaya sebagai atraksi wisata bagi
wisatawan mancanegara. Penelitian ini akan berusaha menjawab tujuan
penelitian tersebut dengan dua alat analisis, yaitu cultural tourism dan
destination branding. Cultural tourism dipilih untuk dapat menggambarkan
fenomena adanya wisata berbasis budaya, sedangkan Destination branding
dipilih untuk menggambarkan strategi pemerintah DIY membangun persepsi
publik terhadap daerah Yogyakarta sebagai daerah yang kaya akan budaya dan
memiliki banyak keistimewaan tersendiri.

5.2 Pertanyaan Penelitian


Bagaimana Strategi Promosi Budaya Provinsi Yogyakarta Untuk Menarik
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Pada 2015-2020?

5.3 Metode Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif karena penulis
akan memberikan gambaran dalam suatu gejala sosial, yaitu bagaimana budaya
digunakan untuk menarik wisatawan mancanegara. Penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang memberikan gambaran dalam suatu gejala sosial tertentu serta
telah terdapat informasi tentang gejala sosial tersebut namun belum memadai. 6

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian

5
Mu. Syaifulloh dan B. Wibowo, Benda Cagar Budaya Potensi Wisata & Ekonomi
Kreatif Masyarakat, Penerbit Lakeisha, Klaten, 2020, p. 49
6
A. Z. Kurniullah, dkk., Metode Penelitian Sosial, Yayasan Kita Menulis, Medan, 2021, p.
27

23
kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah
daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian
ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam, yakni mengkaji masalah
secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. 7

5.4 Cultural Tourism


Cultural tourism atau pariwisata budaya mulai dikembangkan di akhir
tahun 1970an sebagai bentuk wisata minat khusus pertama, untuk tujuan
menjembatani kesenjangan antara manajemen pariwisata dan manajemen terhadap
sumber yang sama yaitu budaya. Keduanya yaitu pariwisata budaya dan
manajemen budaya, tidak serta merta menjadi suatu hal yang sama, karena
masing-masing mempunyai tujuan dan prinsip yang berbeda. Di satu sisi
pariwisata budaya adalah perpaduan dua unsur baik sebagai industri maupun
sebagai sistem yang berkelanjutan yang memberikan peluang bagi Indonesia.
Artinya, pariwisata budaya dapat membangun upaya terpadu untuk
mengembangkan kualitas hidup masyarakat. Caranya adalah dengan mengatur
penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemiliharaan sumber daya budaya
secara berkelanjutan.8

Cultural tourism adalah wisata yang menggunakan warisan budaya


sebagai objek utama. Maka perlu dipahami kembali mengenai apa itu warisan
budaya. Warisan budaya adalah peninggalan aset warisan baik berwujud dan tidak
berwujud dari suatu kelompok atau masyarakat yang diwarisi dari generasi
sebelumnya. Tidak semua peninggalan generasi masa lalu adalah "warisan",
melainkan warisan adalah produk seleksi oleh masyarakat. Warisan budaya yang
encakup budaya berwujud dapat berupa bangunan, monumen, lanskap, buku,
karya seni, dan artefak. Warisan budaya tidak berwujud seperti cerita rakyat,
tradisi, bahasa, dan pengetahuan. Dapat juga berupa warisan alam, termasuk

7
J. W. Creswell dan J. D. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Fifth Edition, SAGE Publications, Thousand Oaks, 2018, pp. 50-51.
8
R. Ardiwidjaja, Pariwisata Budaya, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo, 2020, p. 47

24
lanskap yang signifikan secara budaya, dan keanekaragaman hayati. Tindakan
yang disengaja untuk menjaga warisan budaya dari masa sekarang untuk masa
depan dikenal sebagai pelestarian atau konservasi budaya, yang dipromosikan
oleh museum etnis dan pusat budaya budaya dan sejarah. 9 Dinas kebudayaan
sendiri merupakan salah satu pelaksana peran tersebut. Warisan yang dilestarikan
telah menjadi jangkar industri pariwisata global, penyumbang nilai ekonomi
utama bagi masyarakat lokal.

Secara konseptual berdasarkan acuan yang ada, pariwisata budaya


merupakan konsep pengembangan pariwisata berbasis sumberdaya budaya yang
bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan lingkungannya,
melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan secara
berkelanjutan sumberdaya budaya sebagai daya tank pariwisata guna
meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat setempat. 10 Menurut
Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations World
Tourism Organization/UNWTO), pariwisata budaya adalah pergerakan wisata
orang-orang untuk motivasi budaya yang mendasar seperti studi wisata,
pertunjukan seni dan wisata budaya, perjalanan ke festival dan acara budaya
lainnya, kunjungan ke situs dan monumen, perjalanan untuk mempelajari alam,
cerita rakyat atau seni, dan ziarah.11

Pariwisata budaya menyiratkan suatu jenis kegiatan pariwisata di mana


motivasi penting pengunjung adalah untuk belajar, menemukan, mengalami, dan
mengkonsumsi atraksi atau produk budaya berwujud dan tidak berwujud di suatu
tujuan wisata. Atraksi atau produk ini berhubungan dengan seperangkat ciri khas
material, intelektual, spiritual dan emosional dari suatu masyarakat yang meliputi
seni dan arsitektur, warisan sejarah dan budaya, warisan kuliner, sastra, musik,
industri kreatif dan budaya hidup dengan gaya hidup, nilai sistem, kepercayaan,

9
A. Ayuningsih, Pariwisata Indonesia Kontemporer, UGM Press, Yogyakarta, 2021, p.
33
10
R. Ardiwidjaja, p. 52
11
UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>,
diakses 5 Maret 2022.

25
dan tradisi. 12 Di dalam cultural tourism terdapat 12 unsur kebudayaan yang dapat
menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Berikut di bawah ini
unsur-unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu13:

1) Bahasa (language). Di Indonesia sendiri memiliki berbagai ragam


bahasa yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Selain penggunaan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, di berbagai daerah yang
ada di Indonesia juga masih menggunakan bahasa asli daerah
tersebut untuk berkomunikasi. Bahasa daerah itulah yang menjadi
daya tarik bagi wisatawan.
2) Masyarakat (traditions). Masyarakat di Indonesia terkenal akan
keramahannya dalam menyambut wisatawan yang datang
berkunjung untuk berwisata. Bahkan tidak jarang masyarakat lokal
mengenalkan budaya daerah tersebut kepada para wisatawan.
3) Kerajinan tangan (handicraft). Di beberapa daerah biasanya
memiliki kerajinan tangan khas yang dibuat langsung oleh
masyarakat sekitar. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat lokal
merasakan langsung manfaat ekonomi dari kunjungan wisatawan.
4) Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits). Makanan
khas daerah masuk ke dalam unsur kebudayaan dalam pariwisata
berbasis budaya ini. Makanan dan kebiasaan makan yang unik
inilah yang membuat wisatawan tertarik untuk datang berkunjung
ke berbagai destinasi wisata yang ada di Indonesia.
5) Musik dan kesenian (art and music). Musik dan kesenian yang
beragam merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik
wisatawan untuk datang berkunjung. Bahkan wisatawan
mancanegara sangat tertarik dengan musik dan kesenian dari
Indonesia, hingga tidak jarang mereka mempelajarinya.

12
UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>,
diakses 5 Maret 2022.
13
L. E. Hudman dan D. E. Hawkins, Tourism in Contemporary Society: An Introductory
Text, Prentice-Hall, Wisconsin, 1989, p. 74

26
6) Sejarah suatu tempat (history of the region). Sejarah juga
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang menjadi daya tarik
untuk wisatawan datang berkunjung.
7) Cara Kerja dan Teknologi (work and technology). Begitu pula
dengan sebelumnya, cara kerja dan teknologi juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.
8) Agama (religion). Di Indonesia terdapat berbagai macam agama
yang dianut oleh masyarakat. Secara resmi Indonesia mengakui 6
agama diantaranya Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Keberagaman dan rasa toleransi antar umat beragama
inilah yang menarik wisatawan asing untuk datang berkunjung.
9) Bentuk dan karakteristik arsitektur di daerah wisata (architectural
characteristic in the area). Arsitektur dari rumah adat yang ada di
berbagai daerah di Indonesia berhasil memukau wisatawan untuk
datang berkunjung. Salah satu contohnya ialah arsitektur rumah
adat Bali yang unik dan menjadi daya tarik wisatawan untuk
berkunjung ke Bali.
10) Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).
Pakaian adat yang beragam juga menjadi penarik perhatian
wisatawan untuk datang berkunjung.
11) Sistem pendidikan (educational system). Sistem pendidikan juga
masuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan yang menarik
kunjungan wisatawan.
12) Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities). Uniknya
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat lokal pada waktu
senggang, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Objek-objek tersebut tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk


turis, dengan maksud agar menjadi lebih menarik. Dalam hal inilah sering kali
terdapat kesenjangan selera antara kalangan seni dan kalangan industri pariwisata.
Kompromi-kompromi sering harus diambil. Kalangan seni mengatakan bahwa
pengemasan khusus objek-objek tersebut untuk turis akan menghilangkan keaslian

27
dari suatu budaya, sedangkan kalangan pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut
tidaklah salah asalkan tidak menghilangkan substansi atau inti dari suatu karya
seni.

5.5 Destination Branding


Destination branding dapat dipahami sebagai cara untuk mencapai
keunggulan kompetitif di bidang pariwisata, tetapi juga dapat digunakan untuk
membangun komunitas, memperkuat identitas lokal dan pengakuan kepada
warganya sendiri serta mengaktifkan seluruh kekuatan sosial. Konsep ini
digunakan sebagai alat analisis untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu
mengetahui proses dan upaya Destination branding Yogyakarta sebagai daerah
yang istimewa dengan kekayaan budayanya. Destination branding merupakan
proses atau usaha membentuk citra dari suatu destinasi wisata untuk
mempermudah pengelola destinasi tersebut memperkenalkan atau
mengkomunikasikan destinasinya kepada target pasar dengan menggunakan
kalimat positioning, slogan, ikon, eksibisi, dan berbagai media lainnya.

Ketika brand dikaitkan dengan sebuah tempat, maka brand tersebut harus
bisa mengkomunikasikan dengan jelas, seperti apa daerah tersebut, apa saja yang
dimilikinya, dan mengapa daerah tersebut patut mendapat perhatian, sehingga
siapapun yang bertandang ke daerah tersebut, atau daerah kota itu sekalipun, dapat
memaparkan secara singkat citra kota tersebut. Destination branding dapat
dikatakan sebagai strategi dari suatu destinasi untuk membuat positioning yang
kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah
produk atau jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas di
seluruh dunia.14
Di tingkat internasional, program city marketing yang dilakukan melalui
dstination branding sudah banyak diterapkan. Beberapa kota di dunia telah
menerapkan strategi ini, mulai dari kota-kota di Eropa, Australia, hingga Asia.
Sama seperti Kota Belanda “I Amsterdam” adalah re-branding Amsterdam,
14
I. J. Dewi, Developing A Destination Brand In The Context Of Regional And National
Branding Strategies: A Case Study Of Brand Development Of Sleman DisTrict, Yogyakarta
Special Province, Indonesia, Advances in Social Science, Education and Humanities Research
(ASSEHR), volume 186, 2018, pp. 153-157

28
Singapura dengan Uniquely Singapore dan Brisbane dengan New World City
Australia. Tidak dapat dipungkiri keberhasilan suatu daerah untuk
mengembangkan potensinya sangat bergantung pada kegiatan pemasaran terpadu
yang dilakukannya.
Destination branding berbeda dengan place branding. Destination
branding atau daerah tujuan lebih memiliki makna mendalam dari pada hanya
sebuah tempat. Seberapa kuat asosiasi pencitraan sebuah daerah tujuan melekat
dalam benak masyarakat tergantung pada informasi yang didapat dari daerah
tersebut. Persepsi yang muncul dalam benak pikiran masyarakat adalah esensi dari
sebuah daerah tujuan. Dalam mem-branding suatu tempat tujuan, perlunya upaya-
upaya yang dilakukan untuk membentuk citra dan persepsi yang positif bagi
masyarakat atau pengunjung untuk menciptakan recalling bagi mereka untuk
kembali berkunjung lagi.15
Destination branding akan memperkaya rasa dan keunikan dari sebuah
tempat tujuan, sehingga dalam pembuatan dastination branding harus
menunjukkan konsistensi dan kejelasan. Branding destinasi fokus terhadap tujuan
untuk meningkatkan pendapatan pariwisata dan lebih mengurus tentang faktor-
faktor yang lebih terkontrol dalam manajemen dan pemasaran dari sebuah
destinasi. Dalam melakukan promosi sebagai tujuan pemasaran branding dari
suatu destinasi, manajemen branding destinasi sangat dibutuhkan untuk
melibatkan penelitian luas, pengembangan daya tarik, event management,
Integrated Marketing Communication (IMC), dan monitoring berkelanjutan.
Sedangkan promosi sendiri secara signifikan sangat penting dalam membangun,
mempertahankan, menguatkan, dan merubah brand suatu destinasi karena upaya
promosi mewakili tujuan dari suatu branding.16
Destination branding adalah tentang mengidentifikasi aset destinasi yang
paling kuat dan paling menarik secara kompetitif di mata calon pengunjungnya,
membangun cerita dari aset tersebut yang membuat destinasi menonjol di atas
15
V. A. Briciu, Differences Between Place Branding And Destination Branding For Local
Brand Strategy Development, Bulletin of the Transilvania University of Braşov, Vol. 6 (55) No. 1,
2013, pp. 9-14
16
A. K. Singh, Destination Branding: An Introduction, Icfai University Press, Hyderabad,
2010, p. 12

29
pesaingnya, dan menjalankan narasi ini secara konsisten melalui semua
komunikasi pemasaran.17 Di dalam strategi promosi destination branding,
keberhasilannya bergantung pada bentuk promosi dengan pesan verbal dan visual.
terdapat beberapa aktivitas yang mendukung promosi destinasi seperti media
campaign, roadshow, tourism fairs, event, celebrity testimonials, international
media trips, termasuk periklanan menjadi salah satu aktivitas Public Relations
seperti pembuatan video, poster, roadside board, podcasting, photo sharing,
travel blogs, newsletter, dan e-mail.

5.6 Pembahasan
Branding DIY pertama kali muncul pada tahun 2001 ketika logo dan
slogan “Never Ending Asia” diusulkan sebagai slogan untuk Jogja. Gubernur
Provinsi DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusulkan ide membuat
branding tersebut. Pemerintah Daerah DIY dibantu oleh Markplus Inc sebuah
perusahaan pemasaran besar di Indonesia akhirnya melahirkan brand, “Jogja
Never Ending Asia”. Saat itu, Yogyakarta diharapkan menjadi pionir atau
pemimpin di kawasan Asia dalam ranah perdagangan, pariwisata, dan industri
dalam lima tahun ke depan. Arti kata Jogja Never Ending Asia berarti Jogja
menjadi daerah atau kota terkenal di Asia, dengan menggunakan konsep never
ending tourism. Namun, setelah 14 tahun, Pemerintah Daerah DIY merasa perlu
melakukan Re-branding Jogja. Ide perubahan logo sekaligus rebranding Jogja ini
sebenarnya berawal dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Orang
nomor satu di DIY itu menilai logo lama yang bertahan selama 14 tahun, kini
sudah tidak relevan lagi. Selain itu, slohan “Jogja Never Ending Asia” juga
dinilai perlu diubah.18

17
N. Morgan, A. Pritchard, R. Pride, Creating the Unique Destination Proposition,
Elsevier, Oxford, 2002, p. 2
18
R. Nisa dan G. Wiradharma, Konstruksi Branding Destinasi Pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta, Ikraith-Humaniora, vol. 3 no. 1, 2019, pp. 53-60

30
Gambar 8. Perubahan Branding Yogyakarta19

Pemerintah Daerah Yogyakarta melalui Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah (BAPPEDA) DIY meluncurkan pemerekan “Jogja Istimewa” sebagai
bagian dari Destination branding resmi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
2015. Branding ini menggantikan yang sebelumnya, “Jogja Never Ending Asia”.
Destination branding ulang ini dilakukan sebagai strategi merombak citra Daerah
Istimewa Yogyakarta menjadi citra yang lebih dinamis, terbuka, dan bercirikan
keistimewaan. Branding Jogja Istimewa melingkupi seluruh aspek tata kelola
kehidupan di Yogyakarta dan berkaitan erat dengan Keistimewaan DIY. Terdapat
sembilan sektor pembangunan (Jogja Renaissance) yang menjadi fokus
pembangunan Pemerintah Daerah DIY dan terkandung dalam pemerekan Jogja
Istimewa ini, salah satunya adalah sektor pariwisata.

Konsep pariwisata yang diusung oleh pemerintah DIY bukan tanpa alasan.
Kepala Bidang Pelayanan Pariwisata Dinas Pariwisata DIY menjelaskan,
dipilihnya pariwisata sebagai konsep branding dilatarbelakangi oleh faktor
budaya yang kuat. DIY pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam,
Kesultanan Yogyakarta, dan Pakualaman. DIY juga dikenal sebagai kota budaya,

19
'Rebranding Jogja', Pemerintah Kabupaten Bantul,
<https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJogja-publish.pdf>, diakses
23 Februari 2022.

31
dikaitkan dengan warisan budaya yang bernilai tinggi pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajaan, dan yang hingga kini tetap lestari. Daerah ini terkait dengan
banyak pusat seni dan budaya.

Basic atau awal merumuskan branding Jogja itu adalah budaya. Jogja
menitikberatkan kepada kebudayaanya yang berbeda dengan daerah lain
mengingat Jogja adalah daerah istimewa. Karena itulah Jogja ingin menanamkan
kepada benak pelanggan jika mendengar kata Jogja akan langsung teringat dengan
kebudayaan serta keistimewaannya. Mengingat ketika menyusun positioning,
suatu daerah harus mempunyai beberapa basis penentuan yaitu manfaat,
pencapaian, atribut dan produk, Jogja akhirnya memberikan janji kepada
pelangganya berupa keistimewaan daerah itu sendiri yang mempunyai nilai
kebudayaan yang sangat kental dan unik. Mempunyai suatu hal unik dan berbeda
diperlukan oleh sebuah daerah untuk menarik pelanggan daerah, yang terdiri dari
Tourist, Traders, Investor, Talent, Developer, dan organizer atau disingkat (TTI-
TDO).20

Strategi yang sudah diterapkan selama periode 2015-2020 Pemda DIY


untuk mencapai target itu, yaitu melalui program yang mengintegrasikan destinasi
Desa Wisata dengan bidang akomodasi perhotelan, nama programnya adalah
“1Hotel 1Desa Wisata”. Tujuan program 1Hotel 1Dewi ini, yaitu untuk
memperluas pemasaran desa wisata, meningkatkan sumber daya manusia dan
mengangkat potensi lokal yang dimiliki desa wisata, serta meningkatan standar
melalui transformasi kapasitas pengelolaan kepariwisataan dari perhotelan.
Melalui program ini, katanya, kedua elemen penopang pariwisata dapat saling
membangun dan mendapatkan keuntungan satu sama lain.

Selain promosi dalam negeri, Pemerintah DIY juga melakukan promosi ke


luar negeri, seperti mengundang jurnali-jurnalis asing untuk datang dan menulis
tentang destinasi wisata budaya dan sejarah di Yogyakarta agar dibawa para
jurnalis-jurnalis asing untuk disebarkan dan di promosikan di Negara asalnya.

20
M. D. Wahyudi dan A. Ratnasari, The Analysis of Jogja Istimewa’s City Branding in
Promoting Region of Yogyakarta, Manajemen Komunikasi, Volume 2, No.2, 2016, pp. 441-446

32
Selain itu Dinas Pariwisata juga mekukan kunjungan ke luar negeri terutama
Negara-negara dengan rating 10 Negara yang menjadikan favorit wisatwan
mancanegara. Pemda DIY melalui Dinas Pariwisata, BPPD, dan Dinas
Kebudayaan selama periode 2015-2020, beberapa kali mengundang jurnalis
media-media wisata dari luar negeri untuk meliput pariwasata budaya Yogyakarta.
Media-media internasional yang sudah membantu promosi wisata budaya
Yogyakarta tersebut di antaranya New York Times, TimesTravel India, The
Culture Trip, Traveldeck, Transitions Abroad, Tripzilla, dan sebagainya.

Gambar 9. Promosi Wisata Budaya Yogyakarta Oleh Media


Internasional21

Strategi lain untuk memperkenalkan dan menguatkan citra destinasi


Yogyakarta yang kaya atraksi budaya di dunia internasional adalah dengan
menyelenggarakan event internasional bernuansa budaya. Pemerintah DIY
Yogyakarta sudah berhasil bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam
menyelenggarakan 75 event budaya dan seni berskala internationalselama 2015-
21
D. Frazier, Where to See Ballet and Puppet Theater in Yogyakarta, The New York
Times, <https://www.nytimes.com/2016/02/17/travel/where-to-see-ballet-and-puppet-theater-in-
yogyakarta.html>, diakses 25 Februari 2022.

33
2020. Event international yang diadakan diantaranya Jogja International Heritage
walk, Java Netpac Festival, Customfest, dan Asia Tri. Tidak hanya di dalam
negeri destinasi Yogyakarta sebagai daerah wisata yang kaya budaya juga dibawa
ke luar negeri. Event internasional yang paling popular sejauh ini adalah Festival
Borobudur. Borobudur Internasional Festival merupakan event dua tahunan yang
rutin diadakan. Borobudur Internasional Festival pertama kali diadakan pada
tahun 2003 yang lalu. Tujuan utama diadakanya Borobudur Internasional Festival
adalah guna lebih mempromosikan pariwisata destinasi Joglosemar (Yogya, Solo,
dan Semarang) dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
ke Jawa Tengah dan Yogyakarta.22

Strategi berikutnya yaitu melalui eksibisi budaya internasional. Beberapa


eksibisi budaya internasional yang sudah dilakukan Pemerintah DIY seperti
Pertunjukan Gamelan di Edinburgh Internasional Festival Sebuah misi
kebudayaan memperkenalkan budaya Yogyakarta di kancah internasional.
Promosi Pariwisata Yogyakarta ke luar negeri juga diwujudkan dengan mengikuti
event internasional Assosiation Travel Agent Singapore (NATAS) pada 22-24
Februari 2018 yang mempertemukan banyak pelaku dan peminat wisata. Promosi
pariwisata Yogyakarta ke Eropa melalui juga dilakukan ke Berlin, Jerman. Pada
tanggal 5-10 Maret 2018 D.I Yogyakarta berkesempatan untuk mengikuti
International Tourismus Boerse (ITB) Berlin.23

International Tourismus Boerse (ITB) merupakan pameran pariwisata


terbesar didunia. Pameran ini hampir menjadi agenda wajib negara-negara dari
seluruh penjuru dunia untuk mengikutinya, karena besarnya animo masyarakat
untuk berkunjung ke pameran yang usianya lebih dari setengah abad ini.
International Tourismus Boerse (ITB) Berlin merupakan bursa pameran dagang
pariwisata terbesar di dunia di mana pada tahun 2018 saja tercatat sekitar 10.664

22
Kumpulan destinasi wisata budaya dan sejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Visiting Jogja Istimewa, <https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/informasi-wisata-jogja/wisata-
budaya-sejarah/>, diakses 2 Maret 2022.
23
Kemenpar RI, Wonderful Indonesia Boyong 91 Industri Pariwisata di ITB Asia, CNN
Indonesia, <https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181013151748-269-338230/wonderful-
indonesia-boyong-91-industri-pariwisata-di-itb-asia>, diakses 2 Maret 2022.

34
peserta yang berasal dari 187 negara. Para peserta mempresentasikan produk dan
layanan kepada 172.000 pengunjung dan 113.006 di antaranya dari kalangan
profesional atau pengunjung bisnis.24 Destination Branding Yogyakarta sebagai
daerah kaya budaya juga dilakukan melalui pegelaran budaya di Eric
Ericssonhallen, Swedia, membuka Festival Debussy 100 pada 30 September 2018.
Professor Stefan Bojsten selaku produser festival tersebut menyampaikan
kegembiraannya melihat grup gamelan Gongbron dapat hadir membuka festival
Debussy.25

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga mempunyai strategi


lain untuk menarik wisatawan atau turis untuk berkunjung. Sekarang ini
pemerintah Kota Yogyakarta sedang menyusun konsep paket wisata untuk
mendukung upaya pengusulan situs budaya sebagai warisan budaya dunia
UNESCO. Wisata ini mengedepankan pengalaman budaya. Situs yang menjadi
warisan budaya dunia UNESCO akan mendapat sorotan publik internasional,
kemudian paket ke situs tersebut akan disediakan. Konsep paket wisata ini
berorientasi untuk memberikan cultural experiences atau pengalaman budaya
kepada wisatawan. Paket wisata tersebut merupakan salah satu komponen untuk
mendukung upaya pengusulan warisan dunia.26

Pemerintah daerah juga mengerahkan semangat gotong royong dari


masyarakat sendiri sebagai upaya promosi budaya dan wisata Yogyakarta. Dinas
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pariwisata, dan Badan Promosi
Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) bersama Pemkot, serta insan pariwisata dan
media massa yang ada di Jogja, mengkampanyekan "Yogya Istimewa" dan "Ayo
ke Jogya” sebagai upaya membangun citra Jogja sebagai salah satu tujuan wisata
di Indonesia. Pemerintah mengajak semua lapisan masyarakat khususnya kota

24
M. K. P. Rizki dan Y. S. Utami, Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Promosi
Wisata Budaya Dan Sejarah Di Yogyakarta, Jurnal Cakrawala, vol. 7, no. 2, 2020, pp. 277-292
25
'Gamelan Jawa jadi Pembuka Festival Musik Swedia', Media Indonesia,
<https://www.medcom.id/internasional/eropa/JKRn05wK-gamelan-jawa-jadi-pembuka-festival-
musik-swedia>, diakses 29 Februari 2022.
26
Bursa dan Yogyakarta Berbagi Perspektif Mengenai Situs Warisan Dunia UNESCO,
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, <https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/16670>,
diakses 29 Februari 2022.

35
Jogja untuk ikut serta bekerjasama berkampanye memberikan informasi bahwa
Jogja layak untuk dikunjungi.

Tahun Kunjungan Mancanegara

2015 261.063

2016 355.313

2017 397.951

2018 416.372

2019 498.866

Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan


Mancanegara Ke Yogyakarta
2015-2019
600,000

500,000

400,000

300,000

200,000

100,000

0
2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2015-2021.27

27
‘Data Kinerja Dinas Pariwisata’, Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta,
<http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/cetak/603-data-kinerja-dinas-pariwisata>,
diakses 23 Februari 2022.

36
Tabel 2. Data Persentase Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan
Mancanegara28

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan


mancanegara ke Yogyakarta meningkat signifikan setiap tahunnya. Hal ini dapat
dijadikan landasan untuk menilai bahwa destination branding Yogyakarta
menggunakan cultural tourism berhasil menarik minat wisatawan mancanegra.
Artinya, wisata budaya populer yang bisa menarik wisatawan mancanegara
(wisman) dalam jumlah besar telah terfokus di Yogyakarta. Dibandingkan
destinasi wisata populer di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand,
dan Filiphina, kata Wijaya, Yogyakarta termasuk daerah terisolir dan aksesnya
jauh. Namun, jutaan wisman tetap berkunjung setiap tahunnya karena Yogyakarta

28
Analysis Of Demand And Opportunities For Tourism Destination Area Development,
Integrated Tourism Master Plan Borobudur – Yogyakarta – Prambanan, Kementerian Pariwisata
RI, Bappenas RI, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI,
<https://p3tb.pu.go.id/uploads_file/20200418134912.B%20BYP%20ITMP%20-%20Task%20B
%20-%2031March2020%20-%20Eng.pdf>, diakses 26 Februari 2022.

37
menonjolkan wisata budaya. Kenaikan jumlah wisatawan terus terjadi 10-15
persen per tahun (2015-2020).

Wisata budaya merupakan peluang besar dan trend yang sedang


berkembang. Setidaknya 40% dari semua turis di seluruh dunia dapat dianggap
sebagai turis budaya, dan budaya juga merupakan salah satu motivasi terpenting
bagi turis Eropa. Wisatawan budaya lebih cenderung melakukan perjalanan
dengan pesawat dan mereka memberikan manfaat ekonomi lebih karena mereka
cenderung tinggal lebih lama daripada wisatawan biasa.29 Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat dianggap berhasil dalam mengembangkan pariwisata
yang berlandaskan pada pengembangan budaya.

Dalam mengembangkan sektor pariwisata, Pemda DIY terus melakukan


berbagai macam inovasi seperti penyelenggaraan festival rutin tahunan,
pembinaan terhadap masyarakat sampai promosi ke tingkat nasional dan
internasional. Destination branding menggunakan budaya ala Yogyakarta bisa
dijadikan acuan oleh daerah lainnya di Indonesia. Daerah-daerah lain di Indonesia
juga memiliki kekayaan budaya, namun masih banyak yang belum dibranding dan
dipromosikan dengan baik. Salah satu faktor yang mendorong bidang
kepariwisataan adalah aspek sosial budaya, karena aspek sosial budaya
merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kegiatan kepariwisataan.

5.7 Simpulan
Target kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta naik 15% setiap
tahunnya. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan strategi efektif dari
Pemerintah DIY. Strategi yang dipilih Yogyakarta adalah destination branding
dengan fokus kepada kekayaan budaya. Destination branding adalah tentang
mengidentifikasi aset destinasi yang paling kuat dan paling menarik secara
kompetitif di mata calon pengunjungnya, membangun cerita dari aset tersebut
yang membuat destinasi menonjol di atas pesaingnya, dan menjalankan narasi ini

29
G. Richards, The European market potential for cultural tourism, Centre for the
Promotion of Imports from developing countries (CBI),
<https://www.cbi.eu/market-information/tourism/cultural-tourism/market-potential>, diakses 3
Maret 2022.

38
secara konsisten melalui semua komunikasi pemasaran. Dengan mengusung
cultural tourism, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menjalankan beragam
strategi untuk menarik minat wisatawan mancanegara.

Strategi DIY dapat dibagi dua, yaitu strategi di dalam negeri dan strategi
ke luar negeri. Strategi di dalam negeri di antaranya yaitu branding Jogja
Istimewa, pagelaran event dan festival internasional, dan mengerahkan semangat
gotong royong dari masyarakat sendiri. Insan pariwisata dan media massa yang
ada di Jogja, mengkampanyekan "Yogya Istimewa" dan "Ayo ke Jogya” sebagai
upaya membangun citra Jogja sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia.
Strategi ke luar negeri di antaranya yaitu bekerjasama dengan media masa
internasional untuk promosi, mengikuti eksibisi internasional, dan melakukan
pagelaran budaya di luar negeri.

Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan mancanegara


ke Yogyakarta meningkat signifikan setiap tahunnya. Hal ini dapat dijadikan
landasan untuk menilai bahwa destination branding Yogyakarta menggunakan
cultural tourism berhasil menarik minat wisatawan mancanegra. Kenaikan jumlah
wisatawan terus terjadi 10-15 persen per tahun (2015-2020). Daerah-daerah lain
di Indonesia juga memiliki kekayaan budaya, namun masih banyak yang belum
dibranding dan dipromosikan dengan baik. Salah satu faktor yang mendorong
bidang kepariwisataan adalah aspek sosial budaya, karena aspek sosial budaya
merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kegiatan kepariwisataan.

39
PENUTUP

5.1 Simpulan
Untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya setelah menempuh
studi, tentunya diperlukan persiapan yang matang baik persiapan secara fisik,
mental, dan ilmu pengetahuan. Kesiapan ilmu pengetahuan menjadi faktor penting
yang tidak dapat diabaikan karena menjadi modal utama dalam menjalankan
peran di dunia kerja kelak, dengan berbagai pertimbangan penulis memilih Dinas
Kebudayaan DIY untuk menjadi ladang menanam pengalaman kerja bagi penulis.

Merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kebudayaan yang


dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Sub-Bagian Program mempunyai
tugas untuk melaksanakan pengumpulan dan pengadaan sistematisasi data untuk
bahan penyusunan program dan menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan
penyusunan rencana program. Tugas lainnya yaitu melaksanakan analisis dan
evaluasi serta pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan.

Penulis telah menjalani program magang dengan baik dan menjalankan


segala tugas yang diberikan secara seoptimal mungkin. Banyak kegiatan yang
penulis jalani bersama para staf Disbud DIY telah menambah banyak pengalaman
dan pengetahuan penulis mengenai kebudayaan secara khusus dan dunia kerja
secara umum. Semoga pengalaman ini dapat menjadi bekal penulis dalam meniti
karir di dunia nyata.

5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan penulis selama kegiatan magang, terdapat
beberapa usulan dan masukan dari penulis kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan laporan magang ini antara lain kedepannya saat perencanaan
acara yang hendak dilaksanakan agar lebih matang dalam hal persiapan, dan bagi
yang akan melaksanakan kegiatan magang di Dinas Kebudayaan DIY diharapkan
memiliki semangat belajar, kreatifitas dan penalaran, serta kemampuan adaptasi

40
yang tinggi dikarenakan segala kegiatan yang dijalankan Dinas Kebudayaan DIY
memiliki kaitan erat dengan pariwisata, kesultanan, dan pendidikan

41
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Ardiwidjaja, R. Pariwisata Budaya, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo, 2020.

Ayuningsih, A. Pariwisata Indonesia Kontemporer, UGM Press, Yogyakarta,


2021.
Creswell, J. W. dan Creswell, J. D. Research Design: Qualitative, Quantitative,
and Mixed Methods Approaches, Fifth Edition, SAGE Publications,
Thousand Oaks, 2018.

Hudman, L. E. dan Hawkins, D. E. Tourism in Contemporary Society: An


Introductory Text, Prentice-Hall, Wisconsin, 1989.

Kurniullah, A. Z. dkk., Metode Penelitian Sosial, Yayasan Kita Menulis, Medan,


2021.

Morgan, N. A. Creating the Unique Destination Proposition, Elsevier, Oxford,


2002.

Nurdin, I. dan Hartati, S. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat


Cendekia, 2019.

Singh, A. K. Destination Branding: An Introduction, Icfai University Press,


Hyderabad, 2010.

Syaifulloh, M. dan Wibowo, B. Benda Cagar Budaya Potensi Wisata & Ekonomi
Kreatif Masyarakat, Penerbit Lakeisha, Klaten, 2020.

Jurnal

Dewi, I. J. Developing A Destination Brand In The Context Of Regional And


National Branding Strategies: A Case Study Of Brand Development Of
Sleman DisTrict, Yogyakarta Special Province, Indonesia, Advances in

1
Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR),
volume 186, 2018, pp. 153-157

Jalalpour1, S. dan Shojaeifar, J. Jamshid Shojaeifar, The Tourism Industry and


The International Relations, World Journal of Environmental
Biosciences, Volume 6, Supplementary, pp. 68-72

Nisa, R. dan Wiradharma, G. Konstruksi Branding Destinasi Pariwisata Daerah


Istimewa Yogyakarta, Ikraith-Humaniora, vol. 3 no. 1, 2019, pp. 53-60

Rizki, M. K. P. dan Utami, Y. S. Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap


Promosi Wisata Budaya Dan Sejarah Di Yogyakarta, Jurnal
Cakrawala, vol. 7, no. 2, 2020, pp. 277-292

V. A. Briciu, Differences Between Place Branding And Destination Branding For


Local Brand Strategy Development, Bulletin of the Transilvania
University of Braşov, Vol. 6 (55) No. 1, 2013, pp. 9-14

Wahyudi, M. D. dan Ratnasari, A. The Analysis of Jogja Istimewa’s City


Branding in Promoting Region of Yogyakarta, Manajemen Komunikasi,
Volume 2, No.2, 2016, pp. 441-446

Web

‘Analysis Of Demand And Opportunities For Tourism Destination Area


Development, Integrated Tourism Master Plan Borobudur- Yogyakarta-
Prambanan’, Kementerian Pariwisata RI, Bappenas RI, dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI,
<https://p3tb.pu.go.id/uploads_file/20200418134912.B%20BYP
%20ITMP%20-%20Task%20B%20-%2031March2020%20-
%20Eng.pdf>, diakses 26 Februari 2022.

‘Bursa dan Yogyakarta Berbagi Perspektif Mengenai Situs Warisan Dunia


UNESCO’, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta,

2
<https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/16670>, diakses 29
Februari 2022.

‘Data Kinerja Dinas Pariwisata’, Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta,


<http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/cetak/603-data-
kinerja-dinas-pariwisata>, diakses 23 Februari 2022.

‘Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016’, Pemerintah Daerah Daerah


Istimewa Yogyakarta, <https://adoc.pub/dinas-pariwisata-diy-jl-
malioboro-no-56-yogyakarta-telp-0274.html>, diakses 25 Februari
2022.

Frazier, D. Where to See Ballet and Puppet Theater in Yogyakarta, The New York
Times, <https://www.nytimes.com/2016/02/17/travel/where-to-see-
ballet-and-puppet-theater-in-yogyakarta.html>, diakses 25 Februari
2022.

'Gamelan Jawa jadi Pembuka Festival Musik Swedia', Media Indonesia,


<https://www.medcom.id/internasional/eropa/JKRn05wK-gamelan-
jawa-jadi-pembuka-festival-musik-swedia>, diakses 29 Februari 2022.

https://budaya.jogjaprov.go.id/

Kemenpar RI, Wonderful Indonesia Boyong 91 Industri Pariwisata di ITB Asia,


CNN Indonesia,
<https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181013151748-269-
338230/wonderful-indonesia-boyong-91-industri-pariwisata-di-itb-
asia>, diakses 2 Maret 2022.

Kumpulan destinasi wisata budaya dan sejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta,


Visiting Jogja Istimewa,
<https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/informasi-wisata-jogja/wisata-
budaya-sejarah/>, diakses 2 Maret 2022.

3
'Rebranding Jogja', Pemerintah Kabupaten Bantul,
<https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJog
ja-publish.pdf>, diakses 23 Februari 2022.

Richards, G. The European market potential for cultural tourism, Centre for the
Promotion of Imports from developing countries (CBI),
<https://www.cbi.eu/market-information/tourism/cultural-tourism/mark
et-potential>, diakses 3 Maret 2022.

UNWTO, Tourism And Culture, <https://www.unwto.org/tourism-and-culture>,


diakses 5 Maret 2022.

Hasil Wawancara

Hasil Wawancara dengan Drs. Aryanto Hendro Suprantoro (Kepala Subbagian


Program Disbud DIY) di Kantor Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

4
LAMPIRAN

5
6
7

Anda mungkin juga menyukai