Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)


PROSEDUR PEMBELIAN KREDIT PADA
SENTRA INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI KASONGAN

Laporan kegiatan ini diajukan sebagai salah satu syarat


menyelesaikan tugas akhir Mata Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Pada Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Semarang

Oleh :
1. Ayuk Anggraeni (18.1.9157)
2. Diah Widyaningtyas (18.1.9153)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS (ITB) SEMARANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini telah


Memenuhi syarat dan kepada penyusun disetujui
dan lulus pada mata kuliah kerja lapangan.

Oleh :
Nama : Ayuk Anggraeni
Nim : 18.1.9157
Program Studi : S1 Akuntansi

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS (ITB) SEMARANG


Semarang, 24 desember 2021
Dosen Pembimbing,

(Deny Nythalia M, S. SIT.,M.H.Kes)


NIPY : 2019.02.04.67

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini


dinyatakan sah telah lulus mata Kuliah Kerja Usaha,
dengan identitas mahasiswa sebagai berikut :

Ayuk Anggraeni (18.1.9157)


Diah Widyaningtyas (18.1.9153)
Program Studi S1 Akuntansi

Semarang, 24 desember 2021


Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

(Deny Nythalia M, S. SIT., M.H.Kes)


NIPY : 2019.02.04.67

Mengetahui :
Ketua Program Studi, Wakil Rektor 1 ITB Semarang
S1 Akuntansi

(Dr. Hani Krisnawati,S.E.,M.Si) (Drs. Endro Pramono.,M.M)


NIDN : 0613128101 NIDN : 000100580

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmad dan karuniaNya,
sehingga dapat terselesaikannya Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
ini, Laporan ini disusun untuk memenuhi salah syarat kelulusan Mata Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) dengan bobot 2 (dua) sks pada Institut Teknologi dan
Bisnis (ITB) Semarang.
Kegiatan KKL ini dilaksanakan pada Sentra Industri Kerajinan Gerabah di
Kasongan, Mangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama proses kegiatan
pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan ini tidak luput adanya bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penyusun
ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Y. Sutomo.,M.M selaku Rektor ITB Semarang
2. Drs. Endro Pramono., M.M selaku Wakil Rektor 1 ITB Semarang yang telah
memberikan kesempatan penulisan laporan ini.
3. Dr. Hani Krisnawati, S.E.M.Si selaku Ketua Program Studi S1Akuntansi ITB
Semarang yang telah memberikan pengarahan selama berjalannya kegiatan
ini.
4. Deny Nythalia M.S.SIT.M.H.Kes selaku Dosen pembimbing, yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, gagasan, selama proses bimbingan.
5. Seluruh Dosen ITB Semarang yang telah mentransfer berbagai bidang ilmu
selama menempuh pendidikan, serta seluruh karyawan yang telah
memberikan pelayanan terbaik.
6. Pimpinan dan seluruh karyawan Sentra Industri Kerajinan Gerabah yang telah
memberikan ijin dan memberikan seluruh data yang dibutuhkan dalam
kegiatan ini.

Semarang, 24 desember 2021

Tim Penyusun,

Ayuk Anggraeni
Diah Widyaningtyas

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan............................................................................................5
1.3. Ruang Lingkup...................................................................................................6
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
KONDISI OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN.....................................................7
2.1. Company profile objek KKL...................................................................................7
2.2. Visi, Misi, dan Kendala dalam Pembuatan Gerabah...............................................9
2.3. Alat dan Bahan Pembuatan Gerabah.....................................................................10
BAB III...........................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................12
3.1. Hasil Observasi.....................................................................................................12
3.2. Pembahasan...........................................................................................................16
BAB IV............................................................................................................................26
PENUTUP.......................................................................................................................26
4.1. Kesimpulan......................................................................................................26
4.2. Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
LAMPIRAN...................................................................................................................30

v
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Jenis dan Harga Produk Gerabah ……………............................. 19

Tabel 3.2 Omset Penjualan Produk Gerabah ……………………………… 21

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Proses Pembuatan Gerabah …………………………………… 22

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Dokumentasi Proses Pembuatan Gerabah ……………………… 22

viii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Di Indonesia istilah gerabah juga dikenal dengan keramik tradisional

sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat ditekuni

secara turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat. Karena mempunyai

ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana. Di

Indonesia terdapat 8 daerah penghasil gerabah yaitu Kasongan dan Pundong (D.I

Yogyakarta), Melikan (dekat Klaten, Jawa Tengah), Kelompok (Banjarnegara

Jawa Tengah), Kelompok (Banjarnegara Jawa Tengah), Plered (Purwakarta, Jawa

Barat), Sitiwangun (Cirebon, Jawa Barat), Lombok (Nusa Tenggara Barat), dan

Singkawang (Kalimantan Barat).

Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta desa Kasongan adalah tujuan

wisata di wilayah Kabupaten Bantul, yang merupakan sentra kerajinan gerabah

yang terkenal. Desa Kasongan ditetapkan menjadi sentra industri gerabah oleh

pemerintah Kabupaten Bantul. Selain itu, desa kasongan yang merupakan salah

satu Kawasan percontohan program One Vilange One Product (OVOP) yang

dirancang oleh Kementrian Koperasi dan UKM sejak tahun 2008 (Anonim,2010).

Daerah ini terletak di pedukuhan Kajen Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan,

Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta sekitar 6 km dari alun

Utara Yogyakarta kearah Selatan.

1
Merupakan salah satu industri gerabah yang penting, terutama dengan

melihat perkembangan yang terjadi sampai saat ini. Sesuai Perda Kabupaten

Bantul Nomor

2
4 Tahun 2011 Tentang RT/RW Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030,

perkembangan secara ekonomis di Kasongan ditunjukkan oleh adanya aktivitas

perekonomian yang makin meningkat, misalnya meningkatnya jumlah usaha

penjualan gerabah melalui art-showroom yang semakin banyak di sepanjang jalan

Kasongan.

Kasongan diambil dari nama Kyai Song, beliau adalah prajurit sekaligus

guru spiritual Pangeran Diponegoro. Yang mengembangkan peralatan rumah

tangga dan perkakas dari bahan tanah liat untuk keperluan dapur. Generasi

selanjutnya dibawah pengawasan Ki Jembuk mengembangkan hiasan patung

binatang serta celengan (coin box). Perbendaharaan produk bertambah dengan

peralihan generasi kepada Ki Rono dan Nyai Giyah yang mengembangkan produk

anglo (tungku kayu bakar), belanga dan periuk cawan. Di era 1970-1980

Kasongan mengalami perkembangan pesat. Kemampuan ditunjukan dengan

mengadopsi aliran seni naturalisme arahan Ir. Larasati Suliantoro Soelaiman

seorang seniwati tanaman hias dan Saptu Hudoyo pematung dari Yogyakarta Era

1980 an keterampilan gerabah di transfer dari seniman Saptu Hudoyo melalui

pemesanan produk. (Hari Susanta Nugraha, 2009).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gerabah adalah alat - alat

dapur (untuk alat - alat memasak dan sebagainya) yang dibuat dari tanah liat dan

kemudian dibakar. Produknya sangat diminati wisatawan asing maupun

wisatawan lokal. Penduduk desa kasongan memang mayoritas bermata

pencaharian sebagai pengrajin gerabah, produk yang dihasilkan antara lain guci,

jambangan, vas bunga, patung hewan, tempat lilin dan lain - lain.
Hasil dari kerajinan gerabah kasongan pada umumnya adalah guci, pot/vas,

patung loro blonyo, air mancur, wuwung dan produk keramik lainnya. Khusus

untuk guci, dapat ditemukan dengan berbagai bentuk dan varian. Karena guci

merupakan salah satu jenis keramik atau gerabah yang kerap diburu konsumen.

Ukurannya yang beragam mulai dari kecil hingga besar dan juga memiliki banyak

varian finishing nya.

Pada awalnya, kerajinan gerabah kasongan berkembang di Pedukuhan

Kajen, Desa Bangunjiwo. Namun lama kelamaan produksi gerabah juga menyebar

ke pedukuhan-pedukuhan lainnya, seperti Kalipucang, Tirto, dan Gedongan.

a. Berawal dari matinya seekor kuda.

Saat menuju ke sentra kerajinan gerabah di Kasongan, kita akan melintasi

gapura besar. Gapura itu diapit dua buah patung kuda. Patung kuda itu punya

kaitan erat dengan sejarah Kasongan. Konon, munculnya perajin gerabah di des

aini bermula dari kematian seekor kuda di tengah sawah pada masa kolonial.

Karena kuda yang mati tersebut milik orang Belanda, warga desa menjadi

ketakutan. Sebab itu, pemilik tanah kemudian melepaskan tanahnya agar tidak

dicari-cari oleh sang pemilik kuda. Tak lama berselang, hal serupa juga dilakukan

oleh warga lain.

Warga yang kehilangan tanahnya kemudian memutar otak agar tetap

memiliki mata pencaharian. Mereka mulai mengumpulkan tanah liat yang

digunakan untuk membuat alat - alat dapat hingga mainan anak - anak.

b. Berkembang menjadi desa wisata.

4
Kini kasongan tak hanya memproduksi gerabah, tetapi sudah menjadi tujuan

wisata. Di Desa Wisata Kasongan, tak sekadar produk kerajinan yang ditawarkan,

wisatawan juga bisa praktik langsung mengolah tanah liat gerabah di rumah -

rumah perajinnya. Wisatawan bisa membawa pulang produk kerajinan hasil

buatannya.

Terdapat ratusan toko dan galeri seni yang memproduksi data memanjang

aneka perabot dan hiasan yang berbahan dasar tanah liat di Kasongan. Harga yang

dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga puluhan juta rupiah, tergantung tingkat

kesulitan proses pembuatannya dan seberapa besar ukuran yang diinginkan.

Patung Loro Blonyo, salah satunya. Patung ini merupakan produk yang

paling dicari oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Patung yang berbentuk

sepasang pengantin berpakaian adat Jawa ini konon dapat mendatangkan aura

keberuntungan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi tujuan dari

kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap permintaan produk gerabah di Desa

Kasongan Bantul.

2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan terhadap permintaan produk gerabah di

Desa Kasongan Bantul.

3. Untuk menganalisis pengaruh harga barang lain terhadap permintaan produk

gerabah di Desa Kasongan Bantul.

5
4. Untuk menganalisis selera terhadap permintaan produk gerabah di Desa Kasongan

Bantul.

5. Untuk menganalisis harga, pendapatan, harga barang lain dan selera terhadap

permintaan produk gerabah di Desa Kasongan Bantul.

1.3. Ruang Lingkup

Sesuai dengan hasil kunjungan dalam Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah

dilaksanakan, penulis mengetahui tentang sejarah sentra industri kerajinan

gerabah di kasongan yang dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat di

daerah Mangunjiwo, Bantul Yogyakarta. Serta mengetahui seluk beluk

munculnya kerajinan gerabah ini hingga ekspor ke luar negeri.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.

Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan pada hari Sabtu 11

Desember 2021 dengan tujuan ke sentra industri kerajinan gerabah dan Pabrik

kaos gareng di daerah Yogyakarta. Terdiri dari mahasiswa Semarang, Ungaran,

Karanganyar, dan Bergas. Keberangkatan dari pagi sampai tengah malam. Selain

ke sentra industri dan pabrik kaos mahasiswa mengunjungi pusat oleh-oleh dan

tebing breksi.

6
BAB II

KONDISI OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN


2.1. Company profile objek KKL
Sejarah desa wisata Kasongan berawal dari kematian seekor kuda milik

Reserse Belanda di atas persawahan milik seorang warga di sebuah desa di

selatan. Karena si pemilik tanah takut akan dijatuhi hukuman oleh Belanda yang

waktu itu sedang menjajah, maka pemilik tanah tersebut melepaskan hak

kepemilikan tanahnya yang diikuti oleh warga lainnya yang juga takut akan

dijatuhi hukuman. Sejumlah tanah persawahan itu akhirnya diakui oleh warga

desa lain. Penduduk yang tidak memiliki tanah persawahan tadi akhirnya memulai

kegiatan baru di sekitar rumahnya, yaitu mengolah tanah liat yang ternyata tidak

pecah jika diempal-empalkan untuk perlengkapan dapur dan juga untuk mainan.

Sejalan dengan perkembangan zaman, maka barang - barang kerajinan dari

tanah liat atau lebih dikenal dengan kerajinan gerabah atau tembikar itu

dikembangkan menjadi lebih variatif sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

pasar. Bahkan barang kerajinan di Desa Kasongan bukan hanya barang - barang

dari tanah liat atau gerabah, tetapi saat ini warga Kasongan telah memanfaatkan

bahan-bahan lainnya yang banyak terdapat di lingkungan sekitar seperti batok

kelapa, bamboo, rotan, kayu, dan lainnya untuk diolah menjadi barang hiasan

yang memiliki nilai lebih tinggi. Keahlian membuat gerabah ini diwariskan turun-

temurun hingga menjadikan Desa Kasongan sebagai ikon desa wisata gerabah di

Kabupaten Bantul.

7
2.2. Visi, Misi, dan Kendala dalam Pembuatan Gerabah
Visi :

Menyalurkan aspirasi pengusaha dan perajin di bidang kerajinan untuk

lebih mendorong jiwa kewiraswastaan hingga menjadikan para perajin dan

produsen sebagai pengusaha professional dan sekaligus mendukung usaha

pemerintah untuk menyukseskan program pembangunan ekonomi nasional.

Menjadikan Daerah Kasongan menjadi sentra gerabah di Kota Yogyakarta.

Misi :

a. Mengurangi pengangguran di desa.

b. Meningkatkan kualitas gerabah dan keunikannya,

c. Menembus pasar nasional bahkan internasional.

d. Meningkatkan produktifitas kerja menyeluruh secara professional inovatif

dengan mengedepankan rasa tanggung jawab, kejujuran, dan

profesionalisme kerja.

e. Membantu mengatasi hambatan dalam proses produksi dan pemasaran.

f. Membuka peluang pemasaran produk kerajinan di dalam maupun di luar

negeri.

g. Membantu pengembangan design produk kerajinan yang berorientasi

pasar.

h. Membuka wawasan berpikir para UKM produk kerajinan untuk

meningkatkan usahanya.

i. Membimbing UKM kerajinan dalam melaksanakan prosedur ekspor dan

meninggkatkan promosi dagang melalui pameran dan misi dagang.


j. Meningkatkan hubungan antar anggota untuk dapat bekerja sama dalam

upaya meningkatkan usahanya.

k. Mengikutsertakan dalam pameran - pameran dagang di dalam dan luar

negeri yang tepat dengan biaya yang terjangkau oleh produsen dan perajin

Indonesia.

l. Membangun dan meninggkatkan hubungan Kerjasama dengan instansi-

instansi pemerintah dan swasta, asosiasi-asosiasi dan Lembaga - lembaga

promosi dalam dan luar negeri.

Kendala dalam pembuatan gerabah :

Tanah liat yang semakin menipis. Tanah untuk membuat gerabah harus

diteliti terlebih dahulu agar saat dibentuk tidak retak. Tanah liat yang digunakan

dari pegunungan yang berbentuk bongkahan selain mengambil dari tanah dari

bodean pengrajin juga mengambil tanah dari klaten, himogiri, dan kulonprogo.

2.3. Alat dan Bahan Pembuatan Gerabah.


Alat yang dibutuhkan dalam proses pembuatan gerabah yaitu :

1. Mesin pengiling.

2. Mesin putar.

3. Kuas.

4. Pembakar.

5. Kawat atau benang.

Bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan gerabah yaitu :

10
1. Tanah liat.

2. Air.

3. Abu.

4. Kayu bakar.

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Observasi.
Dari hasil observasi kunjungan kerja lapangan (KKL) di sentra industri

kerajinan gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta. Proses pembuatan gerabah

mempunyai 2 metode yaitu teknik putar dan teknik cetak. Pada dasarnya memiliki

tahapan yang sama untuk setiap karyawan. Kerajinan dari tanah liat yang

tanahnya berasal dari pegunungan bodean yang berwujud bongkahan yang

memiliki kualitas bagus dan tidak mudah hancur saat proses pembakaran. Dalam

proses pembentukan badan gerabah dengan teknik putar dengan tenaga gerak kaki

atau tangan. Setiap wisatawan yang berkunjung ke lokasi pembuatan gerabah atau

keramik diperbolehkan ikut membuat gerabah. Langkah kerja membuat gerabah

sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan dan alat.

Terdiri atas tanah liat atau lampung harus sudah dibersihkan dari berbagai

unsur lain seperti pasir, kerikil, dan kotoran lainnya. Pengolahan bahan ini dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan secara kering dan basah.

2. Pembentukan.

Tanah liat atau lempung dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk

benda - benda yang dikehendaki. Misalnya guci, vas, mangkuk, atau

asbak.

12
Beberapa teknik pembentukan yang diterapkan antara lain : teknik putar

(wheel / throwing), teknik pijit (pincing), teknik pilin (corl), dan lain-

lainnya. Umumnya karyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar

walaupun dengan peralatan sederhana.

3. Pengeringan.

Gerabah yang sudah dibentuk dikeringan dengan cara diangin-anginkan

selama 6 - 7 hari agar benar-benar kering. Pengeringan dengan cara

dikelantang tidak dianjurkan karena bisa membuat gerabah mudah retak

saat proses pembakaran.

4. Pembakaran

Gerabah siap bakar dimasukkan kedalam tungku pembakaran dengan suhu

800-900c. Proses pembakaran gerabah umumnya dilakukan sekali.

Karyawan tradisional pada mulanya membakar gerabah diruangan terbuka

dilahan kosong. Jika sudah matang jika diketuk akan berbunyi ting ting

ting.

5. Tahap finishing.

Proses akhir gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat memulas

dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan

lainnya.

Pengembangan daerah kawasan sentra industri pemerintah Kabupaten

Bantul melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi yang di jembatani

oleh UPT secara bersama mendorong masyarakat komunitas pengrajin agar dapat

berkreasi dan berinovasi dalam meningkatkan mutu produk dan sistem


pengelolaan usaha serta meningkatkan daya saing agar mampu bersaing di pasar

tradisional dan pasar internasional, karena di kasongan satu desa satu produk.

Di Kasongan juga terdapat sebuah kantor yang juga merangkap sebagai

showroom dari UPT ( Unit Pelayanan Teknis ) bernama Koperasi Setya Bawana

( Koprinka Seni Kerajinan Keramik Kasongan ). Koperasi yang terletak satu

kompleks dengan hotel Endotel ini dikelola di bawah naungan Dinas Perindagkop

Kabupaten Bantul. Di kantor koperasi ini, selain memiliki showroom aneka

produk keramik, juga memiliki ruang lain yang tak kalah menarik, yaitu ruang

workshop. Di ruang yang terletak dibelakang showroom ini, kita dapat secara

langsung membuat aneka keramik dari tanah liat. Didukung dengan peralatan

yang lengkap, serta ruangan yang luas, membuat tempat ini sangat pas untuk kita

yang datang dengan rombongan. Kita bisa membuat kerajinan dari tanah liat dan

melihat hasilnya.

Menurut bapak Aris sebagai narasumber sebelum di ekspor ada petugas

peneliti (quality control) 2 - 3 orang, untuk mengecek barang tersebut layak atau

tidaknya. Untuk konsumen baru biasanya di berikan sempel sebelum memesan,

sempel tersebut biasanya ada 10 macam kerajinan gerabah berbagai ukuran

beserta bentuk dan metode serta pewarnaannya. Kerajinan gerabah ini paling

banyak diminati didaerah eropa dengan ciri khas yang memiliki kesan antik.

Awalnya kerajinan gerabah bisa tembus ke eropa berasal dari pemerintah.

Pengemasan gerabah sesuai keinginan pembeli. Biasanya disediakan karton untuk

seukuran gerabah dan pembungkus berbahan bambu untuk pembeli ditempatnya

secara langsung.

15
3.2. Pembahasan
Pengertian pembelian kredit menurut (Mulyadi:2002) adalah pembelian

yang dilakukan oleh perusahaan yang dalam pembayarannya dilakukan secara

bertahap atau secara angsuran kepada pemasok.

Divisi yang terkait dalam pembelian kredit yaitu :

1. Divisi Gudang mencatat persediaan barang. Berkoordinasi dengan divisi

produksi untuk menentukan bahan baku apa saja yang akan dibeli.

2. Divisi pembelian bertanggung jawab dalam menentukan pemasok, harga,

jenis atau tipe barang yang sudah disesuaikan menurut standar perusahaan.

3. Divisi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan barang yang masuk

dan menjadi tempat pengecekan suatu barang yang layak atau tidak

digunakan.

4. Divisi akuntansi bertanggung jawab atas pencatatan pembelian dan

menginput data ke dalam sistem yang nantinya akan ditindak lanjuti oleh

divisi.

5. Divisi keuangan bertanggung jawab atas proses pembayaran.

Prosedur pembelian kredit menurut sistem akuntansi adalah :

1. Bagian Gudang atau yang membutuhkan barang membuat surat

permintaan pembelian kepada bagian pembelian yang dibuat rangkap

3. Rangkap 1 untuk bagian pembelian, rangkap 2 untuk bagian

16
Gudang, dan rangkap 3 untuk arsip bagian Gudang (disimpan menurut

urutan nomornya).

2. Berdasarkan surat permintaan pembelian, bagian pembelian membuat

surat permintaan harga yang ditujukan kepada beberapa supplier. Surat

permintaan penawaran harga yang dikirimkan oleh supplier - supplier

tersebut, diseleksi oleh bagian pembelian untuk menentukan salah satu

supplier yang menawarkan harga yang paling menguntungkan bagi

perusahaan dengan kwalitas barang atau jasa yang sama.

3. Bagian pembelian menulis pesanan pembelian (purchases order)

rangkap 6 dan distribusikan kepada supplier (rangkap 1 dan 2), bagian

hutang (rangkap 3), bagian gudang (rangkap 4), bagian penerimaan

barang (rangkap 5), dan bagian pembelian (rangkap 6.

4. Barang dari supplier diterima oleh bagian penerimaan barang,

kemudian dicek dan diperiksa kwalitasnya. Bagian penerimaan barang

membuat laporan penerimaan barang rangkap 3 dan didistribusikan

kepada bagian pembelian (rangkap 1), bagian Gudang (rangkap 2)

bersama dengan barangnya, dan untuk arsip bagian penerimaan barang

(rangkap 3).

5. Gudang mencocokan barang yang diterima dengan laporan penerimaan

barang dan mencatatnya ke dalam kartu Gudang dan kartu barang, lalu

menyerahkan laporan penerimaan barang yang sudah ditandatangani

oleh kepala Gudang kepada bagian penerimaan barang.

17
6. Faktur pembeliaan diterima oleh bagian pembeliaan, diperiksa dan

dicocokan dengan pesanan pembelian. Faktur kemudian diserahkan ke

bagian hutang.

7. Bagian hutang menerima faktur pembeliaan, kemudian memeriksa dan

mencocokannya dengan pesanan pembelian, laporan penerimaan

barang dan surat permintaan pembelian. Bila sesuai, bagian hutang

membuat voucher rangkap 3 dan didistribusikan kepada bagian hutang

(rangkap 1 dan 2) dan bagian akuntansi rangkap 3.

8. Bagian akuntansi menerima voucher tersebut dan mencatatnya ke

dalam voucher register.

9. Pada tanggal jatuh tempo, bagian hutang menyerahkan voucher lembar

1 dan 2 ke bagian pengeluaran kas.

10. Bagian pengeluaran kas memeriksa voucher dan bukti pendukungnya,

lalu menulis cek. Cek beserta voucher lembar 2 diserahkan kepada

supplier, sedangkan voucher lembar 1 diserahkan ke bagian akuntansi.

11. Bagian akuntansi mencatat voucher dalam cek register, menulis

tanggal dan nomor cek dalam voucher register dan menyimpan

voucher dalam arsip urut nomor.

12. Bagian akuntansi setiap periode menjumlahkan voucher register dan

mempostingnya ke dalam buku besar.

13. Laporan bank setiap bulan diterima oleh internal auditor dan

direkonsiliasi dengan catatan kas.

18
Menurut Barry Render (2005 : 414), pembelian kredit perolehan barang

atau jasa. Tujuan pembelian adalah :

1. Membantu identifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara

eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan supplier, harga, dan

pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.

Sistem pembelian barang terkait dengan persediaan barang, karena setiap

terjadi pembelian akan menambah jumlah persediaan barang di gudang.

Pelaksanaan mekanisme sistem tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi dari jenis

perusahaan dan bergerak dalam bidang tertentu. Beberapa yang harus diperhatikan

dalam sistem pembelian, yaitu informasi yang diperlukan oleh perusahaan

khususnya manajemen, dokumen – dokumen yang digunakan, bagian yang terkait,

jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian dilakukan sesuai

dengan prosedur yang tidak diterapkan, maka pelaksanaan kerja pada bagian yang

terkait akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Modal awal di sentra kerajinan gerabah ini dalam mengembangkan

usahanya memanfaatkan permodalan yang diberikan pihak bank. Diakuinya,

berkat permodalan tersebut usahanya kian berkembang hingga saat ini. Prosedur

pembeliaan kredit di sentra kerajinan gerabah ini semua cash tidak ada yang

kredit, karena saat sebelum diekspor harus ada DP sebesar 50% sebelum barang

dikirim dan pelunasan dibayar setelah barang diterima.

19
Kasongan terkenal sebagai sentra kerajinan gerabah dan keramik. Gerabah

khas kasongan tidak hanya diminati didalam negeri, tapi juga laku dipasar Asia

dan Eropa. Bapak Aris, salah satu perajin gerabah di Kasongan, Bantul,

Yogyakarta yang sukses memasarkan produknya hingga ke Jerman, Australia,

Spanyol dan India. Sejak tahun 2001 gerabah hasil produksinya telah rame dibeli

baik oleh perusahaan maupun retail asal luar negeri. “ Kadang ekspor. Ekspornya

biasanya kalau langganan ke Spanyol, terus ke India, ke Australia, ke Jerman. Ada

yang perusahaan. Ada yang retail tapi disana dijual lagi. Mulai ekspor 5 tahun

sebelum gempa, rame ramenya ekspor,” kata Bapak Aris.

Bapak Aris biasa mengekspor hingga 1 kontainer gerabah ke berbagai

negara. Diketahui, 1 kontainer bisa berisi 100 sampai 200 gerabah. Adapun

berbagai kerajinan gerabah yang diekspor di antaranya gentong, guci, dan patung

berukuran besar, dengan kisaran harga ratusan ribu hingga jutaan. “Ekspor ada

yang patung, ada yang gentong dan guci. Kalau ekspor kebanyakan (gerabah)

gede”. Kata bapak Aris.

Dia mengungkapkan ekspor gerabah sempat terhenti di 2020 karena

pandemi, sehingga ia beralih ke pasar dalam negeri dengan mengandalkan sistem

jualan secara online. Namun, dalam 2 bulan terakhir dikatakannya aktivitas ekspor

sudah berangsur membaik. “Pas pandemi, ekspor mati. Jualannya via online ke

Indonesia. Tapi sekarang alhamdulillah 2 bulan ini ekspor bisa masuk ke

Indonesia. Cuma via email ordernya,” katanya.

20
Dari usaha gerabah itu bapak Aris bisa memperoleh keuntungan dalam 1

bulan sebesar 50%. Bapak Aris mengungkapkan, gerabah yang dijual merupakan

hasil tangan perajin dari karyawan. Adapun produk yang dibuat diantaranya pot-

pot tanaman, bak mandi, vas bunga, mangkuk, serta guci dengan beragam ukuran

dari yang kecil sampai besar. Gerabah yang sudah dibentuk, kemudian dibeli oleh

bapak Aris dalam keadaan mentah. Baru kemudian gerabah dibakar dan dicat,

sebelum siap dikirim.

21
Tabel 3.1

Jenis Dan Harga Produk Gerabah


Nama barang Harga (Rp) Keterangan

Guci bawangan 35.000 40 cm

Guci lumut 95.000 60 cm

Meja dan kursi 55.000 1 meja 4 kursi

Pot bunga 85.000 1 set

Guci kaca seksi 750.000 Perset tinggi 60

bibir tumpul cm, 80 cm, 100

cm

Guci kaca bibir 295.000 100 cm

lurus

Anglo 35.000 – 65.000 Mode bervariasi

Kendil kecil jamu 25.000

sayur

Panci gerabah 35.000 – 65.000 L,M

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018.

Dilihat dari pendapatan dan jual belinya sentra industri kerajinan gerabah

desa kasongan termasuk usaha menengah, yakni memiliki kekayaan yang lebih

dari Rp 500.000.000 sampai paling banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk

tanah dan tempat usaha atau memiliki usaha tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000

sampai paling banyak Rp 50.000.000.000. usaha kerajinan gerabah merupakan

22
eksportif pasif yakni ekspornya hanya dilakukan ketika ada permintaan dari

konsumen dan belum memiliki pasar tetap di internasional. (Tazkiyah Ainul

Qolby, 2015).

Omset penjualan gerabah kasongan di Indonesia dan luar negri berbeda.

Omset pemasaran gerabah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2 omset

pemasaran gerabah di Indonesia tertinggi pada tahun 2008 dengan jumlah 15,70

milyar. Omset jumlah penjualan gerabah kasongan diluar negri adalah 46,20

milyar. Omset pemasaran diluar negri lebih besar dari pada penjualan di Indonesia

karena produk gerabah Kasongan sudah unggul kualitasnya dari pada produk

gerabah dari daerah lain. Seperti gerabah Desa Panjangrejo Daerah Istimewa

Yogyakarta, gerabah Desa Banyumelek Pulau Lombok, gerabah Desa Plered

Purwakarta, dan gerabah daerah lainnya (Yuni Faridatul Fatimah, 2015).

23
Tabel 3.2

Omset Penjualan Produk Gerabah

Tahun Indonesia Luar negri

2006 5,94 6,32

2007 9,90 10,54

2008 13,50 15,70

2009 11,55 13,64

Jumlah 40,89 46,20

Sumber : UPT Pengembangan Keramik Kasongan.

Sentra kerajinan gerabah di desa kasongan memiliki peranan yang besar,

tidak hanya penyerapan tenaga kerja, tetapi juga peranannya dalam mendukung

sektor – sektor lain seperti pariwisata, perindustrian, perdagangan dan sebagainya.

Banyak faktor diduga mempengaruhi permintaan produk gerabah di desa

Kasongan Bantul, termasuk diantaranya adalah harga, pendapatan, harga barang

lain dan selera.

24
Gambar 3.1 proses pembuatan gerabah di Kasongan yaitu :

Proses pembuatan

Persiapan bahan baku


baku

Tanah liat Air Pasir

Pembentukan Pengilingan Pencampuran

Catak / putar Pengeringan Pembakaran

Pengemasan dan pemasaran Pengecatan

25
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses

pembuatan gerabah didaerah Istimewa Yogyakarta Desa Kasongan menjelaskan

bahwa sistem pembuatan gerabah tanah liat yang dilakukan menurut tradisi yang

diwariskan secara turun temurun serta memanfaatkan tanah yang bersumber dari

pegunungan bodean yang berwujud bongkahan. Sistem pembuatan gerabah secara

tradisional masih bertahan hingga saat ini. Kerajinan gerabah tanah liat sampai

sekarang menjadi mata pencaharian turun temurun bagi sebagian masyarakat Desa

Kasongan. Secara alami tanah liat tersebut memiliki karakteristik yaitu bersifat

halus, sedikit plastis, warnanya varian (coklat, hitam dan putih) secara kualitas

tergolong baik untuk bahan baku produk kerajinan gerabah fungsional patung, vas

bunga, mangkuk, guci, dan asbak. Teknik pengambilan tanah liat yang dilakukan

oleh para pengrajin tidak menyebabkan kerusakan lingkungan atau

menghilangkan kesuburan tanah. Dalam proses pembentukan badan gerabah

mempunyai 2 metode yaitu teknik putar dan teknik cetak. Proses kerja dilakukan

secara sistematis mulai dari (menyiapkan bahan dan alat, pembentukan,

pengeringan, pembakaran dan tahap finishing) sehingga memudahkan para

pengrajin mengontrol dan melihat pencapaian target kerja. Tungku pembakaran

yang digunakan pengrajin masih kurang memadai. Pengrajin hanya membakar

keramik gerabah diruangan terbuka dilahan kosong. Sementara suhu pembakaran

26
yang baik berkisar antara 800 – 900c yang minimal dilakukan pada tungku bak.

Ragam jenis dan nilai guna atau fungsi dari produk – produk keramik gerabah

yang berupa patung, vas bunga, guci, mangkuk, dan asbak ternyata ditemukan

para pengrajin memiliki kemampuan membuat produk – produk keramik gerabah

sesuai fungsinya, tetapi yang menjadi permasalahannya bentuk dari produk –

produk yang dihasilkan masih sangat terbatas meskipun diantaranya sudah mulai

ada produk yang disesuaikan dengan zaman. Bahwa peranan keramik gerabah dari

zaman sekarang dan zaman dahulu mengalami perubahan seperti gerabah pada

zaman dahulu hanya sebagai alat bantu rumah tangga sekarang gerabah dapat juga

digunakan sebagai penghias taman atau interior rumah.

4.2. Saran

1. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat – alat tradisional dalam negri

terutama kerajinan keramik gerabah, agar produk keramik gerabah tetap

dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas.

2. Seharusnya para pengrajin keramik gerabah lebih mengembangkan dan

meningkatkan kualitas produknya sehingga produk – produk

27
3. dalam negri dapat digunakan sebagaimana kita menggunakan produk yang

modern.

4. Pemerintah seharusnya memberi tempat yang layak pada para pengrajin, agar

produk – produk mereka tetap bertahan di zaman modern ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. https://1001indonesia.net/mengenal-gerabah-kasongan-yongyakarta
2. https://www.academia.edu.laporankuliahkerjalapangan
3. https://id.scribd.com.>document
4. https://larembantul.wordpress.com
5. https://repository.unty.ac.id.gambaran.umy-repostory
6. https://repository.umy.ac.id.bab1-pendahuluan-latarbelakang-diindonesia
7. https://id.scribd.com
8. https://www.kompasiana.com
9. https://diskukmp.bantulkab.go.id
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PROSES PEMBUATAN GERABAH
Koperasi setya bawana

Proses pembuatan

30
Hasil kerajinan gerabah

31

Anda mungkin juga menyukai